LAPORAN KASUS
-
Upload
ayurizkyandhiny -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS SEPSIS
LAPORAN KASUSSEPSIS
Susan & Ayu
PENDAHULUAN
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme (Guntur, 2008).
Sepsis masih menjadi penyebab utama kematian di sejumlah Intensive Care Unit (ICU).
Selama Januari 2006-Disember 2007 di bagian PICU/NICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, terdapat angka kejadian sepsis 33,5% dengan tingkat mortalitas sebesar 50,2% (Pudjiastuti, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme.
Kriteria untuk Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (SIRS), diadaptasi dari konferensi konsensus American College of Chest Physicians/Society of Critical Care Medicine :
Hyperthermia/hypothermia (>38C; 20/menit) atau PCO2 100/menit)
Leukosit >12.000/mm3 ATAU 10% bentuk cell imature
Suspected infection
PIRO ; penderajatan untuk sepsis berdasarkan empat karakteristik
Derajat Sepsis
Systemic Inflammatory Response Syndrome SepsisSepsis Berat Sepsis dengan hipotensi Syok septika.Hyperthermia/hypothermia (>38,3C; 20/menit)c. Tachycardia (pulse >100/menit)d. Leukocytosis >12.000/mm atau Leukopenia cell immatureInfeksi disertai SIRSSepsis yang disertai MODS/MOF, hipotensi, oligouri bahkan anuria.Sepsis dengan hipotensi (tekanan sistolik 40 mmHg).Syok septik adalah subset dari sepsis berat, yang didefinisikan sebagai hipotensi yang diinduksi sepsis dan menetap kendati telah mendapat resusitasi cairan, dan disertai hipoperfusi jaringanEpidemiologi
Dalam kurun waktu 23 tahun yang lalu bakterimia karena infeksi bakteri gram negatif di AS yaitu antara 100.000-300.000 kasus pertahun, tetapi sekarang insiden ini meningkat antara 300.000-500.000 kasus pertahun (Bone 1987, Root 1991).
faktor predisposisi untuk terjadinya sepsis antara lain diabetes melitus, sirosis hati, alkoholisme, leukemia, limfoma, keganasan, obat sitotoksis dan imunosupresan, nutrisi parenteral dan sonde, infeksi traktus urinarius dan gastrointestinal
Etiologi
Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia.
Respon sistemik dapat disebabkan oleh mikroorganisme penyebab yang beredar dalam darah atau hanya disebabkan produk toksik dari mikroorganisme atau produk reaksi radang yang berasal dari infeksi lokal
Umumnya disebabkan kuman gram negatif.
Insidensnya meningkat, karena: pemberian antibiotik yang berlebihan, meningkatnya penggunaan obat sitotoksik dan imunosupresif, meningkatnya frekuensi penggunaan alat-alat invasive seperti kateter intravaskuler, meningkatnya jumlah penyakit rentan infeksi yang dapat hidup lama, serta meningkatnya infeksi yang disebabkan organisme yang resisten terhadap antibiotik
Patofisologi
Penatalaksanaan
Diperlukan tindakan yang agresif terhadap penyebab infeksi, hemodinamik, fungsi respirasi.
Pasang CVP untuk mengukur secara akurat volume cairan, cardiac output, dan resistensi perifer (BILA PERLU)
Untuk fungsi respirasi perlu dimonitor saturasi oksigen arteri tetap 95%, jika terjadi respiratory failure Pasang intubasi
Prognosis
Angka kematian pada pasien dengan syok septik rata-rata 40% (kisaran 10-90%, tergantung pada karakteristik pasien).
Hasil buruk o.k kegagalan dalam terapi agresif awal (6 jam dari diagnosa dicurigai).
Setelah terjadi laktat asidosis berat/asidosis metabolik decompensated, atau kegagalan multiorgan, syok septik cenderung ireversibel dan fatal.
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. Kaharudin
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 59 tahun
Alamat : dusun buy-buy Utara Timur Lingsar
Status Perkawinan :Menikah
Pekerjaan :Pensiunan
Agama/Suku: Islam/Sasak
Tanggal masuk : 18 Juli 2015, pukul 22.00 (masuk melalui IGD)
PREOPERATIF
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Luka yang tidak sembuh-sembuh sejak 4 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Mataram diantar oleh keluarga dengan keluhan luka di kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya luka lecet karena terkena anak tangga, tetapi lama- kelamaan luka semakin meluas dan terasa semakin gatal. Pasien mengatakan dirumah sering tidak memakai alas kaki.
Selain itu pasien juga mengatakan kakinya sering terlihat kering. Pasien rutin mengkonsumsi obat DM sejak di dianosa oleh dokter menderita kencing manis sejak 3 tahun yang lalu, tetapi pasien lupa nama obat dan tidak membawa obat saat ke IGD. Selai itu pasien sering merasa lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu :kencing manis (+), tekanan darah tinggi (-), alergi (-), asam (-
Riwayat Penyakit Keluarga :ayah pasien menderita kencing manis, sma dengan pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
GCS :E4V5M6
Kesadaran : Composmentis
Perkiraan BB : 60 kg
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Nadi : 89x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu Axila : 37,8 C
Kepala : Normocephali
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : kesan tenang
Thorax:
Paru
Inspeksi : simetris statis dinamis
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi: sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler pada semua lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi :S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Ekstremitas : hangat +/+/+/+, edema -/-/-/-, terdapat ulkus di dorsum pedis dextra ukuran 5x7 cm
Status Lokalis : Terdapat ulkus di dorsum pedis dextra ukuran 5x7 cm, dengan kedalama 1,5 cm, diserti dengan pus ditengah dan jaringan nektorik dibagian tepi luka, bau (+), darah (+), WEGNER III
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
WBC : 39,72 x 103 /ul
RBC : 3,96 x 106 /ul
HB :12,9 g/dl
HCT : 34,7 %
PLT : 385 x 103/ul
GDS : 316 mg/dl
HbA1C : 11,3 %
PT : 12,4 detik
APTT :33,9 detik
DIAGNOSIS PREOPERASI
Diagnosis : Diabetic Foot Dextra WEGNER III + Risiko Sepsis
Tindakan : debridement
KESAN ANASTESI
Laki-laki 59 tahun menderita Diabetic foot dextra dengan ASA II.
