Laporan Hidrologi Sei Deli

download Laporan Hidrologi Sei Deli

of 76

description

hidrollogy report of deli river

Transcript of Laporan Hidrologi Sei Deli

SID Intake Dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota Medan

KATA PENGANTARSehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan SID. Intake dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota Medan yang pelaksanaannya dipercayakan kepada PT. Global Parasindo Jaya, yang berkedudukan di Jalan Teuku Umar Lr. Sentosa No. 3B Banda Aceh Telp./Fax. +62 651 47615, dengan Surat Perjanjian Kerja / Kontrak Nomor : HK.02.03/PK.PP/Satker BWS.SII/08/2011, tanggal 20 Juni 2011, maka bersama ini kami sampaikan:LAPORAN PENDAHULUANPenyusunan laporan ini sesuai dengan persyaratan administrasi yang ditetapkan, Laporan Pendahuluan ini berisikan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup kegiatan. Disamping itu pula dijabarkan mengenai gambaran umum wilayah studi, pendekatan dan metodologi, manajemen organisasi pelaksanaan pekerjaan serta pengumpulan data dan hasil tinjauan awal. Penyusunan laporan ini juga dimaksudkan sebagai bahan diskusi dalam diskusi laporan pendahuluan dengan pengguna jasa dan stakeholder lainnya guna memberikan masukan dan arahan dalam pelaksaan kegiatan.Demikian laporan ini disampaikan, atas kerja sama dan kepercayaanya kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Juli 2011PT. Global Parasindo Jaya

Ir. Bambang Soemantri Dip. HE.Ketua Tim

D A F T A R I S IKATA PENGANTARiD A F T A R I S IiiDAFTAR TABELivDAFTAR GAMBARvBAB 1 PENDAHULUAN1-11.1Latar Belakang1-11.2Maksud dan Tujuan1-11.3Ruang Lingkup KegiatanError! Bookmark not defined.1.4Lokasi PekerjaanError! Bookmark not defined.BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDIError! Bookmark not defined.2.1UmumError! Bookmark not defined.2.2Kondisi GeografisError! Bookmark not defined.2.3Iklim dan HidrologiError! Bookmark not defined.2.4Geologi RegionalError! Bookmark not defined.2.5Survey Lapangan PendahuluanError! Bookmark not defined.2.6Kualitas Air Sungai DeliError! Bookmark not defined.2.7Pemilihan AlternatifError! Bookmark not defined.BAB 3 PENDEKATAN DAN METODOLOGIError! Bookmark not defined.3.1UmumError! Bookmark not defined.3.2Pekerjaan PersiapanError! Bookmark not defined.3.2.1Persiapan/Administrasi, MobilisasiError! Bookmark not defined.3.2.2Pengumpulan Data SekunderError! Bookmark not defined.3.2.3Orientasi LapanganError! Bookmark not defined.3.2.4Menyusun Program Kerja & RMKError! Bookmark not defined.3.3Pekerjaan Hidrologi3-213.3.1Survai Hidrometri3-213.3.2Metodologi Kerja Survey Hidrometri3-233.3.3Analisis Hidrologi3-233.4Pekerjaan Survey dan Investigasi3-263.4.1Survai Topografi3-263.4.2Keluaran Kegiatan Survai Topografi3-283.4.3Investigasi Geoteknik3-293.5Perencanaan Detail3-313.5.1Desain Bangunan Penyedia Air Sei Deli3-313.5.2Perencanaan Saluran Transmisi (Perpipaan)3-383.5.3Perencanaan Pompa3-413.5.4Penggambaran Detail Design dan Penyajiannya3-433.5.5Perhitungan Bill Of Quantity3-463.5.6Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan3-46BAB 4 RENCANA KERJA DAN MANAJEMEN ORGANISASI4-14.1Rencana Kerja4-14.1.1Pekerjaan Persiapan4-14.1.2Pekerjaan Hidrologi4-24.1.3Pekerjaan Survey Topografi4-24.1.4Pekerjaan Survey Geologi dan Mekanika Tanah4-34.1.5Pekerjaan Perencanaan Detail4-44.1.6Rencana Anggaran Biaya4-54.1.7Pembuatan Laporan4-64.2Struktur Organisasi4-94.3Jadwal Pelaksanaan4-94.4Jadwal Penugasan Personil4-94.5Jadwal Penggunaan Peralatan4-9BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5-15.1Kesimpulan5-15.2Saran5-1PHOTO DOKUMENTASIa

DAFTAR TABELTabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan penduduk Kota MedanError! Bookmark not defined.Tabel 2.2 Persentase Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kecamatan.Error! Bookmark not defined.Tabel 2.3. Kriteria Penilaian IndikatorError! Bookmark not defined.Tabel 2.4. Penilaian Pemilihan AlternatifError! Bookmark not defined.Tabel 3.1. Berkurangnya efisiensi mesin3-35Tabel 3.2. Kebutuhan Bahan bakar Maksimum untuk stasiun pompa yang baik3-37Tabel 3.3. Klasifikasi Aliran Menurut Angka Reynold3-39Tabel 3.4. Harga Kekasaran Untuk Pipa3-40Tabel 3.5. Skala Gambar3-43

DAFTAR GAMBARGambar 1.1. Peta Lokasi Rencana Intake dan Rencana Saluran Pipa Transmisi Alternatif 1A & 2A1-3Gambar 2.1. Pengambilan contoh air baku sungai DeliError! Bookmark not defined.Gambar 3.1. Bagan Alir Pelaksanaan PekerjaanError! Bookmark not defined.Gambar 3.2. Alat Ukur Kecepatan3-22Gambar 3.3. Kedalaman Pengukuran3-22Gambar 3.4. Penampang Pengukuran Vertikal3-23Gambar 3.5.Contoh hidrograf berbagai kala ulang dengan Metode Nakayasu, Gama-1 dan SCS3-26Gambar 3.6. Contoh Titik Ikat Referensi Nasional3-27Gambar 3.7. Pengukuran dengan Total Station Laser (Tanpa prisma)3-28Gambar 3.8. Tahapan dan alat yang digunakan dalam Survai Topografi3-29Gambar 3.9. Penyelidikan model Habermaas, yang memperlihatkan banyaknya sedimen yang masuk ke dalam pengambilan3-33Gambar 3.10. Pintu aliran bawah3-33Gambar 3.11. Koefisien K untuk debit tenggelam (dari Schmidt)3-33Gambar 3.12. Koefisien debit untuk permukaan pintu datar atau lengkung3-34Gambar 3.13. Variasi dalam perencanaan roda sudut (impeller), kecepatan spesifik dan karakteristik tinggi energi-debit pompa3-36Gambar 3.14. Tipe-tipe stasiun pompa tinggi energi rendah3-37Gambar 3.15. Garis Hidrolik dan Garis Energi Pada Aliran Pipa3-38Gambar 3.16. Bagan Alir Penggambaran Cross Setion3-44Gambar 3.17. Bagan Alir Penggambaran Situasi3-45Gambar 3.18. Bagan Alir Penggambaran Long Section3-45Gambar 4.1. Diagram Rencana Pelaksanaan Pekerjaan4-8Gambar 4.2. Hubungan Struktur Organisasi Pengguna Jasa dengan Konsultan4-11Gambar 4.3. Struktur Organisasi Konsultan4-12Gambar 4.4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan4-13Gambar 4.5. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli4-14Gambar 4.6. Jadwal Penggunaan Peralatan4-15SID Intake Dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota MedanT.A. 2011

LAPORAN HIDROLOGI | PENDAHULUAN1-2

PENDAHULUANLatar Belakang Penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Medan selama ini dilayani oleh PAM TIRTANADI, yang sumber airnya diambil dari air tanah dan air permukaan. Sebahagian daerah di beberapa kecamatan tidak dapat terlayani sepenuhnya akan kebutuhan air minum terutama untuk daerah Medan Utara (Medan Deli, jumlah keluarga 37.283, yang menikmati air ledeng 47%, Medan Labuhan, jumlah keluarga 23.747 , yang menikmati air ledeng 97%, Medan Marelan, jumlah keluarga 27.392 , yang menikmati air ledeng 85% dan Medan Belawan, jumlah keluarga 23.595 , yang menikmati air ledeng 67%). Untuk menambah kebutuhan layanan akan air bersih PAM TIRTANADI akan menambah kapasitas produksi sebesar 200 ltr/det yang bersumber dari Sungai Deli. Untuk memenuhi kebutuhan air baku di kawasan Martubung dan Medan Utara, maka Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai Sumatera II, akan melaksanakan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Intake dan Jaringan Transmisi sei Deli pada TA 2011. Maksud dan Tujuan Maksud :Melaksanakan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Intake dan Saluran Transmisi Sei Deli 200 ltr/det. Tujuan :Tersedianya suatu Perencanaan (Detail Desain) bangunan pengambilan serta jaringan transmisi untuk pemenuhan kebutuhan air baku dan hasil SID ini nantinya dapat dipedomani dalam tahap pelaksanaan konstruksi.Sasaran : Terpenuhinya layanan akan kebutuhan air baku Menambah kapasitas produksi PAM TIRTANADI sebesar 200 ltr/det. Lingkup Bahasan Analisa hidrologi pada kajian ini dimaksudkan untuk menunjang perencanaan Studi Penyediaan Air Baku Kabupaten Langkat yang meliputi : Analisis curah hujan kawasan Pemeriksaan data curah hujan Analisis data curah hujan Analisis ketersediaan air Analisis debit banjir rencanaSistematika PenyajianPenyusunan laporan hidrologi ini dibagi menjadi 6 bab, yang terdiri dari :1. BAB I PendahuluanLatar belakang dilakukannya analisa hidrologi, hal-hal yang disajikan dalam analisa ini, kegunaan masing-masing jenis analisa, serta sistematika penyajian laporan.2. BAB II Pengumpulan DataBerisi tentang data-data yang ada yang diperlukan untuk melakukan analisa hidrologi. Jenis data yang disajikan dalam laporan ini adalah data curah hujan, data klimatologi, data debit.3. BAB III Analisa Curah HujanMenyajikan bagaimana mengolah data hujan yang ada menjadi curah hujan daerah, meliputi pengisian data, uji konsistensi, pengamatan pengaruh stasiun hujan pada DAS.4. BAB V Debit Aliran RendahBerisi tentang pengolahan data hujan menjadi data debit, yang akan sangat berguna apabila pada daerah lokasi kajian tidak diperoleh data debit guna perencanaan selanjutnya. Perhitungan debit aliran rendah yang dipakai yaitu dengan analisa Tank Model.5. BAB VI Debit Banjir RencanaBerisi tentang perhitungan debit banjir dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100, dengan terlebih dahulu menentukan tinggi hujan rancangan dan distribusi hujan. Analisa yang digunakan adalah metode Nakayasu, Snyder, dan Gamma I.Lokasi PekerjaanLokasi pekerjaan SID Intake dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota Medan berada di Kota Medan Kecamatan Medan Deli. Lokasi pekerjaan disajikan pada peta di bawah ini yang bersumber dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS-II).

