LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH ... · PDF fileLAPORAN KEUANGAN...
Transcript of LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH ... · PDF fileLAPORAN KEUANGAN...
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN . REPUBLIK IN
DONES
IA
ARTHASANTOSH
ATR
I D
HARMA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2008
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH KOTA BATU
UNTUK TAHUN ANGGARAN 2007
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
Nomor : 82/R/XVIII.SBY/04/2008 Tanggal : 26 April 2008
BUKU I
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI …….... …………………………………………………….. i
OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN …….……………………………… 1
A. NERACA …..........…………………….……………………………. 5
B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN ……….…………………….. 8
C. LAPORAN ARUS KAS …....……………………………………….. 10
D. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ……..………………… 13
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN …...………………………………….. 63
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
1
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
OPINI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Kepada Para Pengguna Laporan Keuangan, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) bertugas memeriksa Neraca Pemerintah Kota Batu per
31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan tidak
disajikan secara komparasi. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kota Batu. Tanggung jawab BPK RI adalah pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK RI melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Standar tersebut
mengharuskan BPK RI merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar BPK RI
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu pemeriksaan meliputi penilaian, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan
juga meliputi penilaian atas Standar Akuntansi Pemerintahan yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Batu, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK RI yakin bahwa pemeriksaan
BPK RI memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
2
Hasil Pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa:
1. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 1,
terdapat pengeluaran kas sebesar Rp13.709.990.716,00 tidak melalui prosedur
yang benar sehingga mengakibatkan kekurangan kas yang merugikan daerah
sebesar Rp12.009.990.716,00 (Rp13.709.990.716,00-Rp1.700.000.000,00);
2. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 2
terdapat realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp950.000.000,00 pada Bagian
Kesejahteraan Rakyat pencairan dananya tidak diakui oleh Pemegang Rekening
dan tidak diterima oleh yang berhak sehingga mengakibatkan kerugian daerah
sebesar Rp950.000.000,00;
3. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 3,
terdapat Pencairan Dana Realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa
sebesar Rp1.050.000.000,00 tidak diakui oleh pemegang rekening, dan
diantaranya sebesar Rp600.000.000,00 tidak diketahui keberadaannya yang
mengakibatkan realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa disajikan
lebih tinggi dan merugikan daerah sebesar Rp600.000.000,00;
4. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 4,
terdapat Dana Realisasi Belanja Modal Pengadaan Tanah sebesar
Rp581.425.000,00 tidak diketahui keberadaannya dan terdapat pinjaman ke Kantor
Kasda oleh Dinas Pertanahan sebesar Rp130.640.190,00. Hal tersebut
mengakibatkan realisasi belanja modal tanah disajikan lebih tinggi, dan merugikan
daerah sebesar Rp581.425.000,00;
5. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 5,
terdapat kelebihan pembayaran kepada pihak ketiga sebesar Rp65.670.200,00
yang mengakibatkan uang daerah sebesar Rp65.670.164,00 berpotensi hilang,
dan penerimaan daerah berupa bunga tertunda sebesar Rp72.250.000,00;
6. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 6,
terdapat penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp310.336.515,00 tidak
disetorkan ke Kas Daerah. Hal tersebut mengakibatkan kerugian daerah sebesar
Rp310.336.515,00;
7. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 7,
terdapat realisasi belanja tidak terduga sebesar Rp200.000.000,00 tidak
dipertanggungjawabkan yang mengakibatkan realisasi Belanja Tidak Terduga tidak
dapat diyakini kebenarannya dan menimbulkan kerugian daerah sebesar
Rp200.000.000,00;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
3
8. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 8,
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Sekretariat
Daerah Minimal sebesar Rp523.800.000,00 tidak didukung dengan bukti yang
lengkap yang mengakibatkan realisasi belanja barang-biaya perjalanan dinas
Walikota dan Wakil Walikota minimal sebesar Rp523.800.000,00 tidak dapat
diyakini kewajarannya;
9. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 9,
10 dan 11, terdapat realisasi belanja modal yang tidak sesuai dengan prestasi
fisiknya dengan rincian sebagai berikut:
a. Pengadaan Vibrator Roller, yang mengakibatkan realisasi belanja modal-
peralatan mesin disajikan lebih tinggi sebesar Rp151.800.000,00 dan aset
peralatan dan mesin disajikan lebih tinggi sebesar Rp151.800.000,00.
Penerimaan atas denda keterlambatan atas pengadaan tersebut tertunda
sebesar Rp7.134.599,00;
b. Pembangunan gedung Masjid An Nur, yang mengakibatkan realisasi belanja
modal-gedung disajikan lebih tinggi sebesar Rp2.057.246.250,00 serta denda
keterlambatan sebesar sebesar Rp411.449.250,00 menjadi tertunda;
c. Pengadaan kubah masjid An Nur, yang mengakibatkan realisasi belanja modal-
gedung disajikan lebih tinggi sebesar Rp924.990.000,00 dan penerimaan
denda keterlambatan tertunda sebesar Rp40.699.560,00;
10. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 12,
pembebanan belanja hibah kepada Persatuan Sepakbola Kota Batu (Persikoba)
sebesar Rp3.600.000.000,00 pada belanja bantuan sosial tidak tepat yang
mengakibatkan realisasi belanja bantuan sosial disajikan lebih tinggi sebesar
Rp3.600.000.000,00 dan belanja hibah disajikan lebih rendah sebesar
Rp3.600.000.000,00. Selain itu, juga memboroskan keuangan daerah sebesar
Rp3.600.000.000,00 sehingga mengurangi kemampuan daerah dalam membiayai
pelayanan kepada masyarakat;
11. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 14,
Realisasi belanja bantuan sosial - Bantuan Keuangan Partai Politik sebesar
Rp64.305.000,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap yang mengakibatkan
realisasi belanja tersebut tidak dapat diyakini kewajarannya;
12. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 15,
pembebanan Belanja Modal Peralatan dan Mesin dan Belanja Modal Aset Lainnya
pada Belanja Modal Gedung dan Bangunan sebesar Rp7.399.994.038,00 di Dinas
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
4
Pendidikan dan Kebudayaan tidak tepat yang mengakibatkan belanja modal
gedung dan bangunan disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp7.399.994.038,00, belanja modal peralatan dan mesin disajikan lebih rendah
(understated) sebesar Rp2.627.065.188,00 dan belanja modal aset tetap lainnya
disajikan lebih rendah (understated) sebesar Rp4.772.928.850,00;
13. Sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Nomor 16,
Aset Peralatan dan Mesin yang rusak dan hilang belum dilakukan penghapusan
minimal senilai Rp722.957.348,00 yang mengakibatkan penyajian aset peralatan
dan mesin senilai Rp722.957.348,00 tidak wajar.
Menurut pendapat BPK RI, karena hal yang disebut pada paragraf sebelumnya,
laporan keuangan yang disebut di atas tidak menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang yang material, posisi keuangan Pemerintah Kota Batu per 31 Desember
2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan sistem pengendalian intern kami sajikan dalam bagian tersendiri yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.
Surabaya, 26 April 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,
Dra. V.M. AMBAR WAHYUNI, MM., Ak Akuntan, Register Negara D-5317
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
5
LAPORAN KEUANGAN POKOK A. NERACA
NERACA
PEMERINTAH KOTA BATU
PER 31 DESEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Rupiah)
2007 2006 Uraian
ASET ASET LANCAR 59.790.018.131,70 25.885.606.684,95 Kas 51.573.972.725,08 23.406.782.999,89 Kas di Kas Daerah 50.654.930.611,08 23.340.138.422,89 Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00 Kas di Bendahara Pengeluaran 919.042.114,00 66.644.577,00 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 Piutang 4.923.434.116,27 1.293.836.573,00 Piutang Pajak 1.073.768.320,00 1.140.772.321,00 Piutang Retribusi 26.052.862,00 26.052.862,00 Piutang Dana Bagi Hasil 3.823.612.934,27 127.011.390,00 Piutang Dana Alokasi Umum 0,00 0,00 Piutang Dana Alokasi Khusus 0,00 0,00 Piutang Lain-lain 3.292.611.290,35 203.824.636,06 Persediaan 0,00 981.162.476,00 INVESTASI JANGKA PANJANG 9.170.566.403,74 8.807.566.403,74 Investasi Nonpermanen 0,00 0,00 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 0,00 0,00 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 0,00 0,00
Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya 0,00 0,00 Investasi dalam Surat Utang Negara 0,00 0,00 Investasi Non Permanen Lainnya 0,00 0,00 Investasi Permanen 9.170.566.403,74 8.807.566.403,74 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 9.170.566.403,74 8.807.566.403,74 Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan 0,00 0,00 Penyertaan Modal Perusahaan Patungan 0,00 0,00 Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00 ASET TETAP 963.107.927.149,00 885.142.836.779,00 Tanah 344.230.472.475,00 338.309.546.400,00 Peralatan dan Mesin 61.932.999.125,00 44.855.672.435,00 Gedung dan Bangunan 480.584.723.215,00 467.767.162.350,00 Jalan, Irigasi dan Jaringan 60.060.443.459,00 27.048.952.819,00 Aset Tetap Lainnya 7.145.313.875,00 2.161.502.775,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
6
(Dalam Rupiah)
Uraian 2007 2006
Konstruksi Dalam Pengerjaan 9.153.975.000,00 5.000.000.000,00 DANA CADANGAN 0,00 0,00 Dana Cadangan 0,00 0,00 ASET LAINNYA 769.801.996,00 541.687.496,00 Tagihan Penjualan Angsuran 0,00 0,00 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0,00 0,00 Kemitraan dengan Fihak Ketiga 0,00 0,00 Aset Tak Berwujud 0,00 0,00 Aset Lain-lain/Non Produktif 769.801.996,00 541.687.496,00 JUMLAH ASET 1.032.838.313.680,44 920.377.697.363,69 KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek 437.235.518,80 34.947.941,00 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 437.235.518,80 34.947.941,00 Utang Bunga 0,00 0,00 Utang Pajak 0,00 0,00 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 0,00 0,00 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri – Pemerintah Daerah Lainnya 0,00 0,00 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri – Lembaga Keuangan Bank 0,00 0,00 Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 0,00 Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00 Utang Dalam Negeri – Pemerintah Pusat 0,00 0,00 Utang Dalam Negeri – Pemerintah Daerah Lainnya 0,00 0,00 JUMLAH KEWAJIBAN 437.235.518,80 34.947.941,00 EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar 59.352.782.612,90 25.850.658.743,95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 51.573.972.725,08 23.371.835.058,89 Cadangan Piutang 8.216.045.406,62 1.497.661.209,06 Cadangan Persediaan 0,00 981.162.476,00 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek (437.235.518,80) Ekuitas Dana Investasi 973.048.295.548,74 894.492.090.678,74 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 9.170.566.403,74 8.807.566.403,74 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 963.107.927.149,00 885.142.836.779,00 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 769.801.996,00 541.687.496,00 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang 0,00 0,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
7
(Dalam Rupiah) Uraian 2007 2006
Ekuitas Dana Cadangan 0,00 0,00 Diinvestaskan dalam Dana Cadangan 0,00 0,00
JUMLAH EKUITAS DANA 1.032.401.078.161,64 920.342.749.422,69 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 1.032.838.313.680,44 920.377.697.363,69
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
8
B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PEMERINTAH KOTA BATU LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2007 (Dalam Rupiah)
URAIAN Anggaran
Realisasi %
PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 12.802.148.511,75 13.283.274.381,07 103,76
Pendapatan Pajak Daerah 7.105.000.000,00 5.389.815.393,00 75,86 Pendapatan Retribusi Daerah 2.888.325.000,00 2.274.211.802,75 78,74 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 810.765.005,75 726.182.500,75 89,57
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 1.998.058.506,00 4.893.064.684,57 244,89 PENDAPATAN TRANSFER 261.514.370.262,15 261.681.362.676,25 94,76 Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan 236.379.796.777,00 237.794.617.054,25 100,60
Dana Bagi Hasil Pajak 19.391.590.727,00 21.274.909.284,00 109,72 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 2.158.206.050,00 1.782.107.770,25 84,38 Dana Alokasi Umum 188.025.000.000,00 188.025.000.000,00 100,00 Dana Alokasi Khusus 26.805.000.000,00 26.712.600.000,00 99,66 Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya 10.000.000.000.00 10.000.000.000,00 100,00
Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 -
Dana Penyesuaian 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 100,00
Transfer Pemerintah Provinsi 15.134.573.485,15 13.886.745.622,00 91,76
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 15.119.699.148,00 13.871.745.622,00 91,75
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 14.874.337,15 15.000.000,00 100,85 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 0,00 0,00 - Pendapatan Hibah 0,00 0,00 - Pendapatan Dana Darurat 0,00 0,00 - Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 -
JUMLAH 274.316.518.773,90 274.964.637.057,32 100,24
BELANJA
Belanja Operasi 186.948.664.742,16 164.019.631.340,00 87,74 Belanja Pegawai 109.908.229.654,16 109.602.979.167,00 99,73 Belanja Barang 39.167.059.713,00 32.620.844.773,00 83,29 Bunga 0,00 0,00 -
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
9
(Dalam Rupiah)
Uraian Anggaran Realisasi % Subsidi 0,00 0,00 - Hibah 287.500.000,00 272.000.000,00 94,61 Bantuan Sosial 26.551.200.000,00 12.628.904.000,00 47,57 Bantuan Keuangan 11.034.675.375,00 8.894.903.400,00 80,61 Belanja Modal 102.961.572.919,00 82.415.344.870,00 80,05 Belanja Tanah 10.721.661.000,00 5.920.926.075,00 55,23 Belanja Peralatan dan Mesin 15.134.566.944,00 14.464.842.212,00 95,58 Belanja Gedung dan Bangunan 37.627.544.975,00 29.371.529.903,00 78,06 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 39.081.016.000,00 32.457.671.280,00 83,06 Belanja Aset Tetap Lainnya 396.784.000,00 166.625.000,00 42,00 Belanja Aset Lainnya 0,00 33.750.400,00 100,00 Belanja Tak Terduga 2.500.000.000,00 226.500.000,00 9.06 Belanja Tak Terduga 2.500.000.000,00 226.500.000,00 9,06 JUMLAH BELANJA 292.410.237.661,16 246.661.476.210,00 84,36 TRANSFER Transfer/Bagi Hasil Ke Desa 0,00 0,00 - Bagi Hasil Pajak 0,00 0,00 - Bagi Hasil Retribusi 0,00 0,00 - Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 - JUMLAH TRANSFER 0,00 0,00 - SURPLUS/DEFISIT (18.093.718.887,26) 28.303.160.847,32 - PEMBIAYAAN Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SILPA 23.406.782.999,89 23.406.782.999,89 100,00 Penerimaan Piutang Daerah 4.536.765.048,98 1.423.234.646,87 31,37 Jumlah 27.943.548.048,87 24.830.017.646,76 82,93 Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 468.000.000,00 363.000.000,00 77,57 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri 1.196.205.769,00 1.196.205.769,00 100,00 Pembayaran Pinjaman Daerah Jumlah 1.664.205.769,00 1.559.205.769,00 93,69 Pembiayaan Neto 26.279.342.279,87 23.270.811.877,76 88,55 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) 8.185.623.392,61 51.573.972.725,08 630,05
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
10
C. LAPORAN ARUS KAS
PEMERINTAH KOTA BATU LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2007 (Dalam Rupiah)
Uraian 2007
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Arus Masuk Kas
Pajak Daerah 5.389.815.393,00
Retribusi Daerah 2.274.211.802,75
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 726.182.500,75
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.893.064.684,57
Dana Bagi Hasil Pajak 21.274.909.284,00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 1.782.107.770,25
Dana Alokasi Umum 188.025.000.000,00
Dana Alokasi Khusus 26.712.600.000,00
Dana Otonomi Khusus 0,00
Dana Penyesuaian 10.000.000.000,00
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 13.871.745.622,00
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 15.000.000,00
Pendapatan Dana Darurat 0,00
Pendapatan Lainnya 0,00
Jumlah Arus Masuk Kas 274.964.637.057,32
Arus Keluar Kas
Belanja Pegawai 109.602.979.167,00
Belanja Barang dan Jasa 32.620.844.773,00
Belanja Bunga 0,00
Belanja Subsidi 0,00
Belanja Hibah 272.000.000,00
Belanja Bantuan Sosial 12.628.904.000,00
Belanja Bantuan Keuangan 8.894.903.400,00
Belanja Tak Terduga 226.500.000,00
Jumlah Arus Keluar Kas 164.246.131.340,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 110.718.505.717,32
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
11
(Dalam Rupiah)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN
Arus Masuk Kas
Pendapatan Penjualan Tanah 0,00
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin 0,00
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan 0,00
Pendapatan Penjualan atas Jalan,Irigasi,dan Jaringan 0,00
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya 0,00
Pendapatan dari Penjualan Aktiva Tetap 0,00
Jumlah Arus Masuk Kas 0,00
Arus Keluar Kas
Belanja Tanah 5.920.926.075,00
Belanja Peralatan dan Mesin 14.464.842.212,00
Belanja Gedung dan Bangunan 29.371.529.903,00
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 32.457.671.280,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 166.625.000,00
Belanja Aset Lainnya 33.750.400,00
Jumlah Arus Keluar Kas 82.415.344.870,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (82.415.344.870,00)
AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Arus Masuk Kas
Pencairan Dana Cadangan 0,00
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yg dipisahkan 0,00
Penerimaan Pinjaman 0,00
Penerimaan Kembali Pinjaman 0,00
Penerimaan Piutang 1.423.234.646,87
Jumlah Arus Masuk Kas 1.423.234.646,87
Arus Keluar Kas
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 363.000.000.00
Pembayaran Pokok Utang 1.196.205.769,00
Pemberian Pinjaman
Jumlah Arus Keluar Kas 1.559.205.769,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
12
(Dalam Rupiah)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (135.971.122,13)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN
Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga 5.889.538.880,00
Jumlah Arus Masuk Kas 5.889.538.880,00
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga 5.889.538.880,00
Jumlah Arus Keluar Kas 5.889.538.880,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 0,00
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS 28.167.189.725,19
SALDO AWAL KAS 23.406.782.999,89
SALDO AKHIR KAS 51.573.972.725,08
Saldo Akhir kas terdiri dari:
Saldo kas di BUD 50.654.930.611,08
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan 0,00
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran 919.042.114,00
Jumlah 51.573.972.725,08
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
13
D. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode tertentu, biasanya satu tahun. Dalam
lingkungan Pemerintah Daerah, Laporan Keuangan terutama digunakan untuk
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, aliran kas, perbandingan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi, dan
membantu menentukan derajat ketaatan entitas terhadap peraturan perundang-
undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya
yang telah dilakukan, serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan. Pelaporan ini
akan membantu peningkatan:
a. Akuntabilitas Pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen
Membantu penyediaan informasi yang relevan dan mudah bagi para
penggunanya untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk kepentingan
masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam mengelola sumber daya yang
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
14
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Keadilan antar generasi (Intergenerational Equity) Membantu para pengguna dalam mengetahui apakah penerimaan
pemerintah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut.
