LAPORAN KASUS

6
LAPORAN KASUS Seorang penderita perempuan, usia 50 tahun, bangsa Indonesia, suku Minahasa, agama Kristen Protestan, pekerjaan pegawai, alamat Teling Bawah, datang berobat di Poliklinik Mata RS Prof Dr R.B Kandou Manado pada tanggal 24 Agustus 2009 dengan keluhan utama penglihatan kabur saat membaca. ANAMNESIS Penglihatan kabur saat melihat jauh dan membaca dialami penderita sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur saat membaca disertai perih pada mata, mata terasa panas, dan keluar air mata. Keluhan ini hilang timbul dan kadang disertai sakit kepala seperti berdenyut yang lebih terasa di bagian depan kepala. Penderita merasa penglihatan jauhnya terganggu. Riwayat trauma pada mata, penglihatan berawan, melihat bintik-bintik dan melihat dua bayangan pada satu benda disangkal penderita. Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal penderita. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu badan 36,8o C. Kepala simetris, tidak ada kelainan; thoraks: Jantung/paru dalam batas normal; abdomen datar, lemas, BU (+) normal, hepar/lien tidak teraba; ekstremitas hangat, tidak ada kelainan. Status Psikiatri Sikap penderita koperatif, ekspresi wajar dan sikap yang ditunjukkan baik Status Neurologis Motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-) Status Oftalmikus A. Pemeriksaan subjektif VOD: 6/9 S + 0,50= 6/6 VOS: 6/9 S+ 0,50 = 6/6

description

LAPORAN KASUS mata

Transcript of LAPORAN KASUS

Page 1: LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

Seorang penderita perempuan, usia 50 tahun, bangsa Indonesia, suku Minahasa, agama Kristen Protestan, pekerjaan pegawai, alamat Teling Bawah, datang berobat di Poliklinik Mata RS Prof Dr R.B Kandou Manado pada tanggal 24 Agustus 2009 dengan keluhan utama penglihatan kabur saat membaca.

ANAMNESIS

Penglihatan kabur saat melihat jauh dan membaca dialami penderita sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur saat membaca disertai perih pada mata, mata terasa panas, dan keluar air mata. Keluhan ini hilang timbul dan kadang disertai sakit kepala seperti berdenyut yang lebih terasa di bagian depan kepala. Penderita merasa penglihatan jauhnya terganggu. Riwayat trauma pada mata, penglihatan berawan, melihat bintik-bintik dan melihat dua bayangan pada satu benda disangkal penderita. Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal penderita.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu badan 36,8o C. Kepala simetris, tidak ada kelainan; thoraks: Jantung/paru dalam batas normal; abdomen datar, lemas, BU (+) normal, hepar/lien tidak teraba; ekstremitas hangat, tidak ada kelainan.

Status Psikiatri

Sikap penderita koperatif, ekspresi wajar dan sikap yang ditunjukkan baik

Status Neurologis

Motorik dan sensibilitas baik, refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

Status Oftalmikus

A. Pemeriksaan subjektif

VOD: 6/9 S + 0,50= 6/6 VOS: 6/9 S+ 0,50 = 6/6

Add S + 2,25 Add S + 2,25

Pupil distance = 64/62 mm

Proyeksi cahaya kedua mata pada keempat kuadran baik

B. Pemeriksaan objektif

- Inspeksi : ODS

Supersilia normal, palpebra dan apparatus lakrimalis tidak ada kelainan, konjungtiva bulbi hiperemis (-), benjolan (-), sclera hiperemis (-), kornea jernih, bilik mata depan cukup dalam, iris normal, pupil isokor miosis, refleks cahaya (+) normal, lensa tidak keruh

Page 2: LAPORAN KASUS

- Palpasi : ODS

Nyeri tekan (-), massa (-), Tekanan Intra Okuler dengan tonometer Schiotz 17,3 mm Hg

- Pemeriksaan kamar gelap : ODS

Kornea jernih, COA dangkal, iris normal

- Pemeriksaan oftalmoskop : ODS

Funduskopi : refleks fundus (+) uniform; papil bulat, batas tegas, unilateral; makula: refleks fovea (+) normal; retina: artero- sklerosis (-), perdarahan (-), eksudat (-)

RESUME

Seorang penderita perempuan, 50 tahun, datang ke Poliklinik Mata RS Prof. Dr. R.B Kandou Manado tanggal 24 Agustus 2009 dengan keluhan utama penglihatan kabur saat melihat jauh dan membaca. Keluhan ini sejak 1 tahun yang lalu, dan disertai perih pada mata, mata terasa panas, dan keluar air mata serta kadang-kadang mengalami sakit kepala. Penglihatan dekat dan jauh kabur. Riwayat trauma pada mata, penglihatan berawan, melihat bintik-bintik, melihat dua bayangan pada satu benda disangkal, riwayat darah tinggi dan riwayat kencing manis disangkal.

Status oftalmikus ODS : VOD 6/9 VOS 6/9, konjungtiva hiperemis (-), sclera hiperemis (-), lakrimasi (-), COA dangkal, pupil isokor miosis, TIODS 17,3 mmHg.

DIAGNOSIS

Hipermetropia oculi dextra et sinistra dan presbiopia.

PENATALAKSANAAN

1. Resep kacamata bifokus:

VOD: 6/9 S + 0,50 = 6/6 VOS: 6/20 S+ 0,50 = 6/6

Add S + 2,25 Add S + 2,25

PD 64/62

Page 3: LAPORAN KASUS

2. Simptomatis ( Augentonic 3 x 1 tetes, ODS)

PROGNOSIS

Bonam

ANJURAN

Bila membaca atau menonton TV lama, usahakan agar sesekali berhenti untuk mengistirahatkan mata.

