Laporan Kasus
-
Upload
fahmi-majid-al-maghfur -
Category
Documents
-
view
44 -
download
0
description
Transcript of Laporan Kasus
LAPORAN STUDI KASUS STASE ANAK
RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA
UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP An.Z
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENYAKIT BROCHOPNEUMONIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship
Oleh:
Dedy Murianto, S.Ked.(207.121.0020)
Pembimbing:
dr. Dina Mariyati
KEPANITERAAN KLINIK MADYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Anak
yang berjudul “Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga terhadap An.A dalam
Menangani Permasalahan Penyakit Brochopneumonia” ini dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna
memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi
dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna.
Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun
ucapkan terima kasih.
Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun,
pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun
Andira Aulia Rahmah, S.Ked.
i
ii
DAFTAR ISI
1. Judul
2. Kata Pengantar ..................................................................................................i
3. Daftar Isi ..........................................................................................................ii
4. BAB I : Pendahuluan
Latar Belakang...........................................................................................1
Tujuan........................................................................................................1
Manfaat......................................................................................................1
5. BAB II : Status Penderita
Pendahuluan...............................................................................................1
Identitas Penderita......................................................................................1
Anamnesa...................................................................................................1
Anamnesa Sistem.......................................................................................3
Pemeriksaan Fisik......................................................................................4
Pemeriksaan Penunjang.............................................................................6
Resume.......................................................................................................6
Diagnosis Holistik......................................................................................6
Penatalaksanaan Holistik...........................................................................8
Follow Up dan Flow Sheet.......................................................................10
6. BAB II : Identifikasi Keluarga
Profil Keluarga.........................................................................................12
Identifikasi Fungsi-Fungsi dalam Keluarga.............................................15
7. BAB III : Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Identifikasi Faktor Perilaku dan Non-Perilaku Keluarga.........................21
Diagram Faktor Perilaku dan Non-Perilaku.............................................22
1. BAB IV : Daftar Masalah
Masalah Medis.........................................................................................24
Masalah Non-Medis.................................................................................24
Diagram Permasalahan Keluarga.............................................................24
2. BAB V : Tinjauan Pustaka
Demam Tifoid (Typhoid Fever)...............................................................25
3. BAB VI : Penutup
iii
Kesimpulan Holistik................................................................................36
Saran ........................................................................................................37
4. Daftar Pustaka.................................................................................................38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini seorang anak sangat rentan dengan berbagai penyakit yang
dapat disebabkan oleh kuman, virus, dan lain lain. Penyakit yang sering didapat
pada seorang anak salah satunya adalah bronkopneumonia. WHO mencatat bahwa
insiden pada tahun 2010 dinegara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan
negara- negara di Eropa lainya yang menderita penyakit bronkopeneumonia
sekitar 45.000 orang. Negara – negara berkembang seperti di Afrika dan Asia
tengara sekitar 70 % kematian pada anak usia 0 sampai 6 tahun disebabkan
bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru yang terjadi pada
ujung akhir bronciolus yang tersumbat oleh eksulat mukoperulen untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya. Timbulnya
bronkopneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. Penyakit
bronkopneumonia di Indonesia barada di posisi yang delapan dari sepuluh
penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Setelah diare, demam
berdarah dengue, tipoid, demam peyebabnya tidak diketahui, dsypepsia,
hipertensi, ISPA.
1
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Bronchopneumonia
b. Untuk mengetahui patofisiologi dari Bronchopneumonia
c. Untuk mengetahui penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari
bronchopneumonia
1.3 Manfaat
a. Dengan mengetahui pengertian dan manifestasi klinis dari
Bronchopneumonia maka dapat mendiagnosa pasien secara tepat.
b. Dengan mengetahui patofisiologi dari Bronchopneumonia maka dapat
melakukan penatalaksanaan atau terapi kepada pasien dengan tepat.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama pasien : An Z
Usia : 3th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : jl.joyo mulyo dinoyo malang
Nama Ayah : Alm Tn:S
Usia Ayah : 35 Tahun
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny. N
Usia Ibu : 34 Tahun
Pekerjaan Ibu : guru
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl.joyo mulyo dinoyo malang
2.2 Anamnesa
2.2.1 Keluhan Utama : Sesak
2.2.2 Keluhan Penyerta : demam dan batuk
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang : sesak dirasakan sejak tiga hari yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan demam sejak duahari yang lalu serta
Batuk lebih dari satu minggu. batuk berdahak disertai dengan
pilek. Dahak berwarna putih cair tidak ada darah. Pasien juga
susah mengeluarkan dahaknya.
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Mondok : Disangkal
b. Riwayat Asma : (+)
c. Riwayat Kejang Demam : Disangkal
d. Riwayat Alergi Obat atau Makanan : Alergi suhu dingin
e. Riwayat Hipertensi : Disangkal
f. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
3
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit serupa : (-)
b. Riwayat Asma : (+)
c. Riwayat Kejang Demam : (-)
d. Riwayat Alergi Obat atau Makanan : (-)
e. Riwayat Hipertensi : (-)
f. Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
2.2.6 Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit saat hamil An. Z. hanya
terasa mual dan muntah diawal kehamilan, tetapi setelah usia 4
bulan lebih mual dan muntah menghilang. Kontrol rutin ke bidan
selama kehamilan.
2.2.7 Riwayat Kelahiran
Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan.
Berat anak saat lahir 3,2 Kg dan panjang badan 33 cm. tidak
pernah mengalami abortus.
2.2.8 Riwayat Imunisasi
a. Imunisasi BCG : 1 kali
b. Imunisasi Hepatitis : 3 kali
c. Imunisasi Polio : 4 kali
d. Imunisasi DTP : 4 kali
e. Imunisasi Campak : 1 kali
2.2.9 Riwayat Kebiasaan
Waktu luang diisi dengan bermain bersama saudara dan anak
tetangga
2.2.10 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Tangan mengepal : 1 bulan
b. Miring : 3 bulan
c. Tengkurap : 8 bulan
d. Merangkak : 10 bulan
e. Berjalan : 17 bulan
4
f. Berbicara : 12 bulan
g. Tumbuh gigi pertama : 21 bulan
2.2.11 Riwayat Gizi
Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi tim,
sayur dan lauk yang lembek.
