LAPORAN KASUS
-
Upload
erma-sugihartini -
Category
Documents
-
view
114 -
download
2
Transcript of LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
Pembahasan pada bab ini penulis akan menyajikan laporan kasus yaitu asuhan keperawatan
jiwa pada Tn. A dengan isolasi sosial di Ruang Elang Rumah Sakit Khusus Provinsi
Kalimantan Barat, penulis melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dimulai dari
tanggal 14 Juni 2012 sampai dengan 16 Juni 2012.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pasien bernama Tn. A, umur 28 tahun dan belum menikah, pendidkan terakhir STM, pasien
masuk pada tanggal 1 Juni 2012 dan didiagnosa Skizofrenia Hebefrenik. Penanggung jawab
pasien adalah Tn. F (adik ipar) yang berusia 27 tahun.
2. Alasan Masuk
Berdasarkan catatan rekam medis, pada tanggal 1 Juni 2012 pasien di bawa ke RSK
Provinsi Kalimantan Barat oleh keluarganya dengan alasan 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, pasien marah-marah dan memukul warga setempat hingga menyerang warga
menggunakan senapan angin.34
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2012 pasien mengatakan
dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit dengan alasan pasien tidak suka melihat
tetangganya yang suka omong kosong, pasien akan membentak orang tersebut dan akan
meninju orang-orang yang suka omong kosong, sehingga pasien mengisolasi diri dikamar
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada Tn. A adalah kehidupan keluarganya yang
kurang harmonis, membuat pasien sering marah-marah dengan keluarganya, hal ini juga
didukung dengan keadaan dimana pasien tidak suka dengan keluarga maupun tetangga
pasien yang suka bicara omong kosong atau bicara tinggi. Menurut catatan keperawatan
pasien mempunyai riwayat putus cinta ± 8 bulan yang lalu sejak ia pulang dari malaysia,
sejak kejadian itu klien menjadi sensitif serta mudah marah.
Pasien pernah menjadi pelaku dalam kekerasan rumah tangga, pada usia 28 tahun. Pasien
mengatakan kehidupan didalam keluarganya kurang harmonis dan ini yang menyebabkan
pasien sering marah-marah dirumah dan bahkan menyerang ayahnya. Didalam anggota
keluarganya Tn.A, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, hanya saja
adik Tn.A yang nomor 6 mengalami retardasi mental.
Pasien mengatakan, pengalaman masa lalunya yang tidak menyenangkan terlalu banyak,
sehingga ia tidak ingat lagi dan ia juga tidak mau mengingatnya lagi karena akan menbuat
stres, pada usia ± 20 tahun pasien adalah alkoholik.
Masalah keperawatan: Resiko perilaku kekerasan
Inefektif koping individu
4. Faktor Presipitasi
Sebelumnya pasien pernah mengalami gangguan jiwa. Tiga bulan yang lalu tanggal 29
Februari 2012 pasien berobat ke Rumah Sakit Khusus Kalimantan Barat dengan keluhan
sering marah-marah dan terkadang mengisolasi diri dikamar tidak mau makan dan minum.
Saat berada dirumah, pasien berobat jalan dipraktik dr. Ibnu, dan pasien juga mengatakan
saat dirumah sering malas minum obat. Berdasarkan catatan keperawatan, pasien tidak
minum obat secara teratur dan sering putus obat.Masalah Keperawatan: Inefektif regimen therapeutik
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda - tanda vital : TD = 100/60 mmHg, N = 64 x/mnt, S = 36, 2 °C dan RR = 18 x/mnt.
b. Berat badan 70 kg, tinggi badan 172 cm, berat badan ideal 65 kg.
c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe.
1) Kepala, leher
Kepala: Pada saat diinspeksi rambut pasien lurus dan pendek, berwarna hitam, kebersihan baik,
pada saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada kepala.
Leher: Pada saat diinspeksi tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat nyeri tekan.
2) Mata
Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu penglihatan.
3) Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Tn. A dapat menjawab pertanyaan perawat,
kebersihan telinga cukup dan Tn. A tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
4) Hidung
Hidung Tn. A simetris, fungsi penciuman baik dibuktikan Tn. A dapat mencium wangi
sabun, tidak terdapat polip.