Gambar 1.1. Peta Lokasi Rencana Intake dan Rencana Saluran Pipa Transmisi Alternatif 1A & 2ASID Intake Dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota MedanT.A. 2011

LAPORAN HIDROLOGI | PENDAHULUAN1-3

PENGUMPULAN DATA Pada Bab ini dipaparkan data yang dibutuhkan dalam analisa hidrologi berupa data sekunder (data curah hujan, data klimatologi dan data debit) atau data primer (data hasil pengukuran).Pengumpulan data curah hujan akan diambil dari stasiun hujan yang berdekatan dengan lokasi kegiatan yang dikeluarkan oleh Direktorat Meteorologi dan Geofisika Pusat maupun didaerah.Semakin banyak data stasiun hujan yang diperoleh akan semakin baik data yang akan didapat. Namun perlu diperhatikan tidak semua data stasiun hujan tersebut dapat digunakan lihat dahulu daerah pengaruh hujan kawasannya.Data Curah HujanKegiatan SID Intake dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota Medan digunakan data hujan terdekat yaitu stasiun hujan Belawan, Polonia, Tuntungan dan Tongkoh. Stasiun hujan Polonia, Tuntungan dan Tongkoh mewakili daerah hulu dari rencana lokasi intake, sedangkan stasiun hujan Belawan mewakili daerah hilir. Panjang data hujan yang dapat pada setiap stasiun hujan adalah sebagai berikut : Stasiun Hujan Belawan dari tahun 1991 sampai 2008 Stasiun Hujan Polonia dari tahun 1990 sampai tahun 2008 Stasiun Hujan Tuntungan dari tahun 1994 sampai tahun 2009 Stasiun Hujan Tongkoh 1991 sampai tahun 2010Data curah hujan harian maksimum rata-rata pada setiap stasiun disajikan pada lampiran.Data Curah Hujan Stasiun BelawanTinggi curah hujan tahunan rerata di stasiun Belawan sebesar 140,2 mm, curah hujan rerata terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 396 mm, dan hujan rerata terkecil pada tahun 2002 sebesar 81 mm. Curah hujan harian maksimum bulanan dari stasiun hujan Belawan disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1. Data Curah Hujan Harian Maksimum Bulanan Stasiun BelawanThnJanFebMarAprMayJunJulAugSepOctNovDecMax

199143.510.09.811.844.0102.065.543.060.073.0126.840.6126.8

199241.535.07.627.342.818.020.050.088.440.030.880.088.4

199347.38.249.750.051.067.5114.671.354.850.0113.354.5114.6

199436.5109.049.368.241.466.010.777.9155.689.860.036.0155.6

199522.730.441.46.452.330.822.1100.0122.846.995.582.7122.8

19967.116.465.557.077.424.860.470.523.189.657.9107.6107.6

199720.336.060.049.33.488.438.844.494.270.041.969.694.2

199855.315.92.50.762.226.487.0110.075.4106.274.0203.1203.1

199980.8146.1121.179.561.8110.1113.959.5127.2111.0104.5138.3146.1

200040.046.883.522.870.641.93.453.279.685.347.027.585.3

200183.726.140.544.9120.0135.8104.6118.045.0132.880.0121.1135.8

200228.01.012.414.443.781.021.323.034.746.736.238.881.0

200364.528.34.847.270.338.8140.317.026.360.059.768.1140.3

200434.019.781.419.223.039.886.737.152.691.283.042.491.2

200525.910.520.934.078.220.427.4142.699.769.151.249.8142.6

200666.220.060.084.055.696.690.0115.2118.087.846.8396.0396.0

200749.050.830.535.084.240.057.663.299.898.0102.579.3102.5

200817.28.694.821.737.8101.3114.90.094.195.0108.5190.0190.0

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2011Data Curah Hujan Stasiun PoloniaTinggi curah hujan tahunan rerata di stasiun Polonia sebesar 102.4 mm, curah hujan rerata terbesar terjadi pada tahun 2001 sebesar 170.8 mm, dan hujan rerata terkecil pada tahun 2002 sebesar 74.6 mm. Curah hujan harian maksimum bulanan dari stasiun hujan Polonia disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 2.2. Data Curah Hujan Harian Maksimum Bulanan Stasiun PoloniaThnJanFebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNopDesMax

199038.558.047.333.480.116.259.536.068.771.461.434.780.1

199123.016.043.666.468.651.845.030.664.475.980.754.180.7

199266.411.613.494.665.538.638.346.888.255.035.738.594.6

199341.712.939.341.563.334.367.456.090.463.957.257.890.4

199428.620.554.453.052.896.242.660.246.137.073.739.196.2

1995117.850.189.422.955.556.349.681.738.969.956.067.9117.8

199624.524.262.963.231.348.758.636.262.90.075.635.775.6

199742.045.735.442.025.867.261.040.8105.043.966.151.6105.0

199858.124.116.012.661.629.473.868.757.581.473.874.981.4

199974.176.460.468.662.9130.712.814.1120.051.669.1159.9159.9

20009.019.159.233.316.859.148.761.9138.366.028.142.9138.3

200147.16.173.879.659.076.142.072.4105.7153.378.7170.8170.8

200243.426.327.216.649.352.846.274.642.069.058.214.974.6

200348.026.653.073.938.860.081.869.297.697.457.445.997.6

200474.281.0100.234.614.677.842.480.772.667.234.652.6100.2

200544.317.721.755.665.80.062.942.670.426.987.954.687.9

200663.636.084.853.663.870.032.546.884.359.646.4124.8124.8

200737.47.026.185.288.237.047.072.659.967.672.057.288.2

200867.46.620.351.550.011.664.028.552.276.082.436.282.4

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2011Data Curah Hujan Stasiun TuntunganTinggi curah hujan tahunan rerata di stasiun Tuntungan sebesar 128.3 mm, curah hujan rerata terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 270 mm, dan hujan rerata terkecil pada tahun 2004 sebesar 76 mm. Curah hujan harian maksimum bulanan dari stasiun hujan Tuntungan disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 2.3. Data Curah Hujan Harian Maksimum Bulanan Stasiun TuntunganThnJanFebMarAprMayJunJulAugSepOctNovDecMax

199445.777.483.876.7148.555.545.039.845.048.154.646.2148.5

199524.221.895.023.386.164.616.751.749.993.057.848.095.0

199647.967.917.648.665.569.187.025.056.477.5141.581.0141.5

199743.427.035.032.515.031.227.636.047.521.7126.819.5126.8

199879.336.056.75.032.066.255.089.558.8128.083.058.3128.0

199994.074.035.083.066.067.222.092.069.066.075.084.094.0

200012.027.573.087.031.032.062.056.093.058.532.078.093.0

200187.040.057.527.063.0100.0104.074.079.0145.097.086.0145.0

200243.030.057.556.045.010.077.055.099.090.070.057.099.0

200358.0118.046.064.581.091.075.087.094.098.066.061.0118.0

200424.021.057.059.048.046.068.052.076.048.530.066.076.0

2005190.030.060.050.075.054.042.041.035.646.020.079.5190.0

200629.0159.038.056.056.0117.549.038.064.089.097.084.0159.0

200736.040.013.0270.060.032.583.046.060.0219.0113.0113.0270.0

200864.939.042.066.051.046.033.052.083.062.057.054.083.0

200938.062.052.038.069.066.025.025.072.086.00.00.086.0

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2011Data Curah Hujan Stasiun TongkohTinggi curah hujan tahunan rerata di stasiun Tongkoh sebesar 85.8 mm, curah hujan rerata terbesar terjadi pada tahun 2004 sebesar 122 mm, dan hujan rerata terkecil pada tahun 1996 sebesar 45 mm. Curah hujan harian maksimum bulanan dari stasiun hujan Tongkoh disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 2.4. Data Curah Hujan Harian Maksimum Bulanan Stasiun TongkohThnJanFebMarAprMayJunJulAugSepOctNovDecMax

199141.029.050.0--35.020.013.025.044.0-40.050.0

199245.038.045.090.051.015.034.050.030.042.056.088.090.0

199363.016.044.089.061.028.0-40.070.072.045.070.089.0

199445.095.067.046.060.025.08.031.064.065.057.030.095.0

199545.048.052.056.048.061.046.050.090.055.046.0-90.0

199642.043.045.036.018.013.025.0-11.026.0--45.0

199715.04.0-22.012.028.023.023.044.043.046.015.046.0

1998---30.580.0-43.054.074.051.025.054.080.0

199963.036.048.049.075.045.019.091.068.061.075.089.091.0

2000-59.056.025.017.012.033.086.050.018.041.023.086.0

200188.054.051.037.030.052.029.018.048.049.027.070.088.0

200255.054.058.086.073.046.037.018.034.037.092.087.092.0

200357.754.068.073.025.046.041.053.030.018.056.063.073.0

200431.056.036.047.052.032.051.030.044.041.0122.071.0122.0

200581.041.053.059.025.08.019.042.037.035.040.067.081.0

2006-62.027.0114.050.046.019.042.049.085.055.050.0114.0

200750.0112.037.044.068.064.036.044.027.076.038.053.0112.0

200823.049.084.066.018.045.061.078.057.057.042.050.084.0

200981.035.060.094.047.027.015.020.032.091.053.059.094.0

201070.034.046.079.058.046.056.058.053.017.094.077.094.0

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2011Data Klimatologi Data klimatologi yang digunakan untuk SID Intake dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota Medan adalah berasal dari Stasiun BMG Belawan. Umumnya data klimatologi yang digunakan adalah data klimatologi yang digunakan dalam perhitungan evapotranspirasi. Data klimatologi ini meliputi data temperature, kecepatan angin, kelembaban relative dan pengupan air yang disajikan pada tabel dibawah ini.

KeteranganJanPebMarAprMeiJunJulAgtSepOktNopDes

Suhu C26.8327.0527.5928.2227.8528.2327.8627.3927.3526.7327.0126.50

Kelembaman Relatif (%)85.2884.6983.1983.1083.2383.3283.3682.4385.2685.9286.0186.62

Kecepatan Angin (mil/hr)3.493.753.353.423.403.503.413.393.082.952.993.27

Penyinaran Matahari (%)54.1558.1764.4460.6563.7357.7558.4256.4242.9640.8141.9941.66

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, 2011

SID Intake Dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota MedanT.A. 2011

LAPORAN HIDROLOGI | ANALISA CURAH HUJAN3-10

ANALISA CURAH HUJAN

Analisis Curah Hujan Kawasan Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan ketersediaan air dan debit banjir Sei Deli yaitu data curah hujan dari Stasiun Maritim Belawan, Stasiun Polonia, Stasiun Geofisika Tuntungan dan Stasiun SMPK Tongkoh. Data curah hujan ini didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sampali.Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Curah hujan wilayah/kawasan yang dinyatakan dalam millimeter. Mengingat curah hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan curah hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar curah hujan yang ada di dalam dan atau di sekitar kawasan lokasi kegiatan perencanaan. Perhitungan curah hujan kawasan dilakukan untuk memberikan nilai curah hujan secara time series pada setiap kawasan (areal rainfall) yang dapat berupa Daerah Pengaliran Sungai (DPS) berdasarkan data curah hujan dari pos-pos yang ada (point rainfall).Dalam analisa hidrologi untuk menentukan besarnya curah hujan kawasan ada 3 (tiga) cara yang umum dipakai antara lain : Cara rata-rata hitungan (aljabar) Cara Poligon Thiessen Cara IsohyetPerhitungan curah hujan kawasan pada studi ini akan dilakukan dengan cara Poligon Thiessen, dimana untuk cara Poligon Thiessen bobot dari setiap pos hujan berbanding dengan luas areal pengaruh pos hujan tersebut. Areal tersebut dibentuk dari poligon yang sis-sisinya adalah garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan dua buah pos hujan.Secara teoritis curah hujan wilayah diperoleh berdasarkan persamaan :

dimana

; ; ;

: Koefisien Pemberat

: Curah hujan harian maksimum stasiun n (mm)

: Luas DPS pengaruh stasiun n (km2)

:Luas total daerah (DPS) (km2)

Gambar 3.1. Poligon Thiessen pada Daerah Pengaliran Sungai DeliData curah hujan harian stasiun Belawan, Polonia, Tuntungan dan Tongkoh disajikan pada lampiran. Dengan menggunakan cara poligon Thiessen untuk penentuan curah hujan kawasan, terlebih dahulu dihitung luas catchment area sungai yaitu sungai Deli, kemudian digambarkan poligon Thiessen berdasarkan letak stasiun penakar curah hujan yang saling dihubungkan, kemudian dihitung factor pemberat dari tiap-tiap stasiun. Hasil luasan Daerah Pengaliran Sungai pengaruh setip stasiun dan koefisien pemberat disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 3.1. Koefisien pemberat empat stasiunNo.Nama StasiunLuas DPS Pengaruh Stasiun (Km2)Koefisien Pemberat

1Belawan32.770.092

2Polonia208.100.583

3Tuntunga18.850.053

4Tongkoh97.530.273

Total Luas357.25

Sumber : Hasil Analisa, 2011

Dari data curah hujan setiap stasiun pada Bab sebelumnya maka akan diperoleh data curah hujan kawasan untuk curah hujan maksimum bulanan, yang hasilnya disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 3.2. Data curah hujan maksimum kawasan dengan cara Poligon ThiessenThnJanFebMarAprMayJunJulAugSepOctNovDecMax

