LAPORAN HIBAH PENELITIAN -...

30
LAPORAN HIBAH PENELITIAN Dalam rangka implementasi Program Hibah Kompetisi (PHK-A) PGSD di Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2007 PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD DALAM MENGAJUKAN PERTANYAAN PRODUKTIF UNTUK MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI ' Oleh: Dr. phii. Ari Widodo, M.Ed. PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007

Transcript of LAPORAN HIBAH PENELITIAN -...

LAPORAN HIBAH PENELITIAN Dalam rangka implementasi Program Hibah Kompetisi (PHK-A) P G S D

di Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2007

PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD DALAM MENGAJUKAN PERTANYAAN PRODUKTIF UNTUK

MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI

' Oleh: Dr. phii. Ari Widodo, M.Ed.

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007

LAPORAN HIBAH PENELITIAN Dalam rangka implementasi Program Hibah Kompetisi (PHK-A) P G S D

di Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2007

PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD DALAM MENGAJUKAN PERTANYAAN PRODUKTIF UNTUK

MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI

' Oleh: Dr. phil. Ari Widodo, M.Ed.

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007

IDENTITAS DAN P E N G E S A H A N L A P O R A N HIBAH PENELITIAN

1. Judul Penelitian Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA berbasis Inkuiri

2. Peneli t ian a. N a m a Lengkap dan Gelar Dr. phil. Ari Widodo , M. Ed. b . Jenis Kelamin Pria c. Pangkat dan Golongan dan NIP Pembina/IV a /131998644 d. Fakultas/Jurusan FPMIPA/Jurusan Pendidikan Biologi e. Insti tut/Universi tas Universitas Pendidikan Indonesia f. A lam at Rumah

N o m o r te lepon/HP Emai l :

Cikole - Lembang, Bandung 081321656749 widodo@upi .edu

3. Lama Penelit ian 6 bulan/ Juli - Desember 2007 4 . Mahas i swa yang terlibat 1. Sofiani Kumiasar i 4 . Mahas i swa yang terlibat

2. Fani Nurfajriah 4 . Mahas i swa yang terlibat

3. Rina Yuliana

4 . Mahas i swa yang terlibat

4. Ratih Purnama Sari

Mengetahui: Kaprodi P G S D FIP Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung, Desember 2007

Peneliti,

Drs. Rochdi Simon, M. Kes . (Dr. phil. Ari Widodo , M. Ed.) NIP. 131289949 NIP . 131998644

Mengetahui:

Ketua Lembaga Penelitian

A B S T R A K Sains bukanlah hanya konten (body of knowledge) namun j u g a proses. Oleh karena itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kedua hal tersebut. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kedua hal tersebut adalah inkuiri. Sayangnya, sekalipun inkuri sains dinilai merupakan pendekatan yang efektif untuk mengembangkan penguasaan konten maupun kemampuan melakukan proses sains, namun dalam kenyataan inkuiri masih sangat ja rang dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah kekurangmampuan siswa dan guru dalam merumuskan pertanyaan produktif yang merupakan langkah awal untuk berinkuiri. Pertanyaan produktif merupakan jen i s pertanyaan yang j awabannya harus dicari langsung. Penelitian terdahulu yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa kemampuan guru-guru S D dalam membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan produktif masih lemah. Oleh karena itulah penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan mahas iswa calon guru SD dalam mengajukan pertanyaan produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia, pemberian kata tanya, dan kartu contoh pertanyaan masih belum bisa meningkatkan kemampuan mahasiswa PGSD dalam mengajukan pertanyaan produktif. Sekalipun ada kenaikan rata-rata jumlah pertanyaan produktif yang diajukan, namun peningkatan tersebut masih sangat rendah. Karena itu perlu dan d ikembangkan strategi yang baru.

K A T A P E N G A N T A R Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah atas perkenannya sehingga saya bisa

menyelesaikan penelitian ini. Sungguh kami sangat berbahagia bisa menyelesaiakan penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini sungguh merupakan suatu pengalaman berharga bagi kami semua baik dosen maupun mahasisvva S-l PGSD UPI. Melalui kegiatan penelitian ini kami bisa saling belajar satu sama lain, bukan hanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian namun juga hal-hal lainnya. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

1. Pengelola Hibah PHK-A PHSD UPI 2. T im dosen mata kuliah Konsep Dasar IPA, Prodi PGSD UPI 3 . Pihak lain yang membantu kegiatan penelitian ini.

Bandung, Desember 2007 Ari Widodo

ii

D A F T A R ISI

Abstrak i i

Kata Pengantar i i 11

Daftar Isi 111 111

BAB I P E N D A H U L U A N 1 1

A. Latar belakang masalah 1 1

B. Rumusan masalah 9 4m

C. Tujuan penelitian 9 z.

D. Manfaat penelitian 9 z.

BAB II KAJIAN P U S T A K A J

A. Inkuiri dalam pembelajaran sains 9

B. Pent ingnya mengajukan pertanyaan A 1

B AB III M E T O D O L O G I PENELITIAN 7

A. Metode penelitian 7

B. Subjek penelitian 9 o

C. Prosedur penelitian Q y

D. Analis is data 9 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN P E M B A H A S A N 10

A. Hasil penelitian 10 B. Pembahasan 16

BAB V K E S I M P U L A N D A N SARAN 18 A. Kesimpulan 18 B. Saran 18

DAFTAR P U S T A K A 19 L A M P I R A N - L A M P I R A N 20 Lampiran 1 Curr iculum vitae tenaga peneliti 21

iii

BAB I P E N D A H U L U A N

A. L a t a r B e l a k a n g M a s a l a h Sains bukanlah hanya kumpulan fakta atau pengetahuan tentang fenomena alam atau

body of knowledge (Cain & Evans, 1990; McComas, 1998) namun sains mencakup cara mengembangkan pengetahuan (process), sikap terhadap fenomena alam (attitude), dan penerapan prinsip-prinsip sains (technology). Selama ini pelajaran sains di sekolah lebih diarahkan pada penguasaan pengetahuan dan kurang mengembangkan proses dan sikap ilmiah. Hal ini m e m b u a t siswa hanya menguasai produk sains tetapi kurang menguasai proses untuk menghasi lkan pengetahuan.