5) Mulut
Bibir Tn. A simetris, gigi Tn. A lengkap dan bersih, mukosa bibir lembab.
6) Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering, turgor kulit cukup.
7) Dada
a) Rongga Torax
Bentuk dada simetris, respirasi 18x/menit.
b) Abdomen
Saat diispeksi tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan.
c) Punggung
Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang.
d) Ekstremitas
Atas: pergerakan tangan baik, turgor kulit kurang, kulit berwarna sawo matang.
Bawah: pergerakan kaki baik, tidak terdapat odema pada kaki, kebersihan kaki baik.
6. Psikososial
a. Genogram
Ket :
= perempuan = meninggal = tinggal serumah
= laki-laki = pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, pasien tidak mampu menjelaskan silsilah keturunan secara
keseleruhun, terutama kakek dan nenek pasien, karena pasien kesulitan dalam
mengingatnya, sehingga hanya didapatkan data sebanyak dua generasi (keturunan). Didalam
catatan keperawatan juga tidak terdapat genogram tiga keturunan.
b. Masalah komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh
Pasien mengatakan, ia anak ke-5 dari 7 bersaudara, ia hanya tinggal bersama ayah, ibu dan
adiknya yang ketujuh, sedangkan saudaranya yang lain ada yang telah menikah dan bekerja.
Pasien mempunyai pola asuh yang baik, hanya saja pasien mengatakan kehidupan
keluarganya kurang harmonis. Semenjak ia dan keluarga lainnya pisah, dalam hal
pengambilan keputusan, ayah pasien selalu memusyawarahkannya terlebih dahulu.
c. Konsep Diri
1) Citra Tubuh
Pasien mengatakan ia menyukai seluruh tubuhnya, karena pasien menyadari bahwa seluruh
anggota tubuhnya ini telah diciptakan Allah SWT sesempurna mungkin, sehingga ia selalu
bersyukur dengan yang diberikan allah SWT.
2) Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan namanya dan pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang
laki- laki, penampilan Tn. A sesuai dengan identitasnya sebagai seorang laki-laki. Tn. A
merasa tidak puas sebagai seorang laki-laki karena belum menikah. Tn. A bekerja sebagai
petani. Pasien anak kelima dari tujuh bersaudara, pasien tamatan STM.
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak yang belum menikah dan bekerja sebagai petani. Dirumah
sakit pasien berperan sebagai pasien yang mentaati praturan rumah sakit
4) Ideal Diri
Pasien berharap cepat sembuh dan berkumpul bersama keluarganya. Dan bisa bekerja lagi
untuk membahagiakan kedua orang tuanya dan ingin segera sembuh agar segera menikah.
5) Harga Diri
Pasien merasa sedih karena ia sekarang sakit, tidak bisa berkumpul dengan keluarganya dan
menyusahkan keluarganya saja.
d. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti baginya adalah kakaknya yang nomor empat. Jika ada
masalah pasien kadang menceritakan kepada kakaknya.
2) Peran dalam kegiatan kelompok
Pasien mengatakan malas untuk bersosialisasi dengan tetangganya, karena tetangganya sring
berbicara kosong.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Pasien mengatakan mengatakan malas untuk berhubungan dengan orang lain, selain karena
ia malas ngobrol dengan orang lain, juga karena pasien sering lupa nama orang dan tidak
ada untungnya.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
e. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Islam, dan pasien percaya dengan adanya Allah SWT. Menurut pasien,
penyakitnya ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
2) Kegiatan ibadah
Saat di rumah pasien shalat lima waktu, namun selama dirumah sakit pasien tidak pernah
shalat, karena pasien beranggapan bahwa dirinya ini kotor dan tidak suci untuk melakukan
ibadah shalat.
7. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan pasien rapi, pakaian bersih dan diganti setiap hari, serta pasien berpakaian
sesuai.
b. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan mudah dimengerti. Namun
pasien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang lain.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
c. Aktivitas motorik
Pasien tampak lesu, malas beraktivitas, pasien lebih sering berdiam diri dan sering
menghabiskan waktunya ditempat tidur.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
d. Afek dan Emosi
1) Afek pasien tumpul, berespon apabila di berikan stimulus yang kuat.
