Laporan Kadar Abu
-
Upload
rain-zahrain -
Category
Documents
-
view
302 -
download
10
description
Transcript of Laporan Kadar Abu
Penetapan Kadar Abu
(Tanggal Praktikum : 27 April 2013)
I. Pendahuluan
Abu merupakan material hasil sisa pembakaran tanaman, abu ditetapkan sebagai
kadar abu total, abu tidak larut asam dan abu larut air.
Metode penentuan kadar abu total dirancang untuk mengukur material sisa
pembakaran. Kadar abu total merupakan oksida logam terdiri dari logam fisiologis tanaman
yang terdapat dijaringan ataupun di sel sementara abu tidak larut asam merupakan logam non
fisiologis yang berasal dari tanah dan udara.
Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam
suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam
organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya garam-garam
asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk
garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang
mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan
ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh karena itu biasanya
dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut,yang dikenal
dengan pengabuan.(sudarmadji.2003).
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses penggolahan
2. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan
3. Untuk memperkirakann kandungan buah yang digunakan untuk membuat jelly.
Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruit uinegar (asli)
atau sintesis
4. Sebagai parameter nilai bahan pada makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut
dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain.( Irawati.2008 ).
Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang
tinggi,yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses
pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda–beda dan berkisar antara 2-8 jam.
Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan
diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu
dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan
dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih
dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan degan
suhu didalam oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya
dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan.( Anonim.2010 ).
II. Tujuan Praktikum
1. Mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar abu totak, kadar abu tidak
larut asam dan kadar abu larut air
2. Dapat menerapkannya untuk analisa kualitas simplisia
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Cawan krus Serbuk simplisia daun katuk
Tang krus HCl 2 M
Cawan penguap Aquades
Oven
Pengocok
Gelas kimia
Tanur
Mortir dan Stemper
Kompor listrik
Gelas ukur
Timbangan
Pipet tetes
Desikator
Spatula dan Sudip
IV. Prosedur Praktikum
1. Penetapan Kadar abu Total
3 gram serbuk simplisia daun seledri
Masukan ke dalam cawan krus
Pijarkan perlahan-lahan hingga menjadi arang
Arang dipanaskan dalam tanur hingga menjadi abu
Dinginkan dalam desikator selama 30 menit
Menimbang kadar abu
2. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Asam
Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu
Dididihkan dengan 25 ml HCl 2 M selam 5 menit
Bagian yang tidak larut dikumpulkan
Dicuci dengan air panas
Keringkan dalam oven selama 15 menit dengan suhu 105 ˚C
Menimbang kadar abu yang tidak larut asam (dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara)
3. Penetapan Kadar Abu Larut Air
Abu yang telah diperoleh pada penetapan kadar bu
Dididihkan dengan 25 ml air selama 5 menit
Dikeringkan dalam oven selama 15 menit suhu 105 ˚C
Menimbang kadar abu yang yang larut air (dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara)
V. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
1. Berat cawan krus kosong = 30,67 gram
2. Berat cawan krus + simplisia = 33,65 gram
3. Berat cawan krus + abu simplisia = 31,01 gram
4. Berat abu simplisia yang diperoleh = 33,65 – 31,01 = 2,64 gram
5. Kadar abu total = 2,64/33,65 x 100% = 7,845 %
6. Kadar abu larut air = 0,12/33,65 x 100% = 0,3566 %
7. Kadar abu tidak larut asam = 0,04/40,09 x 100% = 0,0997 %
Karena pembagian pengerjaan maka data kadar abu tidak larut asam tersebut
diperoleh dari kelompok 1.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
kadar abu total simplisia daun seledri yaitu 7,845% ; kadar abu larut air 0,3566% dan kadar
abu tidak larut asam 0,0997%.
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini,proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan Muffle
Furnace (tanur) yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 600°C penggunaan tanur
karena suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu yang telah ditentukan untuk proses
pengabuan. Sampel yang telah halus ditimbang 3 gram,sebelum dimasukkan kedalam tanur
terlebih dahulu sampel dipanaskan diatas kompor listrik tujuannya agar dapat meminimalkan
asap atau jelaga yang muncul pada saat pengabuan. Setelah tercapai pengabuan yang dapat
ditunjukkan pada warna yang dihasilkan sampel setelah diarangkan,pada pengabuan sampel
telah menjadi abu berwarna putih abu-abu. Berat abu yang didapat pada sampel seledri yakni
seberat 2,64 (g), penurunan berat yang terjadi karena selama proses pemanasan awal sampai
pada proses pengabuan telah terjadi penguapan air dan zat-zat yang terdapat pada
sampel,sehingga yang tersisa hanyalah sisa dari hasil pembakaran yang sempurna yakni abu.
Pada sampel seledri didapat kadar abu total yakni sebesar 7,845%, kadar abu larut air
0,3566 %, dan kadar abu tidak larut asam 0,0997 % yang dihitung berdasarkan berat kering,
Dalam referensi kadar abu total seledri 9,23%, kadar abu tidak larut asam 2,83% dan kadar
abu larut air 90,40%.
Pada praktikum penetapan kadar abu kali ini, proses pengabuan dilakukan hanya 1
jam (satandar pengabuan 6 jam) sehingga mempengaruhi hasil kadarnya. Pada saat proses
pengabuan dihentikan, sampel yang diabukan masih terdapat arangnya belum sempurna
menjadi abu. Selain itu juga, proses pengeringan didalam oven tidak dilakukan karena alasan
waktu yang tidak memadai. Penggunaan simplisia yang belum kering juga diasumsikan dapat
mempengaruhi perolehan kadar abu saat praktikum.
VIII. Daftar Pustaka
Roselyndiar. 2012. Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri (Apium
graveolens. L) dan Daun Tempuyung (Sonchus arvensis. L). Depok : Universitas
Indonesia.