Laporan Hasil Penelitan Geografi Lingkungan - Pantai Watuprapat (Nguling-Pasuruan)

16
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmatN kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Penelitian Geografi Lingk berjudul “Penelitian lingkungan biotik, abiotik, dan sosial daerah pantai Wa Nguling! Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian pelajaran geografi lingkungan! Laporan ini berisi hasil pengamatan kondisi fisik lingkungan bio dan sosial yang terdapat di daerah "atuprapat, Nguling, serta karakteristik yang dimiliki leh pantai "atuprapat! #$apan terima kasih kami sampaikan kepada guru pembimbing dan pihak pihak lain yang membantu dan mendukung dalam kegiatan penelitian ! %ami menyadari bah"a makalah ini memang jauh dari kata sempurna memberikan sebuah kha&anah baru dalam pengetahuan kita! #ntuk itu d kesempatan ini penulis mempersilahkan kepada pemba$a untuk bersama'sa mengkoreksi makalah ini agar ter$ipta laporan yang baik dan sesuai dengan ka Akhir kata penyusun mengu$apkan terima kasih! Wasalamualaikum Wr. Wb. Grati, () januari *+( Penyusun

description

Laporan Hasil Penelitan Geografi Lingkungan - Pantai Watuprapat (Nguling-Pasuruan)

Transcript of Laporan Hasil Penelitan Geografi Lingkungan - Pantai Watuprapat (Nguling-Pasuruan)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Penelitian Geografi Lingkungan berjudul Penelitian lingkungan biotik, abiotik, dan sosial daerah pantai Watuprapat, Nguling.Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan penelitian pelajaran geografi lingkungan. Laporan ini berisi hasil pengamatan kondisi fisik lingkungan biotik, abiotik dan sosial yang terdapat di daerah watuprapat, Nguling, serta karakteristik khusus yang dimiliki leh pantai watuprapat.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada guru pembimbing dan pihak pihak lain yang membantu dan mendukung dalam kegiatan penelitian . Kami menyadari bahwa makalah ini memang jauh dari kata sempurna untuk memberikan sebuah khazanah baru dalam pengetahuan kita. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mempersilahkan kepada pembaca untuk bersama-sama mengkoreksi makalah ini agar tercipta laporan yang baik dan sesuai dengan kaidah. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Grati, 15 januari 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2DAFTAR GAMBAR3BAB I4PENDAHULUAN4A.Latar Belakang4B.Rumusan Masalah4C.Tujuan Penulisan5D.Manfaat Penulisan5BAB II6METODOLOGI PENELITIAN6Setting Penelitian........................................................................................6B. Subjek Penelitian........................................................................................6C. Metode Pengumpulan Data........................................................................6BAB III7PEMBAHASAN...........7Lingkungan Biotik........................................................................................7Lingkungan Abiotik....................................................................................10 Fenomena Alam........................................................................................12Kondisi Lingkungan Sosial........................................................................13BAB IV15A. KESIMPULAN15B. SARAN............................................................................................................15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bivalvia EdibleGambar 2 Cerithideacingulata (Potamididae)Gambar 3 Jejak Burung CamarGambar 4 BelangkasGambar 5 HerbivoraGambar 6 MangroveGambar 7 KaktusGambar 8 RerumputanGambar 9 SingkongGambar 10 Air LautGambar 11 Tanah Gambar 12 Zota LithoralGambar 13 Pantai saat surutGambar 14 Ocean Ride

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah pulau mencapai kurang lebih 17.500 buah dan dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar. Sebagai negara kepulauan, tidaklah mengherankan jika lebih kurang dua pertiga dari teritorial negara kesatuan yang berbentuk republik ini merupakan perairan, dengan luas lebih kurang 5,8 juta km2. Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada yang mencapai lebih kurang 81.000 km.