2) Emosi pasien stabil. Pasien mengatakan saat ini sedih karna tidak pernah lagi
dijenguk keluarganya.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
e. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata pasien baik, pasien tampak ragu dalam menjawab
pertanyaan perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan kepada pasien,
tingkat konsentrasi pasien baik, ditandaidengan ketika wawancara, pasien terfokus kepada
perawat. Selain itu pasien tidak memiliki keinginan untuk berinteraksi kecuali perawat yang
memulai.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
f. Persepsi dan sensori
Pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi, baik itu halusinasi
pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penghidu. Ditandai dengan pasien
mengatakan tidak pernah mendengar, melihat dan merasakan yang aneh-aneh tanpa wujud.
g. Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
1) Proses Pikir (arus dan bentuk pikiran)
Saat bicara Tn. A kadang- kadang terdiam dan sulit memulai pembicaraan.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
2) Isi Pikir
Tn. A tidak mengalami gangguan isi pikir. Isi pikir Tn. A sesuai dengan kenyataan saat ini.
Dibuktikan Tn.A tidak memiliki keinginan yang besar sesuai dengan keadaannya saat ini.
h. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pasien bingung. Pasien mengalami gangguan orientasi tempat, terbukti
dengan pasien mengatakan bahwa dirinya berada di rumah sakit Griya Husada. Orientasi
waktu pasien baik di buktikan dengan pasien mengetahui hari dan tanggal.
i. Memori
Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun pasien tidak mengalami
gangguan mengingat jangka pendek dan saat ini.
Jangka panjang: Pasien tidak dapat menceritakan kejadian yang terjadi beberapa bulan yang lalu, terutama
saat ia berada dimalysia.
Jangka pendek: Pasien dapat menceritakan kejadian ketika pasien di bawa masuk oleh keluarganya.
Saat ini: Pasien dapat mengingat nama perawat, serta janji / kontrak yang telah dibuat.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu untuk berkonsentrasi penuh, pasien mampu berhitung sederhana dibuktikan
dengan pasien dapat menyebutkan perhitungan dari 1-10 dan sebaliknya dari 10-1.
k. Kemampuan penilaian
Pasien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan pada saat diberi
pilihan mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, pasien memilih makan setelah
mandi.
l. Daya tilik diri
Pasien mengatakan ia tidak tau sedang sakit apa, ia bertanya-tanya mengapa saya diberi obat
yang efek sampingnya membuat saya mengantuk dan lemah.
8. Kebutuhan Perencanaan Pulang
a. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan
Pasien mampu memenuhi kebutuhan makan dan minum secara mandiri, sedangkan untuk
kebutuhan lainnya seperti keamanan, perawatan kesehatan, pakaian, transportasi, tempat
tinggal, keuangan dan lain-lain belum dapat dipenuhi secara mandiri.
b. Kegiatan hidup sehari – hari (ADL)
1) Perawatan diri
Pasien mengatakan mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun, shampo serta
menggosok gigi sebanyak dua kali sehari. Setelah mandi pasien tidak menyisir rambut
karena sisir tidak ada diruangan.
2) Nutrisi
Pasien makan 3x/hari, pasien tidak dapat menghabiskan 1 porsi yang telah di sediakan
rumah sakit, karena terlalu banyak. Pasien makan menggunakan tangan, dan tempat yang
disediakan, pasien sudah mampu membereskan makan setelah makan.
3) Tidur
Pasien tidur sehari biasanya 6 – 8 jam, tidur siang 1 – 2 jam. Pasien tidur malam mulai dari
jam 21.00 dan bangun jam 05.00 pagi, pasien tidak mengalami kesulitan saat memulai tidur
dan pasien bangun tidur dengan kondisi segar. Pasien belum dapat merapikan tempat
tidurnya sendiri, semua masih di arahkan oleh perawat.
9. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah tersebut,
dan jika ada masalah, pasien akan memendam masalahnya itu dan lebih baik menyendiri
dan menghindar dari orang lain.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
Inefektif koping individu
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mempunyai masalah dengan lingkungannya, karena jarang berinteraksi dengan orang
lain. Pasien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial
11. Pengetahuan Tentang Masalah Kejiwaan
Pasien mengatakan ia tidak tahu ia sakit apa, dan ia juga bingung mengapa ia diberi obat
yang efek sampingnya akan membuat ia menjadi mengantuk dan lemah, pasien juga
mengatakan saat dirumah pernah diberi obat, namun pasien malas untuk meminum obat
tersebut karena akan membuatnya mengantuk.
