LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting...

37
LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA GEMPABUMI TASIK JAWA BARAT 2 SEPTEMBER 2009 Disiapkan Oleh: Satuan Tugas Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung LPPM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG September, 2009

Transcript of LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting...

Page 1: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL

PASCA GEMPABUMI TASIK JAWA BARAT

2 SEPTEMBER 2009

Disiapkan Oleh:

Satuan Tugas Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Pusat Mitigasi Bencana – Institut Teknologi Bandung

LPPM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

September, 2009

Page 2: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Jawa Barat Halaman - ii

LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL

PASCA GEMPABUMI TASIK JAWA BARAT

2 SEPTEMBER 2009

Tim Penyusun:

Dr. Ir. I Wayan Sengara

Dr. Ir. F.X. Toha

Dr. Ir. Made Suarjana

Dr. Ir. Ridolva

Dr. Ir. Dyah Kusumastuti

Dr. Imam Sadisun

Dr. Afnimar

Km. Abuhuroyroh, ST

LPPM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

September 2009

Page 3: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Jawa Barat Halaman - iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ III

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG .................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1.2. TUJUAN SURVEY REKONESANS ................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

1.3. LINGKUP SURVEY REKONESANS ................................................ ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

KAJIAN AWAL GEMPABUMI .............................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2.1. TECTONIC SETTING DAN SEJARAH KEGEMPAAN JAWA BARAT .. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

2.1.1. Tektonik Setting Wilayah Pulau Jawa dan Sejarah Kegempaan .............Error! Bookmark not

defined.

2.1.2. Sejarah Kegempaan Pulau Jawa .............................................. Error! Bookmark not defined.

2.1.3. Zonasi Gempa Jawa Barat ........................................................ Error! Bookmark not defined.

2.1.4. Atenuasi dan Zonasi Gempa Tasikmalaya 2 September 2009 .. Error! Bookmark not defined.

SURVEY REKONESANS ....................................................................................................................... 12

3.1. UMUM ....................................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

3.2. PERMASALAHAN GEOTEKNIK .................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

3.2.1. Rekahan Tanah ......................................................................... Error! Bookmark not defined.

3.2.2. Kelongsoran Lereng dan Potensi Kelongsoran Susulan ......................................................... 16

3.2.3. Semburan Lumpur Dingin ....................................................................................................... 19

3.3. KERUSAKAN BANGUNAN ................................................................................................................. 21

3.3. KERUSAKAN BANGUNAN ................................................................................................................. 21

3.4. KONDISI DAN KERUSAKAN INFRASTRUKTUR ................................................................................... 26

3.4.1. Jalan dan Jembatan ................................................................................................................ 26

3.4.2. Lifelines (Fasilitas penunjang vital kehidupan) ...................................................................... 26

3.5. REKAPITULASI RAPID ASSESMENT PADA INVESTIGASI PASCA BENCANA GEMPA TASIKMALAYA 2

SEPTEMPER 2009 ............................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

KONSEP PENANGGULANGAN & MITIGASI BENCANA ............................................................. 30

4.1. KONSEP PENGGUNAAN PETA-PETA HAZARD DALAM UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN DAN

PENATAAN RUANG UNTUK MITIGASI BENCANA GEMPA ......................................................... 30

4.2. KAJIAN HAZARD GEMPA ................................................................................................................. 30

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................................................ 31

5.1. KESIMPULAN ............................................................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

5.2. REKOMENDASI ........................................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

Page 4: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tanggal 2 September 2009, pukul 07:55:01 (UTC) atau pukul 14:55:01 (WIB) waktu

setempat, telah terjadi gempabumi besar dengan moment magnitude Mw = 7.0 dengan

kedalaman 49.9 km pada posisi 7.777°S, 107.326°E (Sumber : USGS). Gempabumi ini

mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana dan sarana fisik serta sekitar 74 orang korban jiwa

manusia di Propinsi Jawa Barat..

Kerusakan bangunan secara umum yang teramati di daerah survey (Kabupaten Tasikmalaya dan

Pangalengan) bervariasi dari kerusakan ringan, keruskan parah, sampai runtuh. Bangunan-

bangunan sekolah, kantor pemerintah, rumah sakit/puskesmas, dan perumahan juga banyak

yang mengalami kerusakan parah. Prasarana jalan, jembatan, tanggul, instalasi listrik dan

telepon diidentifikasi masih dalam kondisi baik dan beberapa hanya mengalami kerusakan

ringan.

Gambar 1.1. Epicenter Gempa Tasik 2 September 2009

Institut Teknologi Bandung memiliki ahli-ahli di bidang bencana alam seperti kegempaan dan

tsunami perlu memberikan suatu kontribusi untuk rehabilitasi serta rekonstruksi pasca bencana

Jawa Barat. Sebagai bagian dari program kerja ITB untuk memberikan suatu masukan-masukan

atau rekomendasi teknis untuk tahapan rehabilitas dan rekonstruksi, kajain awal mengenai

kejadian gempa Tasik dan survey awal identifikasi cepat kerusakan bangunan telah dilakukan.

Pada tanggal 3 September 2009, kami melakukan survey awal ke daerah Pangelengan dan pada

tanggal 5-7 September 2009 telah dilakukan survey ke Kabupaten Tasikmalaya. Team dari ITB

telah melakukan suatu kajian-kajian awal, pengumpulan data-data serta survey ke daerah

bencana untuk melakukan pengamatan langsung secara visual dampak-dampak dari gempa yang

terjadi. Kajain-kajian awal dan survey ini dilakukan untuk dapat memberikan suatu

rekomendasi-rekomendasi teknis serta langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan selanjutnya

Page 5: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 2

dalam rangka pemulihan (recovery), fase pembangunan kembali (rekonstruksi), serta pada

jangka panjangnya fase pencegahan (prevention), mitigasi (mitigation) dan kesiapan

(preparedness).

1.2. Tujuan Kajian dan Survey Awal

Hasil yang diharapkan dari kajian dan survey awal gempabumi dan keluaran-keluarannya

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan kajian singkat dan survey awal (investigasi lapangan pasca bencana) untuk

mengkaji pengaruh dari besaran gempa yang terjadi serta mengidentifikasi kerusakan

bangunan-bangunan dan sarana prasarana akibat gempa. Bangunan-bangunan kritis

menjadi prioritas dalam survey awal ini yakni seperti bangunan-bangunan fasilias

kesehatan (Puskesmas), sekolah, tempat ibadah (masjid), dan bangunan/sarana umum

lainnya. Selain itu, juga untuk melakukan survey kerusakan bangunan rumah penduduk.

Pada umumnya setelah pasca bencana gempa, ruangan-ruangan tempat ibadah dan juga

sekolah tidak digunakan, umumnya sekolah akan diliburkan beberapa hari. Pada saat

aktivitas sekolah (kegiatan belajar mengajar) dimulai kembali, aktivitas tersebut

diadakan di tempat-tempat yang dianggap aman.

b. Melakukan kaji cepat kelayakan bangunan pasca bencana gempa (rapid assessment)

untuk meyakinkan para pihak terkait. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

mengelompokan bangunan-bangunan menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:

o Aman: Bangunan yang bisa digunakan langsung (layak huni).

o Pemakaian Terbatas: Bangunan yang masih bisa digunakan (layak huni) setelah

dilakukan perbaikan non-struktural.

o Tidak Aman: Bangunan yang tidak bisa digunakan kembali/tidak layak huni

(rusak berat/rubuh) atau bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan

perbaikan struktural.

c. Hasil dari investigasi lapangan dan kajian ini diharapkan akan dapat memberikan

rekomendasi-rekomendasi teknis untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah di

bencana yang mengalami kerusakan.