Anamnesis Sistem
1. Kulit : warna kuning langsat, kulit gatal(-), keriput (-)
2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-)rambut rontok(-), luka(-),
benjolan di leher(-), demam (+)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-),
penglihatan ganda(-)
4. Hidung : tersumbat (+/+), mimisan(-/-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan(-),
nyeri(-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering(-), lidah terasa pahit(-)
7. Tenggorokan : nyeri menelan (-), suara serak (+)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (+), mengi(-)
9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar(-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare(-), nafsu makan
menurun(+), nyeri perut(-), BAB normal
11. Genitourinaria : BAK normal
12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)
13. Psikiatrik : emosi stabil (-), mudah marah(-)
14. Muskolokeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan
dan kaki(-), nyeri otot(-)
15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(- ), telapak tangan pucat( -),
kebiruan(-), luka(- )
16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-),
kebiruan(-), luka(-)
5
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Keadaan Umum : Tampak Lemas
2.3.2 Kesadaran/GCS : Compos mentis/ 456
2.3.3 Antopometri
BB : 15 kg
PB : 96 cm
Status gizi : persentil 0 (Baik)
2.3.4 Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 112 x/menit
RR : 24 x/menit
T0ax : 40 0C
2.3.3 Head to Toe
1. Kulit : Kuning, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
petechie (-), eritem (-)
2. Kepala : bentuk mesocephal, massa (-)
3. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
isokor (-/-)
4. Hidung : nafas cuping hidung (+/+), rhinorrhea (+/+),
epistaksis (-/-)
5. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir
kering (-/-)
6. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-)
7. Tenggorokan : tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (+)
8. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
6
9. Thorax : normochest, simetris, pernafasan abdominalthoracal,
retraksi (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),
nyeri (-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tampak (+)
Palpasi : tidak ada data nyeri tekan dan massa
Perkusi : Batas kiri atas : ICS 2 PSL sinistra
Batas kanan atas : ICS 2 PSL dexstra
Batas kiri bawah : ICS 4 PSL sinistra
Batas kanan bawah : ICS5 MCL dexstra
Auskultasi : S1 dan S2 norma regular, HR 112 x/menit. Suara
tambahan (-)
Pulmo :
Inspeksi : DBN
Palpasi : DBN
Perkusi : DBN
Auskultasi : wezing Rhonki
+
+
+
+ +
Abdomen
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-),
bekas jahitan (-)
Palpasi : nyeri tekan abdomen (-)
Perkusi : -
Auskultasi : bising usus (+ N)
10. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
7
+ +++ +
11. Ekstremitas :
Akral hangat Oedem
12. Pemeriksaan neurologik :
Kesadaran : compos mentis/ GCS 456
Fungsi luhur : tidak ada data
Fungsi vegetatif : tidak ada data
Fungsi sensorik
Fungsi motorik
Ref.Fisiologis Ref.Patologis
8
Kekuatan Tonus Reflek Fisiologis
+ +
+ +
- -
- -
+ +
+ +
5 5
5 5
+ +
+ +
+ +
+ +
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1. Pemeriksaan Darah Lengkap
PemriksaanHasil
Nilai Normal2 januari Unit
Hematologi
Hb
Hct
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
POW
MPV
PCT
2,8
35,5
8,68
329
4,27
9,0
-6,78
0,2
g/dl
%
Ribu/uL
Ribu/uL
Juta/uL
Fl
Fl
%
11,5-13,5
34-40
50-14,5
150-440
3,96-5,32
9-13
7,2-11,1
Index
MCV
MCH
MCHC
83,2
27,6
33,2
Fl
Pg
%
75-97
24-30
31-37
Differential
Basofil
Eosinofil
Limfosit
Monosit
Neutrofil
0,2
-0,4
-29,5
+8,5
61,4
%
%
%
%
%
0-1
1-6
30-45
2-8
50-70
Jumlah Total sel
Limfosit
Total basofil
Total monosit
Total eosinofil
Total neutrofil
2,56
0,02
0,74
0,03
5,33
Ribu/uL
Ribu/uL
Ribu/uL
Ribu/uL
Ribu/uL
9
Pemeriksaan IgE 558,0 normal pada usia 3 tahun < 45 iu/ml
Hasil Foto Rontgen Thorax AP
Didapatkan pada pulmo tampak infiltrate dengan air bronkogram pada parakardial kanan kiri hilus D/S menebal, kedua sinus kostofrenikus tajam,diafragma D/S baik tulang dan jaringan lunak normal
Kesimpulan : Brochopneumonia
2.5 Resume
a. Anamnesa
sesak dirasakan sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam
sejak duahari yang lalu serta Batuk lebih dari satu minggu. batuk berdahak
disertai dengan pilek. Dahak berwarna putih cair tidak ada darah. Pasien juga
susah mengeluarkan dahaknya.
b. Pemeriksaan Fisik
Demam (suhu 40oC), lemas, pernafasan cuping hidung (+), rhinorrea,
rhonki (+) wising (+)
c. Pemeriksaan Penunjang
CRP : negative
Foto Rotngen Thorax AP : Brochopneumonia
2.6 Diagnosa Holistik
a. Personal
An. Z datang dengan keluhan sesak dirasakan sejak tiga hari yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak duahari yang lalu serta Batuk lebih dari
satu minggu. batuk berdahak disertai dengan pilek. Dahak berwarna putih cair
tidak ada darah. Pasien juga susah mengeluarkan dahak nya.
10
Klinis
Diagnosa Kerja : Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang pasien dapat didiagnosa Bronchopenumonia.
Diagnosa Bading : Tuberculosis Paru, Bronkiolitis, Pneumonia
c. Resiko Internal
Anak usia 3 , sistem imun masih sangat rendah, pola dan jenis makanan
yang kurang baik karena pasien tidak rutin mengkonsumsi buah dan sayur.juga
factor life style anak yang suka jajan sembarangan
d. Resiko eksternal
Pasien aktif berinteraksi dengan teman sebaya dan juga orang dewasa baik
di lingkungan rumah maupun di likungan sekolahnya dengan kondisi lingkungan
yang kurang baik, selain itu perilaku hidup bersih dan sehat sangat kurang
diterapkan oleh orangtua pasien.
e. Fungsional
Derajat fungsional scorenya 4 karena pasien harus rawat inap di rumah
sakit, berbaring dan banyak istirahat sehingga pasien tidak dapat melakukan
aktifitas sehari-hari.
f. Diagnosa dari segi biologis
Bronchopneumonia
g. Diagnosa dari segi psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan ibu baik. Intensitas waktu untuk
berkumpul bersama keluarga juga sering. Meskipun ibunya bekerja tetapi selalu
menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya. Selain itu mereka
juga sering berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar.
h. Diagnose dari segi sosial
Pasien setiap hari bermain dengan saudaranya yang letak rumahnya berada
di sebelah rumah pasien serta bermain dengan anak dari tetangganya.
11
2.7 Penatalaksanaan Holistik
2.7.1 Farmakologi
KA-EN 3B
Indikasi:
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
pada keadaan asupan oral terbatas Rumatan untuk kasus pasca operasi (>
24-48 jam) Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A Mensuplai
kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
Tiap liter isi mengandung
- sodium klorida 1,75g,
- ptasium klorida 1,5g,
- sodium laktat 2,24g,
- anhydrous dekstros 27g.
