laporan kasus
-
Upload
okta-kurniawan-saputra -
Category
Documents
-
view
68 -
download
1
Transcript of laporan kasus
Feberuari 2013
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Oleh:
Atika Meilandari 04108705036
Nur Liyana Bt Alias 04114708099
Okta Kurniawan Saputra 04081001065
Prayuda Tri Sukardi 54081001051
Pembimbing : dr. Bintang Arroyantri
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR TAHUN 2013
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul..............................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................................2
Bab III Laporan Kasus....................................................................................................13
Daftar Pustaka..............................................................................................................36
1
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik dan social budaya.
Hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka dan
di amerika serikat, penderita psikotik lebih dari 2 juta orang. Skizofrenia lebih
sering terjadi pada populasi urban dan kelompok social ekonomi rendah, hal ini
mungkin kecendrungan “terpuruk”.
Diagnosis skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan –
perubahan. Sebelum Kraeplin (1856 – 1926) tidak ada kesatuan pendapat
mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang dinamakan Skizofrenia.
Kraeplin adalah seorang ahli kedokteran jiwa di kota munich dan ia
mengumpulkan gejala – gejala serta sindrom itu dan menggolongkannya dalam
satu kesatuan yang dinamakan dementia prekox. Ia lukiskan dengan tepat sekali
gejala – gejala gangguan ini dan membuat suatu klasifikasi yang masih dipakai
sampai sekarang. Selain kraeplin, masih banyak lagi teori lain yang menganalisis
etiologi dari skizofrenia.
Lima tahun terakhir telah membawa kemajuan besar dalam mengerti
skizofrenia di dalam tiga bidang. Pertama, kemajuan teknik pencitraan otak.
Kedua, setelah perkenalan clozapine (Clozaril), suatu antipsikotik atipikal dengan
efek samping neurologis yang minimal, terdapat sejumlah besar penelitian tentang
obat antipsikotik atipikal lainnya, khususnya risperidone dan remoxipride. Ketiga,
saat terapi obat mengalami kemajuan dan saat dasar biologis yang kuat untuk
skizofrenia semakin dikenal luas, terdapat peningkatan minat pada faktor
psikososial yang mempengaruhi skizofrenia, termasuk yang mempengaruhi onset,
relaps, dan hasil terapi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai
oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi),
dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan
hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.2
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe
paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan
residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan
deterioratif sederhana.3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke
dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci
(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 4
2.2 Epidemiologi
Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti
skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun
dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada
orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000
penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang
dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia
belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe
skizofrenia.5
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan
perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang
lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15
sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian
telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk
terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial
3
yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien
skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia
laki-laki.
Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara
historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah
lebih tinggi dari daerah lainnya.3
2.3 Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun
berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis
dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan
faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa
seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika
dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan
perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti
infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan.
Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan
dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik
tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti
amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah
hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau
terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut.
Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin
adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam
mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua,
beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin
meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka
panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas
awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.3
4
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:
1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif
pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan
badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang
otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan
penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham
dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin
ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin
pathways menyebabkan gejala positif meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah
serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin
pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada
penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya
penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral
prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways
dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui
inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade
antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal
dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif.
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada
batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian
dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin
pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan
pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun
hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya
gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular
dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif
prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan
prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau
5
penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang
dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4
Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti
mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat
antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa
peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas
noradrenergik.3
2.4 Gejala dan Diagnosis
Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari
skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti
dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan
diri dan kinerja sosial yang buruk.5 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul
dan terutama waham curiganya.3
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia.
Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut:
A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika
diobati dengan berhasil):
1) Waham
2) Halusinasi
3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkoherensi)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
6
perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-
cakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai
sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan
yang diharapkan).
C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan.
Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang
memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal
atau residual.
