Laporan Iling

59
BAB I PENDAHULUAN Lingkungan ternak merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak dengan memanfaatkan proses fisiologi ternak. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Sehingga lingkungan ternak adalah lingkungan yang berada disekitar ternak dalam skala tertentu yang dapat mempengarungi proses fisiologis ternak. Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro. Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak. Lingkungan mikro terdiri dari komponen-komponen: lingkungan fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan hayati, lingkungan sosial. Lingkungan fisik meliputi 1

Transcript of Laporan Iling

Page 1: Laporan Iling

BAB I

PENDAHULUAN

Lingkungan ternak merupakan salah satu faktor penting yang harus

diperhatikan dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan

produktivitas ternak dengan memanfaatkan proses fisiologi ternak.

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta

flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.

Sehingga lingkungan ternak adalah lingkungan yang berada disekitar

ternak dalam skala tertentu yang dapat mempengarungi proses fisiologis

ternak.

Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat

perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan

rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan

interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2

yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro.

Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh

secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak.

Lingkungan mikro terdiri dari komponen-komponen: lingkungan

fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan hayati, lingkungan sosial. Lingkungan

fisik meliputi kelembaban, suhu udara, panjang penyinaran, tekanan

udara, pencahayaan, kecepatan angin, radiasi sinar matahari, curah

hujan, lahan kandang dan peneduh. Lingkungan kimiawi meliputi

komposisi dan susunan, ikatan-ikatan kimiawi, debu, arang, pasir, tanah,

tanaman, asap. Lingkungan hayat meliputi mikroorganisme, predator atau

pemangsa, manusia, ketakutan, dan penyakit. Lingkungan sosial antara

lain adalah cara pemeliharaan misalnya pemeliharaan intensif, semi

intensif maupun pemeliharaan ekstensif. Faktor lingkungan tersebut akan

mempengaruhi proses fisiologi ternak itu sendiri. Apabila keadaan

lingkungan mendukung untuk proses fisiologi, maka ternak merasa

1

dita nur azizah, 05/18/12,
Aq g mw ngoreksi lagi atau bahkan acc kalo kalian g ketemu aq,,
dita nur azizah, 05/18/12,
Sama kyk punya widitya kata-katanyapun mirip bgt,,tp yg ini udah tak ubah dikit,,,ko’ bisa ya???
Page 2: Laporan Iling

nyaman, dengan begitu ternak akan dapat memproduksi secara

maksimal. Sedangkan apabila lingkungan tidak mendukung proses

fisiologis ternak, maka ternak akan beradaptasi dengan berbagai cara

diantaranya: stress terjadi terhadap semu individu yang ada di dalam

kelompok, strain (pengaruhnya terhadap setiap individu), produksi turun,

lebih parah dari itu ternak dapat juga mati.

Sistem peternakan di daerah tropis termasuk Indonesia sebagian

besar dikelola secara tradisional sehingga faktor cuaca tropis merupakan

faktor paling penting yang berperan pada produktivitas ternak. Cuaca

merupakan keadaan harian unsur-unsur meteorologi yang berfluktuasi

seperti radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin

dan curah hujan, serta iklim yang merupakan rata-rata keadaan cuaca

sesuai wilayah tertentu, selama jangka waktu bertahun-tahun (minimal

pengamatan 10 tahun). Cuaca ternyata berpengaruh terhadap

produktivitas ternak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh secara langsung yaitu pengaruh satu unsur meteorologi atau

lebih lebih terhadap tubuh ternak, sedang pengaruh tidak langsung adalah

melalui dampaknya terhadap sifat dan kesuburan tanah yang pada

gilirannya akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tanaman (hijauan

pakan ternak).

Iklim tropis dapat bersifat sebagai stressor pada sistem faali ternak

yang dapat menghambat kemampuan ternak untuk tumbuh, berkembang

biak dan kemampuan untuk berproduksi. Oleh karena data meteorologi

sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak maka sektor

peternakan perlu sekali mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan

pengamatan yang dilakukan oleh stasiun meteorologi.

Tujuan dari praktikum ilmu lingkungan ini adalah untuk mengetahui

alat-alat meteorologi pertanian dan dapat mengetahui keadaan lingkungan

dengan melihat data yang dihasilkan oleh alat tersebut, selain itu nantinya

dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan ternak.

2

Page 3: Laporan Iling

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak

Performans atau penampilan individu ditentukan aoleh dua fator,

yait faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh

susunan gen dan romosom yang dimiliki oleh individu tadi. Faktor

lingkungan bergantung pada kapan dan dimana individu itu berada.

Berbeda dengan faktor genetik, faktor lingkungan tidak baka dan berubah

dari waktu ke waktu. Faktor ini juga tidak diwariskan kepada anak

keturunannya.

Unsur-unsur lingkungan fisik ternak dapat digrafikkan secara umum

sebagai jari-jari dari sebuah roda. Pada lingkungan permukaan roda

digrafikkan sebagai lingkungan keseluruhan yang ditopang bentuknya

oleh jari-jari roda dimana melambangkan pengaruh berbagai unsur

tersebut, dan terdapat interaksi penting diantara unsur-unsur tersebut.

Apabila pengaruh dari suatu unsur mencapai ekstrim maka satu jari akan

patah dan keseimbangan antara ternak dan lingkungan akan terganggu.

Stres iklim dapat menekan nafsu makan, menurunkan pakan yang

dimakan dan lamanya merumput, serta akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi susu (Williamson, dan Payne, 1993).

Ketinggian tempat dari permukaan laut tidak memberi pengaruh langsung

pada produksi ternak. Namun berhubungan dengan unsur-unsur iklim

yang mempengaruhi status fisiologi penggunaan pakan, maka ketinggian

tempat secara tidak langsung dapat mempengaruhi produksi ternak.

Iklim Mikro

Menurut Kartasapoetra (1993), yang dimaksud dengan klimatologi

adalah ilmu yang membahas dan atau menerangkan tentang iklim,

bagaimana iklim itu dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat

lainnya. Iklim dapat di pandang sebagai kebiasaaan-kebiasaan alam yang

3

dita nur azizah, 05/18/12,
Dijelasin dulu iklim mikro ne apa gt…sekalian literatur
dita nur azizah, 05/18/12,
Ini dari kata-kata kamu sendiri ato dari buku???lok dari literatur ya di cantumin lok g dicantumin malah ntar dibilang plagiat lho…
Page 4: Laporan Iling

berlaku yang di gerakkan oleh gabungan dari pada unsur-unsur yaitu:

radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi,

tekanan udara dan angin.

Setiap daerah mempunyai iklim yang tidak seragam, masing-

masing dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat variable dan bersifat

tetap yaitu luas daerah, distribusi lahan dan air, tinggi tempat, tanah dan

topografi. Sedang yang bersifat variable yaitu aliran angin, curah hujan

dan vegetasi. Di samping itu interaksi faktor-faktor tersebut di atas

menyebabkan adanya mikro iklim yang spesifik pada daerah tertentu

(Williamson dan Payne, 1993).

Temperatur udara

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan

molekul-molekul.  Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan

kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke

benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut.

Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda

yang bersuhu lebih tinggi (Anonim, 2012).

Untuk menjaga dan mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu

lingkungan yang sangat bervariasi, hewan ternak harus mempunyai

balance thermal atau keseimbangan panas antara panas yang diproduksi

oleh tubuh atau panas yang didapat dari lingkungannya dengan panas

yang hilang kelingkungannya (Williamson dan Payne, 1993).

Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang di ukur

berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Faktor-

faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi adalah: jumlah

radiasi yang di terima per tahun per hari per musim, pengaruh daratan

atau lautan, pengaruh ketinggian tempat, pengaruh angin secara tidak

langsung, pengaruh panas laten yaitu panas yang di simpan dalam

atmosfer, penutup tanah yaitu tanah yang di tutup vegetasi, tipe tanah

yaitu tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi, pengaruh sudut

4

Page 5: Laporan Iling

datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu yang

lebih panas dari pada yang datangnya miring. Pengaruh suhu terhadap

makhluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhannya benar-

benar seakan tergantung padanya, terutama dalam kegiatan-kegiatannya

(Kartasapoetra, 1993).

Kelembaban

Kelembaban didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap

air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu

dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap

air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada

temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai

kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin

besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap

air (Anonim, 2012).

Menurut Kartasapoetra (1993), yang di maksud dengan

kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara.

Kelembaban udara sangat berhubungnan erat dengan suhu udara dalam

mempengaruhi suhu tubuh seekor ternak. Suhu tubuh akan mengalami

perubahan apabila kelembaban udara yang di sebabkan oleh karena

adanya perubahan suhu udara.

Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat

menstimulasi curah hujan. Basarnya kelembaban di suatu tempat pada

suatu musim erat hubungannya dengan perkembangan-perkembangan

dari organisme terutama jamur dari penyakit tumbuhan (Kartasapoetra,

1993).

Selain itu kelembaban dipengaruhi oleh adanya pohon-pohon

pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Adanya ramalan

cuaca mengakibatkan kita dapat dengan segera melakukan

penyemprotan dengan fungisida. Di daerah tropis yang kelembbannya

besar mengakibatkan masalah bagi tanaman terutama untuk hasil-hasil

5

Page 6: Laporan Iling

sayuran, hasil ini akan cepat membusuk yang di sebabkan oleh RH tadi

(Kartasapoetra, 1993).

Tekanan udara

Menurut Anonim (2012), daerah yang banyak menerima panas

matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah

tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara

tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke

daerah bertekanan udara rendah.

Kecepatan Angin

Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu masa udara

dari suatu tempat ke tempat lain secara horizontal. Masa udara yaitu

udara dalam ukuran yang sangat besar yang sangat mempunyai sifat fisik

(tenperatur dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang horizontal.

Sifat masa udara di tentukan oleh : daerah atau tempat di mana masa

udara terjadi, jalan yang di lalui oleh masa udara, umur dari masa udara

(Kartasapoetra, 1993).

Gerakan dari angin biasanya berasal dari daerah yang bertekanan

tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah

dan kecepatan. Arah angin biasanya dinyatakan dengan dari mana arah

angin itu datang. Kecepatan angin sering menimbulkan berbagai

kerusakan (Kartasapoetra, 1993).

Arah angin

Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat, 1 derajat untuk

angin arah dari utara, 90 derajat untuk angin arah dari timur, 180 derajat

untuk angin arah dari selatan, 270 derajat untuk angin arah dari barat

(Anonim, 2012)

6

dita nur azizah, 2012-05-18,
Pake simbol aja
Page 7: Laporan Iling

Status Faali

Ternak yang sehat memiliki parameter sebagai pedoman untuk

mengetahui organ-organ tubuh bekerja secara normal. Pengukuran

terhadap parameter fisiologi yang biasa dilakukan di lapangan tanpa alat-

alat laboratorium menurut Kasip (1995), adalah pengukuran respirasi,

detak jantung dan temperatur rektal.

Kasip (1995), menyatakan bahwa parameter fisiologis tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas kerja, lama kerja

dan kondisi lingkungan termasuk temperatur lingkungan, kelembaban

udara, radiasi sinar matahari, dan kondisi kandang. beberapa unsur iklim

yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis ternak yaitu suhu, dan

kelembaban udara. Penyimpangan dari pedoman tersebut merupakan

petunjuk bahwa satu atau beberapa organ dari ternak tersebut bekerja

tidak normal.

Respirasi

Sistem respirasi adalah struktur-struktur yang terlibat dalam

pertukaran gas antara darah dengan lingkungan atau system eksternal.

Oleh karena itu, system respirasi biasa disebut dengan system pulmoner

(Frandson, 1992).

Menurut Frandson (1992), respirasi menyangkut dua proses, yaitu

pernafasan luar (eksternal respiration) dan pernafasan dalam (internal

respiration). Eksternal respiration yaitu pertukaran udara yang terjadi di

dalam paru-paru, antara udara yang terkandung dalam kapiler-kapiler

darah pulmonalis. Sedangakan internal respiration adalah pertukaran

udara yang terjadi pada jaringan-jaringan.

Frandson (1992), menyatakan bahwa respirasi mempunyai dua

fungsi utama yaitu untuk menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil

karbondioksida dari dalam darah. Sedang fungsi-fungsi yang bersifat

sekunder, meliputi membantu dalam regulasi keasaman cairan

7

Page 8: Laporan Iling

ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air

dan fonasi (pembentukan suara).

Hormon thyroid dapat meningkatkan laju metabolisme sehingga

akan meningkatakn respirasi. Jika kebutuhan udara meningkat, maka

frekuensi respirasi juga akan meningkat. Untuk respirasi yang tinggi dapat

menjadi sarana prasarana peningkatan panas tubuh untuk periode yang

pendek (Frandson, 1992)

Ditambahkan pula oleh Frandson (1992), bahwa respirasi

dipengaruhi oleh temperatur, lingkungan, ukuran tubuh dan keadaan

bunting. Apabila temperatur udara tinggi, maka ternak akan berkurang

respirasinya. Sedangkan lingkungan berpengaruh jika ternak berada di

daerah perbukitan, maka pertukaran oksigen akan rendah yang

berpengaruh pada pengukuran/pengurangan respirasi ternak.

Pulsus

Pulsus atau gelembung pulsus merupakanm suatu gelembung

akibat naiknya tekanan sistol dari jantung yang kemudian menjalar

sepanjang arteri dan kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada

organ yang keras, misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan

jantung dalam memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima

darah ke dalam bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel

menuju ke jaringan dan selanjutnya kembali lagi (Frandson, 1992).

Kasip (1995), menyatakan bahwa keadaan denyut nadi

berperanan pula pada pengaturan temperatur tubuh agar tetap dalam

kisaran normal. Apabila temperatur lingkungan meningkat, maka jumlah

denyut nadi juga akan meningkat pula untuk memompa darah ke

permukaan tubuh dimana akan terjadi pembebasan panas untuk menjaga

supaya temperatur tubuh tetap normal.

Temperatur rektal

Temperatur inti yang ada di dalam tubuh bagian dalam dari suatu

tubuh ternak disebut sebagai temperatur tubuh. Ada beberapa faktor atau

8

Page 9: Laporan Iling

kondisi yang dapat menjaga variasi temperatur normal pada tubuh anatara

lain: umur (age), jenis kalamin (sex), iklim atau cuaca, waktu dalam hari,

suhu lingkungan (environmemt temperature), aktivitas atau kegiatan

(exercise), makan (eat), pencernaan dan minum air (drink water)

(Swenson, 1993).

Proses pembentukan panas di dalam tubuh ternak berlangsung

terus-menerus dan untuk menjaga temperatur tubuh agar tetap dalam

kisaran normal maka pembuangan panas ke lingkungan juga berlangsung

terus-menerus. Proses pembuangan panas ke lingkungan tergantung dari

temperatur lingkungan. Bila temperatur lingkungan rendah, maka tubuh

akan memproduksi panas dan panas yang dilepaskan ke lingkungan

terbatas (Kasip, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur rectal antara lain

adalah bangsa ternak, aktivitas dan kondisi kesehatan ternak serta kondisi

iklim lingkungan (Frandson, 1996). Menurut Swenson (1993), kisaran

normal temperatur rectal dari kelinci adalah 38,6 sampai 40,1oC,

sedangkan ayam adalah 40,6 sampai 43,0oC.