199038.558.047.333.480.116.259.536.068.771.461.434.780.1

199130.219.242.242.046.451.839.826.752.666.461.948.766.4

199257.821.521.986.859.129.835.348.071.449.841.156.886.8

199348.413.341.756.061.435.752.552.981.164.959.161.081.1

199434.752.058.953.758.871.830.452.861.050.166.936.771.8

199584.346.275.130.454.855.744.473.161.164.957.049.784.3

199628.930.955.954.433.737.851.128.944.719.456.834.956.8

199732.732.428.036.719.456.546.836.084.344.961.641.684.3

199843.117.412.516.065.123.065.669.663.777.861.080.180.1

199972.771.661.265.066.3102.124.343.4103.860.474.3134.6134.6

20009.533.061.332.922.543.241.067.4106.454.333.637.9106.4

200163.722.863.762.056.976.347.561.883.0122.565.7134.2134.2

200245.131.735.837.455.051.343.053.442.259.366.039.066.0

200352.739.152.370.740.155.975.760.972.472.357.753.475.7

200456.165.478.737.927.360.150.261.363.161.362.757.478.7

200560.324.032.254.356.36.946.651.562.134.067.958.967.9

200644.748.164.373.058.968.435.051.376.770.751.5127.1127.1

200741.841.428.879.180.844.446.962.554.680.767.761.080.8

200850.520.145.753.540.230.866.240.659.071.872.455.072.4

200974.039.458.784.950.633.316.620.838.590.244.449.490.2

201058.728.538.566.248.638.546.948.644.414.278.864.578.8

Sumber : Hasil Analisa, 2011

Dari tabel diatas akan diperoleh data curah hujan harian maksimum setiap tahun, selanjutnya data curah hujan harian maksimum kawasan ini akan diperiksa terhadap outlier dan trend. Pemeriksaan Data Curah HujanSebelum dilakukan analisa frekuensi dan pemilihan distribusi yang sesuai terhadap data hujan, supaya memperoleh hasil analisis yang baik maka data yang ada perlu penyaringan/pemeriksaan secara statistik, yaitu : pemeriksaan adanya Outlier, pemeriksaan adanya Trend, pemeriksaan Stabilitas Variance dan Mean (Stationary) dan pemeriksaan adanya IndependensiPemeriksaan Adanya OutlierOutlier adalah data dengan nilai jauh berada di antara data-data yang lain, keberadaan outlier bisaanya mengganggu pemilihan jenis distribusi untuk suatu sampel data. Persamaan frekuensi untuk mendeteksi adanya outlier atas dan bawah adalah sebagai berikut :

dan Dengan dua batas ambang bawah (XL) dan atas (XH), X dan S adalah masing-masing nilai rata-rata dan simpangan baku dari logaritma sampel data, harga Kn dapat dilihat pada Tabel 3.3 dimana n adalah jumlah sampel. Data yang nilainya diluar XH dan XL diklasifikasikan sebagai outlier. Outlier atas untuk analisis PMP tidak dibuang melainkan diperiksa/disaring kembali, untuk curah hujan dengan besaran 400 mm atau lebih diperiksa secara manual dengan kriteria : Besaran hujan di pos yang diperiksa tidak jauh berbeda dengan besaran hujan di pos terdekat data bisa diterima. Besaran hujan di pos yang diperiksa di dalam seri data bukan yang terbesar atau terkecil data bisa diterima. Hasil analisis pemeriksaan adanya outlier disajikan pada Tabel 3.3.Tabel 3.3. Harga Kn untuk pemeriksaan outlierSamplesize nKnSamplesize nKnSamplesize nKnSamplesize nKn

102.036242.467382.661602.837

112.088252.486392.671652.866

122.134262.502402.682702.893

132.175272.519412.692752.917

142.213282.534422.700802.940

152.247292.549432.710852.961

162.279302.563442.719902.981

172.309312.577452.727953.000

182.335322.591462.7361003.017

192.361332.604472.7441103.049

202.385342.616482.7531203.078

212.408352.628492.7601303.104

222.429362.390502.7681403.129

232.448372.650552.804

Sumber : U.S. Water Resources Council,1981Hasil uji outlier untuk data curah hujan maksimum kawasan diperoleh nilai koefisien kemencengan (Skew Coeffisient) sebesar 1.35. Menurut Water Resources Council (1981), jika: Koefisien Skew > + 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan outlier atas Koefisien Skew < - 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan outlier bawah - 0,4 < Koefisien Skew < + 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan outlier atas dan outlier bawahDari hasil analisis bahwa Koefisien Skew > 0.4 maka akan dilakukan pemeriksaan outlier atas dengan acuan data curah hujan maksimum sebesar 134.56 pada tahun 1999. Dari data akan hasil sebagai berikut :

:Nilai rata-rata dari data dalam bentuk logaritma = 4.427

:2.408 (dari tabel harga )

:Simpangan baku dari data dalam bentuk logaritma = 0.2302Sehingga diperoleh harga batas ambang atas yakni :

Dari hasil harga batas ambang atas lebih besar dari data curah hujan maksimum (145 > 134,56) maka data curah hujan dari pemeriksaan outlier dapat di terima.Pemeriksaan Adanya TrendData seri hidrologi sebelum digunakan untuk analisis, harus bebas dari adanya trend (kecenderungan), yaitu tidak ada korelasi antara urutan data dengan peningkatan (atau penurunan) besarnya nilai data tersebut. Umumnya dilakukan uji adanya trend untuk seluruh data yang ada, walaupun boleh pula dilakukan uji hanya pada periode data yang dicurigai terdapat trend.Untuk mengetahui adanya trend, digunakan metode Spearmans rank-correlation. Metode ini didasarkan pada Spearman rank-correlation coefficient, Rsp, yang didefinisikan sebagai:

dan di mana :n:Jumlah data sampelDi:Perbedaan antara rangking variabel xi, Kxi, (data diurutkan dari kecil ke besar) dan rangking berdasarkan nomor urut data asli, Kyi.Bila ada ties, yaitu ada dua atau lebih data dengan nilai sama, maka rangking Kxi diambil sebagai nilai rata-rata.Uji statistik adanya trend, menggunakan formulasi berikut :

Dengan demikian Seri data yang diuji tidak mengandung trend bila memenuhi :- t{, 2,5 %} < tt < t{, 97,5 %}Dengan mengikuti persamaan-persamaan diatas dengan mengurutkan data curah hujan dari data yang terkecil sampai data yang terbesar maka akan diperoleh hasil yang disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 3.4. Hasil ranking korelasi metode SpearmansNo.TahunHujanAsli(mm)HujanDirangking(mm)KyiKxiDiDi2

1199080.1056.8171-636

2199166.4366.03132-11121

3199286.7666.432311

4199381.0767.87164-12144

5199471.8471.845500

6199584.2672.43196-13169

7199656.8175.67147-749

8199784.3278.67158-749

9199880.0878.78219-12144

101999134.5680.0891011

112000106.4280.1011110100

122001134.2580.831812-636

13200266.0381.07413981

14200375.6784.26614864

15200478.6784.32815749

16200567.8786.7631613169

172006127.1190.192017-39

18200780.83106.421118749

19200872.43127.11171924

20200990.19134.251220864

21201078.78134.56102111121

Jml Data 21 Jumlah1460.00

Rsp =0.0519

tt =0.227

Sumber : Hasil Analisa, 2011

Dimana nilai tt mempunyai distribusi Students t dengan derajad kebebasan (), yakni : = n 2 = 21 2 = 19Maka dengan menggambil Significance Level sebesar 0,05, maka akan diperoleh batas bawah sebesar 2,093 dan batas atas sebesar 2,093, sehingga : 2,093 < tt = 0,227 < 2,093Dengan demikian data curah hujan kawasan tidak ada trend, sehingga data curah hujan dapat diterima.Pemeriksaan Stabilitas Variance dan Mean (Stationary)Sebagai tambahan dari uji adanya trend, harus dilakukan pula uji stabilitas variance dan mean untuk mengetahui apakah data stationary atau tidak.A. Pemeriksaan Stabilitas VarianceUntuk melakukan pemeriksaan stabilitas variance, sampel data dibagi dua atau tiga sama besar atau hampir sama besar. Distribusi dari rasio variance sampel data yang mengikuti distribusi normal dikenal sebagai distribusi F, yaitu distribusi Fisher. Walaupun sampel data tidak mengikuti distribusi normal, uji dengan distribusi F akan memberikan indikasi yang dapat dipertanggung jawabkan tentang stabilitas dari variance.Uji statistik stabilitas variance adalah :

dimana dan s masing-masing adalah variance dari populasi dan sampel, sedangkan indeks 1 dan 2 menunjukkan sub-sampel 1 dan sub sampel 2. Dari sampel data 1 sampai 10 di peroleh standard deviasi (s1) = 20,4934 dan dari sampel data 11 sampai 21 diperoleh standard deviasi (s2) = 23,4705, sehingga diperoleh :

Variance dikatakan stabil bila memenuhi :

dimana :1 = n1 1, derajad kebebasan sub sampel 12 = n2 1, derajad kebebasan sub sampel 2n1 = Banyaknya data sub sampel 1, diambil = 10n2 = Banyaknya data sub sampel 2, diambil = 11F = Distribusi Fisher.

Maka diperoleh F{9, 10, 2,5%} = 0,252 dan F{9, 10, 97,5%} = 3,779, dengan demikian data curah hujan kawasan tidak ada trend, sehingga data curah hujan dapat diterima, karena :

B. Pemeriksaan Stabilitas MeanPemeriksaan stabilitas mean menggunakan uji t (distribusi Students t). Dalam uji ini, seperti halnya uji stabilitas variance, maka data dibagi dua atau tiga sama besar, kemudian dihitung nilai rata-rata (mean)dari masing-masing sub sampel tersebut dan dibandingkan. Kesamaan nilai mean ini diuji secara statistik sebagai berikut :

Nilai mean dari sampel dikatakan stabil bila :

dimana :n=Banyaknya data

=Nilai rata-rata sub sampel (dari data 1 10) =82,6239

=Nilai rata-rata sub sampel (dari data 11 21) =88,9312s=Variance

Maka dengan menggambil Significance Level sebesar 0,05, maka akan diperoleh batas bawah sebesar 2,093 dan batas atas sebesar 2,093, sehingga : 2,093 < t = 0,6529 < 2,093Dengan demikian data curah hujan kawasan tidak ada trend, sehingga data curah hujan dapat diterima.Pemeriksaan IndependensiUntuk melakukan pemeriksaan independensi dari seri data digunakan serial-correlation coefficient. Apabila seri data adalah acak sempurna, maka fungsi auto-correlation dari populasi akan sama dengan nol untuk semua lag kecuali nol. Untuk pemeriksaan independensi ini cukup dilakukan perhitungan digunakan serial-correlation coefficient dengan lag 1, yaitu korelasi antara data pengamatan yang berdekatan dalam seri data. Menurut Box dan Jenkins (1970), serial-correlation coefficient dengan lag 1, r1, adalah :

Dengan mengikuti persamaan diatas maka perhitungan dilakukan secara tabel yang disajikan pada tabel dibawah ini.Tabel 3.5. Pemeriksaan independensi data curah hujaniXiXi - Xav(3)i * (3)i+1(3)i * (3)i

(1)(2)(3)(4)(5)

199080.10-4.8790.2023.67

199166.43-18.54-33.21343.71

199286.761.79-6.973.21

199381.07-3.8951.0715.15

199471.84-13.12369.34172.14

199656.81-28.1518.08792.46

199784.32-0.643.140.41

199880.08-4.89-242.2923.87

1999134.5649.591064.002459.53

2000106.4221.451057.35460.29

2001134.2549.28-933.112428.87

200266.03-18.93175.99358.48

200375.67-9.3058.5286.40

200478.67-6.3078.9439.63

200872.43-12.54-65.52157.25

200990.195.23-32.3427.30

201078.78-6.190.0038.30

Jumlah1,444.411,653.177,430.67

Rata-284.97

r1 =0.22

Sumber : Hasil Analisa, 2011

Tidak ada korelasi data (data independen) bila :

Sehingga dari persamaan ini di peroleh

Batas bawah dari r1=

Batas atas dari r1 =Dari hasil ini menunjukkan bahwa data curah hujan kawasan dapat diterima karena tidak ada korelasi data yakni 0,277 < 0,22 < 0,377Analisa Frekuensi Curah HujanAnalisis frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi, yaitu : Distibusi Normal, Distribusi Log Normal 2 Parameter, Distribusi Log Normal 3 Parameter, Distribusi Gumbel Tipe I, Distribusi Pearson III, dan Distribusi Log Pearson III.Kala ulang (return periode) didefinisikan sebagai waktu hipotik di mana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas besaran hujan atau debit di masa yang akan datang. Probabilitas hujan harian maksimum yang dianalisis untuk tahun ke-2, ke-5, ke-10, ke-20, ke-25, ke-50, ke-100 dan ke-1000.Untuk memperkirakan besarnya debit banjir dengan kala ulang tertentu, terlebih dahulu data-data hujan didekatkan dengan suatu sebaran distribusi, agar dalam memperkirakan besarnya debit banjir tidak sampai jauh melenceng dari kenyataan banjir yang terjadi. Adapun rumus-rumus yang dipakai dalam penentuan distribusi tersebut antara lain :

= Standar Deviasi

= Koefisien Keragaman

= Koefisien Kepencengan

= Koefisien KurtosisDengan menggunakan persamaan diatas maka nilai parameter statistik secara normal disajikan pada taebel dibawah ini.Tabel 3.6. Nilai parameter statistik secara normalNo.TahunHujan Asli (mm)Hujan Diurutkan (mm)Xi - Xrata