1.3. Lingkup Survey Awal

Survey Awal (investigasi lapangan) tersebut dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data dan

kajian sebagai berikut:

1. Kajian gempabumi, yaitu memberikan analisis gempa bumi yang terjadi dengan

pengumpulan data-data :

o Kondisi geologi

o Kondisi Kegempaan (seismisitas dan mekanisme fokus)

o Kondisi geoteknik lokal dan liquefaction

o Kondisi kerusakan bangunan dan infrastruktur akibat gempa.

Page 6: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 3

2. Melakukan kaji cepat kelayakan bangunan pasca bencana gempa (rapid assessment) untuk

meyakinkan para pihak terkait. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengelompokan

bangunan-bangunan menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:

(a) Aman: Bangunan yang bisa digunakan langsung. (diberi sticker warna HIJAU)

(b) - Pemakaian Terbatas: Bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan

perbaikan non-struktural. (diberi sticker warna KUNING Type-1 )

- Pemakaian Terbatas: Bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan

perbaikan struktural. (diberi sticker warna KUNING Type-2 )

(c) Tidak Aman: Bangunan yang tidak bisa digunakan kembali (rusak berat/rubuh) atau

bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan perbaikan struktural. (diberi

sticker warna warna MERAH)

3. Hasil dari investigasi lapangan dan kajian ini diharapkan akan dapat memberikan

rekomendasi-rekomendasi teknis untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah di

Kabupaten Tasikmalaya yang mengalami kerusakan.

4. Memberikan rekomendasi mengenai upaya yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek,

menengah dan jangka panjang.

Page 7: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 4

KAJIAN AWAL GEMPABUMI

2.1. Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat

2.1.1. Tektonik Setting Wilayah Pulau Jawa dan Sejarah Kegempaan

Kepulauan Indonesia merupakan tempat pertemuan empat lempeng tektonik yaitu :Lempeng

Eurasia, Indian-Australian, Pacific dan lempeng Philippine. Interaksi dari lempeng-lempeng ini

berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia. Jalur penunjaman Lempeng

Indian-Australian bergerak ke arah utara relatif terhadap lempeng Eurasia, sementara Lempeng

Pasific bergerak ke arah barat relatif terhadap lempeng Indian-Australian dan Eurasia. Beberapa

mekanisme subduksi dan mekanisme patahan permukaan terjadi di wilayah Indonesia.

Sunda Arc adalah salah satu zone gempa yang paling aktif di Indonesia, yang terbentang

sekitar 5600 km antara Kepulauan Andaman di barat laut dan Band Arc di Timur. Pulau

itu terbentuk dari pertemuan dan subduksi Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia

dan Lempeng Pasifik. Arah pergerakan lempeng antara Asia Tenggara dan lempeng

Indo-Australia diperkirakan sekitar utara-selatan dengan kecepatan pergerakan adalah

sekitar 7.7 cm/tahun (DeMets et.al, 1990). Berdasarkan perkiraan arah pergerakan

lempeng dan fakta geologis, pergerakan relatifnya adalah normal terhadap busur di

Pulau Jawa dan memiliki sudut miring di dekat Sumatera dimana komponen pergerakan

paralel terhadap busur diakomodasi sepanjang sistem strike-slip fault Sumatera (Fitch,

1972).

Selat Sunda merupakan daerah transisi dari segmen lajur benturan normal di Jawa ke

zona benturan miring di Sumatera. Daerah ini sangat terbebani oleh perubahan pola

sesar mendatar yang lebih cepat ke arah Andaman, ke gerak normal di Jawa. Oleh

karena itu daerah ini berkecenderungan bentangan dan perluasan Selat Sunda, lebih

didominasi oleh suatu deformasi lokal seperti diantaranya gerak graben dan sejumlah

patahan normal. Lajur kemiringan gempa mencapai 350 km dan kesenjangan terjadi

pada kedalaman 200 km (Kertapati, 1987, Gambar 2.1). Maksimum magnitude gempa

(Mmax) dari aktifitas penunjaman di Selat Sunda mencapai 7.9, pada kedalaman 80 km

(Vera Schlindwein, 2003).

Di daerah Jawa Barat dan di daerah Jawa Timur penunjaman Lempengan Samudera

Hindia- Australia relatif tegak lurus terhadap Lempengan Eurasia dengan kecepatan

lebih rendah daripada dibagian Sumatera yaitu hanya sekitar 60 mm/tahun dan 49

mm/tahun (Katili, 1973), mengakibatkan di Jawa lebih berkembang pola sesar-sesar

normal dan naik sejajar busur pulau. Maksimum magnitudo gempa dalam sistem

penunjaman di daerah ini mencapai 8,0 dengan perioda ulang sekitar 181 tahun (Haresh

& Boen, 1996).

Gempabumi dangkal dalam zona penunjaman lempeng samudera ini terjadi di daerah

tepian parit yang dikenal sebagai trench slope break, dan mekanisme gempabuminya

sangat berhubungan dengan patahan normal yang berkembang dalam zona patahan naik

Page 8: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 5

akibat tegasan tensional yang dihasilkan oleh penukikan lempeng kerak samudera. Di

daerah tersebut berkembang gerakan vertikal. Gerakan pengangkatan ini berupa naiknya

daratan yang dinyatakan dengan adanya undak-undak pantai, terangkatnya terumbu-

terumbu koral sebagai manifestasi dari pengangkatan Kuarter (Quarter Uplift). Juga

ada beberapa gempabumi besar dari mekanisme yang disebabkan oleh sobekan

lempeng kerakbumi yang dikenal sebagai hinge–faulting (Isacks drr., 1969 dan

Kanamori 1971).

Lajur kegempaan menerus sampai 700 km dan kesenjangan gempabumi terjadi pada

kedalaman 300 km dan 500 km (Kertapati, 1987).

Gambar 2.1. Model penampang hiposentrum gempa, terlihat mulai dari penampang model

Surabaya terus ke timur (Bali), mulai muncul hunjaman balik dari aktivitas gempa akibat

kegiatan sesar busur belakang (Kertapati, 1987).

Hunjaman lempeng kerakbumi di daerah Nusa Tenggara Barat - Timur dimulai sejak 3

juta tahun lalu (Bowin, 1980). Karakteristik lajur hunjaman di daerah ini lebih menukik

(Vera Schlindwein, 2003) dengan frekuensi kejadian gempabumi dangkal semakin

berkurang (Cardwell dan Isack, 1978) dan umur hunjaman Lempengan Samudera

Hindia – Australia relatif lebih muda apabila diperbandingkan dengan segmen disebelah

Barat.

Akibat dari hunjaman lempengan ini, di laut Flores, yaitu di sebelah utara Pulau Flores,

terjadi hunjaman balik yang terjadi didalam busur kepulauan sehingga menimbulkan

sesar naik. Silver E.A.,dan D.Reed, R.McCaffrey (1983) menyebutnya sebagai Sesar

Busur Belakang Flores dan sesar ini cenderung menerus ke Barat di utara Jawa

(McCafrey, dalam Crouse 1992). Hunjaman balik tersebut, terjadi akibat tegasan/gaya-

gaya kompresi serta adanya intrusi magma panas sehingga menimbulkan kelemahan

Page 9: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 6

kerakbumi yang mudah melentur (Fitch, T.J. & Molnar, P., 1970; Silver, D. Reed &

McCaffrey, 1983). Dan gempabumi yang terjadi di daerah ini cenderung menunjukan

dari suatu mekanisme sesar naik (McCaffrey, unpublished data, 1983).