9

Page 10: Laporan Iling

BAB III

MATERI DAN METODE

Materi

Acara I

Iklim Mikro

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah wheater station,

termometer ruangan dan hygrometer.

Bahan. Tidak ada bahan yang digunakan dalam praktikum iklim

mikro.

Status Faali

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah stetoskop,

counter dan termometer batang.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah ayam jantan hitam, ayam

jantan putih, ayam betina hitam, ayam betina putih, kelinci jantan hitam,

kelinci jantan putih, kelinci betina hitam dan kelinci betina putih.

Acara II

Iklim Mikro

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah wheater station,

termometer ruangan dan hygrometer.

Bahan. Tidak ada bahan yang digunakan dalam praktikum iklim

mikro.

Status Faali

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum adalah stetoskop,

counter dan termometer batang.

Bahan. Bahan yang digunakan adalah ayam jantan hitam, ayam

jantan putih, ayam betina hitam, ayam betina putih, kelinci jantan hitam,

kelinci jantan putih, kelinci betina hitam dan kelinci betina putih.

10

Page 11: Laporan Iling

Metode

Acara I

Iklim Mikro

Pengamatan iklim mikro dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung thermometer hygrometer untuk di dalam ruangan dan weather

station untuk di luar ruangan selama 10 menit sekali. Data yang yang di

ambil meliputi suhu ruangan dan kelembaban udara untuk di dalam

ruangan serta suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan

angin, dan arah angin untuk di luar ruangan.

Status Faali

Semua probandus diukur status faalinya di dalam ruangan yang

meliputi temperature rektal, respirasi dan pulsus, masing-masing tiga kali

pengulangan. Kemudian semua probandus dijemur di bawah sinar

matahari dan diukur status faalinya lagi. Temperature rektal diukur dengan

cara memasukkan thermometer batang ke dalam kloaka ayam atau

thermometer rektal ke dalam rektum kelinci, respirasi diukur dengan cara

melihat kembang kempisnya perut, dan pulsus diukur dengan cara

menempelkan stetoskop di dada ternak.

Acara II

Iklim Mikro

Pengamatan iklim mikro dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung thermometer hygrometer untuk di dalam ruangan dan weather

station untuk di luar ruangan selama 10 menit sekali. Data yang yang di

ambil meliputi suhu ruangan dan kelembaban udara untuk di dalam

ruangan serta suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan

angin, dan arah angin untuk di luar ruangan. Semua data tersebut diamati

didataran tinggi maupun di dataran rendah.

11

Page 12: Laporan Iling

Status Faali

Semua probandus diukur status faalinya yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus, masing-masing tiga kali pengulangan di

dataran tinggi maupun di dataran rendah. Temperatur rektal diukur

dengan cara memasukkan thermometer batang ke dalam kloaka ayam

atau thermometer rektal ke dalam rektum kelinci, respirasi diukur dengan

cara melihat kembang kempisnya perut, dan pulsus diukur dengan cara

menempelkan stetoskop di dada ternak.

12

Page 13: Laporan Iling

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Acara I

Iklim Mikro

Iklim mikro yang diamati pada saat praktikum dilakukan di dalam

dan di luar ruangan Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak.

Pengamatan yang dilakukan meliputi suhu udara, kelembaban udara,

tekanan udara, kecepatan angin dan arah angin.

Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara didapatkan

data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 1 serta grafik dari hasil

tersebut disajikan pada grafik 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan suhu udaraTitik waktu

pengamatanDi dalam ruangan

(°C) Di luar ruangan

(°C) 11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

30303030303030303030

35,435,435,435,435,435,435,435,435,435,4

13

Page 14: Laporan Iling

11.28 11.38 11.48 11.58 12.08 12.18 12.28 12.38 12.48 12.580

10

20

30

40

50

60

70

Series2Series1

Grafik 1. Grafik perubahan suhu

Berdasarkan praktikum yang dilakukan adalah mengamati

perbedaan suhu antara suhu di dalam dan di luar ruangan yang dilakukan

pada pukul 11.28 sampai pukul 12.58 dengan selang waktu 10 menit.

Selama pengukuran tidak ada perubahan suhu pada masing-masing

ruang yaitu suhu di dalam ruangan 30°C dan diluar ruangan yaitu 35.4°C.

Terdapat perbedaan antara kedua ruangan pengambilan data yaitu suhu

di dalam ruangan lebih rendah daripada di luar ruangan. Menurut

Prawirowardoyo (1996), suhu di luar ruangan lebih tinggi daripada di

dalam ruangan, hal ini dikarenakan sinar matahari langsung sampai ke

bumi tanpa penghalang, sedangkan jika di dalam ruangan rambatan

radiasi panas matahari akan terhalang oleh ruangan sehingga suhu udara

di dalam ruangan lebih rendah daripada di luar ruangan.

Tjasjono (1999) menyatakan bahwa perubahan temperatur akan

menyebabkan perubahan fisiologi hewan seperti terjadinya perubahan

frekuensi respirasi, pulsus, temperatur rektal dan konsumsi air, sedangkan

nafsu makan akan turun. Perubahan ini adalah usaha ternak untuk

mempertahankan balance thermal tubuh.

Kelembaban udara

Adapun hasil dari pengukuran yang diperoleh saat pengukuran

kelembaban udara adalah sebagai berikut

Tabel 2. Hasil pengamatan kelembaban udara

14

dita nur azizah, 2012-05-18,
Dibuat kayak yang tak contohin di sub bab suhu
Page 15: Laporan Iling

Titik waktu pengamatan

Di dalam ruangan(%)

Di luar ruangan(%)

11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

57,557,557,5585858

59,560

60,560,5

12131314202020212326

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

0102030405060708090

100

Di luar ruangan (%)Di dalam ruangan (%)

Grafik 2. Grafik kelembaban udara

Hasil yang diperoleh pada praktikum kelembaban mengalami

kenaikan. Kelembaban udara berubah sesuai tempat dan waktu,

menjelang tengah hari kelembaban berangsur menurun, pada sore hari

sampai menjelang pagi hari kelembaban udara bertambah besar

(Tjasjono, 1999).

Hasil praktikum menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

kelembaban udara di dalam dan di luar ruangan. Di dalam ruangan

memiliki kelembaban relatif yang lebih tinggi daripada di luar ruangan.

Menurut Tjasjono (1999), perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain distribusi darat dan air, radiasi matahari dan masa udara.

Tekanan Udara

15

Page 16: Laporan Iling

Adapun hasil dari pengukuran yang diperoleh saat pengukuran

tekanan udara adalah sebagai berikut

Tabel 3. Hasil pengamatan tekanan udara

Titik waktu pengamatan

Di luar ruangan(milibar)

11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

29,4729,4829,4729,4429,4029,4129,4029,4129,4429,43

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

29.3629.38

29.429.4229.4429.4629.48

29.5

Di luar ruangan (milibar)

Di luar ruangan (milibar)

Grafik 3. Grafik tekanan udara

Berdasarkan praktikum ini pengamatan tekanan udara hanya

dilakukan diluar ruangan. Pengamatan dilakukan pada pukul 11.28

dengan tekanan udara 29,47 milibar dan pengamatan terakhir dilakukan

pada pukul 12.58 diperoleh hasil yaitu 29,43 milibar. Pengamatan ini

dilakukan setiap sepuluh menit sekali. Menurut Anonim (2012), daerah

yang banyak menerima panas matahari, udaranya akan mengembang

dan naik. Oleh karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah.