Kesadaran terhadap pentingnya penguasaan proses sains bagi siswa memunculkan beberapa ide pembaharuan pembelajaran sains, misalnya Science A Process Approach (SAPA), pendekatan keterampilan proses, dan inkuiri sains. Walaupun ide-ide tersebut merupakan ide-ide yang baik namun di lapangan pelajaran sains tetap saja kurang mengembangkan kemampuan proses sains. Sebagai langkah untuk memformalkan usaha pembelajaran proses sains kepada siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara eksplisit bahkan menyatakan bahwa pelajaran sains harus mencakup aspek kerja ilmiah dan konsep (Depdiknas , 2006) . Langkah tersebut sesungguhnya bisa menjadi terobosan baru agar aspek proses sains dibelajar. Sayangnya yang terjadi jus teru diluar keinginan. Kerja ilmiah bukannya dilakukan sebagai proses tetapi dibelajarkan sebagai pengetahuan. Akiba tnya siswa hanya tahu apa itu kerja ilmiah tetapi tidak bisa melakukan kerja ilmiah.

Pembelajaran sains di jenjang Sekolah Dasar (SD) memegang peranan penting bagi pembelajaran sains pada jenjang-jenjang berikutnya sebab pengalaman belajar sains di SD bukan hanya mempengaruhi aspek pengetahuan siswa tentang sains tetapi j u g a mempengaruhi minat siswa untuk belajar sains pada jenjang berikutnya. Pembelajaran sains di SD harus bisa member ikan dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan sains yang diperlukan untuk belajar sains pada jenjang berikutnya serta bisa membangki tkan sikap dan minat siswa untuk terus belajar IPA.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak disarankan untuk membelajarkan IPA adalah pendekatan inkuiri . Sayangnya sekalipun pendekatan inkuiri sudah banyak dipaparkan keunggulannya , bahkan Depdiknas (2006) secara eksplisi t menyatakan bahwa pembelajaran IPA di SD_hendaknya menggunakan inkuiri sains. Salah satu dasar penting

1

untuk bisa berinkuiri adalah kemampuan mengajukan pertanyaan produktif. Penelitian yang telah dilakukan (Widodo . Sumiati , & Setiawati, 2006) mengungkapkan bahwa kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan produktif masih relatif rendah. Oleh karena itu salah satu langkah awal untuk melakukan inkuiri sains adalah meningkatkan kemampuan guru dalam mengajukan per tanyaan produktif. Salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan mengajukan pertanyaan produktif adalah dengan meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru SD.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. "Strategi apakah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa P G S D dalam mengajukan pertanyaan produktif?"

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan mahas iswa PGSD dalam mengajukan pertanyaan produktif.

D. Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan dasar mahasiswa dalam merumuskan pertanyaan produktif guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran sains yang berbasis inkuiri. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang strategi yang bisa ditempuh dosen untuk meningkatkan kemampuan mengajukan pertanyaan produktif mahasiswa P G S D .

2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Inkuiri dalam pembelajaran sains Inkuiri merupakan salah satu strategi yang sudah sejak lama dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran sains, namun dalam praktek di lapangan pendekatan ini relatif j a rang digunakan. Dalam dokumen K.TSP dengan eksplisit dinyatakan "Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah {scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup (Depdiknas , 2005) .

Dalam National Science Education Standards (NRC, 2000) dibedakan kemampua inkuri pada kelas rendah (TK - kelas IV) dpn kemampuan inkuiri pada kelas tinggi (Kelas V -Kelas VIII).

Tabel 2.1 Kemampuan inkuiri yang harus dikuasai anak SD

T K - Kelas IV Kleas IV - VIII

1. Mengajukan pertanyaan tentang benda, makhluk hidup, dan kejadian-kejadian yang ada di l ingkungan mereka

1. Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab melalui penelitian ilmiah

2. Merancang dan melakukan penelitian sederhana

2. Merancang dan melakukan penelitian ilmiah

3. Menggunakan peralatan sederhana untuk mengumpulkan data dan membantu indera

3. Menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk mengumpulkan , menganalisis dan menafsirkan data

4. Menggunakan data untuk membuat penjelasan yang masuk akal

4. Member ikan deskripsi , penjelasan, prediksi, dan model berdasarkan bukti yang ada

5. Mengkomunikas ikan kegiatan dan hasil penelitian

5. Berpikir kritis dan logis untuk mengaitkan antara penjelasan dan bukti yang ada

5.

6. Mengenali dan menganalis is penjelasan lain

5.

7. Mengkomunikas ikan prosedur dan penjelasan ilmiah

5.

