Laporan Kasus

35
LAPORAN KASUS OTITIS MEDIA AKUT Oleh: Doni Trinanda H1A010028 Pembimbing: dr. Syabriyansyah , Sp.THT-KL ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK

description

THT

Transcript of Laporan Kasus

LAPORAN KASUSOTITIS MEDIA AKUT

Oleh:

Doni TrinandaH1A010028Pembimbing:

dr. Syabriyansyah , Sp.THT-KLILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULUBENGKULU

2015BAB I

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. SKUmur

: 50 tahun

Jenis Kelamin: PerempuanAlamat

: Jl. Semangka nomor 4, Panorama Kota BengkuluPekerjaan: Swasta

Suku Bangsa: Indonesia

Masuk Rumah Sakit: Rabu, 18 Maret 2015

No Rekam Medis: 683696

B. DATA DASAR

AnamnesisAutoanamnesis pada tanggal 18 Maret 2015 di Poliklinik THT RSUD M. Yunus.

a. Keluhan Utama: Keluar cairan dari kedua telinga sejak 1 minggu yang lalub. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD M. Yunus dengan keluhan keluar cairan dari kedua telinga yang hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna bening kekuningan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan telinga terasa nyeri dan pendengaran kedua telinga agak berkurang. Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga.. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal. Pasien sempat mengorek telinga dengan cutton bud karena telinga terasa gatal dan pernah sampai berdarah tetapi hanya sedikit. Tiga hari yang lalu pasien sudah berobat ke dokter umum dengan keluhan yang sama, dokter memberi obat untuk sisa batuk pileknya, namun menyarankan agar pasien berobat ke poli THT.c. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengalami keluhan ini (keluar cairan) pada telinga sebelumnya. Pasien sering mengalami batuk pilek sejak kecil jika terkena debu. d.Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.

e. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan : Pasien bekerja sbebagai ibu rumah tangga. Pasien juga sering mengorek telinga dengan cutton bud.

C. PEMERIKSAAN FISISTanggal Pemeriksaan: 18 Maret 2015

Status Generalis:

Keadaan Umum: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 110/ 80 mmHg

Nadi

: 80x/menit, reguler

Pernapasan

: 18x/ menit

Suhu

: 37,8 0cPemeriksaan Sistemik

Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Toraks

: DBN

Abdomen: DBN

Ekstremitas: DBNStatus Lokalis THTTelinga

I. Telinga Luar KananKiri

Regio Retroaurikula

-Abses

-Sikatrik

-Pembengkakan

-Fistula

-Jaringan granulasi

Aurikula

-Mikrotia

-Efusi perikondrium

-Keloid

-Nyeri tarik aurikula

-Nyeri tekan tragusMeatus Akustikus Eksternus

-Lapang/sempit

-Oedema

-Hiperemis

-Pembengkakan-Erosi

-Krusta

-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)

-Perdarahan

-Bekuan darah

-Cerumen plug

-Epithelial plug

-Jaringan granulasi

-Debris

-Banda asing

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

LapangNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Serous Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

LapangNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Serous Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

II.Membran Timpani

-Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma)-Refleks cahaya-Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic)

(kecil/besar/ subtotal/ total)

-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ pus)

-Kolesteatoma

-Polip

-Jaringan granulasiHiperemis NegatifSentral

Kecil

Serous

Negatif

Negatif

Negatif

Hiperemis

Negatif

Sentral

Kecil

Serous

Negatif

Negatif

Negatif

Gambar Membran Timpani

III. Tes Khusus KananKiri

1.Tes Garpu Tala

Tes Rinne

Tes Weber

Tes ScwabachNegatif

Lateralisasi ke kiriSama dengan pemeriksaNegatif

Lateralisasi ke kiri

Sama dengan pemeriksa

2.Tes AudiometriPTA AC = 25 dBPTA BC = 5 dB

AD NormalPTA AC= 40 dBPTA BC= 5 dB

AS tuli konduktif derajat ringan

Hidung

I.Hidung LuarKananKiri

-Dorsum nasi-Deformitas

-Hematoma

-Pembengkakan

-Krepitasi

-Hiperemis

-Erosi kulit

-Vulnus

-Ulkus

-TumorNormal Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif Normal Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

II.Hidung DalamKananKiri

1. Rinoskopi Anterior

a.Vestibulum nasi

-Sikatrik

-Stenosis

-Atresia

-Furunkel

-Krusta

-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

NegatifNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

b. Kavum nasi

-Luasnya (lapang/cukup/sempit)

-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)

-Krusta

-Bekuan darah

-Perdarahan

-Benda asing

-Rinolit

-Polip

-TumorLapang

Negatif Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Lapang

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

d. Konka Inferior

-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi)

(basah/kering)

(licin/tak licin)

-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)

-Tumor

Hipertropi

Kering

Tidak licin

Livide Negatif Hipertropi

Kering

Tidak licin

Livide Negatif

e. Konka media

-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi)

(basah/kering)

(licin/tak licin)

-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)

-Tumor

Hipretropi

Kering

Tidak licin

Livide NegatifHipretropi

Kering

Tidak licin

Livide Negatif

f.Konka superior

-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi)

