laporan II ektum

download laporan II ektum

of 15

Transcript of laporan II ektum

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Ekologi merupakan suatu ilmu yang membahas mengenai keragaman dan persebaran makhluk hidup beserta kaitannya dengan komponen lain yang ada di sekitarnya. Salah satu cabang ilmu ekologi, yaitu ekologi tumbuhan membahas lebih jauh mengenai hubungan timbal balik antara tumbuhan dengan komponen lain dalam suatu ekosistem. Keragaman dan persebaran tumbuhan merupakan aspek terpenting yang dibahas dalam kajian ilmu ekologi tumbuhan ini. Dalam ekosistem tersebut akan selalu ada interaksi antara tumbuhan yang ada. Interaksi ini akan memunculkan dua jenis interaksi, baik itu interaksi yang positif maupun interaksi yang negatif. Kehadiran satu jenis tumbuhan dapat mempengaruhi kehadiran jenis tumbuhan lain pada satu daerah yang berdekatan. Hubungan atau interaksi antar dua jenis tumbuhan inilah yang disebut sebagai asosiasi antara dua tumbuhan. Kehadiran tumbuhan jika dibandingkan dengan kehadiran tumbuhan lain pada satu tempat yang sama akan menunjukkan bentuk sosiasi antara kedua jenis tumbuhan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada beberapa sampel daerah dan

membandingkan tingkat kehadiran antara dua jenis tumbuhan. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya praktikum ini, yakni agar kita dapat mengamati secara langsung bentuk asosiasi dari berbagai jenis tumbuah denga tumbuhan lain di sekitarnya pada beberapa wilayah sampel pengamatan. B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar kita dapat mengetahui indeks nilai penting tanaman herba dan indeks nilai penting tanaman semak C. Manfaat Melalui praktimum ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui cara menetukan indeks nilai penting tanaman semak dan herba, sehingga dapat megaplikasiakan pengetahuan yang didapatkan dari mata kuliah ekologi tumbuhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Ekologi tumbuhan kadang-kadang kajian tentang aspek ekologinya hanya pada tingkat populasi tumbuh-tumbuhannya saja.Kajian tersebut dinamakan autekologi (ekologi populasi), misalnya tentang aspek tahap-tahap kehidupannya atau respon dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan. Jika kajiannya meliputi berbagai populasi tumbuhan dari bermacam-macam jenis (masyarakat tumbuhan) maka kajiannya disebut sinekologi (ekologi komunitas), misalnya interaksi tumbuh- tumbuhan satu sama lain dalam memanfaatkan air dan nutrien atau persebarannya(Anonim, 2011). Ekologi terutama memperhatikan tingkat-tingkat system di atas tingkat organism. Dalam ekologi, istilah populasi yang asalanya berarti segolongan masyarakat, diperluas pengertiannya menjadi sekumpulan individu dari jenis (spesies) yang sama. Demikian pula komunitas dalam pengertian ekologi, merupakan kumpulan populasi yang menempati satu daerah tertentu(Ryanto.dkk,1985). Konsep komunitas adalah penting di dalam praktek ekologi sebab apa yang terjadi dengan komunitas akan dialami juga oleh organisme. Jadi, sering merupakan cara yang terbaik untuk mengandalikan suatu organism tertentu, apakah kita ingin mendukung atau ingin memusnahkannya, adalah dengan cara mengubah komunitasnya daripada menyerang langsung pada organismenya(Odum, 1996). Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu.Jika suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi.Tipetipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan tumbuhan dominan tau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan karakteristik (Harjosuwarno, 1990).

Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang

struktur dan

komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah.Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001). Para ahli tidak hanya menggunakan luas minimum dalam meneliti vegetasi, tetapi juga menggunakan luas tertentu yang sudah ditentukan, misalnya 10x20 m2 untuk komunitas hutan dan kemudian melakukan penggulangan dengan ukuran tersebut sampai didapat jumlah minimum yang mewakili vegetasi. Andaikan dengan mengamati vegetasi padang rumput dengan ukuran kuadrat 1x1 m2, maka kita harus mencari berapa kuadrat yang diperlukan agar sebagian besar spesies yang ada di dalam komunitas termasuk ke dalam pencuplikan (Hiola,2008). Suatu cara menentukan pola dapat ditentukan dengan cara sampling vegetasi dengan tehnik kuadran acak yang mempunyai ukuran kuadrat sesuai pada setiap kuadran dikerjakan, hadir dan tidak hadirnya sembarang dua(atau semua) spesies dicatat, kemudian disusun dalam tabel contigensy. Tabel tersebut merupakan data pengamatan(observasi). Data yang diharapkan(expected) mengasumsikan bahwa distribusi dua taksa yang diamati adalah secara acak lengkap, dapat dibandingkan dengan rumus kali-kuadran (Hardjosuwarno, 1990).

Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya (spesies ricaness) jumlah yang mereka miliki. Mereka juga berada dalam dalam kelimpahan relatif (relatif abdance), spesies, beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Istilah keragaman spesies seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi. Mepertimbangkan kedua komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Campbell, 2004). Ekologi ialah ilmu yang mengkaji interaksi antara member dan menerima, antara stimulus dan umpan balik. Interaksi disini mengandung unsur korelasi antara ubahan yang satu dengan ubahan lain, misalnya salinitas sebagai salah satu ubahan dapat menentukan populasi udang, tetapi udang sebagai ubahan tidak mesti dapat mempengaruhi salinitas. Populasi hama wereng sebagai suatu ubahan terpengaruh oleh populasi tanaman padi sebagai ubahan lain. Jika tanaman padi nol populasinya alias tidak ditanam maka populasi hama wereng menjadi nol juga. Sebaliknya populasi tanaman padi dipengaruhi juga oleh populasi hama wereng yaitu jika populasi hama wereng sangat besar maka populasi tanaman padi dapat menjadi nol(Soetjipta,1994).

BAB III METODE PRAKTIKUMA. Alat dan bahan

a. Alat 1. Patok 2. Meteran 3. Tali rafia 4. Kamera a. Bahan 1. Tumbuhan yang diamati A. Cara Kerja1. Menentukan tempat terbuka, ternaung dan antara terbuka dan ternaung,. 2. Meletakkan plot berukuran 1 x 1 m di tempat tersebut secara acak. 3. Mencatat semua jenis tumbuhan herba yang berada pada plot tersebut dan

menentukan persentase penutupan tajuknya.4. Melakukan pengamatan sebanyak 100 plot untuk setiap tempat.

BAB IV HASIL DANPEMBAHASAN

A.Hasil Pengamatan 1.Tempat terbuka

No

Spesies

Dominan si

Frekuen si

Dominan si Mutlak

Dominan si Relatif

Frek Mutla k 0.7 0.3 0.6 1.6 Frek Mutla k 0.1 0.3 0.7 1.1

Frek Relati f 43.75 18.75 37.5 100 Frek Relat if 2.34 38 25.3 91 72.2 66 100

INP 76.85 8 44.42 6 78.71 6 200 0.95 64 1.50 45 0.93 25

H' 0.36 8 0.33 4 0.36 7 1.06 9

0.