Gambar 2.2: Tatanan Tektonik Indonesia dengan arah dan kecepatan gerak

lempeng Samudera Indo-Australia dan Samudera Pasifik (Engkon K Kertapati ,

modifikasi dari beberapa sumber)

Gambar 2.3. Gempabumi besar dengan hiposentrum dangkal (M≥7.5) pada abad

ke 20, sepanjang Busur Sunda (Kelleher and McCann, 1976). Catatan

kesenjangan aktivitas gempa untuk gempa besar terletak diposisi 106 0-122

0 E.

Daerah ini tidak memiliki sejarah gempabumi dahsyat (McCann, W.et.al., 1978)

Page 10: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 7

2.1.2. Sejarah Kegempaan Pulau Jawa

Rekaman gempa-gempa besar yang pernah terjadi dilaporkan berasal dari zona sumber

subduksi di sepanjang Pulau Jawa. Gempa besar ini antara lain Gempabumi Banten, 27

Febuari 1903, Mw = 8.1.

Pemetaan gempa-gempa merusak untuk Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara ditunjukkan seperti

pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 : Hubungan Struktur seismogenik dengan historik gempa merusak wilayah

Sumatra, Jawa dan Nuas Tenggara

Gambar 2.5. Gempa Di Sekitar Jawa Barat (Sumber: USGS)

Di daerah Jawa Barat dan di daerah Jawa Timur penunjaman Lempengan Samudera Hindia-

Australia relatif tegak lurus terhadap Lempengan Eurasia dengan kecepatan lebih rendah

Page 11: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 8

daripada dibagian Sumatera yaitu hanya sekitar 60 mm/tahun dan 49 mm/tahun (Katili, 1973)

Gambar 2.4 memperlihatkan ringkasan kejadian gempa-gempa besar di Pulau Jawa, dan

Gambar 2.5 menunjukkan kegempaan di sekitar Jawa Barat. Dari data-data ini kegempaan di

Pulau Jawa dipengaruhi dari aktivitas zona subduksi (benioff dan megathrust) dan zona patahan

dangkal pulau jawa antara lain : Cimandiri fault, Lembang Fault dan Opak Fault.

2.1.3. Zonasi Gempa Jawa Barat

Perlu diuraikan disini bahwa berdasarkan zonasi kegempaan Indonesia (SNI-1726, 2002), di

sepanjang pantai Pulau Jawa diklasifikasikan sebagai zona 4 sampai 5 dengan PBA (Peak

Baserock Acceleration) berkisar 0.2 sampai 0.3g untuk periode ulang 500 tahun atau 10 %

kemungkinannya terlewati dalam kurun waktu 50 tahun, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Peta Wilayah gempabumi Indonesia (SNI 1726-2002)

Mengacu kepada Peta Wilayah Gempabumi Indonesia SNI 1726-2002 tersebut, secara umum

nilai percepatan gempa di batuan dasar di Jawa Barat dipengaruhi oleh sumber gempa subduksi

Megathrust dan Benioff, serta patahan-patahan dangkal di daerah Jawa Barat. Kejadian

gempabumi 2 September 2009 bersumber dari Subduksi Megathrust Segmen Jawa Barat.

2.1.4. Atenuasi dan Zonasi Gempa Tasik 2 September 2009

Hypocenter gempa Tasik 2 September 2009 diplot dalam sebaran gempa-gempa Jawa

Barat pada Gambar 2.7 di bawah ini. Demikian pula potongan pada zona subduksinya

ditunjukkan pada Gambar 2.8 untuk melihat asosiasi pusat gempa dengan zona subduksi

tersebut. Informasi ini diperlukan juga untuk mengevaluasi mekanisme gempa dalam

kaitannya dengan atenuasi atau sebaran getaran dari pusat gempa ke daerah-daerah di

Jawa Barat. Selanjutnya dilakukan analisis atenuasi dan sebaran besarnya getaran

gempa pada batuan dasar dan perkiraan pada batuan dasar di daerah Jawa Barat

disajikan.

Page 12: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 9

Gambar 2.7. Hypocenter Gempa Tasik 2 September 2009

Gambar 2.8. Potongan 1-1’ Lokasi Hypocenter Gempa Tasik 2 September 2009

Page 13: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 10

Atenuasi dari Penjalaran Gelombang Seismik Secara Deterministik

Untuk memperkirakan besarnya nilai percepatan gempa puncak di batuan dasar (peak baserock

acceleration, PBA) di Jawa Barat, suatu analisis atenuasi dari gelombang gempa perlu dilakukan

dimana fungsi attenuasi tersebut memiliki kecocokan dengan kondisi kegempaan sumber gempa

Tasik. Gempa ini termasuk type dari sumber gempa subduksi megathrust interface, Oleh karena

itu, fungsi-fungsi atenuasi yang merepresentasikan sumber gempa yang mirip perlu digunakan.

Suatu fungsi atenuasi mengkorelasikan intensitas gempa dengan perpindahan tanah local (I),

magnitude (M) and jarak (R) dari suatu sumber gempa di dalam suatu areal sumber gempa.

Beberapa fungsi atenuasi gempa telah dipublikasikan oleh beberapa peneliti dengan

menggunakan pencatatan gempa-gempa yang pernah terjadi. Fungsi ini secara spesifik

memberikan hubungan antara parameter-parameter gempa seperti sumber gempa dan kondisi-

kondisi geologi local. Secara umum, suatu fungsi atenuasi tergantung dari faktor-faktor berikut

ini:

Type mekanisme sumber gempa

Jarak epicenter

Kondisi kerak bumi di mana gelombang gempa menjalar

Kondisi geologi lokal di sekitar areal sumber gempa

Rumus atenuasi yang diturunkan dari data gempa suatu areal tertentu, belum tentu bisa

diaplikasikan untuk areal yang lain meskipun keduanya terletak pada suatu setting tektonik yang

sama.

Untuk gempa Jawa Barat 2 September 2009, berhubung dengan tidak adanya fungsi atenuasi

yang diturunkan dari sumber gempa di daerah ini, maka fungsi atenuasi yang dipertimbangkan

mewakili kondisi tektonik sumber gempa Tasik digunakan dalam analisis ini adalah fungsi

attenuasi Young’s Interface (1997) dan Crouse (1991) untuk merepresentasikan mekanisme

sumber gempa subduksi Tasik tersebut.

Fungsi Attenuasi Young’s Interface (1997)

Youngs et al. (1997)

ln (y) = 0.2418 + 1.414 .M + C1 + C2(10 – M)3 + C3 ln(rrup + 1.7818e

0.554M) + 0.00607.H

+ 0.3846.ZT

Dimana :

Y = Percepatan Puncak (g)

M = Momen Magnitude

R = Jarak terdekat dari lokasi rupture dalam Km

H = Kedalaman Dalam Km

Zt = variable ( 0 jika gempa interface, dan 1 untuk gempa intraslab )

Hasil analisis atenuasi kejadian gempa Tasik didapatkan sebaran nilai-nilai percepatan getaran

gempa di batuan dasar (PBA) untuk lokasi 0 km < R < 300 km di daerah Jawab Barat dan

sikitarnya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10.