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan
skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah
terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi
selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi
periode aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif 3
Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):
a) – “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama
tapi kualitasnya berbeda.
–“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
7
–“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b) – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
– “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
– “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus);
– “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:
–Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau
pasien, atau
–Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara) atau
–Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien
d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama
atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
2.5 Diagnosa Banding
Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia
paranoid. PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual
yakni harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang
meyakinkan:
a. Gejala “negatif” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,
8
modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang
buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.5
2.6 Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe
skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol
pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala “positif” lebih menonjol, maka
adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik
golongan tipikal (CPZ, HLP).4
Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis
yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin
tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati
gejala positif maupun negatif.3 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh
lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala
ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian,
risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal secara kuantitatif” karena efek
samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.7
Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas
antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis
lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping
berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis
α-1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain
itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya
yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak
berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.
9
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri
dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi
individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku
adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia.
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi
dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah
pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada
berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan
pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan
dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan
skizofrenia.
Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu
konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik
yang dialami psien adalah “aman”. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi
sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia.
psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan
dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks
hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan
kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat
ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa
ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya
dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred
10
Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan
menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat
dipahami dan berbeda dari ahli terapi.3
2.7 Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.
Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor
prognosis spesifik di Tabel 2.13.
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset lambat Onset muda
Faktor pencetus yang jelas Tidak ada faktor pencetus
Onset akut Onset tidak jelas
Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan
pramorbid yang baik
Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan
pramorbid yang buruk
Gejala gangguan mood (terutama
gangguan depresif)
Perilaku menarik diri, autistik
Gejala positif Gejala negatif
Riwayat keluarga gangguan mood Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang baik Sistem pendukung yang buruk
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma prenatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata
kematian orang yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan populasi umum. Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi
buruk di institusi perawatan yang berkepanjangan yang menyebabkan tingginya
angka Tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Namun, penelitian baru-baru
11
ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam masyarakat, menunjukkan
bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian di negara
berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telah
muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada
orang dengan gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas
10%, sekitar 12 kali lebih tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah
peningkatan mortalitas untuk gangguan kardiovaskular juga, mungkin terkait
dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses perawatan kesehatan atau
efek samping obat antipsikotik.6
12
BAB III
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Nomor Status : 010195
FAKULTAS KEDOKTERAN Nomor Registrasi : 010195
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2013
PALEMBANG Tanggal Masuk : 30/1/ 2013
Tanggal Meninggal : -
STATUS PASIEN JIWA
Nama : Jannah Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 27 Juli 1998/ 15 th Tempat Lahir : Palembang
Status Perkawinan : Belum menikah Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam Suku Bangsa : Melayu
Tingkat Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pelajar
Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien : Jl. Macan Lindungan, kel.