- Elektrolit (mEq/L) :
a. Na+ 50,
b. K+ 20,
c. Cl- 50,
d. laktat- 20,
e. glukosa 27 g/L.
f. kcal/L. 108
TAXEGRAM
Komposisi : Cefotaxime Na
Indikas : Infeksi saluran napas bawah, infeksi saluran urogenital, GO tanpa
komplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intra-abdominal
termasuk peritonitis, infeksi tulang dan atau sendi, infeksi SSP
termasuk meningitis
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 g tiap 12 jam. Infeksi serius :
Maksimal : 12 g/hari. Untuk dosis > 4 g/hari diberikan tiap 12 jam. GO
: 1 g/hari IM dosis tunggal. Infeksi tanpa komplikasi : 2 g/hari IM/IV,
infeksi sedang sampai serius : 3-6 g/hari IM/IV, infeksi yang
mengancam jiwa : 12 g/hari IV, infeksi yang memerlukan dosis tinggi :
6-8 g/hari. Pra dan pasca operasi : 1-2 g, 30-60 menit sebelum
operasi
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin
12
Perhatian : Riwayat penyakit GI, gangguan fungsi ginjal berat, hipersensitif
terhadap penisilin. Hamil, menyusui
Efek Samping : Pruritus,demam, urtikaria, sindroma Steven-Johnson, syok
anafilaksis. Trombositopenia, eosinofilia, leukopenia, vaginitis,
moniliasis Interaksi
KALMETHASONE
Indikasa :digunakan terutama dalam pengobatan inflamasi dan kondisi alergi dan
penyakit lain yang responsif terhadap glucocorticoid. Hal ini tidak efektif untuk
pengobatan akut atau kronis kekurangan adrenokortikoid di mana aktivitas
mineralkortikoid diperlukan.
KONTRA INDIKASI :.Seperti persiapan glukokortikoid lain KALMETHASONE® tidak boleh digunakan pada pasien dengan herpes simpleks okular. Tidak boleh digunakan sendiri tanpa bersamaan pemberian terapi kausal yang tepat pada pasien dengan piogenik atau infeksi jamur.
DOSIS :.Untuk pemberian oralPersyaratan dosis variabel dan harus individual atas dasar penyakit dan respons dari pasien. Dosis awal bervariasi 0,75 – 9 mg per hari tergantung pada penyakit yang sedang dirawat. Pada penyakit yang kurang parah,dosis lebih rendah dari 0,75 mg diperkirakan cukup. Sedangkan pada penyakit parah dosis yang lebih tinggi dari 9 mg mungkin diperlukan. Dosis awal harus dipertahankan atau disesuaikan sampai respon pasien memuaskan. Jika respon klinis yang memuaskan tidak terjadi setelah jangka waktu yang wajar, hentikan pengobatan tablet Dexamethasone dan transfer pasien untuk terapi lain. Setelah respon awal yang baik, Dosis Maintenance harus ditentukan dengan mengurangi dosis awal dalam jumlah kecil hingga dosis terendah yang mempertahankan respon klinis yang memadai. Pasien harus diamati dengan cermat untuk tanda-tanda yang mungkin memerlukan penyesuaian dosis, termasuk perubahan dalam status klinis yang dihasilkan dari remisi atau eksaserbasi dari penyakit, respon obat individu, dan pengaruh stres (misalnya pembedahan, infeksi, trauma). Selama stres mungkin perlu untuk meningkatkan dosis sementara. Jika obat ini harus dihentikan setelah lebih dari beberapa hari pengobatan, biasanya harus ditarik secara bertahap. Miligram setara berikut memfasilitasi perubahan untuk dexamethasone dari glukokortikoid lain.
13
AMBROXOL SYRUP (OGB)
KANDUNGANAmbroxol HCl/Ambroksol HCl.
INDIKASIKelainan saluran pernafasan akut & kronik yang berhubungan dengan sekresi bronkhial yang abnormal, terutama pada bronkhitis kronik yang memburuk, bronkhitis asmatik, asma bronkial.
PERHATIANKehamilan, menyusui.
EFEK SAMPINGGangguan pada saluran pencernaan yang bersifata ringan, reaksi alergi.
KEMASANBotol 60 mL.
DOSISDewasa & anak yang berusia di atas 12 tahun : 3 kali sehari 10 ml (pengobatan jangka panjang).Anak berusia 5-12 tahun : 2-3 kali sehari 5 ml.Anak berusia 2-5 tahun : 3 kali sehari 2,5 ml.Anak berusia kurang dari 2 tahun : 2 kali sehari 2,5 ml.
Naprex Setiap 0,6 ml mengandung Parasetamol 60 mg.Naprex Suspensi/SirupSetiap 5 ml (1 sendok takar) mengandung Parasetamol 250 mg.
FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)Naprex mempunyai efek analgesik (anti nyeri) dan antipiretik (penurun panas) :Sebagai analgesik, bekerja dengan cara meningkatkan ambang rasa sakit.Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.INDIKASI / KEGUNAANUntuk menurunkan demam dan meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala dan sakit gigi.
KONTRAINDIKASINaprex jangan diberikan kepada : Penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol.
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
14
Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai Naprex.Naprex Drops 60 mg/0,6 ml Anak di bawah 1 tahun : 0,6 ml, 3 – 4 kali sehari.
Anak 1 – 2 tahun : 0,6 – 1,2 ml, 3 – 4 kali sehari.
Atau menurut petunjuk dokter.
Naprex Suspensi 250 mg/5 ml Anak 2 – 6 tahun : 2,5 ml (1/2 sendok takar), 3 – 4 kali sehari.
Anak 6 – 12 tahun : 5 – 10 ml (1-2 sendok takar), 3 – 4 kali sehari.
Atau menurut petunjuk dokter.
EFEK SAMPINGEfek samping Naprex yang dapat terjadi adalah : Penggunaan untuk jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati.
Reaksi hipersensitivitas
PERINGATAN DAN PERHATIAN Hati-hati penggunaan Naprex pada penderita gangguan fungsi ginjal.
Bila setelah dua hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi dokter atau unit pelayanan kesehatan.
Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko gangguan fungsi hati.
Pemakaian tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan hati.
ANTRAIN INJEKSI
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung :
Metamizole Na 500 mg
ANTRAINI Injeksi
Tiap ml mengandung:
Metamizole Na 500 mg
CARA KERJA OBAT :
Metamizole Na adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang
mempunyai khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer. Metamizole Na bekerja
sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran pencernaan mempunyai waktu paruh
1-4 jam.
15
INDIKASI : Untuk meringankan rasa sakit,terutama nyeri kolik operasi.
Dosis :
Dewasa:
- Tablet : 1 tablet jika sakit timbul, berikutnya 1 tablet tiap 6-8 jam,maksimum 4
tablet sehari.
- Injeksi : 500 mg jika sakit timbul, berikutnya 500 mg tiap 6-8 jam,
maksimum 3 kali sehari, diberikan secara injeksi I.M. atau I.V.
KONTRA INDIKASI :
- Penderita hipersensitif terhadap Metamizole Na.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg.
- Bayi di bawah 3 buian atau dengan berat badan kurang dari 5 kg.
EFEK SAMPING :
- Reaksi hipersensitivitas: reaksi pada kulitmisal kemerahan.
- Agranulositosis.
INTERAKSI OBAT :
Bila Metamizole Na diberikan bersamaan dengan Chlorpromazine dapat
mengakibatkan hipotermia.