1 2 3 JUMLA H

A D Ipomea aquatic

245 190 305 740 Domina nsi

7 3 6

24.5 19 30.5 74

33.108 25.676 41.216 100 Domina nsi Relatif 2.3438 25.391 72.266 100

0.384 0.222 0.394

No

Spesie

Frekue nsi

Domina nsi Mutlak 1.5 16.25 46.25 64

INP 4.68 75 50.7 81 144. 53 200 0.02 34 0.25 39 0.72 27 3.75 34 1.37 08 0.32 48

H' 0.08 8 0.34 81 0.23 47 0.67 08

0

1 2 3 JUMLA H

A D Ipomea aquatic

15 162.5 462.5 640

1 3 7

No

Spesie

Domina nsi

Frekue nsi

Domina nsi Mutlak 22.5 11.75 3.25 37.5

Domina nsi Relatif 60 31.333 8.6667 100

Frek Mutla k 0.4 0.3 0.3 1

Frek Relat if 40 30 30 100

INP 0.69 3 1.18 2 1.64 3

H' 0.34 7 0.36 2 0.31 8 1.02 7

e 0.02 74

R

1

A D Ipomea aquatic

225 117.5 32.5 375

4 3 3

100 61.3 3 38.6 7 200

0.5 0.30 7 0.19 3

0.7 7

2

3 MLA H

No

Spesie

Dominan si

Frekuen si

Domina nsi Mutlak 36.75 15.75 52.5

Dominan si Relatif

Frek Mutla k 0.7 0.5 1.2

Frek Relatif 58.333 33 41.666 67 100

INP 128.33 33 71.666 67 200 0.6416 67 0.3583 33 0.443 69 1.026 29

1 2 jumla h

A Ipomea aquatic

367.5 157.5 525

7 5

70 30 100

1. Tempat Setengah ternaungNo 1 Spesie C Dominans i 500 Frekuens i 8 Dominans i Mutlak 50 Dominans i Relatif 100 100 Frek Mutlak Frek Mutlak 0.8 Frek 0.8 Relati f 33.33 66.67 100 Frek Relatif 100 100 INP 44.0 5 155. 95 200. 00 0.2 2 0.7 8 INP 200 200 1.51 3 0.24 9 1 H' 0

JUML;AH Spesie No 1 A 2 JUMLA H C

500 Domina Frekue nsi nsi

Domina 50 Domina nsi nsi Mutlak Relatif 1.5 12.5 14 10.71 89.29 100.00

e

15 125 140

1 2

0.1 0.2 0.3

0.33 0.19 0.53

0.0238 02

3.Tempat BernaungNo Spesie Commelina nudiflora Imperata cylindrica Dominan si Frekue nsi Domina nsi Mutlak 1.5 30.01 Domina nsi Relatif 4.5441 90.912 Frek Mutl ak 0.1 1 Frek Rela tif 8.33 3 83.3 3 INP 12.8 77 174. 25 0.06 4 0.87 1 2.7 4 0.1 H' 0.17 7 0.12

0

1 2

15 300.1

1 10

3 jumla h

Markisa liar

15 330.1

1

1.5 33.01

4.5441 100

0.1 1.2

8.33 3 100

12.8 77 200

0.06 4

4 2.7 4

0.17 7 0.47 3

No 1 2 3 4 JUML AH

Spesie Clytoria ternatea Cynodon dactylon F Imperata cylindrica

Domina nsi 85 15 165 80 345

Frekue nsi 5 1 8 8

Domina nsi Mutlak 8.5 1.5 16.5 8 34.5

Dominan si Relatif 24.6377 4.34783 47.8261 23.1884 100

Frek Mutl ak 0.5 0.1 0.8 0.8 2.2

Frek Relati f 22.72 73 4.545 45 36.36 36 36.36 36 100

INP 47.36 5 8.893 3 84.19 59.55 2 200 0.236 8 0.044 5 0.420 9 0.297 8 1.44 3.11 3 0.86 5 1.21 1

0.3

0.1

0.3

0.3

1.2

No

Spesie Axonopus compressus Clitoria ternatea Commelina nudiflora F

Domina nsi

Frekuens i

Dominan si Mutlak

Dominansi Relatif

Frek Mutla k 0.1 0.6 0.5 0.9

Frek Relati f 4 24 20 36

INP 0.021 6 0.198 0.139 8 0.508 3.8 4 1.6 2 1.9 7 0.6

H'