8. Menggunakan matemat ika dalam inkuiri

Karena kemampuan s iswa untuk melakukan inkuiri yang "sungguhan" masih belum memadai, maka biasanya yang digunakan di sekolah adalah inkuiri terbimbing {guided inquiry). Melalui inkuiri terbimbing guru bimbingan dan arahan kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan penyelidikan, misalnya guru harus memberikan permasalahan, membimbing siswa untuk menemukan pertanyaan yang akan diteliti , membimbing dalam pelaksanaan penyel idikan, atau bahkan j u g a membimbing dalam pencatatan hasil. Dalam pelaksanaan, pembimbingan hendaknya dilakukan dalam bentuk pertanyaan pengarah dan bukan memberi tahu secara langsung. Seiring dengan meningkatnya kemampuan inkuiri siswa, bimbingan yang diberikan guru juga setahap demi setahap dikurangi .

Karena sifatnya yang menekankan agar siswa melakukan proses penyelidikan, maka pendekatan inkuiri menuntut metode pembelajaran yang sesuai, misalnya metode proyek. Hal ini berbeda dari pendekatan-pendekatan yang telah dibahas sebelumnya yang t idak menuntut metode tertentu sehingga pembelajaran bisa dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, dan demonstrasi.

B. Pentingnya mengajukan pertanyaan Bertanya merupakan suatu hal sangat lazim dilakukan dalam proses pembelajaran.

Guru bertanya untuk mengukur pemahaman siswa, untuk mendapatkan informasi dari siswa, untuk merangsang siswa berpikir, dan untuk mengontrol kelas. Sementara itu siswa kadang juga bertanya untuk berbagai tujuan, misalnya untuk mendapatkan penjelasan, sebagai ungkapan rasa ingin tahu, atau bahkan sekedar untuk mendapatkan perhatian. Tampaknya tidak ada yang menyangka l peran penting pertanyaan dalam proses belajar mengajar.

Ada beberapa sistem klasifikasi pertanyaan yang d ikemukanan oleh para ahli, misalnya Good (1987) dan Hamil ton dan Brady (1991) mengklasif ikasikan pertanyaan menjadi pertanyaan akademik dan pertanyaan non akademik ; Costa (1991) mengklasifikasikan pertanyaan menjadi pertanyaan input, pertanyaan proses, dan pertanyaan output; Jelly (1985) mengklasif ikasikan pertanyaan menjadi pertanyaan produktif dan pertanyaan nonproduktif. Pertanyaan prqduktif adalah pertanyaan yang j a w a b a n n y a bisa ditemukan melalui kegiatan atau pengamatan, sedangkan per tanyaan noin produktif adalah pertanyaan yang j awabannya didasarkan pada buku atau sumber kedua lainnya. Perbedaan antara pertanyaan produktif dan pertanyaan non produktif dapat dil ihat pada tabel berikut.

4

Tabel 2.2 Perbedaan antara pertanyaan produktif dan pertanyaan nonproduktif Pertanyaan Nonprodukt i f Pertanyaan produktif

o Mendorong munculnya pengertian sains ^phncai informasi o Mendorong munculnya pengertian

H d n \ X / ^ C cx I rx c <x/icxlorx p o r o 1 / A r i Q

U a l l W d b a l l l S a U a l d n C a r d K e r j a . o Jawaban diperoleh dari sumber kedua misalnya dari bacaan

o Jawaban diperoleh dari pengamatan langsung yang menuntut tindakan n p n ( j a m t\ \ c\r\ I x\f* r p f i K A Q r \ p C l I g a l 1 l a L a i 1/ J J C I y^sjUcXdl 1.

o Cenderung menekankan bahwa ada jawaban tertentu yang benar.

o Mendorong munculnya kesadaran bahwa jawaban yang berbeda bisa saja benar, tergantung konteksnya.

o Anak yang mempunyai kemampuan verbal yang baik cenderung lebih aktif dan banyak menjawab.

o Hampir semua anak bisa menjawab pertanyaan.

(Sumber: Jelly, 1985 :48 )

Meskipun diakui bahwa pertanyaan memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, namun masih sedikit sekali penelitian tentang pertanyaan dalam proses pembelajaran. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa guru pada umumnya mengajukan j auh lebih banyak pertanyaan dibandingkan siswa (lihat misalnya penelitian Sintya Pujiastuti, 2005) . Dalam kegiatan pembelajaran s iswa ja rang sekali mengajukan pertanyaan padahal dalam kehidupan sehari-hari anak biasanya banyak sekali bertanya. Penelitian yang di lakukan Widodo (1996) menunjukkan bahwa apabila siswa diperlihatkan dengan suatu fenomena alam di luar kelas, mereka banyak sekali mengajukan pertanyaan, namun apabila fenomena tersebut dimunculkan di dalam kelas pertanyaan mereka ajukan j auh lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa perlu kondisi dan dorongan tertentu agar siswa aktif bertanya.

Penelitian tentang jen i s pertanyaan yang ditanyakan (Lestari , 2002: Widodo, 2007) mengungkapkan bahwa sebagian besar pertanyaan yang di tanyakan guru merupakan pertanyaan tertutup dan pada jenjang hafalan (CI ) dan pemahaman (C2). Penelitian lain tentang pertanyaan yang diajukan siswa (Farihah, 1997; Rahayu, 2001) mengungkapkan bahwa sebagian besar per tanyaan yang diajukan siswa dalam pembelajaran merupakan pertanyaan pada jenjang kognit i f rendah (hafalan dan pemahaman) . Sdementara itu penelitian yang dilakukan oleh Widodo , Sumiati , dan Setiawati (2006) mengungkapkan bahwa siswa SD mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan produktif.