Page 14: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 11

Gambar 2.9 Distribusi besarnya getaran gempa di batuan dasar (PBA) akibat gempa Jawa Barat

2 September 2009

Besarnya percepatan/getaran gempa di permukaan tanah akan sangat tergantung dari kondisi

geologi dan geoteknik lokal yang dapat mengamplifikasi getaran gempa dari batuan dasar ke

permukaan tanah. Lapisan tanah keras akan mengamplifikasi getaran gempa di batuan dasar

relatif kecil. Sedangkan pada kawasan dengan klasifikasi tanah lunak akan ada amplifikasi

getaran gempa dari batuan batuan dasar ke permukaan tanah yang tinggi, dan akan makin tinggi

amplifikasi yang terjadi pada getaran gempa dengan percepatan yang rendah. Pada kawasan

dengan klasifikasi tanah lunak, Suatu tingkat percepatan yang rendah di bawah 0.05g dapat

mengampifikasi getaran gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah sampai 3-4 kali.

Kawasan Jakarta Utara dan kawasan Cekungan Bandung misalnya tergolong dalam klasifikasi

Lunak, oleh karena pada kawasan ini diperkirakan terjadi amplifikasi getaran gempa sampai 3

kali dari nilai PBA yang ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Khusus untuk kawasan Bandung Selatan dan Jakarta Utara dengan klasifikasi site Lunak dan

juga daerah-daerah lain yang klasifikasi site nya tergolong Lunak, diprediksi bahwa tingkat

getaran gempa di permukaan tanah lebih tinggi.

Page 15: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 12

SURVEY REKONESANS

3.1. Umum

Pada tanggal 2 September 2009, pukul 07:55:01 (UTC) atau pukul 14:55:01 (WIB) waktu

setempat, telah terjadi gempabumi besar dengan moment magnitude Mw = 7.0 dengan

kedalaman 49.9 km pada posisi 7.777°S, 107.326°E (Sumber : USGS). Di Propinsi Jawa Barat

Gempabumi ini mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana dan sarana fisik serta sekitar 79

orang meninggal dunia, 21 orang hilang, 1254 orang luka-luka, dan 210.292 orang diungsikan

yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, yaitu sebanyak 142.577 orang.1

Survey Rekonesan yang dilakukan oleh Satgas ITB, dimana Satgas Teknis mengkaji fenomena-

fenomena yang terjadi akibat gempa. Kegiatan Satgas Teknik berkonsentrasi kepada kegiatan

rapid assessment terhadap bangunan-bangunan fasilitas umum dan sosial yang dianggap kritis

seperti misalnya tempat ibadah, sekolah, dan rumah sakit atau puskemas. Selain itu, Satgas

Teknik berusaha untuk menginventarisis jenis kerusakan dan penyebab kerusakan pada

bangunan, bangunan engineered, dan bangunan infrastruktur lainnya.

Survey awal pengamatan visual pada tanggal 3 September dilakukan ke daerah Pangalengan

oleh Dr. I Wayan Sengara. Pada pengamatan lapangan ini ditemukan adanya retakan-retakan

tanah pada lereng-lereng dan baru jalan menuju Pangalengan. Di Pangalengan sendiri

diidentifikasi banyak bangunan rumah penduduk yang mangalami kerusakan dari ringan sampai

berat, serta cukup banyak yang rubuh.

Selanjutnya, Tim Satgas yang lebih besar terdiri atas Dr. I Wayan Sengara, Dr. F.X. Toha, Dr.

Made Suarjana, Dr. Dyah Kusumastuti, Dr. Ridolva, Km.Abuhuroyroh, ST, serta 5 mahasiswa

ITB Teknik Sipil yaitu : Dwi, Nabila, Ikhsan, Remon, dan Faisal. Tim Satgas berangkat ke

Kabupaten Tasikmalaya pada hari Sabtu pagi, tanggal 5 September 2009. Sebelum

keberangkatan ke lokasi – lokasi spesifik terjadinya bencana, tim satgas berkoordinasi terlebih

dahulu dengan Asisten Daerah I, Kepala Dinas PU, dan Kepala Dinas Pertambangan mengenai

lokasi kritis yang diprioritaskan untuk diperiksa, khususnya adalah daerah kritis yang terkena

pengaruh gempa. Secara umum, kegiatan Tim Satgas selama di Tasik antara lain:

Sesampai di Tasikmalaya, tim satgas ITB berkunjung ke kantor Balai Kota Tasik untuk

berkordinasi mengenai tujuan kedatangan tim Satgas ITB serta perizinan menuju

wilayah – wilayah yang terkena dampak gempa bumi tasik.

Setelah melakukan kordinasi di Balai Kota, tim Satgas ITB langsung menuju kantor

Kabupaten Tasikmalaya untuk melakukan kordinasi lebih lanjut dan meminta

pengarahan ke beberapa lokasi yang kritis. Disampaikan 3 (tiga) lokasi yang

memerlukan dukungan survey dan rekomendasi teknis, yaitu: Kecamatan Sukahening,

di mana ditemukan adanya Semburan Lumpur), Rekahan Gunung Galungung, dan

Kecamatan Cigalontang, di mana banyak rumah penduduk yang mengalami keruntuhan

dan rusak berat.

Untuk mengefisienkan proses invetigasi dengan lokasi yang tersebar maka selanjutnya

1 www.tvone.co.id

Page 16: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 13

tim Satgas ITB dibagi menjadi dua team, satu team yang terdiri dari ahli Geoteknik,

Struktur dan beberapa asisten mahasisawa ( Dr. Wayan Sengara, Dr. FX. Toha, Dr.

Made Suarjana, Dr, Dyah Kusumastuti, Dr. Ridolva, Km. Abuhuroyroh, Ikhsan dan

Faisal ) dan tim kedua yang terdiri dari ahli geologi dan beberapa asisten mahasiswa

( Dr. Imam Sadisun, Dr. Afnimar, Dwi, Nabila ).

Team pertama dipandu oleh bapak Ade Setiadi (Dinas Pertambangan) menuju ke daerah

Sukahening dimana terjadi proses Semburan Lumpur dingin dari dalam bumi. Team

kedua dipandu oleh warga setempat menuju ke Rekahan Kawah Galunggung, dan

selanjutnya secara bersama – sama kedua tim Satgas bertemu kembali di lokasi kritis ke

tiga yaitu di Kecamatan Cigalontang.

Hari kedua survey pada tanggal 6 September 2009, tim yang terdiri dari mahasiswa

melanjutkan survey ke daerah kerusakan akibat gempa di kecamatan Sodong Hilir. Pada

kecamatan Sodong Hilir terdapat 12 desa yang terkena dampak gempa, dan survey

dilakukan ke Desa Sodong Hilir dan Desa Raksa Jaya. Setibanya di kecamatan Sodong

Hilir, tim survey berkoordinasi terlebih dahulu dengan camat Sodong Hilir.

Hari ketiga survey pada tanggal 7 September 2009, survey dimulai dengan

berkoordinasi dengan pihak dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, yaitu Bpk. Pepen.