1 2 3 4

2.5 122.5 62.5 515

1 6 5 9

0.25 12.25 6.25 51.5

0.32 15.61 7.96 65.61

4.32 39.61 27.96 101.6 1

0.083

0.321

0.275 0.344

5 6 JUMLA H

Imperata cylindrica Markisa liar

15 67.5 785

1 3

1.5 6.75 78.5

1.91 8.60 100

0.1 0.3 2.5

4 12 100

5.91 20.60 200.0 0

0.029 6 0.103

8 3.5 2 2.2 7

0.104

0.234

1.361

B.Pembahasan 1.Tempat terbuka

2.Setengah ternaung

3.Ternaung

B. Pembahasan Pengamatan yang dilakukan kali ini bertujuan untuk dapat mengetahui pola distribusi dari suatu speies.Seperti yang telah diketahui, bahwa pola distribusi dari suatu spesies terdiri atas tiga macam pola distribusi.Diantaranya adalah pola distribusi acak, pola dsitribusi teratur, dan pola dsitribusi teratur.Dimana untuk dapat mengtahui pola distribusi tersebut dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan transek atau garis semua pada suatu wilayah. Pengamatan ini dilakukan pada tiga tempat yang berbeda, yakni tempat terang, tempat setengah ternaung, dan tempat ternaung. Pada ketiga tempat tersebut dibuat transek sepanjang 100 m. Setiap transek terdiri atas 100 plot, yang masingmasing plot berjarak 1 m. plot tersebut diatur secara berselang-seling di samping kiri dan kanan transek. Data yang diperoleh kmudian diolah untuk dapat menentukan pola distribusi dari spesies tumbuhan yang ada di wilayah tersebut. Penentuan pola distribusi spesies ditentukan berdasarkan kesimpulan yang ada, yakni apabila chi hitung lebih kecil daripada chi table maka Ho diterima.Hal ini menandakan bahwa pola distribusi spesies yang diamati merupakan pola

distribusi acak.Sedangkan apabila chi hitung lebih besar daripada chi table maka Ho ditolak.Hal ini menandakan bahwa pola distribusi spesies tersebut merupakan pola distribusi berkelompok atau teratur.Apabila Ho tersebut ditolak maka analisis perlu dilanjutkan untuk dapat menentukan pola distribusi yang terjadi.Apabila rasio variansi terhadap rata-rata lebih besar dari 1 maka distribusi spesies tersebut merupakan pola distribusi mengelompok.Namun apabila rasio variansi terhadap rata-rata kurang dari 1 maka pola distribusi dari spesies yang diamati merupakan pola distribusi teratur.Adapun nilai kepercayaan dari chi table tersebut adalah 95 %.Menurut Anonim (2011), Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu

relative terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi biasbermacam macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu : penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok. Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu individu yang kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di alam, tetapi umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman atau pohon memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk menghasilkan produk yang optimal. Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam. Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkunganya sangat seragam unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat sifat untuk berkelompok dai organisme tersebut,, dalam tumbuhan ada bentuk bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan. Penyebaran secara merata, umum terdapat padaa

tumbuhan.Penyebaran seacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat diantara individu individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya untuk mendapatkan nutrisi dan ruang

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan Pola distribusi yang terbentuk pada suatu spesies terdiri atas tiga macam pola distribus, diantarnya adalah pola distribusi teratur.Pola ini jarang ditemukan pada spesies yang tumbuh liar.Selanjutnya adalah pola distribusi acak, pola ini terjadi agar setiap spesies dapat saling menyebar untuk mendapatkan zat haranya. Dan yang terakhir adalah pola distribusi mengelompok yang amat umum ditemukan pada berbagai habitat B. Saran 1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan pola distribusi spesies 2. Sebaiknya praktikan objektif dalam proses pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym 1. 2011. Konsep Dasar Ekologi Tumbuhan. http://bio.UI.konsep-dasar-ekologitumbuhan.html. Diakses pada tanggal 21 oktober 2011. Anonym 2. 2011. Prinsip-Prinsip Ekologi..http://0027 Bio 1-6b.htm.Diakses pada tanggal 21 Oktoberl 2011. Campbell, Neil.A, Mitchell, Ritche. 2004. Biologi Jilid 4. Erlangga.Jakarta. Odum, Eugene P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta. Hiola, St Fatmah dan Djumarirmanto. 2008. Penuntun Ekologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi Universitas Negeri Makassar. Ryanto,dkk. 1985. Ekologi Dasar. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Ujung Pandang Soetjipta.1994. Dasar-Dasar Ekologi Hewan.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Dan Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan.Yogyakarta. Supriatno, B. 2001.Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan.FP MIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.