Tujuan penyusunan pelaporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi
yang bermanfaat bagi para pengguna, dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik. Dalam
Pemerintah Daerah, laporan keuangan harus mampu:
a. Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran;
b. Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas
dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut dikemas dalam
jenis-jenis laporan berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
15
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan Arus Kas;
c. Neraca;
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, khususnya bagian yang
mengatur keuangan negara;
b. Undang-Undang di bidang Keuangan Negara yaitu Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Keuangan Perbendaharaan Negara, Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara;
c. Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu;
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
khususnya yang mengatur keuangan daerah yaitu Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
f. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah : Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah;
g. Ketentuan perundang-undangan tentang penyusunan dan pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara / Daerah;
h. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan
pusat dan daerah; dan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
16
i. Peraturan Daerah Kota Batu dan Peraturan Walikota Batu, khususnya yang
mengatur tentang keuangan daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
II. EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
1. Ekonomi Makro
Kinerja perekonomian Indonesia dalam Tahun 2007 diperkirakan akan semakin
membaik dengan akselerasi pertumbuhan yang lebih tinggi dengan tetap
terpeliharanya stabilitas ekonomi makro. Perbaikan kinerja ekonomi ini
didukung oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, meskipun
perekonomian global diperkirakan tumbuh melambat dan harga komoditas
dunia baik migas maupun nonmigas cenderung menurun, namun masih
memberikan peluang yang kondusif bagi perkembangan ekspor nasional.
Sementara dari sisi internal, perbaikan kinerja ekonomi Indonesia didukung
oleh rendahnya suku bunga, stabilitas nilai tukar yang stabil, serta pulih dan
menguatnya daya beli masyarakat. Kondisi ini juga didukung oleh terjaganya
koordinasi bauran kebijakan (policy mix) yang ditempuh pemerintah di bidang
fiskal, moneter, dan sektor riil.
Pertumbuhan ekonomi Tahun 2007 diperkirakan mencapai 6,3 persen, lebih
tinggi dari pertumbuhan ekonomi Tahun 2006 yang sebesar 5,48 persen.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi ini terjadi seiring dengan meningkatnya
kegiatan konsumsi, investasi, dan ekspor. Sementara itu, kegiatan impor
barang dan jasa diperkirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan permintaan domestik.
Dalam triwulan I 2007, laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,97 persen yang
didorong oleh pengeluaran konsumsi, investasi, ekspor, dan peningkatan
pertumbuhan di hampir semua sektor ekonomi. Pengeluaran konsumsi pada
triwulan I, tumbuh sebesar 4,48 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya. Dalam Tahun 2007, konsumsi diperkirakan meningkat
menjadi 5,6 persen, terutama ditopang oleh meningkatnya konsumsi
masyarakat dari 3,2 persen dalam Tahun 2006 menjadi sebesar 5,1 persen.
Peningkatan konsumsi riil masyarakat ini terutama didorong oleh perbaikan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
17
daya beli masyarakat, yang diantaranya berasal dari kenaikan gaji PNS dan
Upah Minimum Provinsi (UMP), penurunan inflasi, dan suku bunga.
Dalam triwulan I 2007, pertumbuhan tahunan investasi (PMTB) mencapai 7,5
persen, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama Tahun 2006. Dengan
pencapaian tersebut, pertumbuhan investasi Tahun 2007 diperkirakan
mencapai sekitar 12,3 persen. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan
investasi pemerintah dan swasta, sejalan dengan meningkatnya realisasi
belanja modal pemerintah, dan semakin kuatnya ekspektasi terhadap prospek
peningkatan perekonomian ke depan, serta cenderung menurunnya suku
bunga perbankan. Dengan nilai investasi yang diperkirakan mencapai Rp989,6
triliun dalam Tahun 2007, proporsi investasi pemerintah diperkirakan hanya
sekitar 9,2 persen, sedangkan sisanya bersumber dari kegiatan investasi
swasta murni (36,8 persen), perbankan (12,9 persen), BUMN (10,4 persen),
dan kegiatan investasi dalam rangka PPPs (7,4 persen), serta sumber investasi
lainnya (23,4 persen).
Pertumbuhan ekspor barang dan jasa pada triwulan I 2007, sebesar 8,95
persen, dan diperkirakan dalam Tahun 2007 mencapai 9,9 persen, meskipun
pertumbuhan volume perdagangan dunia diperkirakan menurun. Peningkatan
ekspor dalam Tahun 2007 diperkirakan bersumber dari ekspor hasil pertanian,
pertambangan dan industri manufaktur, seperti tekstil dan produk tekstil serta
alat-alat listrik. Dalam pada itu, kegiatan impor barang dan jasa diperkirakan
kembali meningkat sekitar 14,2 persen, sehubungan dengan meningkatnya
kegiatan perekonomian dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah.
Seiring dengan ekspektasi semakin membaiknya permintaan domestik,
peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam Tahun 2007 juga ditopang oleh
kekuatan sisi penawaran yang bersumber dari hampir semua sektor produksi
yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan Tahun 2006. Sektor yang diperkirakan
meningkat cukup signifikan adalah sektor industri pengolahan serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Dalam triwulan I 2007 sektor industri
pengolahan tumbuh sebesar 5,4 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi
pada industri bukan migas, yaitu industri kertas dan barang cetakan.
Pertumbuhan sektor pengolahan dalam Tahun 2007 diperkirakan tumbuh
sebesar 7,2 persen sejalan dengan perkiraan semakin membaiknya permintaan
domestik. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi pada sejumlah
subsektor, diantaranya industri alat angkutan, industri makanan, minuman, dan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
18
tembakau, industri kimia, serta industri logam dasar besi dan baja. Demikian
pula dengan pertumbuhan subsektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT),
diperkirakan semakin membaik seiring dengan adanya dukungan pemerintah
melalui pemberian subsidi bunga kredit, dan diskon pembelian mesin baru
dalam program restrukturisasi permesinan TPT. Kinerja sektor industri
diharapkan akan semakin membaik dengan berbagai dukungan yang diberikan
pemerintah, melalui penyempurnaan yang memberikan insentif/fasilitas pajak
terhadap 15 kelompok industri dan daerah tertentu (Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2007), serta pembebasan pengenaan pajak pertambahan nilai
(PPN) atas impor dan/atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang
bersifat strategis (Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007).
Sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam triwulan I 2007 tumbuh sebesar
8,51 persen, dan dalam Tahun 2007 diperkirakan tumbuh sebesar 7,0 persen,
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,1 persen, akibat adanya
perbaikan permintaan dan turunnya suku bunga perbankan. Peningkatan
pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh perbaikan citra pariwisata Indonesia,
yang diharapkan dapat mendukung pencapaian target jumlah turis asing yang
berkunjung ke Indonesia dalam Tahun 2007 sebanyak 6 juta orang, atau lebih
tinggi sekitar 20 persen dari jumlah turis Tahun 2006.
Dalam triwulan I 2007, sektor pertanian mengalami perlambatan sebesar
negatif 0,5 persen disebabkan oleh pergeseran pola tanam dan panen raya ke
bulan April–Mei 2007. Dalam Tahun 2007, sektor pertanian diperkirakan
tumbuh sekitar 2,7 persen, terutama terkait dengan kebijakan pemerintah untuk
menambah target produksi padi sebesar 2 juta ton. Peningkatan produksi
subsektor perkebunan, diantaranya diupayakan melalui pemberian subsidi
bunga kredit sebesar Rp1 triliun kepada petani plasma, yang mengajukan kredit
pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan kepada perbankan.
Sementara itu, peningkatan produksi padi untuk memenuhi target yang
ditetapkan, akan diupayakan pemerintah melalui perbaikan sarana produksi
padi, seperti harga benih yang lebih murah, subsidi pupuk, subsidi bibit untuk
8,2 juta hektar lahan, dan perbaikan saluran irigasi.
Selanjutnya, dalam triwulan I 2007, sektor bangunan dan sektor keuangan
masing-masing tumbuh sebesar 9,3 persen dan 7,1 persen. Sektor bangunan
dalam Tahun 2007 diperkirakan tumbuh sebesar 9,4 persen, terutama dipicu
oleh trend penurunan suku bunga dan peningkatan daya beli masyarakat, serta
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
19
membaiknya persepsi pasar terhadap prospek investasi properti komersial.
Sektor keuangan dalam Tahun 2007 diperkirakan tumbuh sebesar 6,0 persen,
lebih tinggi dari Tahun 2006 sebesar 5,6 persen. Hal ini, terutama didorong oleh
meningkatnya kegiatan investasi finansial sejalan dengan membaiknya
ekonomi domestik.
Semakin kuatnya pertumbuhan sektor-sektor produksi, diperkirakan juga akan
diimbangi dengan meningkatnya kapasitas produksi secara signifikan.
Peningkatan kapasitas produksi yang terjadi pada sektor-sektor yang memiliki
daya serap tenaga kerja lebih tinggi, seperti sektor pertanian, perdagangan,
dan industri pengolahan, diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran
dari dalam Tahun 2007. Pada bulan Agustus 2006, tingkat pengangguran
sebanyak 10,93 juta orang (10,28 persen dari jumlah angkatan kerja) dan
selanjutnya mengalami penurunan pada bulan Februari 2007 menjadi 10,55
juta orang (9,75 persen dari jumlah angkatan kerja). Penurunan tingkat
pengangguran yang ditopang oleh kuatnya pertumbuhan ekonomi, diharapkan
dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan pada gilirannya mengurangi
jumlah penduduk miskin.
Jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2007 sebanyak 37,17 juta orang
(16,58 persen dari jumlah penduduk Indonesia), lebih rendah dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 39,30 juta orang (17,8
persen dari jumlah penduduk Indonesia).
Dalam pada itu, peningkatan kegiatan ekonomi Tahun 2007 diperkirakan tidak
akan memberikan tekanan berlebihan terhadap harga-harga secara umum,
yang tercermin pada rendahnya laju inflasi selama Januari-Juli 2007 yang
mencapai 2,81 persen, lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada
periode yang sama Tahun 2006 sebesar 3,33 persen. Pada bulan-bulan
mendatang, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat terkait dengan
meningkatnya permintaan kebutuhan pokok masyarakat sehubungan dengan
adanya hari raya keagamaan (lebaran dan tahun baru).
Sementara itu, peningkatan permintaan sejalan dengan perkiraan peningkatan
pertumbuhan ekonomi, masih dapat diimbangi dengan perbaikan yang terjadi
pada sisi penawaran, sehingga tidak banyak memberikan tekanan terhadap
inflasi inti. Prakiraan inflasi IHK 2007 juga didukung oleh rendahnya tekanan
kenaikan harga komponen barang-barang yang harganya ditetapkan
pemerintah (administered prices), sehubungan dengan tidak adanya rencana
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
20
Pemerintah untuk menaikkan harga kelompok barang-barang strategis,
khususnya BBM dan TDL. Tekanan inflasi kelompok volatile food juga
diperkirakan relatif rendah, meskipun pada bulan-bulan pertama Tahun 2007
harga sejumlah barang kebutuhan pokok, seperti beras dan gula pasir sedikit
lebih tinggi.
Tingginya harga beras ini terjadi karena terganggunya pasokan akibat banjir
dan bencana alam di sejumlah daerah sentra produksi beras pada awal tahun.
Untuk menurunkan harga beras, pemerintah telah melakukan berbagai upaya,
antara lain dengan mendorong peningkatan produksi padi nasional serta
menambah impor beras dalam rangka menjaga stok beras nasional dan
mendukung terlaksananya operasi pasar dengan baik.
Sementara itu, pengaruh eksternal terhadap inflasi seperti meningkatnya harga
CPO dan minyak mentah dunia, diperkirakan akan mendorong inflasi pada
beberapa bulan terakhir Tahun 2007. Dengan mempertimbangkan berbagai
upaya pengendalian inflasi dan realisasi sampai bulan Oktober 2007, sampai
akhir Tahun 2007 inflasi diperkirakan mencapai 6,5 persen.
Rata-rata nilai tukar rupiah dalam Tahun 2007 diperkirakan mencapai
Rp9.100,00 per US$. Relatif stabilnya nilai tukar rupiah terutama didukung oleh
faktor-faktor fundamental ekonomi domestik, seperti meningkatnya pasokan
valuta asing terkait dengan surplus neraca pembayaran, ditengah sentimen
melemahnya US dolar pada tingkat global. Namun, ada beberapa faktor
fundamental yang perlu diwaspadai yang diperkirakan akan memberikan
tekanan terhadap nilai tukar rupiah, yaitu meningkatnya impor, khususnya
barang modal dan meningkatnya pembayaran utang luar negeri sektor swasta.
Dengan tetap terjaganya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah, suku bunga SBI 3
bulan diperkirakan mencapai 8,0 persen. Penurunan suku bunga ini sejalan
dengan penurunan BI Rate dan relaksasi beberapa ketentuan perbankan yang
dilakukan Bank Indonesia, yang pada gilirannya diharapkan dapat mendorong
fungsi intermediasi perbankan di dalam mendukung kebangkitan sektor riil.
Sementara itu kerangka ekonomi daerah dan implikasinya sepanjang Tahun
2007, khususnya Propinsi Jawa Timur telah mengalami inflasi 6,48%,
sedangkan inflasi nasional 6,59%. Sementara pada 2005 inflasi Jatim 15,19%
sedang nasional 17,11%, dan pada 2006 inflasi Jatim 6,76% sedang nasional
6,60%. Dari 13 kota, Indek Harga Komoditi (IHK) yang diteliti, inflasi tertinggi
pada Tahun 2007 terjadi di Trenggalek 7,56%, dan terendah di Tuban 5,74%.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
21
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur, dari inflasi Jatim
sepanjang Tahun 2007 yang mencapai 6,48% tersebut, 12,32% disumbangkan
dari kelompok produk bahan makanan. Sementara pendorong utama inflasi
Jatim selama Tahun 2007, diakibatkan naiknya harga komoditi minyak goreng,
bawang merah dan makanan pokok beras, sedangkan penghambat utamanya
inflasi akibat turunnya harga produk bawang putih, cabe dan sayuran segar.
Tingginya inflasi kelompok bahan makanan, selain disebabkan faktor musiman
juga karena perilaku pasar yang beraksi negatif terhadap beberapa kebijakan
pemerintah. Pada Tahun 2005 dan 2006, komoditi beras terus mengalami
kenaikan harga yang cukup signifikan, namun pada Tahun 2007 setelah fungsi
buffer (penyangga) beras dikembalikan ke Perum Bulog dan dibukanya kembali
impor beras, harga beras mulai terkoreksi cukup tajam.
Dari data bidang Produksi dan Distribusi BPS Jatim, inflasi Jatim pada
Desember 2007 tercatat 0,98%, kondisi ini lebih rendah dari inflasi nasional
1,10%. Dari 13 kota IHK di Jatim, semua kota telah mengalami inflasi dan
tertinggi terjadi di Banyuwangi 1,59%, dan terendah di Malang 0,68%,
sementara pada November 2007 inflasi Jatim sebesar 0,48% sedang nasional
0,18%.
Pendorong utama inflasi Jatim pada Desember 2007 akibat naiknya harga
komoditi bawang merah 0,2685%, makanan pokok beras 0,2626%, dan minyak
goreng 0,0473%, sedangkan penghambat utama terjadinya inflasi adalah akibat
turunnya harga daging ayam ras, gula pasir dan udang basah.
Inflasi Jatim merupakan hasil komposit IHK pada Desember yang terdorong
positif 0,98% atau telah terjadi kenaikan indeks dari 149,99 pada November
menjadi 151,47 pada Desember, kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan
inflasi nasional 1,10%.
Dibandingkan periode yang sama pada 2005 dan 2006, inflasi Jatim pada
Desember 2007 tercatat lebih tinggi dari Tahun 2005 yakni -0,31%, namun
lebih rendah daripada 2006 yakni 1,14%. Karena inflasi 2007 sangat
dipengaruhi oleh faktor musiman komoditi bahan makanan seperti bawang
merah, cabe, dan komoditi beras. Pada Desember 2005, produksi bahan
makanan meningkat sangat tajam, sehingga berakibat turunnya harga dan
berdampak terjadi deflasi. Namun pada 2006 dan 2007, pada bulan Desember
selalu terjadi kelangkaan beberapa produk bahan makanan, sehingga
berdampak terjadinya inflasi yang cukup tinggi.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
22
Dari hasil pemantauan di 13 kota di Jatim, menunjukan terjadinya inflasi pada
Desember disebabkan oleh naiknya seluruh harga dari kelompok pengeluaran,
kelompok bahan makanan mengalami kenaikan 2,875%, makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau naik 0,3226%, kelompok perumahan, air, listrik
bahan bakar naik 0,3729%, sandang naik 0,3702%, kesehatan naik 0,6720%,
pendidikan, rekreasi, olahraga naik 0,0316%, serta kelompok transportasi,
komunikasi jasa keuangan naik 0,2812%.
Menurut data BPS, dari enam ibukota propinsi di pulau Jawa pada Desember
2007, semua kota telah mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Serang
0,96% dan terendah terjadi di Jogjakarta 0,47%. Sampai dengan Desember
2007, laju inflasi tertinggi terjadi di Jogjakarta 7,99% dan terendah di Bandung
5,25% .
Sementara lima kota di Indonesia dengan inflasi tertinggi terjadi di Banda Aceh
11,00%, Ternate 10,43%, Jayapura 10,35%, Manado 10,13%, dan Samarinda
9,18%. Sedangkan lima kota terendah inflasinya di Indonesia adalah Pangkal
Pinang 2,64%, Surakarta 3,28%, Lhokseumawe 4,18%, Batam 4,84%, dan
Bengkulu 5%.
Sementara itu, sejak berdirinya Kota Batu, tingkat inflasi pada Tahun 2002
berkisar pada satu digit, yaitu pada kisaran angka 8,76 persen, Tahun 2003
berada pada angka 7,47 persen, dan pada Tahun 2004 inflasi berada pada
angka 8,11 persen.
Tingkat inflasi Kota Batu selama Tahun 2005 yang diukur dengan indeks
implisit PDRB meningkat tajam menjadi 13,13 persen dibanding tingkat inflasi
Kota Batu untuk pertama kalinya sejak Kota Batu berdiri berada pada level dua
digit. Tingginya tingkat inflasi dalam Tahun 2005 ini tidak terlepas dari kebijakan
pemerintah pusat yang menaikkan harga BBM sepanjang tahun laporan
sebanyak dua kali, yaitu pada bulan Maret dan bulan Oktober 2005.