Literatur tentang peningkatan kemampuan bertanya menyatakan bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk mendorong seseorang bertanya.

5

Lingkungan yang mendukung Tanpa l ingkungan yang kondusif (dihargai, dijawab, diteruskan dengan kegiatan, dsb) siswa cenderung tidak mau mengajukan pertanyaan. Kegiatan yang menarik, di luar perkiraan siswa, dan menimbulkan keingintahuan siswa akan membuat siswa bertanya (Jelly, 1985: Blosser, 1991). Pemodelan dari guru Siswa tidak akan dapat mengajukan pertanyaan yang belum pernah didengarnya. Oleh karena itu mereka membutuhkan model-model pertanyaan dari guru. Penelitian yang dilakukan Mart inel lo et al. (1996) melaporkan bahwa s iswa perlu bantuan yang intensif agar mereka m a m p u mengajukan pertanyaan yang sifatnya bisa diteliti. Latihan mengajukan pertanyaan Beberapa pendidik menyarankan agar dilakukan latihan secara khusus agar siswa dapat mengajukan per tanyaan (e.g. Dillon, 1988; Langrehr, 1993). Ada beberapa teknik yang bisa dipakai , misalnya memberikan matriks yang berisikan kata tanya, member ikan kartu contoh pertanyaan.

BAB III M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

A. Metode Penelitian Pola pemecahan masalah akan dilakukan dengan menggunakan kerangka penelitian

tindakan sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis (1999) yang meliputi analisis kondisi awal, perencanaan t indakan, t indakan pemecahan masalah, monitoring, dan evaluasi (lihat Gambar 3.1). • Pertama, peneliti akan mengobservas l kemampuan awal mahas iswa dalam mengajukan

pertanyaan produktif. Peneliti akan menunjukkan sesuatu dan meminta mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan

• Kedua, berdasarkan analisis awal, peneliti akan merumuskan model pelatihan seperti apa yang akan digunakan untuk melatoih mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan produktif.

• Ketiga, peneliti akan mengimplementas ikan alternatif solusi yang telah dikembangkan dalam tahap perencanaan. Pada saat implementasi tim peneliti akan mengobservasi pelaksanaan P B M untuk mengidentifikasi kesulitan dan peluang dari alternatif solusi yang dipilih.

• Keempat, tim peneliti akan berdiskusi untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.

7

What is happening now General Idea

Reconnaissance Discerning Negotiating Exploring o p p o r t u n i s t Assessing possibilities Examining constraints

v . Howcan f W n l t o r t h s effects ••' '•' \ \ _ : of f a c t i o n ?

Gambar 3.1 Tahapan penelitian tindakan menurut Kemmis

B. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa S-l PGSD kelas berasrama yang berjumlah 37 orang. Pada siklus kedua hanya 23 mahasiswa yang terlibat sebab beberapa hamasiswa berhalangan hadir. Sementara itu pada siklus ketiga hanya 20 mahasiswa y a n g terlibat karena mahasiswa yang lain sedang mengerjakan tugas lain.

8

C. P r o s e d u r pene l i t i an 1. Siklus p e r t a m a Untuk siklus per tama sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan mult imedia mahasiswa diminta untuk menuliskan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul selanjutnya dikaterogikan menjadi pertanyaan produktif dan pertanyaan nonproduktif. 2. Siklus kedua Untuk siklus kedua sebelum dan sesudah pemberian kartu ber tanya mahasiswa diminta mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertdnyaan yang terkumpul selanjutnya dikaterogikan menjadi pertanyaan produktif dan pertanyaan nonproduktif. 3. Siklus ketiga Untuk siklus ketiga sebelum dan sesudah pemberian kartu contoh pertanyaan mahasiswa diminta mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang terkumpul selanjutnya dikaterogikan menjadi pertanyaan prociuktif dan pertanyaan nonproduktif .

D. Analisis Data Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mahasiswa dikategorikan menjadi pertanyaan roduktif dan pertanyaan nonproduktif . Data yang diperoleh selanjutnyua dianalisis dengan analisis deskriptif.

9

BAB IV H A S I L P E N E L I T I A N DAN P E M B A H A S A N

A. Hasi l pene l i t i an 1. Hasi l s ik lus p e r t a m a

Topik perkul iahan adalah pengantar tentang lingkungan. Dalam topik ini d ibahas tentang perubahan iklim karena pemanasan global, pencemaran, dan masalah lingkungan lainnya. Pada per temuan ini pembahasan lebih difokuskan pada perubahan iklim sebab topik lainnya akan d ibahas pada pertemuan selanjutnya. Di awal pertemuan, setelah dosen mengemukakan topik yang akan dibahas mahasiswa diminta mengajukan pertanyaan terkait topik tersebut. Per tanyaan-per tanyaan mahasiswa selanjutnya dikumpulkan untuk dianalisis.

Selanjutnya dosen menyajikan perkulihan dengan menggunakan mult imedia. Dalam multimedia ini d i tayangkan beberapa tayangan terkait perubahan iklim, pencemaran dan masalah l ingkungan lainnya. Tayangan dalam multimedia ini telah secara sengaja dipilih hal-hal yang bisa membangk i tkan keingintahuan mahasiswa sehingga mereka terangsang untuk bertanya. Di akhi r perkulihan mahasiswa kembali diminta untuk menuliskan pertanyaan. Analisis pertanyaan yang diajukan mahasiswa disajikan pada Tabel 4 . 1 .