Bukit Baru, Kec. Ilir Barat I, Palembang
Dikirim Oleh : Ibu Kandung
Nama Mahasiswa & NIM :
Atika Meilandari 04108705036
Nur Liyana Bt Alias 04114708099
Okta Kurniawan Saputra 04081001065
Prayuda Tri Sukardi 54081001051
Dokter Supervisor / yang mengobati :
Bangsal: Cempaka
Kegiatan : Presentasi Kasus
MENGETAHUI
SUPERVISOR
( )
13
STATUS PRESENS TANGGAL : 4 Februari 2013
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis Suhu: 36,8oC Nadi : 76 x/m
Pernafasan : 20 x/m TD :120/70 mmHg Turgor : Baik
Status Gizi : Baik
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan
Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada kelainan
STATUS NEUROLOGIKUS
Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : Tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada kelainan
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada kelainan
Mata : - Gerakan : Tidak ada kelainan
- Persepsi Mata : Tidak ada kelainan
- Pupil : Bentuk bulat sentral
Ukuran diameter 3mm
Refleks Cahaya (+)
- Refleks Kornea : (+)
- Pemeriksaan Oftalmpasienkopi : Tidak Dilakukan
Motorik : - Tonus : Tidak ada kelainan
- Koordinasi : Tidak ada kelainan
- Turgor : Tidak ada kelainan
- Refleks : Tidak ada kelainan
- Kekuatan : Tidak ada kelainan
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Susunan Syaraf Vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada kelainan
14
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN
TIDAK DILAKUKAKN
____________________________________________________________________
PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG)
TIDAK DILAKUKAN
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK)
TIDAK DILAKUKAN
15
STATUS PSIKIATRIKUS
ALLOANAMNESIS (Boleh lebih dari satu sumber)
Diperoleh dari
Nama : Rubiah
Umur : 45 tahun
Alamat dan Nomor Telepon : Jl. Macan Lindungan, kel. Bukit Baru, Kec. Ilir
Barat I, Palembang
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
Sebagai patokan dalam melakukan alloanamnesis, perhatikan petunjuk di
bawah ini :
Sebab utama membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa
Keluhan utama pasien dalam serangan gangguan sekarang (yang didengar oleh
keluarga/pemberi alloanamnesis)
Riwayat perjalanan penyakit sekarang dan yang sebelumnya
Riwayat dan gambaran kepribadian premorbid masa bayi, masa anak-anak, masa
remaja, dewasa, dan selanjutnya; gambaran ciri-ciri kepribadian premorbid
Riwayat perkembangan organobiologik, penyakit-penyakit yang pernah diderita
Riwayat pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan
Keadaan sosial ekonomi pasien atau orang tuanya
Riwayat penyakit-penyakit di dalam keluarga (terutama gangguan jiwa atau
penyakit yang ada hubungannya dengan gangguan jiwa)
16
Sebab Utama : Mengoceh sendirian
Keluhan Utama : Tidak ada
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 3 tahun yang lalu, ayah os mendapat tawaran untuk bekerja di Jawa
Timur. Ayah os tidak membenarkan os dan ibu serta adik-adiknya ikut bersama.
Ayah os membawa semua pakainnya tanpa menyisakan satu pun.Os menangis dan
berkeras tetap mau seluruh keluarganya ikut bersama ayah os. Setengah bulan
kemudian os dimasukkan ke gontor di Jawa Timur,ditempat ayahnya bekerja. Os
sering didatangi seorang perempuan yang sudah mempunyai anak satu. Prempuan
tersebut sering menanyakan tentang ayah os. Pada suatu hari, os diberitahu oleh
ibunya bahwa ayah os telah menikah dengan perempuan yang selalu mendatangi
os.Os menangis dan memaksa ayahnya untuk menceraikan perempuan itu dan
tetap bersama ibunya.
±2 tahun yang lalu, os ingin lebaran bersama ibunya yang tinggal di
Palembang. Setelah lebaran, os menangis tidak mau pulang ke gontor lagi. Os
hanya mau bersama ibunya dirumah. Os dibentak oleh ayahnya jika tidak mau
pulang ke gontor, kepala os akan dijedor-jedor ke dinding. Os hanya tetap
menangis dan akhirnya pulang ke gontor. Guru os memberitahu ibunya bahwa
anaknya mulai kelihatan sering melamun, Os juga lebih suka bersendirian di
kamar. Os juga lebih banyak menghabiskan masa duduk melamun dikamar
seorang diri.Prestasi os juga mulai merosot. Os dilaporkan sering tidak masuk
kelas. Namun os masih biasa mengurus dirinya dengan baik. Nafsu makan os
mulai berkurang.