Penduduk Indonesia memiliki jumlah penduduk yang terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dan, lebih kurang 60 persen diantaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir. Sebagian besar diantaranya menggantungkan hidup kepada keberadaan sumberdaya alam pesisir dan lautan. Sehingga tidaklah mengherankan jika sebagian besar kegiatan dan aktivitas sehari-harinya selalu berkaitan dengan keberadaan sumberdaya di sekitarnya.

Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya (62%) merupakan perairan laut, selat dan teluk; sedangkan 38 % lainnya adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk.

Demikian luasnya wiliyah laut di Indonesia sehingga mendorong masyarakat yang hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan sumber kelautan sebagai tumpuan hidupnya. Terutama di wilayah Pasuruan, dimana salah satu komoditas atau sumber daya alam yang dihasilkan sebagian besar berasal dari laut . Letak geografis daerah pasuruan khususnya sepanjang wilayah timur seperti lekok (wates), nguling (watuprapat) yang dekat dengan lautan menjadikan penelitian mengenai kondisi lingkungan biotik dn abiotik serta sosial sangat penting untuk diteliti dan diamati lebih lanjut. Ketergantungan masyarakat watuprapat terhadap sektor kelautan ini memberikan identitas tersendiri sebagai masyarakat pesisir dengan pola hidup dan karakteristik tersendir. Pantai watuprapat yang termasuk dalam kecamatan Nguling memiliki lokasi yang seharusnya tepat untuk dijadikan objek wisata. Arus gelombang yang tenang , dan wilayahnya yang cukup luas sangat mendukung. Namun ada beberapa faktor tentu yang menjadi kendala untuk terealisasinya hal tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap Pantai Watuprapat,Nguling.

B. RUMUSAN MASALAHBerikut ini beberapa rumusan masalah dalam mengkaji laporan ini :

1. Bagaimana kondisi fisik lingkungan biotik dan abioti lingkungan pantai watuprapat ?2. Bagaimana lingkungan sosial masyarakat di daerah pantai watuprapat ?3. Apa yang menjadi karakteristik khusus (ciri khas) dari pantai watuprapat?

C. TUJUAN

Tujuan yang kami ingin capai dalam penyusunan laporan ini adalah :1. Agar dapat mengetahui komponen biotik yang ada di pantai watuprapat2. Agar dapat mengetahui komponen abiotik yang ada di pantai watuprapat3. Agar dapat mengetahui kondisi kehidupan sosial atau lingkungan sosial di daerah pantai watuprapat 4. Agar dapat mengetahui fenomena alam yang pernah terjadi di pantai Watuprapat 5. Untuk memenuhi tugas geografi lingkungan

D. MANFAAT

Dengan penyusunan Laporan Penelitian ini kita dapat memperoleh khazanah baru mengenai geografi lingkungan secara teknis. Kita kemudian nanti dapat mengetahui lingkungan biotik, abiotik, dan sosial yang terdapat di daerah pantai watuprapat, Nguling.Selain itu, laporan ini berguna bagi masyarakat sekitar untuk memberikan pengetahuan akan kondisi di daerahnya sendiri.

BAB IIMETODE PENELITIAN

A. SETTING PENELITIAN

1. Waktu penelitianPenelitian ini diawali dengan observasi sekaligus pengambilan data selama satu hari yaitu pada hari Minggu, 12 januari 2014. Pada saat itu air laut dalam keadaan surut.2. Tempat PenelitianPenelitian ini mengambil tempat di pantai Watuprapat, Nguling, serta dirumah salah seorang warga di Watuprapat.

B. SUBJEK PENELITIANDalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah kondisi fisik lingkungan biotik, abiotik, serta lingkungan sosial di daerah sekitar pantai Watuprapat, Nguling.

C. METODE PENGUMPULAN DATAPengumpulan data dilakukan dengan:1. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang lingkungan sosial atau kondisi masyarakt pesisir pantai Watuprapat .

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh fakta fakta yang ada yang mendukung penelitian.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh dokumen dokumen tertulis, foto atau benda benda lainnya yang berkaitan dengan aspek yang diteliti.