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah pertanyaan yang diajukan mahasiswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran mengalami penurunan dari 7,2 menjadi 6,0. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagian besar pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan nonproduktif. Setelah pembelajaran jumlah pertanyaan nonproduktif mengalami penurunan sedangkan pertanyaan produktif mengalami sedikit kenaikan.

10

l abel 4.1 Pertanyaan mahasisvva pada siklus pertama N o

Urut Total Pertanyaan sebelum

perlakuan Total Pertanyaan setelah

perlakuan Peningkatan pertanyaan

Produktif

N o Urut

P N Total P N Total

Peningkatan pertanyaan

Produktif 1 A

u 4 4 2 2 4 2 2 A 2 4 6 A

3 3 6 1 3 J 9 0

o z 0

A U z 0 1 4 1 1 A 4 c

J A •

1 4 2 5 7 Z z 0 1

4 A

z z O 2

6 u z 0 z 0 A

z A

2 4 2

7 U 7 1 A A i 1

1 4 3

8 A 4

a 6 5 A

3 o 8

1 9 A

z 4

z 0 A

3 A

2 c 5

1 10 Z

0

i 7 1 Z 1 0

18 o 8

A

3 1 1 2 11 A

0 8 8 2 7 9 2 12 i i z 0 7 / A

z 1 o IU 1 7 IZ 1

13 A *? -i J 7 / A J 1 A

4 -1 1 4 2 4 6 o 10

4 V /

10 - 2 15 1 10 1 ] 3 3 6 2 1 o 0 Q

y

0 y

1 4 1 17 o 4 4 0 4

A

A 0 1 Q 1 O o s J 9 z J 2 1 o l y o 7 7 9

z 9

z 4 2

2 0 1

1 z 0 7 / 5 A

3 a 5 4

21 A 5

A /

1 A 10/ A

3 5 a O 0

2 2 1 9 10 2 0 2 1 2 3 4 5 9 2 3 5 - 2 2 4 1 6 7 0 7 7 -1 2 5 A

3 3 6 1

1 A

2 A - 2

2 6 A

u A / 7

/ 1

1 i J 4 1

2 7 1

1 4 5 A

2 A

7 A y 1

2 8 A

0 7 A

7 A

2 A

3 r J 2

2 9 A

0 7 7 A

2 4 z O 2 3 0 4 z

6 1 A

10 A

2 A

9 i i 1 1 - 2

31 z 1 u 19

1 z 3 6 1

3 2 1 2 3 3 0 3 2 3 3 0 6 6 1 4 5 1 3 4 1 3 4 2 6 8 1 3 5 0 7 7 , 1 2 3 1 3 6 1 5 6 1 2 3 0 3 7 0 6 6 2 6 8 2

Rata-rata M 5,8 7,2 2,4 6,0 1,0 Rata-rata M 5,8 7,2 2,4 3,6 6,0 1,0

11

Karena kemampuan mahasisvva dalam mengajukan pertanyaan produktif ternyata masih rendah, maka diputuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus kedua. Hasil siklus pertama j u g a menunjukkan bahwa secara umum kemampuan bertanya mahasisvva masih rendah. Masih banyak pertanyaan yang diajukan mahasiswa yang tidak mengikuti pola sebuah kalimat tanya. Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan, di temukan bahwa salah satu cara yang bisa d igunakan untuk melatih mahasiswa mengajukan pertanyaan adalah denagn member ikan kata tanya. Oleh karena itu pada siklus kedua mahasiswa diberikan kartu yang berisi kata-kata untuk mengajukan pertanyaan.

2. Hasil siklus kedua Topik perkuliahan pada siklus kedua ini adalah polusi udara. Pada perkulihan ini mahasiswa bekerja dalam ke lompok . Setelah dosen mengkomunikasikan topik yang akan dibahas, mahasiswa diminta untuk menul iskan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan untuk kemudian dianalisis. §etelah itu seperti yang telah direncanakan, setiap kelompok diberi sebuah kartu yang bisa dijadikan petunjuk dalam mengajukan pertanyaan (lihat Gambar 4 .1) .

f \ Kartu un tuk Bertanya 1. Apakah ? 2 . Apa yang akan terjadi apabila ? 3 . Baga imana ? 4 . B a g a i m a n a j i k a ? 5. Yang mana ?

V ' / Gambar 4.1 Kartu untuk bertanya

Setelah perkuliahan selesai mahasiswa diminta untuk sekali lagi mengajukan pertanyaan. Mereka dipersilakan untuk menggunakan kartu tersebut sebagai arahan untuk mengajukan pertanyaan. Per tanyaan-per tanyaan mahasiswa kemudian d ikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis pertanyaan mahas i swa dapat dilihat pada Tabel 4.2.

12

Tabel 4.2 Pertanyaan mahasiswa pada siklus kedua No Urut Total Pertanyaan sebelum Total Pertanyaan setelah Peningkatan

perlakuan perlakuan pertanyaan P N Total P

r N Total

produktif

I 1 6 7 3 5 8 z 2 0 7 7 3 5 8 - ..