± 1 tahun yang lalu, os dipulangkan kerumahnya karena os dilaporkan oleh
gurunya sering mengamuk yang tidak jelas. Os juga sering marah –marah yamg
tidak jelas. Os merasakan ada yang memerhatikan dirinya didalam kamar. Os
sering curiga jika ada yang membawakan makanan untuknya. Os pasti
melemparkan makanan itu karena menganggap makanan itu ada racun dan mereka
ingin membunuhnya. Os sering tertawa dan berbicara sendiri. Os juga sering
mengoceh yang tidak jelas. Os juga sering melihat bayangan kuntilanak yang
17
sering mendatanginya. Os juga mengaku mendapat wahyu untuk meramal masa
depan. Os sering curiga tiap kali ada perempuan yang datang menghampirinya
dan ingin memukul perempuan tersebut. Os sudah tidak bisa mengurus diri
sendiri. Os juga sulit tidur. Os hanya makan bila dipaksa.
± 3 bulan yang lalu, Os makin sering mengamuk dan marah- marah yang
tidak jelas. Os sering mau keluar tiap jam satu pagi karena mau bermain dengan
keponakannya diluar rumah. Bila dilarang,os marah –marah dan memukul. Os
tetap curiga tiap kali ada perempuan mendekatinya. Os pasti akan memukul
perempuan tersebut. Os sering mengoceh yang tidak jelas dan ketawa sendiri. Os
tidak bisa mengurus dirinya lagi dan hanya makan bila dipaksa. Os akhirnya
dibawa ke RSJ ERBA Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Kejang (-)
Riwayat Trauma Capitis (-)
Riwayat NAPZA (-), Alkohol (-)
Riwayat Demam lama (-)
Riwayat Sesak nafas (-)
Riwayat Alergi obat (-)
Riwayat Premorbid :
Bayi : lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan, tidak ada masalah
selama kehamilan dan menyusui
Anak – Anak : Pendiam, tidak terlalau banayak teman
Remaja dan Dewasa: Pendiam, tertutup, tidak terlalu banyak teman.
18
Riwayat Keluarga :
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pendidikan :
SD : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMP : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
Riwayat Pekerjaan :
Pasien tidak pernah bekerja
Riwayat Perkawinan :
Pasien belum menikah
Status Ekonomi:
Pasien tidak bekerja pasien bergantung pada orang tua yang kehidupan ekonomi
menengah kebawah jadi dapat disimpulkan status ekonomi pasien menengah
kebawah.
19
AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI
Selama dilakukan autoanamnesis juga sekaligus dilakukan observasi atas sikap
dan tingkah laku pasien (bagaimana ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku pasien
selama berbicara atau menjawab pertanyaan yang diajukan).
Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pemeriksa sudah menguasai kerangka yang
terdapat pada “IKHTISAR DAN KESIMPULAN AUTOANAMNESIS DAN
OBSERVASI”, agar pemeriksa dapat menangkap dan mengenal gejala-gejala
psikopatologi yang muncul.
Selama autoanamnesis berlangsung, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien
dan jawaban pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien
(secara verbatim). Gejala-gejala psikopatologi yang tidak muncul secara spontan
dapat dilakukan wawancara secara terpimpin, namun usahakan tidak bersifat
sugestif.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang perlu-
perlu saja. Cerita pasien yang tidak perlu diberi tanda ........ yang memisahkan
antara bagian cerita pasien yang ditulis sebelum dan sesudahnya.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah ini:
Kalimat ucapan ditulis dalam tanda petik “...........” dan hasil observasi yang
berkaitan ditulis dalam tanda kurung ( ) di belakang kalimat tersebut.
Sebelum penulisan protokol tersebut, terlebih dahulu deskripsikanlah keadaan dan
penampilan pasien ketika ditemui untuk diajak wawancara.
Wawancara dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 4 Februari 2013 pukul 14.00
wib di ruangan Cempaka RS ERBA. Pada saat wawancara penderita dalam
keadaan tenang, penampilan penderita berpenampilan cukup rapi. Penderita
memakai pakaian seragam. wawancara dilakukan penderita dikamar. Wawancara
dilakukan dalam bahasa Indonesia dan Palembang.
PEMERIKSA PASIENINTERPRETASI
(PSIKOPATOLOGI)
20
“Assalammualaikum.. Kenalkan
dek, saya dokter muda disisni “
(pemeriksa tersenyum sambil
menatap mata os dan mengajak
bersalaman.)