BAB IIIHASIL PENELITIAN

A. Lingkungan Biotik1. Fauna

Ekosistem pantaiwatuprapat sangat dipengaruhi oleh siklus harian arus yang pasang dan surut. Sehingga, fauna yang bisa bertahan di pantai adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan cara melekat ke substrat keras agar tidak terhempas gelombang. Wilayah paling atas dari ekosistem pantai watuprapat adalah titik yang hanya terkena air pada saat pasang naik tinggi. Area ini didiami beberapa jenis kerang. Jenis kerang yang banyak kami temui di area yang terkena air pada saat pasang naik tinggi adalah kerang jenis bivalvia edible. Kerang tersebut tidak banyak dalam keadaan hidup.

Gb. 1 bivalvia edibleSelain itu, di daerah pantai watuprapat juga ditemukan banyak kerang kerangan jenis Cerithidea cingulata(Potamididae). Tinggi cangkang kerang terebut maksimum 4.5 cm, biasanya hanya sekitar 3.5 cm. Seringkali kerang jenis ini kami temukan di daerah lumpur di area dekat mangrove, dalam 1 meter persegi kelimpahannya bahkan bisa mencapai 500 individu. Jenis ini edible.

Gb. 2 Cerithideacingulata(Potamididae)di area daerah terjauh dari air surut kami sempat menemukan jejak burung , yang kemungkinan besar merupakan jejak burung camar.

Gb.3 jejak burung camar

Sekitar 5 meter dari bibir pantai watuprapat, kami menemukan hewan yang tergolong hewan purba. Hewan tersebut bisa juga dikatakan sebagai fosil hidup yang merupakan sebutan bagi hewan atau tumbuhan yang dianggap sudah punah dan menjadi fosil, tetapi pada kenyataannya masih hidup. Hewan iini disebut dengan belangkas atau mimi . Jika dilihat dari fisiknya, akan terlihat seperti kepiting ,. Berdasarkan wawancara warga, hewan belangkas ini sering muncul saat gelombang besar. Hewan ini merupakan salah satu hewan purba yang tidak mengalami perubahan bentuk berarti sejak masa Devon (400-250 juta tahun yang lalu) dibandingkan dengan bentuknya yang sekarang, meskipun jenisnya tidak sama. Bentuk hewan ini berbentuk seperti ladam kuda berekor. Meski bentuknya menyeramkan, daging dan telur belangkas bisa dijadikan makanan oleh penduduk sekitar pantai watuprapat. Berdasarkan sumber data, Kegunaan dari hewan unik yang satu ini yaitu Esktrak plasma darahnya (haemocyte lysate) banyak digunakan dalam kajian biomedis dan lingkungan. Di Amerika Serikat, Cina, dan Jepang ekstrak darah ini digunakan sebagai bahan pengujian endotoksin serta untuk mendiagnosis penyakit meningitis dan gonorhoe. Serum anti-toksin menggunakan belangkas telah berkembang di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Barat. Warna darah biru pada belangkas dari tembaga dalam protein, pembawa oksigen, hemosianin- mirip hemoglobin berbasis besi pada manusia.

Gb.4 belangkas

Sekitar 50 meter dari pantai, tepatnya disekitar rumah warga, kami melihat terdapat beberapa hewan herbifora seperti sapi, kambing, dan sebagainya.

Gb.5 herbivora

2. Flora

Di pinggiran pantai watuprapat, telah ditanami beberapa tumbuhan mangrove . Tinggi mangrove kira kira mencapai 1.5 meter, dan ada pula yang masih berukuran meter. Kurang lebih terdapat ratusan mangrove yang berukuran kecil dan puluhan mangrove yang berukuran 1,5 meter.Berdasarkan wawancara warga, mangrove tersebut ditanami oleh suatu lembaga yang mengadakan bakti sosial di wilayah pantai .

