Laporan Kasus
description
Transcript of Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI 74 TAHUN DENGAN
ABSES GINGIVA e.c. 1.1 GANGREN RADIX
Disusun untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior
Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Pembimbing
drg. Gunawan Wibisono, Msi. Med
Disusun Oleh:
1. Ilham Mandala Putra 22010 111 200 080
2. Endah Ressia 22010 111 200 160
3. Aulia Parvasani 22010 112 210 152
ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada
jaringan periodontal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan
cepat merusak jaringan periodontal terjadi selama periode waktu yang terbatas
serta mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal
pus dan terletak di dalam pocketperiodontal.
Berdasarkan lokasinya abses periodontal diklasifikasikan menjadi abses
gingiva, abses periodontal, dan abses perikoronal. Abses gingiva merupakan
infeksi lokal purulen yang terletak pada marginal gingiva atau papilainterdental
dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor,
termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran
klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan sering
berfluktuasi.
Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ke tiga
yangpaling sering terjadi mencapai 7-14 % setelah abses dentoalveolar akut (14-
25%),perikoronitis ( 10-11 %) dan 6-7 % kasus abses periodontal pada pasien-
pasien diklinik gigi. Sebagai konsekuensi kasus abses periodontal penting, selain
prevalensinya yang relatif tinggi, abses ini juga mempengaruhi prognosis dari gigi
terutama pada pasien periodontitis. Pada pasien ini abses periodontal lebih
mungkin terjadi dalam pocket periodontal yang sudah ada sebelumnya. Dahulu,
gigi dengan abses tidak berhubungan karena terjadinya abses dapat menjadi salah
satu alasan utama ekstraksi gigi selama perawatan periodontal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Abses periodontal adalah suatuinflamasipurulen yang terlokalisir pada
jaringan periodontal. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral
atau abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat
dengan cepat merusak jaringan periodontal terjadi selama periode waktu yang
terbatas serta mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti
akumulasi lokal pus dan terletak di dalam pocketperiodontal.
2.2. Klasifikasi Berdasar
1. Berdasarkan lokasi abses
a. Abses gingiva
Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada
marginal gingiva atau papilainterdental dan merupakan lesi inflamasi
akut yang mungkin timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak
mikroba, trauma, dan impaksi benda asing. Gambaran klinisnya merah,
licin, kadang-kadang sangat sakit dan pembengkakan sering
berfluktuasi.
b. Abses periodontal
Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam
dinding gingiva pada pocketperiodontal yang dapat menyebabkan
destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar. Abses periodontal
secara khusus ditemukan pada pasien dengan periodontitis yang tidak
dirawat dan berhubungan dengan pocketperiodontal yang sedang dan
dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva. Gambaran
klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat disertai rasa
sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat
purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif
3
bila diperkusi dan mungkin menjadi mobilitas serta kehilangan
perlekatan periodontal dengan cepat dapat terjadi.
Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari
pocketperiodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada
ketidaksempurnaan dalam menghilangkan kalkulus dan tindakan medis
seperti pada pasien setelah perawatan bedah periodontal, setelah
pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik dan akibat dari
penyakit rekuren. Abses periodontal yang tidak berhubungan dengan
inflamasi penyakit periodontal termasuk perforasi gigi, fraktur dan
impaksi benda asing. Kurangnya kontrol terhadap diabetes mellitus
merupakan faktor predisposisi dari pembentukan abses periodontal.
Pembentukan abses periodontal merupakan penyebab utama kehilangan
gigi. Namun, dengan perawatan yang tepat dan perawatan preventif
yang konsisten, gigi dengan kehilangan tulang yang signifikan dapat
dipertahankan selama bertahun-tahun.
c. Abses perikoronal
Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak
operkulum, yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling
sering terjadi pada gigi molar tiga rahang atas dan rahang bawah. Sama
halnya dengan abses gingiva, abses perikoronal dapat disebabkan oleh
retensi dari plak mikroba dan impaksi makanan atau trauma. Gambaran
klinis berupa gingiva berwarna merah terlokalisir, bengkak, lesi yang
sakit jika disentuh dan memungkinkan terbentuknya eksudat purulen,
trismus, limfadenopati, demam dan malaise.11
2. Berdasarkan jalannya lesi
a. Abses periodontal akut
Abses periodontal akut biasanya menunjukkan gejala seperti sakit,
edematous, lunak, pembengkakan, dengan penekanan yang lembut di
jumpai adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada
pocketperiodontal, sensitifitas terhadap palpasi dan kadang disertai
demam dan limfadenopati.