Di sektor lain, pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan
komunikasi mencatat tingkat inflasi tertinggi, yaitu sebesar 16,51 persen dan
16,47 persen. Tingginya tingkat inflasi sektor ini tidak terlepas dari kebijakan
pemerintah pusat dalam menaikkan tarip dasar listrik pada Tahun 2004.
Sementara tingginya inflasi sektor-sektor jasa tidak terlepas dari kebijakan
pemerintah memberikan gaji ke-13 pada pegawai negeri sipil, baik pusat
maupun daerah. Dan tingkat inflasi terendah tercatat pada sektor pertanian,
yaitu sebesar 9,87 persen.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
23
Berdasarkan kondisi tersebut, maka laju inflasi di Kota Batu pada Tahun 2007
diproyeksikan tetap pada kisaran 7 persen.
2. Kebijakan Keuangan
a. Tujuan kebijakan pelaporan keuangan daerah adalah mengatur
penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan daerah;
b. Pelaporan keuangan daerah adalah laporan pertanggungjawaban
pemerintah daerah atas kegiatan keuangan dan sumber daya ekonomis
yang dipercayakan serta menunjukkan posisi keuangan yang sesuai
dengan standar akuntansi keuangan pemerintah;
c. Periode akuntansi adalah satu tahun anggaran;
d. Periode berjalan adalah periode akuntansi selama tahun anggaran yang
sedang berlangsung.
a. Kebijakan Umum 1) Pelaporan keuangan harus menyajikan secara wajar dan
mengungkapkan secara penuh kegiatan pemerintah daerah dan sumber
daya ekonomis yang dipercayakan, serta menunjukkan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan;
2) Fungsi pelaporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan
informasi keuangan kepada para pemakai. Kebijakan pelaporan
keuangan ini merupakan pedoman penyusunan dan penyajian
pelaporan keuangan daerah untuk memenuhi fungsi tersebut;
3) Pelaporan keuangan harus menyajikan perbandingan antara suatu
periode akuntansi dengan periode akuntansi sebelumnya. Agar
perbandingan dapat bermanfaat, maka informasi keuangan suatu
periode akuntansi harus dilaporkan secara konsisten dengan informasi
keuangan periode akuntansi sebelumnya. Apabila terjadi perubahan
akuntansi harus diungkapkan dalam pelaporan keuangan;
4) Pelaporan keuangan harus diterbitkan tepat waktu segera setelah
periode akuntansi berakhir;
5) Pelaporan keuangan harus menyajikan transaksi dan kejadian yang
penting. Informasi pelaporan keuangan dapat diandalkan jika pemakai
laporan dapat menggunakan informasi tersebut untuk pembuatan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
24
keputusan atas transaksi dan kejadian yang penting berdasarkan
kondisi keuangan yang sesungguhnya;
6) Pelaporan keuangan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari laporan
keuangan, catatan atas laporan keuangan, dan informasi tambahan
yang harus disajikan bersama-sama;
7) Laporan keuangan terdiri dari laporan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD), nota perhitungan APBD,
neraca, dan laporan aliran kas.
b. Asumsi Dasar
1) Transaksi dan kejadian diakui atas dasar kas modifikasian, yaitu
merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar akrual;
2) Transaksi dan kejadian dalam periode berjalan diakui atas dasar kas,
yaitu saat penerimaan kas atau pengeluaran kas. Pada akhir periode
dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam
periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari
transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisir.
c. Entitas Pelaporan Keuangan 1) Tujuan entitas pelaporan keuangan untuk menunjukkan entitas
akuntansi pada pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan daerah;
2) Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat
pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas pelaksanaan
tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
3) Entitas pelaporan keuangan daerah meliputi Pemerintah daerah secara
keseluruhan.
d. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 1) Tujuan Laporan Realisasi Anggaran adalah menyajikan informasi
mengenai kemampuan merealisir pendapatan dari yang dianggarkan,
melaksanakan kegiatan berdasarkan anggaran belanja yang ditetapkan,
dan sumber-sumber pembiayaan yang digunakan untuk
mengalokasikan surplus atau menutup defisit;
2) Laporan Realisasi Anggaran menyajikan perbandingan antara anggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan realisasinya dalam suatu
periode akuntansi;
3) Laporan Realisasi Anggaran harus disertai catatan dan informasi
tambahan mengenai hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan APBD,
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
25
antara lain penyebab perbedaan yang signifikan antara anggaran
dengan realisasinya, baik yang terkendali maupun di luar kendali pusat
pertanggungjawaban.
e. Nota Perhitungan APBD 1) Tujuan nota perhitungan APBD adalah menyajikan informasi mengenai
ringkasan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta kinerja
keuangan daerah selama periode akuntansi pada tahun berkenaan;
2) Kinerja keuangan daerah antara lain mencakup kinerja dalam rangka
pelaksanaan fungsi, program dan kegiatan selama periode akuntansi,
kinerja pelayanan yang dicapai, dan bagian belanja yang digunakan
untuk kegiatan administrasi umum, operasi dan pemeliharaan, serta
investasi.
f. Laporan Arus Kas 1) Tujuan laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
kemampuan dalam memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk
memenuhi kebutuhan daerah dalam satu periode akuntansi;
2) Laporan arus kas menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran dan saldo akhir kas daerah dalam satu periode akuntansi
tahun berkenaan;
3) Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas yang berkaitan dengan aktivitas operasi, investasi, dan
pembiayaan;
4) Laporan aliran kas disajikan dengan metode langsung/tidak langsung.
g. Neraca 1) Tujuan neraca adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan
daerah;
2) Posisi keuangan daerah adalah keadaan aset, hutang, dan ekuitas dana
yang dimiliki pemerintah daerah pada akhir periode akuntansi.
3. Pencapaian Target Kinerja APBD Berdasarkan kemajuan yang dicapai pada tahun sebelumnya dan tantangan
yang dihadapi di Tahun 2007, serta mengingat berlangsungnya pemilihan
kepala daerah secara langsung, merupakan isu krusial yang dihadapi Kota
Batu Tahun 2007, dan merupakan critical success factor keberhasilan dan
kesinambungan pembangunan daerah. Maka tema pembangunan Kota Batu
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
26
Tahun 2007 adalah “Sukses Pilkada langsung Tahun 2007 sebagai wujud
pelaksanaan otonomi daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat”.
Dalam pelaksanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja
Pemerintah Kota Batu, terdapat tiga prinsip yang menjadi landasan
operasionalnya, yaitu :
a. Pengutamaan partisipasi masyarakat;
b. Pengutamaan pembangunan berkelanjutan;
c. Pengutamaan tata pengelolaan yang baik (good governance).
Untuk pelaksanaan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan,
kemajuan yang dicapai pada tahun sebelumnya serta berbagai masalah dan
tantangan pokok yang harus dihadapi pada Tahun 2007, maka prioritas
pembangunan daerah Kota Batu, adalah sebagai berikut.
a. Mengurangi tingkat kemiskinan;
b. Mengoptimalkan pelayanan publik;
c. Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang wilayah;
d. Mengembangkan ekonomi lokal;
e. Menyukseskan PILKADA;
f. Menuju tata pemerintahan yang baik dan bersih (good governance);
g. Membangun kerja sama antar daerah.
Selanjutnya, sebagai bentuk pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kota Batu Tahun Anggaran 2007 sebagai indikator pencapaian
kinerja keuangan, antara lain tercermin dalam:
a. Neraca;
b. Laporan Realisasi Anggaran;
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.
III. IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN
Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan dan hambatan serta kendala yang ada dalam
pencapaian target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dapat digambarkan sebagai berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
27
1. Realisasi Pendapatan Pencapaian target kinerja keuangan untuk pendapatan dapat digambarkan sebagai
berikut.
Perkembangan Realisasi Pendapatan APBD Kota Batu
Perkembangan Realisasi PAD Kota Batu
Tahun Pendapatan Asli Daerah (Rp) (%) 2002 4.958.041.591,00 - 2003 7.194.248.522,75 45,10 2004 7.072.392.674,96 (1,69) 2005 8.415.307.033,78 18,99 2006 11.065.945.714,30 31,50 2007 13.283.274.381,07 20,04
Perkembangan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kota Batu
Tahun Dana Alokasi Umum (Rp) (%) 2002 28.810.000.000,00 - 2003 87.420.000.000,00 203,44 2004 99.340.000.000,00 13,64 2005 104.489.000.000,00 5,18 2006 159.797.000.000,00 52,93 2007 188.025.000.000,00 17,66
Perkembangan Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Kota Batu
Tahun Dana Alokasi Khusus (Rp) (%) 2002 - - 2003 3.515.000.000,00 - 2004 12.880.000.000,00 266,43 2005 10.650.000.000,00 (17,31) 2006 17.910.000.000,00 68,17 2007 26.712.600.000,00 49,15
Tahun Pendapatan APBD (Rp) (%) 2002 47.496.187.771,27 - 2003 123.318.923.753,73 159,64 2004 147.320.299.926,96 19,46 2005 169.242.348.169,78 14,88 2006 224.297.654.461,30 32,53 2007 274.964.637.057,32 22,59
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
28
Perkembangan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Tahun Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak (Rp) (%)
2002 7.309.235.393,00 - 2003 13.181.514.218,00 80,34 2004 15.999.464.673,00 21,38 2005 16.387.367.844,00 2,42 2006 19.455.915.057,00 18,73 2007 23.057.017.054,25 18,51
Perkembangan Realisasi Pendapatan Lainnya
Tahun Pendapatan Lainnya (Rp) (%) 2002 - - 2003 7.574.271.073,00 - 2004 9.456.811.579,00 24,85 2005 11.946.673.292,00 26,33 2006 16.068.793.690,00 34,50 2007 0,00 (100,00)
Secara rinci untuk Tahun Anggaran 2007, realisasi pendapatan daerah Kota
Batu, adalah sebagai berikut.
URAIAN REALISASI ANGGARAN
(Rp) PENDAPATAN ASLI DAERAH 13.283.274.381,07
Pajak Daerah 5.389.815.393,00Retribusi Daerah 2.274.211.802,75Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 726.182.500,75Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 4.893.064.684,57
PENDAPATAN TRANSFER 247.794.617.054,25Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 237.794.617.054,25Dana Bagi Hasil Pajak 21.274.909.284,00Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 1.782.107.770,25Dana Alokasi Umum 188.025.000.000,00 Dana Alokasi Khusus 26.712.600.000,00Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 10.000.000.000,00Dana Otonomi Khusus 0,00Dana Penyesuaian 10.000.000.000,00Transfer Pemerintah Provinsi 13.886.745.622,00Pendapatan Bagi Hasil Pajak 13.871.745.622,00Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 15.000.000,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 0,00JUMLAH 274.964.637.057,32
2. Realisasi Belanja Pencapaian target kinerja keuangan dari tahun ke tahun pada realisasi belanja
daerah, digambarkan pada tabel berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
29
Perkembangan Belanja APBD Kota Batu
Tahun Belanja (Rp) (%) 2002 45.860.317.831,29 - 2003 121.577.369.540,90 165,10 2004 158.140.690.046,30 30,07 2005 161.277.810.893,30 1,98 2006 199.815.926.000,38 23,90 2007 246.661.476.210,00 23,45
Realisasi belanja Tahun Anggaran 2007, lebih lanjut dijabarkan dalam jenis
belanja sebagai berikut.
U R A I A N REALISASI ANGGARAN
2007 (Rp)
BELANJA OPERASI 164.019.631.340,00 Belanja Pegawai 109.602.979.167,00 Belanja Barang 32.620.844.773,00 Belanja Bunga 0,00 Belanja Subsidi 0,00 Belanja Hibah 272.000.000,00 Belanja Bantuan Sosial 12.628.904.000,00
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Propinsi/Kabupaten/Kota & Pemerintah Desa 8.894.903.400,00 BELANJA MODAL 82.415.344.870,00 Belanja Tanah 5.920.926.075,00 Belanja Peralatan dan Mesin 14.464.842.212,00 Belanja Gedung dan Bangunan 29.371.529.903,00 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 32.457.671.280,00 Belanja Aset Tetap Lainnya 166.625.000,00 Belanja Aset Lainnya 33.750.400,00 BELANJA TIDAK TERDUGA 226.500.000,00 Belanja Tidak Terduga 226.500.000,00
Jumlah Belanja 246.661.476.210,00
3. Realisasi Pembiayaan Pencapaian target kinerja keuangan pada realisasi penerimaan pembiayaan
daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
30
Perkembangan Penerimaan Pembiayaan Daerah
Tahun Penerimaan Pembiayaan (Rp) (%)
2004 17.476.054.883,73 - 2005 24.350.664.764,39 39,34 2006 16.912.054.538,97 -30,55 2007 24.830.017.646,76 46,82
Pencapaian target kinerja keuangan pada realisasi pengeluaran pembiayaan
daerah dan SILPA.
Perkembangan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Tahun Pengeluaran Pembiayaan
(Rp) (%)
2004 6.655.664.764,49 -
2005 16.302.000.000,00 144,93
2006 17.987.000.000,00 10,34
2007 1.559.205.769,00 -91,33
Perkembangan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Tahun SILPA (Rp)
(%)
2004 6.655.664.764,39 -
2005 16.013.202.040,97 140,60
2006 23.406.782.999,89 46,17
2007 51.573.972.725,08 120,34
IV. KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. PENDAHULUAN Tujuan
Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian
laporan keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum dalam rangka
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antar
periode.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
31
Ruang Lingkup Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini mengatur seluruh
pertimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah daerah yang meliputi :
a. Peranan dan tujuan pelaporan keuangan;
b. Entitas pelaporan keuangan;
c. Dasar hukum pelaporan keuangan;
d. Asumsi dasar;
e. Karakteristik kualitatif laporan keuangan;
f. Kendala informasi yang relevan dan andal;
g. Prinsip akuntansi dan laporan keuangan;
h. Jenis laporan keuangan;
i. Definisi unsur laporan keuangan;
j. Pengakuan unsur laporan keuangan;
k. Pengukuran unsur laporan keuangan, dan;
l. Pengungkapan laporan keuangan.
2. PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN
Peranan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan
oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan
pemerintah daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi
pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai
kondisi keuangan, menilai efektifitas dan efisiensi pemerintah daerah, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya
yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
32
b. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan suatu pemerintah daerah dalam periode pelaporan,
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah daerah untuk
kepentingan masyarakat.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat, berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah daerah, dalam pengelolaan sumber daya
yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.
d. Keseimbangan antar generasi (intergenerational Equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan, dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
Tujuan Pelaporan Keuangan Pelaporan keuangan pemerintah daerah menyajikan informasi yang bermanfaat
bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat
keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik, dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran;
b. Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan;
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah
dicapai;
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah
daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya baik jangka
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
33
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman;
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah
daerah, apakah mengalami kenaikan ataupun penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah
menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah daerah.
3. JENIS PELAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan pemerintah daerah yang pokok terdiri dari :
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca;
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi
yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan
antara realisasi dan anggarannya dalam satu periode pelaporan.
Neraca pemerintah daerah merupakan laporan yang menggambarkan posisi
keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu.
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta
saldo kas pada tanggal pelaporan.
Catatan atas laporan keuangan menyajikan penjelasan naratif, analisis atau
daftar terinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi
anggaran, neraca, dan laporan arus kas.
Selain laporan keuangan yang pokok tersebut, pemerintah daerah
diperkenankan menyajikan laporan pendukung yang terdiri dari : Laporan
Kinerja Keuangan Daerah, dan Laporan Perubahan Ekuitas Dana.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
34
4. ENTITAS PELAPORAN Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
wajib menyampaikan laporan keuangan. Entitas pelaporan adalah pemerintah
daerah atau satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau organisasi
lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
5. DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan daerah, antara lain:
a. Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945, khususnya bagian yang
mengatur keuangan negara;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
i. Peraturan Daerah tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
dan;
j. Peraturan Kepala Daerah tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan
Keuangan Daerah.
6. ASUMSI DASAR Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah anggapan
yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar kebijakan
akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
a. Asumsi kemandirian entitas;
b. Asumsi kesinambungan entitas, dan;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
35
c. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Kemandirian Entitas Asumsi kemandirian entitas yang berarti bahwa unit pemerintah daerah sebagai
entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dianggap sebagai unit yang mandiri
dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan, sehingga tidak
terjadi kekacauan antar unit pemerintahan dalam pelaporan keuangan. Salah
satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk
menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.
Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar
neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan
atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang piutang yang terjadi
akibat pembuatan keputusan entitas, serta terlaksana tidaknya program dan
kegiatan yang telah ditetapkan.
Kesinambungan Entitas Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dengan asumsi bahwa
pemerintah daerah akan berlanjut keberadaannya dan tidak bermaksud untuk
melakukan likuidasi.
Keterukuran dalam Satuan Uang Laporan keuangan pemerintah daerah harus menjadikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
7. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang
diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
a. Relevan;
b. Andal;
c. Dapat dibandingkan, dan;
d. Dapat dipahami.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
36
Relevan Laporan keuangan pemerintah daerah dikatakan relevan apabila informasi
yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan
dengan membantunya mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan, dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna
laporan di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang
relevan adalah yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi yang relevan harus:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan
keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang memungkinkan
pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasinya di
masa lalu;
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan
keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna
laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil
masa lalu dan kejadian masa kini;
c. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus
disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk
pembuatan keputusan pengguna laporan; dan
d. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan pemerintah daerah
harus memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua
informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan
pengguna laporan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi
utama yang termuat dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan
jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Andal Informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
kenyataan secara jujur serta dapat diverifikasi. Informasi akuntansi yang
relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi
yang handal harus memenuhi karakteristik:
a. Penyajian jujur, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus
memuat informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
37
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan;
b. Dapat diverifikasi, (verifiability) artinya bahwa laporan keuangan pemerintah
daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap
menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh;
c. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus
memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan
tidak bias pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk
menyajikan informasi yang menguntungkan pihak tertentu, sementara hal
tersebut akan merugikan pihak yang lain.
Dapat Dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan
lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan
secara internal dapat dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat dilakukan bila pemerintah daerah yang diperbandingkan menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama. Apabila pemerintah daerah akan
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan
akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan kebijakan akuntansi harus
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.