Masalah keperawatan: Inefektif regimen therapeutik
12. Aspek Medis
Diagnosa medis: F.20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medis: Fluoxetin 1 x 10 mg/hari
Persidal 2 x 1 mg/hari
Trihexipenidil 2 x 2 mg/hari
Clorilex 1 x 25 mg/hari
Vit. B6 1 x 10 mg/hari
Stelazine 2 x 5 mg/hari
13. Daftar Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Inefektif Regimen Therapeutik
c. Inefektif Koping Individu
B. ANALISA DATA
No DataMasalah
Keperawatan1. Ds:
- Pasien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan pasien lain karena tidak ada untungnya.
- Pasien mengatakan selama dirumah sakit, tidak ada satupun yang pasien kenal.Do:
- Pasien tampak sering menyendiri dari
Isolasi Sosial
teman-temannya.- Pasien tampak tidak berinteraksi
dengan orang lain.- Pasien tidak mampu memulai
pembicaraan- Pasien banyak diam, pasien tidak mau
mengikuti kegiatan- Pasien tampak lesu, afek tumpul- Pasien malas beraktivitas
2. Ds:- Pasien mengatakan pernah masuk
rumah sakit ini, tapi lupa kapan waktunya.
- Pasien mengatakan saat dirumah malas minum obat.
Do:- Dari catatan keperawatan, pasien
berobat jalan di dr. Ibnu dan mengalami perubahan, namun tidak minum obat secara teratur dan sering putus obat.
- Pasien pernah masuk rumah sakit khusus ini pada tanggal 29 Februari 2012 dan pulang pada tanggal 09 April 2012
Inefektif Regimen Therapeutik
3. Ds:- Pasien mengatakan ia punya banyak
masalah masa lalu yang malas untuk diceritakan karena akan membuat stres
- Pasien mengatakan lebih baik menghindari masalah
- Pasien mengatakan akan memendam masalahnya tersebut dan lebih baik menyendiri dan menghindar dari orang lainDo:
- Menurut catatan keperawatan, pasien mempunyai riwayat putus cinta ± 8 bulan sejak ia pulang dari malaysia, sejak kejadian itu klien menjadi sensitif serta mudah marah.
Inefektif Koping Individu
4. Ds:- Pasien mengatakan dibawa oleh
keluarganya ke rumah sakit karena tidak suka melihat tetangga yang suka
Resiko Perilaku Kekerasan
omong kosong, pasien akan membentak orang tersebut dan akan meninjunya.
- Pasien mengatakan kehidupan didalam keluarganya kurang harmonis dan ini yang menyebabkan pasien sering marah-marah dirumah dan bahkan menyerang ayahnyaDo:
- Berdasarkan catatan rekam medis, pada tanggal 1 Juni 2012 pasien dibawa ke RSK Provinsi Kalimantan Barat oleh keluarganya dengan alasan 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien marah-marah dan memukul warga setempat hingga menyerang warga menggunakan senapan angin.
- Pasien pernah menjadi pelaku dalam kekerasan rumah tangga, pada usia 28 tahun.
C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pohon MasalahIsolasi SosialCore ProblemInefektif Koping IndividuInefektif Regimen TherapeutikResiko Perilaku Kekerasan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Inefektif Regimen Therapeutik
c. Inefektif Koping Individu
d. Resiko Perilaku Kekerasan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NoDx
DiagnosaKeperawatan
PERENCANAAN
TUJUANKRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
1. Isolasi sosial Pasien mampu :1. Menyadaripenyebab
Setelah 3 X pertemuan pasien mampu :
SP 1 Pasien1. Identifikasi penyebab
isolasi2. Berinteraksi dengan
orang lain.
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi social, keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.
3. Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap.
a. Siapa yang satu rumah dengan pasien?
b. Siapa yang dekat dengan pasien? apa sebabnya?
c. Siapa yang tidak dekat dengan pasien dan apa sebabnya?
2. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.
a. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
b. Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
c. Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan orang lain.
d. Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
3. Latih berkenalana. Jelaskan kepada Pasien cara
berinteraksi dengan orang lain.b. Berikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain.c. Berikan kesempatan pasien
mempraktikan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat.
SP 2 Pasien1. Evaluasi Sp 12. Latih berhubungan sosial secara
bertahap3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien.
SP 3 Pasien1. Evaluasi Sp 1 dan 22. Latih cara berkenalan dengan 2
orang atau lebih3. Masukkan jadwal kegiatan pasien.
3.
Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat pasien isolasi sosial.
Setelah 3 X pertemuan, keluarga mampu:
1. Menjelaskan masalah keluarga dalam merawat pasien isolasi sosial
2. Menegerti penyebab isolasi sosial
3. Memperagakan cara merawat pasien isolasi sosial
4. Mempraktikan cara merawat pasien isolai sosial
5. Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga
SP 1 Keluarga1. Diskusikan masalah yang dialami
keluarga dalam merawat pasien2. Jelaskan pengertian, tanda dan
gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Jelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 Keluarga1. Latih keluarga mempraktikan cara
merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Latih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien isolasi sosial
SP 3 Keluarga1. Bantu keluarga membuat jadwal
aktivitas dirumah termasuk minum obat (perencanaan pulang)
2. Jelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang
Strategi Pelaksanaan (SP 1)
Isolasi Sosial
A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien : komunikasi kurang, kontak mata kurang, kurang memperhatikan perawatan
diri, ekspresi wajah sedih, pasien lebih banyak diam.
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tindakan keperawatan :
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
b. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
d. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan orang lain.
e. Menganjurkan pasien untuk memasukkan latihan berkenalan dengan orang lain kedalam jadwal
harian pasien.
B. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
“Selamat pagi pak......”
“Perkenalkan nama saya Herman Petrik, bapak bisa panggil saya Petrik, saya yang akan merawat
bapak selama tiga hari.”
“Ini dengan bapak siapa? Bapak senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Keluhan apa yang bapak rasakan hari ini?”
“Bagaimana kalu kita berbincang-bincang tentang keluarga dan teman-teman bapak?
“Bapak maunya diman kita ngobrol?”
“Bapak maunya berapa lama kita ngobrol? Bagaimana kalu 15 menit?”
2. Fase kerja
“Baiklah pak, kalau boleh tau di rumah bapak tinggal dengan siapa saja? Menurut bapak siapa
orang yang paling dekat dengan bapak? Kalau ada masalah biasanya dengan siapa bapak
bercerita? Kalu di rumah dengan siapa paling sering napak berbicara? Siapa yang paling jarang
berbicara dengan bapak? Kira-kira apa yang membuat bapak jarang berbicara?
“Menurut bapak ada tidak keuntungannya kalau kita banyak teman? Kalau ada coba bapak
sebutkan! Ya...benar sekali pak, kalau ada teman bisa diajak ngobrol. Apa lagi pak?”
“Nah pak kalau ada keuntungannya berarti ada kerugiannya, nah coba sekarang bapak sebutkan
apa kerugiannya kalau kita tidak punya teman! Wah betul sekali, terus apa lagi pak? Nah
sekatrang bapak lebih memilih yang mana? Banyak teman atau tidak ada teman?
“Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita belajar bagaimana cara bergaul dengan teman-
teman bapak agar bapak bisa punya banyak teman?”
“baiklah sekarang kita akan latihan bagaimana cara berkenalan yang baik”
“Kalau kita ingin berkenalan, pertama-tama kita ucapakan salam kemudian kita jabat tangannya,
selanjutnya kita sebutkan nama kita dan nama panggilan yang kita suka, kemudian asal dan hobi
kita. Contohnya begini ya pak, Pertama ucapkan salam, kemudian jabat tangan orang yang akan
kita ajak kenalan lalu perkenalkan nama. Perkenalkan nama saya Herman Petrik, saya senang
dipanggil Petrik, saal saya dari sanggau dan hobi saya membaca buku”.
“Selanjutnya bapak tanyakan nama orang yang kita ajak kenalan”.