TERAPI PREOPERASI
Puasa 6 am pre-opersi
Inform concent ke keluarga tentang risiko tinggi operasi
Pasang IVFD
Paracetamol infus 1000 mg sampai suhu < 37,5 C
Pertahankan GDS < 200 mg/dl
Premed ranitidine 1 ampul
Oksigen kanul 3 lpm
Lain-lain diruang operasi sesuai operator
KESIMPULAN
ACC untuk operasi
DURANTE OPERASI
Tempat : Ruang OK RSUD Kota Mataram
Jenis Pembedahan : debridement
Jenis anastesi: Spinal
Premedikasi :
Ondancentron 8 mg
Induksi : Bupivacain 12,5 mg
Maintenance :
Efedrin 10 mg
Respirasi : spontan dengan bantuan kanul
Posisi: supine
Jumlah cairan yang masuk :
Kristaloid : 400 cc
RL : 200 cc
Traktus urinarius : dipasang kateter
BAK : 150 cc
Perdarahan selama operasi : 300 cc
Pemantauan selama anastesi :
Mulai anastesi: 09.00 wita
Mulai operasi : 09.05 wita
Selesi operasi : 09.55 wita
Persiapan pra anesthesia terdiri atas identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, klasifikasi status fisik (ASA), terapi sebelum operasi. Pada kasus ini, pasien perempuan, Tn K umur 59 tahun . pasien datang ke IGD RSUD KOTA Mataram dengan keluhan luka di kaki kanan yang tidak sembuh-sembuh sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya luka lecet karena terkena anak tangga, tetapi lama- kelamaan luka semakin meluas dan terasa semakin gatal. Pasien mengatakan dirumah sering tidak memakai alas kaki. Selain itu pasien juga mengatakan kakinya sering terlihat kering. Pasien rutin mengkonsumsi obat DM sejak di dianosa oleh dokter menderita kencing manis sejak 3 tahun yang lalu, tetapi pasien lupa nama obat dan tidak membawa obat saat ke IGD. Selain itu pasien sering merasa lemas. Akan dilakukan tindakan debridemen.
Penyakit pembuluh darah pada diabetes lebih sering dan lebih awal terjadi pada penderita diabetes dan biasanya mengenai arteri distal (di bawah lutut). Faktor-faktor neuropati, makroangiopati dan mikroangiopati yang disertai infeksi merupakan faktor utama terjadinya proses gangrene diabetik. Pada penderita dengan gangrene dapat mengalami amputasi, sepsis, atau sebagai faktor pencetus koma, ataupun kematian.
Pasien DM dengan sepsis sering dihubungkan dengan keadaan berbagai penyakit infeksi. Adanya infeksi menimbulkan respon imun yaitu kenaikan leukosit. Mekanisme respon imun terhadap infeksi pada penderita DM belum diketahui secara jelas.
Pasien mendapatkan persetujuan anestesi dengan terapi sebelum operasi yaitu puasa 6 jam pre-operasi, inform consent ke keluarga tentang resiko operasi, premed dan ranitidin 25mg 1 jam sebelum ke ruangan OK.
Pada pasien ini tindakan untuk dilakukan operasi adalah termasuk dalam kategori elektif. Pengobatan pre-medikasi untuk profilaksis mencegah terjadinya mual dan muntah yaitu Serotonin Antagonist (Ondansetron) dengan dosis 8mg. Bupivacain 0,5% dipilih sebagai agen induksi anestesi spinal pada pasien ini.
Pada pasien ini dari data pre-operasi (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,) didapatkan kesadaran compos mentis dan disertai penyakit sistemik ringan yaitu DM. Oleh karena itu, status fisik pasien diklasifikasikan dalam ASA II .
Setelah operasi dan anestesi selesai ke recovery room (pantau hemodinamik hingga pasien sadar).
Pasien sudah tidak makan dan minum 6 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien ini :
BB = 60 kg
Maintenance = 2 cc/kgBB/jam = 2 x 60kg = 120 cc/jam
Pengganti puasa = 6 x maintenance = 6 x 120 cc = 720 cc/jam
Stress operasi = 8 cc/kgBB/jam = 8 x 60 = 480 cc/jam
Kebutuhan cairan = maintenance + stress operasi + jumlah perdarahan + Pengganti puasa = 120 +480 + 300 + 720 = 1620 cc/jam dibagi dalam 3 jam
1 jam pertama : 50% x 1620 = 810 cc
1 jam kedua : 25% x 1620 = 405 cc
1 jam ketiga : 25% x 1620 = 405 cc