Rumus dosis maintenance cairan:
Berat badan anak dibagi menjadi tiga bagian :
10 Kg I = 100
10 Kg II = 50
Terapi An.A:
10 x 100 = 1000 cc
1 x 50 = 50 cc
Total Kebutuhan Cairan = 1050 cc
(1050 cc x 15 tetes) / 1440 menit = 11 tetes/menit
2.7.2 Non-Farmakologi
16
a. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
o Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya
menjaga kebersihan ruangan, pastikan ruangan tidak lembab karena
bakteri dapat berkembangbiak di ruangan yang lembab.
o Menjaga higienitas makanan dan asupan cairan dan nutrisi yang sehat
dan cukup.
o Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.Z,
mengenai brokopneumonia (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala
klinis, kondisi kegawatan, penanganan dini atau rujukan, dan
komplikasi).
o Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan
dan mencegah komplikasi.
o Memberikan informasi mengenai pemakaian masker untuk mencegah
tibulnya penularan bakteri
o Memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI karena
dapat meningkatkan imunitas anak
o Untuk sementara waktu tidak menggunakan pendingin ruangan atau
AC karena pendingin ruangan tidak memperbaiki sirkulasi udara yang
ada di dalam ruangan.
b. Analisa dan Pola Pengaturan Gizi
Perhitungan BMR dengan rumus Harris Benedict
66+(13,7xBB) + (5xTB) - (6,8xU) = 66 + (13,7x15) + (5x96) – (6,8x3)
= 731,1 kkal
Kebutuhan kalori terkait aktivitas dan stress:
- Aktifitas istirahat di tempat tidur (faktor: 1,2)
- Trauma stress ringan: demam (faktor 1,4)
Kalori = BMR x faktor aktifitas x faktor stress
= 731,1 x 1,2 x 1,4
= 1228,24 kkal
Kalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni:
1. Makan pagi 20% = 245,64 kalori
17
2. Makan siang 30% = 368,47 kalori
3. Makan malam 25% = 307,06 kalori
4. Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 122,82 kalori
5. Asupan di sela makan siang dan malam 15% = 184,23 kalori
2.8 Follow Up
Tgl S O A P
1 febuari 14
Batuk berdahak selama lebih dari satu minggu. Dahak berwarna putih cair dan tidak ada darah.
2 hari yang lalu muncul demam.
Tidak ada penurunan berat badan
Mual dan muntah (-)
Dua minggu yang pasien mengalami flu.
KU: Tampak lemas
Kesadaran: compos mentis
GCS : 456 BB: 15 kg PB: 96 cm TD:100/70mmhg Nadi:112x/mnt Toax: 40oC Pulmo :
Ausk:Weeizing+ ++ +
Rhonki+ ++ +
Pemeriksaanpenunjang :Rontengen torak PA(+) bronco pnemoni
DL:MPV :- 6,78Eosinophil: -0,4Limfosit -29,5Monosit+ 8,5
DDx:PneumoniaBronchitisTB ParuSusp. BP
P.Penunjang:Darah lengkap, Foto rotngen Thorax AP, CRP
Terapi: Infus KN3B
1000cc/24 jam Inj.iv teksagram
2x400 mg Inj. Kalmetason
3x1,5 mg 1x0,3 cc Syrup noprex
3x3/4 cth Syrup campuran
(ambroksol) 3x1cth
Nebulizer pz 1cc+wfi 1combivet ½ respul 2x/hari
Edukasi: Menggunakan
masker Sering
mengganti sprei bantal dan kasur
Membiasakan hidup bersih
18
dan sehat dengan rutin mencuci tangan
2 febuari 14
Keluhan panas dan sesak sudah berkurang
Batuk masih ada
T:37oc TD:90/70 N:100x/mntRonki dan weezing (+) D/S
WDX:Bronco Pneumonia
Terapi: Infus KN3B
1000cc/24 jam Inj.iv teksagram
2x400 mg Inj. Kalmetason
3x1,5 mg Syrup noprex
3x3/4 cth Syrup campuran
(ambroksol) 3x1cth
Nebulizer pz 1cc+wfi 1combivet ½ respul 2x/hari
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Sistem Respirasi
Gambar 1. Sistem Respirasi
a. Hidung
Hidung merupakan bagian paling atas dari alat pernapasan dan merupakan
alat pernapasan paling awal yang dilalui udara. Di hidung terdapat saraf-saraf
penciuman. Rongga hidung berhubungan dengan rongga mulut udara masuk ke
dalam rongga hidungdan melalui lubang hidung. Rongga hidung memiliki tiga
fungsi utama yaitu:
Memanaskan udara
Pada rongga hidung terdapat suatu struktur yang disebut concha. Permukaan
concha ini diliputi banyak pembuluh darah kapiler, sehingga suhunya selalu
hangat. Udara yang menuju paru-paru bila melaluinya akan dihangatkan.
Menyaring udara.
Mencegah pemasukan gas-gas yang membahayakan ke dalam paru-paru. Hal ini
dimungkinkan oleh adanya indra pembau pada hidung, sehingga jika tercium bau
gas yang tidak enak merupakan petunjuk agar hidung ditutup. GasCO yang tidak
berbau akan lolos dari penyaringan ini, sehingga dapat menimbulkan kematian.
Mencegah masuknya debu-debu yang terkandung di dalam udara. Hal ini
dimungkinkan oleh adanya rambut-rambut halus disebut silia, yang meliputi
selaput mukosa hidung. Ketika dilalui udara silia bergerak menggelombang.
Melembabkan udara
20
Keadaan selaput mukosa hidung selalu lembab dan selalu memberikan sebagian
kelembapannya untuk udara yang terisap masuk. Oleh karena itu, udara akan
menjadi lembab dan hangat sebelum masuk paru-paru.
b. Laring
Pada bagian ujung belakang rongga hidung terdapat daerah yang disebut
faring (tekak). Faring merupakan lanjutan dari saluran hidung yang meneruskan
udara ke laring. Laring terdiri dari lempengan-lempengan tulang rawan. dan
tulang-tulang rawan pembentuk jakun. Apabila kita perhatikan bagian leher pada
laki-laki dewasa akan tampak adanya tonjolan jakun ini. Sebenarnya jakun tidak
hanya milik laki-laki saja, wanita pun memilikinya, hanya saja jakun pada wanita
tidak menonjol seperti milik laki-laki. Jakun tersusun dari katup pangkal
tenggorok, perisai tulang rawan, serta gelang-gelang tulang rawan. Pada laring
juga terdapat selaput suara yang akan bergetar jika ada udara yang melaluinya,
misalnya pada saat berbicara. Laring memiliki katup yang disebut epiglotis (anak
tekak). Epiglotis selalu dalam keadaan terbuka, dan hanya menutup jika ada
makanan yang masuk ke kerongkongan.Bagian dalam dindingnya digerakkan oleh
otot untuk menutup serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang
menghubungkan trakea dengan faring.
c. Tracea
Batang tengorok atau trakeamerupakan saluran pernapasan yang memanjang
dari pangkal rongga mulut sampai dengan rongga dada. Trakea berbentuk pipa
tersusun dari cincin-cincin tulang rawan terletak di depan kerongkongan. Trakea
menghubungkan rongga hidung maupun rongga mulut dengan paru-paru. Maka,
di samping melalui hidung, udara pernapasan dapat juga diambil melalui mulut.
Batang tenggorok selalu dalam keadaan terbuka sehingga proses
pernapasan dapat dilakukan setiap saat.. Bagian dalam trakea licin dilapisi oleh
selaput lendir dan mempunyai lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia. Lapisan
bersilia ini berfungsi untuk menahan debu atau kotoran dalam udara agar tidak
masuk ke dalam paru-paru. Apabila udara yang masuk itu kotor dan tidak dapat
disaring seluruhnya serta mengandung bakteri atau virus, akan mengakibatkan
infeksi radang tenggorokan dan mengganggu jalannya pernapasan.