4
b. Abses periodontal kronis
Abses periodontal kronis biasanya berhubungan dengan saluran
sinus dan asimtomatik, walaupun pada pasien didapatkan gejala-gejala
ringan. Abses ini terbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan
oleh drainase spontan, responhostatau terapi. Setelah homeostatis antara
hostdan infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak terlihat
gejalanya. Namun rasa nyeri yang tumpul akan timbul dengan adanya
pocketperiodontal, inflamasi dan saluran fistula.
3. Berdasarkan jumlah abses
a. Abses periodontal tunggal
Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor
lokal mengakibatkan tertutupnya drainase pocketperiodontal yang ada.
b. Abses periodontalmultipel
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak
terkontrol, pasien dengan penyakit sistemik dan pasien dengan
periodontitis tidak terawat setelah terapi antibiotik sistemik untuk
masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien multipel
eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa
gigi.
2.3. Etiologi
Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:
a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis. Hal- hal yang
menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan periodontitis
adalah:
1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan
perluasan infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan
pus di dalam saku tertutup.
5
3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam
pertahanan hostbisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam
meningkatkan pengeluaran supurasi.
4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemensubgingiva
pada pasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan
pembentukan abses.
b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis
Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan
denganperiodontitis adalah:
1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn,
potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.
2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
3. Infeksi lateral kista.
Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi
predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya
cervicalcementaltearsdapat memicu pekembangan yang cepat dari
periodontitis dan perkembangan abses.
2.4. Patogenesis dan Histopatologi
Masuknya bakteri kedalam dinding pocket jaringan lunak merupakan
awal terjadinya abses periodontal. Sel-sel inflamatori kemudian ditarik oleh
faktor kemotaksis yang dilepaskan oleh bakteri dan bersama dengan reaksi
inflamatori akan menyebabkan destruksi jaringan ikat, enkapsulasidari infeksi
bakteri dan memproduksi pus. Secara histologis, akan ditemukan neutrofil-
neutrofil yang utuh mengelilingi bagian tengah debris jaringan lunak dan
destruksi leukosit. Pada tahap berikutnya, membran piogenik yang terdiri dari
makrofag dan neutrofil telah terbentuk. Laju destruksi abses tergantung pada
pertumbuhan bakteri di dalamnya, virulensinya dan pH lokal. Adanya pH
asam akan memberi keuntungan terhadap enzim lisosom.
6
2.5. Mikrobiologi
Banyak artikel menuliskan bahwa infeksi purulen oral adalah
polimikroba, dan disebabkan oleh bakteri endogen. Topolldkk, Newman dan
sims melaporkan bahwa sekitar 60 % di jumpai bakteri anaerob. Bakteri ini
tidak terlihat spesifik, tetapi diketahui patogen terhadap periodontal seperti
Porphyromonasgingivalis, Provotellaintermediadan
Fusobakteriumnucleatummerupakan spesis bakteri paling banyak. Pada
penelitian David Herreradkk juga melaporkan, selain ketiga bakteri diatas
dijumpai juga Porphyromonasmelaninogenica, Bacteriodesforsythus,
Peptostreptococusmicrosdan Campylobacterrectus.
Menurut hasil penelitian Jaramillo A dkk terhadap sejumlah subjek
dilaporkan bahwa pada subingival abses periodontal dijumpai
Fusobacteriumsp. (75%), P.intermedia/nigrescens(60%), P. gingivalis(51%)
dan A. Actinomycetemcomitans (30%). Pada umunya, mikrobiota pada
subgingiva abses periodontal ini terutama terdiri dari mikroorganisme yang
berkaiatan dengan penyakit periodontal. Bakteri penginfeksi batang gram
negatif adalah keenam kelompok organisme paling banyak (13 kasus, 21.7%)
yaitu Enterobacteraerogenes(3,3%), Pseudomonasspp. (3,3%),
Klebsiellapneumoniae(1,7%), Acinetobacterlwofii(1,7%), A. baumanii(1,7%),
E.agglomerans(1,7%), dan dikenal nonfermenter batang gram negatif (8,3%).
2.6. Komplikasi Abses Periodontal
Komplikasi yang dapat timbul karena abses periodontal meliputi kehilangan
gigi dan penyebaran infeksi.
1. Kehilangan Gigi
Abses periodontal yang dikaitkan dengan kehilangan gigi biasanya
dijumpai pada kasus-kasus periodontitis sedang sampai parah dan
selama fase pemeliharaan. Abses periodontal merupakan penyebab
utama dilakukan ekstraksi gigi pada fase pemeliharaan dimana terjadi
pembentukan abses yang berulang dan gigi mempunyai prognosis
buruk.
7
2. Penyebaran Infeksi
Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penyebaran bakteri dalam
jaringan selama perawatan atau penyebaran bakteri melalui aliran
darah karenabakteremia dari abses yang tidak dirawat.