Hindari posisi membaca terlalu dekat atau membungkuk .

Bila membaca dan bekerja, gunakan penerangan yang baik

Gunakan kacamata

Periksakan mata secara berkala (kontrol teratur).

DISKUSI

Dasar diagnosis Hipermetropia dan Presbiopia ODS ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan.4 Pada anamnesis ditemukan adanya penglihatan kabur saat melihat dekat (membaca), disertai mata perih, terasa panas dan keluar air saat melihat dekat serta kadang disertai sakit kepala. Gejala-gejala ini muncul karena mata berusaha memfokuskan bayangan yang jatuh di belakang retina agar jatuh tepat di retina dengan cara berakomodasi.1,2,3 Untuk melihat benda yang dekat, mata harus berakomodasi lebih kuat lagi agar bayangan tidak jatuh lebih jauh dibelakang retina. Karena adanya akomodasi yang berlebihan itu, mata menjadi lelah atau timbul astenopia akomodatif yang gejala-gejalanya antara lain adalah penglihatan kabur saat melihat dekat, mata terasa lelah, perih, berat dan panas sampai keluar airmata.1,2,3,4 Bila penderita tidak mengistirahatkan matanya dan terus berakomodasi maka gelaja yang timbul akan makin berat dan menimbulkan sakit kepala.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan visus oculus dextra 6/9 dan oculus sinistra 6/9. Setelah melalui pemeriksaan subjektif dengan menggunakan metode trial and error, didapati bahwa kelainan refraksi pada kedua mata pasien ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa sferif positif 0,50 dekstra dan 0,50 sinistra sehingga visus kedua mata mencapai 6/6. Dengan demikian, hasil pemeriksaan subjektif ini makin mengarahkan diagnosa pada hipermetropia.

Penderita ini juga didiagnosis dengan presbiopia karena usianya telah mencapai 50 tahun, dan mengeluh penglihatannya kabur saat membaca. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, biasanya mulai umur 40 tahun, setiap lensa mata

Page 4: LAPORAN KASUS

akan mengalami kemunduran kemampuan untuk mencembung sehingga memberikan kesukaran melihat dekat.1,2,3 Secara terus-menerus, lensa menghasilkan serabut-serabut baru dan yang lama tertimbun di dalam nukleus. Nukleus menjadi keras dan membesar dan kelenturan lensa berkurang sebingga pada waktu berakomodasi, kelengkungannya tidak bertambah dengan memadai.5

Penanganan hipermetropia yaitu dengan memberikan lensa sferis positif terbesar yang memberikan visus terbaik. Penggunaan lensa sferif positif ini ditujukan untuk membelokkan sinar-sinar yang datang sehingga fokus sinar-senar tersebut dapat dimajukan dan difokuskan tepat pada retina, dimana pada penderita ini, hasil koreksi yang digunakan untuk oculus dextra dan okulus sinistra adalah menggunakan lensa S+0,50. Pemilihan kekuatan lensa yang dipakai untuk mengoreksi kelainan refraksi pasien ini adalah dengan menggunakan lensa yang berkekuatan terbesar yang masih memberikan perbaikan visus yang optimal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya under corecction atau keadaan dimana lensa yang digunakan untuk mengoreksi ternyata kurang cukup kuat membelokkan sinar sehingga sinar-sinar tersebut difokuskan tidak tepat di retina tetapi sedikit dibelakang retina. Keadaan ini masih dapat dikompensasi dengan daya akomodasi, namun dapat menimbulkan kelelahan atau astenopia akomodatif.

Penanganan presbiopia pada kasus ini adalah dengan menambahkan koreksi lensa S+2,25 untuk oculi dextra dan sinistra. Nilai lensa sferis ini didapatkan sesuai dengan usia penderita, yaitu 50 tahun, dimana pada umur ini, daya akomodasi lensa telah berkurang hingga mencapai 2 D.5

Selain penanganan dengan pemberian resep kacamata, penderita juga diberikan terapi simptomatis untuk mengurangi gejala keletihan pada mata setelah membaca lama dan nonton TV, berupa pemberian augentonic yang mengandung eksulina, vitamin A dan zat-zat lain yang dapat menguatkan mata.

Setelah diterapi, penderita dianjurkan untuk memperbaiki kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan mata, seperti membaca lama dan nonton TV lama tanpa beristirahat serta posisi membaca yang salah (membungkuk atau sambil tiduran). Dianjurkan pula untuk mempergunakan penerangan yang memadai bila hendak membaca atau melakukan pekerjaan, mulai menggunakan kacamata dan membiasakan diri untuk memeriksakan kesehatan mata secara teratur. Dengan demikian, diharapkan agar kelaianan hipermetropianya tidak bertambah buruk dan perkembangan presbiopia dapat selalu diatasi segera.

Prognosis penderita ini bonam, karena belum ditemukan adanya komplikasi seperti gluokoma.

KESIMPULAN DAN PENUTUP

KESIMPULAN :

1. Penderita hipermetropia diberikan kacamata dengan lensa sferis positif terkuat untuk mendapatkan ketajaman penglihatan maksimal

Page 5: LAPORAN KASUS

2. Penderita presbiopia diberikan kacamata sesuai usianya

PENUTUP

Demikian laporan kasus dengan judul “Hipermetropia Oculi Dextra et Sinistra dan Presbiopia” yang mencakup dasar diagnosis, prognosis, dan penanganannya pada seorang perempuan usia 50 tahun yang datang berobat ke Poliklinik Mata RS Prof. Dr. R.B. Kandou Manado.