21
d. Bronkus
Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru dengan trakea.
Bronkus terdapat di paru-paru kanan dan kiri. Cabang brokus ke kiri lebih
mendatar bila dibandingkan dengan cabang bronkus ke kanan. Hal ini merupakan
penyebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah diserang penyakit dibanding
paru-paru kiri. Setiap bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya
terdiri dari otot halus. Bronkus bercabang-cabang lagi disebut bronkiolus. Dinding
bronkiolus tipis dan tidak bertulang rawan.
e. Pulmo
Paru-paru adalah alat respirasi terletak antara rongga dada dan
diafragma.Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada
dan rongga perut. Selain sebagai pembatas, otot diafragma berperan aktif dalam
proses pernapasan. Paru-paru diselubungi oleh selaput elastis yang disebut pleura.
Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kiri dan paru-paru kanan.
Paru-paru kiri terdiri dari dua gelambir, sedangkan paru-paru kanan terdiri dari
tiga gelambir. Di dalam paru-paru terdapat bronkus dan bronkiolus. Bronkiolus
paru-paru bercabang-cabang lagi membentuk pembuluh-pembuluh halus.
Pembuluh-pembuluh halus ini berakhir pada gelembung-gelembung halus mirip
buah anggur yang berisi udara yang disebut alveolus. (alveoli = jamak). Yang
jumlahnya kira-kira mencapai 300.000.000 alveoli dengan luas permukaan
seluruhnya apabila direntangkan sekitar 80 meter persegi. Alveolus sangat tipis,
namun elastis dan mengandung kapiler-kapiler darah yang membentuk jaring-
jaring.
3.2 Fisiologi Sistem Respirasi
Proses bernapas pada manusia dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar.
Bernapas secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat
pernapasan, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas panjang,
kemudian menahannya beberapa saat, serta mengeluarkannya. Bernapas secara
tidak sadar, yaitu respirasi yang dilakukan tanpa perintah otak, misalnya pada saat
kita tidur nyenyak pun kita melakukan pernapasan.
22
Bernapas adalah pengambilan udara pernapasan masuk kedalam paru-paru
(inspirasi) dan pengeluarannya (ekspirasi). Inspirasi dan ekspirasi ini
berlangsnglima belas sampai delapan belas kali setiap menit. Proses tersebut
diatur oleh otot-otot diafragma dan otot antar tulang rusuk. Kerja otot-otot
tersebutlah yang dapat mengatur volume ruang dada, memperbesar ataupun
memperkecil menurut kehendak kita
Proses bernapas selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya,
manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
a. Pernapasan Dada
Pernapasan dada disebut juga pernapasan tulang rusuk. Proses inspirasi
diawali dengan berkontraksinya otot antar tulang rusuk, menyebabkan
terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini menyebabkan rongga dada membesar
sehingga tekanan udara di dalam dada menurun dan paru-paru mengembang.
Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru
menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian udara dari luar
masuk ke dalam paru-paru. Sebaliknya proses ekspirasi berlangsung pada saat
otot antar tulang rusuk berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan
ini mengakibatkan rongga dada menyempit, sehingga tekanan udara dalam rongga
dada meningkat dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil menyebabkan
tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dibanding tekanan
udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru.
b. Pernapasan Perut
Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan
berkontraksinya otot diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung
berubah menjadi datar. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga
dada dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru
menyebabkan udara dari luar masuk ke paru-paru. Proses ekspirasi terjadi pada
saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali melengkung.
23
Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan paru-paru
mengempis, tekanan udara dalam paru-paru naik, maka udara keluar dari paru-
paru.
3.3 Definisi Bronchopneumonia
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution). Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang
mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Bronchopneumina adalah
frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya
biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G.
Bare, 1993). Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing
(Sylvia, 1994). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
3.4 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang mencapai 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi saluran pernafasan bawah masih tetap
merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang
berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001
influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia,
nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi
saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Insidensi pneumonia
komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per tahun dan merupakan
24
penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara itu. Angka
kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %. Di Amerika dengan cara
invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia
sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera
diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia diberikan antibiotika secara
empiris. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit
infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di
Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan
11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 %
kasus infeksi dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam
Malik Medan 53,8 % kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi
nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180
pneumonia komunitas dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia
komunitas menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang
dirawat per tahun.
3.5 Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
25
Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
- Pada anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
- Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
- Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti latoskizis, pemberian makanan dengan posisi
horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada
anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis
minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam
lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang
berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi
dan anak, malnutrisi energy protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna merupakan faktor predisposisi terjadinya
penyakit ini.
3.6 Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan. Pembagian secara
anatomis :
26
- Pneumonia lobaris
- Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
- Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.
- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus
- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis.
- Corpus alienum
3.7 Patofisiologi
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi
neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan
menyebabkan penurunancompliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran
27
darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan
kerja jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan
kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk.
Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura
menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung
secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan
pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):
1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
28
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
3.8 Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40˚C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan inspeksi thorak didapatkan
pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.
Pada pemeriksaan palpasi thorak ditemukan Stem fremitus yang meningkat pada
sisi yang sakit. Pada pemeriksaan perkusi ditemukan bunyi sonor yang memendek
sedangkan untuk auskultasi didapatkan suara pernafasan mengeras (vesikuler
29
yang mengeras) disertai ronki basah dari halus sampai sedang. Ada pula yang
menyebutkan bahwa diagnosa bronkopneumonia tergantung pada luasnya daerah
yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Jika
bronkopneumonia tidak diberikan pengobatan biasanya proses penyembuhan
dapat terjadi antara 2-3 minggu.
3.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan
bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi
20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-
40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah
bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir
lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah
3.10 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Penetalaksanaan bronkopneumonia pada anak terdiri dari dua macam,
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum terdiri
dari :
30
Pemberian oksigen 2-4 L/menit, dilakukan hingga sesak nafas
hilang atau PaO2 normal.
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
Jika terjadi asidosis maka diatasi dengan pemberian bikarbonat
intravena.
Untuk penetalaksanaan khusus terdiri dari:
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita dengan kelainan jantung.
Pemberian antibiotik berdasarka mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Bronkopneumonia ringan dapat diberikan
amoksisilin 10-25 mg/KgBB. Untuk wilayah dengan angka
resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-
90 mg/KgBB/hari. Pemilihan antibiotic dalam penanganan
bronkopneumonia pada anak harus dipertimbangkan berdasarkan
pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yag dicurigai
maka diberikan antibiotic awal (21-72 jam pertama) menurut
kelompok usia.