Gb.6 Mangrove

Keberadaaan mangrove menjadikan daerah watuprapat aman dari terjadinya gelombang. Meskipun beberapa tahun yang lalu gelombang besar telah menjadi fenomena yang mengejutkan di wilayah Watuprapat . Setidaknya gelombang tersebut dapat diminimalisir dengan adanya tumbuhan mangrove. Selain mangrove sekitar 5 meter dari jarak pasang surut air atau zona litoral terdapat banyak tumbuhan xerofit yaitu kaktus .

Gb.7 KaktusSelain kaktus terdapat semak semak, dan rerumputan .

Gb.8 Rumput di pinggir pantai

Di sekitar pantai Watuprapat terdapat tumbuhan Singkong .

Gb.9 Singkong

B. Lingkungan Abiotik 1. Air Laut Air laut di pantai watuprapat sangat keruh, kondisi seperti ini menyebabkan radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akankurang dibandingkan dengan air laut yang jernih. Sehingga kemungkinan fotosintesis tumbuhan hanya mencapai 15 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkunganyang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral.Air laut juga menampakan warna yang berbeda-beda tergantung pada zatzatorganik maupun anorganik yang ada.

Gb.10 Air Laut

2. TanahDi sekitar pantai Watuprapat, tanah telah banyak tercampur dengan limbah rumah tangga, limbah rumah tangga ini dibawa oleh sungai yang bermuara di Laut. Sekitar 5 meter dari air laut ketika pasang tanah berupa sejenis tanah regosol . Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai.Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.

Gb.11 Tanah3. Zona Lithoral Pada saat air surut dataran di zona lithoral terlihat sangat kumuh dan dipenuhi oleh sampah. Zona Lithoral pantai watuprapat diperkirakan sepanjang 100 meter sampai batas laut dangkal

Gb.12 Zona litoral4. Suhu udara Suhu udara di daerah pantai watuprapat terasa sangat panas. Suhu rata-rata di daerah pantai pada siang hari bisa lebih dari 29C. C. FENOMENA ALAM1. Gelombang

Gelombang merupakan salah satu sumber energi penting dan pembentukan pantai, transportasi sedimen dari dan menuju pantai. Gelombang angin pada umumnya memperoleh energinya dari angin yang berhembus di atas permukaan laut. Peranan gelombang menjadi sangat nyata jika berada di dekat pantai, karena sebagian energi gelombang ini dihempaskan di daerah pantai yang menyebabkan pemindahan sedimen dasar dan menghasilkan penggerusan/abrasi pantai dan sedimentasi di daerah lain. Energi gelombang ini juga dapat merusak bangunan pantai apabila bangunan tersebut tidak direncanakan dengan baik. Gelombang besar dan angin kencang pernah mengancam kawasan pesisir Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Beberapa rumah di Desa Watuprapat sempat rusak akibat hantaman gelombang air laut tersebut. Pantauan di lapangan, gelombang besar dan angin kencang yang melanda kawasan pesisir Nguling ini terjadi hampir setiap tahun.Untuk mengantisipasinya, warga pun berupaya memperkuat tanggul dengan memasang karung berisi pasir di tepian pantai.

Gb.13 Pantai saat surut5. Pasang Surut Air Laut (ocean ride)Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Pasang surut ialah proses naik turunnya muka air laut yang teratur, disebabkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi selalu berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaran pasang surut juga berubah mengikuti perubahan posisi-posisi tersebut.Tipe pasang surut pantai watuprapat adalah bertipe pasang surut harian karena pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut perhari. Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan surut perhari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian atau tunggal. Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka pasangnya dikatakan bertipe pasang surut ganda. Diperkirakan Jarak laut pasang hingga pemukiman warga adalah 60 meter .