Dapat Dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh
pengguna laporan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Untuk itu, pengguna
laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi pemerintah daerah, serta adanya kemauan pengguna
laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
38
8. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang harus dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah daerah dalam melakukan kegiatannya, serta oleh
pengguna laporan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut
ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah daerah:
a. Basis akuntansi;
b. Prinsip nilai perolehan;
c. Prinsip realisasi;
d. Prinsip substansi mengungguli formalitas;
e. Prinsip periodisitas;
f. Prinsip konsistensi;
g. Prinsip pengungkapan lengkap, dan;
h. Prinsip penyajian wajar.
Basis Akuntansi Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah,
adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan Basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan
penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta
belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas
daerah. Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba, melainkan
menggunakan sisa perhitungan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun
anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi
penerimaan pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan
pembiayaan.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan
pada saat kas diterima atau dibayarkan oleh kas daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
39
Pemerintah daerah dapat juga menggunakan basis kas untuk pendapatan,
belanja, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk aset, kewajiban, dan ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran berjalan.
Prinsip Nilai Perolehan (Historical Cost Principle) Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Utang dicatat sebesar jumlah kas yang diharapkan untuk memenuhi kewajiban
di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah.
Penggunaan nilai perolehan lebih dapat diandalkan daripada nilai yang lain,
karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi.
Prinsip Realisasi (Realization Principle) Ketersediaan pendapatan daerah yang telah diotorisasikan melalui APBD
selama suatu tahun anggaran akan digunakan untuk membiayai belanja
daerah dalam periode tahun anggaran dimaksud.
Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue principle)
tidak ditekankan dalam akuntansi pemerintah daerah, sebagaimana
dipraktikkan dalam akuntansi sektor swasta.
Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over Form
Principle) Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, bukan hanya mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi
transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle) Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah daerah perlu dibagi
menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja pemerintah daerah dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
40
Periode utama untuk pelaporan keuangan yang digunakan adalah tahunan.
Namun periode semesteran juga diperkenankan.
Prinsip Konsistensi (Consistency Principle) Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh pemerintah daerah (prinsip konsistensi internal).
Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode
akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode
yang baru diterapkan harus menunjukkan hasil yang lebih baik dari metode
yang lama. Pengaruh dan pertimbangan atas perubahan penerapan metode ini
harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle) Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna laporan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face)
laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle) Laporan keuangan pemerintah daerah harus menyajikan dengan wajar
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan.
Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan pemerintah
daerah diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat
serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam
kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu
tinggi serta kewajiban dan belanja tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun
demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya
pembentukan dana cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau
pendapatan yang terlampau rendah atau sengaja mencatat kewajiban dan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
41
belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan pemerintah daerah
tidak netral dan tidak andal.
9. KENDALA INFORMASI AKUNTANSI YANG RELEVAN DAN ANDAL Kendala informasi yang relevan dan andal adalah setiap keadaan yang tidak
memungkinkan tercapainya kondisi ideal dalam mewujudkan informasi
akuntansi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan pemerintah daerah
sebagai akibat adanya keterbatasan atau karena alasan-alasan tertentu. Tiga
hal yang mengakibatkan kendala dalam mewujudkan informasi akuntansi yang
relevan dan andal, yaitu:
a. Materialitas;
b. Pertimbangan biaya dan manfaat, dan;
c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.
Materialitas Laporan keuangan pemerintah daerah walaupun idealnya memuat segala
informasi, tetapi hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan pengguna laporan yang dibuat atas dasar informasi
dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari informasi yang dimuat dalam laporan keuangan
pemerintah daerah, seharusnya melebihi dari biaya yang diperlukan untuk
penyusunan laporan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah
daerah tidak semestinya menyajikan informasi yang manfaatnya lebih kecil
dibandingkan dengan biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya
dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya
dimaksud juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati
manfaat.
Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
42
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah daerah. Kepentingan relatif antar
karakteristik kualitatif dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara
relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua
karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.
10. DEFINISI UNSUR LAPORAN KEUANGAN Laporan Realisasi Anggaran Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari pendapatan,
belanja dan pembiayaan. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut.
a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah
ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah daerah;
b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah;
c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Neraca
Unsur yang mencakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas
dana. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut.
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang;
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah;
c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
43
Laporan Arus Kas Unsur yang dicakup oleh laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut.
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke kas daerah;
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari kas daerah.
Catatan Atas laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut.
a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal/keuangan
dan pencapaian target perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang
dihadapi dalam pencapaian target;
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan;
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk menyajikan yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
11. PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria
pencatatan suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga
akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana akan termuat pada
laporan keuangan pemerintah daerah. Pengakuan diwujudkan dalam
pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh
oleh kejadian atau peristiwa terkait.
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk
diakui yaitu:
a. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke
dalam entitas pemerintah yang bersangkutan;
b. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur atau dapat diestimasi dengan andal.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
44
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria
pengakuan, perlu mempertimbangkan aspek materialitas.
Probabilitas Manfaat Ekonomi Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep probabilitas digunakan dalam
pengertian derajat kepastian bahwa manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan mengalir dari atau
ke pemerintah daerah. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian
lingkungan operasional pemerintah daerah. Pengkajian derajat kepastian yang
melekat dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas bukti yang
dapat diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Keandalan Pengukuran Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa
atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya
pengakuan didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran
berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka
pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada catatan atas laporan
keuangan.
Penundaan pengakuan suatu pos atau kejadian dapat terjadi apabila kriteria
pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau
keadaan lain di masa mendatang.
Pengakuan Aset Aset diakui jika potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh atau dilepas
oleh pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal.
Aset diakui pada saat diterima atau diserahkan hak kepemilikannnya dan/ atau
pada saat penguasaannya berpindah. Aset dalam bentuk kas yang diperoleh
pemerintah daerah antara lain bersumber dari pajak, penerimaan bukan pajak,
retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan daerah dan setoran lain-lain,
serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan
setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak
pihak atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh
pemerintah untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
45
yang lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang
diterima sampai penyetorannya ke kas daerah. Aset tidak diakui jika
pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin
diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.
Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban
tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban
timbul.
Pengakuan Pendapatan Pendapatan menurut basis kas diakui dalam periode tahun anggaran berjalan
pada saat kas diterima. Pada akhir periode akuntansi, pendapatan diakui
berdasarkan jumlah pendapatan yang telah menjadi hak, yang sampai dengan
akhir periode akuntansi bersangkutan belum ada realisasi penerimaan kas.
Pengakuan Belanja Belanja menurut basis kas diakui dalam periode tahun anggaran berjalan pada
saat kas dikeluarkan dari kas daerah dan telah dipertanggungjawabkan/di-SPJ-
kan. Pada akhir periode akuntansi, belanja diakui berdasarkan jumlah belanja
yang telah menjadi kewajiban, yang sampai dengan akhir periode akuntansi
bersangkutan belum ada realisasi pengengeluaran kas.
12. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan pemerintah daerah
menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan
yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
46
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban, atau nilai sekarang dari jumlah kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.
Transaksi yang menggunakan mata uang asing harus dikonversikan terlebih
dahulu (kurs tengah Bank Indonesia) dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
13. PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN Suatu entitas pelaporan harus mengungkapkan hal-hal yang belum pernah
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, seperti:
a. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta yurisdiksi tempat entitas
beroperasi;
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya, dan;
c. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
14. KOREKSI AKUNTANSI PERIODE SEBELUMNYA Koreksi periode akuntansi sebelumnya terdiri dari koreksi kesalahan yang
terjadi pada periode akuntansi sebelumnya yang signifikan sehingga
mempengaruhi penyajian laporan keuangan dan koreksi kesalahan dalam
pelaporan keuangan yang disebabkan oleh kesalahan matematis, kesalahan
penerapan standar akuntansi, dan kesalahan penggunaan fakta-fakta yang
ada.
Termasuk dalam koreksi akuntansi periode sebelumnya adalah perubahan
akuntansi yang terjadi pada periode sebelumnya yang secara signifikan
sehingga mempengaruhi kewajaran penyajian pelaporan keuangan, yang
disebabkan:
a. Adanya perubahan standar akuntansi, yaitu perubahan penerapan standar
akuntansi yang secara signifikan mempengaruhi kewajaran penyajian
pelaporan keuangan;
b. Adanya perubahan estimasi akuntansi yang merupakan perubahan
penerapan estimasi akuntansi sebagai akibat dari perubahan situasi
ekonomi, peraturan, dan lain-lain yang mempengaruhi kewajaran penyajian
pelaporan keuangan;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
47
c. Adanya perubahan entitas akuntansi, yaitu perubahan unit organisasi yang
disebabkan adanya restrukturisasi atau reorganisasi yang mempengaruhi
kewajaran pelaporan keuangan.
Kesalahan periode sebelumnya harus dianalisis untuk menentukan
pengaruhnya terhadap neraca awal periode akuntansi, pengaruh kesalahan
tersebut harus dikoreksi sebagai penyesuaian saldo awal ekuitas dana umum.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
48
V. PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA
31 Desember 2007
(Rp) 31 Desember 2006
(Rp)
a) Aset Lancar 59.790.018.131,70 25.885.606.684,95 1) Kas
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
Kas 51.573.972.725,08 23.406.782.999,89 Saldo kas per 31 Desember 2007 tersebut, terdiri dari:
a) Kas di Kas Daerah 50.654.930.611,08
b) Kas di Bendahara Penerimaan 0,00
c) Kas di Bendahara Pengeluaran 919.042.114,00
Jumlah 51.573.972.725,08
Dengan penjelasan sebagai berikut.
a) Kas di Kas Daerah sebesar Rp50.654.930.611,08 terdiri dari:
- R/C Bank per tgl 31 Desember 2007 sebesar Rp38.397.602.650,18;
- Kekurangan kas sebesar Rp12.009.990.716,00;
- Selisih yang tidak bisa dijelaskan sebesar Rp247.337.244,90.
Saldo sesuai rekening koran bank per 31 Desember 2007 sebesar
Rp38.397.602.650,18 tersebut, dengan rincian sebagai berikut.
NO. NAMA REKENING NOMOR REKENING SALDO (Rp)
1. DAK Bidang Prasarana 0401002472 287.028.376,09
2. DAK Bidang Kesehatan 0401002464 162.240.128,61
3. DAK Bidang Lingkungan Hidup 0401002456 20.074.797,76
4. DAK Bidang Pertanian 0401002413 246.333.579,04
5. DAK Bidang Kelautan &
Perikanan 0401002430 242.316.409,48
6. DAK Bidang Infrastruktur 0401002421 542.940.692,17
7. DAK Bidang Pendidikan 0401002448 0,00
8. Bend. 17 Kasda 0401002294 6.260.081.483,16
9. PAD 0401001727 23.207.308.820,32
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
49
10. DAU 0401002944 7.113.286.363,55
11. Dana Otonomi Khusus
Penyeimbang
0401002944 315.992.000,00
c) Kas di Bendahara Pengeluaran, terdiri dari:
No. Nama Instansi / SKPD Jumlah
(Rp.)
1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 3.927.701,00
2 Dinas Kesehatan 3.589.188,00
3 Dinas Pendapatan Daerah 59.220,00
4 Dinas Permukiman dan Bina Marga 61.100,00
5 Badan Perencanaan Daerah 144.500.330,00
6 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 4.000,00
7 Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup 562.700,00
8 Dinas Pertanahan 224.416.336,00
9 Dinas Catatan Sipil dan Tenaga Verja 12.768.200,00
10 Badan Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial 210.000,00
11 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat 5.100.000,00
12 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 38.302.143,00
13 Sekretariat Daerah 399.403.514,00
14 Kecamatan Batu 1.611.669,00
15 Badan Pengawasan 30.066.204,00
16 Kecamatan Bumiaji 1.250.000,00
17 Kantor Pemberdayaan Masyarakat 12.955.898,00
18 Dinas Infokom :
* Tahun Anggaran 2006 2.028.800,00
* Tahun Anggaran 2007 600.000,00
19 Dinas Pertanian :
* Tahun Lalu 524.939,00
* Tahun Anggaran 2007 1.858.000,00
20 Dinas Sumber Daya Air dan Energi 32.553.405,00
21 Dinas Pariwisata 541.377,00
22 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2.147.390,00
J U M L A H 919.042.114,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
50
2) Piutang
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
Piutang 4.923.434.116,27 1.293.836.573,00
Jumlah piutang per 31 Desember 2007 tersebut, terinci sebagai berikut.
a) Piutang Pajak Rp 1.073.768.320,00b) Piutang Retribusi Rp 26.052.862,00c) Piutang Dana Bagi Hasil Rp 3.823.612.934,27 Jumlah Rp 4.923.434.116,27
3) Piutang lain-lain
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
Piutang lain-lain 3.292.611.290,35 203.824.636,06
Saldo piutang lain-lain sebesar Rp3.292.611.290,35 tersebut, adalah saldo
piutang lain-lain per 31 Desember 2007. Rinciannya adalah sebagai berikut.
No. URAIAN JUMLAH
1. Piutang ganti rugi atas kekayaan daerah a.n. Suwignjo 32.200.000,00
2. Piutang Dividen kepada bank Jatim 546.078,02
3. Piutang (biaya dibayar dimuka) gedung kantor 187.113.754,00
4. Catatan BPK pada saat pemeriksaan LKPD Tahun 2006
a. Pemberian bantuan keuangan kepada parpol 129.000.000,00
b. Rehabilitasi dan perluasan puskesmas beji dan polindes sidomulyo 22.210.657,28
c. pemenang lelang dan pembangunan kantor infokompus tahap I 18.921.301,95
d. Perhitungan RAB Pembangunan Gedung DPRD 481.696.174,82
e. Bantuan penunjang operasional DPRD 2.044.324.000,00
f. Bantuan Penunjang Operasional DPRD dan Insentif PBB 60.000.000,00
g. Honorarium dan bantuan transport untuk program sibernas 2.500.000,00
h. Honor pengelola program holtikultura I melebihi standar walikota 4.185.000,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
51
5.. Piutang kepada CV. A (Dinas Permukiman) 151.800.000,00
6. Piutang kepada PDAM (laba PDAM) 40.074.148,00
7. Piutang kepada Dinas Perhubungan 106.015.573,89
8. Piutang bunga kepada Bendahara Pengeluaran SKPD 12.024.602,39
Jumlah 3.292.611.290,35
Rincian piutang bunga/jasa kepada Bendahara Pengeluaran SKPD (point 8),
rinciannya adalah sebagai berikut.
No SKPD Bunga Bank
1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rp 380.305,00
2 Dinas Kesehatan Rp 153.433,55
3 Dinas Permukiman dan Bina Marga Rp 96.498,41
4 Dinas Pendapatan Rp 415.126,18
5 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Rp 530.492,47
6 Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Rp 89.538,43
7 Dinas Pertanahan Rp 230.187,05
8 Dinas Capil dan Naker Rp 201.375,00
9 Dinas Infokom dan Perpustakaan Rp 230.820,67
10 Dinas Pertanian Rp 265.467,00
11 Dinas Sumber Daya Air Rp 376.277,00
12 Dinas Pariwisata Rp 110.914,00
13 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Rp 195.085,00
14 Badan KB&Kesos Rp 183.588,35
15 Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas Rp 157.175,91
16 Badan Pengawas Daerah Rp 270.045,95
17 Bapeko Rp 73.504,42
18 Sekretariat Daerah Rp 1.948.143,31
19 Bagian Kesejahteraan Rp 127.612,28
20 Sekretariat Dewan Rp 198.481,02
21 Kecamatan Batu Rp 293.821,88
22 Kecamatan Junrejo Rp 216.507,66
23 Kantor Satpol PP Rp 511.894,24
24 Kantor Koperasi dan UKM Rp 53.420,54
25 Kantor Perhubungan -Tabungan Rp 243.474,55
- Giro Rp 4.409.786,24
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
52
26 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Rp 61.626,28
Jumlah 12.024.602,39
Selain itu, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI atas LKPD Tahun Anggaran
2007 diketahui bahwa:
a. Terdapat uang yang masih berada pada PT. AKL (rekanan untuk proyek
pembangunan masjid An-Nur) sebesar Rp65.670.200,00 yang harus
ditarik dan disetorkan ke kas daerah. Rekanan juga dikenakan bunga
sebesar Rp72.250.000,00;
b. Terdapat kerugian daerah sebesar Rp950.000.000,00 pada Bagian Kesra
karena adanya pencairan dana, namun dananya digunakan oleh Kasda
periode sebelum Oktober 2007;
c. Terdapat kerugian daerah sebesar Rp600.000.000,00 pada Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan karena adanya pencairan dana, namun
dananya digunakan oleh Kasda periode sebelum Oktober 2007;
d. Terdapat kerugian daerah sebesar Rp581.425.000,00 pada Dinas
Pertanahan karena adanya pencairan dana, namun dananya digunakan
oleh Kasda periode sebelum Oktober 2007. Selain itu, juga terdapat dana
sebesar Rp130.640.190,00 yang masih dipinjam oleh Dinas Pertanahan;
e. Terdapat kerugian daerah karena adanya penerimaan Pajak Penerangan
Jalan Rp310.336.515,00 yang seharusnya disetorkan sebagai
penerimaan daerah, namun dananya digunakan oleh Kasda periode
sebelum Oktober 2007;
f. Terdapat kerugian daerah sebesar Rp200.000.000,00 karena adanya
Realisasi Belanja Tidak Terduga pada Bagian Hukum tidak bisa
dipertanggungjawabkan;
g. Terdapat denda keterlambatan sebesar Rp411.449.250,00 untuk kegiatan
pembangunan masjid An-Nur oleh rekanan Dinas Pemukiman dan Bina
Marga yaitu PT. AKL;
h. Terdapat denda keterlambatan sebesar Rp40.699.560,00 untuk kegiatan
pengadaan/pembangunan kubah masjid An-Nur oleh rekanan Dinas
Pemukiman dan Bina Marga yaitu PT. CB;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
53
i. Terdapat denda keterlambatan sebesar Rp7.134.599,00 untuk kegiatan
pengadaan vibrator roller oleh rekanan Dinas Pemukiman dan Bina Marga
yaitu PT. A.
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
b. Investasi Jangka Panjang 9.170.566.403,74 8.807.566.403,74
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
9.170.566.403,74 8.807.566.403,74
Investasi Jangka Panjang dalam bentuk saham merupakan Penyertaan Modal
Pemerintah Kota Batu yang berupa Surat Kolektif Saham Bank dan pada
PDAM, terinci dalam tabel berikut.