Pada abses dentoalveolar yang berasal dari endodontik lebih sering
menyebabkan komplikasi penyebaran infeksi daripada abses
periodontal. Cellulitis, infeksi subkutaneus, phlegmone dan
mediastinitis dapat berasal dari infeksi odontogenik tetapi jarang berasal
dari abses periodontal. Namun, abses periodontal dapat berperan
sebagai pusat infeksi non oral. Abses periodontal bisa menjadi pusat
dari penyebaran bakteri dan produk bakteri dari rongga mulut ke bagian
tubuh lainnya dan menyebabkan keadaan infeksi yang berbeda. Pada
perawatan mekanikal abses periodontal bisa menyebabkan bakteremia
seperti pasien dengan endoprotesa atau imunokompromise dapat
menyebabkan infeksi non oral.
Paru-paru bisa bertindak sebagai barier makanikaldimana bakteri
periodontal dapat terjebak dan dapat menyebabkan penyakit.
Penyebaran bakteri periodontal dapat juga berakibat menjadi abses
otak. Sejumlah laporan kasus dari periodontal patogen bahwa pada
abses otak tersebut didapatkan adanya bakteri P.micros, F. nucleatum,
pigmen hitam pada bakteri batang anaerob dan Actinomycesspp,
diantaranya merupakan spesis bakteri periodontalanaerob yang diisolasi
dari abses intracranial. Infeksi lain yang berhubungan dengan abses
periodontal adalah cervicalnekrotizingfascitisdan cellulitespada pasien
kanker payudara.
2.7. Terapi
Terapi abses periodontal dilakukan pada 2 fase yaitu penanganan fase
akut dan manajemen fase kronik. Pilihan terapi pada abses periodontal
meliputi:
1. Drainase melalui pocket atau dengan incisi
8
2. Scaling dan rootplanning
3. Pembedahan periodontal
4. Antibiotik sistemik
5. Pengambilan gigi
Sedangkan indikasi pemberian antibiotik pada pasien dengan abses
periodontal akut adalah:
1. Selulitis
2. Abses yang dalam, pocket yang sulit untuk dicapai
3. Demam
4. Lymphadenophaty regional
5. Pasien immunocompromise
Penanganan pada fase akut dilakukan untuk mengurangi gejala,
mencegah penyebaran infeksi dan pelaksanaan drainase. Sebelum melakukan
penanganan fase akut lakukan pemeriksaan riwayat medis, riwayat penyakit
gigi, serta periksa kondisi sistemik.
Drainase dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Drainase melalui pocketperiodontal
2. Drainase melalui eksternal incisi
Terapi Abses gingiva
Terapi dilakukan setelah fase akut terlewati dengan menghilangkan
penyebab jika dimungkinkan. Untuk kenyamanan selama terapi diberikan
topikal atau lokal anestesi dengan infiltrasi. Jika memungkinkan dapat
dilakukan scaling dan rootplanning untuk drainase dan menghilangkan
deposit mikroba.
Incisi dilakukan pada area yang berfluktuasi kemudian dilakukan pengeluaran
eksudat. Materi asing dibuang. Kemudian daerah tersebut diirigasi dengan air
hangat dan ditutup kasa lembab dibawah tekanan cahaya. Setelah perdarahan
berhenti pasien diminta untuk berkumur menggunakan air garam yang hangat
setiap 2 jam. Evaluasi kembali setelah 24 jam. Jika resolusinya baik maka
dilakukan penyelesaian scaling dan rootplaning. Jika lesi residual besar atau
dalam kondisi buruk maka dilakukan akses bedah.
9
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Moergono
Umur : 74 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Pekerjaan : pensiunan
Alamat :
Masuk RSDK : 15 Januari 2013 pukul 10.00
No. CM : B222169
KELUHAN SUBJEKTIF
ANAMNESA
1. Keluhan utama : Benjolan pada gusi di atas gigi seri atas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh ada sariawan pada gusinya namun tidak
dihiraukan oleh pasien. Beberapa hari kemudian, pasien melihat sariawan
yang dirasakan sebelumnya ternyata berupa benjolan yang sudah sebesar
kacang tanah, tidak nyeri, dan tidakberdarah jika ditekan. Benjolan tersebut
tetap dibiarkan dan berharap dapat sembuh sendiri. Pasien juga mengeluh
banyak gigi tanggal. Karena benjolan tidak sembuh – sembuh, pasien
memeriksakan diri ke Poli Gigi dan Mulut RSDK.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi stage II (+)
DM tipe II (+)
Penyakit jantung (+)
Alergi obat dan makanan (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya
10
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 15 Januari 2013
Status Generalis
1. Keadaan umum
Kesadaran : kompos mentis
Keadaan gizi : baik
Tampak kesakitan : Tidak tampak kesakitan
Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 96x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 37oC
2. Pemeriksaan ekstra oral
a. Wajah
Inspeksi :asimetri wajah(-), pembengkakan(-),warna kemerahan(-)
Palpasi : Tidak ditemukan kelainan
b. Leher
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ditemukan pembesaran nnllsubmandibula
3. Pemeriksaan intra oral
Mukosa pipi : tidak ditemukan kelainan
Mukosa palatum durum : tidak ditemukan kelainan
Mukosa palatum mole : tidak ditemukan kelainan
Mukosa dasar mulut : tidak ditemukan kelainan
Mukosa faring : tidak ditemukan kelainan
Kelainan periodontal : tidak ditemukan kelainan
Ginggiva rahang atas :
11
- Benjolan sebesar kacang tanah di atas gigi 1.1 sebelah buccal berwarna
hiperemi, fluktuasi (+), permukaan licin, tidak berbenjol – benjol, nyeri
tekan (-).