Gb.14 Pantai saat surut

D. Kondisi Lingkungan Sosial

Pantai adalah bagian daratan yang berbatasan dengan laut. Penduduk daerah pantai mempunyai karakteristik yang disesuaikan dengan keadaan daerahnya. Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikana. Mata pencaharian

Penduduk watuprapat memilih mata pencaharian mereka sesuai dengan ketersediaan yang terkandung di alam. Sebagian besar penduduk daerah pantai lebih memilih bekerja sebagai nelayan dibandingkan bercocok tanam. Hal ini disebabkan kondisi wilayahnya yang lebih dekat ke laut. pendapatan sangat tergantung oleh musim maupun status nelayan itu sendiri . Hasil nelayan yang diperoleh biasanya langsung dijual ke pasar Nguling . Pendapatan minimal saat nelayan adalah Rp.50.000 ,- . Bagi sebagian warga yang merasa kurang puas dengan pendapatan hasil dari nelayan lebih memilih bekerja untuk menjadi TKI. Berdasarkan wawancara, hal tersebut terjadi karena tidak menentunya pendapatan yang diperoleh ketika menjadi nelayan . Jika dapat di prersentasikan masyarakat watuprapat 75% nelayan , 20% TKI , 5% kuli bangunan, bertani, dan sebagainya. b. PendidikanTingkat pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. c. Pola pemukiman

Sebagian besar penduduk di daerah pantai watuprapat mata pencahariannya adalah nelayan. Sehingga pemukiman mereka membentuk pola memanjang (linear) mengikuti garis pantai. Pola pemukiman demikian memudahkan para nelayan untuk pergi melaut.

d. Kondisi fisik penduduk

Suhu udara di daerah pantai watuprapat terasa sangat panas. Suhu rata-rata di daerah pantai pada siang hari bisa lebih dari 29C. Kondisi suhu yang panas ini mengakibatkan penduduk daerah pantai berwarna kulit agak gelap.Mereka sering tersengat sinar matahari. Merekapun biasanya menggunakan pakaian yang tipis karena suhu yang panas ini.

e. Bentuk rumah

Rumah-rumah di daerah pantai Watuprapat kebanyakan memiliki ventilasi yang banyak dan atap terbuat dari genteng tanah. Ventilasi yang banyak dimaksudkan agar banyak udara dingin yang masuk ke rumah. Rumah nelayan secara visual tampak tidak terawat dan jauh dari kata rumah layak hunif. Aktivitas Kaum Perempuan dan Anak-AnakCiri khas lain dari suatu masyarakat pesisir adalah aktivitas kaum perempuan dan anak-anak. Pada masyarakat ini, umumnya perempuan dan anak-anak ikut bekerja mencari nafkah. Kaum perempuan (orang tua maupun anak-anak) seringkali bekerja sebagai pedagang ikan (pengecer), baik pengecer ikan segar maupun ikan olahan. Mereka juga melakukan pengolahan hasil tangkapan, baik pengolahan kecil-kecilan di rumah untuk dijual sendiri maupun sebagai buruh pada pengusaha pengolahan ikan atau hasil tangkap lainnya. Sementara itu anak laki-laki seringkali telah dilibatkan dalam kegiatan melaut. Ini antara lain yang menyebabkan anak-anak nelayan banyak yang tidak sekolah.g. Komunikasi Bahasa komunikasi yang digunakan didominasi oleh bahasa madura. Di daerah pesisir masyarakat kebanyakan bersuara keras karena beriringan dengan suara ombak.

BAB IVPENUTUPA. KESIMPULAN

Pantai Watuprapat merupakan pantai yang terletak di kecamatan Nguling. Pantai tersebut menyimpan banyak keanekaragaman hayati yang terdapat di lingkungan biotik dan abiotik. Komponen biotik yang terdapat di pantai Watuprapat terdiri dari fauna dan flora. Fauna yang mencolok adalah Belangkas atau mimi yang merupakan hewan purba. Serta Flora yang tersebar berupa mangrove , serta di pesisir pantai juga terdapat tumbuhan singkong. Masyarakat pesisir Watuprapat dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.

B. SARANKami mengharapkan agar dalam pemberian tugas penelitian dilakukan dalam jangka waktu minimal dua minggu.12