J

3 1 3 4 2 2 4 1 1

4 1 9 10 3 5 8 A

2 5 0 4 4 1 3 4 1 1

6 2 5 7 1 7 8 1

7 0 5 5 2 6 8 A

z 8 2 4 6 3 4 7 1 1

o y

0 6 6 4 0 4 4 10 2 3 5 3 5 8 1

11 1 3 4 0 7 7 I

12 3 2 5 3 —*

5 8 A U 13 i J

1 3 4 8 0 8 7 14 1 1 2 3 4 7 A Z 15 0 4 4 4

4 8 4 16 2 0 2 3 1 4 1 1

17 2 2 4 6 0 6 4 18 1 o

1 3 4 0 8 8 i -1

19 0 3 3 3 3 6 3 20 1 3 4 ' 3 4 7 2 21 1 3 4 1 7 8 0 22 0 3 3 1 4 5 1 23 4 2 6 4 4 8 0

R a t a - r a t a 1,1 3,7 4,8 2,8 4,0 6,8 1,7

Sebagaimana tercantum pada Tabel 4.2, secara umum j u m l a h pertanyaan mahasiswa meningkat dari sebelum perkuliahan ke sesudah perkuliahan. Seperti halnya hasil pada siklus pertama, jumlah pertanyaan produktif lebih sedikit dibandingkan pertanyaan nonproduktif.

Rata-rata j umlah pertanyaan produktif mengalami peningkatan sebesar 1,7 pertanyaan. Walaupun dibandingkan dengan hasil pada siklus per tama sudah ada peningkatan jumlah pertanyaan produktif, namun peningkatan tersebut masih sangat rendah. Oleh karena itu direncanakan untuk melanjutkan ke siklus ketiga.

Berdasarkan pengalaman pada siklus-siklus sebelumnya, te rungkap bahwa mahasiswa seringkali tidak bisa mengajukan pertanyaan produktif karena t idak tahu contoh pertanyaan produktif. Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan di temukan bahwa salah satu cara yang

13

bisa digunakan untuk melatih mahasisvva bertanya adalah dengan memberikan contoh pertanyaan. Oleh karena itu direncanakan dalam siklus ketiga akan digunakan kartu contoh pertanyaan.

3. Hasil siklus ketiga Topik perkuliahan pada siklus ketiga ini adalah pencemaran tanah. Untuk mengetahui

perkembangan kemampuan mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan produktif, di awal kuliah mahas i swa diminta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan pencemaran tanah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis .

Pada perkuliahan ini mahasisvva bekerja dalam kelompok. Seperti yang telah direncanakan setiap ke lompok mendapatkan sebuah kartu yang berisi contoh-contoh pertanyaan produktif (Gambar 4.2). Contoh-contoh pertanyaan tersebut diambil dari pada topik sebelumnya

[ 1. Apakah pewarna pakaian berpengaruh terhadap ] kematian ikan?

2 . D e t e r j e n manakah yang p a l i n g banyak menyebabkan kematian ikan?

3 . Apakah j e n i s rokok berpengaruh terhadap kecepatan kematian belalang?

V J Gambar 4.2 Kartu contoh pertanyaan produktif

Setelah perkuliahan selesai mahasiswa diminta untuk sekali lagi mengajukan pertanyaan. Mereka dipersilakan untuk menggunakan contoh pertanyaan yang ada dalam kartu untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa kemudian dikumpulkan dan dianalisis. Hasil analisis pertanyaan mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 4 .3 .

, 14

Tabel 4.3 Pertanyaan mahasisvva pada siklus ketiga No. Urut Total Pertanyaan sebelum

perlakuan Total Pertanyaan setelah

perlakuan Peningkatan pertanyaan produktif

No. Urut

P N Total P N Total 1 0 8 8 0 6 6 0 A Z 0 7 7 1 4 5 1 1 0 2 2 2 0 2 2 A

4 0 4 4 0 4 4 0 r J 0 7 7 , 0 6 6 0 z 0 0 6 6 1 3 4 1 1 0 4 4 0 6 6 0 o 0

0 7 7 0 8 8 0 y 1 4 5 0 6 6 -1 1 A

10 0 9 9 0 7 7 0

1 1 1 1

0 5 5 2 3 5 2 1 A

12 1 4 5 2 1 3 1

i ~> 13 0 6 6 0 3 3 0 1 A

14 0 6 6 1 5 6 1

15 1 9 10 3 3 6 2 16 0 5 5 2 1 3 2 17 1 5 6 0 3 3 -1 18 0 6 6 1 3 4 1 19 0 3 3 1 3 4 1 20 2 6 8 1 4 5 -1

Rata-rata 0,3 5,7 6,0 0,9 4,0 4,9 0,6

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah pertanyaan yang diajukan mahasiswa antara sebelum dan sesudah perkuliahan mengalami penurunan. Rata-rata j umlah pertanyaan produktif yang diajukan mahasiswa mengalami kenaikan yang cukup kecil (0,6) . Hasil ini merupakan penurunan apabila dibandingkan hasil dari siklus pertama maupun siklus kedua.

Hasil siklus ketiga yang ternyata belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mahas iswa dalam mengajukan pertanyaan produktif mendorong penbeliti untuk melanjutkan penelitian ke siklus keempat. Meskipun demikian, karena keterbatasan waktu penelitian (laporan penelitian harus segera dibuat), siklus keempat tetap dijalankan namun tidak dlaporkan dalam laporan penelitian ini. Pada siklus keempat direncanakan untuk menggunkaan pemodelan. Dosen memodelkan pertanyaan produktif dan diharapkan mahasiswa dapat meniru hal tersebut.

15

B. P e m b a h a s a n Dari rata-rata kenaikan jumlah pertanyaan produktif yang ditanyakan mahasiswa

selama tiga siklus yang telah dilakukan, tidak terlihat adanya kenaikan yang berarti. Hasil ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya (Widodo, Yeti Sumiati & Cucu Setiawati, 2006) bahwa mengajukan pertanyaan produktif bukanlah sesuatu yang mudah. Sebagian besar mahasiswa ternyata belum mampu mengajukan pertanyaan produktif dengan baik.