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Bank Jatim
a) 1402 lbr saham @ Rp1.000.000,00
b) 281 stok dividen @ Rp1.000.000,00
c) 363 stok deviden @ 1.000.000,00
Jumlah penyertaan di Bank Jatim
1.402.000.000,00
281.000.000,00
363.000.000,00
2.046.000.000,00
2. PDAM Kota Batu 7.124.566.403,74
Jumlah 9.170.566.403,74
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
C. Aset tetap 963.107.927.149,00 885.142.836.779,00
Saldo Aset tetap sebesar Rp963.107.927.149,00 adalah saldo aset tetap per
31 Desember 2007. Saldo aset tetap tersebut, rinciannya adalah sebagai
berikut.
1) Tanah 344.230.472.475,00 2) Peralatan dan Mesin 61.932.999.125,00 3) Gedung dan Bangunan 480.584.723.215,00 4) Jalan, Jaringan dan Instalasi 60.060.443.459,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
54
5) Aset Tetap Lainnya 7.145.313.875,00 6) Konstruksi dalam Pengerjaan 9.153.975.000,00
Jumlah 963.107.927.149,00
31 Desember 2007
(Rp) 31 Desember 2006
(Rp)
d. Aset lainnya 769.801.996,00 541.687.496,00
Jumlah tersebut merupakan saldo aset lainnya per 31 Desember 2007.
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
e. Kewajiban Jangka Pendek
437.235.518,80 34.947.941,00
Kewajiban/hutang jangka pendek (lancar) merupakan hutang yang harus
dibayar kembali atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi, yang terdiri
dari Hutang Jangka Pendek dan Hutang Perhitungan Pihak Ketiga.
Per 31 Desember 2007 Hutang Pemerintah Kota Batu sebesar
Rp437.235.518,80. Hutang ini adalah hutang perhitungan pihak ketiga. Dalam
jumlah tersebut, termasuk hutang Pemerintah Kota Batu kepada Pemerintah
Kota Malang atas gaji Pemkot Batu yang sebelumnya ditalangi oleh Pemkab
Malang sebesar Rp203.464.718,80.
31 Desember 2007 (Rp)
31 Desember 2006 (Rp)
f. Ekuitas Dana 1.032.860.361.570,64 920.377.697.363,69
Ekuitas dana adalah merupakan selisih antara jumlah aktiva dengan jumlah
hutang, yang terdiri atas Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan
Ekuitas Dana Cadangan.
Jumlah ekuitas dana per 31 Desember 2007 sebesar Rp1.032.401.078.161,64
terdiri dari:
1) Ekuitas Dana Lancar 59.352.782.612,902) Ekuitas Dana Investasi 973.048.295.548,743) Ekuitas Dana Cadangan 0,00
Jumlah 1.032.401.078.161,64
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
55
1) Ekuitas dana lancar berasal dari perhitungan, sebagai berikut.
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 51.573.972.725,08Cadangan Piutang 8.216.045.406,62Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang
jangka Pendek
(437.235.518,80)
Jumlah 59.352.782.612,90
2) Ekuitas Dana Investasi berasal dari perhitungan sebagai berikut.
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 9.170.566.403,74Diinvestasikan dalam aset tetap 963.107.927.149,00Diinvestasikan dalam aset lainnya 769.801.996,00
Jumlah 973.048.295.548,74
3) Ekuitas Dana Cadangan per 31 Desember 2007 bersaldo nihil.
2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Pendapatan a. Pendapatan Asli Daerah Anggaran dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2007, terdiri
dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp)
a) Pajak Daerah 7.105.000.000,00 5.389.815.393,00
b) Retribusi Daerah 2.888.325.000,00 2.274.211.802,75
c) Hasil Pengelolaan
Kekayaan
810.765.005,75 726.182.500,75
d) Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
1.998.058.506,00 4.893.064.684,57
1) Pendapatan Pajak Daerah
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2007,
terdiri dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) a) Pajak hotel 2.500.000.000,00 1.844.506.940,00b) Pajak Restoran 500.000.000,00 374.367.983,00c) Pajak Hiburan 1.300.000.000,00 1.035.226.000,00d) Pajak Reklame 550.000.000,00 334.428.055,00e) Pajak Penerangan Jalan 2.150.000.000,00 1.720.614.765,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
56
f) Pajak Parkir 105.000.000,00 80.671.650,00Jumlah 7.105.000.000,00 5.389.815.393,00
2) Retribusi Daerah
Anggaran dan Realisasi Pendapatan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2007,
sebagai berikut.
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp)
a) Retribusi Jasa Umum 1.558.400.000,00 1.291.653.570,00
b) Retribusi Jasa Usaha 551.500.000,00 356.867.343,75
c) Retribusi Perizinan Tertentu 778.425.000,00 625.690.889,00
Jumlah 2.888.325.000,00 2.274.211.802,75
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Anggaran dan Realisasi Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2007, adalah sebagai berikut.
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp)
a) PDAM Kota Batu 84.582.505,00 0,00
b) Bank Jatim 726.182.500,75 726.182.500,00
Jumlah 810.765.005,75 726.182.500,75
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Anggaran dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Tahun
Anggaran 2007, adalah sebagai berikut.
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) a) Penerimaan Jasa Giro 1.850.000.000,00 2.120.311.277,44b) Pendapatan Denda Pajak 0,00 264.071,00c) Pendapatan dari Pengembalian
0,00 133.472.162,00
d) Penerimaan lain-lain 148.058.506,00 2.639.017.174,13Jumlah 1.998.058.506,00 4.893.064.684,57
b. Pendapatan Transfer Anggaran dan realisasi pendapatan transfer Tahun Anggaran 2007, terdiri
dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) 1)
Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
236.379.796.777,00 237.794.617.054,25
2)
Transfer Pemerintah Pusat lainnya
10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
3)
Transfer Pemerintah Propinsi
15.134.573.485,15 13.886.745.622,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
57
1) Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
Anggaran dan realisasi Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2007, adalah
sebagai berikut.
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) a) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak 21.549.796.777,00 23.057.017.054,25
b) Dana Alokasi Umum (DAU) 188.025.000.000,00 188.025.000.000,00c) Dana Alokasi Khusus (DAK) 26.805.000.000,00 26.712.600.000,00
Jumlah 236.379.796.777,00 237.794.617.054,25
2) Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
Anggaran dan realisasi pendapatan berupa transfer dari Pemerintah Pusat
Lainnya Tahun Anggaran 2007, adalah sebagai berikut.
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) a) Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00b) Dana Penyesuaian 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
Jumlah 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
3) Transfer Pemerintah Propinsi
Anggaran dan realisasi pendapatan berupa transfer dari propinsi, adalah
sebagai berikut.
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) a) Pendapatan Bagi Hasil Pajak 15.119.699.148,00 13.871.745.622,00 (1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 4.177.025.391,00 3.998.189.663,00 (2) Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB) 2.499.233.335,00 3.036.595.769,00
(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
7.971.844.485,00 6.389.157.108,00
(4) Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah
274.093.062,00 269.965.730,00
(5) Pajak Pemanfaatan Air Permukaan 197.502.875,00 177.837.352,00b) Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 14.874.337,15 15.000.000,00 (1) Sumbangan pihak ketiga 14.874.337,15 15.000.000,00Jumlah 15.134.573.485,15 13.886.745.622,00
c. Lain-lain Pendapatan Yang Sah Anggaran dan realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah untuk Tahun
Anggaran 2007 adalah nihil setelah dikonversikan menyesuaikan dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
58
Belanja Daerah
a. Belanja Operasi
Anggaran dan realisasi Belanja Operasi Tahun Anggaran 2007, terdiri dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) 1) Belanja Pegawai 109.908.229.654,16 109.602.979.167,002) Belanja Barang 39.167.059.713,00 32.620.844.773,003) Belanja Bunga 0,00 0,004) Belanja Subsidi 0,00 0,005) Belanja Hibah 287.500.000,00 272.000.000,006) Belanja Bantuan Sosial 26.551.200.000,00 12.628.904.000,007) Belanja Bantuan Keuangan 11.034.675.375,00 8.894.903.400,00
Jumlah 186.948.664.742,16 164.019.631.340,00
1) Realisasi Belanja Pegawai Tahun Anggaran 2007 sebesar
Rp109.602.979.167,00, atau 99,73% dari anggarannya sebesar
Rp109.908.229.654,16;
2) Realisasi Belanja Barang Tahun Anggaran 2007 sebesar
32.620.844.773,00, atau 83,29% dari anggarannya sebesar
Rp39.167.059.713,00;
3) Anggaran dan realisasi Belanja Bunga Tahun Anggaran 2007 adalah nihil;
4) Anggaran dan realisasi Belanja Subsidi Tahun Anggaran 2007 adalah
nihil;
5) Realisasi Belanja Hibah Tahun Anggaran 2007 sebesar
Rp272.000.000,00, atau 94,61% dari anggarannya sebesar
Rp287.500.000,00. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI diketahui
bahwa terdapat pembebanan belanja hibah kepada Persatuan Sepakbola
Kota Batu (Persikoba) sebesar Rp3.600.000.000,00 pada belanja bantuan
sosial;
6) Realisasi Belanja Bantuan Sosial Tahun Anggaran 2007 sebesar
Rp12.628.904.000,00, atau 47,57% dari anggarannya sebesar
Rp26.551.200.000,00;
7) Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Tahun Anggaran 2007 sebesar
Rp8.894.903.400,00, atau 80,61% dari anggarannya sebesar
Rp11.034.675.375,00.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
59
b. Belanja Modal
Anggaran dan Realisasi Belanja Modal Tahun Anggaran 2007, terdiri dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) 1) Belanja Tanah 10.721.661.000,00 5.920.926.075,002) Belanja Peralatan dan Mesin 15.134.566.944,00 14.464.842.212,003) Belanja Gedung dan Bangunan 37.627.544.975,00 29.371.529.903,004) Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 39.081.016.000,00 32.457.671.280,005) Belanja Aset Tetap lainnya 396.784.000,00 166.625.000,006) Belanja Aset Lainnya 0,00 33.750.400,00 Jumlah 102.961.572.919,00 82.415.344.870,00
1) Realisasi Belanja Tanah Tahun Anggaran 2007 adalah sebesar
Rp5.920.926.075,00, atau 55,23% dari anggarannya sebesar
Rp10.721.661.000,00;
2) Realisasi Belanja Peralatan dan Mesin Tahun Anggaran 2007 adalah
sebesar Rp14.464.842.212,00, atau 95,58% dari anggarannya sebesar
Rp15.134.566.944,00;
3) Realisasi Belanja Gedung dan Bangunan Tahun Anggaran 2007 adalah
sebesar Rp29.371.529.903,00, atau 78,06% dari anggarannya sebesar
Rp37.627.544.975,00. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI diketahui
bahwa dari realisasi belanja gedung dan bangunan sebesar
Rp29.371.529.903,00 tersebut, didalamnya juga terdapat realisasi untuk
belanja peralatan dan mesin sebesar Rp2.627.065.188,00 dan belanja
aset tetap lainnya sebesar Rp4.772.928.850,00;
4) Realisasi Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Anggaran 2007 adalah
sebesar Rp32.457.671.280,00, atau 83,06% dari anggarannya sebesar
Rp39.081.016.000,00;
5) Realisasi Belanja Aset lainnya Tahun Anggaran 2007 adalah sebesar
Rp33.750.400,00.
c. Belanja Tidak Terduga
Realisasi belanja tak terduga Tahun Anggaran 2007 sebesar
Rp226.500.000,00, atau 9,06% dari anggarannya sebesar
Rp2.500.000.000,00.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
60
Pembiayaan a. Penerimaan Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan, terdiri dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp)
1) Penggunaan SiLPA 23.406.782.999,89 23.406.782.999,89
2) Penerimaan piutang daerah 4.536.765.048,98 1.423.234.646,87
Jumlah 27.943.548.048,87 24.830.017.646,76
1) Realisasi penerimaan daerah dari penggunaan SiLPA sebesar
Rp23.406.782.999,89, merupakan penggunaan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Anggaran 2006;
2) Realisasi penerimaan pembiayaan dari penerimaan piutang daerah Tahun
Anggaran 2007 sebesar Rp1.423.234.646,87, atau 31,37% dari
anggarannya sebesar Rp4.536.765.048,98.
b. Pengeluaran Pembiayaan Anggaran dan realisasi pengeluaran pembiayaan terdiri dari:
URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp)
a) Penyertaan Modal
(Investasi) Pemda
468.000.000,00 363.000.000,00
b) Pembayaran Pokok Utang 1.196.205.769,00 1.196.205.769,00
Jumlah 1.664.205.769,00 1.559.205.769,00
c. SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun 2007 sebesar Rp51.573.972.725,08,
berasal dari Surplus Anggaran sebesar Rp28.303.160.847,32 ditambah
pembiayaan neto sebesar Rp23.270.811.877,76.
3. LAPORAN ARUS KAS a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi menjelaskan aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi Tahun 2007, yang menunjukkan total arus kas aktivitas operasi
adalah Rp110.718.505.717,32 dengan rincian sebagai berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
61
URAIAN REALISASI (Rp)
1) Arus Masuk Kas 274.964.637.057,32
2) Dikurangi Arus Keluar Kas 164.246.131.340,00
Jumlah 110.718.505.717,32
b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus kas dari aktivitas investasi aset non keuangan menjelaskan aktivitas
penerimaan dan pengeluaran kas untuk kegiatan investasi aset non keuangan
pemerintah selama satu periode akuntansi Tahun 2007 yang menunjukkan total
arus kas untuk kegiatan investasi aset non keuangan adalah sebesar
(Rp82.415.344.870,00), dengan rincian sebagai berikut.
URAIAN REALISASI (Rp)
1) Arus Kas Masuk 0,00
2) Dikurangi Arus Kas Keluar 82.415.344.870,00
Jumlah (82.415.344.870,00)
c. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus kas dari aktivitas pembiayaan menjelaskan aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas untuk kegiatan pembiayaan pemerintah selama satu periode
akuntansi Tahun 2007 yang menunjukkan total arus kas untuk kegiatan
pembiayaan adalah sebesar (Rp135.971.122,13), dengan rincian sebagai
berikut.
URAIAN REALISASI (Rp)
1) Arus Kas Masuk 1.423.234.646,87
2) Dikurangi Arus Kas Keluar 1.559.205.769,00
Jumlah (135.971.122,13)
d. Arus Kas Aktivitas Non Anggaran Arus kas dari aktivitas non anggaran menjelaskan aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas untuk kegiatan non anggaran pemerintah selama satu periode
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
62
akuntansi Tahun 2007 yang menunjukkan total arus kas untuk kegiatan non
anggaran adalah sebesar Rp0,00, dengan rincian sebagai berikut.
URAIAN REALISASI (Rp)
a) Arus Kas Masuk 5.889.538.880,00
b) Dikurangi Arus Kas Keluar 5.889.538.880,00
Jumlah 0,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
63
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN
1. Dasar Hukum Pemeriksaan a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu adalah untuk
memberikan opini atas tingkat kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
laporan keuangan didasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.
3. Sasaran Pemeriksaan Pemeriksaan LKPD Tahun Anggaran 2007 meliputi pengujian atas:
a. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern, termasuk
pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya;
b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Penyajian saldo akun-akun dan transaksi-transaksi dalam Neraca per 31
Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk
tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2007 sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan;
d. Pengungkapan informasi keuangan pada Catatan atas Laporan Keuangan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
e. Tindak lanjut yang dilakukan Pemerintah Daerah atas Hasil Pemeriksaan BPK
sebelumnya.
4. Standar Pemeriksaan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan BPK Tahun
2007.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
64
5. Metode Pemeriksaan Metodologi pemeriksaan yang digunakan adalah pemeriksaan dengan pendekatan
berdasarkan risiko, yang dirancang untuk menemukan kesalahan dan
penyimpangan informasi atas laporan keuangan dengan menelaah kegiatan
pemerintahan. Kegiatan pemeriksaan dimulai dengan melakukan penelaahan
kegiatan yang akan menentukan area risiko penting yang seharusnya menjadi
fokus pemeriksaan untuk meyakinkan pencatatan yang memadai di laporan
keuangan.
Dalam menganalisis dan menguji proses akuntansi dan pelaporan keuangan
Pemerintah, BPK telah melakukan prosedur-prosedur di bawah ini:
a. Memahami dan menguji sistem akuntansi dan pelaporan yang dipakai dan
diterapkan oleh Pemerintah saat ini apakah telah mengikuti sistem akuntansi
yang telah ditetapkan Pemerintah;
b. Menganalisis proses akuntansi dan pelaporan instansi, termasuk pengendalian
yang diterapkan untuk mengurangi risiko salah saji dan kesalahan yang
disengaja;
c. Menelaah kecukupan pengendalian intern yang berhubungan dengan sistem
akuntansi dan pelaporan;
d. Menelaah keakuratan, kelengkapan, keberadaan, penilaian, pisah batas,
kepemilikan, penyajian, dan pengungkapan laporan keuangan yang dihasilkan
oleh sistem akuntansi dan pelaporan.
Pemeriksaan BPK juga mencakup pengujian pengendalian, prosedur analitis, dan
pengujian substantif untuk menilai efektivitas pengendalian, kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, dan kewajaran laporan keuangan pemerintah
daerah.
Selain itu, kami juga melakukan pemantauan atas tindak lanjut dari setiap
permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan sebelumnya.
6. Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan dilaksanakan mulai tanggal 2 April dan berakhir pada tanggal 26 April
2008.
7. Objek Pemeriksaan Objek pemeriksaan BPK adalah Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu Tahun
2007, yang terdiri dari:
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
65
a. Neraca per 31 Desember 2007;
b. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk Periode
Tahun 2007;
c. Laporan Arus Kas untuk Periode Tahun 2007;
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
8. Kendala Pemeriksaan Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, khususnya pemeriksaan rekening Kas,
BPK RI menghadapi kendala adanya batasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2008
LAPORAN ATAS KEPATUHAN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BATU
UNTUK TAHUN ANGGARAN 2007
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
Nomor : 82/R/XVIII.SBY/04/2008 Tanggal : 26 April 2008
BUKU II
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
DAFTAR ISI
RESUME PEMERIKSAAN......... ……………..…......................................................... 1
TEMUAN PEMERIKSAAN ......... ……………..…......................................................... 5 1. Pengeluaran Kas sebesar Rp13.709.990.716,00 tidak melalui prosedur yang
benar.....................................................................................................................
5
2. Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp950.000.000,00 pada Bagian
Kesejahteraan Rakyat pencairan dananya tidak diakui oleh Pemegang
Rekening dan tidak diterima oleh yang berhak.....................................................
9
3. Pencairan Dana Realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa
sebesar Rp1.050.000.000,00 tidak diakui oleh pemegang rekening, diantaranya
sebesar Rp600.000.000,00 tidak diketahui keberadaannya ................................
13
4. Dana Realisasi Belanja Modal Pengadaan Tanah Sebesar Rp581.425.000,00
tidak diketahui keberadaannya dan terdapat pinjaman ke Kantor Kasda oleh
Dinas Pertanahan sebesar Rp130.640.190,00.....................................................