Ditempat lain terdapat tekanan udara tinggi sehingga terjadilah gerakan

udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan udara rendah.

16

dita nur azizah, 05/18/12,
Idem ma yang diatasnya
Page 17: Laporan Iling

Kecepatan angin

Adapun hasil dari pengukuran yang diperoleh saat pengukuran

kecepatan angin adalah sebagai berikut

Tabel 4. Hasil pengamatan kecepatan angin

Titik waktu pengamatan

kecepatan(knot)

11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

0002240000

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

012345

kecepatan (knot)

kecepatan (knot)

Grafik 4. Grafik kecepatan angin

Kecepatan angin hanya diukur di luar ruangan dan pengamatan

awal dilakukan pada pukul 11.28 dengan kecepatan angin sebesar 0 knot

dan berakhir pada pukul 12.58 dengan kecepatan angin 0 knot.

Kecepatan angin sebesar 1 knot setara dengan 0,5 m/s (Kartasapoetra,

1993).

Tjasjono (1999) mengungkapkan bahwa angin merupakan udara

yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan

rendah yang disebabkan oleh adanya tekanan horizontal. Pengaruh angin

pada ternak menurut Williamson dan Payne (1993) terutama terhadap

17

dita nur azizah, 05/18/12,
Idem ma yang diatasnya
Page 18: Laporan Iling

pelepasan panas dari tubuh ternak, diterangkan bahwa pengeluaran

panas melalui konveksi akan naik bila angin sejuk berhembus pada saat

yang sama pengeluaran panas melalui penguapan juga bertambah.

Arah Angin

Berdasarkan pengukuran arah angin didapat data yang ditunjukkan

pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil pengamatan arah angin

Titik waktu pengamatan

Di luar ruangan(°)

11.2811.3811.4811.5812.0812.1812.2812.3812.4812.58

230240240270330350330280250250

11.2811.38

11.4811.58

12.0812.18

12.2812.38

12.4812.58

050

100150200250300350400

Di luar ruangan (°)

Di luar ruangan (°)

Grafik 5. Grafik arah angin

Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat, 1 derajat untuk

angin arah dari utara, 90 derajat untuk angin arah dari timur, 180 derajat

untuk angin arah dari selatan, 270 derajat untuk angin arah dari barat

(Anonim, 2012). Praktikum pengamatan arah angin hanya dilakukan di

luar ruangan dan pada awal pengamatan dilakukan pada pukul 11.28

18

dita nur azizah, 05/18/12,
Dibenerin grafiknya masa ya tulisan ma gambarnya tabrakan
dita nur azizah, 05/18/12,
Idem kyk yang diatasnya
Page 19: Laporan Iling

dengan arah angin 230 dan berakhir pada pukul 12.58 dengan arah angin

yang 250.

Status Faali

Praktikum status faali ini bertujuan untuk membandingkan

pengaruh variable yang satu dengan laninnya. Variable yang dgunakan

adalah suhu dan klelembaban di dalam dan diluar ruangan, warna bulu,

jenis kelamin dan diuji hubungannya dengan status faali yang meliputi

respirasi, pulsus dan temperatur rektal.

Respirasi

Respirasi meliputi semua proses kimia dan fisik dimana organisme

menukar udara atau gas dengan lingkungannya. Respirasi sederhana

terjadi secara langsung, tetapi pada hewan tingkat tinggi memiliki sistem

organ yang tersusun lebih jelas. Sistem respirasi pada hewan mamalia

terdiri dari paru-paru dengan segala kelengkapan yang meliputi otot yang

mengelilinginya beserta thorac, syaraf afferent dan efferent yang

berhubungan erat dengan larynk yang berfungsi untuk ekspirasi dan

inspirasi (Duke’s, 1995).

Berikut hasil pengukuran respirasi ayam dan kelinci jantan betina

yang ditunjukkan pada tebel 6 dan 7.

Tabel 6. Rata-rata respirasi ayam dan kelinci jantan.Jenis ternak Hitam Putih

Dalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruangKelinciAyam

81,7733,96

151,7534,33

83,5539,22

147,1327,12

Tabel 7. Rata-rata respirasi ayam dan kelinci betina.Jenis ternak Hitam Putih

Dalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruangKelinciAyam

74,7843,6

150,6741,33

80,6638,6

153,127,6

19

Page 20: Laporan Iling

Berdasarkan hasil praktikum pengukuran respirasi kelinci dan ayam

didapat hasil bahwa respirasi ternak tersebut bervariasi. Perbedaan

frekuensi respirasi pada ternak yang berada didalam dan diluar ruangan

ini berkaitan dengan panas yang diterima tubuh. Kelinci dan ayam yang

berada di dalam ruangan terlindung, sehingga sinar matahari secara tidak

langsung mengenai tubuh ternak tersebut. Kelinci dan ayam yang berada

diluar ruangan tidak mendapatkan perlindungan dari sinar matahari

langsung, sehingga frekuensi respirasi lebih cepat (Anonim, 2012).

Kisaran respirasi pada kelinci adalah 37 kali/menit (Frandson,

1992). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi kelinci adalah

ukuran tubuh, umur, aktivitas, temperatur lingkungan, kebuntingan, dan

kondisi patologis (Duke’s, 1995).

Kisaran normal respirasi pada ayam adalah 15 sampai 40

kali/menit (Frandson, 1992). Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi

ayam antara lain aktivitas bergerak, suhu lingkungan yang lebih tinggi

ataupun kelembaban yang lebih dari 50% dan tidak menutup

kemungkinan karena faktor stres pada ternak (Swenson and Reece,

1993). Berdasarkan literatur diatas frekuensi respirasi pada ayam maupun

kelinci baik di dalam maupun diluar ruangan dalam kisaran normal.

Pulsus

Pulsus merupakan suatu gelembung yang terbentuk akibat naiknya

tekanan systole dari jantung yang kemudian menjalar sepanjang arteri dan

kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada organ yang keras,

misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan jantung dalam

memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima dara ke dalam

bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel menuju jaringan dan

selanjutnya kembali lagi ke jantung (Frandson, 1992). Adapun hasil

pengukuran pulsus kelinci dan ayam yang ditunjukkan pada tabel 8 dan 9.

20

dita nur azizah, 05/18/12,
Sumpah se sub bab ini bener2 bukan mirip lagi ngeplek malah sama widit???,,,kalian ki niat g e????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
dita nur azizah, 05/18/12,
Ini kata2 yg sama persis ngeplek ma punya widit???,,,apa tak koreksi satu aja ntar nilainya bagi 2 aja ya….Ko’ banyak yg mirip ,,
Page 21: Laporan Iling

Tabel 8. Rata-rata pulsus ayam dan kelinci jantan.

Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang

KelinciAyam

143,22308,4

75,8128,7

131,33309,4

72,33137,33

Tabel 9. Rata-rata pulsus ayam dan kelinci betina.

Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang

KelinciAyam

120,33296,6

79,1127,7

124,11311,3

74,66131,33

Hasil pengukuran pulsus pada kelinci dan ayam lebih tinggi pada

pengukuran di dalam ruangan. Perbedaan frekuensi pulsus pada ternak

yang berada didalam dan diluar ruangan ini berkaitan dengan panas yang

diterima tubuh. Kelinci dan ayam yang berada di dalam ruangan

terlindung, sehingga sinar matahari secara tidak langsung mengenai

tubuh ternak tersebut. Kelinci dan ayam yang berada diluar ruangan tidak

mendapatkan perlindungan dari sinar matahari langsung, sehingga

frekuensi respirasi lebih cepat (Anonim, 2012).