(Xi - Xrata)2

(Xi - Xrata)3

(Xi - Xrata)4

1199080.10134.5648.632364.97115010.905593092.61

2199166.43134.2548.322334.92112825.415451833.42

3199286.76127.1141.181695.7469829.602875539.84

4199381.07106.4220.49419.918604.68176324.56

5199471.8490.194.2618.1777.45330.12

6199584.2686.760.830.690.570.47

7199656.8184.32-1.602.58-4.136.63

8199784.3284.26-1.662.77-4.617.67

9199880.0881.07-4.8523.57-114.42555.51

101999134.5680.83-5.1025.98-132.41674.90

112000106.4280.10-5.8333.96-197.921153.41

122001134.2580.08-5.8534.20-200.011169.66

13200266.0378.78-7.1551.15-365.772615.86

14200375.6778.67-7.2652.68-382.322774.86

15200478.6775.67-10.26105.23-1079.3911072.35

16200567.8772.43-13.50182.31-2461.6833238.60

17200671.84-14.08198.33-2792.9739332.87

18200780.8367.87-18.05325.92-5883.97106225.16

19200872.4366.43-19.50380.33-7417.35144654.31

20200990.1966.03-19.90395.86-7876.01156702.28

21201078.7856.81-29.11847.58-24675.80718392.30

Jumlah1804.489496.83252759.8215315697.40

Xrata-rata85.93

Sumber : Hasil Analisa, 2011

Maka diperoleh :Standar Deviasi=21,791Koefisien Keragaman=0,254 Koefisien Kepencengan=1,350Koefisien Kurtosis=1,079Distribusi NormalPersamaan Fungsi Kerapatan Probabilitas (Probability Density Function, PDF) Normal adalah:

Dimana dan adalah parameter dari Distribusi Normal. Dari analisis penentuan paramater Distribusi Normal, diperoleh nilai adalah nilai rata-rata dan adalah nilai simpangan baku dari populasi, yang masing-masing dapat didekati dengan nilai-nilai dari sample data.Dengan subtitusi , akan diperoleh Distribusi Normal Standar dengan = 0 dan = 1. Persamaan Fungsi Kerapatan Probabilitas Normal Standar adalah:

Ordinat Distribusi Normal Standar dapat dihitung dengan persamaanPersamaan Fungsi Distribusi Komulatif (Cumulative Distribution Function, CDF) Normal Standar adalah :

dimana :

t=, standard normal deviatex=Variabel acak kontinyu=Nilai rata-rata dari x=Nilai simpangan baku (standar deviasi) dari x.Persamaan diatas dapat diselesaikan dengan bantuan tabel luas di bawah kurva distribusi normal yang banyak terdapat di buku-buku matematika.Untuk menghitung variabel acak x dengan periode ulang tertentu, digunakan rumus umum yang dikemukakan oleh Ven Te Chow (1951) sebagai berikut :

dimana :XT=Variabel acak dengan periode ulang T tahun

=Nilai rata-rata dari sampel variabel acak X=Nilai simpangan baku dari sampel variabel acak XK=Faktor frekuensi, tergantung dari jenis distribusi dan periode ulang TUntuk distribusi normal, nilai K sama dengan t (standard normal deviate).Distribusi Gumbel Tipe IPersamaan PDF dari Distribusi Gumbel Tipe I adalah :

sedangkan persamaan CDF adalah :

Distribusi ini mempunyai 2 parameter, yaitu : =Parameter konsentrasi=Ukuran gejala pusatKarakteristik dari distribusi ini adalah : Koefisien skew / kepencengan (g) =1,35 Koefisien Kurtosis =1,079Parameter distribusi diperoleh dengan menggunakan metoda momen, hasilnya adalah:

Faktor frekuensi K untuk distribusi Gumbel Tipe I adalah :

di mana :YT=Reduced variabel YT=Periode ulang (tahun)Yn=Nilai rata-rata dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari jumlah data nSn=Simpangan baku dari reduced variabel Y, merupakan fungsi dari jumlah data nDistribusi Pearson IIIPersamaan PDF dari Distribusi Pearson III adalah :

Distribusi ini mempunyai tiga paramater, yaitu , dan , sedangkan adalah fungsi gamma. Penentuan parameter distribusi dengan metoda momen menghasilkan :

; ; Faktor frekuensi K distribusi Pearson III adalah:

dimana :t=Standard normal deviate, tergantung oleh periode ulang Tg=Koefisien skewDistribusi Log Pearson IIITahapan untuk menghitung curah hujan rancangan maksimum dengan metode Log Pearson III adalah sebagai berikut (CD. Soemarto, l987:243) :1 Data hujan harian maksimum diubah dalam bentuk logaritma.2 Dihitung harga rata-rata logaritma dengan persamaan :

Dihitung harga simpangan baku dengan persamaan :

Dihitung harga koefisien kepencengan dengan persamaan :

Hitung nilai curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu dengan persamaan :

dengan :log XT= curah hujan rancangan kala ulang T tahun.

log= rerata logaritma.S= standar deviasi.G= konstanta yang didapatkan dengan menghubungkan nilai Cs dan kala ulang.3 Dihitung antilog dari XT untuk mendapatkan curah hujan rancangan maksimum.4 Harga G pada Distribusi Log Pearson III (Cs Positif)5 Harga G Pada Distribusi Log Pearson III (Cs Negatif)

Tabel 3.7. Harga G pada distribusi Log Pearson III (Cs positif)CsKala Ulang

1.01011.05261.11111.25251025501002001000

Kemungkinan Terjadinya Banjir (%)

99.0095.0090.0080.0050.0020.0010.004.002.001.000.500.10

0.0-2.326-1.645-1.282-0.8420.0000.8421.2821.7512.0542.3262.5763.090

0.1-2.252-1.616-1.270-0.846-0.0170.8361.2921.7852.1072.4002.6703.235

0.2-2.175-1.586-1.258-0.850-0.0330.8301.3011.8182.1592.4722.7633.380

0.3-2.104-1.555-1.245-0.853-0.0500.8241.3091.8492.2112.5442.8563.525

0.4-2.029-1.524-1.231-0.855-0.0660.8161.3171.8802.2612.6152.9493.670

0.5-1.955-1.491-1.216-0.856-0.0830.8081.3231.9102.3112.6863.0413.815

0.6-1.880-1.458-1.200-0.857-0.0990.8001.3281.9392.3592.7553.1323.960

0.7-1.806-1.423-1.183-0.857-0.1160.7901.3331.9672.4072.8243.2234.105

0.8-1.733-1.388-1.166-0.856-0.1320.7801.3361.9932.4532.8913.3124.250

0.9-1.660-1.353-1.147-0.854-0.1480.7691.3392.0182.4982.9573.4014.395

1.0-1.588-1.317-1.128-0.852-0.1640.7581.3402.0432.5423.0223.4894.540

1.1-1.518-1.280-1.107-0.848-0.1800.7451.3412.0062.5853.0873.5754.680

1.2-1.449-1.243-1.086-0.844-0.1950.7321.3402.0872.6263.1493.6614.820

1.3-1.388-1.206-1.064-0.838-0.2100.7191.3392.1082.6663.2113.7454.965

1.4-1.318-1.163-1.041-0.832-0.2250.7051.3372.1282.7063.2713.8285.110

1.5-1.256-1.131-1.018-0.825-0.2400.6901.3332.1462.7433.3303.9105.250

1.6-1.197-1.093-0.994-0.817-0.2540.6751.3292.1632.7803.3883.9905.390

1.7-1.140-1.056-0.970-0.808-0.2680.6601.3242.1792.8153.4444.0695.525

1.8-1.087-1.020-0.945-0.799-0.2820.6431.3182.1932.8483.4994.1475.660

1.9-1.037-0.984-0.920-0.788-0.2940.6271.3102.2072.8813.5534.2235.785

2.0-0.990-0.949-0.895-0.777-0.3070.6091.3022.2192.9123.6054.2985.910

2.1-0.946-0.914-0.869-0.765-0.3190.5921.2942.2302.9423.6564.3726.055

2.2-0.905-0.882-0.844-0.752-0.3300.5741.2842.2402.9703.7054.4546.200

2.3-0.867-0.850-0.819-0.739-0.3410.5551.2742.2482.9973.7534.5156.333

2.4-0.832-0.819-0.795-0.725-0.3510.5371.2622.2563.0233.8004.5846.467

2.5-0.799-0.790-0.771-0.711-0.3600.5181.2502.2623.0483.8453.6526.600

2.6-0.769-0.762-0.747-0.696-0.3680.4991.2382.2673.0713.8894.7186.730

2.7-0.740-0.736-0.724-0.681-0.3760.4791.2242.2723.0973.9324.7836.860

2.8-0.714-0.711-0.702-0.666-0.3840.4601.2102.2753.1143.9734.8476.990

2.9-0.690-0.688-0.681-0.651-0.3900.4401.1952.2773.1344.0134.9097.120

3.0-0.667-0.665-0.660-0.636-0.3960.4201.1802.2783.1524.0514.9707.250

Sumber : Hidrologi Teknik CD. Soemarto

Tabel 3.8. Harga G pada distribusi Log Pearson (Cs negatif)CsKala Ulang

1.01011.05261.11111.25251025501002001000

Kemungkinan Terjadinya Banjir (%)

99.0095.0090.0080.0050.0020.0010.004.002.001.000.500.10

-0.0-2.326-1.645-1.282-0.8420.0000.8421.2821.7512.0542.3262.5763.090

-0.1-2.400-1.673-1.292-0.8360.0170.8461.2701.7162.0002.2522.4822.950

-0.2-2.472-1.700-1.301-0.8300.0330.8501.2581.6801.9452.1782.3882.810

-0.3-2.544-1.726-1.309-0.8240.0500.8531.2451.6431.8902.1042.2942.675

-0.4-2.615-1.750-1.317-0.8160.0660.8551.2311.6061.8342.0292.2012.540

-0.5-2.686-1.774-1.323-0.8080.0830.8561.2161.5671.7771.9552.1082.400

-0.6-2.755-1.797-1.328-0.8000.0990.8571.2001.5281.7201.8802.0162.275

-0.7-2.824-1.819-1.333-0.7900.1160.8571.1831.4881.6631.8061.9262.150

-0.8-2.891-1.839-1.336-0.7800.1320.8561.1661.4481.6061.7331.8372.035

-0.9-2.957-1.858-1.339-0.7690.1480.8541.1471.4071.5491.6601.7491.910

-1.0-3.022-1.877-1.340-0.7580.1640.8521.1281.3661.4921.5881.6641.800

-1.1-3.087-1.894-1.341-0.7450.1800.8481.1071.3241.4351.5181.5811.713

-1.2-3.149-1.190-1.340-0.7320.1950.8441.0861.2821.3791.4491.5011.625

-1.3-3.211-1.925-1.339-0.7190.2100.8381.0641.2401.3241.3831.4241.545

-1.4-3.271-1.938-1.337-0.7050.2250.8321.0411.1981.2701.3181.3511.465

-1.5-3.330-1.951-1.333-0.6900.2400.8251.0181.1571.2171.3181.3511.373

-1.6-3.388-1.962-1.329-0.8750.2540.8170.9941.1161.1661.1971.2161.280

-1.7-3.444-1.972-1.324-0.6600.2680.8080.9701.0751.1161.1401.1551.205

-1.8-3.499-1.981-1.318-0.6430.2820.7990.9451.0351.0691.0871.0971.130

-1.9-3.553-1.989-1.310-0.6270.2940.7880.9200.9961.0231.0371.0441.065

-2.0-3.605-1.996-1.302-0.6090.3070.7770.8950.9590.9800.9900.9951.000

-2.1-3.656-2.001-1.294-0.5920.3190.7650.8690.9230.9390.9460.9490.955

-2.2-3.705-2.006-1.284-0.5740.3300.7520.8440.8880.9000.9050.9070.910

-2.3-3.753-2.009-1.274-0.5550.3410.7390.8190.8550.8640.8670.8690.874

-2.4-3.800-2.011-1.262-0.5370.3510.7250.7950.8230.8300.8320.8330.838

-2.5-3.845-2.012-1.290-0.5180.3600.7110.7710.7930.7980.7990.8000.802

-2.6-3.889-2.013-1.238-0.4990.3680.6960.7470.7640.7680.7690.7690.775

-2.7-3.932-2.012-1.224-0.4790.3760.6810.7240.7380.7400.7400.7410.748

-2.8-3.973-2.010-1.210-0.4600.3840.6660.7020.7120.7140.7140.7140.722

-2.9-4.013-2.007-1.195-0.4400.3300.6510.6810.6830.6890.6900.6900.695

-3.0-4.051-2.003-1.180-0.4200.3900.6360.6600.6660.6660.6670.6670.668

Sumber : Hidrologi Teknik CD. Soemarto

Hasil analisis frekuensi curah hujan dengan metode Distribusi Normal, Distribusi Gumbel I, Distribusi Pearson III dan Distribusi Log Pearson III dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Tabel 3.9. Distribusi frekuensi data hujan dengan beberapa metode (mm)Kala Ulang T (Tahun)tDistribusi Probabilitas