Hasil analisis terhadap persentase pertanyaan produktif terhadap keseluruhan jumlah pertanyaan yang diajukan mahasiswa dari siklus per tama ke siklus selanjutnya juga tidak menunjukkan adanya pola kenaikan, bahkan menunjukkan adanya penurunan (Gambar 4 .3) . Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan mengajukan pertanyaan produktif mahasiswa sangat terpengaruh oleh topik perkuliahan.

Sebelum

a Sesudah

Siklus I Siklus U Siklus III

Dalam sains karakteristik suatu materi memang mempengaruhi apakah suatu materi tersebut bisa diteliti a taukah tidak. Materi yang konkret dan terkait dengan kehidupan sehari-hari serta banyak terdapat masalah di dalamnya pada umumnya lebih banyak mengundang pertanyaan yang bisa diteliti. Topik tentang pencemaran air, misalnya, kemungkinan akan mengundang lebih bnayak pertanyaan dibandingkan dengan topik sistem saraf, karena pencemaran bersifat lebih konkret dan terkait dengan kehidupan sehari-hari sedangkan sistem saraf cukup abstrak

Kemampuan mengajukan pertanyaan produktif merupakan dasar untuk berikuiri (NRC, 2000). Karena kemampuan mahasiswa calon dalam mengajukan pertanyaan produktif masih rendah, wajar apabi la pembelajaran sains di SD j a rang mengajak siswa untuk berikuiri.

16

Sekalipun dalam kurikulum je las dinyatakan bahwa pelajaran sains hendaknya mengajak siswa untuk berinkuiri , namun karena gurunya belum mahir mengajukan pertanyaan produktif, sulit untuk mengharapkan inkuiri di sekolah-sekolah.

17

BAB V K E S I M P U L A N DAN S A R A N

A. Kesinipulan Dari hasil t indakan yang telah dilakukan dalam tiga siklus diperoleh hasil bahwa penggunaan mul t imedia dalam perkuliahan, kartu bertanya, dan kartu contoh pertanyaan produktif kurang bisa meningkatkan kemampuan maahsiswa P G S D dalam mengajukan pertanyaan produktif. Sekalipun ada peningkatan jumlah pertanyaan produktif antara sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran, namun peningkatan tersebut masih rendah.

B. Saran 1. Karena kemampuan mengajukan pertanyaan produktif merupakan bagian esensial

untuk bisa berinkuiri peneliti menyarankan agar dicari strategi-strategi Iain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengajukan pertanyaan produktif mahasiswa.

2. Latihan mengajukan pertanyaan produktif yang di lakukan melalui kegiatan perkuliahan ternyata kurang memberikan hasil yang menggembirakan. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan khusus tentang bagaimana mengajukan pertanyaan bagi calon guru dan guru SD. Pelatihan mengajukan pertanyaan produkt i f harus lebih dahulu dilakukan sebelum ada pelatihan tenatng pembelajaran inkuiri.

3. Pelatihan mengajukan pertanyaan produktif tidak cukup hanya dilakukan melalui satu mata kuliah saja. Karena dalam kurikulum PGSD ada beberapa mata kuliah terkait sains, hendaknya semua dosen pengajar mata kuliah sains bisa melatih mahasiswa untuk mengajukan pertanyan produktif.

18

D A M AR P U S T A K A

< Blosser, P. E. (1991). How to Ask the Right Questions. Washington: National Science Teachers Associat ion.

Cain, S. E., & Evans, J. M. (1990). Sciencing: An Involvment Approach to Elementary Science Methods. Co lumbus : Merrill Publishing Company.

Costa, A. L. (1991) . The School as a Home for the Mind. Chel tenham: Hawker Brownlow Education.

Depdiknas. (2006) . Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA.

i Dillon, J. T. (1988a) . The remedial status of student quest ioning. Journal of Curriculum Studies. 20(3), 197-210.

Farihah, I. (1997) . Profit pertanyaan siswa SMU dalam proses belajar mengajar biologi. Skripsi Jurusan Pendidikan Biolog? FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

1/ Good, Slavings, Harel & Emerson (1987). Students passivity: A study of question asking in K-12 c lassroom. Sociology of Education, 60, 181-199.

t Hamilton, R. & Brady, M. P. (1991). Individual and classwide patters of teacher ' s quest ioning in mainst reamed social studies and science classes. Teaching and Teacher Education. 7(3), 253 - 262 .

Jelly, S. (1985) . Helping children raise questions - and answering them. In W. Harlen, Primary science: Taking the plunge. London: Heinemann Educational Books Ltd., pp . 47 - 57.

Kemmis, S. (1992) . Action research in retrospect and prospect. In The Action Research Reader. Victoria: Deakin University.

J Langrehr, J. (1993b) . Gett ing thinking into science questions. The Australian Science Teachers Journal. 39(4), 33-37.

