LAPORAN KASUS AMOEBIASIS

download LAPORAN KASUS AMOEBIASIS

of 20

description

dsfsd

Transcript of LAPORAN KASUS AMOEBIASIS

LAPORAN KASUS

Disentri Amoeba

LAPORAN KASUSIdentitas PasienNama: Ny. YUmur: 71 Tahun Jenis Kelamin: Perempuan Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Wonokerto 4/1Bancak Kabupaten Semarang

Keluhan PasienKeluhan UtamaDemam sejak 3 hari SMRS

RPSDiare >5x per hari timbul bersamaan dengan timbulnya demam. Terdiri dari ampas makanan (+), lendir (+), darah (-) berwarna coklat kemudian beberapa hari kemudian menjadi hijau. Selain itu terdapat mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun dan merasa kehausan. Nyeri perut di seluruh regio, bersifat tumpul seperti diremas-remas dan hilang timbul. BAK normal tidak ada keluhan.

Keluhan PasienRiwayat Penyakit Dahulu (-) Riwayat DM, Hipertensi, Jantung dan Asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga (-)Riwayat Penggunaan Obat (+) obat penurun panas panadol namun tidak membaik

Riwayat Sosial dan EkonomiTinggal bersama anaknya dirumah, makan berasal dari rumah yang dimasak oleh anaknya. Setiap memasak selalu mencuci bersih tangan dan makanannya sebelum diolah. Pasien makan jarang menggunakan sendok, sebelum makan mencuci tangan dengan menggunakan sabun mandi atau kadang sabun pencuci piring.

Pemeriksaan FisikBMI : TB 150 BB 37 Kg 16,4 (BMI : underweight) Vital Sign: TD 94/58, RR 20x, T 38.1, Nadi 94xKepala : Anemis (-), ikterik (-), mata cekung (-),Bibir kering (+)ThoraksJantung: dbnParu: Suara dasar vesikular (+/+), ronkhi dan wheezing (-)Abdomen Inspeksi: Buncit Auskultasi: Bising usus (+) meningkat, Palpasi: Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba hepar dan lien, turgor melambat sedikit Perkusi: Hipertimpani pada seluruh regio abdomen Ekstremitas: Hangat, edema (-) Sianosis (-) CRT5x per hari sejak 3 hari SMRS bersamaan dengan timbulnya demam. Diare terdiri dari ampas makanan (+), lendir (+), darah (-) berwarna coklat yang kemudian berubah menjadi hijau. Selain itu terdapat mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun dan pasien merasa kehausan. Pasien juga merasa perutnya nyeri di seluruh regio perut, bersifat tumpul seperti diremas-remas dan hilang timbul. Pasien hanya minum obat penurun panas panadol namun tidak membaik. Pasien tinggal bersama anaknya dirumah, setiap hari makan berasal dari makanan rumah yang dimasak oleh anaknya. Setiap memasak anak pasien selalu mencuci bersih tangan dan makanannya sebelum diolah. Pasien makan jarang menggunakan sendok, sebelum makan mencuci tangan dengan menggunakan sabun mandi atau kadang sabun pencuci piring.

Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran CM, dengan gizi yang kurang (underweight), tanda-tanda vital masih dalam batas normal kecuali suhu 38,1. Pada pemeriksaan kepala tampak sedikit tanda dehidrasi ringan yang ditandai dengan bibir pasien yang kering namun tidak ada gambaran mata mencekung. Pada pemeriksaan jantung, masih dalam batas normal tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan paru tampak sedikit kelainan berupa terdengar bunyi suara napas tambahan berupa ronkhi kasar pada paru kanan dan kiri. Pada pemeriksaan abdomen terdengar bunyi bising usus yang meningkat dan turgor kulit abdomen yang kembali secara normal agak melambat. Pada perkusi terdengar bunyi hipertimpani menandakan banyak udara di dalam rongga abdomen. Pada pemeriksaan ekstremitas, tidak tampak kelainan dan perfusi jaringan masih baik.

Hasil anamnesa pasien diketahui terdapat infeksi pada saluran cerna yang menyebabkan peningkatan peristaltik pada usus sehingga menimbulkan diare. Akibat peningkatan peristaltik usus, tinja keluar lebih banyak dan konsistensi menjadi lebih lunak hingga mencair. Amoeba dalam saluran cerna menghasilkan enzim fosfoglukomutase sehingga mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus membentuk ulkus amoeba dapat menyebabkan perdarahan sehingga tinja pada pasien terdapat darah. Pada pasien tinja berwarna hijau akibat darah yang membentuk mozaik serta pasien juga mengkonsumsi sayuran sehingga tampak berwarna hijau.Infeksi tersebut menimbulkan demam akibat adanya inflamasi yang mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh sehingga suhu tubuh meningkat. Inflamasi juga menyebabkan rangsangan melalui rangsangan nervus vagus dan sistem saraf pusat menimbulkan rasa tidak nyaman di perut dan mual muntah. Nyeri abdomen yang dirasakan pasien bergantung dengan lokasi infeksi serta lokasi ulkusnya. Lokasi tersering infeksi amoeba pada usus besar yang berurutan di sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.Tinjauan PustakaInfeksi yang disebabkan oleh protozoa di saluran cerna yaitu E. hystolitica yang terbagi menjadi amoebiasis intestinal dan ekstraintestinal berdasarkan lokasi.

