Laporan Johnstone Dan Renkema

7

Click here to load reader

description

summary from Barbara Johnstone and Renkema's book

Transcript of Laporan Johnstone Dan Renkema

Page 1: Laporan Johnstone Dan Renkema

Andalusia Neneng Permatasari0906499902

Apakah Kajian Wacana?

Wacana menurut Johnstone biasanya diartikan sebagai peristiwa komunikasi yang

terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya (Johnstone, 2002: 2-3). Karena

wacana adalah sebuah peristiwa komunikasi, maka wacana sebagaimana yang

dikatakan Renkema adalah sebuah tindakan. Hal ini bisa kita lihat dalam model

organon yang dicetuskan oleh Karl Bühler. Dalam model Organon tanda linguistik

berfungsi secara serempak. Tanda yang berfungsi sebagai symptom adalah sesuatu

yang dikatakan oleh pengirim, kedua adalah tanda yang berfungsi sebagai symbol

karena mengacu pada objek, dan tanda ketiga adalah signal karena penerima harus

menginterpretasi dan bereaksi sesuai apa yang telah dikatakan pengirim.

Selaras dengan yang dikatakan Austin bahwa semua ekspresi kebahasaan harus

dipandang sebagai sebuah tindakan. Austin membagi tiga macam tindakan dalam

sebuah tuturan. Pertama, lokusi yaitu melakukan tindakan mengatakan sesuatu.

Kedua, ilokusi yaitu melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu. Ketiga,

perlukosi yaitu melakukan tindakan dengan mengatakan sesuatu. Dalam klasifikasi

ini, penyampaian wacana ada pada tindak ilokusi. Sebagai contoh jika si A

mengatakan pada B “ada kafe baru di sana, tempatnya enak”. Dari satu tuturan

tersebut akan timbul beberapa ilokusi, yaitu undangan, pemberitahuan, rekomendasi,

dan tawaran. Untuk menyambungkan ilokusi dan lokusi (menginterpretasikan ilokusi)

ada beberapa faktor yang dibutuhkan yaitu pengetahuan tentang isyarat linguistik,

pengetahuan yang cukup mengenai situasi wacana, dan pengetahuan mengenai dunia.

Untuk memahami bentuk ilokusi atau agar pesan dapat sampai dengan baik pada

peserta tutur, komunikasi perlu untuk memertimbangkan beberapa prinsip komunikasi

seperti kejelasan, kepadatan, dan kejelasan yang dituangkan dengan jelas dalam

prinsip kerjasama Grice yang membagi empat kategori. (1) maksim kuantitas:

penutur haruslah memberikan informasi yang cukup, memadai, dan seinformatif

mungkin, (2) maksim kualitas: seorang peserta tutur harus menyampaikan sesuatu

yang nyata dan sesuai fakta, (3) maksim relevansi: baik penutur ataupun petutur harus

memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dibicarakan, (4)

maksim pelaksanaan: mengharuskan peserta tutur bertutur secara langsung dan jelas.

Dari keempat kategori ini yang menjadi perhatian adalam maksim relevansi, karena

dalam proses komunikasi salah satunya wacana haruslah ada relevansi antara apa

Page 2: Laporan Johnstone Dan Renkema

Andalusia Neneng Permatasari0906499902

yang dibicarakan penutur dan petutur. Contohnya misalnya dalam percakapan dua

orang yang saling berteman. A: “Setelah matakuliah ini bawa ya buku itu ke

kampus!” lalu B menjawab: “saya lapar nih” (informasi indeksikalnya dituturkan si A

pada B di kelas, pada saat itu si B sudah lapar dan ingin makan terlebih dahulu).

Jawaban dari B tidak memiliki relevansi dengan yang diperintahkan A. hal ini

menjadi bukti bahwa maksim relevansi dalam prinsip kerjasama tidak harus selalu

dipenuhi dalam peristiwa komunikasi sesungguhnya.

Dalam peristiwa komunikasi ada tuturan yang bersifat tidak langsung, hal ini

dibutuhkan sebagai bentuk kesopanan. Seperti yang dikatakan Erving Goffman bawa

dalam proses sosial masing-masing membutuhkan untuk diapresiasi oleh yang lain

tapi tanpa dicampuri urusannya. Ada tiga parameter untuk kesantunan (1) kekuatan

absolut dalam budaya tertentu, (2) jarak sosial antara penutur dan petutur, (3)

kekuatan seseorang yang melebihi dari penutur.

Prinsip-prinsip komunikasi yang telah disebutkan dapat membantu dalam memahami

dan melakukan kajian wacana. Adapun kajian wacana (discourse analysis) adalah

sebuah metodologi yang bisa kita gunakan di dalam menjawab sejumlah pertanyaan,

yaitu sejumlah pertanyaan linguistik sebagai alat dari wacana itu sendiri, dan

pertanyaan di luar linguistik seperti hubungan dan aturan sosial, komunikasi dan

identitas. Intinya kajian wacana bekerja untuk memahami teks beserta konteksnya.

Data dari kajian wacana adalah yang biasa kita sebut teks. Bukan teks dalam

pengertian seperti buku atau sesuatu yang tertulis. Teks bisa saja acara debat di

televisi, percakapan di kantin, dan lain-lain. Misalnya saja wacana iklan, bagaimana

cara produsen menawarkan barangnya? Atau apakah cara yang dilakukan telah

efektif? Atau bisa juga melihat bagaimana si produsen merepresentasikan produknya

dalam bahasa yang digunakannya.