Lestari, A. T. (2002) . Berbagai pertanyaan yang dikembangkan dalam buku, LKS dan proses belajar mengajar subkonsep pemencaran para tumbuhan di SMU. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Linsey, W. C. (1988) . Teaching students to teach themselves^ N e w York: GP Publishing Inc. Martinello, et al . (1996). Changes in chi ldren 's questioning during guided co-inquiry with

mentors. Paper presented at N A R S T Annual Meeting, St Louis, Missouri . ( / M c C o m a s , W. F. (1998). The Nature of Science in Science Education: Rationales and

Strategies. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. National Research Counci l . (2000). Inquiry and the National Science Education Standards:

A guide for teaching and learning. Washington: National Academy Press. Sintya Pujiastuti. 2005 . Analisis Pertanyaan dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

Menengah Pertama. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. T idak diterbitkan. Widodo, A. (1996) . Students ' and Teacher 's Questioning in Primary Science. Tes is Master,

Deakin Universi ty Australia. Widodo, Yeti Sumiati & Cucu Setiawati. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD untuk

Mengajukan Pertanyaan Produktif. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(1), 1-12. Widodo, A. (2006) . ProFil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains. Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2), 139-148.

19

LAMPIRAN-LAMPIRAN

20

Lam pi r an 1

CURRICULUM VITAE L. CURRICULUM VITAE Nama dan gelar lengkap NIP Jenis Kelamin Tempat dan Tanggal Lahir Pangkat/Golongan Alamat Kantor

Alamat Rumah Telepon E-mail

Dr. Ari Widodo, M.Ed. 131998644 Laki-laki Grobogan, 27 Mei 1967

: Penata Tk. I / III d : Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung (40154) Kp. Babakan Rt 02/09 Cikole-Lembang, Bandung 081321656749 widodo@upi .edu

Pengalaman Penelitian (3 tahun terakhir) Judul peneli t ian Jabatan Tahun

Peningkatan kemampuan s iswa SD mengajukan pertanyaan produktif untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis praktikum sederhana

Ketua Penelitian PTK

2005

Peranan Lesson Study da lam peningkatan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru

Ketua penelitian Hibah UPI

2006

Analisis dampak program-program peningkatan profesionalisme guru sains terhadap peningkatan kuali tas pembelajaran sains di sekolah

Ketua Hibah Penelitian Kebijakan Depdiknas

2006

Pengembangan paket pengembangan paket program coaching berbasis video untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan calon guru biologi

Ketua peneliti Hibah Bersaing

2007

Pengalaman Pengabdian (3 tahun terakhir) Judul penelit ian Jabatan Tahun

Sosialisasi kurikulum 2006 (KTSP) dan pengayaan materi sains menyongsong implementasi K T S P

Anggota 2006

Media prakt ikum di sekolah menengah Anggota 2006 Pelatihan pembelajaran sains terhadap guru-guru SMA di Kabupaten Sumedang

Ketua 2006

21

Daftar Pub l ikas i (3 t a h u n t e r a k h i r ) Widodo, A., & Nurhayat i , L. (2005). Tahapan Pembelajaran yang Konstruktivis:

Bagaimanakah Pembelajaran Sains di Sekolah? Paper disajikan dalam Seminar • Nasional Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung.

Widodo, A. (2005). Analisis Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III, Bandung.

Widodo, A. (2005) . Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), 61-69. Widodo, A. & Duit, R. (2005). Konstruktivistische Lehr-Lern-Sequencen und die Praxis des

Physikunterrichts. Zeitschrift fur Didaktik der Naturwissenschaften, Widodo, Yeti Sumiati & Cucu Setiawati. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD untuk

Mengajukan Pertanyaan Produktif. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(1) , 1-12. Widodo, A. & Ramdhanings ih , V. (2006). Analisis kegiatan praktikum biologi dengan

menggunakan video. Metalogika. 9(2), 146-158. Widodo, A. (2006) . Profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains. Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2), 139-148. Widodo, A. (2006) . T a k s o n o m o Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik.

3(2), 18-29. Widodo, A . (2007) . Konstrukt ivisme dan pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. 13(1), 91-105) . Duit, R., Widodo , A., & Mueller , C. (2007). 'Conceptual change ideas - Teachers ' v iews and

their instructional practice, in S. Vosniadou, A. Baltas and X. Vamvakoussi (Ed.) . Reframing the conceptual change qpproach in learning and Instruction. Amsterdam: Elsevier.

22

Daftar Publikasi (3 t a h u n t e r a k h i r ) Widodo, A., & Nurhayat i , L. (2005). Tahapan Pembelajaran yang Konstruktivis:

Bagaimanakah Pembelajaran Sains di Sekolah? Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan llmu Pengetahuan Alam, Bandung.

Widodo, A. (2005) . Analisis Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III, Bandung.

Widodo, A. (2005) . Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), 61-69. Widodo, A. & Duit, R. (2005). Konstruktivislische Lehr-Lern-Sequencen und die Praxis des

Physikunterrichts. Zeitschrift fur Didaktik der Naturwissenschaften, Widodo, Yeti Sumiat i & Cucu Setiawati. (2006). Peningkatan Kemampuan Siswa SD untuk

Mengajukan Pertanyaan Produktif. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 4(1), 1-12. Widodo, A. & Ramdhanings ih , V. (2006). Analisis kegiatan praktikum biologi dengan

menggunakan video. Metalogika. 9(2), 146-158. Widodo, A. (2006) . Profil pertanyaan guru dan siswa dalam pembelajaran sains. Jurnal

Pendidikan dan Pembelajaran, 4(2), 139-148. Widodo, A. (2006) . T a k s o n o m o Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik.

3(2), 18-29. Widodo, A. (2007) . Konstrukt ivisme dan pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. 13(1), 91-105). Duit, R., Widodo , A., & Mueller , C. (2007). Conceptual change ideas - Teachers ' views and

their instructional practice, in S. Vosniadou, A. Baltas and X. Vamvakoussi (Ed.) . Reframing the conceptual change approach in learning and Instruction. Amsterdam: Elsevier.

2 2