16
5. Kelebihan pembayaran kepada pihak ketiga sebesar Rp65.670.200,00.............. 20
6. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp310.336.515,00 tidak
disetorkan ke Kas Daerah.....................................................................................
24
7. Realisasi Belanja Tidak Terduga sebesar Rp200.000.000,00 tidak
Dipertanggungjawabkan ......................................................................................
27
8. Biaya Perjalanan Dinas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada
Sekretariat Daerah Minimal sebesar Rp523.800.000,00 tidak didukung dengan
bukti yang lengkap................................................................................................
31
9. Realisasi belanja modal peralatan mesin-pengadaan Vibrator Roller sebesar
Rp151.800.000,00 tidak ada realisasi fisik dan tidak dikenakan denda
keterlambatan........................................................................................................
35
10. Realisasi belanja modal gedung-pembangunan masjid sebesar
Rp2.057.246.250,00 tidak sesuai dengan prestasi fisiknya..................................
38
11. Realisasi belanja modal gedung-pengadaan kubah masjid sebesar
Rp924.990.000,00 tidak sesuai dengan prestasi fisiknya.....................................
41
12. Pembebanan belanja hibah kepada Persatuan Sepakbola Kota Batu
(Persikoba) sebesar Rp3.600.000.000,00 pada belanja bantuan sosial tidak
tepat.......................................................................................................................
44
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
13. Pendapatan retribusi kesehatan dari Puskesmas digunakan langsung sebesar
Rp21.691.000,00...................................................................................................
47
14. Realisasi belanja bantuan sosial - Bantuan Keuangan Partai Politik sebesar
Rp64.305.000,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap...............................
49
15. Pembebanan Belanja Modal Peralatan dan Mesin dan Belanja Modal Aset
Lainnya pada Belanja Modal Gedung dan Bangunan sebesar
Rp7.399.994.038,00 di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tidak tepat..............
52
16. Aset Peralatan dan Mesin yang rusak dan hilang belum dilakukan penghapusan
minimal senilai Rp722.957.348,00....................................................................
55
17. Aktiva yang hilang senilai Rp72.680.000,00 belum dilakukan Tuntutan Ganti
Rugi.......................................................................................................................
60
18. Pembayaran Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp33.600.000,00 tidak sesuai
ketentuan..............................................................................................................
62
19. Pengadaan jasa appraisal sebesar Rp351.600.000,00 tidak efektif dan Aplikasi
Simbada sebesar Rp248.250.000,00 belum berjalan efektif................................
64
20. Aset Tanah sebesar Rp9.861.324.125,00 belum bersertifikat atas nama
Pemerintah Kota Batu...........................................................................................
68
21. Penggunaan Bantuan Keuangan oleh Partai Politik sebesar Rp97.680.100,00
tidak tepat peruntukannya.....................................................................................
71
22. Bunga Tabungan di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp12.024.602,39 belum
disetor ke Kas Daerah...........................................................................................
74
23. Saldo Kas di Brankas Bendahara Penerimaan Dinas Kesehatan tidak disertai
pencatatan yang memadai....................................................................................
77
24. Sisa Uang Kas pada Rekening Bendahara Pengeluaran Kantor Perhubungan
belum dipindahbukukan ke Kas Daerah................................................................
79
25. Rekening Kas Umum Daerah belum disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku...................................................................................................................
81
26. Pembukaan Rekening SKPD tidak melalui ijin Walikota...................................... 83
27. Pengenaan Pajak Bunga pada Rekening Tabungan Bendahara Pengeluaran
tidak sesuai ketentuan..........................................................................................
85
28. Penyewaan Alat Berat di Dinas Pemukiman dan Bina Marga tidak dilaksanakan
dengan perjanjian .................................................................................................
88
29. Enam kendaraan milik Pemerintah Daerah dipinjam pakai oleh perorangan ...... 90
30. Hasil Pemeriksaan BPK RI belum seluruhnya ditindaklanjuti sesuai ketentuan... 93
LAMPIRAN
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 1
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kota Batu per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas kepatuhan Pemerintah Kota Batu terhadap peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Batu. Namun, tujuan pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu, BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
Selain itu, peraturan perundang-undangan dan SPKN mengharuskan BPK RI untuk melaporkan kepada pihak berwenang, apabila dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan ditemukan kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berindikasi unsur tindak pidana.
Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pelaporan keuangan yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut.
1. Pengeluaran Kas sebesar Rp13.709.990.716,00 tidak melalui prosedur yang benar;
2. Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp950.000.000,00 pada Bagian
Kesejahteraan Rakyat pencairan dananya tidak diakui oleh Pemegang Rekening dan
tidak diterima oleh yang berhak;
3. Pencairan Dana Realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa sebesar
Rp1.050.000.000,00 tidak diakui oleh pemegang rekening, diantaranya sebesar
Rp600.000.000,00 tidak diketahui keberadaannya;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 2
4. Dana Realisasi Belanja Modal Pengadaan Tanah sebesar Rp581.425.000,00 tidak
diketahui keberadaannya dan terdapat pinjaman ke Kantor Kasda oleh Dinas
Pertanahan sebesar Rp130.640.190,00;
5. Kelebihan pembayaran kepada pihak ketiga sebesar Rp65.670.200,00;
6. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp310.336.515,00 tidak disetorkan ke
Kas Daerah;
7. Realisasi Belanja Tidak Terduga sebesar Rp200.000.000,00 tidak
Dipertanggungjawabkan;
8. Biaya Perjalanan Dinas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Sekretariat
Daerah Minimal sebesar Rp523.800.000,00 tidak didukung dengan bukti yang
lengkap;
9. Realisasi belanja modal peralatan mesin-pengadaan Vibrator Roller sebesar
Rp151.800.000,00 tidak ada realisasi fisik dan tidak dikenakan denda keterlambatan;
10. Realisasi belanja modal gedung-pembangunan masjid sebesar Rp2.057.246.250,00
tidak sesuai dengan prestasi fisiknya;
11. Realisasi belanja modal gedung-pengadaan kubah masjid sebesar
Rp924.990.000,00 tidak sesuai dengan prestasi fisiknya;
12. Pembebanan belanja hibah kepada Persatuan Sepakbola Kota Batu (Persikoba)
sebesar Rp3.600.000.000,00 pada belanja bantuan sosial tidak tepat;
13. Realisasi belanja bantuan sosial - Bantuan Keuangan Partai Politik sebesar
Rp64.305.000,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap;
14. Pembebanan Belanja Modal Peralatan dan Mesin dan Belanja Modal Aset Lainnya
pada Belanja Modal Gedung dan Bangunan sebesar Rp7.400.006.200,00 di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan tidak tepat;
15. Aset Peralatan dan Mesin yang rusak dan hilang belum dilakukan penghapusan
sedikitnya senilai Rp722.957.348,00.
Berdasarkan temuan tersebut, BPK RI merekomendasikan kepada WaliKota Batu agar:
1. Menarik dan menyetorkan ke Kas Daerah kekurangan kas sebesar
Rp12.009.990.716,00 dari Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) sebagai penanggung jawab
pengeluaran dan ahli waris Sdr. IK (mantan Walikota almarhum);
2. Menarik kerugian daerah sebesar Rp950.000.000,00 dari Sdr. AL (mantan Kuasa
BUD) sebagai penanggung jawab pengeluaran, dan selanjutnya menyetorkan ke Kas
Daerah;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 3
3. Menarik kerugian daerah sebesar Rp600.000.000,00 dari Sdr. AL (mantan Kuasa
BUD) sebagai penanggung jawab pengeluaran, dan selanjutnya menyetorkan ke Kas
Daerah;
4. Menarik dan menyetorkan ke Kas Daerah kerugian daerah sebesar
Rp581.425.000,00 dari Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD) sebagai
penanggung jawab pengeluaran;
5. Menarik kerugian daerah dari PT. AKL sebesar Rp137.920.164,00
(Rp65.670.164,00+Rp72.250.000,00) dan menyetorkan ke Kas Daerah;
6. Menarik kerugian daerah sebesar Rp310.336.515,00 dari Sdr. AL (mantan Kepala
Kasda) dan selanjutnya menyetorkan ke Kas Daerah;
7. Menarik kerugian daerah dari Kepala Bagian Hukum sebesar Rp200.000.000,00 dan
menyetorkan ke Kas Daerah;
8. Memerintahkan pada pengguna anggaran dan pelaksana kegiatan agar
melaksanakan pertanggungjawaban kegiatan secara lebih tertib dan selalu
mengadakan pengawasan terhadap pertanggungjawaban kegiatan;
9. Mengambil tindakan:
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga yang tidak melakukan
pengawasan kegiatan dalam lingkup satuan kerjanya;
b. Menarik denda minimal sebesar Rp7.134.599,00 dari CV. A dan menyetorkannya
ke Kas Daerah;
10. Mengambil tindakan:
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga untuk memperbaiki
pengawasan dalam lingkup satuan kerjanya;
b. Menarik denda sebesar Rp411.449.250,00 dari PT. AKL dan menyetorkannya ke
Kas Daerah;
11. Mengambil tindakan:
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga untuk memperbaiki
pengawasan dalam lingkup satuan kerjanya;
b. Menarik denda sebesar Rp40.699.560,00 dari PT. CB dan menyetorkannya ke
Kas Daerah;
12. Mengambil tindakan:
a. Memperingatkan Pengguna Anggaran supaya dalam menganggarkan dan
merealisasikan belanja bantuan keuangan untuk organisasi sepak bola
mempertimbangkan/mempedomani ketentuan yang berlaku;
b. Menegur Tim Anggaran yang dalam menyusun anggaran belanja bantuan sosial
dan belanja hibah tidak mempedomani ketentuan yang berlaku;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 4
c. Menghentikan pemberian bantuan sepak bola pada Tahun Anggaran 2008 dan
berikutnya;
13. Memerintahkan pengurus partai politik mempertanggungjawabkan bantuan
keuangan dilampiri dengan bukti-bukti yang lengkap;
14. Memerintahkan Tim Anggaran supaya dalam menyusun Dokumen Pelaksanaan
Perubahan Anggaran (DPPA) mengelompokkan Belanja Modal sesuai dengan
klasifikasinya;
15. Mengambil tindakan:
a. Membuat Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Daerah;
b. Memerintahkan secara tertulis agar setiap Kepala SKPD segera mengajukan
Surat Usulan Penghapusan barang daerah yang rusak dan hilang;
c. Menegur secara tertulis Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan
Tuntutan Ganti Rugi (MP-TPTGR), supaya melaksanakan tugas dan fungsinya
secara lebih optimal sesuai ketentuan yang berlaku.
Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan.
Surabaya, 26 April 2008
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,
Dra. V.M. Ambar Wahyuni, MM.,Ak. Akuntan, Register Negara No. D-5317
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 5
HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEPATUHAN
1. Pengeluaran Kas sebesar Rp13.709.990.716,00 tidak melalui prosedur yang benar Berdasarkan hasil pemeriksaan kas yang dilaksanakan pada tanggal 13 Pebruari
2008, diketahui bahwa saldo per 31 Desember 2007 menurut BKU sebesar
Rp52.200.007.207,61, sedangkan saldo menurut rekening koran Bank Jatim Cabang
Batu sebesar Rp38.397.602.650,18, sehingga terdapat selisih kurang kas sebesar
Rp13.802.404.557,43. Penelusuran lebih lanjut atas Buku Kas Umum Kuasa BUD
beserta rekening koran Kas Daerah, diketahui bahwa selisih tersebut disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
a. Terjadi dobel transfer tanggal 31 Desember 2007 sebesar Rp12.000.000,00;
b. SP2D yang sudah dibukukan di BKU, namun baru dicairkan Januari 2008 seluruhnya
sebesar Rp233.770.800,00;
c. Pencairan kas tanpa melalui prosedur yang seharusnya seluruhnya sebesar
Rp13.709.990.716,00;
d. Transaksi pindah buku yang dicatat sebagai penerimaan riil di BKU seluruhnya
sebesar Rp314.185.873,00;
e. Pengembalian pinjaman yang dicatat sebagai penerimaan lain-lain sebesar
Rp1.700.000.000,00;
f. Selisih yang belum bisa dijelaskan sebesar Rp1.231,57.
Untuk pengeluaran sebesar Rp13.709.990.716,00 seperti tersebut pada poin c, terjadi
pada bulan Januari s.d Oktober 2007. Kondisi tersebut tercermin pada perbedaan
jumlah pengeluaran antara rekening koran dengan Buku Kas Umum pada bulan-bulan
tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 6
REKAPITULASI PENGELUARAN KAS BULANAN TAHUN 2007 Periode Januari s.d Oktober 2007
No BULAN R/C (Rp) BKU (Rp) Selisih (Rp)
1. Uang di Brankas per 1/1/2007 500.000.000,00
2. Januari 8.125.203.924,00 8.125.203.924,00 0,003. Februari 15.131.191.311,00 15.143.146.332,00 -11.955.021,004. Maret 14.224.784.724,00 11.184.912.274,00 3.039.872.450,005. April 11.799.637.344,00 10.191.238.147,00 1.608.399.197,006. Mei 14.131.940.781,00 12.176.940.881,00 1.954.999.900,007. Juni 11.539.299.734,00 10.503.261.234,00 1.036.038.500,008. Juli 22.376.866.006,00 21.944.333.006,00 432.533.000,009. Agustus 16.596.043.847,00 13.875.276.734,00 2.720.767.113,0010. September 17.900.012.564,00 16.246.276.487,00 1.653.736.077,0011. Oktober (Tgl 1-11) 12.854.776.832,00 12.079.177.332,00 775.599.500,0012. Oktober (Tgl 12-31) 6.761.902.259,00 6.761.902.259,00 0,00JUMLAH 13.709.990.716,00
Hasil penelusuran lebih lanjut, menunjukkan bahwa selisih-selisih tersebut terjadi
karena adanya pencairan kas di Kas Daerah yang tidak melalui prosedur yang benar,
yaitu tidak didahului dengan pengajuan SPP, SPM dan penerbitan SP2D.
Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) diketahui bahwa Kas
Daerah pada era kepemimpinannya memiliki pinjaman kepada beberapa SKPD dan
rekanan. Pinjaman tersebut digunakan untuk menutupi kekurangan kas sebagai akibat
adanya pencairan kas yang didasari memo-memo dari Sdr. IK (mantan Walikota
almarhum) yang berlangsung sejak Tahun 2004.
Untuk membayar pinjaman-pinjaman tersebut, Kuasa BUD mengeluarkan cek
untuk penarikan uang sejumlah tertentu dari Rekening Kas Daerah. Dari jumlah yang
diambil, sebagian dialokasikan untuk pembayaran pengajuan SPP, SPM dan penerbitan
SP2D, sebagian dialokasikan untuk mengembalikan pinjaman ke dinas-dinas dan/atau
pihak ketiga, sebagian untuk panjar dan sisanya disimpan di brankas.
Selisih-selisih yang tercantum dalam tabel di atas, adalah jumlah-jumlah yang
dialokasikan untuk membayar pinjaman kepada beberapa SKPD dan/atau pihak ketiga,
dan jumlah-jumlah yang disimpan dalam brankas serta jumlah panjar. Dengan kata lain,
selisih-selisih pada tabel diatas adalah jumlah pengeluaran yang tidak dilengkapi
dokumen SPP, SPM dan SP2D pada saat cek dikeluarkan. Rincian tentang tanggal
penarikan cek, jumlah yang dialokasikan untuk membayar pinjaman ke SKPD dan atau
pihak ketiga, jumlah yang didistribusikan untuk pencairan yang ada kelengkapan SPP,
SPM dan SP2D, dan jumlah-jumlah yang disimpan di brankas serta jumlah panjar
diuraikan lebih rinci dalam lampiran 1.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 7
Khusus untuk bulan Maret sebagaimana pada tabel tersebut di atas, dari jumlah
selisih sebesar Rp3.039.872.450,00 diantaranya sebesar Rp2.704.869.200,00 adalah
pengeluaran kas untuk dibayarkan kepada PT. AKL yang kemudian disetor kembali oleh
PT. AKL ke Kas Daerah pada tanggal 28 Desember 2007 sebesar Rp1.700.000.000,00.
Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada:
1) Pasal 3 ayat (1) antara lain menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan;
2) Pasal 35 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang yang diberi tugas menerima,
menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat berharga atau
barang-barang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan;
3) Pasal 35 ayat (3) menyebutkan bahwa setiap bendahara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian keuangan negara
yang berada dalam pengurusannya;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pada pasal 20 ayat (2) huruf e yang menyatakan bahwa
Bendahara Umum Daerah berkewajiban menolak pencairan dana, apabila perintah
pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan
yang ditetapkan;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
2) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
Kondisi tersebut mengakibatkan kekurangan kas yang merugikan daerah
sebesar Rp12.009.990.716,00 (Rp13.709.990.716,00-Rp1.700.000.000,00).
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 8
Atas permasalahan tersebut, Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) beralasan bahwa
ketidaktaatan dan ketidakpatuhannya pada aturan yang berlaku karena sangat terpaksa.
Hal ini, disebabkan adanya beban kekurangan kas Tahun 2004-2007 yang sebelumnya
ditutupi dari pinjaman pihak ketiga/rekanan, dan harus diselesaikan semua pada Tahun
2007. Pinjaman tersebut harus dilunasi karena apabila tidak dilunasi akan mengganggu
kredibilitas Pemerintah Kota Batu. Hal tersebut terpaksa dilakukan setelah mendapat
perintah lisan dari Sdr. IK (mantan Walikota almarhum), maupun hasil rapat yang
dilaksanakan dengan Tim Anggaran. Kuatnya pengaruh Sdr. IK (mantan Walikota
almarhum) sebagai pimpinan entitas tertinggi sampai ke seluruh lini pengelolaan
keuangan dan fungsi pengawasan, semakin memperburuk kondisi pengelolaan
keuangan di Kasda.
Hal tersebut di atas disebabkan oleh:
a. Ketidakpatuhan dan ketidaktaatan Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) terhadap aturan
yang berlaku;
b. Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) lalai tidak menolak pembayaran yang tidak sesuai
ketentuan.
Rekomendasi BPK RI Walikota agar menarik dan menyetorkan ke Kas Daerah kekurangan kas sebesar
Rp12.009.990.716,00 dari Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) sebagai penanggung jawab
pengeluaran dan ahli waris Sdr. IK (mantan Walikota almarhum).