NormalLognormal 2 Paramet.Lognormal 3 Paramet.Gumbel IPearson IIILog Pearson III

20.000085.983.381.882.781.380.9

50.8416104.3102.8101.2105.8101.399.8

101.2816113.9114.7114.2121.1114.9113.7

201.6449121.8125.6126.9135.7127.8128.2

251.7507124.1128.9131.0140.4131.9133.1

502.0537130.7139.1143.6154.7144.4148.8

1002.3263136.6148.9156.4168.9156.8165.7

10003.0902153.3180.2200.8215.9197.3232.3

Penyimpangan Max.21.2116.2413.1916.0512.4310.88

Delta Kritis (Sig. Level 5%)28.828.828.828.828.828.8

Sumber : Hasil Analisa, 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa metode Log Pearson III memberikan hasil yang terbaik dibandingkan metode lainnya karena memiliki nilai penyimpangan terkecil selanjutnya diikuti oleh metode Pearson III. Uji Kesesuain Pemilihan DistribusiPemeriksaan uji kesesuaian distribusi bertujuan untuk :1 Mengetahui kesesuaian data tersebut benar sesuai dengan agihan teoritis yang dipakai.2 Mengetahui apakah hipotesa tersebut dapat digunakan atau tidak untuk perhitungan selanjutnya. Dalam studi ini digunakan dua macam uji agihan yaitu : uji Smirnov Kolmogorov dan Chi-Square.Uji Smirnov Kolmogorov Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui simpangan horisontal terbesar sebaran teoritis dan sebaran empiris. Simpangan horisontal ini dinyatakan dengan maks. Bila maks < Cr (didapat dari tabel) untuk derajat nyata tertentu, disimpulkan hipotesa distribusi dapat diterima. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :1 Data curah hujan harian maksimum diurutkan dari terkecil ke terbesar.2 Menghitung persamaan empiris dengan persamaan Weibull (Sri Harto, 1983:179):

dengan :P = peluang (%).m = nomor urut data.n = jumlah data.3 Mancari nilai G :

4 Mencari harga G melalui Tabel Distribusi Log Person III.5 Menghitung nilai P(x) :

6 Menghitung selisih Sn(x) dan P(x).

maks = dengan :maks= selisih antara peluang teoritis dengan peluang empiris.Sn(x) = kemungkinan variate agihan empiris.P(x)= kemungkinan variate agihan teoritis.

cr = nilai kritis dari tabel (= 5%).7 Bandingkan perbedaan terbesar dan perhitungan selisih terbesar (maks) dengan Cr dari tabel Smirnov Kolmogorov. Jika harga maks < Cr maka penyimpangan masih dalam batas ijin, yang berarti distribusi curah hujan pengamatan sesuai dengan model distribusi teoritis.8 Nilai kritis (cr) dari Smirnov-Kolmogorov.Tabel 3.10. Nilai kritis (cr) dari Smirnov-KolmogorofJumlah Data(n)Kerajat Kepercayaan ()

0.200.100.050.01

51015202530354045500.450.320.270.230.210.190.180.170.160.150.510.370.300.260.240.220.200.190.180.170.560.410.340.290.270.240.230.210.200.190.670.490.400.360.320.290.270.250.240.23

n > 501.07/n1.22/n1.36/n1.63/n

Sumber : Hidrologi, Soewarno, 1995, hal 199.

Hasil pengujian dengan uji Smirnov Kolmogorov disajikan dalam Tabel 3.8 :N (jumlah data)= 21Signifikan (%)= 5 % kritis= 28,8 % maksimum= 10,88 % kritis > maksimum, distribusi log Pearson III dapat diterimaTabel 3.11. Hasil Pengujian Frekuensi Distribusi Curah Hujan Metode Smirnov KolmogorovNo.XProbabilitas Distribusi Empiris, Pe (%)Probabilitas Distribusi Teoritis, Pt (%)Pe - Pt (%)

1134.564.553.800.75

2134.259.093.805.29

3127.1113.645.308.34

4106.4218.1814.403.78

590.1922.7332.209.47

686.7627.2738.0010.73

784.3231.8242.7010.88

884.2636.3642.806.44

981.0740.9149.608.69

1080.8345.4550.104.65

1180.1050.0051.801.80

1280.0854.5551.802.75

1378.7859.0954.904.19

1478.6763.6455.108.54

1575.6768.1862.505.68

1672.4372.7370.801.93

1771.8477.2772.304.97

1867.8781.8282.200.38

1966.4386.3685.600.76

2066.0390.9186.404.51

2156.8195.4599.203.75

max10.88

Sumber : Hasil Analisa, 2011Uji Chi-SquareUji Chi-Kuadrat digunakan untuk mengetahui simpangan secara vertikal antara distribusi empiris dan distribusi teoritis. Perhitungan pengujiannya menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut (Shahin, 1976:197) :1. Menghitung frekuensi nilai yang diharapkan (Log Xi) dan frekuensi nilai yang diamati (Log XT) dari data curah hujan.2. Menghitung selisih nilai frekuensi, lalu dikuadratkan.3. Hasil dari (2) di bagi dengan log XT kemudian menjumlahkannya dari setiap titik sehingga didapatkan nilai kai kuadrat hitung (X2 hitung).

dengan :X2hitung= nilai kai kuadrat.Log Xi= nilai frekuensi yang diharapkan. Log XT= nilai frekuensi yang diamati.4. Mencari nilai X2 kritis (Xcr) dalam tabel.Tabel 3.12. Nilai (X2cr) dari chi-kuadratdk Derajat Signifikan

0.9500.8000.5000.2000.0500.001

10.0040.0640.4551.6423.84110.827

20.1030.4461.3863.2195.99113.815

30.3521.0052.3664.6427.81516.268

40.7111.6493.3575.9899.48818.465

51.1452.3434.3517.28911.07020.517

61.6353.0705.3488.55812.59222.457

72.1673.8226.3469.80314.06724.322

82.7334.5947.34411.03015.50726.125

93.3255.3808.34312.24216.91927.877

103.9406.1799.34213.44218.30729.588

114.5756.98910.34114.63119.97531.264

125.2267.80711.34015.81221.02632.909

135.8928.63412.34016.98522.36234.528

146.5719.46713.33918.15123.68536.123

157.96210.30714.33919.31124.99637.697

167.96211.15215.33820.46526.29639.252

178.67212.00216.33821.61527.58740.790

189.39012.85717.33822.76028.86942.312

1910.11713.71618.33823.90030.14443.820

2010.85114.57819.37725.03831.41045.315

2111.50115.44520.37726.17132.67146.797

2212.33816.31421.33727.30133.92448.268

2313.91017.18722.33728.42935.17549.728

2413.84818.06223.37729.55336.41551.179

2514.61118.94024.33730.67537.65252.620

2615.37919.82025.33631.79538.88554.052

2716.15120.70326.33632.91240.11355.476

2816.92821.58827.33634.02741.33756.893

2917.70822.47528.33635.13942.55758.302

3018.49323.36429.33636.25043.77359.703

Sumber : Hidrologi, Soewarno, 1995, hal 223 5. Menghitung derajat kebebasan.Dk= K (h + 1)dengan :K= banyaknya kelas.h= parameter (untuk chi square = 2).6. Membandingkan besarnya nilai X2 hitung dan X2 kritis, bila X2 kritis > X2 hitung, maka analisa data dapat diterima.7. Nilai (Xcr) dari chi-kuadratHasil pengujian dengan uji Chi-Square disajikan dalam Tabel 3.8 :Jumlah Kelas= K = 1 + 3,322 Log n = 1 + 3,322 Log 21= K = 5,26 5Derajat Bebas= K h 1, h = 2Signifikan= 5 %X2 kritis= 7,82 Ef= 3.5X2= 0.067 kritis > maksimumKesimpulan= distribusi Log Pearson III diterima

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Frekuensi Distribusi Curah Hujan Metode Chi-SquareNoProbabilityExpectedObservedEf - Of(Ef - Of)2

FrequencyFrequency

( P )( Ef )( Of )

10 < P 173.3330.330.11

217 < P 333.3330.330.11

333 < P 503.334-0.670.44

450 < P 673.334-0.670.44

567 < P 833.3330.330.11

683 < P 1003.3330.330.11

Jumlah20201.33

Sumber : Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan hujan rancangan dengan distribusi Log Pearson III dapat dilihat pada disajikan dalam Tabel 3.9 :Tabel 3.14 Hujan Rancangan 1 Harian Maksimum dengan Kala Ulang T tahun

NoPeriodeUlang (T)( tahun )G(tabel)HargaEkstrapolasi (Xt)( mm )

120.12684.66

250.854136.16

3101.171167.36

4201.401194.52

5251.463202.57

6501.629225.75

71001.764246.52

810002.075301.92

Sumber: Hasil Perhitungan

Pekerjaan Hidrologi

Survai Hidrometri Tujuan survei hidrometri adalah untuk mencari Lengkung debit (H-Q curve) yang dihasilkan pada beberapa penampang sungai dilokasi yang dibutuhkan.Tata laksana kegiatan survai pengukuran mengacu pada SNI 03-2414-1991 tentang Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka, SNI 03-2159-1992 tentang Metode Pengukuran Debit Sungai, dan SNI 03-2819-1992 tentang Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka dengan Alat Ukur Arus Tipe Baling-baling dengan berdasarkan teori dari Hayes (1978), dan Loebis dkk (1995) yang diuraikan berikut ini.a.Pemilihan lokasi pengukuran menggunakan ketentuan Palung sungai sedapat mungkin harus lurus dengan arah, dan kecepatan aliran seragam/sejajar. Dasar sungai tidak berubah-ubah, bebas dari batuan besar atau bangunan air yang menyebabkan aliran tidak seragam/sejajar. Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata sehingga saat perhitungan menghasilkan nilai yang sebenarnya. Memilih lokasi semacam itu sangat sulit namun harus diupayakan lokasi terbaik dari keadaan yang ada.b. Mempersiapkan peralatan pengukuran debit. Apabila kondisi normal, maka menggunakan alat ukur current meter yaitu alat ukur tipe baling-baling, sedangkan apabila kondisi debit sangat besar/banjir maka menggunakan alat ukur floats yaitu alat ukur dengan kabel yang diapungkan di dalam air pada kedalaman tertentu.c.Langkah selanjutnya membentangkan kabel ukur baja pada penampang pengukuran untuk mengukur penampang, dan menentukan batas setiap jalur vertikal. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara merawas, kabel gantung atau melalui jembatan. Merawas adalah pengukuran dengan cara turun langsung menyeberangi penampang basah.d.Tahap pengukuran dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut. Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran 0,2; 0,6; dan 0,8 dari permukaan air. Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai ke setiap garis pengukuran vertikal. Kegiatan ini berulang untuk setiap perpindahan jalur vertikal, kemudian hasil pengukuran dicatat pada form khusus. Melaksanakan perhitungan.

a. Floats b. PropellerGambar 3.2. Alat Ukur Kecepatan

Gambar 3.3. Kedalaman Pengukuran

Gambar 3.4. Penampang Pengukuran VertikalMetodologi Kerja Survey HidrometriTujuan survei hidrometri adalah untuk mencari Lengkung debit (H-Q curve) yang dihasilkan pada beberapa penampang sungai dilokasi yang dibutuhkan.Jika di sungai Deli terdapat AWLR (pencatat debit otomatis) maka data tersebut akan digunakan sebagai kalibrasi untuk perhitungan ketersediaan air maupun untuk hidrograf banjir. Tetapi jika tidak terdapat AWLR maka dilakukan survai hidrometri dilakukan minimal di satu lokasi yang kondisi alurnya relative stabil dan tidak terpengaruh pasang-surut air laut. Tahapan pengukuran hidrometri adalah sebagai berikut : Menetapkan lokasi pengukuran Membuat potongan melintang (dengan peralatan survai topografi) Mengukur kecepatan air dengan current meter di 3 lokasi (2 di pinggir dan 1 di tengah), masing-masing lokasi 2 tititk (1/3 kedalaman dari dasar dan 2/3 kedalaman dari dasar) Dibuat lengkung hubungan antara ketinggian air dan debit air (H-Q curve).Analisis HidrologiPerhitungan hidrologi dalam perencanaan Intake dan Saluran Transmisi Sei Deli ini hanya sampai kepada perhitungan neraca air antara kebutuhan air baku dan Debit andalan di sungai yang selanjutnya untuk menghitung kebutuhan air di Pengambilan utama/intake. Sedangkan pada saluran transmisi didesain dengan kapasitas 200 lt/det.Dalam kaitannya dengan perencanaan SID Intake Dan Saluran Transmisi Sei Deli Kota Medan, maka diperlukan analisis hidrologi yang meliputi : Analisis data curah hujan Analisis frekuensi Analisis curah hujan rancangan Analisis distribusi hujan jam-jaman Analisis debit banjir rancangan Analisis debit andalan Analisis Kebutuhan Air Baku Analisis Neraca AirData Curah HujanKetersediaan data curah hujan disuatu daerah studi sangat terbatas serta pencatatan data yang tidak continue maka dalam penentuan data yang akan digunakan untuk perhitungan dapat dipilih dari stasiun yang terdekat dengan tahun data yang continue dan data yang terbaru. Analisis debit andalanPerhitungan debit andalan (Dependable Discharge) dimaksudkan untuk mencari nilai kuantitatif debit yang tersedia sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Analisis debit andalan dengan cara transformasi dari data curah hujan dihitung menggunakan Metode Mock.