“adek namanya siapa?”
“Jannah rumahnya dimana?.”
“Ooo,iya..Jannah tahu gak
sekarang kita dimana?”
“Kemaren siapa yang nganter
kesini?“
“waalaikumsalam“
(OS menatap mata pemeriksa
dan menjabat tangan pemeriksa
“ Jannah”
“di Palembang”
“ iya tahu, di rumah sakit jiwa”
“Ibu sama tante“
Perhatian ada
Kontak mata (+)
Kontak verbal (+)
Cara bicara lancar
Verbalisasi jelas
Ingatan baik
Orientasi orang, tempat, waktu
baik
21
“ Jannah tahu gak kenapa
dibawa kesini.?”
“ooh gitu, terus Jannah ngerasa
sakit ngak?”
“ kenapa Jannah dak bisa tidur”
“ Jannah kepikiran apa..?”
“ Kenapa kepikiran
kuntilanak...?”
“Aahh , jangan- jangan jannah
“Dak tau..kata ibu saya sakit.”
“ ya enggaklah, saya merasa
sehat, biasa-biasa saja,hanya
ga bisa tidur.”
“ Suka kepikiran...”
“ ada kuntilanak..”
“ kuntilanak itu mau bunuh
jannahh...”
( os dengan muka ketakutan
sambil melihat disekitarnya)
Discriminative insight
terganggu.
Halusinasi visual
22
salah lihat dak... mana ada
kuntilanak”
“ yang lain bisa ngeliat gak..?”
“ Ooo..terus kata ibu Jannah bisa
tahu apa yang akan terjadi ya..?”
“ Kata ibu Jannah lagi Jannah
suka memukul orang yang datang
ke jannah ya..terutama
cewek...iya?”
“Kenapa Jannah memukul cewek
yang dekati Jannah?..Boleh apa
begitu?..”
“ Kenapa Jannah mau memukul
mereka?...”
“ Benar kok.. saya ngelihat..”
“ gak...Cuma saya jannah yang
bisa lihat.”
“ iyaa.. jannah dapat wahyu
dan dari wahyu itu jannah
dapat tahu apa yang akan
terjadi nanti..”
“ iya....”
“ ya bolehlaaa...
Waham bizzare
Discriminative judgement
relatif terganggu
23
“ Terus kenapa Jannnah
melemparkan makanan yang di
kasi ke Jannah...?
“Kenapa mau kasi racun ke
Jannah..?”
“ Kata siapa mereka mau racuni
jannah kemudian ambil abi
jannah?..”
“ kok jannah tahu mereka mau
ngasi racun ke jannah dan ambil
abi jannah?...”
“ Siapa yang kasih tahu
Jannah?”
“ Pantas dipukul ...mereka mau
ngambil abi ku..”
“ Mereka itu jahat.. mereka
kasi racun di makanan ituuu..”
“ Karena mereka mau ngambil
abii Janahh!...”
“ pastiii!..soalnya mereka
sering dekati jannahh”
“iya jannah tahu..ada yang kasi
tahu jannah..”
“ ada suara-suara yang kasi
Rasa permusuhan dan
Dendam
Waham curiga
24
“Ooo.. jadi gara-gara suara itu
Jannah lemparkan makananya ?”
“ Oiya..Jannah kelas berapa
sekarang?”
“Nahh..56: 8 berapa ya
Jannah?”
“Loohh..kenapa Jannah
tahu jannah, katanya:
“ Nah lemparkan makanan
itu..perempuan itukasi racun
dimakanan itu supaya dapat
ambil abi jannah..lemparkan
saja..”
Padahal Jannah kan baik”
“iyalahhh!”
“SMP kelas 3”
“ 7 lahh.. masa itu gak tau”
(tiba-tiba ketawa sendiri)
Halusinasi auditorik perintah
Inkoheren
25
ketawa..?”