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 9
2. Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp950.000.000,00 pada Bagian Kesejahteraan Rakyat pencairan dananya tidak diakui oleh Pemegang Rekening dan tidak diterima oleh yang berhak
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap transaksi penyetoran dan penarikan
uang pada rekening Bendahara Bagian Kesra, yaitu rekening 0402100541 a.n Bagian
Kesra cq. DW, diketahui terdapat transaksi penarikan uang yang tidak diakui oleh
pemilik rekening yaitu Sdr. DW, sesuai surat pernyataan yang dibuatnya. Transaksi
penarikan tersebut adalah :
a. Penarikan tanggal 20 Juni 2007 sebesar Rp800.000.000,00;
b. Penarikan tanggal 13 Juli 2007 sebesar Rp150.000.000,00.
Sesuai penjelasan Bendahara pengeluaran, diketahui bahwa yang bersangkutan
pernah mengajukan dana untuk belanja Bantuan Keuangan kepada Organisasi Sosial
Kemasyarakatan berupa Bantuan Operasional Tempat Ibadah sebesar
Rp865.000.000,00 sesuai SPP Nomor 921/110/422.014/2007 tanggal 6 Agustus 2007,
SPM Nomor 110/BT/SPM-LS/2007 tanggal 7 Agustus 2007, dan SP2D Nomor
0356/IX/SP2D/LS/2007 tanggal 25 September 2007. Berdasarkan pengecekan di
rekening tabungan milik Bendahara diketahui bahwa pengajuan tersebut sudah
ditransfer ke rekening Bendahara sebesar Rp800.000.000,00 pada tanggal 20 Juni 2007
dan sudah dicairkan dari rekening tabungan milik Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp800.000.000,00. Namun, berdasarkan surat pernyataan tertanggal 15 April 2008 yang
bersangkutan mengaku tidak pernah mencairkan dan menerima dana sebesar
Rp800.000.000,00 tersebut.
Hasil konfirmasi dengan penerima bantuan (koordinator masing-masing tempat ibadah),
diketahui bahwa dana bantuan tersebut belum diterima hingga pemeriksaan berakhir.
Berkaitan dengan penarikan tanggal 13 Juli 2007 sebesar Rp150.000.000,00,
Bendahara Pengeluaran menjelaskan bahwa dana tersebut merupakan dana bantuan
untuk gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota Batu sesuai SPP Nomor
921/74/422.014/2007 tanggal 11 Juli 2007. Sedangkan SPM dan SP2D hingga saat
pemeriksaan berakhir belum diterbitkan. Selain itu, Bendahara Pengeluaran juga
menjelaskan bahwa yang bersangkutan mengaku tidak mencairkan dan tidak menerima
dana tersebut sesuai surat pernyataan tertanggal 15 April 2008. Yang bersangkutan juga
menjelaskan bahwa buku rekening tabungan milik Bendahara Pengeluaran selama
periode Januari s.d September 2007 berada pada Kantor Kasda sehingga kesulitan
dalam memantau kegiatan apa saja yang dananya sudah cair dan berapa besarnya.
Hasil konfirmasi dengan pengurus Gerakan Pramuka (mengetahui Ketua Umum),
diketahui bahwa dana bantuan tersebut belum diterima hingga pemeriksaan berakhir.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 10
Kondisi ini tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada:
1) Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
2) Pasal 35 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap orang yang diberi tugas
menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat
berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa
Keuangan;
3) Pasal 35 ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap bendahara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 11
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
5) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
6) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp950.000.000,00, serta
kegiatan Bagian Kesra menjadi tidak dapat dilaksanakan.
Hal ini disebabkan kesengajaan Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) yang mencairkan
dana pada Bagian Kesra tanpa diketahui oleh pemegang rekening atau kuasanya dan
kesengajaan untuk menggunakan dana tersebut.
Atas permasalahan tersebut, Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) menjelaskan bahwa,
pada tanggal 7 Juni 2007 yang bersangkutan melaporkan kepada Sdr. IK (mantan
Walikota almarhum) tentang kesulitan cashflow karena beban-beban pengeluaran yang
diakibatkan kebijakan Sdr. IK pada Tahun 2004-2007. Pada tanggal 8 Juni 2007, mantan
Walikota mengadakan rapat dengan Sdr. R (Kepala Bawas), Sdr. EM (Kabag Keuangan)
dan Sdr. S (Sekda) untuk membicarakan masalah tersebut. Mantan Walikota almarhum
IK mengusulkan untuk meminjam dana dari Kesra, dan direncanakan akan dikembalikan
dari pinjaman pada pihak ketiga. Kabag Kesra menyetujui peminjaman tersebut, dan
diambilkan dari kegiatan bantuan operasional tempat ibadah sebesar Rp800.000.000,00.
Untuk peminjaman sebesar Rp150.000.000,00, hal ini dikarenakan Pemkot Batu
mendapat kunjungan dari Tim KPK yang membutuhkan uang saku sebesar
Rp50.000.000,00, dan diserahkan oleh Sdr. IK (mantan Walikota almarhum) bersama
Sdr. R (Kepala Bawas) di Hotel Purnama. Selain itu, mantan Walikota juga
membutuhkan dana untuk Pengadilan Negeri terkait masalah kepangkatan sebesar
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 12
Rp100.000.000,00. Pihak Kasda telah melaporkan kepada Sdr. IK (mantan Walikota
almarhum) tentang pengeluaran tanpa administrasi ini, dan diperintahkan untuk
mencukupi dari bantuan pramuka (Bagian Kesra). Administrasi dari Bagian Kesra sudah
dicukupi dengan dikeluarkannya SPP Nomor 921/74/422.014/2007 tanggal 11 Juli 2007,
dan sudah masuk Kasda untuk diterbitkan SP2D. Namun pada saat pergantian Kepala
Kasda, SPP tersebut diambil lagi untuk diajukan kepada Kasda Baru. Kemudian Kepala
Kasda Lama menginformasikan kepada Kasda Baru, bahwa ajuan tersebut sudah
pernah direalisasi sehingga sampai saat ini SP2D tidak diterbitkan.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menarik kerugian daerah sebesar Rp950.000.000,00 dari
Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) sebagai penanggung jawab pengeluaran, dan selanjutnya
menyetorkan ke Kas Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 13
3. Pencairan Dana Realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp1.050.000.000,00 tidak diakui oleh pemegang rekening, dan diantaranya sebesar Rp600.000.000,00 tidak diketahui keberadaannya
Hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap transaksi dalam rekening tabungan
milik Dinas Pendidikan dan terhadap SPJ Bendahara Pengeluaran, diketahui terdapat
transaksi pengeluaran dalam rekening tabungan yang tidak diakui oleh pemilik rekening
dhi. Bendahara Pengeluaran sesuai surat pernyataan yang dibuatnya pada tanggal 18
April 2008 yang menyatakan bahwa yang bersangkutan mengaku tidak menulis dan
menandatangani slip penarikan untuk transaksi-transaksi tersebut. Transaksi
pengeluaran sebesar Rp1.050.000.000,00, tersebut rinciannya sebagai berikut.
a. Tanggal 19 Januari 2007 sebesar Rp700.000.000,00;
b. Tanggal 5 Pebruari 2007 sebesar Rp300.000.000,00;
c. Tanggal 13 Pebruari 2007 sebesar Rp50.000.000,00.
Dari jumlah dana sebesar Rp1.050.000.000,00, yang peruntukannya adalah
untuk Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa, Bendahara Pengeluaran sudah
menerima secara tunai sebesar Rp450.000.000,00, dengan rincian sebagai berikut.
a. Tanggal 21 Mei 2007 sebesar Rp350.000.000,00;
b. Tanggal 12 September 2007 sebesar Rp100.000.000,00.
Dana sebesar Rp450.000.000,00 oleh Bendahara Pengeluaran sudah di-SPJ-kan,
sedangkan sisa dana sebesar Rp600.000.000,00, sampai dengan akhir pemeriksaan
belum diterima dan juga belum di-SPJ-kan. Rincian tentang SP2D dan rencana
penggunaan dana sebesar Rp600.000.000,00 tersebut adalah seperti tabel berikut ini.
SP2D No Tanggal Nomor
Nama Kegiatan Jumlah (Rp)
1. 23 Jan 2007 0118/I/SP2D/LS/2007 Kegiatan pengembangan sistem pendataan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan
50.000.000,00
2. 22 Mei 2007 0268/V/SP2D/GU/2007 Penyelenggaraan pelatihan, seminar dan lokakarya diskusi ilmiah tentang berbagai isu pendidikan
30.000.000,00
3. 19 Juli 2007 0345/VII/SP2D/GU/2007 Kegiatan pengembangan sistem pendataan dan pemetaan pendidikan dan tenaga kependidikan
40.000.000,00
4. 19 Juli 2007 0344/VII/SP2D/GU/2007 Kegiatan penyelenggaraan pelatihan, seminar dan lokakarya serta diskusi ilmiah tentang berbagai isu pendidikan
55.000.000,00
5. 23 Nopember 2007
0371/XI/SP2D/GU/2007 Kegiatan penyediaan dana pengembangan sekolah untuk SD/MI dan SMP/MTs
425.000.000,00
JUMLAH 600.000.000,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 14
Kegiatan sebagaimana tersebut dalam tabel tidak terlaksana karena dana untuk
mendukung kegiatan tersebut tidak diterima oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Kondisi ini tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada:
1) Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
2) Pasal 35 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap orang yang diberi tugas
menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat
berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa
Keuangan;
3) Pasal 35 ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap bendahara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
keuangan negara yang berada dalam pengurusannya;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang / barang / kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungj-awab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 15
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
5) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
6) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
Kondisi tersebut mengakibatkan realisasi belanja pegawai dan belanja barang
dan jasa disajikan lebih tinggi dan merugikan daerah sebesar Rp600.000.000,00.
Hal ini disebabkan kesengajaan Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) untuk mencairkan
dana pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tanpa diketahui oleh pemegang rekening
atau kuasanya dan kesengajaan untuk menggunakan dana tersebut.
Atas permasalahan tersebut, Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) menjelaskan, bahwa
proses pencairan kelima kegiatan sudah sesuai dengan prosedur, yaitu ada SPP, SPMU
dan SP2D dan sudah dicairkan. Atas perintah mantan Walikota (IK) yang ditujukan
kepada Kasda dan Tim Anggaran, dana sebesar Rp600.000.000,00 dipinjam dan
digunakan untuk melunasi tagihan dari pihak ketiga/rekanan yang mempunyai kegiatan
pada Tahun 2006.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menarik kerugian daerah sebesar Rp600.000.000,00 dari
Sdr. AL (mantan Kuasa BUD) sebagai penanggung jawab pengeluaran, dan selanjutnya
disetor ke Kas Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 16
4. Dana Realisasi Belanja Modal Pengadaan Tanah sebesar Rp581.425.000,00 tidak diketahui keberadaannya dan terdapat pinjaman ke Kantor Kasda oleh Dinas Pertanahan sebesar Rp130.640.190,00
a. Belanja Modal Pengadaan Tanah untuk Perluasan Masjid An Nur I
Pemeriksaan terhadap SPJ Belanja Modal Pengadaan Tanah untuk perluasan
Masjid An Nur I senilai Rp825.000.000,00, diketahui terdapat PPh Ps 23 yang masih
terutang sebesar Rp41.250.000,00 yang berasal dari transaksi jual beli tanah antara
Dinas Pertanahan dengan pemilik tanah yang akan digunakan untuk perluasan masjid
An-Nur I.
Hasil konfirmasi dengan bendahara pengeluaran, diperoleh keterangan bahwa
pada tanggal 9 Pebruari 2007 yang bersangkutan diminta oleh Sdr. AL (mantan Kepala
Kasda/Kuasa BUD) dengan sepengetahuan Kepala Dinas Pertanahan untuk
menandatangani slip penarikan tunai sebesar Rp825.000.000,00 dari rekening tabungan
Nomor 0402100401 milik Dinas Pertanahan di Bank Jatim. Setelah cair, dana tersebut
langsung diambil oleh Kepala Kasda. Atas permintaan Kepala Kasda, Bendahara
Pengeluaran diminta membuat SPP Nomor 921/107/422.213/2007 tanggal 6 Pebruari
2007, dan SPM Nomor 921/06/SPM/422.213/2007 tanggal 7 Pebruari 2007, sedangkan
SP2D Nomor 0156/II/SP2D/LS/2007 diterbitkan pada tanggal 9 Pebruari 2007 sebesar
Rp825.000.000,00. Dari total dana yang diambil sebesar Rp825.000.000,00 tersebut,
pihak Kasda telah mengembalikan sebesar Rp731.000.000,00, dan sudah dibayarkan
kepada pemilik tanah. Dengan demikian, pemilik tanah kurang dibayar sebesar
Rp94.000.000,00 (Rp825.000.000,00-Rp731.000.000,00) karena sisa uang sebesar
Rp94.000.000,00 masih dipakai oleh Kas Daerah.
Dikarenakan Masjd An Nur akan segera diresmikan, dan ancaman dari pemilik
tanah yang akan mengadukan ke polisi bila kekurangan pembayaran tanah tidak segera
dilunasi sebelum peresmian, maka pada tanggal 30 Desember 2007 atas pertimbangan
Kepala Dinas Pertanahan, maka kekurangan pembayaran sebesar Rp94.000.000,00
tersebut dilunasi dengan menggunakan uang pungutan PPh Pasal 23 sebesar
Rp41.250.000,00 dan sisanya sebesar Rp52.750.000,00, diambilkan dari uang PPh
Pasal 23 dari pengadaan tanah yang lain yaitu pengadaan tanah untuk perluasan Masjid
An Nur II sebesar Rp42.500.000,00 dan dari sisa anggaran PPh Pasal 23 Masjid An Nur
II sebesar Rp10.250.000,00.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 17
b. Belanja Modal Pengadaan Tanah untuk Perluasan TPA Bumiaji Tahap II
Pemeriksaan terhadap SPJ kegiatan Belanja Modal Pengadaan Tanah untuk
perluasan TPA Kecamatan Bumiaji tahap II, diketahui terdapat kekurangan pembayaran
kepada pemilik tanah sebesar Rp487.425.000,00. Hasil konfirmasi dengan Bendahara
Pengeluaran, diketahui bahwa pada tanggal 21 Pebruari 2007 yang bersangkutan
diminta Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD) dengan sepengetahuan Kepala
Dinas Pertanahan selaku Pengguna Anggaran untuk menandatangani slip penarikan
tabungan Dinas Pertanahan pada Bank Jatim sebesar Rp587.425.000,00. Setelah
ditarik tunai, dana diambil langsung oleh Kepala Kasda. Selanjutnya, atas permintaan
Kepala Kasda dibuatlah SPP Nomor 921/019/422.213/2007 tanggal 15 Pebruari 2007,
dan SPM Nomor 921/019/SPM/422.213/2007 pada tanggal 16 Pebruari 2007,
sedangkan SP2D Nomor 0312/II/SP2D/LS/2007 diterbitkan pada tanggal 21 Pebruari
2007 sebesar Rp587.425.000,00.
Pada tanggal 20 Juni 2007, Kepala Kasda telah mengembalikan uang sebesar
Rp100.000.000,00, dan langsung dibayarkan kepada pemilik tanah, sehingga sisa uang
yang belum dikembalikan Kasda sebesar Rp487.425.000,00.
Dengan demikian, total uang Belanja Modal Pengadaan Tanah Dinas
Pertanahan yang belum dikembalikan oleh Kasda sampai dengan saat pemeriksaan
berakhir berjumlah Rp581.425.000,00 (Rp487.425.000,00 + Rp94.000.000,00).
Selain itu, hasil konfirmasi dengan Bendahara Pengeluaran diketahui terdapat
pinjaman ke Kantor Kasda untuk kepentingan Dinas Pertanahan, dengan rincian sebagai
berikut:
No. TANGGAL URAIAN JUMLAH (Rp)
1. 13-2-2007 Untuk membayar pajak (telah dikembalikan sebesar Rp70.000.000,00)
149.428.350,00
2. -2007 Untuk membayar panjar 5.000.000,003. 9-7-2007 Untuk biaya PPAT 25.000.000,004. 20-8-2007 Untuk membayar Bend-17 30.211.840,00
JUMLAH 130.640.190,00
Pinjaman tersebut sampai dengan akhir pemeriksaan belum dikembalikan ke Kas
Daerah.
Kondisi ini tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 18
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang / barang / kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
5) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
6) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 19
Kondisi ini mengakibatkan realisasi belanja modal tanah disajikan lebih tinggi dan
merugikan daerah sebesar Rp581.425.000,00, selain itu membuka peluang terjadinya
penyalahgunaan uang sebesar Rp130.640.190,00
Hal ini disebabkan kesengajaan Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD)
untuk menggunakan dana tersebut.
Atas permasalahan tersebut, Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD)
menjelaskan bahwa proses pencairan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan prosedur,
yaitu ada SPP, SPMU dan SP2D dan sudah dicairkan. Menurut catatan pihak mantan
Kepala Kasda, dana yang dipinjam dari Dinas Pertanahan sebesar Rp4.382.625.000,00,
dan sudah dilunasi sebesar Rp4.896.990.990,00, sehingga ada kelebihan dana di Dinas
Pertanahan sebesar Rp514.365.990,00, karena ada administrasi yang belum masuk di
Kasda pada pencairan tanggal 31 Mei 2007.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menarik dan menyetorkan ke Kas Daerah kerugian daerah
sebesar Rp581.425.000,00 dari Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD) sebagai
penanggung jawab pengeluaran.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 20
5. Kelebihan pembayaran kepada pihak ketiga sebesar Rp65.670.200,00
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap proses pencairan dana pada Kasda,
diketahui terdapat kelebihan pembayaran yang dilakukan oleh pihak Kasda terhadap
Pihak Ketiga dhi. Kontraktor Pekerjaan Pembangunan Masjid An-Nur Kota Batu (PT.
AKL). Berdasarkan Addendum kontrak Nomor 602/IV-10/ADD-02/422.204/2007 tanggal
19 Juni 2007, diketahui bahwa nilai kontrak untuk pembangunan Masjid An Nur adalah
sebesar Rp8.228.985.000,00. Jumlah tersebut termasuk di dalamnya pajak (PPN dan
PPh Pasal 23) sebesar Rp897.707.454,00. Sehingga jumlah penerimaan bersih yang
seharusnya diterima pihak rekanan adalah sebesar Rp7.331.277.546,00
(Rp8.228.985.000,00-Rp897.707.454,00). Pembayaran dilakukan dalam empat tahap,
dengan rincian sebagai berikut.