Neonatus dan bayi (<2 bulan )
a. Ampicilin + aminoglikosida
b. Amoksisilin + asam klavulanat
c. Amoksisilin + aminoglikosida
d. Sefalosporin generasi 3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bln – 5 tahun)
a. Beta laktam amoksisilin
b. Amoksisilin-asam klavulanat
c. Golongan sefalosporin
d. Kotrimoksasol
e. Makrolit
Anak usia sekolah (>5 tahun)
a. Amoksisilin/makrolid (erytromisin, klaritromisin,
31
azitromisin)
b. Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
c. Edukasi
Menyarankan kepada keluarga pasien untuk meningkatkan nafsu makan
anak serta memberikan jenis makanan yang dapat meningkatkan sistem
imun anak. Selain itu juga disarankan kepada keluarga pasien untuk sering
mengganti seprei kasur dan bantal serta memperbaiki ventilasi rumah
sehingga sirkulasi udara di dalam rumah dapat mengalir dengan baik dan
tidak lembab.
3.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul jika tidak diobati dengan baik antara lain:
a. Atelektasis
Merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau
keseluruhan akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau brokiolus
oleh
b. Emfisema
Suatu keadaan paru dengan udara yang berlebihan sehingga
mengakibatkan pelebaran atau pecahnya alveolus.
c. Empiema
Keadaan terkumpulnya pus atau nanah dalam jaringan paru hingga rongga
paru.
d. Abses paru
Adanya suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent
berupa sel radang akibat prosesn nekrosis parenkim paru.
e. Endokarditis
Proses peradangan yang terjadi pada endokardium atau selapus jantung
akibat infeksi.
3.12 Prognosis
32
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang
terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah
lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan
dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi
memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dasar Penegakan Diagnosa
Kriteria diagnose pada kasus bronchopneumonia adalah bila ditemukan
tiga dari 5 gejala berikut:
a. Sesak nafas yang disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan
dinding dada atau retraksi intercostae.
b. Demam
c. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan rhonki basah halus hingga sedang
atau crackles
d. Pada pemeriksaan penunjang foto thorax menunjukkan hasil adanya
gambaran infiltrate yang difuse
e. Pada pemeriksaan darah lengkap terdapat leukositosis. Pada infeksi yang
dikarenakan oleh virus leukosit tidak melebih 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan jika dikarenakan infeksi bakteri maka leukosit berkisar
15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil yang lebih predominan.
4.2 Dasar Pemberian Terapi
Penetalaksanaan bronkopneumonia pada anak terdiri dari dua macam,
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum terdiri
dari :
Pemberian oksigen 2-4 L/menit, dilakukan hingga sesak nafas
hilang atau PaO2 normal.
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit
Jika terjadi asidosis maka diatasi dengan pemberian bikarbonat
intravena.
Untuk penetalaksanaan khusus terdiri dari:
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi, takikardi, atau penderita dengan kelainan jantung.
34
Pemberian antibiotik berdasarka mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Bronkopneumonia ringan dapat diberikan
amoksisilin 10-25 mg/KgBB. Untuk wilayah dengan angka
resistensi penisilin yang tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-
90 mg/KgBB/hari. Pemilihan antibiotic dalam penanganan
bronkopneumonia pada anak harus dipertimbangkan berdasarkan
pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yag dicurigai
maka diberikan antibiotic awal (21-72 jam pertama) menurut
kelompok usia.
Neonatus dan bayi (<2 bulan )
e. Ampicilin + aminoglikosida
f. Amoksisilin + asam klavulanat
g. Amoksisilin + aminoglikosida
h. Sefalosporin generasi 3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bln – 5 tahun)
f. Beta laktam amoksisilin
g. Amoksisilin-asam klavulanat
h. Golongan sefalosporin
i. Kotrimoksasol
j. Makrolit
Anak usia sekolah (>5 tahun)
d. Amoksisilin/makrolid (erytromisin, klaritromisin,
azitromisin)
e. Tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
35
BAB V
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
5.1 Profil Keluarga
5.1.1 Karakteristik Demografi Keluarga
Nama Pasien : An. A
Alamat : Junrejo, Batu
Bentuk Keluarga : Extended Family
Siklus keluarga : orang tua dengan anak
Struktur Komposisi Keluarga
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No NamaKeduduka
nL/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Pasien
RSKeterangan
1.Tn. N Kepala
KeluargaL 39 S1 Swasta Tidak -
2. Ny. T Ibu P 30 S1
Pegawai
Keluraha
n
Tidak -
3. An. I Anak P 6 SD Pelajar Tidak -
4.An. A
Anak L23
bln- - Iya BP
5.Ny. S
Nenek P 55 S1Pensiunan
PNS- -
Kesimpulan : keluarga An. Atermasuk dalam extended family yang terdiri
atas 5 orang dan tinggal dalam satu rumah yang beralamatkan Jalan Mojorejo
II No. 8 Junrejo Kota Batu. An. A adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Anak pertama Tn. N adalah An. I yang berumur 6 tahun. Tn. N berkerja
disebuah perusahaan swasta di Kota Malang. Ibu An. A yaitu Ny. T bekerja
sebagai karyawan kelurahan. Setiap hari An. A dititipkan pada pengasuhnya
yang tinggal di dekat neneknya dan diambil saat Ny. T pulang dari kerja.
36
Nenek An. A yaitu Ny. S merupakan pensiunan PNS tetapi saat ini bekerja
disebuah klinik yang ada di Batu.
a. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
Lingkungan Tempat Tinggal
Tabel 2. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : menumpang/kontrak/hibah/milik sendiri
Daerah perumahan : kumuh/padat bersih/berjauhan/mewah
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 90 m2, Luas halaman rumah : 18 m2 Pasien tinggal di
rumah milik sendiri
yang memenuhi
standar rumah sehat
dengan jumlah
penghuni lima
orang yang
merupakan
extended family
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang
Jarak antar rumah : - m
Rumah 2 lantai, tetapi lantai 2 hanya digunakan untuk menjemur
pakaian
Lantai rumah dari : keramik
Dinding rumah dari : tembok batu bata
Jamban keluarga : mandiri
Tempat bermain : halaman rumah
Penerangan listrik : 900 watt, Pencahayaan cukup baik ( ±7 buah
jendela yang di atasnya diberi ventilasi), jumlah pintu sebanyak 3 buah
(pintu depan, belakang dan garasi mobil)
Ketersediaan air bersih : Sumur bor
Kondisi rumah : rumah cukup lebar dan bersih, jarak dengan atap
rumah juga tinggi sehingga memungkinkan masuknya udara dengan
baik. Ventilasi berupa jendela kaca dan ventilasi kayu yang berada di
atas jendela. Hanya saja bagian halamn belakang rumah tampak kotor
karena digunakan untuk memelihara unggas seperti ayam dan entok.
Halaman depan rumah cukup luas tetapi karena jarak rumah dengan
jalan raya sangat dekat dan tidak ada tanaman atau pohon yang
menyaring udara sehingga banyak debu yang masuk ke halaman.
Tempat pembuangan sampah : di depan rumah kemudian diambil oleh
petugas kebersihan setiap pagi.