Sumber infeksi terutama dari penderita tanpa gejala klinis atau carrier, mengeluarkan kista ratusan ribu per hari, masuk ke dalam manusia melalui makanan atau minuman, juga dapat menyebar melalui vektor seperti lalat atau kecoa atau dari tangan ke tangan EpidemiologiSering ditemukan di tropik dan subtropik yang sanitasinya buruk dan sering dijumpai di rumah-rumah sosial, penjara, rumah sakit dan lain-lain.

90% infeksinya bersifat asimptomatik, sementara 10% bersifat simptomatik

EtiologiEntamoeba histolytica, anggota kelas rhizopodaTerbagi menjadi 2 stadium dalam siklus hidupnya, yaitu stadium trofozoit (bentuk histolitica dan minuta) dan stadium kista.

Bentuk histolytica bersifat patogen dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk minuta tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah. Bersifat merusak jaringan sekitar melalui sekresi enzim proteinase.Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, bulat hingga lonjongPatogenesa Amoebiasis IntestinalKista Masuk ke GI Histolitika

menembus mukosa usus besar (lapisan submukosa dan mukosa muskularis) dan mensekresikan enzim cystein proteinase yang melisiskan jaringan

menimbulkan kerusakan jaringan, membentuk ulkus yang melebar (menggaung)

Infeksi yang menimbulkan gejala berupa diare dengan tinja yang berlendir atau disertai darah, tenesmus (nyeri ketika buang air besar), disertai rasa tidak enak di perut dan mulasGejala dan TandaAmoebiasis akut memiliki masa tunas 1-14 minggu. Penderita amoeba intestinalis sering dijumpai dengan gejala atau tanpa gejala. Disentri yang simptomatik ditandai dengan diare berdarah dengan mukus atau lendir yang disetai rasa tidak nyaman di perut, tenesmus juga disertai dengan demam.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan darah leukositosispemeriksaan tinja parasit (+) menemukan Entamoeba histoliticaMenggunakan sediaan langsung dengan air garam faalDirekomendasikan pemeriksaan mikroskopik terhadap kista dan bentuk torfozoit minimal 3 sampel tinja dalam periode 10 hari karena dapat meningkatkan deteksi dari 85-95%

Rekomendasi Pengobatan Amoebiasis1Carrier asimptomatik (Luminal Agents)Iodoquinol (tablet 650 mg), dosis 3x650 mg per hari selama 20 hariParonomycin (tablet 250 mg), dosis 3x500 mg per hari selama 10 hari2Kolitis AkutMetronidazol (tablet 250 atau 500 mg), dosis oral atau intravena 3x sehari selama 5-10 kali ditambah dengan bahan luminal dengan dosis yang sama3Abses Hati AmoebaMetronidazol 3x750 mg per oral atau ivTinidazole dosisnya 2 gram per oralOmidazol dosisnya 2 gram per oral ditambah bukan luminal dengan jumlah yang samaMetronidazolBekerja dengan cara difusi ke dalam mikroorganisme yang akan interaksi dengan DNA sehingga struktur DNA akan rusak. Bekerja aktif melawan bakteri anaerob dan yang sensitif dgn metronidazol

Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada penderita hipersensitifitas metronidazol, bumil (trimester pertama) karena pada penelitian bersifat karsinogenik

ESO : gangguan GIS (mual, muntah, gangguan pengecapan), nyeri kepala, dan lain sebagainya

Kehamilan B (KI bumil trimester 1)Prognosa & KomplikasiDiagnosa dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan amoeba terhadap obat yang diberikan. Umunya menghasilkan yang baik terutama tanpa komplikasi

Komplikasi terjadi dibedakan menjadi komplikasi intestinal dan ekstraintestinal. Komplikasi intestinal seperti perdarahan usus karena menginvasi pembuluh darah, perforasi usus karena menembus lapisan muskularis dinding usus besar, ameboma berupa infeksi kronik yang menimbulkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi, intususepsi dan penyempitan usus (striktura). Komplikasi ekstraintestinal tergantung dari lokasi penyebarannya, seperti amoebiasis hati, amoebiasis pleuropulmonal dan lain-lain.

PencegahanPencegahan amoebiasis terutama untuk kebersihan perorangan (personal hygiene) seperti mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar dengan sabun cuci tangan, dan lingkungan (environmental hygiene) seperti memasak air minum, mencuci bahan makanana sebelum dimasak hingga bersih, tidak menggunakan kotoran manusia untuk pupuk, menutup makanannya dengan baik agar tidak ditempel oleh lalat dan kecoak, membuang sampah di tempat sampah yang tertutup untuk menghindari lalat.