Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

13
LAPORAN HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN 1 I. Judul Laporan : Mengukur Volume Benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup II. Tujuan Percobaan : Menentukan alat ukur yang memiliki ketelitian paling tinggi III. Tinjauan Pustaka A. Pengukuran Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita menghetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter. Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative. B. Pengukuran Panjang Benda Dengan Menggunakan Mistar Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang skala terkecilnya cm (mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya

description

Laporan Hasil Pengamatan Bab Besaran dan Satuan. Menganalisis hasil pengukuran

Transcript of Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

Page 1: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

LAPORAN HASIL PENGAMATAN

PERCOBAAN 1

I. Judul Laporan :

Mengukur Volume Benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer

sekrup

II. Tujuan Percobaan :

Menentukan alat ukur yang memiliki ketelitian paling tinggi

III. Tinjauan Pustaka

A. Pengukuran

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan

pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum

tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil

pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang

sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita menghetahui

apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah

membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan

sebagai satuan, misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter,

artinya benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter.

Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter

menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur

memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut

besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan

dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya.

Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun

demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika

ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan

massa jenis relative.

B. Pengukuran Panjang Benda

Dengan Menggunakan Mistar

Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah

menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan

skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang

skala terkecilnya cm (mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya

Page 2: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

adalah mistar milimeter. Dengan kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1

milimeter dan mempunyai ketelitian ½ skala terkecil yakni 0.05 cm..Ketika mengukur

dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat

yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini ditarik dari titik

yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang benda yang terbaca

bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai

yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang

biasa disebut kesalahan paralaks

Dengan Menggunakan Jangka Sorong

Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan

jangka sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran

panjang bagian luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran

kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai

berikut: Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang

disebut skala utama.Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang

memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahang tetap terdapat skala-

skala utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada rahang geser terdapat skala

pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut

sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang

1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1

mm.atau 0,01 cm. Sehingga didapat ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm atau 0.005

cm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah

benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3

cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai

dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah

0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih

antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian,

dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04

cm=5,24 cm.

Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup

Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau

0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer

sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut

bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian

yang sama. Jika bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau

mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya,

maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50

Page 3: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

= 0,01 mm atau 0,001 cm. Sehingga diperoleh ketelitian micrometer sekrup yakni 0.0005

cm.

C. Sistem Internasional

Satuan untuk suatu besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang. Untuk

satuan panjang saja kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter, kaki, mil dan

sebagainya. Bahkan ada orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan panjang.

Penggunaan berbagai macam satuan ini ternyata bisa membuat beberapa kesulitan.

Misalnya kita akan memerlukan berbagai macam alat ukur yang berbeda untuk satuan

yang berbeda pula. Kesulitan selanjutnya dalah saat kita akan melakukan komunikasi

ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan konversi dari sebuah satuan

menjadi satuan yang lain.

Dikarenakan hal itulah, maka para ilmuwan dunia sepakat membuat sebuah

satuian internasional untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system SI.

Dalam satuan SI, panjang memiliki satuan meter, satuan massa adlah kilogram, dan

satuan waktu adalah sekon yang dikenal juga dengan sbutan sistem MKS. Selain itu

dikenal pula istilah CGS, dengan centimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan

massa, dan sekon sebagai satuan waktu. Setelah ditetapkan secara internasional, sekarang

stiap satuan memiliki standar masing-masing dalam pengukurannya, yaitu: Satuan

standar waktu Satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk

melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat energi yang paling

rendah. Satuan standar panjang Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam

ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.458 s.

a. Satuan standar massa

Satu kilogram adalah massa silinder campuran platinum-iridium.

b. Satuan standar kuatlistrik

Satu Ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-

masing dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang

lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang

hampa akan menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10

newton setiap meter penghantar.

c. Satuan suhu

Satu Kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik tripel air.

d. Satuan intensitas cahaya

Satu kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan

radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar 1/683

watt per steradian dalam arah tersebut.

Page 4: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

e. Satuan jumlah zat

Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam

jumlah sebanyak atom karbon dalam 0.,012 kg karbon-12.