Kisaran pulsus kelinci di luar ruangan jauh di bawah normal. Duke’s

(1995), menyatakan bahwa kisaran normal pulsus pada kelinci adalah 120

sampai 140 kali/menit. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh suhu

lingkungan, bangsa atau spesies maupun besar kecilnya ukuran tubuh

(Swenson, 1997).

Kisaran pulsus ayam di luar ruangan juga dibawah kisaran normal

baik berdasarkan warna bulu. Kisaran normal pulsus ayam adalah 150

sampai 304 kali/menit (Duke’s, 1995).

Temperatur Rektal

Temperatur tubuh adalah salah satu indikator fisiologi kondisi

kesehatan ternak. Angka temperatur ini didapatkan dari pengukuran

sistem temperatur rektal, karena dianggap pada temperatur rektal

perubahan suhunya belangsung terus menerus secara perlahan-lahan.

21

dita nur azizah, 05/18/12,
Ini spasi 1,,ntar yang laen dibenerin ya…
Page 22: Laporan Iling

Ternak mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda-beda terhadap

perubahan suhu lingkungan yang disebut toleransi panas. Terdapatnya

variasi temperatur ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan

temperatur tubuh, pulsus dan fertilitas (Frandson, 1992).

Suhu atau temperatur inti yang ada di dalam tubuh bagian dalam

dari suatu tubuh ternak disebut sebagai temperatur tubuh. Berdasarkan

hasil pengukuran temperatur rektal didapat data yang ditunjukkan pada

tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Rata-rata temperatur rektal ayam dan kelinci jantan.

Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang

KelinciAyam

36,9940,92

37,4341,55

36,9139,22

36,341

Tabel 11. Rata-rata temperatur rektal ayam dan kelinci betina.

Jenis ternak Hitam PutihDalam ruang Luar ruang Dalam ruang Luar ruang

KelinciAyam

36,5641

37,9441,9

36,4238,67

38,5741,47

Kisaran rata-rata temperatur rektal pada kelinci dan ayam masih

dalam batas normal. Menurut Swenson (1997), kisaran normal temperatur

rektal kelinci adalh 30,6 sampai 40,1°C, sedangkan menurut Duke’s

(1995), kisaran normal temperatur rektal ayam adalah 40,3 sampai

43,6°C. temperatur tubuh ternak yang normal besarnya sangat bervariasi

menurut umur, jenis kelamin, waktu dalam sehari (Swenson, 1997).

Ternak yang mempunyai warna bulu yang berbeda memiliki

temperatur rektal yang berbeda pula. Kelinci jantan yang berwarna hitam

mempunyai temperatur rektal yang lebih tinggi daripada kelinci jantan

yang berwarna putih. Menurut Anonim (2012), warna hitam lebih banyak

menyerap panas dari pada warna putih. Penyerapan akan disalurkan

dalam proses metabolisme tubuh yang akan berhubungan dengan proses

fisiologis tubuh ternak tersebut.

22

dita nur azizah, 05/18/12,
2 tabel ini komennya Idem ma yang diatas
Page 23: Laporan Iling

Acara II

Iklim Mikro

Iklim mikro yang diamati pada saat praktikum dilakukan di dataran

tinggi daerah Turen, kaliurang dan di dataran rendah di daerah pantai

Depok. Pengamatan yang dilakukan meliputi suhu udara, kelembaban

udara, tekanan udara kecepatan angin dan arah angin.

Suhu udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara didapatkan hasil

yang dapat ditunjukkan pada tabel 12.

Tabel 12. Hasil pengukuran suhu udara

No waktu D.rendah ruangan

waktu D. tinggi ruangan

123456789

10

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

38363534343333333434

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

28282728272728292828

14.1014.20

14.3014.40

14.5030313233343536373839

D.rendah ruangan

D.rendah ruangan

08.5009.05

09.2009.35

26

26.5

27

27.5

28

28.5

29

29.5

D. tinggi ruangan

D. tinggi ruangan

Grafik 6. Grafik suhu udara

23

dita nur azizah, 05/18/12,
Idem ma yang diatas,,tulisan tabel spasi 1,
Page 24: Laporan Iling

Praktikum yang dilakukan adalah mengamati perbedaan suhu

antara suhu di dataran rendah dan dataran tinggi. Pengamatan suhu

udara di dataran tinggi dimulai pukul 08.50 sampai 09.35 WIB dengan

suhu udara pada awal pengamatan adalah 28°C dan pada akhir

pengamatan adalah 28°C. Pengamatan suhu udara di dataran rendah

dimulai pukul 14.10 sampai 14.55 WIB dengan hasil pengamatan pada

awal pengamatan adalah 38°C dan diakhir pengamatan adalah 34°C.

Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar

equator) dan semakin menuju ke kutub akan semakin dingin. Suhu udara

akan terasa dingin jika ketinggian tempat bertambah. Kita sudah

mengetahui bahwa setiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara

berkurang rata-rata 0,6°C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient

temperature vertical atau lapse rate. Besar lapse rate pada udara kering

adalah 1°C (Kartasapoetra, 1993).

Perubahan suhu lingkungan akan menyebabkan perubahan

fisiologi hewan seperti terjadinya perubahan frekuensi respirasi, pulsus,

dan temperatur rektal serta konsumsi air, sedangkan konsumsi pakan

akan menurun. Perubahan ini adalah usaha ternak untuk

mempertahankan balance thermal tubuh (Tjasjono, 1999).

Kelembaban udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kelembaban udara

didapatkan hasil yang dapat ditunjukkan pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil pengukuran kelembaban udaraNo Waktu D. tinggi

dlm R.D. tinggi luar R.

Waktu D.rendah dlm R.

D.rendah luar R.

123456789

10

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

62616059595856585657

5566667777

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

33384244454648474649

17171717171717171818

24

Page 25: Laporan Iling

08.5009.00

09.1009.20

09.305354555657585960616263

Dataran tinggi (%)

Dataran tinggi (%)

14.1014.20

14.3014.40

14.500

10

20

30

40

50

60

Dataran rendah (%)

Dataran rendah (%)

Grafik 7. Grafik kelembaban udara

Pengukuran kelembaban udara dilakukan menggunakan

hygrometer. Pengamatan di dataran tinggi dilakukan pada pukul 08.50

sampai 09.35 WIB, sedangkan di dataran rendah dilakukan mulai pukul

14.10 sampai 14.55 WIB. Hasil pengukuran kelembaban di dataran tinggi

pada awal pengukuran adalah 62% dan diakhir pengukuran adalah 57%,

sedangkan pengukuran di dataran rendah pada pengukuran awal

diperoleh hasil 33% dan akhir pengamatan hasilnya adalah 49%. Menurut

Tjasjono (1999), kelembaban udara berubah sesuai tempat dan waktu,

menje;ang tengah hari kelembaban menurun dan pada sore hari sampai

menjelang pagi hari kelembaban udara bertambah besar.

Hasil praktikum di dataran tinggi maupun dataran rendah

menunjukkan bahwa kelembaban masih dalam kondisi nyaman ternak.

Kelembaban udara dalam kandang sebaiknya tidak lebih dari 60%

(Anonim, 2012). Pengukuran kelembaban udara hasil pengukuran tidak

jauh berbeda dengan kelembaban yang seharusnya.

Menurut Tjasjono (1999), perbedaan kelembaban udara dapat

dsebabkan oleh beberapa faktor antara lain distribusi darat dan air, radiasi

matahari dan massa udara. Kelembaban udara berubah sesuai tempat

dan waktu. Menjelang tengah hari kelembaban berangsur menurun, pada

sore hari sampai menjelang pagi kelembaban udara bertambah besar.