Analisis curah hujan rancanganUntuk mengetahui curah hujan rancangan dalam perhitungannya, dapat dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Distribusi Frekwensi sebagai berikut : EJ. Gumbel Type 1, Metode Log Pearson Type III, Metode Log Normal dan Metode Normal.Untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi, maka dilakukan pemeriksaan uji kesesuaian distribusi, dalam hal kajian ini dapat memakai dua metode uji yaitu uji Smimov Kolmogorov dan uji Chi- square.

Analisis debit banjir rancanganAnalisis debit banjir rancangan mengacu pada SNI 03-3432-1994, Tata Cara Penetapan Banjir Rencana dan Kapasitas Bangunan Utama. Debit banjir rancangan untuk perencanaan banjir dihitung dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100. Perhitungan banjir rancangan dilakukan dengan : Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Metode Hidrograf Satuan Gama 1 Metode Hidrograf Satuan Soil Conservation Service (SCS)

Gambar 3.5. Contoh hidrograf berbagai kala ulang dengan Metode Nakayasu, Gama-1 dan SCSPekerjaan Survey dan Investigasi

Survai TopografiTata laksana kegiatan survai pengukuran topografi mengacu pada Kriteria Perencanaan (KP) bagian Pengukuran topografi, Le Groupe AFH International Inc., dan WER Agra, Ltd. (1993) dengan berdasarkan teori dari Rais (1979). Analisis geodesi dilaksanakan untuk mendapatkan besaran yang definitif berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dan selanjutnya hasil perhitungan ini akan digunakan sebagai bahan pelaksanaan pekerjaan penggambaran.Ada 2 Methode yang bisa dilakukan dalam Survey pengukuran adalah :1.Methode Pengukuran Teristris Konvensional.Alat yang digunakan adalah Theodolit atau EDM (Electronic Distance Measuring) & Water Pass, dengan sistem pengukuran seperti yang biasa dilaksanakan (Poligoon, Situasi, Waterpassing) dan yang terbaru dapat menggunakan Total Station, dimana tidak diperlukan lagi perhitungan dan penggambaran secara manual karena semua sudah terintegrasi dalam alat total station dan prosesingnya menggunakan software yang compatible dengan alat tersebut. Penggambaran langsung menggunakan computer dengan format digital.2.Methode Pengukuran GPS Geodetic & GISIni adalah methode pengukuran terbaru dengan akurasi sangat tinggi dan merupakan pengembangan dari Total Station yang terintegrasi dengan Satelit Navigasi.Pada kegiatan survai topografi Konsultan minimal akan mengacu pada : PT -02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air 1986. SNI 19-6724, 2002 Tata Cara Pengukuran Kontrol Horizontal dan SNI 19-6988, 2004 Tata Cara Pengukuran Kontrol Vertikal.Dalam bagian ini kegiatan-kegiatan, tahapan dan metode pelaksanaan untuk Survai Topografi diuraikan secara mendalam, dan pokok-pokok pekerjaan yang akan dilakukan secara berurutan adalah sebagai berikut :a. Pengecekan Kondisi dan Kalibrasi PeralatanKegiatan ini bertujuan agar peralatan yang akan digunakan dalam survai topografi dalam keadaan bagus dan dapat diterima toleransi kesalahannya. Semua peralatan yang akan digunakan harus dikalibrasi dan mendapat persetujuan dari Pemberi Kerja.b. Penentuan titik referensi Kegiatan ini gunannya adalah untuk menentukan acuan/referensi utama yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengukuran. Referensi biasanya dengan menggunakan system UTM, yang dalam hal ini di Indonesia secara umum digunakan TITIK TTG (Titik Tetap Geodesi) yang mempunyain system koordinat dan elevasi secara Nasional. Penentuan Titik Referensi ini harus mendapat persetujuan dari Pemberi Kerja. Gambar 3.6. Contoh Titik Ikat Referensi Nasionalc. Pengikatan dengan Titik ReferensiTitik tetap (BM/CP) akan dipasang di lokasi pekerjaan, kemudian dilakukan pengikatan dengan titik referensi utama agar pengukuran topografi di lokasi pekerjaan satu system dengan referensi utama. Biasanya jarak antara Titik Referensi Utama dan lokasi pekerjaan sangat jauh, sehingga diperlukan kecermatan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Karena keakuratan pada saat pengikatan ini sangat menentukan tahapan survai topografi selanjutnya. d. Pembuatan Kerangka PoligonSetelah titik-titik tetap dilokasi proyek terikat dengan referensi utama, maka dipasang titik-titik tetap lagi (BM/CP), sebagai kerangka polygon di lokasi pekerjaan. Hal ini untuk mengeliminir kesalahan pengukuran pada daerah yang luas. Pembuatan kerangka polygon dilakukan dengan GPS GEODETICT/ TRIMBLE dan TOTAL STASION.e. Pengukuran Potongan Memanjang dan MelintangPengukuran ini berdasar pada titik-titk tetap kerangka polygon. Spesifikasi pengukuran potongan melintang dan memanjang ini akan mengacu pada KAK, sedangkan peralatan yang digunakan adalah WP dan TOTAL STATION.f. Pengukuran Situasi DetailPelaksanaan juga mengacu pada titik-titik tetap kerangka polygon yang sudah terpasang. Tujuan untuk mendapatkan titik yang dapat mewakili situasi (X,Y,Z) pada lokasi pekerjaan. Spesifikasi pengukuran situasi detail mengacu pada KAK dan dalam pelaksanaannya menggunakan alat TOTAL STATION.

Gambar 3.7. Pengukuran dengan Total Station Laser (Tanpa prisma)

g. Pengolahan Data PengukuranSemua peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sudah terintegrasi dengan program computer, sehingga dalam pengolahan data akan lebih akurat dan cepat. Peralatan di sambung dengan computer, dan computer akan memproses seluruh data-data pengukuran.h. Penyajian Hasil PengukuranPenyajian hasil pengukuran akan dilakukan sesuai dengan KAK, yaitu berupa Laporan Data Pengukuran dan Gambar Pengukuran Topografi. Spesifikasi yang digunakan akan mengacu pada KAK dan Standar Penggambaran yang berlaku.Keluaran Kegiatan Survai TopografiKeluaran dari kegiatan ini adalah berupa : Peta situasi detail bangunan utama 1:500. Potongan Memanjang dan Melintang sungai skala 1:200 dan 1:100 atau 1:200 Potongan Memanjang dan Melintang saluran pembawa dan pembuang primer/sekunder Situasi bangunan penting (missal, talang, siphon dsb) Deskripsi BM & CP Print out running hasil pengukuran (Buku Ukur)

Gambar 3.8. Tahapan dan alat yang digunakan dalam Survai TopografiInvestigasi GeoteknikBor TanganDalam pekerjaan ini pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap jarak 0,75 2 meter atau sesuai petunjuk lain dari Direksi, yaitu dengan cara menekan tabung contoh tanah (sampler) secara hati-hati (terutama untuk tanah yang tidak terganggu) yang dipasang pada ujung bawah batang bor. Pada waktu pengeboran dilakukan, contoh tanah dapat diperiksa di dalam pipa bor yang ditarik keluar. Jika pada tahap ini ditemui perubahan jenis tanah, kedalaman perubahan jenis tanah dan kedalamannya harus dicatat, dan kemudian contoh tanah tambahan diambil.Pada lapisan-lapisan tanah yang dianggap penting untuk diketahui karakteristis tanahnya, maka pengambilan contoh continue diperlukan setelah mendapat persetujuan dari pihak Direksi pekerjaan. Pada saat pengeboran berlangsung kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti, hal ini dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi struktur nantinya, dan dapat pula mengakibatkan kesalahan analisis stabilitasnya.Cara pengeboran ini termasuk cara pengeboran yang paling sederhana dalam pembuatan lubang di dalam tanah dengan menggunakan alat bor. Alat bor ini hanya dapat digunakan bila tanah mempunyai kohesi yang cukup, sehingga lubang bor dapat stabil di sepanjang lubangnya dan alat jenis ini tidak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Penetrasi mata bor terbatas pada kekeuatan tangan yang memutarnya, oleh sebab itu tanah harus tidak mengandung batu atau lapisan tanah keras lainnya. Bor tangan ini dapat menembus sampai 10 m, tapi pada umumnya hanya dapat menembus maksimal 6 8 m.Pengeboran tangan dalam pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah lebih jelas, maka diperlukan pemboran tangan dengan kedalaman 6-8 m, dengan diameter lubang bor antara 12 15 cm. Hand bor ini dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) titik yang tersebar pada lokasi rencana konstruksi. Lokasi pengambilan titik bor ditentukan oleh tenaga ahli dan mendapat persetujuan dari pihak Direksi dan setiap titik pengeboran diphoto. Apabila diperlukan sesuai keperluan di lapangan maka pembuatan lubang yang lebih dalam pada tanah kohesif dapat menggunakan bor ulir.SondirUji sondir adalah suatu metode pengukuran untuk mendapatkan data daya dukung dan tahanan lekat atau clief tanah bawah permukaan tanah dengan cara mengukur besarnya kemampuan tanah melakukan perlawanan terhadap ujung konus dan hambatan lekat. Nilai dari perlawanan ujung konus ini diketahui sebagai nilai qc (cone resistence), dimana alat ini mampu dengan batas maksimum nilai qc sampai dengan 200 kg/cm2. Pada uji sondir ini juga diketahui nilai friction (hambatan lekat) dari suatu lapisan tanah, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang daya dukung lapisan tersebut. Dari pertambahan nilai hambatan lekat ini (total friction) akan dapat dihitung besarnya daya dukung tanah berdasarkan nilai friksinya (Friction bearing ratio).Alat yang digunakan dalam uji sondir ini adalah alat penetrometer tipe sedang (hand penetrometer) yang berkapasitas sampai batas maksimum tekanan 200 kg/cm2 atau sampai mencapai kedalaman maksimum 25 m. Peralatan ini juga dilengkapi dengan angkur, inner dan mannometer yang dapat mengukur jumlah cone resistence maupun jumlah hambatan lekatnya. Pembacaan manometer dilakukan pada setiap penambahan kedalaman 20 cm.