37
Kepemilikan Barang-Barang Berharga
- Satu buah mobil
- Dua buah sepeda motor
- Beberapa perhiasan
- Tiga buah telepon seluler
- Satu buah labtop
- Satu buah gadget (Ipad)
b. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
Jenis tempat berobat : Praktek dokter pribadi dan RS Swasta yang
cukup jauh jaraknya
Asuransi/jaminan kesehatan : -
c. Sarana Pelayanan Kesehatan
Tabel 3. Pelayanan kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat
pelayanan kesehatan
Jalan kaki
Angkot
Kendaraan pribadi
Jarak cukup jauh, tetapi
pasien juga merasa puas
dengan pelayanan RS
Tarif pelayanan
kesehatan
Sangat mahal
Mahal
Terjangkau
Murah
Gratis
Pasien merasa senang
berobat di rumah sakit
swasta karena
pelayanannya yang
bagus
Kualitas pelayanan kesehatan Sangat Memuaskan
Memuaskan
Cukup Memuaskan
Tidak memuaskan
(Data primer,20 April 2013)
d. Pola Konsumsi Makanan Keluarga (Food Recall)
Kebiasaan Makan
Keluarga pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi tim
sepiring, sayur, dan lauk yang bervariasi setiap harinya. Pasien juga tidak
lupa makan buah tapi tidak sering.
38
Tabel 4. Food Recall
Makan Pagi
Nasi Putih yang di tim Tempe goreng Tahu goreng Sayur Bayam Susu / air putih
Makan Siang
Nasi putih yang di tim Sayur soup Perkedel kentang Daging sapi Perkedel jagung Susu /Air putih
Makan Malam
Nasi putih yang di tim Rawon Susu/Air putih
Penerapan pola gizi seimbang
Ny. T mengaku sangat memperhatikan pola makan anak-anaknya dan
rajin mengkonsumsi sayur-sayuran. Ny. T mengaku bahwa An. A sangat
suka makan sayur dan tidak susah makan. Selain itu keluarga juga
mengkonsumsi buah-buahan walaupun tidak rutin setiap hari.
e. Pola Dukungan Keluarga
Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Keluarga Tn. N cukup harmonis dan saling mendukung. Setiap
masalah yang timbul biasanya didiskusikan dan diselesaikan bersama-
sama dengan istri dan ibu mertuanya.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
Menurut penulis untuk saat ini tidak ada penghambat dalam
menyelesaikan masalah dalam keluarga.
5.2 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
5.2.1 Fungsi Holistik
a. Fungsi Biologis
39
An. A terserang bronchopneumonia sehingga harus rawat inap di
rumah sakit
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan seluruh keluarga besarnya berjalan
harmonis. Intensitas waktu untuk berkumpul bersama keluarga juga sering.
Mereka juga selalu menyempatkan waktu untuk keluar bersam setiap akhir
pekan. Selain itu mereka juga sering berkunjung dan berkumpul dengan
keluarga besar
c. Fungsi Sosial
Pasien sering bermain dengan anak-anak tetangga dan
saudaranya yang tinggal di sebelah rumahnya.
5.2.2 Fungsi Fisiologis
Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut
Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut
Affection
Menggambarkan hubungan ksih saying dan interaksi antar anggota
keluarga
Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
40
Nama : Tn. N
Umur : 39 thn
Kedudukan di keluarga : Kepala Rumah Tangga
KETERANGAN Sering/selalu Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga say menerima dan mendukung keinginan saya melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
√
Jumlah skor : 10
Nama : Ny. T
Umur : 30 Thn
Kedudukan di keluarga : Istri dan Ibu
KETERANGAN Sering/selalu Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga say menerima dan mendukung keinginan saya melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya √
41
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
√
Jumlah skor : 10
Nama : Ny. S
Umur : 55 Thn
Kedudukan di keluarga : Nenek
KETERANGAN Sering/selaluKadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga say menerima dan mendukung keinginan saya melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
√
Jumlah skor : 10
APGAR skor keluarga Ny. I : (10+10+10)/3 = 10
Kesimpulannya, fungsi fisiologis keluarga Ny. I Baik
5.2.3 Fungsi Patologis
Fungsi patologis dari keluarga Ny. I dinilai dengan menggunakan alat berupa kuisioner S.C.R.E.E.M sebagai berikut:
SUMBER PATOLOGIS KETSocial An. A sering bermain dengan saudara dan anak -
42
tetangga yang rumahnya berada di samping rumahnya.
Culture
Sehari-hari mereka menggunakan bahasa jawa meskipun bahasa jawa yang digunakan bahasa jawa kasar. Tetapi Tn. N dan Ny. T menggunakan bahasa jawa halus kepada Ny. S
-
Religious
Pemahaman keluarga ini terhadap agama cukup bagus, meskipun Ny. T tidak menggunakan jilbab tapi anak mereka An. I saat ini disekolahkan di Madarasah I’tidaiyah yang ada di Kota Batu.
-
EconomicTingkat ekonomi keluarga ini termasuk menengah ke atas, karena rumah mereka yang luas dan juga memiliki kendaraan pribadi yang cukup banyak.
-
EducationalTn N dan Ny T memiliki pendidikan yang cukup tinggi karena keduanya merupakan lulusan S1 universitas negeri.
-
Medical
Kesadaran keluarga ini terhadap kesehatan sangat tinggi. Karena mereka sangat menjaga kesehatan dengan sering melakukan kontrol kesehatan ke dokter dan selalu ke dokter ketika sakit.
-
Kesimpulan : Keluarga An. A tidak mempunyai fungsi patologis pada semua bidang
5.2.4 Pola Interaksi Keluarga
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di kelurga An. A baik dan sangat harmonis
serta saling mendukung.
43
An. A
An. I Ny. S
Ny. T
Tn. N Keterangan
= Hubungan baik
5.2.5 Genogram
44
: Laki-laki
:Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal
: Riwayat Pneumonia
Kesimpulan: Kakek dan Nenek An. A dari orang tua Tn. N sudah meninggal tetapi bukan karena
sakit. Sedangkan untuk nenek dari orangtua Ny. T juga sudah meninggal tetapi meninggalnya tidak
karena sakit tetapi hanya karena sudah berumur. Semua kakak dan adik dari Tn. N dan Ny. T masih
hidup hingga sekarang. An. I memiliki riwayat terken pneumonia saat berumur 4 tahun dan di rawat
di rumah sakit selamat 2 minggu.
BAB VI
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
6.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Identifikasi Faktor Perilaku Keluarga
Keluarga An. A cukup peduli dengan kesehatan karena mereka biasa
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan sesuatu hal ini terlihat dari adanya wastafel yang
ada di ruang tengah di rumahnya. Selain itu mereka juga selalu ke dokter jika
mengalami sakit. Ny. S merupakan pensiunan PNS yang sebelumnya bekerja di
universitas pendidikan kedokteran dan mengaku sangat menjaga kesehatan
keluarganya. Dari keterangan tersebut maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa anggota keluarha An. A memiliki pengetahuan kesehatan yang cukup baik.
b. Identifikasi Faktor Non-Perilaku
Rumah yang dihuni oleh keluarga An. A masuk dalam kategori yang
memenuhi standar kesehatan, luas bangunan cukup lebar dengan halaman yang
luas, luas rumahnya 9x10 m², pencahayaan dan ventilasi rumah yang baik hanya
saja jarak rumah dengan jalan raya cukup dekat dan tidak terdapat pohon atau
tanaman sebagai penyaring udara. Untuk kebutuhan air sehari-hari diperoleh dari
sumur galian sedalam 15 m jarak antara sumur dengan septic-tank lebih dari 10 m
karena septic-tank letaknya berada di belakang rumah. Untuk pembuangan
sampah dilakukan oleh petugas kebersihan setiap harinya.