Ginggiva rahang bawah : tidak ditemukan kelainan
Karang gigi : kalkulus (+)
Poket : tidak ditemukan kelainan
Gigi : gangren radix padagigi 1.1, 1.3, 1.4, 2.2, 2.4, 2.5, 2.6, 2.7, 3.5, 3.6
Kariespadagigi 1.8 dan 4.5 kedalaman superfisial dengan sondasi (-), perkusi (-), palpasi (-), tekanan (-), vitalitas (+), mobilitas (-)
Missing teeth padagigi 1.5, 1.6, 4.6, 4.7, dan 4.8
STATUS LOKALIS
1. Ginggiva rahang atas :
- Benjolan sebesar kacang tanah di atas gigi 1.1 sebelah buccal berwarna
hiperemi, fluktuasi (+), permukaan licin, tidak berbenjol – benjol, nyeri
tekan (-).
2. Gigi
gangren radix padagigi 1.1, 1.3, 1.4, 2.2, 2.4, 2.5, 2.6, 2.7, 3.5, 3.6 Kariespadagigi 1.8 dan 4.5 kedalaman superfisial dengan sondasi (-),
perkusi (-), tekanan (-), palpasi (-), vitalitas (+), mobilitas (-) Missing teeth padagigi 1.5, 1.6, 4.6, 4.7, dan 4.8
DIAGNOSIS KELUHAN UTAMA
Abses gingiva regio 1.1
DIAGNOSIS BANDING
12
Abses periapikal, hiperplasiginggiva, neoplasma
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : -
Pemeriksaan Radiologi : -
TERAPI
- Drainase abses
- amoxicilin
- metronidazol
- asam mefenamat
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien didiagnosis sebagai abses gingivaregio 1.1. Dari
anamnesis didapatkan keluhan utama benjolan pada gusi di atas gigi seriatas. ± 1
bulan yang lalu pasien mengeluh ada sariawan pada gusinya namun tidak
dihiraukan oleh pasien. Beberapa hari kemudian, pasien melihat sariawan yang
dirasakan sebelumnya ternyata berupa benjolan yang sudah sebesar kacang tanah,
tidak nyeri, dan tidakberdarah jika ditekan. Benjolan tersebut tetap dibiarkan
danberharapdapat sembuh sendiri. Pasienjugamengeluhbanyakgigitanggal.Karena
benjolan tidak sembuh – sembuh, pasienmemeriksakandirikePoli Gigi danMulut
RSDK.
Riwayat penyakit dahulu didapatkan pasienmenderitahipertensi stage II, DM
tipe II, danpenyakitjantung. Riwayat keluarga yang mempunyai penyakit seperti
ini sebelumnya disangkal.
Dari pemeriksaan intraoral, pada gingiva rahang atasdidapatkan
benjolansebesar kacang tanah di atas gigi 1.1 sebelah buccal berwarna hiperemi,
fluktuasi (+), permukaan licin, tidak berbenjol – benjol, nyeri tekan (-).
Padapemeriksaangigididapatkan :
gangren radix padagigi 1.1, 1.3, 1.4, 2.2, 2.4, 2.5, 2.6, 2.7, 3.5, 3.6 kariespadagigi 1.8 dan 4.5 kedalaman superfisial dengan sondasi (-),
perkusi (-), tekanan (-), palpasi (-), vitalitas (+), mobilitas (-) missing teeth padagigi 1.5, 1.6, 4.6, 4.7, dan 4.8
Terapi yang diberikan berupa premedikasiyaitudrainaseabses,amoxicilin,
metronidazol, dan asammefenamat.
14
BAB V
KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang laki-laki 74 tahun dengan diagnosis penyakit utama
abses gingiva regio 1.1. Terapi yang diberikan adalah drainase abses dan
premedikasi dengan amoxicilin, metronidazol, dan asam mefenamat
15