Beliau bersama Bpk. Atep dari dinas Pertambangan. Survei dilakukan ke daerah

rekahan tanah di Desa Taraju, Kecamatan Taraju dan Desa Mandalasari, Kecamatan

Puspahiang. Setelah melakukan survei tim mendatangi Kantor Pemerintahan Kabupaten

Tasikmalaya untuk memberikan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan selama tiga

hari.

Gempabumi Tasik menimbulkan goncangan tanah (ground shaking) yang telah menyebabkan

dampak yang bersifat destruktif baik terhadap bangunan maupun infrastruktur bangunan.

Beberapa jenis dampak yang ditimbulkannya goncangan gempa yang teramati antara lain:

Keretakan tanah dan potensi kelongsoran.

Semburan lumpur dingin

Kerusakan bangunan.

Dampak gempabumi lainnya seperti kerusakan infrastruktur jalan, jaringan telpon, listrik, dan

air minum relatif kecil tingkat kerusakannya, walau di beberapa lokasi listrik mengalami

pemadaman pada saat survey. Sedangkan kejadian likuifaksi, berdasarkan hasil pengamantan,

tidak teridentifikasi di lapangan karena daerah yang mengalami kerusakan merupakan daerah

pegunungan dan secara umum lapisan tanah permukaan merupakan lempung atau lanau.

3.2. Permasalahan Geoteknik

3.2.1. Rekahan Tanah dan Potensi Kelongsoran

Keretakan tanah diidentifikasi pada beberapa ruas jalan menuju Pangalengan seperti

ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Selain itu, survey ke lokasi Kawah Galunggung juga

telah diiedentifikasi adanya keretakan yang dikhawatirkan dapat membahayakan masyarakat.

Secara umum, kondisi lereng pada bebarapa kawasan, khusunya pada bahu dan lereng jalan

menuju Pangalengan dan daerah-daerah lainnya pasca kejadian gempa masih berpotensi untuk

mengalami kelongsoran jika terjadi hujan karena adanya rekahan dibagian atas lereng akan

mudah terinfiltrasi air dan menurunkan kapasitas tahanan geser dari lerengnya.

Page 17: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 14

Gambar 3.1 Keretakan tanah dan potensi longsor di kawasan bahu dan lereng jalan dari

Bandung menuju Pangalengan.

Di kawasan Kabupaten Tasikmalaya ditemukan adanya rekahan tanah permukaan pada halaman

dan rumah penduduk serta bangunan umum, retakan melintang pada badan jalan, yang

mengindikasikan adanya zona patahan aktif. Rekahan tanah permukaan ini diamati terjadi di

Kawah Gunung Galunggung, Kecamatan Taraju, dan Kecamatan Puspahiang. Rekahan tanah

yang terjadi akibat gempabumi tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 (a) Rekahan tanah arah melintang pada tepi kawah Gunung Galunggung

Page 18: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 15

Gambar 3.1 (b) Rekahan tanah arah memanjang pada tepi kawah Gunung Galunggung

Gambar 3.1 (c) Rekahan tanah di Desa Taraju, Kecamatan Taraju

(Koordinat: S 07o27'40,6" & E 107

o58'33,5")

Page 19: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 16

Gambar 3.1 (d) Rekahan tanah di Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang

(S 07o24'35,2" & E 107

o59'12,8")

3.2.2. Kelongsoran Lereng dan Potensi Kelongsoran

Kelongsoran lereng banyak diidentifikasi terjadi pada lereng-lereng yang cukup terjal di tepi

jalan, dan juga lereng-lereng yang sangat dekat dengan rumah atau pemukiman penduduk.

Secara umum, kondisi kelongsoran lereng pasca kejadian gempa masih berpotensi untuk

mengalami kelongsoran susulan jika terjadi hujan karena banyak terdapat rekahan dibagian atas

lereng yang mudah terinfiltrasi air dan menurunkan kapasitas tahanan geser dari lerengnya.

Kelongsoran lereng terjadi di Desa Taraju, Kecamatan Taraju dan Desa Mandalasari, Kecamatan

Puspahiang, kelongsoran lereng terbanyak terjadi di dekat rumah penduduk. Hal ini dapat dilihat

pada Gambar 3.2.

Page 20: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 17

Gambar 3.2 Kelongsoran lereng pada pemukiman warga Desa Taraju

(S 07o27'42,9" & E 107

o58'36,8")

Hal yang dapat diamati pada lokasi ini adalah:

Rumah dan Bangunan umum dibangun pada daerah perbukitan sehingga mudah

mengalami kelongsoran pada saat terjadi guncangan .

Rumah dan Bangunan umum dibangun pada tanah yang

Adanya beberapa rumah yang berada di tebing yang curam, dimana beberapa lereng

sudah mengalami kelongsoran permukaan akibat gempa.

Page 21: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 18

Gambar 3.3 Kelongsoran lereng di sekitar pemukiman atau rumah penduduk yang sangat rentan

meimbulkan kelongsoran susulan jika terjadi hujan di Desa Taraju

(S 07o27'42,9" & E 107

o58'36,8")

Permasalahan geoteknik lainnya yang diidentifikasi adalah permasalah kegagalan dinding

penahan tanah yang rubuh/rusak karena tidak mampu menahan tegangan tambahan akibat

gempa. Kegagalan dinding penahan tanah umumnya terjadi kerena strukturnya yang langsing

atau berada pada lapisan tanah yang lunak seperti ditunjukan pada Gambar 3.4.

Page 22: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 19

Gambar 3.4. Kegagalan dinding penahan tanah

(S 07o27'42,9" & E 107

o58'36,8")

3.2.3. Semburan Lumpur Dingin

Sesuai dengan pengarahan dari Dinas Pertambahan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya,

maka tim survey pergi meninjau lokasi semburan lumpur di Kecamatan Sukahening.

Setelah meninjau lokasi ditemukan adanya semburan lumpur dengan debit yang relatif

besar sehingga lumpur meluap dan dialirkan menjauh dari perumahan penduduk.

Semburan lumpur ini muncul setelah terjadinya gempa 2 September 2009. Gambar ..

menunjukkan lokasi titik semburan lumpur di Kecamatan Sukahening. Semburan

lumpur ini terjadi diperkirakan adanya keretakan pada lapisan bawah permukaan yang

berbatasan dengan sumber tekanan air pada suatu lapisan akuifer. Akibat keretakan

yang terjadi dan akibat tekanan air tersebut, lumpur tertekan ke luar permukaan tanah.

Belum dapat diberikan penjelasan lebih jauh karena diperlukan suatu investigasi yang

Page 23: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 20

lebih mendalam. Ada kekhawatiran dari warga setempat dan juga dari Pemerintah

Kabupaten mengenai terjadinya semburan lumpur ini, terutama apakah semburan

lumpur tersebut akan bertambah besar atau tidak, serta apakah lumpur tersebut

berbahaya atau tidak. Oleh karena itu, dalam survey awal ini diambil 1 liter sample

lumpur untuk dibawa ke laboratorium Teknik Lingkungan di ITB.

Gambar 3.5. Semburan Lumpur Dingin di Desa Sukahening

Temuan awal berdasarkan hasil test laboratorium lingkungan dengan katalis organisme

menunjukkan bahwa sampel lumpur yang diambil dari semburan lumpur Sukahening

tidak toxic (tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya). Namun demikian,

penelitian laboratorium lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk sampel dalam skala

yang lebih besar berupa test toksisitas, uji TCLP, dan test uji kualitas air.