45
6.2 Identifikasi Lingkungan Rumah
a. Lingkungan Luar Rumah
Keluarga An. A terdiri dari lima orang yang tinggal dalam satu rumah
berukuran 9x10 m. jarak antar rumah satu dengan yang lainnya cukup berdekatan.
Rumah memiliki halaman yang cukup luas dengan pagar pembatas. Jarak rumah
dengan jalan raya sangat dekat dan tidak terdapat tanaman disekitarnya. Saluran
pembuangan air hujan dan limbah rumah tangga menjadi satu kemudian tersalur
ke got depan rumah. Pembuangan sampah dirumah dilakukan dengan cara
dikumpulkan di tong sampah kemudian setiap pagi akan diambil oleh petugas
kebersihan sekitar. Halaman belakang rumah tampak kotor karena keluarga ini
memelihara unggas berupa ayam dan entok.
b. Lingkungan Dalam Rumah
Dinding rumah sudah terbuat dari batu bata, lantai rumah menggunakan
keramik. Rumah ini terdiri dari 6 ruangan yaitu 1 kamar tidur utama, 1 kamar
tidur anak, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 ruang keluarga, 1
garasi mobil dan 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ruang tamu dan ruang keluarga
menjadi satu tetapi dibatasi oleh lemari hias. Rumah ini memiliki 3 pintu untuk
46
Keluarga paham dengan kesehatan
Pemahaman
Peduli dengan kesehatan An. ASikap
Membeli obat dan pergi ke dokterTindakan
YanKesJarak dengan PelYanKes cukup
GenBukan merupakan penyakit keturunan
Lingkungan
Lingkungan rumah baik & memenuhi
An. Adan
Keluarga
Faktor Perilaku Faktor Non-Perilaku
keluar masuk, satu di bagian depan dan belakang menuju halaman belakang
lainnya di pintu garasi mobil. serta dilengkapi beberapa jendela. Keluarga ini
sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air bersih dari sumur
galian sedalam 15 m. Ventilasi dan pencahayaan yang cukup baik. Halaman yang
cukup luas.
Denah Rumah An. A
47
Ruang Tamu
Halaman
Ruang Keluarga Kamar Utama
Kamar Anakmusholah
Garasi
Dapur
Kamar Mandi
Tangga
9 m
10 m
U
Keterangan :Indoor- Luas rumah 90 m2.- Lantai sudah menggunakan keramik.- Pencahayaan, sirkulasi udara, dan ventilasi cukup baik.Outdoor- Halaman rumah cukup luas tetapi jaraknya dengan jalan raya sangat dekat
dan tidak terdapat tanaman atau pohon sebagai penyaring udara. - Sumber air bersih dari sumur galian.- Saluran pembuangan air dan limbah rumah tangga langsung menuju selokan.- Saluran jamban menuju septic tank.
48
BAB VII
DAFTAR MASALAH
7.1 Masalah Medis
Terserang bronchopneumonia yang manifestasinya muncul pada pasien
adalah batuk, demam, dan pembesar kelenjar getah bening di regio submandibula.
7.2 Masalah Non-Medis
Menurut penulis permasalahn non-medis yang ada pada An. A dan
keluarganya adalah mengenai jarak rumah dengan jalan raya yang terlalu dekat
dan tidak adanya tanamn atau pohon di depan rumah sehingga banyak debu dan
asap yang berasal dari kendaraan masuk ke dalam rumah sehingga mengakibatkan
udara yang masuk melalui ventilasi rumah tidak tersaring dengan baik dan banyak
mengandung carbon dioksida dan carbon monoksia yang bersifat buruk bagi
pernafasan. Selain itu adanya unggas di halaman belakang rumah juga dapat
mengakibatkan banyaknya bakteri, virus, atau parasit yang berkembang biak
sehingga anggota keluarga dapat terserang penyakit.
7.3 Diagram Permasalahan Pasien
49
Masih kurangnya kesadaran tentang PHBS
Keadaan lingkungan luar rumah yang kurang bersih
An. A23 bulan
Terserang bronchopneumonia (Batuk, Demam, Pembesaran KGB
Submandibula)
7.4 Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
No
.
Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxRP S SB Mn Mo Ma
1. Kondisi rumah yang
sangat dekat dengan
jalan raya dan halaman
belakang yang kotor
akibat memelihara
unggas
5 5 4 2 2 3 3 3.600
2. Tidak ada tanaman atau
pohon yang berfungsi
sebagai penyaring
udara dari jalan raya
5 5 3 2 2 3 3 2.700
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
50
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga An.
A adalah sebagai berikut :
1. Keluarga An. A kurang mengetahui pentingnya jarak rumah dengan jalan
raya, karena hal ini dapat mempengaruhi lingkungan dan udara yang
masuk ke dalam rumah. Selain itu keluarga An. A juga kurang mengerti
kondisi kondisi halaman belakang yang kotor akibat memelihara unggas.
2. Keluarga An. A kurang mengetahui pentingnya adanya pohon atau
tanaman sebagai filter atau penyaring udara yang berasal dari kendaraan
bermotor.
Kesimpulan :
Kurangnya perhatian mengenai lingkungan rumahnya.
51
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan Holistik
a. Diagnosa dari segi biologis
Bronchopneumonia
b. Diagnosa dari segi psikologis
Hubungan pasien dengan ayah dan ibu baik. Intensitas waktu untuk
berkumpul bersama keluarga juga sering. Meskipun ayah dan ibunya bekerja
tetapi selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya. Selain
itu mereka juga sering berkunjung dan berkumpul dengan keluarga besar.
c. Diagnose dari segi sosial
Pasien setiap hari bermain dengan saudaranya yang letak rumahnya berada
di sebelah rumah pasien serta bermain dengan anak dari tetangganya.
8.2 Saran Komprehensif
a. Menjaga kebersihan serta kesehatan diri dan lingkungan, khusunya
menjaga kebersihan ruangan, pastikan ruangan tidak lembab karena
bakteri dapat berkembangbiak di ruangan yang lembab.
b. Menjaga higienitas makanan dan asupan cairan dan nutrisi yang sehat dan
cukup.
c. Memberikan informasi dan pemahaman kepada orang tua An.A, mengenai
brokopneumonia (pencegahan, pengenalan tanda dan gejala klinis, kondisi
kegawatan, penanganan dini atau rujukan, dan komplikasi).
d. Istirahat dan perawatan yang intensif untuk mempercepat pemulihan dan
mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi mengenai pemakaian masker untuk mencegah
tibulnya penularan bakteri
f. Memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI karena dapat
meningkatkan imunitas anak.
g. Untuk sementara waktu tidak menggunakan pendingin ruangan atau AC
karena pendingin ruangan tidak memperbaiki sirkulasi udara yang ada di
dalam ruangan.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting.
Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5.
Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59.
2. Goodman D. Bronchitis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson
HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia :
WB Saunders, 2003 : 1414-5.
3. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Pneumonia
Anak. UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2004.
4. Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB
Saunders, 2000 : 664-80.
53