25

Page 26: Laporan Iling

Kelembaban udara yang tinggi dapat menyebabkan stres pada ternak

sehingga suhu tubu, respirasi dan denyut jantung meningkat (Tjasjono,

1999).

Tekanan udara

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tekanan udara didapatkan

hasil yang dapat ditunjukkan pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil pengukuran tekanan udara

No Titik waktu pengamatan

Dataran tinggi

(milibar)

Titik waktu pengamatan

Dataran rendah (milibar)

12345678910

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

28,9428,9728,9829,0229,0529,0429,0229,0329,0629,06

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

29,8329,8329,8229,8429,8629,8429,8529,8529,8729,87

08.5009.05

09.2009.35

28.8828.9

28.9228.9428.9628.98

2929.0229.0429.0629.08

Dataran tinggi (milibar)

Dataran tinggi (milibar)

14.1014.20

14.3014.40

14.5029.79

29.829.8129.8229.8329.8429.8529.8629.8729.88

Dataran rendah (milibar)

Dataran rendah (milibar)

Grafik 8. Grafik tekanan udara

Pengukuran tekanan udara yang dilakukan di dataran tinggi dimulai

pukul 08.50 sampai 09.35 WIB, sedangkan pengukuran di dataran rendah

26

dita nur azizah, 05/18/12,
Sama kyk yg di atas
Page 27: Laporan Iling

dimulai pukul 14.10 hingga 14.55 WIB. Pengamatan awal di dataran tinggi

adalah 28,94 milibar dan akhir pengamatan adalah 29,06 milibar.

Pengamatan awal di dataran rendah hasil awalnya adalah 29,83 milibar,

sedangkan diakhir pengamatan adalah 29,87 milibar.

Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat

lebih banyak panas matahri dibandingkan tempat lain. Permukaan tanah

yang panas membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara

mengembang menjadi lebih ringan, karena lebih ringan dibanding udara

sekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya

segera digantikan oleh udara disekitarnya, terutama udara dari atas yang

lebih dingin dan berat, sehingga tekanan udara di dataran tinggi lebih

rendah daripada di dataran rendah (Anonim, 2012).

Kecepatan angin

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kecepatan angin

didapatkan hasil yang dapat ditunjukkan pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil pengukuran kecepatan angin

No Titik waktu pengamatan

Dataran tinggi (knot)

Titik waktu pengamatan

Dataran rendah (knot)

12345678910

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

0100004000

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

4124627611

27

dita nur azizah, 05/18/12,
idem
Page 28: Laporan Iling

08.5009.00

09.1009.20

09.300

0.51

1.52

2.53

3.54

4.5

Dataran tinggi (knot)

Dataran tinggi (knot)

14.1014.20

14.3014.40

14.50012345678

Dataran rendah (knot)

Dataran rendah (knot)

Grafik 9. Grafik kecepatan angin

Hasil pengukuran kecepatan angin tercepat di dataran tinggi adalah

4 knot dan di dataran rendah 7 knot. Menurut Anonim (2012), kecepatan

angin dalam kandang sebaiknya tidak lebih dari 12 m/menit. Kecepatan

angin dalam pengukuran tidak sesuai dengan kecepatan angin yang

seharusnya.

Tjasjono (1999), menyatakan bahwa angin merupakan udara ayang

bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah yang

disebabkan oleh adanya tekanan horizontal, sehingga kecepatan angin di

dataran tinggi lebih kecil daripada di dataran rendah. Pengaruh angin

pada ternak adalah terhadap panas dari tubuh ternak, diterangkan bahwa

pengeluaran melalui konveksi akan naik bila angin sejuk berhembus pada

saat yang sama pengeluaran panas melalui penguapan juga bertambah

(Williamson dan Payne, 1993).

Arah angin

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap arah angin didapatkan

hasil yang dapat ditunjukkan pada tabel 16.

28

Page 29: Laporan Iling

Tabel 16. Hasil pengukuran arah angin

No Titik waktu pengamatan

Dataran tinggi (°)

Titik waktu pengamatan

Dataran rendah (°)

12345678910

08.5008.5509.0009.0509.1009.1509.2009.2509.3009.35

160180150150150150170180190190

14.1014.1514.2014.2514.3014.3514.4014.4514.5014.55

100630630630630120100120120140

08.5009.00

09.1009.20

09.300

20406080

100120140160180200

Dataran tinggi (°)

Dataran tinggi (°)

14.1014.20

14.3014.40

14.500

100

200

300

400

500

600

700

Dataran rendah (°)

Dataran rendah (°)

Grafik 10. Grafik arah angin

Pengukuran arah angin dilakukan di dataran tinggi dan dataran

rendah. Pengukuran di dataran tinggi dilakukan pada pukul 08.50 sampai

09.35 WIB, sedangkan di dataran rendah dilakukan pada pukul 14.10

sampai 14.55 WIB. Arah angin pada pengukuruan awal hingga akhir

bervariasi. Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat. 1° untuk

angin arah utara, 90° untuk angin arah dari timur, 180° untuk angin arah

dari selatan dan 270° untuk angin dari arah barat (Anonim, 2012).

29

dita nur azizah, 05/18/12,
idem
Page 30: Laporan Iling

Status Faali

Pengukuran status faali yang dilakukan di dataran tinggi dan

dataran rendah terdiri dari pengukuran temperatur rektal, respirasi, dan

pulsus pada ayam, kelinci dan kambing yang tinggal didataran tinggi dan

dataran rendah.

Respirasi

Berikut hasil pengukuran respirasi ayam, kambing dan kelinci

jantan maupun betina yang ditunjukkan pada tebel 17.

Tabel 17. Rata-rata respirasi beberapa ternak yang diamati

Jenis ternak Jantan BetinaDataran

tinggiDataran rendah

Dataran tinggi

Dataran rendah

KelinciAyam Kambing

112,336,638,6

38,422,339,6

12133,928

118,221,940,6

Data diatas dapat diketahui bahwa respirasi ayam, kambing dan

kelinci dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ketinggian tempat. Ternak

kelinci mengalami respirasi tertinggi terjadi pada dataran tinggi baik jantan

maupun betina. Ternak ayam mengalami respirasi tertinggi terjadi di

dataran rendah dan tinggi untuk ayam betina, sedangkan ternak kambing

mengalami respirasi tertinggi di dataran rendah untuk kambing jantan.

Kisaran normal respirasi pada ayam adalah 17 sampai 78 kali per menit

(Frandson, 1992). Kisaran normal untuk respirasi pada kelinci adalah 37

kali/menit. Respirasi kambing berkisar antara 26 samapi 54 kali per menit

(Swenson, 1997). Respirasi ayam yang diamati masih dalam kisaran

normal sedang pada ternak kelinci dan kambing masih jauh dari kisaran

normal.

Anonim (2012), menyatakan bahwa ketinggian tempat

berhubungan dengan banyaknya jumlah cahaya yang diterima bumi. Hal

ini mempengaruhi suhu, kelembaban dan pengaruh iklim lain. Iklim di

sekitar ternak akan mempengaruhi kinerja fisiologi ternak. Respirasi

dipengaruhi oleh temperature, lingkungan, ukuran tubuh dan keadaan

30

dita nur azizah, 05/18/12,
idem
Page 31: Laporan Iling

bunting. Apabila temperatur udara tinggi, maka ternak akan berkurang

respirasinya. Sedangkan lingkungan berpengaruh jika ternak berada di

daerah perbukitan, maka pertukaran oksigen akan rendah yang

berpengaruh pada pengukuran atau pengurangan respirasi ternak.