Setelah ditetap secara internasional, setiap satuan memiliki standar masing-masing

dalam pengukurannya, yaitu :

f. Satuan Standar Waktu

Satuan standar waktu adalah 1 sekon. 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh

atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati

tingkat energy yang paling rendah.

g. Satuan Standar Panjang

Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama

selang waktu .

h. Satuan Standar Massa

Satu kilogram adalah standar massa silinder campuran platinum-iridium.

i. Satuan Standar Kuat Listrik

Satu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-

masing dari penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang

lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang

hampa akan mengalami gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton

setiap meter penghantar.

j. Satuan Suhu

Satu Kelvin adalah , 1 kali suatu termodinamika titik tripel air.

k. Satuan Intensitas Cahaya

Satu candela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan

radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar

watt/sterodion dalam arah tersebut.

l. Satuan Jumlah Zat

Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam

jumlah sebanyak atom karbon dalam 0,012 kg karbon-12.

D. Ketidakpastian Pengukuran

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena

yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan.

Pengamatan merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja,

sayangnya suatu gejala alam yang muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam

waktu tertentu, sehingga menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka

dilakukan percobaan yang menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan

Page 5: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

pengawasan khusus. Tanpa percobaan ini, ilmu fisika tak mungkin berkembang

seperti saat sekarang ini.

Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan

mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang

kita lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau kita

belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk

itulah dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata

tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah

ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.

Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai

yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem dan

ketidakpastian acak.

Ketidakpastian Bersistem

- Kesalahan kalibrasi

- Kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga tiap

kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran.

- Kesalahan titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk

alat ukur.

- Kesalahan Komponen Alat Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas

sudah sering dipakai Gesekan

- Kesalahan yang timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.

- Kesalahan posisi dalam membaca skala alat ukur.

Ketidakpastian Acak

- Gerak Brown molekul udara menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur

terpengaruh.

- Frekuensi Tegangan listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki

Landasan yang Bergetar

- Adanya Nilai Skala Terkecil dari Alat Ukur.

- Keterbatasan dari Pengamat Sendiri.

E. Angka Penting

Angka penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan

pengamatan. Aturan angka penting: Semua angka bukan nol adalah angka penting.

Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk

bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri

maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol

Page 6: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada

penjelasan lain.

F. Akurasi dan Presisi

Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun

demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang

berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang

berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan

setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian

terkecil yang ditunjukkan. Misalnya anda memakai sebuah penggaris centimeter untuk

mengukur lebar sebuah papan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1 cm, yaitu

bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit untuk memastikan suatu

nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan penggaris itu sendiri mungkin tidak

dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan yang lebih. Akurasi pengukuran atau

pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. sebaik dari ini. Akurasi didefinisikan

sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan

nilai sebenarnya.

Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti

dengan suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah

alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat

diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada

titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau

kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem

tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen skunder dan alat

manipulasi yang lain.

Ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan

ketepatan atau perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut. Sebagai contoh, hasil

pengukuran lebar papan tulis : 5,2 plus minus 0,1 cm. Hasil Plus minus 0,1 cm (kurang

lebih 0,1 cm) menyatakan perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut sehingga

lebar sebenarnya paling mungkin berada diantara 5,1 dan 5,3. Persentase ketidakpastian

merupakan perbandingan antara ketidakpastia dan nilai yang diukur, dikalikan dengan

100 %. Misalnya jika hasil pengukuran adalah 5,2 cm dan ketidakpastiannya 0,1 cm

maka presentase ketidakpastiannya adalah : (0,1/5,2) x 100% = 2%

Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara

eksplisit. Pada kasus seperti ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua

satuan (atau bahkan tiga) dari angka terakhir yang diberikan. Sebagai contoh, jika

panjang sebuah benda dinyatakan sebagai 5,2 cm, ketidakpastian dianggap sebesar 0,1

Page 7: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

cm (atau mungkin 0,2 cm). Dalam hal ini, penting untuk tidak menulis 5,20 cm, karena

hal itu menyatakan ketidakpastian sebesar 0,01 cm; dianggap bahwa panjang benda

tersebut mungkin antara 5,19 dan 5,21 cm, sementara sebenarnya anda menyangka

nilainya antara 5,1 dan 5,3.