“Ohhh..ya sudahngobrolnya dulu
ya.. makasih Jannah..”
“ mau ketawa aja..”
( os kemudian kembali ketawa
lagi)
“ iya..Sama-sama..”
(os berdiri dan berjalan ke
kamarnya)
Daya ingat baik
Fungsi intelek dan taraf
pendidikan sesuai.
Autisme
26
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)
KEADAAN UMUM
Kesadaran/Sensorium : Compos mentis terganggu
Perhatian : Adekuat
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Ada
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan) Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekspresi Fasial : Cenderung curiga
Verbalisasi : Jelas
Cara Bicara : Lancar,
Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Ada, adekuat
- Kontak Mata : Ada, adekuat
- Kontak Verbal : Ada, adekuat
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)
Keadaan Afektif : Mood distimik
Hidup Emosi
Stabilitas : Labil Dalam-dangkal : Dangkal
Pengendalian : Terkendali Adekuat-Inadekuat : Ìnadekuat
Echt-Unecht : Echt Skala Diferensiasi : Menyempit
Einfuhlung : Dapat dirabarasakan Arus Emosi : Cepat
Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb) : Baik, tidak ada amnesia
Daya Konsentrasi : Àdekuat
Orientasi : Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
27
Luas Pengetahuan umum dan Sekolah : Sesuai taraf pendidikan
Discriminative Judgement : Relatif terganggu
Discriminative Insight : Terganggu
Dugaan taraf intelegensi : Rata-rata
Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada
Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi : Tidak ada.
Halusinasi : Halusinasi auditorik (+) pasien mendengar suara-suara
yang tidak jelas berbisik ditelinga pasien. Halusinasi visual (+) pasien melihat
bayang-bayang seperti kuntilanak dan pasien mengaku melihat keponakan laki-
lakinya yang saat itu tidak berada didekatnya.
Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : Cepat
Mutu Proses berpikir : Kurang jelas, tidak wajar
Arus Pikiran
Flight of ideas: Tidak ada Inkoherensi: Ada
Sirkumstansial: Tidak ada Tangensial: Tidak ada
Terhalang: Tidak ada Terhambat: Tidak ada
Perseverasi: Tidal ada Verbigerasi: Tidak ada
Lain-lain: Tidak ada
Isi Pikiran
Pola Sentral: Tidak ada
Rasa permusuhan/dendam: Ada. Pasien merasa orang-orang disekitarnya ingin
mencelakakan dirinya.
Waham Curiga: Ada. Pasien merasa curiga terhadap setiap wanita yang
dianggapnya musuh yang akan mengambil
ayahnya.
Fobia: Tidak ada Hipokondria: Tidak ada
Konfabulasi: Tidak ada Banyak sedikit isi pikiran: Sedikit
28
Perasaan inferior: Tidak ada Perasaan berdpasiena/salaH: Tidak ada
Kecurigaan (belum taraf waham): Tidak ada
Lain-lain: Tidak ada
Pemilikan Pikiran
Obsesi: Tidak ada
Alienasi: Tidak ada
Bentuk Pikiran
Autistik/dereistik : Ada Simbolik : Tidak ada
Paralogik : Tidak ada Simetrik : Tidak ada
Konkritisasi : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia: Tidak ada Vagabondage: Tidak ada
Stupor: Tidak ada Pyromania: Tidak ada
Raptus/Impulsivitas: Tidak ada Mannerisme: Tidak ada
Kegaduhan Umum: Ada, sekarang tidak ada Autisme : Tidak ada
Deviasi Seksual: Tidak ada Logore: Tidak ada
Ekopraksi: Tidak ada Mutisme: Tidak ada
Ekolalia: Tidak ada Lain-lain: Tidak ada
Kecemasan ( anxiety ) yang terlihat secara nyata ( overt ) (tidak ada, tidak ada)
Tidak ada
Reality Testing Ability
RTA terganggu dalam pikiran, perasaan dan perbuatan
29
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Tidak dilakukan
Evaluasi sosial (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal : Tidak dilakukan
Evaluasi lain-lain tanggal : Tidak dilakukan
(Bila ada, hasilnya dilampirkan)
30
FOLLOW UP
Hari Kamis, 7 Februari 2013
Status Internus : Compos mentis. TD : 120/80 mmHg. Nadi : 82x/ menit. RR :
20x/ menit. T: 36,6 °C.