Pulsus

Berikut hasil pengukuran pulsus ayam, kambing dan kelinci jantan

maupun betina yang ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 18. Rata-rata pulsus beberapa ternak yang diamati

Jenis ternak Jantan BetinaDataran

tinggiDataran rendah

Dataran tinggi

Dataran rendah

KelinciAyam Kambing

240,3288,6

75

233,9269,367,9

248269,663,8

262,8320,664,3

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa respirasi ayam,

kambing, dan kelinci dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ketinggian

tempat. Pulsus kelinci meningkat pada dataran rendah baik jantan

maupun betina. Ternak ayam meningkat pada dataran tinggi untuk jantan

maupun betina, sedangkan pada ternak kambing pulsus meningkat di

dataran rendah baik jantan maupun betina. Kisaran normal pulsus ayam

antara 150 sampai 304 kali/menit (Dukes, 1995). Kisaran normal pulsus

kelinci antara 123 sampai 304 kali/menit. Sedangkan pada kambing

antara 150 sampai 304 kali/menit (Swenson, 1997).

Kisaran pulsus pada ayam dan kisaran masih dalam kisaran

normal. Sedangkan pulsus kambing jauh dari kisaran normal. Adapun

faktor yang mempengaruhi pulsus antara lain iklim yang meliputi suhu,

kelembaban, penerimaan sinar matahari oleh bumi dan tekanan udara.

Iklim lingkungan sekitar juga mempengaruhi kinerja fisiologi suatu ternak

(Anonim, 2012).

31

dita nur azizah, 05/18/12,
idem ma yang di sub bab suhu yang atas
Page 32: Laporan Iling

Temperatur rektal

Berikut hasil pengukuran pulsus ayam, kambing dan kelinci jantan

maupun betina yang ditunjukkan pada tebel 18

Tabel 19. Temperatur rektal berbagai ternak

Jenis ternak Jantan BetinaDataran

tinggiDataran rendah

Dataran tinggi

Dataran rendah

KelinciAyam Kambing

36,940,238,6

37,839,238,6

37,240,337,8

38,740,438,5

Suhu atau temperatur inti yang ada di dalam tubuh bagian dalam

dari suatu ternak disebut sebagai temperatur tubuh. Ada beberapa faktor

atau kondisi yang dapat menjaga variasi temperatur normal pada tubuh

antara lain: umur, jenis kelamin, iklim atau cuaca, waktu dalam hari, suhu

lingkungan, aktivitas, makan, pencernaan dan minum air (Swenson,

1997).

Data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa temperatur rektal

dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa dan ketinggian tempat. Kisaran

normal temperatur rektal pada ayam adalah 40,3 sampai 43,6 0C (Duke’s,

1995). Kisaran normal temperatur rektal pada kelinci adalah 30,6 sampai

40,10C. Sedangkan kisaran temperatur rektal kambing 38,5 sampai 39,90C

(Swenson, 1997). Hasil praktikum menunjukan bahwa temperatur ternak

yang diukur berada dalam kisaran normal. Temperatur tubuh ternak yang

normal besarnya sangat bervariasi menurut umur, jenis kelamin, waktu

dalam sehari (Swenson, 1997).

32

dita nur azizah, 05/18/12,
Idem ma yg diatas
dita nur azizah, 05/18/12,
??????tabel brp e ki???G salah po???
Page 33: Laporan Iling

Analisis data

Acara I

Analisis data terhadap status faali ayam yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan jenis kelamin,

warna bulu (hitam dan putih), perlakukan ruang (di dalam dan di luar

ruang) diperoleh hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam sebagai

berikut.

Tabel 20. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

perlakuanparameter status faali

temperatur rektal respirasi Pulsusjantan/hitam/dlm 40,9200 ± 0,0854 33.9667 ± 2.0550 308,40 ± 6,286jantan/hitam/luar 41,5567 ± 0,0981 34,3267 ± 6,7583 128,78 ± 4.140jantan/putih/dlm 39,2200 ± 0,2553 39,2233 ± 0,3868 309,78 ± 5,541jantan/putih/luar 41,0000 ± 0,0000 17,3367 ± 1.1547 137,67 ± 6,122betina/hitam/dlm 41,0000 ± 0,0000 43,7333 ± 1,6289 296,73 ± 12,548betina/hitam/luar 41,9433 ± 0,0981 41,0000 ± 1,4556 127,77 ± 3,672betina/putih/dlm 38,8667 ± 0,5131 38,6333 ± 2,0558 310,97 ± 4,162betina/putih/luar 41,5000 ± 0,1700 27.5567 ± 2.4532 132,00 ± 6,506

Tabel 21. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

Status faaliValues

JK WB RJK*WB JK*R WB*R JK*WB*

R

Temp. rektal0.106NS

0.000S

0.000S

0.384NS

0.005S 0.000S 0.146NS

Respirasi 0.000S0.000S

0.000S

0.167NS

0.120NS

0.000S 0.009S

Pulsus0.135NS

0.018S

0.000S

0.463NS

0.731NS

0.821NS

0.127NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa warna bulu dan

ruangan berpengaruh secara signifikan terhadap temperatur rektal,

respirasi, dan pulsus. Jenis kelamin hanya berpengaruh segnifikan

terhadap respirasi. Sedangkan interaksi jenis kelamin dan warna bulu

33

dita nur azizah, 05/18/12,
Spasi 1
dita nur azizah, 05/18/12,
Idem ma yang sub bab suhu
Page 34: Laporan Iling

tidak berpengaruh terhadap status faali ayam. Interaksi antara jenis

kelamin dan ruangan hanya berpengaruh terhadap temperatur rektal

secara signifikan. Interaksi antara warna bulu dan ruangan berpengaruh

terhadap temperatur rektal dan respirasi. Interaksi antara jenis kelamin,

warna bulu, dan ruangan hanya berpengaruh terhadap respirasi secara

signifikan.

Analisis data terhadap status faali kelinci yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan jenis kelamin,

warna bulu (hitam dan putih), perlakukan ruang (di dalam dan di luar

ruang) diperoleh hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci sebagai

berikut.

Tabel 22. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

perlakuanparameter status faali

temperatur rektal respirasi Pulsusjantan/hitam/dlm 36.9900 ± 0.2778 81.77 ± 5.5927 143.22 ± 8.8802jantan/hitam/luar 37.4300 ± 0.2000 151.76 ± 1.2750 75.8667± 3.6692jantan/putih/dlm 36.9100 ± 0.6879 83.5567 ± 5.4165 131.33 ± 7.2678jantan/putih/luar 36.3333 ± 0.0577 147.1333 ± 2.4826 72.2333 ± 6.8603betina/hitam/dlm 36.5667 ± 0.5396 74.7800 ± 4.24809 120.33 ± 26.2297betina/hitam/luar 37.9433 ± 0.7467 150.67 ± 4.0414 79.1000 ± 2.9866betina/putih/dlm 36.4233 ± 0.8040 80.6633 ± 3.0550 124.11 ± 6.6790betina/putih/luar 37.9033 ± 0.3055 153.3333 ± 2.8148 74.6667 ± 5.6323

Tabel 23. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

Status faaliValues

JK WB RJK*WB JK*R WB*R JK*WB*

RTemp. rektal 0.188NS 0.130NS 0.006 S 0.261NS 0.003S 0.300NS 0.208NS

Respirasi 0.461NS 0.380NS 0.000 S 0.091NS 0.031S 0.148NS 0.621NS

Pulsus 0.192NS 0.381NS 0.000 S 0,419NS 0.063NS 0.998NS 0.372NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

34

dita nur azizah, 05/18/12,
idem
dita nur azizah, 05/18/12,
Idem,,ples sapsi diganti,,spasi 1
Page 35: Laporan Iling

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya pengaruh yang

signifikan pada ruangan terhadap temperatur rektal, respirasi, dan pulsus.