(basah/kering)

(licin/tak licin)

-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)

-Tumor

Eutropi

Kering

Tidak licin

Merah muda

NegatifEutropi

Kering

Tidak licin

Merah muda

Negatif

g. Meatus Medius

-Lapang/ sempit

-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)

-Polip

-Tumor

Lapang

Negatif

Negatif

Negatif

Lapang

Negatif

Negatif

Negatif

h. Meatus inferior

-Lapang/ sempit

-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)

-Polip

-Tumor

Lapang

Negatif

Negatif

Negatif

Lapang

Negatif

Negatif

Negatif

i. Septum Nasi

-Deviasi-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)

-Tumor

-Krista

-Spina

-Abses

-Hematoma

-Perforasi

-Erosi septum anteriorNegatif

Merah muda

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

NegatifNegatif

Merah muda

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2.Rinoskopi PosteriorKanan Kiri

-Postnasal drip

-Mukosa (licin/tak licin)

(merah muda/hiperemis)

-Adenoid

-Tumor

-Koana (sempit/lapang)NegatifLicin

Merah muda

Negatif

Negatif

Sempit Negatif

Licin

Merah muda

Negatif

Negatif

Sempit

Gambar Hidung Bagian Posterior

Iii.Pemeriksaan Sinus ParanasalKanan Kiri

-Nyeri tekan/ketok

-infraorbitalis

-frontalis-Pembengkakan

-Transiluminasi

-regio infraorbitalis

-regio palatum durumNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Tidak dilakukanNegatif

Negatif

Negatif

Negatif

Tidak dilakukan

Tenggorok

I.Rongga MulutKanan Kiri

-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura)

(mikroglosia/makroglosia)

(leukoplakia/gumma)

(papilloma/kista/ulkus)

-Gusi (hiperemis/udem/ulkus)

-Bukal (hiperemis/udem)

(vesikel/ulkus)

-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel)

(hiperemis/ulkus)

(pembengkakan/abses/tumor)

-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia)

(anodontia/supernumeri)

(kalkulus/karies)Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

NegatifNegatif

Negatif

Utuh

Negatif

Negatif

Rata

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Utuh

Negatif

Negatif

Rata

Negatif

Negatif

II.FaringKanan Kiri

-Palatum molle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus)

-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating)

-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan)

(pembengkakan/ulkus)

-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan)

(pembengkakan/ulkus)

-Dinding belakang faring (hiperemis/udem)

(granuler/ulkus)

-Tonsil Palatina (derajat pembesaran)

(permukaan rata/tidak)

(lekat/tidak)

(kripta lebar/tidak)

(dentritus/membran)

(hiperemis/udem)

(ulkus/tumor)NegatifNegatif

Sedikit hiperemis

Negatif

Negatif

T1RataLekat Negatif Negatif

Negatif

Negatif Negatif

Negatif

Sedikit hiperemis

Negatif

Negatif

T1RataLekat Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Gambar rongga mulut dan faring

Rumus gigi-geligi

III.LaringKanan Kiri

1.Laringoskopi

-Dasar lidah (tumor/kista)-Valekula (benda asing/tumor)

-Epiglotis (hiperemis/udem/ulkus/membran)Negatif

Negatif

Negatif Negatif

Negatif

Negatif

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung) A. DIAGNOSIS

Diagnosis utama: Otitis Media Akut Aurikula Dextra Sinistra Stadium PerforasiDiagnosis banding: Otitis Media Supuratif Kronik Aurikula Dextra Sinistra Tipe BenignaB. RESUME

Anamnesis:

Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD M. Yunus dengan keluhan keluar cairan dari kedua telinga yang hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu. Cairan berwarna bening kekuningan. Kedua telinga terasa nyeri dan pendengaran agak berkurang. Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga. Pasien sudah berobat tiga hari ke dokter sebelum berobat ke poli. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.Pasien sering mengorek telinga dengan cutton bud karena telinga terasa gatal dan pernah sampai berdarah tetapi hanya sedikit. Pemeriksaan Fisis:Pada pemeriksaan telinga, tampak perforasi pada membran timpani telinga kiri dan kanan.

C. PENATALAKSANAAN Ciprofloxacin 2x500 mg selama 5 hari Meloxicam 3x7,5 mg

Saran: obat cuci telinga H202 3% selama 5 hari

Edukasi pasien:

Jangan sampai air masuk ke dalam telinga sewaktu mandi Tidak mengorek telinga dengan alat apapunD. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam: dubia ad bonamBAB IITINJAUAN PUSTAKA

Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus ( liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.Anatomi telinga tengah

Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan tuba eustachius.

1. Membrana timpani

Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus eksternus. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.

Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars flacida (membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat langsung pada os petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga tengah dan diantaranya terdapat lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida hanya memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa.

Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. 2. Kavum timpani

Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler diselaputi oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium yang terletak di atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.

Batas cavum timpani ;

Atas

: tegmen timpani

Dasar

: dinding vena jugularis dan promenensia styloid

Posterior: mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal

Anterior: dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani

Medial

: dinding labirin

Lateral : membrana timpani

Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membran timpani dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga dalam.

Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum, manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate. Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang horizontal.

Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :

- M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke lateral dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk menarik manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih tegang.

- M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat.

3. Tuba eustachius

Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan kavum timpani dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke antero-inferomedial, membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan bidang sagital. 1/3 bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak anterolateral terhadap kanalis karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring terbuka dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior. Pinggir anteroposterior muara tuba membentuk plika yang disebut torus tubarius, dan di belakang torus tubarius terdapat resesus faring yang disebut fossa rosenmuller. Pada perbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa atau oleh infeksi yang berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada anak-anak, tuba ini lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.

OTITIS MEDIA AKUT

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba ke dalam di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA.

Etiologi

Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa. Sejauh ini Streptococcus pneumonia merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur. Sedangkan Haemophilus influenza adalah patogen tersering yang ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun. Meskipun juga patogen pada orang dewasa.

Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal, yaitu:

(1)Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan, (2)Saluran eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah. (3)Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.Patogenesis

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga luar.

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Tanda oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.2. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,akibat tekanan pada kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

4. Stadium perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan pus keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Gejala klinik

Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri telinga, suhu tubuh tinggi dan biasanya ada riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa disamping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 C (stadium supurasi), anak gelisah dan sulit tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang. Bila terjadi ruptur membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

DiagnosisDiagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: (1)menggembungnya gendang telinga, (2)terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga, (3)adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga, (4)cairan yang keluar dari telinga.

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: (1)kemerahan pada gendang telinga, (2)nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Penatalaksanaan Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari pengobatan yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi.

Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.

Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.

Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Pada keadaan ini antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.Komplikasi

Sebelum ada antibiotika komplikasi dapat terjadi dari yang ringan hingga berat tetapi setelah ada antibiotika komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronis.

OMA dengan perforasi membran timpani dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis, komplikasi ke intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak, trombosis sinus lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis.BAB III

PEMBAHASANAnalisis KasusKenapa pasien ini didiagnosa otitis media akut stadium perforasi?

Anamnesis

Keluar cairan dari kedua telinga sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit Cairan berwarna bening kekuningan dan berbau

Keluhan baru pertama kali dirasakan Nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran Panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga

Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga Pasien sering mengalami batuk pilek

Pemeriksaan FisikUntuk menegakkan diagnosis otitis media, perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi. Ditemukan adanya adanya pengeluaran cairan berwarna bening kekuningan pada canalis auditorius eksterna disertai perforasi sentral pada membran timpani kedua telinga dan reflex cahaya (cone of light) negatif. Stadium otitis medianya ialah stadium perforasi.

Apa penyebab OMA dari kasus diatas?

Penyebab yang mungkin sebagai pencetus otitis media pada pasien di atas ialah pasien mengalami batuk pilek sudah lama. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan chonka nasalis inferior & media mengalami tidak edema & hiperemis, namun hipertropi Kemungkinan pasien memiliki riwayat rinitis alergi.

Dari anamnesis pasien pernah batuk pilek dan demam seminggu sebelum keluhan, dan di pemeriksaan fisik didapatkan pilar faring anterior sedikit hiperemis, kemungkinan infeksi saluran nafas atas onset akut yang sudah mulai sembuh. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus diatas?

Pada kasus diatas penatalaksanaan adalah: Pembersihan liang telinga dengan suction , Pemberian obat cuci telinga H2O2, Pemberian obat oral: ciprofloxacin ( Antibiotik ), meloxicam ( analgetik).DAFTAR PUSTAKAHendley O.M.D. Otitis Media. 2002. New England Journal Medicine . Vol: 347. No.15 http://www.nejm.orgOtitis Media (Ear Infection). http:// www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp.Chronic Otitis Media (Middle Ear Infection) and Hearing Loss. http://www.entnet.org.KidsENT/hearing_loss.cfmSoepardi, Efiaty A. Iskandar, Nurbaiti. Bashiruddin, Jenny; Restuti, Ratna D. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. 2010. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Nagel, Patrick. Gurkov, Robert. Dasar-dasar Ilmu THT Edisi 2. 2012. Jakarta: EGC.Adams, George L. Boeis, Lawrence R. Highler, Peter H. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. 2012. Jakarta: EGC.Kowalak, Jennifer P. Welsh, William. Mayer, Brenna. Buku Ajar Patofisiologi. 2013. Jakarta: EGC.Syarif, Amir. Ascobat, Purwantyastuti. Estuningtyas, Ari. Setiabudy, Rianto. Setiawati, Arini. Sunaryo, R. Dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi Lima. 2009. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Theodorus. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta: EGC. 2012.

OMSK/OMP

OME

Sembuh

OMA

Tuba tetap terganggu dan Infeksi (+)

Etiologi :

- Perubahan tekanan

udara tiba-tiba

- Alergi

- Infeksi

- Sumbatan : Sekret

Tampon

Tumor

Infeksi (-)

Gangguan tuba

Tekanan negative telinga tengah

Efusi

OME

Fungsi tuba tetap terganggu

Sembuh / Normal