Status Neurologikus : Tidak ada kelainan
Status Psikiatrikus :
I. Keadaan Umum: compos mentis terganggu, perhatian ada, kontak
fisik, mata dan verbal ada. Verbalisasi jelas dan lancar.
II. Keadaan Spesifik:
Keadaan afektif : distimik
Hidup emosi : labil, tidak terkendali (saat ini terkendali),
echt, dapat dirabarasakan, dangkal, inadekuat, skala diferensiasi
menyempit, arus emosi cepat.
Keadaan fungsi intelek : daya ingat baik,daya kosentrasi
baik,orientasi baik,discriminative judgement
relatif
Terganggu, discriminative insight
terganggu,
Kemunduran intelektual tidak ada.
Kelainan sensasi dan persepsi: Halusinasi auditorik ada, halusinasi visual
ada.
Kelainan proses berpikir : Psikomotilitas cepat, mutu proses berpikir
kurang jelas dan tidak wajar, waham curiga ada, waham bizzare ada, inkoheren
ada, rasa permusuhan/ dendam ada, autistik ada.
Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan : impulsivitas ada (saat ini tidak
ada), kegaduhan umum ada (saat ini tidak ada), autisme ada.
Anxietas : Tidak ada.
RTA : Terganggu dalam pikiran, perasaan, dan perbuatan.
31
RESUME
IDENTIFIKASI
Jannah/perempuan/belum menikah/islam/pelajar/Melayu/Indonesia
Sebab Utama: Mengoceh sendiri.
Keluhan Utama: Tidak ada keluhan
Riwayat Perjalanan Penyakit:
3 tahun yang lalu 2 tahun yg lalu 1 tahun yang lalu 3 bulan yang lalu MRS
Ayah os pindah kerja.
Os memaksa ikut
ayahnya, tetapi dilarang
Os kemudian
disekolahkan di Gontor,
Os sering didatangi oleh
perempuan yang
menanyakan ayahnya
Ayah os menikah lagi
Os pulag ke Palembang
Os tidak mau pulang ke
Gontor
Os di bentak ayah bila tidak
ke Gontor
Os menangis dan pulang ke
Gontor
Os sering melamun
Os sering sendirian di kamar
Prestasi os merosot
Os sering tidak masuk kelas
Os pulang ke Palembang
Os sering marah marah
sendiri
Os merasa ada yg
memeperhatikan
didalam kamar
Os sering membuang
makanannya
Os curiga kalau
makananya diberi racun
Os sering tertawa dan
bicara sendiri
Os sering melihat
kuntilanak
Os mendapat wahyu
bahwa bisa melihat masa
depan
Os selalu curiga melihat
wanita dan ingin
memukulnya
Os tidak bisa mengurus
diri sendiri
Os makin sering marah
dan mengamuk tanpa
sebab yang jelas
Os mau keluar jam 1
pagi karena ingin
melihat keponakannya
bila dilarang os marah
dan memukul
Os masih curiga
kepada setiap wanita
dan ingin memukulnya
Os sering mengoceh
dan tertawa sendiri
Os tidak bisa
menurus diri sendiri
32
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Kejang (-)
Riwayat Trauma Capitis (-)
Riwayat NAPZA (-), Alkohol (-)
Riwayat Demam lama (-)
Riwayat Sesak nafas (-)
Riwayat Alergi obat (-)
Riwayat Premorbid :
Bayi : lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan, tidak ada masalah
selama kehamilan dan menyusui
Anak – Anak : Pendiam, tidak terlalau banayak teman
Remaja dan Dewasa: Pendiam, tertutup, tidak terlalu banyak teman.