Sedangkan jenis kelamin dan warna bulu tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap status faali kelinci. Interaksi antara jenis kelamin

dan warna bulu, interaksi antara warna bulu dan ruangan, serta interaksi

antara jenis kelamin, warna bulu, dan ruangan tidak memberikan

pengaruh terhadap temperatur rektal, respirasi, dan pulsus. Interaksi jenis

kelamin dan ruangan memberikan pengaruh signifikan terhadap

temperatur rektal dan respirasi.

Acara II

Analisis data terhadap status faali ayam yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan perbedaan

ketinggian tempat, yaitu di dataran tinggi dan di dataran rendah. Hasil uji

perlakuan terhadap status faali ayam adalah sebagai berikut.

Tabel 24. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

perlakuanparameter status faali

temperatur rektal respirasi Pulsusjantan/d.rendah 39.2233 ± 0.3868 22.2200 ± 1.0179 269.33 ± 3.5245jantan/d.tinggi 40.4000 ± 0.3464 36.8667 ± 0.5131 289.63 ± 1.1547betina/d.rendah 40.4433 ± 0.1963 21.9967 ± 1.1547 320.67 ± 8.8216betina/d.tinggi 40.4000 ± 0.1732 33.3000 ± 0.8888 271.30± 21.6654

Tabel 25. Hasil uji perlakuan terhadap status faali ayam

Status faaliValues

JK T JK*TTemp. rektal 0.007S 0.010S 0.007S

Respirasi 0.008S 0.000S 0.014S

Pulsus 0.042S 0.066NS 0.001S

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat adanya pengaruh yang

signifikan pada ketinggian tempat terhadap repirasi dan temperatur rektal.

35

dita nur azizah, 05/18/12,
spasi 1
dita nur azizah, 05/18/12,
idem yang diatas sub bab suhu
Page 36: Laporan Iling

Jenis kelamin juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

temperatur rektal, respirasi dan pulsus ternak.

Analisis data terhadap status faali kelinci yang meliputi temperatur

rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan perbedaan

ketinggian tempat, yaitu di dataran tinggi dan di dataran rendah. Hasil uji

perlakuan terhadap status faali ayam adalah sebagai berikut.

Tabel 26. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

perlakuan Parameter status faalitemperatur rektal Respirasi Pulsus

jantan/d.rendah 37.8100 ± 0.1228 38.6700 ± 0.0000 233.78 ± 2.5251jantan/d.tinggi 36.9333 ± 0.1527 112.97 ± 3.1501 240.30 ± 4.0000betina/d.rendah 38.0000 ± 0.0000 118.200 ± 11.4642 262.87 ± 17.5514betina/d.tinggi 38.6667 ± 0.5774 121.33 ± 2.2188 248.00 ± 5.2716

Tabel 27. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kelinci

Status faaliValues

JK T JK*TTemp. rektal 0.000 S 0.113NS 0.000 S

Respirasi 0.000 S 0.000 S 0.000 S

Pulsus 0.010S 0.467NS 0.086NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya pengaruh yang

signifikan jenis kelamin terhadap temperatur rektal, respirasi, dan pulsus.

Ketinggian tempat juga memberikan pengaruh signifikan terhadap

respirasi. Sedangkan interaksi antara jenis kelamin dan ketinggian tempat

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi respirasi dan

temperature rektal.

Analisis data terhadap status faali kambing yang meliputi

temperatur rektal, respirasi dan pulsus dengan perlakuan perbedaan

perbedaan ketinggian tempat, yaitu di dataran tinggi dan di dataran

rendah. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambing adalah sebagai

berikut.

36

dita nur azizah, 05/18/12,
spasi 1
dita nur azizah, 05/18/12,
spasi 1
Page 37: Laporan Iling

Tabel 28. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambing

perlakuan parameter status faalitemperatur rektal Respirasi Pulsus

jantan/d.rendah 38.7100 ± 0.2306 39.6667 ± 0.3350 60.7400 ± 18.462jantan/d.tinggi 38.6000 ± 0.1000 31.9667 ± 0.5773 68.5567 ± 10.555betina/d.rendah 38.5733 ± 0.2227 40.6633 ± 0.6650 64.6633 ± 1.7669betina/d.tinggi 37.8000 ± 0.0000 28.0667 ± 0.5033 63.8667 ± 1.5011

Tabel 29. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambing

Status faaliValues

JK T JK*TTemp. rektal 0.001 S 0.002 S 0.009S

Respirasi 0.002 S 0.000 S 0.000 S

Pulsus 0.952NS 0.585NS 0.505NS

Keterangan: * = interaksi perlakuan

S = signifikan

NS = non signifikan

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa adanya

pengaruh yang signifikan pada jenis kelamin, ketinggian tempat terhadap

temperatur rektal dan respirasi. Interaksi jenis kelamin dan ketinggian

tempat juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respirasi dan

temperatur rektal.

37

dita nur azizah, 05/18/12,
spasi 1
dita nur azizah, 05/18/12,
idem ma sub bas suhu yang di atas
Page 38: Laporan Iling

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

iklim mikro yang penting bagi lingkungan ternak antara lain adalah curah

hujan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan intensitas

penyinaran. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur iklim mikro yaitu

weather station dan hygrometer.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pengukuran

terhadap status faali, dapat diketahui bahwa pengukuran di dalam

ruangan dan setelah dijemur serta pengukuran di dataran rendah maupun

dataran tinggi memberikan hasil yang berbeda. Faktor yang dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan ternak diantaranya adalah lingkungan

yang meliputi temperatur, kelembaban, dan ketinggian tempat.

38

Page 39: Laporan Iling

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Analisis Klimatologi. Available at http://mysimplebiz.info/tutorial. Accessed by 8 Mei 2012

Anonim. 2012. Dasar-dasar lmu Klimatologi. Available at http://f4iz4l.blogspot//tutorial. Accessed by 8 Mei 2012

Anonim. 2012. Kelembaban udara. Available at http://www.pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../13039-1-325714992571.doc. Accessed by 28 April 2012

Anonim. 2012. Ketinggian tempat. Available at http://www.oocities.org/h_artono/bantul/geografi.htm. Accessed by 28 April 2012

Anonim. 2012. Radiasi sinar matahari. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_Matahari. Accessed by 8 Mei 2012

Anonim. 2012. Suhu udara. Available at http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm Accessed by 28 April 2012

Dukes, H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Company : Ithaca New York.

Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada. Yogyakarta.

Frandson, R.D. 1996. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kartasapoetra. 1993. Pengantar Iklim. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Kasip, L.M. 1995. Kemampuan Kerja, Dinamika Fisiologis Dan Metabolit Darah Sapi Bali Betina Dalam Mengolah Lahan Pertanian Berdasarkan Lebar Mata Bajak. Tesis S2. Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Prawirowardoyo. S. 1996. Meteorologi. Penerbit ITB. Bandung

Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.

39

Page 40: Laporan Iling

Swenson. M. O. 1997. Dukes Physiology of Domestic Animal. Second Edition. The English Language Book Society and Loghman Gropup Limited. English.

Swenson, M. J. dan Reece, W. O. 1993. Dukes’ Physiology of Domestic Animals. 11th edition. Comstok Publishing Associates a division of Cornell University Press. Ithaca.

Tjasjono. Bagong. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Williamson, G dan W.J.A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

40

Page 41: Laporan Iling

LAMPIRAN

41