Uji LaboratoriumPengujian laboratorium mekanika tanah dilakukan terhadap contoh tanah tak terganggu (undisturb sample) dan contoh tanah terganggu (disturb sampel), sesuai dengan mengikuti prosedur SNI. Adapun parameter yang dilakukan dalam pengujian laboratorium adalah : Berat isi asli, Kadar air asli, Berat jenis, Gradasi, Batas-batas atterberg, Hydrometer, Pemadatan standar, Triaksial UU, Konsolidasi dan Permeability. Jenis dan macam percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Soil Propertis Berat Volume Tanah (Uni weight) Specific gravity (Berat jenis tanah) Moisture content (Kadar air tanah) Grain size analysis (Analisa Saringan) Atterberg limit (Batas Konsistensi) Shrinkage Limit (Batas Susut)Berikut ini akan dijelaskan untuk masing-masing parameter yang akan diuji : Spesific Gravity (Gs)Prosedur penentuan berat jenis tanah ini dapat mengikuti cara : ASTM-D-854 atau AASHO-T-100. Moisture Content (Wn)Prosedurnya dapat mengikuti : ASTM.D.2216. Grain Size AnalysisCara Hydrometer Analysis.Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur yang sesuai dengan ASTM.D.42. Atterberg Limit Liquid Limit (LL)Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.423. Plastic Limit (PL)Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424. Shinkage LimitProsedur penentuan nilai batas susut ini dapat mengikuti ASTM.D.427. Soil PropertiesProsedur percobaan mengikuti ASTM.D.2166.Perencanaan Detail

Desain Bangunan Penyedia Air Sei DeliBangunan penyedia air didefinisikan sebagai semua bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk menangkap air ke dalam jaringan saluran air bersih agar dapat dipakai untuk keperluan penyediaan air bersih. Alternatif tipe bangunan utama pada lokasi pekerjaan :(a) Pengambilan bebasBangunan pengambilan bebas langka dipakai karena persyaratan untuk berfungsinya bangunan tersebut dengan baik sangat sulit dipenuhi.Persyaratan ini adalah: kebutuhan pengambilan kecil dibandingkan dengan debit sungai andalan kedalaman dan selisih tinggi energi yang cukup untuk pengelakan pada aliran normal tanggul sungai yang stabil pada lokasi bangunan pengambilan bahan dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit bahan layangAgar sedimen yang masuk tetap minimal, pengambilan sebaiknya dibuat di ujung tikungan luar sungai untuk memanfaatkan aliran helikoidal. Kadang-kadang pula dibuat kantong lumpur atau pengelak sedimen di hilir pengambilan.Karena persyaratan-persyaratan yang disebutkan di atas, biasanya pengambilan bebas dijumpai di ruas sungai di mana kemiringan sungai curam; dasar tanggul sungai stabil (batu keras).(b) PompaPompa merupakan metode yang fleksibel untuk mengelakkan air dari sungai. Tetapi, karena biaya energinya mahal (biasanya bahan bakar atau listrik), pompa akan digunakan hanya apabila pemecahan berdasarkan gravitasi tidak mungkin serta analisis untung-rugi menunjukkan bahwa instalasi pompa memang layak.Dalam keadaan khusus ada dua tipe pompa yang mungkin dipakai. Kedua tipe ini tidak bergabung pada bahan bakar atau listrik. Tipe-tipe tersebut adalah:(1) Pompa naik hidrolis (hydraulic ram pump), yang bekerja atas dasar momentum aliran air dan dengan cara itu pompa dapat menaikkan sedikit dari air tersebut. Karena jumlah air yang dinaikkan sedikit. Tipe pompa ini umumnya hanya digunakan untuk memompa air minum.(2) Pompa yang digerakkan dengan air terjun.Di dasar pipa (shaft) vertikal dipasang sebuah rotor di mana air terjun menyebabkan pipa berputar. Di atas terdapat pompa kecil yang menaikkan air sedikit saja.(c) Bendung pelimpahTipe bangunan bendung yang paling umum dipakai di Indonesia adalah bandung pelimpah. Bendung ini dibuat melintang sungai untuk menghasilkan elevasi air minimum agar air tersebut bisa dielakkan.Dari kajian Konsultan berdasarkan kondisi teknis topografi dan muka air sungai Deli, maka bangunan yang cocok untuk kebutuhan air baku adalah bangunan pengambilan bebas, dalam hal ini intake dan bangunan pompa. Lebih lanjut, penjelasan kedua bangunan tersebut seperti disajikan berikut :a.Pengambilan BebasPengambilan dibuat di tempat yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan baik dan sedapat mungkin menghindari masuknya sedimen. Terlepas dari pemilihan lokasi pengambilan yang benar di sungai, masuknya sedimen dipengaruhi oleh sudut antara pengambilan dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen (skimming wall), kecepatan aliran masuk dan sebagainya.Gambar berikut menunjukkan sebagian dari penyelidikan model yang dilakukan oleh Habermaas yang memperlihatkan pengaruh situasi-jari-jari tikungan sungai, derajat tikungan, posisi pengambilan-terhadap pembagian sedimen layang pada pengambilan dan sungai.

Gambar 3.9. Penyelidikan model Habermaas, yang memperlihatkan banyaknya sedimen yang masuk ke dalam pengambilan

Gambar 3.10. Pintu aliran bawah

Gambar 3.11. Koefisien K untuk debit tenggelam (dari Schmidt)Agar mampu mengatasi tinggi muka air yang berubah-ubah di sungai, pengambilan harus direncanakan sebagai pintu aliran bawah. Rumus debit yang dapat dipakai adalah :

Q = K a B di mana:Q= debit, m3/dtK= faktor untuk aliran tenggelam = koefisiensi debit a= bukaan pintu, mB= lebar pintu, mg= percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)h1= kedalaman air di depan pintu di atas ambang, m

Pengambilan bebas sebaiknya diseliki dengan model agar pengambilan itu dapat ditempatkan di lokasi yang tepat supaya jumlah sedimen yang masuk dapat diusahakan sesedikit mungkin.

Gambar 3.12. Koefisien debit untuk permukaan pintu datar atau lengkung

b.Pompa1.Tata letakDalam pemilihan lokasi rumah/stasiun pompa harus memperhatikan beberapa faktor-faktor penting, yaitu: Dapat melakukan pengambilan air secara maksimum pada muka air rendah atau muka air tinggi. Air tidak mengandung banyak bahan sedimen Air tidak mambawa bahan hanyutan berupa sampah atau kayu Ada jalan masuk (akses) untuk melakukan pekerjaan konstruksi/instalasi dan kegiatan operasi pemeliharaan (O & P), Terlindung dari banjir Terletak pada tanah yang stabil Rumah/stasiun pompa dapat dikombinasikan dengan bangunan utama yang lain-lain seperti waduk, bendung biasa atau bendung gerak.2.Bangunan pelengkap pompa(a) Bangunan hidrolis yang terdiri dari bangunan pengambilan, pintu-pintu, kantong lumpur termasuk bangunan pembilas diperlukan untuk mengurangi bahan endapan. Bangunan ini diperlukan mengingat air sungai banyak mengandung sedimen membuat pompa akan bekerja lebih berat dan mengakibatkan motor penggerak kipas menjadi lebih cepat panas dan mudah terbakar.(b) Pompa harus terlindung dari panas matahari dan hujan agar tidak cepat rusak, untuk itu harus dibuat rumah pelindung atau rumah pompa/stasiun pompa yang konstruksinya cukup kuat terhadap getaran pompa, gempa dan tahan kebakaran.(c) Bangunan generator diperlukan untuk meletakkan mesin generator dan tangki bahan bakar. (d) Gudang penyimpanan suku cadang, bahan pelumas, bahan bakar dan generator termasuk suku cadangnya terletak tidak jauh dari rumah pompa/stasiun pompa dan ada jalan dari gudang ke rumah pompa untuk keperluan kemudahan operasi dan pemeliharaan (O & P) pompa.3.Tenaga pompaTenaga yang diperlukan untuk mengangkat air dalam suatu satuan waktu adalah :

HP = di mana:HP= tenaga kuda (Horse Power)Q= debit, I/dtH= gaya angkat vertikal, mKombinasi dengan efisiensi pompa menghasilkan:

WHP = BHP x efisiensi= di mana:WHP= tenaga yang dihasilkan (tenaga air) dalam satuan tenaga kuda (HP)BHP= tenaga yang dipakai (penahan) dalam satuan HPEp= persentase efisiensi

Efisiensi untuk pompa yang dioperasikan dengan baik adalah sekitar 75 persen dan untuk mesin 90 persen, memberikan efisiensi total sekitar 65 persen.Gambar memperlihatkan berbagai tipe pompa serta karakteristik debitnya.Efisiensi mesin yang dipakai akan berkurang dalam hal-hal berikut (lihat Tabel)

Tabel 3.15. Berkurangnya efisiensi mesinBerkurangnya efisiensi (%)

1. Untuk tiap ketinggian 300 m di atas permukaan laut32. Jika temperatur pada waktu eksploitasi di atas 180C13. Untuk perlengkapan yang menggunakan alat penukar panas54. Radiator, kipas (fan)55. Untuk operasi dengan beban terus-menerus206. Kehilangan tenaga pada alat transmisi (Drive losses)0 15

Gambar 3.13. Variasi dalam perencanaan roda sudut (impeller), kecepatan spesifik dan karakteristik tinggi energi-debit pompa

Tabel memberikan jumlah kebutuhan bahan bakar maksimum untuk sebuah instalasi pompa yang baik, yang mempunyai efisiensi pompa sekurang-kurangnya 75%Kapasitas pompa yang diperlukan biasanya dibagi-bagi menjadi sejumlah pompa untuk fleksibilitas eksploitasi dan untuk menjaga jika terjadi kerusakan atau pemeliharaan yang dijadwalkan untuk suatu unit.Biasanya dibuat instalasi tambahan sebagai cadangan.Tipe-tipe stasiun pompa diberikan pada Gambar berikut

Gambar 3.14. Tipe-tipe stasiun pompa tinggi energi rendahTabel 3.16. Kebutuhan Bahan bakar Maksimum untuk stasiun pompa yang baik

BahanDebit bakarAirTinggiTenagaPro-Dieselbensin /Gas(m3/hr)(m)air paneTraktoralamListrik207,54,22,73,5 350 8,51005018,510,56,28,5 860 217026,014,79,011,7 1200 29

20116,23,75,2 510 12,5150502815,79,513,0 1290 32703922,013,518,2 1800 44

20158,55,26,7 690 17200503721,012,516,5 1710 42705229,517,723,5 2400 59

201910,76,58,5 880 222505016,526,516,021,0 2150 53706536,722,220,2 3000 73 Perencanaan Saluran Transmisi (Perpipaan)Persamaan Energi Pada Aliran Di PipaTotal energi pada garis potensial atau tinggi elevasi, tinggi tekanan dan kecepatan ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Konsepnya hampir sama dengan persamaan hidrolika aliran pada saluran terbuka.Persamaan energi pada saluran tertutup/pipa sebagai berikut:

Gambar 3.15. Garis Hidrolik dan Garis Energi Pada Aliran PipaEvaluasi Terhadap Kehilangan Tinggi Akibat GesekanPersamaan Chezy dari perimbangan dalam pergerakan air yang mereduksi dari persamaan Darcy Weissbach. Sesuai dengan persamaan Chezy:

dimana:hf=kehilangan tinggi pada pipa akibat gesekan (m)f=faktor gesekanL=panjang pipa (m)d=diameter dalam pipa (m)V=kecepatan dalam pipa (m/detik)A.Koefisien Gesekan Menurut Persamaan Darcy WeisbachKoefisien gesekan berhubungan dengan kondisi aliran, yang diklasifikasikan berdasarkan angka Reynolds. Untuk pipa, diameter yang digunakan sebagai dimensi karakteristik dan angka Reynolds adalah sebagai berikut:

dimana:V=kecepatan rata-rata aliran (m/detik)d=diameter dalam pipa (m)v=viskositas kinematik zat cair (m2/detik)Tabel 3.17. Klasifikasi Aliran Menurut Angka ReynoldTipe AliranHarga Re

Laminer< 2000

Transisi ke Turbulen (daerah kristis)2000 - 4000

Turbulen> 2000

Untuk aliran laminer besarnya koefisien berdasarkan rumus Hugen Poiseulle adalah :

Pada daerah kritis yaitu Re antara 2000 4000 tidak dapat dipastikan besarnya koefisien gesekan.Aliran Turbulen diklasifikasikan berdasarkan zona sebagai berikut: Aliran pada pipa yang halus dimana kekasaran relatif /d sangat kecil Aliran pada permukaan pipa sangat kasar Aliran pada permukaan yang sebagian kasar.Persamaan untuk permukaan pipa yang halus:

Persamaan untuk permukaan pipa yang sangat kasar:

Persamaan untuk semua tipe aliran di aliran turbulen

Tabel 3.18. Harga Kekasaran Untuk PipaBahan PipaHarga Kekasaran, (ft)KoefisienHazen Willian, C

Brass, copper, aluminiumPVC, plastikBesi Cast:BaruLamaBesi GalvanisBesi asplatWrought ironBesi lasRiveted steelConcreteWood staveSmoothSmooth

8.0 x 10-4-5.0 x 10-44.0 x 10-41.5 x 10-41.5 x 10-460 x 10-440 x 10-420 x 10-4140150

130100120--120110130120

B.Koefisien Gesekan Menurut Persamaan Hazen WilliamMenurut rumus Hazen WilliamV = 1.318 C R0.63 S0.54dimana:V=kecepatan aliran (m/detik)C=koefisien kekasaran Hazen WilliamR=jarijari hidrolis S=kemiringan energi gradien = hf/LUntuk pipa dimana V = Q/A = (/4)d2, dan R = d/4, maka:Q = 0.278 Cd263 S0.54