Riwayat Keluarga :
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pendidikan :
SD : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMP : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
Riwayat Pekerjaan :
Pasien tidak pernah bekerja
Riwayat Perkawinan :
Pasien belum menikah
Status Ekonomi:
Pasien tidak bekerja pasien bergantung pada orang tua yang kehidupan ekonomi
menengah kebawah jadi dapat disimpulkan status ekonomi pasien menengah
kebawah.
33
FORMULASI DIAGNOSIS
Seorang anak perempuan, berusia 15 tahun, belum menikah, beragama
islam, dengan gambaran kepribadian premorbid cenderung mengarah ke skizoid
dengan ciri-ciri pendiam, tertutup, dan tidak terlalu banyak teman. Selama 3 tahun
ini, os baru pertama kali dibawa berobat ke RS Jiwa Ernaldi Bahar Palembang
karena sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri, os marah-marah tidak jelas
dan sering mengamuk. Os sering berhalusinasi melihat keponakan laik-lakinya.
Os merasa curiga tiap kali ada perempuan mendekatinya dan memberinya
makanan, os tidak dapat merawat diri sendiri.
Dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini, dari penyesuaian fungsi secara
global menunjukkan adanya penurunan yang berat, disabilitas berat tampak pada
os yang tidak dapat mengurus diri dan tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya
sebagai pelajar pondok pesantren. Hubungan interpersonal buruk.
Didapatkan kompleks gejala primer berupa gangguan asosiasi,
inkoherensi, keadaan afektif distimik, hidup emosi labil, tidak terkendali, skala
diferensiasi menyempit, namun dapat dirabarasakan serta terdapat juga autisme.
Didapatkan juga komplek gejala sekunder berupa waham yang menonjol,
yaitu waham curiga dimana os merasa curiga pada setiap wanita yang
mendekatinya dan curiga makanannya diracuni, waham bizzare berupa os
mengaku menerima wahyu dan dapat meramal masa depan. Terdapat juga
halusinasi visual, os melihat kuntilanak dan seolah-olah melihat keponakan laki-
lakinya yang saat itu tidak ada, os juga berhalusinasi auditorik yang mendengar
suara-suara yang tidak jelas.
Atas dasar rangkaian gejala di atas, maka berdasarkan kriteria Bleurer,
dapat ditegakkan suatu diagnosis skizofrenia, sedangkan adanya gejala waham
curiga, waham bizzare, halusianasi visual dan auditorik, maka dapat ditentukan
subtipenya berupa skizofrenia paranoid. Sebagai diagnosis banding yaitu
skizofrenia tak terinci karena adanya kriteria yang tak lengkap berupa waham
dikendalikan ataupun waham dipengaruhi danhalusinasi olfaktorik.
34
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
AKSIS II : Gambaran kepribadian skizoid
AKSIS III : Tidak ada Diagnosis
AKSIS IV : Masalah keluarga : ayah os bercerai dengan ibu.
AKSIS V : GAF Scale tertinggi 1 tahun terakhir : 50-41
GAF Scale saat MRS : 20-11
GAF Scale saat follow up : 40-31
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F20.0 Skizofrenia Paranoid
F20.33 Skizofrenia Tak Terinci
TERAPI
Risperidone 2x2 mg/hari/oral.
PROGNOSIS
Dubia ad malam
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Suvisaari, Jana. Incidence and Risk Factors of Schizophrenia in Finland.
University of Helsinki, Faculty of Medicine, Department of Public Health.
1999. Available from:
http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/introduction.html
[Accessed 1 Februari 2011]
2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC.
Jakarta:1998. 970
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri,
Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740
4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007.26-34
5. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III.
FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50
6. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13.
Available from:
www.who.int/ mental _ health /media/en/55.pdf [Accessed on 1 Februari 2011]
7. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC.
Jakarta:2007.475,480 &
36