Tergantung dari kondisi semburan lumpur selanjutnya (apakah akan membesar atau

mengecil), maka jika masih diperlukan suatu investigasi geologi dan geoteknik

lapangan mungkin diperlukan untuk merekomendasikan langkah-langkah mitigasi yang

diperlukan untuk mengamankan masyarakat.

Page 24: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 21

3.3. Kerusakan Bangunan

Berdasarkan pengamatan lapangan, secara umum rentang daerah yang terkena dampak gempa

cukup luas adalah daerah yang terdapat di punggung bukit dan di lereng-lereng bukit.

Kerusakan bangunan banyak terjadi karena struktur bangunannya yang tidak kuat

(kerentanannya terhadap gempabumi tinggi, yaitu tidak adanya perkuatan sloof, kolong, dan

balok yang memadari yang terbuat dari beton bertulang untuk kerusakan struktural dan

Plesteran tembok yang kekurangan campuran semen untuk kerusakan non-struktural). Selain itu

juga diamati bahwa ikatan penulangan bangunan yang ada tidak memenuhi persyaratan

bangunan tahan gempa.

Foto-foto lapangan berikut ini menunjukkan jenis-jenis kerusakan yang terjadi di

Kabupaten Tasikmalaya.

Gambar 3.6. Kegagalan Bangunan Masjid di Desa Cigalontang

Page 25: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 22

Gambar 3.7. Kegagalan Bangunan GOR PGRI di Desa Sodong Hilir, Kecamatan Sodong Hilir

(S 07o29'22,0" & E 108

o03'15,1")

Gambar 3.8. Kegagalan Bangunan Sekolah di Desa Raksajaya

(S 07o29'23,4" & E 108

o05'00,4")

Page 26: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 23

Gambar 3.9. Kegagalan Bangunan Sekolah di Desa Raksajaya

(S 07o29'24,2" & E 108

o05'01,0")

Page 27: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 24

Gambar 3.10. Kegagalan Bangunan Rumah Warga Kampung Cikole, Desa Raksajaya,

Kecamatan Sodong Hilir

(S 07o29'57,7" & E 108

o05'13,7")

Page 28: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 25

Gambar 3.11. Kegagalan Bangunan Rumah di Desa Taraju, Kecamatan Taraju

(S 07o27'40,4" & E 107

o58'33,7")

Gambar 3.12. Kegagalan Bangunan GOR di Kantor Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang

(S 07o24'24,2" & E 107

o59'19,4")

Page 29: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 26

3.4. Kondisi dan Kerusakan Infrastruktur

3.4.1. Jalan dan Jembatan

Secara umum jalan-jalan di Kabupaten Tasikmalaya tidak mengalami kerusakan akibat adanya

gempa bumi. Beberapa bagian jalan yang mengalami kerusakan akibat gempa umumnya terjadi

berupa rekahan/retakan bahu jalan pada lereng yang relaitif terjal akibat lateral spreading,

settlement. Untuk jembatan, secara umum tidak terjadi kerusakan pada jembatan akibat

goncangan tanah yang teridentifikasi selama survei.

3.4.2. Lifelines (Fasilitas penunjang vital kehidupan)

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, secara umum dampak kerusakan pada

fasilitas penunjang seperti saluran air bersih, jaringan listrik, jaringan komunikasi, dan fasilitas

penunjang lainnya akibat gempa Tasikmalaya relatif bersifat lokal dan minor, namum demikian

untuk beberapa lokasi saluran listrik dan komunikasi sempat terganggu.

3.4.3 Rangkuman hasil Survey Awal Kerusakan Bangunan Pasca Bencana

(Rapid Damage Assessment

Dari survey awal yang telah dilakukan, telah dilakukan rapid damage assessment

terhadap berbagai jenis bangunan yang meliputi Puskesamas, Mesjid, bangunan sekolah

dan bangunan rumah penduduk. Survey rapid damage assessment ini telah dilakukan

terhadap sebanyak 65 bangunan dengan kategori yang bervariasi sesuai kondisi yang

telah disurvey, dengan rincian seperti ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.

Page 30: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 27

Tabel 1. Rangkuman Hasil Survey Rapid Damage Assessment di Kabupatan Tasikmalaya

Survey Hari Pertama

No. Nama Tempat Koordinat Kondisi Bangunan

1 Kantor Bupati Tasikmalaya S 07o19

'36,8" & E 108o13'14,8" Layak Huni

2 Kantor Walikota Tasikmalaya Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural (atap dan dinding)

3 Madrasah Diniyah Awaliyah (Desa Jayapura) S 07o21'01,3" & E

108o01'47,6"

Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural (atap, dinding, dan lantai 2)

4 Ruang Perpustakaan (SDN Nagalintang, Kec. Cigalontang)

S 07o21'06,6" & E

108o01'54,8"

Layak Huni dengan Perbaikan Struktural (atap, kolom)

5 KUD Girimukti (Kec. Cigalontang) S 07o20'59,5" & E

108o01'48,7"

Layak Huni dengan Perbaikan Struktural (kolom, dinding)

6 Masjid Jami' Al-hikmah (Kecamatan Cigalontang) S 07o21'00,6" & E

108o01'47,3"

Tidak Layak Huni

7 Ruang Pramuka/PJOK (SDN Nagalintang, Kec. Cigalontang)

S 07o21'07,2" & E

108o01'54,5"

Tidak Layak Huni

8 SDN 2 Cigalontang S 07o21'07,1" & E

108o01'54,3"

Tidak Layak Huni

9 Rumah Depan Posko S 07o21'08,5" & E

108o01'56,2"

Tidak Layak Huni

10 Puskesmas Kec. Cigalontang S 07o21'09,5" & E

108o01'55,8"