Beberapa Kegunaan Kajian Wacana

Kajian wacana mendeskripsikan struktur yang lebih tinggi, mencari peristiwa yang

berhubungan dengan teks, lalu mendeskripsikan apa yang ada dalam teks (paragraph,

alur, dan percakapan) itu berhubungan dengan konteksnya. Beberapa kegunaan kajian

wacana (Johnstone, 2002: 5) adalah (1) menerangkan bagaimana makna bisa

disampaikan melalui bongkahan informasi, (2) bagaimana penutur dapat

Page 3: Laporan Johnstone Dan Renkema

Andalusia Neneng Permatasari0906499902

menyampaikan makna yang ingin disampaikannya dan pendengar dapat

menginterpretasikan apa yang didengarnya, (3) membantu mendeskripsikan

interpretasi dasar bagaimana orang-orang menggunakan tuturan sebagai bentuk aksi.

Oleh karena itu, bagaimanakah kaitan antara wacana dan konteks?

1. Wacana dibentuk oleh dunia, dan wacana membentuk dunia itu.

Hal ini menunjukkan bahwa wacana adalah sesuatu yang nyata dan akurat. Wacana

dan pemahamannya dibentuk oleh dunia pencipta dan penafsir teks, dan dunia mereka

dibentuk oleh wacana yang ada.

2. Wacana dibentuk bahasa, dan wacana membentuk bahasa itu.

Wacana dan penafsirannya dibentuk oleh struktur yang ada, termasuk salah satunya

adalah struktur bahasa. Seperti jika kita berbicara dengan bahasa Indonesia atau

Inggris, maka kita akan menggunakan cara yang konvensional berdasarkan struktur

bahasa Indonesia atau Inggris tersebut.

3. Wacana dibentuk oleh hubungan peserta wacana itu, dan wacana membantu

untuk membentuk hubungan itu.

Hubungan yang disambungkan oleh wacana adalah antara pembicara dan penulis

dengan pendengar atau audiens yang direpresentasikan di dalam wacana dan yang

dipengaruhi dalam produksi dan proses interpretasi teks.

4. Wacana dibentuk oleh wacana sebelumnya, dan wacana membentuk wacana

yang akan datang.

Hubungan intertekstual antara satu teks dan teks yang lalu memungkinkan untuk

membentuk suatu teks (wacana) yang baru, dan wacana yang baru ini akan

memberikan gambaran wacana yang akan datang.

5. Wacana dibentuk oleh medianya, dan kemungkinan media komunikasi itu

dibentuk oleh kegunaannya pada wacana.

Untuk bagian ini, kita ambil contoh wacana kecantikan. Wacana ini dibentuk oleh

iklan sebagai media yang menyatakan bahwa cantik adalah kulit putih berseri, yang di

luar putih berarti tidak cantik.

Page 4: Laporan Johnstone Dan Renkema

Andalusia Neneng Permatasari0906499902

6. Wacana dibentuk oleh tujuan, dan wacana membentuk kemungkinan tujuan.

Hal ini bisa kita lihat dalam berbagai iklan setiap kali pemilu menjelang. Berbagai

wacana yang kira-kira menyenangkan rakyat ramai-ramai dilempar, seperti wacana

sembako atau pendidikan gratis. Tentu saja pembentukkan wacana ini dibentuk oleh

tujuan untuk memenangkan pemilu, dan akibat wacana ini juga tujuan memiliki

kemungkinan untuk tercapai.

Komentar

Wacana sebagaimana yang dikatakan Johnstone adalah sebuah peristiwa komunikasi,

tentu saja dalam sebuah peristiwa komunikasi terdapat prinsip-prinsip yang

mendasarinya, yaitu prinsip untuk terciptanya komunikasi yang mampu

menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dengan baik. Oleh karena itu, bentuk

wacana haruslah bentuk yang komunikatif. Misalnya saja kata STOP! sudah termasuk

wacana, karena ada sesuatu yang hendak dikomunikasikan dari si pengirim pada si

penerima. Adapun dalam peristiwa komunikasi itu sendiri, tidak hanya ada si

pengirim dan penerima yang memiliki pesan dalam tanda bahasa, tetapi juga konteks

yang melatarbelakanginya.

Wacana memang berada dalam tataran parole bukan langue, karena wacana tidak bisa

dilepaskan dari konteksnya. Konteks tersebut bagian dari parole. Konteks yang

dimaksud adalah lingkungan kebahasaan, fisik, atau mental dalam wacana yang

dipakai untuk menentukan makna (dalam struktur semantik).

Wacana dapat dikatakan sebagai produk, yaitu hasil pemakai bahasa mengungkapkan

apa pikiran atau perasaannya. Wacana juga dapat disebut proses karena wacana

adalah pengungkapan pikiran atau perasaan oleh pemakain bahasa. Kajian wacana

mewadahi itu semua. Karena kajian wacana mencoba untuk mengkaji wacana beserta

konteksnya. Bagaimana wacana itu lahir? Mengapa wacana berkata seperti itu? Tentu

saja hal ini berkenaan dengan wacana sebagai produk. Sedangkan, apa yang dikatakan

dan sebenarnya diinginkan di dalam wacana tersebut? Apakah ideologi yang

tersembunyi dari wacana itu? Menunjukkan bahwa wacana ada sebuah proses.