“Contohnya begini pak, nama bapak siapa? Bapak senagnya dipanggil apa? Asalnya dari mana
dan hobinya apa?” Ayo sekarang coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi? Misalnya
bapak ingin berkenalan dengan saya”.
3. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan cara berkenalan tadi?”.
“Bapak tadi sudah bagus saat latihan berkenalan, nah sekarang coba bapak sebutkan apa saja
yang dilakukan apabila kita akan berkenalan? Ya....bagus”.
“Nah selanjutnya bapak bisa mengingat apa yang kita latih tadi dan bapak bisa
mempraktekannya dengan teman-teman bapak di ruangan.
“Baiklah pak, bagaimana kalau sekarang kita masukan latihan berkenalan tadi kedalam jadwal
kegiatan harian bapak. “Bapak maunya berapa kali kita latihan? Jam berapa saja bapak mau?”
“Baiklah pak sekarang kita telah selesai menyusun jadwal, bagaimana kalau besok kita ketemu
untuk mengajak bapak berkenalan dengan satu orang sesuai dengan yang telah saya ajarkan tadi?
Bapak maunya jam berapa? Dimana bapak mau kita bertemu? Bagaimana kalau ditempat ini
lagi?, Baiklah pak, kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi.....”
lampiran 2
Strategi pelaksanaan (SP 2)
Isolasi sosial
A. Proses keperawatan
1. Kondisi pasien : Komunikasi kurang, kontak mata kurang, tidak bisa memulai pembicaraan.
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tindakan keperawatan :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berkenalan
c. Menganjurkan pasien untuk memasukan dalam jadwal harian pasien
B. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
“Selamat siang pak? Bagaimana keadaanya hari ini? Masih ingat apa tujuan kita ketemu hari ini?
Ya bagus.”
“Bagaimana pak masih ingat apa yang telah kita latih kemarin? Coba sebutkan? Bagus sekali
bapak masih ingat.”
“Sesuai janji kita kemarin pada hari ini saya akan mengajak bapak berkenalan dengan teman
saya”.
2. Fase kerja
“Baiklah pak kita langsung kenalan dengan teman saya”.
“Selamat siang E, ini ada yang mau berkenalan dengan E. Ayo pak sekarang bapak kenalan
dengan teman saya seperti yang telah saya ajarkan kemarin?(pasien mendemonstrasikan cara
berkenalan). “Nah apa lagi yang mau bapak tanyakan pada E? Kalau tidak ada lagi yang ingin
ditanyakan mari kita kembali ketempat kita berbincang-bincang tadi.”
“Baiklah E karena Bapak A sudah selesai berkenalan, saya dan Bapak A akan kembali ketempat
kami, Selamat siang E”.
3. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan E tadi?”
“Bapak sudah mempraktekan cara berkenalan dengan baik, nah bapak bapak bisa mengingat
ingat yang kita latih tadi. Bapak bisa mempraktekannya dengan teman-teman yang lain.”
“Bagaimana kalau sekarang kita masukan kedalam jadwal harian bapak.”
“Bapak maunya berapa kali latihannya?”
“Baiklah pak besok kita ketemu lagi intuk latihan berkenalan dengan orang yang berbeda?”.
“Bapak maunya jam berapa? Dimana kita latihan?” Bagaimana kalau ditempat ini lagi.”
“Baiklah pak kalau begitu saya permisi dulu. Selamat siang........lampiran 3
Strategi pelaksanaan (SP 3)
Isolasi sosial
A. Proses keperawatan
4. Kondisi pasien : Komunikasi kurang, kontak mata kurang, tidak bisa memulai pembicaraan.
5. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
6. Tindakan keperawatan :
d. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
e. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berkenalan
B. Menganjurkan pasien untuk memasukan dalam jadwal harian pasien
C. Proses keperawatan
7. Kondisi pasien : Komunikasi kurang, kontak mata kurang, tidak bisa memulai pembicaraan.
8. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
9. Tindakan keperawatan :
f. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
g. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berkenalan
h. Menganjurkan pasien untuk memasukan dalam jadwal harian pasien
D. Strategi pelaksanaan
1. Orientasi
"Selamat pagi A! Bagaimana perasaan A hari ini?"
"Apakah A bercakap-cakap dengan perawat