Tidak Layak Huni

Survey Hari Kedua

Page 31: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 28

No. Nama Tempat Koordinat Kondisi Bangunan

1 Lab. IPA (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,4" & E 108

o02'59,4" Layak Huni

2 Kelas 8D (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,1" & E 108

o02'59,0" Layak Huni

3 Kelas 8C (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,9" & E 108

o02'59,2" Layak Huni

4 Kelas 8B (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,8" & E 108

o02'59,5" Layak Huni

5 Kelas 9E & 9F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,4" & E 108

o03'00,1" Layak Huni

6 Kelas 9C & 9D (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,7" & E 108

o03'00,1" Layak Huni

7 Kelas 7A (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,6" & E 108

o02'59,3" Layak Huni

8 Kelas 9F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,4" & E 108

o02'59,3" Layak Huni

9 Kelas 9D (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,8" & E 108

o02'59,8" Layak Huni

10 Kelas 9F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,1" & E 108

o03'00,1" Layak Huni

11 Masjid Pasar S 07o29'19,5" & E 108

o03'01,1" Layak Huni

12 H12 (Undefined Building) S 07o29'19,2" & E 108

o03'09,3" Layak Huni

13 H13 (Undefined Building) S 07o29'25,0" & E 108

o03'00,0" Layak Huni

14 H14 (Undefined Building) S 07o29'25,3" & E 108

o03'00,0" Layak Huni

15 Kelas 1-2 & ex. Ruang OR S 07o29'37,5" & E 108

o05'10,5" Layak Huni

16 Ruang Multimedia (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,3" & E 108

o02'59,3" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

17 Ruang Wakasek (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,1" & E 108

o02'59,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

18 Kelas 7B (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,9" & E 108

o02'59,3" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

19 Kelas 7A s/d 7F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,7" & E 108

o03'00,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

20 Ruang Kesenian (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,6" & E 108

o02'59,8" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

21 Ruang Kelas di luar kompleks SMPN 1 Sodong Hilir S 07o29'25,6" & E 108

o02'59,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

22 Masjid S 07o29'26,4" & E 108

o03'02,3" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

23 SDN Margarahayu S 07o29'18,9" & E 108

o03'12,8" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

24 Madrasah (samping Masjid Pasar) S 07o29'19,0" & E 108

o03'07,8" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

25 Kantor Kades Sodong Hilir (Ruang Kades) S 07o29'17,4" & E 108

o02'56,6" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

26 Kantor Kades Sodong Hilir S 07o30'05,6" & E 108

o04'58,0" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

27 SMAN 1 Sodong hilir S 07o30'06,1" & E 108

o04'58,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

28 Ruang Guru SMAN 1 Sodong Hilir S 07o30'05,1" & E 108

o04'59,5" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

29 Asrama S 07o30'08,1" & E 108

o05'07,5" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

Page 32: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 29

No. Nama Tempat Koordinat Kondisi Bangunan

30 SDN Burujul S 07o29'29,5" & E 108

o05'02,1" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

31 SLTPN Burujul S 07o29'29,5" & E 108

o05'02,1" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

32 SDN Kertajaya S 07o29'23,1" & E 108

o05'02,0" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

33 SDN Salacau (kelas 3) S 07o29'24,3" & E 108

o05'00,9" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

34 Asrama Putra (Desa Raksajaya) S 07o29'37,6" & E 108

o05'12,1" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

35 Masjid Mandalasari (Kec. Puspahiang) S 07o24'24,6" & E 107

o59'19,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

36 Rumah Dinas (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,2" & E 108

o02'58,9" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

37 GOR Desa Sodong Hilir S 07o29'17,4" & E 108

o02'56,7" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

38 K25 S 07o29'57,2" & E 108

o05'12,6" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

39 Kelas 6 SDN Kertajaya S 07o29'23,4" & E 108

o05'02,4" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

40 Kelas 6 SDN Salacau S 07o29'24,2" & E 108

o05'01,0" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

41 Masjid Burujul S 07o29'38,0" & E 108

o05'11,3" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

42 GOR Desa Mandalasari S 07o24'24,2" & E 107

o59'19,4" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

43 Lab. Elektro & Lab. Matematika (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,6" & E 108

o02'59,2" Tidak Layak Huni

44 Gedung PGRI S 07o29'22,0" & E 108

o03'15,1" Tidak Layak Huni

45 Asrama Putri (Desa Raksajaya) S 07o29'56,8" & E 108

o05'13,3" Tidak Layak Huni

46 Asrama Putra (Desa Raksajaya) S 07o29'57,4" & E 108

o05'12,9" Tidak Layak Huni

47 GOR Desa Raksajaya S 07o29'26,1" & E 108

o05'05,6" Tidak Layak Huni

48 Kantor Kades Desa Raksajaya S 07o29'26,5" & E 108

o05'05,9" Tidak Layak Huni

49 Toilet SDN Kertajaya S 07o29'22,7" & E 108

o05'02,5" Tidak Layak Huni

50 Kelas 1 (SDN Salacau) S 07o29'23,9" & E 108

o05'00,9" Tidak Layak Huni

51 Kelas 2 (SDN Salacau) S 07o29'23,4" & E 108

o05'00,4" Tidak Layak Huni

52 Kelas 5 (SDN Salacau) S 07o29'37,3" & E 108

o05'09,8" Tidak Layak Huni

53 Ruang Guru (SDN Salacau) S 07o29'36,8" & E 108

o05'09,4" Tidak Layak Huni

54 Masjid AS-Salam S 07o29'20,9" & E 108

o05'23,8" Tidak Layak Huni

55 Ponpes Miftahul Khoer (ga sempet nempel stiker) S 07o27'44,9" & E 107

o58'38,8" Tidak Layak Huni

Page 33: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 30

KONSEP PENANGGULANGAN DAN MITIGASI BENCANA

4.1. Konsep Penggunaan Peta-Peta Hazard dalam Upaya-upaya Penanggulangan

dan Penataan Ruang untuk Mitigasi Bencana Gempa

Untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah Jawa Barat yang mengalami kerusakan,

maka diperlukan suatu strategi yang tepat untuk meminimalkan resiko bencana gempa. Peta

bahaya gempa merupakan informasi yang sangat penting dalam penataan kembali daerah/kota

di Jawa Barat. Suatu konsep dalam upaya untuk mengurangi resiko bencana gempabumi perlu

dimengerti dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai komponen dalam suatu

upaya-upaya baik yang sifatnya fisik maupun non-fisik.

Aspek-aspek serta informasi yang diperlukan dalam upaya mitigasi ini dan penataan ruang

ulang diantaranya adalah inventarisasi serta kondisi existing dan tingkat kerentanan infrastruktur

pasca gempa di daerah bencana.

4.2. Kajian Hazard Gempa

Kajian hazard selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan melakukan analisis hazard gempa untuk

Jawa Barat. Selain kajian awal terhadap gempa Tasik 2 September 2009 yang sudah dilakukan

dan disampaikan dalam laporan ini, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengevaluasi

besarnya percepatan gempa untuk keperluan kriteria disain bangunan dan infrastruktur di

Wilayah Jawa Barat. Kajian ini sekaligus untuk mengevaluasi kembali besarnya percepatan

gempa di batuan dasar yang saat ini digunakan di dalam SNI-1726, 2002. Analisis hazard gempa

dapat dilakukan dengan metode Probabilistik dan Deterministic Seismic Hazards Analysis

(P+DSHA).

Perkiraan besarnya percepatan maksimum dari suatu kejadian gempabumi pada suatu lokasi

tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi atenuasi tertentu. Fungsi atenuasi ini

disesuaikan dengan tipe mekanisme gempabumi yang terjadi. Untuk mengurangi banyaknya

faktor-faktor ketidakpastian yang saling mempengaruhi dalam melakukan analisis resiko

gempabumi ini, maka diperlukan pentahapan analisis yang sistematis, sehingga hasil yang

diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan. Tahapan analisis dalam kajian awal risiko kegempaan

ini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

Pengumpulan dan evaluasi data geologi dan seismologi di sekitar lokasi studi, yang

meliputi episenter, magnituda dan mekanisme gempa,

Pemilihan fungsi atenuasi yang sesuai dengan mekanisme kegempaan di lokasi yang

ditinjau,

Analisa untuk mendapatkan percepatan gempabumi di batuan dasar,

Analisis perkiraan faktor amplifikasi dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk

mendapatkan percepatan maksimum gempabumi di permukaan tanah.

Page 34: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 31

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Dengan memperhatikan cukup banyaknya kerusakan akibat gempa pada bangunan dan

masalah-masalah geoteknik dan kegempaan lainnya, maka diperlukan langkah-langkah

terhadap beberapa hal berikut ini:

Menyiapkan dan menyusun masukan teknis kepada Pemerintah Jawa Barat untuk

memperkuat peraturan bangunan dan pedoman-pedoman praktis desain dan

konstruksi bangunan tahan gempa.

Memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada tim teknis Dinas Bangunan, Konsultan

dan Kontraktor mengenai peraturan, disain, dan konstruksi bangunan tahan gempa.