Kehilangan Tinggi MinorKehilangan minor disebabkan oleh penyempitan, percabangan, sambungan dan lain-lain. Rumus yang digunakan untuk menghitung kehilangan tinggi minor adalah sebagai berikut:

dimana:hm=kehilangan tinggi minor (m)K=koefisien kehilanganV=kecepatan aliran (m/detik)

Pipa Tunggal Dengan PompaAnalisis sistem, persamaan energi diterapkan antara hulu dan hilir pipa, yaitu:

Hp = Z + hlossdimana:Hp=tinggi energi karena pompaZ=perbedaan tinggi hulu dan hilir atau static head (m)hf=kehilangan tinggi akibat gesekanhm=kehilangan tinggi minor (m)hloss=total kehilangan tinggi akibat gesekan dan minor (m)

Tinggi energi, Hp dan kekuatan pompa dirumuskan sebagai berikut:

BHP=kekuatan pompaQ=debit yang masuk ke pompa, m3/detikHp=tinggi pompa (m)=efisiensi pompa

Susunan Pipa SeriBerdasarkan rumus kontinuitas dan energi maka susunan pipa seri dapat dihitung sebagai berikut:Q = Q1 = Q2 = .Susunan Pipa ParalelBerdasarkan rumus kontinuitas dan energi maka susunan pipa paralel dapat dihitung sebagai berikut:Q = Q1 + Q2 + .Hf = hf1 = hf2 = Perencanaan PompaKlasifikasi Pompa: Kecepatan Khusus PompaKecepatan khusus untuk pompa dirumuskan sebagai berikut:

dimana:Ns=kecepatan khususN=kecepatan putaranQ=kapasitas debit, m3/detik.pmH=tinggi total (m)

Sistem Kurva Head Pompa

Pada beberapa sistem perpipaan, kehilangan tinggi akibat gesekan, , dan kehilangan minor, digunakan untuk menghitung head pompa sebagai berikut:

Dengan mengeplot persamaan diatas antara Hp dan Q nantinya akan didapat kurva head pompa. Dalam kurva ini dapat dilihat kapasitas pompa dan debit sehingga bisa diseleksi pompa yang akan direncanakan.Sistem Multi PompaA.Pompa Susunan SeriUntuk merencanakan pompa yang disusun secara seri pendekatannya hampir sama dengan perencanaan pipa karena hukum kontinuitas dan kekekalan energi masih berlaku. Untuk mengetahui besarnya kapasitas pompa dapat dihitung dengan rumus:

dimana :A, B, .= jenis pompa yang berbedaQ=debit yang masuk ke pompa (m3/detik)HAB=tinggi pompa A, B, (m)=efisiensi pompa=berat jenis airB.Pompa Susunan ParalelUntuk merencanakan pompa yang disusun secara seri pendekatannya hampir sama dengan perencanaan pipa karena hukum kontinuitas dan kekekalan energi masih berlaku. Untuk mengetahui besarnya kapasitas pompa dapat dihitung dengan rumus:

dimana :A, B, . =jenis pompa yang berbedaQAB=debit yang masuk ke pompa (m3/detik)H=tinggi pompa A, B, (m)=efisiensi pompa=berat jenis air

Keterbatasan Di Lokasi PompaTekanan mutlak pada pompa di intake harus net positive suction head (NPSH). Nilai NPSH dihitung berdasarkan:

Sedangkan NPSH untuk tekanan di permukaan tampungan digunakan rumus sebagai berikut:

dimana:P0=tekanan mutlak pada permukaan tampungan, tekanan atmosfer untuk tampungan terbuka.Z=elevasi intake dari permukaan tampunganhl=kehilangan tinggi akibat gesekan dan local head sampai ke inlet

Parameter Kavitasi:

Hasil perhitungan nilai harus lebih besar dari nilai yang diberikan oleh pabrik pembuat pompa.Penggambaran Detail Design dan PenyajiannyaDalam penggambaran seluruh hasil detail design akan digunakan autocad 2005 dan Map Info, sehingga hasil gambar desail nantinya akan berupa format digital yang akan diserahkan dalam bentuk soft copy dan hard copy.Ketentuan tentang gambar diuraikan sebagai berikut. Penggambaran menggunakan simbol, garis, dan arsiran yang jelas, dan dapat dipahami oleh kontraktor dan atau pengawas. Setiap bagian dari sungai atau bangunan ditampakkan dengan detail. Potongan melintang selalu digambar berurutan dari sudut kiri atas gambar ke bawah, selanjutnya deretan tengah, dana deretan kanan dipakai dari atas ke bawah. Gambar potongan melintang hanya menunjukkan satu ruas sungai tidak dicampur dengan gambar bangunan. Garis tengah sungai berada dalam 1 garis lurus vertikal. Blok judul dipakai dalam semua gambar dan terletak di sudut kanan bawah sesuai Kriteria Perencanaan 07. Gambar mempunyai skala dengan dimensi dalam meter, centimeter atau milimeter tergantung pada apa yang akan ditunjukkan dalam gambar. Lembar standar memakai ukuran kertas A1. Skala gambar diuraikan dalam Tabel 2d.6.Tabel 3.19. Skala GambarNoTipe GambarSkalaKeterangan

1Peta situasi Sei Deli1 : 500

2Peta situasi intake 1 : 500

2Potongan long horisontal vertical

1 : 2.0001 : 100

3Potongan cross horisontal vertikal1 : 200 atau 1 : 100

4Gambar bangunan denah potongan detail1 : 100, 1 : 50, 1 : 2001 : 100, 1 : 501 : 20, 1 : 10Sesuai kebutuhan

5Gambar Saluran Transmisi long section cross section1:2000 , 1:1001:100; 1:50

Sesuai dengan kerangka acuan kerja, akan dilakukan penggambaran dengan mempergunakan program-program komputer, sehingga akan menghasilkan gambar peta digital yang lebih baik, tepat dan akurat. Adapun langkah-langkah penggambaran secara digital dapat di uraikan sebagai berikut :a. Penggambaran profil melintang dilakukan dengan langkah-langkah Membuat data profil melintang dengan menggunakan spreadsheet Microsoft Excell. Membuat database STA dengan menggunakan spreadsheet Microsoft Excell. Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land Development untuk menggambarkan profil melintangnya, dan setting gambar profil melintang yang akan dibuat. Membuat alignment yaitu garis sepanjang STA yang memuat profil melintang, misalnya STA 13+000 adalah garis sepanjang 13 km. Memanggil database profil melintang, dan data base STA dengan menggunakan software X-section yaitu transfer data dari sitem software Microsoft Excell ke sistem software AutoCad Land Development. Memanggil database export database ke software AutoCad Land Development dengan jarak profil melintang pada program software AutoCad Land Development. Editing profil melintang, dan menambahkan kop peta/gambar.

Gambar 3.16. Bagan Alir Penggambaran Cross Setionb. Penggambaran situasi dilakukan dengan langkah-langkah Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land Development. Insert data poligon, dan data profil melintang. Melakukan proses kontour di software AutoCad Land Development dengan menu terrain untuk membuat surface, edit surface, selanjutnyan setting, membuat, dan mencantumkan label kontour. Editing gambar/peta situasi, dan pembenahan kop peta.

Gambar 3.17. Bagan Alir Penggambaran Situasi c. Penggambaran long section dilakukan dengan langkah-langkah Membuat database dengan menggunakan spreadsheet Microsoft Excell berisi No.STA, jarak, elevasi tanggul kiri, elevasi tanggul kanan, dan elevasi as sungai. Membuat project baru dengan menggunakan software AutoCad Land Development. Memanggil database profil melintang, dan data base STA dengan menggunakan software X-section yaitu transfer data dari sitem software Microsoft Excell ke sistem software AutoCad Land Development. Memanggil database, selanjutnya meng-export database ke software AutoCad Land Development sepanjang long section pada program software AutoCad Land Development. Editing profil melintang, dan menambahkan kop peta/gambar.

Gambar 3.18. Bagan Alir Penggambaran Long SectionPerhitungan Bill Of Quantity Setelah sebagian atau seluruh tahap pelaksanaan desain selesai, dilakukan perhitungan volume pekerjaan dan rancangan anggaran biaya (RAB). Pelaksanaan perhitungan pekerjaan dapat dilakukan dengan sistem manual atau komputasi. Hal ini akan ditinjau kembali setelah gambar desain selesai. Perhitungan volume pekerjaan akan digunakan methode koordinat terkomputerisasi untuk menghilangkan kesalahan akibat efek pengukuran dimensi model ruler (pakai penggaris /rol). Selanjutnya akan ditabulasi dan direkap sesuai dengan sub jenis pekerjaan. Hasil perhitungan Volume dipisah-pisahkan sesuai dengan zona pemaketan.Kuantitas dihitung dari gambar desain final dengan metode pengukuran bersih seperti yang dijelaskan pada pedoman prosedur desain dan pengukuran. Daftar kuantitas pekerjaan terinci atau dikenal dengan bill of quantity, menguraikan volume masingmasing bangunan, disusun, dan diserahkan ke pemilik pekerjaan untuk pemeriksaan bersama antara pemilik pekerjaan, dan kontraktor pelaksana pada saat realisasi konstruksi.Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan biaya konstruksi berdasarkan gambar dan spesifikasi pekerjaan yang akan dibangun. Untuk menghitung RAB diperlukan data-data Gambar rencana konstruksi/ struktur Spesifikasi Teknis Volume pekerjaan Daftar harga bahan dan upah Analisa harga satuan Metode pelaksanaan/ Metode kerjaAcuan untuk melakukan analisa harga satuan : Analisa BOW; Analisa harga satuan ini berasal dari penelitian zaman Belanda, untuk saat sekarang sudah jarang digunakan, karena sering terjadi pembengkakan di sector tenaga. Standar Nasional Indonesia (SNI); dikeluarkan resmi secara berkala oleh Badan Standarisasi Nasional setiap tahun berjalan. Standar Perusahaan; pada perusahaan tertentu menerbitkan analisa harga satuan tersendiri sebagai pedoman bagi perusahaan tersebut. Pengamatan dan Penelitian Langsung di Lapangan; cara ini membutuhkan banyak waktu, tapi hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalaman di lapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.Standar Harga Satuan harga satuan ini dikeluarga tiap daerah Kabupaten / Kota atau Provinsi.

RENCANA KERJADAN MANAJEMEN ORGANISASIRencana KerjaRencana kerja ini merupakan ruang lingkup kegiatan yang telah dibahas pada Bab sebelumnya, dimana kegiatan-kegiatan ini nantinya akan dilaksanakan oleh tim konsultan agar tercapainya maksud dan tujuan serta sasaran yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja. Adapun rencana kerja yang akan dilaksanakan adalah pekerjaan persiapan, pekerjaan Hidrologi, pekerjaan survey topografi, pekerjaan survey geologi, renana anggaran biaya, pembuatan laporan dan diskusi.Pekerjaan PersiapanPekerjaan persiapan ini merupakan kegiatan administrasi, mobilisasi, pengumpulan data primer dan sekunder, orientasi lapangan dan penyusunan program kerja serta pembuatan laporan rencana mutu kontrak. Persiapan administrasi adalah kegiatan surat menyurat ke instansi terkait yang tujuannya untuk memperlancar kegiatan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder, sedangkan kegiatan mobilisasi adalah kegiatan untuk mendatangkan personil dan peralatan sesuai dengan waktu pelaksanaan. Setelah kegiatan administrasi selesai dilaksanakan maka tim konsultan akan melaksanakan orientasi ke lapangan untuk menentukan lokasi rencana intake dan jalur rencana saluran transmisi. Disamping kegiatan tersebut juga dilaksanakan kegiatan penyusunan rencana mutu kontrak dan program kerja.Kegiatan persiapan ini hanya melibatkan 2 orang tenaga ahli (ketua tim dan ahli desain) dan dibantu oleh seorang administrasi dan seorang operator Komputer dengan man month yang disajikan pada tabel dibawah ini :

No.Nama PersonilJabatanWaktu (Hari)MM

1Ir. B. Soemantri Dip. HE.Ketua Tim120.40

2Ir. Sutrisno, ME.Ahli Desain40.13

3Mutiawati, A.MdAdministrasi120.40

4Fiti TafiaOperator Komputer120.40

Untuk melaksanakan kegiatan persiapan ini selama 2 minggu hanya membutuhkan peralatan komputer dan printer. Pekerjaan HidrologiPekerjaan hidrologi ini mencakup kegiatan survey hidrologi dan hidrometri, analisa hidrologi seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Survey hidrologi adalah pengumpulan data sekunder seperti studi-studi terdahulu, peta rupa bumi, data curah hujan yang diperoleh dar