Setiap unit mempunyai kontribusi terisah dengan batas tertentu. Jika ± a1,

= a2 dan ± a3 adalah batas akurasi individual, maka akurasi total dari sistem dapat

diekspresikan dalam bentuk bawah akurasi seperti berikut :

A = ± ( a1+ a2 + a3 ) (2.1)

Dalam hal tertentu nilai batas bawah akurasi total diatas mempunyai kelemahan, maka

dalam praktek orang lebih sering menggunakan nilai akar kuadrat rata-rata untuk

mendefinisikan nilai akurasi dari sebuah sistem, yaitu :

A = ± √ ( a1² + a2² + a3² ) (2.2)

Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari

kesalahan acak. Jika pengukuran individual Dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil

pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Bila Xn adalah nilai

pengukuran ke n dan adalah nilai rata-ratanya n pengukuran maka secara metematis,

presisi dapat dinyatakan

Presisi = (2.3)

Presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi

pengukuran. Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut

mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi

pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan

kalibrasi.

Dua istilah yang mempunyai arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan

reproducibility. Repeability digunakan untuk menggambarkan kedekatan (closeness)

keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang pada

periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan

alat ukur yang sama. Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (

closeness) keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulang-

ulang.

G. Macam – macam alat ukur

a) Jangka sorong

Ketelitian Jangka Sorong: Paling tidak ada 2 jenis jangka sorong, yakni jangka

sorong yang memiliki ketelitian 0,05 mm dan yang memiliki ketelitian 0,01 mm.

b) Mikrometer sekrup

Ketelitian mikrometer sekrup:

Micrometer sekrup hanya ada satu macam, yakni yang berketelitian 0.05 mm.

Page 8: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

c) Spherometer

Spherometer merupakan alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu

permukaan. Biasanya digunakan untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer

memiliki 4 kaki, dengan 3 kaki yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-

ubah ketinggiannya. Ketelitian spherometer bisa mencapai 0,01 mm.

d) Neraca Torsi

Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki

neraca ini bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.

e) Densitometer

Specific gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa

jenis) suatu zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahwa nilai yang ditunjukkan

oleh specific gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air (1 g/ml).

f) Stopwatch

Stopwatch merupakan alat pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya

berketelitian 0,1 s atau 0,2 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas

stopwatch. Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.

g) Termomoter

Termometer adalah alat pengukur suhu. Termometer yang biasa digunakan dalam

Lab. Fisika Dasar adalah termometer Celcius dengan ketelitian 0,50C atau 10C.

h) Multimeter

Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus,

tegangan, dsb. Ketelitan alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai

maksimum yang mampu diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan

posisi saklar sesuai dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur.

Jika digunakan untuk mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+)

dihubungkan dengan (+) rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya.

Sedangkan jika digunakan untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang

rangkaian maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang tersebut.

i) Neraca Ohauss

neraca ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.,neraca ini

ada dua macam :

nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah

antara skala ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1)

yang di bagi2 juga skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g.

Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat

neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala

besar baru gunakan skala yang kecil.

Page 9: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar.

Cara memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. Cuma bedanya, waktu

membaca yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan

dan puluhannya (100+20). Lalu kamu putar skala satuannya (dalam 1 skala

satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan dari angka nol

(misal 5.6 g).

Page 10: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

IV. Alat dan Bahan :

Balok kayu kecil ( 1 buah )

Mistar

Jangka sorong

Mikrometer sekrup

Alat tulis

V. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan

2. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok, masing-masing menggunakan mistar,

jangka sorong, dan mikrometer sekrup

3. Mencatat hasil pengamatan

4. Menghitung volume balok

5. Mencatat hasil pengamatan

VI. Tabel Hasil Pengamatan

No Alat Ukur Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)

1. 2.

3.

Mistar Jangka Sorong (20 Nonius)

Mikrometer Sekrup

19.5 20.10

20.38

19.5 20.00

20.05

19.5 20.20

20.40

VII. Analisis Data

berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh panjang, lebar dan tinggi balok dengan menggunakan:

Mistar

Panjang : 19.5 ± 0.5 mm atau 1.95 ± 0.05 mm

Lebar : 19.5 ± 0.5 mm atau 1.95 ± 0.05 mm

Tinggi : 19.5 ± 0.5 mm atau 1.95 ± 0.05 mm

Volume : 7,81 . 103

Jangka sorong ( 20 Nonius )