Tinjauan ulang terhadap proses pemberian ijin bangunan di Jawa Barat, kaitannya

dengan ketahanan bangunan terhadap gempabumi.

2. Permasalahan geoteknik yang terjadi adalah kelongsoran lereng karena kondisi topografi

yang sangat bervariasi dan lapisan tanah permukaan yang merupakan lempung atau lanau

dengan kosistensi cendrung lunak sampai sedang. Hasil survey ke kawasan kawah

Galunggung menunjukkan bahwa retakan yang terjadi sifatnya lokal dan dinilai tidak

membahayakan. Beberapa potensi kelongsoran diperkirakan dapat terjadi pada waktu

musim hujan akibat adanya lereng-lereng yang mengalami keretakan pada saat gempa 2

September 2009 terjadi.

3. Hasil penelitian awal terhadap semburan lumpur di Sukahening menunjukkan semburan

lumpur terjadi akibat adanya keretakan pada lapisan bawah permukaan yang berbatasan

dengan sumber tekanan air pada suatu lapisan akuifer. Akibat keretakan yang terjadi dan

akibat tekanan air tersebut, lumpur tertekan ke luar permukaan tanah. Belum dapat

diberikan penjelasan lebih jauh karena diperlukan suatu investigasi yang lebih mendalam.

Dalam survey awal ini diambil 1 liter sample lumpur untuk dibawa ke laboratorium Teknik

Lingkungan di ITB. Temuan awal berdasarkan hasil test laboratorium lingkungan dengan

katalis organisme menunjukkan bahwa sampel lumpur yang diambil dari semburan lumpur

Sukahening tidak toxic (tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya). Namun demikian,

penelitian laboratorium lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk sampel dalam skala yang

lebih besar berupa test toksisitas, uji TCLP, dan test uji kualitas air. Tergantung dari kondisi

semburan lumpur selanjutnya (apakah akan membesar atau mengecil), maka jika masih

diperlukan suatu investigasi geologi dan geoteknik lapangan mungkin diperlukan untuk

merekomendasikan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengamankan

masyarakat.

4. Setelah memperhatikan seluruh persoalan yang diamati terhadap berbagai jenis kerusakan

bangunan maupun masalah geologi, geoteknik, dan kegempaan yang ada, maka berikut

disampaikan beberapa usulan yang menyangkut penanganan persoalan yang dijumpai saat

ini dan keperluan rekonstruksi bangunan dan infrastruktur ke depan, yaitu :

Perlu dilakukannya survey rapid damage assessment lebih lanjut untuk menilai

banyak bangunan bangunan yang mengalami keruskan untuk membangu pemeringah

daearah dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

Page 35: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 32

Untuk bangunan-bangunan engineered tertentu yang dipertimbangkan memerlukan

evaluasi kerusakan, maka perlu investigasi secara menyeluruh dapat/tidaknya

bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan struktural untuk difungsikan

kembali.

5. Perlunya sosialisasi kepada warga tentang pembangunan rumah/gedung tahan gempa, selain

penanganan rumah/bangunan miliknya pasca bencana agar tidak salah di dalam mengambil

keputusan terhadap persoalan teknis yang ada. Apakah rumah/bangunan tersebut masih

aman tetapi memerlukan perbaikan/rehabilitasi, atau sudah tidak aman lagi dan harus

diruntuhkan.

6. Disarankan untuk melakukan kajian ulang terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI-03-

1726 Tahun 2002) mengenai besarnya percepatan gempa di Jawa Barat pasca gempa 2

September 2009. Selain itu, perlu pula dikaji kriteria disain seismik bangunan dalam

rehabilitasi dan rekonstruksi Tasik berdasarkan karakteristik gerakan tanah baik akibat

gempa subduksi, maupun pertimbangan terhadap gempa-gempa yang bersumber dari

patahan dangkal di kawasan Jawa Barat, seperti misalnya patahan Lembang, patahan

Cimandiri, patahan Baribis, dan sebagainya.

7. Penataan ruang memerlukan peta-peta yang lebih rinci seperti Peta Microzonasi Gempa,

Peta Jalur Patahan dan potensinya, Peta MMI, Peta Hazard Gempa dan Hazard lainnya yang

sangat site-specific sehingga dapat dihasilkan suatu dasta yang lengkap yang terdiri dari:

Struktur ruang

Pola ruang

Zonasi

Action plan

Arahan untuk Zoning Regulation

Arahan untuk Building Codes

Selain dari rekomendasi untuk melakukan suatu kajian bahaya gempa yang lebih detail untuk

mengembangkan peta-peta bahaya serta melakukan kajian resiko bencana gempa dalam upaya

menyusun atau menyempurnakan Rencana Induk Pengurangan Risiko Bencana Gempa Jawa

Barat, maka sebagai tindak lanjut dari survey awal dan kajian awal ini, perlu dilakukan suatu

program jangka pendek, menengah dan panjang antara lain:

Program Jangka Pendek:

1. Survey/pengecekan lebih lanjut beberapa bangunan dan infrastruktur,

2. Surveyu lanjutan rapid damage assessment terhadap tempat ibadah, rumah sakit/puskesmas,

rumah tinggal, bangunan sekolah, dan bangunan serta infrastruktur lainnya.

3. Rekomendasi Teknis untuk Rekonstruksi Rumah Tinggal dan infrastruktur:

Peta preliminary microzonation seismic map (Dari segi geologi, geoteknik, seismik)

Sosialisasi Pedoman Pembangunan Rumah Tinggal Tahan Gempa

Penyusunan Kriteria (Kegempaan)

Page 36: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 33

Program Jangka Menengah dan Panjang

1. Kaji ulang seismotektonik Jawa Barat dan seismic hazard mapping, serta pengembangan

atau penyempurnaan peta zonasi dan mikrozonasi gempa.

2. Training bangunan tahan gempa dan peraturan bangunan kepada pihak-pihak terkait: Dinas

Bangunan, Penyedia jasa konstruksi (konsultan, kontraktor, dan tukang-tukang local)

3. Kegiatan-kegiatan community based earthquake risk reduction

4. Investigasi detail kerusakan bangunan dan rekomendasi retrofitting bangunan-bangunan

yang rusak.

5. Rekomendasi Rencana Umum Tata Ruang

Page 37: LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL PASCA …€¦ · Jawa Barat. Sebagai bagian ... Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat 2.1.1. Tektonik ... berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik

Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 34

REFERENSI

1) Indonesian Seismic Building Codes, SNI-1726, 2002, Department of Public Work.

2) Kertapati, E, K. (1999), “Probabilistic Estimates of the Seismic Ground Motion Hazard in

Indonesia”, Proceeding of National Conference on Earthquake Engineering, Bandung.

3) Sengara, IW., Munaf, Y., Aswandi, and Susila, IG.M., (2000), “Seismic Hazard and Site

Response Analysis for City of Bandung-Indonesia”, Proceeding of Geotechnical Earthquake

Engineering Conference, San Diego, March, 2001.

4) USGS, earthquake information.

5) SNI 03-1726-2002, (2002), “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Banguan

Gedung”, Badan Standarisasi Nasional – Indonesia.

6) Youngs, R. R., Chiou, S. J., Silva, W. J., Humphrey, J. R., (1997), “Strong Ground Motion

Attenuation Relationship for Subduction Zone Earthquake”, Bulletin of Seismological

Society of America Vol. 68, No. 1.