Panjang : 20.10 ± 0.05 mm atau 2.010 ± 0.005 cm

Lebar : 20.00 ± 0.05 mm atau 2.000 ± 0.005 cm

Tinggi : 20.20 ± 0.05 mm atau 2.020 ± 0.005 cm

Volume : 8.120 . 103

Mikrometer Sekrup

Panjang : 20.380 ± 0.005 mm atau 2.0380 ± 0.0005 cm

Lebar : 20.050 ± 0.005 mm atau 2.0050 ± 0.0005 cm

Tinggi : 20.400 ± 0.005 mm atau 2.0400 ± 0.0005 cm

Volume : 8.3358 . 103

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa alat ukur dengan ketelitian yang paling

tinggi adalah mikrometer sekrup

Page 11: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

PERCOBAAN 2

I. Judul Laporan :

Mengukur diameter kelereng dengan pengukuran berulang

II. Tujuan Percobaan : menganalisis variabel apa saja yang mempengaruhi

pengukuran suatu benda

III. Tinjauan Pustaka

PENGUKURAN BERULANG

A. Definisi pengukuran Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.

B. Definisi pengukuran berulang Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan secara berulang atau berkali-

kali pada satu variable, dan memperoleh hasil yang berbeda-beda dalam setiap pengulangan pengukurannya.

Pengukuran berulang kita lakukan karena untuk sekali pengukuran , hasil ukurnya belum dapat ditentukan karena setiap pengulangan pengukuran memperoleh hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sumber ralat yang mempengaruhi dalam pengukuran,sangat

banyak dan itu tidak dapat diabaikan. Sehingga harus dilakukan pengukuran secara berulang.

Sedangkan sumber-sumber ralat yang mungkin berpengaruh dalam melakukan pengukuran, antara lain: v sumber ralat subyek (pengamat atau pelaku pengukuran)

Yang termasuk sumber ralat subyek antara lain: Þ pemakaian alat dengan cara yang salah

Þ keterbatasan fisik pengamat Þ efek psikologis Þ adanya waktu reaksi, dll

v sumber ralat obyek (obyek yang diukur)

Yang termasuk sumber ralat obyek antara lain: Þ obyek berubah karena pengaruh alat ukur Þ obyek tidak seuniform yang diperkirakan, dll

v sumber ralat alat (alat yang berkaitan dengan obyek dan alat penunjang, alat

ukur ) Yang termasuk sumber ralat alat antara lain:

Þ salah pengkalibrasian Þ mempunyai watak non linier, dll

v sumber ralat metode (model teori, metode pengukuran, teknik pengukuran) Yang termasuk sumber ralat metode antara lain:

Þ model teori terlalu sederhana Þ pembulatan perhitungan

Þ metode percobaan yang kurang tepat Þ teknik pengukuran

v sumber ralat yang lain ( ex: lingkungan )

Page 12: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan

C. Perbedaan Antara Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang

¢ Pengukuran Tunggal

· Hanya 1x pengukuran,sudah bisa untuk ditentukan hasil ukurnya. · Jika dilakukan pengulangan, hasil ukurnya tetap sama. · Sumber ralat yang bekerja hanya dari alat ukur yang digunakan. Nilai X adalah

nilai perkiraan terbaik. · Nilai delta X adalah nilai ralat( nilai perkiraan yg ditentukan oleh praktikan sendiri

). · Sumber ralat yg selain dari alat ukur, dapat diabaikan.

¢ Pengukuran Berulang

· Belum bisa ditentukan hasil ukurnya hanya dg 1x pengukuran, melainkan harusdilakukan secara berulang. · Jika dilakukan pengulangan, hasil ukurnya berbeda.

· Nilai X adalah rata-rata nilai perkiraan terbaik dari setiap pengulangan pengukuran. · Nilai delta X adalah nilai ralat yg diperoleh dari nilai perhitungan standar deviasi

pengukuran. · Sumber ralat yg selain dari alat ukur , tidak dapat diabaikan.

IV. Alat dan Bahan :

1. Cincin

2. Jangka Sorong

3. Mikrometer Sekrup

4. Alat Tulis

V. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan

2. Mengukur diameter cincin dengan menggunakan jangka sorong dan micrometer

sekrup masing-masing 5 kali

3. Mencatat hasil pengukuran

4. Menentukan standar deviasi masing-masing pengukuran

5. Menulis laporan hasil pengukuran

VI. Tabel Hasil pengamatan

Jangka Sorong ( 10 nonius )

Pengukuran

ke-

X1 (mm) X (mm) (X1 – X

)(mm)

(X1 – X)2

(mm)

1 2

3 4 5

16.5 15.7

16.4 16.35 16.4

16.27 16.27

16.27 16.27 16.27

0.23 -0.57

0.13 0.08 0.13

5.29 32.49

1.69 0.64 1.69

Ʃ(x1 – x )2 42.00

Page 13: Laporan hasil pengamatan bab besaran dan satuan