Tahap Penerimaan Termin
Tanggal Sebelum Dipotong Pajak (Rp)
Potongan Pajak (Rp)
Setelah Dipotong Pajak (Rp)
1. Uang Muka 29-12-2006 1.445.797.000,00 157.723.309,00 1.288.073.691,00
2. Termin I 14-3-2007 1.054.203.000,00 115.003.963,00 939.199.037,00
3. Termin II dan III 15-11-2007 3.671.738.750,00 400.553.318,00 3.271.185.432,00
4. Termin IV 21-12-2007 2.057.246.246,00 224.426.863,00 1.832.819.383,00
JUMLAH 8.228.985.000,00 897.707.453,00 7.331.277.543,00
Penelusuran terhadap mutasi rekening Giro Kasda (PAD) Nomor 0401001727,
diketahui terdapat pembayaran untuk Termin I sebesar Rp2.704.869.200,00 pada
tanggal 14 Maret 2007. Padahal berdasarkan dokumen kontrak, jumlah yang
seharusnya ditransfer oleh Kasda adalah sebesar Rp939.199.037,00, sehingga terdapat
kelebihan pembayaran sebesar Rp1.765.670.163,00.
Hasil konfirmasi dengan PT. AKL, diketahui bahwa mereka baru mengetahui ada
dana dari Pemkot Batu pada bulan Desember 2007 dikarenakan dana tersebut disetor
tunai dari rekening Kasda sehingga tidak tampak mutasi di rekening giro mereka.
Akhirnya dana tersebut dikembalikan melalui rekening Bend-17, yaitu rekening Nomor
0401002294 sebesar Rp1.700.000.000,00 pada tanggal 28 Desember 2007. Dengan
demikian, terdapat dana yang masih berada dipihak rekanan sebesar Rp65.670.200,00
(Rp2.704.869.200,00 – Rp939.199.200,00 – Rp1.700.000.000,00).
Berdasarkan surat pernyataan yang dibuat, PT. AKL bersedia membayar
kelebihan pembayaran berikut biaya bunga sebesar 6% / tahun yang dihitung dari 14
Maret 2007 s.d. 28 Desember 2007 (8,5 bulan) senilai Rp72.250.000,00
(Rp1.700.000.000,00 X 0,5% X 8,5 bulan). Dengan demikian jumlah uang yang harus
dikembalikan adalah sebesar Rp137.920.164,00 (Rp65.670.164,00 + Rp72.250.000,00).
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 21
Kondisi ini tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 22
5) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
6) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut;
d. Dokumen kontrak pada pasal 7 ayat 1 huruf b tentang cara pembayaran dimana
menyebutkan bahwa pembayaran pertama dibayarkan setelah prestasi fisik di
lapangan mencapai 30% yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemeriksaan
Lapangan dengan jumlah Rp1.054.203.000,00.
Hal tersebut mengakibatkan uang daerah sebesar Rp65.670.164,00 berpotensi
hilang, dan penerimaan daerah berupa bunga tertunda sebesar Rp72.250.000,00.
Hal ini disebabkan kelalaian Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD).
Atas permasalahan tersebut, Sdr. AL (mantan Kepala Kasda/Kuasa BUD)
menjelaskan bahwa Kasda mengalami kesulitan cashflow sebagai akibat tagihan Bank
Jatim sebesar Rp10.000.000.000,00 yang harus ditutup pada Desember 2006, pada
saat yang sama PT. AKL mencairkan dana sebesar Rp939.199.037,00 yang kemudian
dipinjamkan lagi ke Pemkot Batu untuk menutup ketekoran kas. Pada awal Tahun 2007
Kasda masih mengalami kesulitan cashflow, berdasarkan hal itu, Sdr. IK (mantan
Walikota almarhum) memerintahkan untuk mencari pinjaman kepada pihak ketiga, dan
disepakati meminjam dari rekanan terbesar yaitu PT. AKL dengan asumsi sebagian
dana dibayarkan dan sebagian dana dipinjamkan. Akhirnya muncul angka
Rp2.704.869.200,00 yang akan disesuaikan dengan dokumen kontrak, dengan
pembagian Rp1.704.869.200,00 dibayarkan untuk rekanan, dan Rp1.000.000.000,00
dipinjamkan lagi ke Pemkot Batu untuk menutup kebijakan Sdr. IK (mantan Walikota
almarhum) yang belum terselesaikan. Karena dokumen kontrak sulit disesuaikan dengan
dana yang terlanjur disesuaikan (Rp2.704.869.200,00), maka rekanan tidak mencukupi
administrasi dan mengembalikan dana tersebut pada bulan Desember 2007 sebesar
Rp1.700.000.000,00.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 23
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menarik kerugian daerah dari PT. AKL sebesar
Rp137.920.164,00 (Rp65.670.164,00+Rp72.250.000,00) dan menyetorkan ke Kas
Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 24
6. Penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp310.336.515,00 tidak disetorkan ke Kas Daerah
Berdasarkan hasil penelaahan terhadap proses penyetoran pajak penerangan
jalan, diketahui bahwa penyetoran pajak penerangan jalan dilakukan oleh Dispenda
setelah mendapatkan cek dari PLN. Nilai nominal dari cek yang diberikan PLN tersebut,
dihitung dari besarnya PPJU yang seharusnya disetor oleh PLN ke Pemerintah Kota,
dikurangi jumlah tagihan listrik pemkot, dan dikurangi dengan upah pungut untuk PLN.
Sebelum disetorkan ke Pemkot, pihak Sekretariat Daerah mengajukan SPP, SPM dan
SP2D ke Kas Daerah untuk pembayaran tagihan listrik Pemkot. Di lain pihak, Dinas
Pendapatan juga membuat SPP, SPM dan SP2D untuk pencairan upah pungut kepada
PLN. Selanjutnya, cek dari PLN ditambah dengan pencairan SP2D dari Setda dan
pencairan SP2D dari Dinas Pendapatan tersebut disetorkan ke Pemerintah Kota.
Hasil pemeriksaan piutang pajak yang tercantum dalam neraca menunjukkan
bahwa dari jumlah piutang pajak pada neraca sebesar Rp1.073.768.320,00, terdapat
piutang PPJ sebesar Rp510.055.295,00 yang terdiri dari piutang PPJ bulan Desember
2007 sebesar Rp199.718.780,00 dan piutang PPJ bulan Juli dan Agustus 2007
seluruhnya sebesar Rp310.336.515,00.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan, bahwa piutang PPJ sebesar
Rp310.336.515,00 tersebut, sebenarnya adalah penerimaan PPJ yang menjadi hak
Pemkot, karena pembayaran listriknya sudah dikompensasi dengan penerimaan PPJ
yang diterima Pemerintah Kota. Pembayaran listrik bulan Juli dan Agustus 2007 adalah
sebagai berikut.
a. Untuk bulan Juli 2007 sebesar Rp157.405.165,00, sesuai SPP Nomor
921/287/422.023/2006 tanggal 1 Agustus 2007, SPM Nomor 287/023/SPM-LS/2007
tanggal 2 Agustus 2007, dan SP2D Nomor 0125/VIII/SP2D/LS/2007 tanggal 6
Agustus 2007;
b. Untuk bulan Agustus 2007 sebesar Rp152.931.350,00, sesuai SPP Nomor
921/352/422.023/2006 tanggal 28 Agustus 2007, SPM Nomor 347/023/SPM-LS/2007
tanggal 29 Agustus 2007, dan SP2D Nomor 0411/VIII/SP2D/LS/2007 tanggal 31
Agustus 2007.
Berdasarkan keterangan dari Bendahara Sekretariat, diketahui bahwa dana
tersebut sebenarnya sudah diterimanya. Namun, setelah itu Bendahara Sekretariat
menyerahkan dana tersebut kepada Sdr. AS Kasi Pengeluaran Kantor Kas Daerah
periode sebelum Oktober 2007, karena Sdr. AS mengatakan akan menyetorkan sebagai
PAD.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 25
Berdasarkan penjelasan dari Bendahara Penerimaan Dispenda yang
berkewajiban menyetor penerimaan PPJ ke Kas Daerah, diketahui bahwa dana tersebut
belum pernah diterima dari Bendahara Sekretariat maupun dari Kantor Kas Daerah.
Karenanya, pihak Dispenda mencantumkannya sebagai piutang PPJ.
Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 26
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
5) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorangharus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
6) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
Hal tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp310.336.515,00.
Kondisi tersebut disebabkan kesengajaan dari Sdr. AL (mantan Kepala Kasda)
melalui Kasi Pengeluaran untuk menggunakan dana tersebut.
Atas permasalahan tersebut, Sdr. AL (mantan Kepala Kasda) menjelaskan
bahwa proses pencairan PPJ bulan Juli dan Agustus Tahun 2007 sudah sesuai dengan
prosedur, yaitu ada SPP, SPM dan SP2D serta sudah ditransfer ke rekening Bendahara
Sekretariat Daerah. Atas perintah Sdr. IK (mantan Walikota almarhum), PPJ bulan Juli
dipinjam untuk membayar tagihan dari Persikoba (dana sebelumnya sudah dipinjam)
sebesar Rp200.000.000,00, dengan rincian sebesar Rp157.405.165,00 dari PPJ, dan
sebesar Rp42.594.835,00 dari brankas Kasda. Sedangkan PPJ bulan Agustus 2007
untuk membayar tagihan BLM Desa Giripurno (dana sebelumnya dipinjam) sebesar
Rp214.987.500,00, dengan rincian sebesar Rp152.931.350,00 dari PPJ, dan sebesar
Rp62.056.150,00 pinjaman dari Bagian Pemerintahan.
Rekomendasi BPK RI
Walikota Batu agar menarik kerugian daerah sebesar Rp310.336.515,00 dari
Sdr. AL (mantan Kepala Kasda) dan selanjutnya menyetorkan ke Kas Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 27
7. Realisasi Belanja Tidak Terduga sebesar Rp200.000.000,00 tidak Dipertanggungjawabkan
Pemerintah Kota Batu pada Tahun Anggaran 2007 menganggarkan Belanja
Tidak Terduga sebesar Rp2.500.000.000,00, dan telah direalisasikan sebesar
Rp226.500.000,00. Dari realisasi tersebut, sebesar Rp200.000.000,00 digunakan untuk
Bantuan Dana Pengamanan Persidangan Kasus Penistaan Agama Tahap I, dan
Bantuan Dana Pengamanan Persidangan Kasus Penistaan Agama Tahap II, masing-
masing sebesar Rp100.000.000,00.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa Surat Pertanggungjawaban
(SPJ) penggunaan dana sebesar Rp200.000.000,00 tersebut tidak bisa ditunjukkan oleh
Bendahara. Bendahara hanya menunjukkan daftar penerima dana tanpa kuitansi tanda
terima, dengan rincian sebagai berikut.
a. Bantuan Dana Pengamanan Persidangan Kasus Penistaan Agama Tahap I
(berdasarkan SP2D Nomor 0164/VII/SP2D/LS tanggal 11 Juli 2007 sebesar
Rp100.000.000,00)
No Tanggal Penerima Jumlah (Rp) 1. 11 Juli 2007 Pengadilan Negeri Malang 100.000.000,00 Jumlah 100.000.000,00
Penetapan Pemberian Bantuan Dana Pengamanan Persidangan Kasus Penistaan
Agama Tahap I didasarkan pada Keputusan Walikota Batu Nomor
180/91/KEP/422.013/2007 tanggal 10 Juli 2007. Pemberitahuan kepada DPRD Kota
Batu tentang persetujuan penggunaan Dana Tidak Tersangka disampaikan pada
tanggal 11 Juli 2007 dengan surat Nomor 180/184/422.013/2007.
b. Bantuan Dana Pengamanan Persidangan Kasus Penistaan Agama Tahap II
(berdasarkan SP2D Nomor 0168/VIII/SP2D/LS/2007 tanggal 8 Agustus 2007
sebesar Rp100.000.000,00)
No Tanggal Penerima Jumlah (Rp) 1. 8 Agustus 2007 Satpol PP (IS) 25.000.000,002. 8 Agustus 2007 Kejaksaan 50.000.000,003. 8 Agustus 2007 Istri Walikota (EIK) 5.000.000,004. 8 Agustus 2007 Kesbanglinmas (K) 2.500.000,005. 8 Agustus 2007 LSM (S) 2.500.000,006. 9 Agustus 2007 Pondok Pesantren (YE) 5.000.000,007. 14 Agustus 2007 KU 10.000.000,00 Jumlah 100.000.000,00
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 28
Penetapan Pemberian Tambahan Bantuan Dana Pengamanan Persidangan Kasus
Penistaan Agama Tahap II didasarkan pada Keputusan Walikota Batu Nomor
180/108/KEP/422.013/2007 tanggal 8 Agustus 2007. Untuk pemberitahuan ke DPRD
tentang penggunaan Dana Tidak terduga belum dilakukan.
Kondisi ini tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada:
1) Pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
2) Pasal 35 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap orang yang diberi tugas
menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang atau surat
berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa
Keuangan;
3) Pasal 35 ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap bendahara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
keuangan negara yang berada dalam pengurusannya;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 29
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
5) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
6) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan realisasi Belanja Tidak Terduga tidak dapat diyakini
kebenarannya dan menimbulkan kerugian daerah sebesar Rp200.000.000,00.
Permasalahan tersebut disebabkan:
a. Kesengajaan para penerima bantuan keuangan untuk tidak
mempertanggungjawabkan penggunaan Belanja Tidak Terduga secara memadai;
b. Pengguna Anggaran Belanja Tidak Terduga tidak sepenuhnya mempedomani
ketentuan yang berlaku.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Hukum menyatakan bahwa terkait
dengan penggunaannya, Bagian Hukum tidak bisa mempertanggungjawabkan karena
masing-masing penerima tidak bersedia menandatangani kuitansi tanda terima, selain
itu dana tersebut dianggap bantuan langsung dari Walikota.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 30
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menarik kerugian daerah dari Kepala Bagian Hukum sebesar
Rp200.000.000,00 dan menyetorkan ke Kas Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 31
8. Biaya Perjalanan Dinas Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah pada Sekretariat Daerah Minimal sebesar Rp523.800.000,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap
Pemerintah Kota Batu pada Tahun Anggaran 2007, menganggarkan Belanja
Langsung Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
(kode rekening 1.20.1.20.03.16) pada Sekretariat Daerah sebesar Rp1.523.160.000,00,
dan telah terealisasi sebesar Rp989.945.000,00. Realisasi tersebut diantaranya
merupakan pengeluaran yang digunakan untuk Belanja Barang - Biaya Perjalanan Dinas
Dalam dan Luar Daerah.
Pemeriksaan secara uji petik pada lima jenis kegiatan, menunjukkan terdapat
pengeluaran sebesar Rp523.800.000,00 digunakan untuk perjalananan dinas yang
dilakukan oleh Walikota dan Wakil Walikota masing-masing sebesar Rp398.900.000,00
dan sebesar Rp124.900.000,00. Adapun realisasi dari masing-masing kegiatan adalah
sebagai berikut. Jumlah (Rp) No Kode Rekening Nama Kegiatan Rincian Obyek
Kegiatan Walikota Wakil Walikota
1. 1.20.1.20.03.16.01 Dialog/Audiensi dgn tokoh masyarakat, pimpinan/ anggota organisasi kemsyrkt
Perjalanan Dinas Dalam Daerah
23.600.000,00 18.400.000,00
Perjalanan Dinas Dalam Daerah
12.800.000,00 8.700.000,00 2. 1.20.1.20.03.16.03 Rapat koordinasi Unsur Muspida
Perjalanan Dinas Luar Daerah
41.000.000,00 9.000.000,00
Perjalanan Dinas Dalam Daerah
12.500.000,00 5.000.000,00 3. 1.20.1.20.03.16.04 Rapat koordinasi pejabat pemerintah daerah
Perjalanan Dinas Luar Daerah
30.000.000,00 19.300.000,00
Perjalanan Dinas Dalam Daerah
25.500.000,00 5.000.000,00 4. 1.20.1.20.03.16.05 Kunjungan kerja/inspeksi KDH/WaKDH
Perjalanan Dinas Luar Daerah
59.500.000,00 15.000.000,00
5. 1.20.1.20.03.16.06 Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah lainnya
Perjalanan Dinas Dalam Daerah
13.000.000,00 10.000.000,00
Perjalanan Dinas Luar Daerah
181.000.000,00 34.500.000,00
JUMLAH 398.900.000,00 124.900.000,00
Pencairan dana untuk biaya Perjalanan Dinas Dalam dan Luar Daerah tersebut,
dilakukan dengan mekanisme SP2D UP/GU/TU. Pemeriksaan yang dilakukan secara uji
petik terhadap Surat Pertanggungjawaban (SPJ), menunjukkan bahwa bukti yang
disampaikan hanya kuitansi intern tanda terima uang oleh Walikota dan Wakil Walikota,
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 32
tanpa didukung dengan bukti pengeluaran lain seperti Surat Tugas dan Surat Perintah
Perjalanan Dinas (SPPD). Sebelum mengeluarkan SPM, Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK) seharusnya memeriksa terlebih dahulu kelengkapan dokumen yang
dijadikan syarat penerbitan SPM. Uraian mengenai SPJ yang tidak lengkap dan
jumlahnya terdapat pada lampiran 2.
Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran harus didukung
oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang
menagih;
2) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran, bendahara
penerimaan/pengeluaran dan atau orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 33
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
4) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 tanggal 25 April 2007 tentang
Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap, dalam :
1) Pasal 2 yang menyatakan bahwa Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai
Tidak Tetap yang akan melaksanakan perjalanan dinas harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan /perintah atasannya;
2) Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan bahwa perjalanan dinas dilakukan
berdasarkan SPPD yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang menurut
contoh sebagaimana tercantum pada lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan
ini;
3) Pasal 18 yang menyatakan bahwa pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan
dinas wajib menyampaikan dokumen pertanggungjawaban biaya;
4) Pasal 19 yang menyatakan bahwa dokumen pertanggungjawaban biaya
sebagaimana dimaksud pada pasal 18 terdiri dari SPPD beserta bukti
pengeluaran untuk biaya tansport dan biaya penginapan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan realisasi belanja barang-biaya
perjalanan dinas Walikota dan Wakil Walikota minimal sebesar Rp523.800.000,00 tidak
dapat diyakini kewajarannya.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh kelalaian Pengguna Anggaran dalam
merealisasikan anggaran tidak disertai dengan pertanggungjawaban yang memadai.
Atas permasalahan tersebut, Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah
menyatakan bahwa mengingat Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah adalah pejabat
negara sehingga mengalami kesulitan untuk menyusun Surat Pertanggungjawaban
(SPJ) secara lengkap dan sah sesuai ketentuan perundang-undangan. Pelaksanaan
pertanggungjawaban perjalanan dinas dari tahun-tahun sebelumnya hanya didasarkan
pada undangan/jadwal kegiatan yang ada. Untuk tahun mendatang, hal ini akan lebih
diperhatikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 34
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan pada pengguna anggaran dan pelaksana
kegiatan agar melaksanakan pertanggungjawaban kegiatan secara lebih tertib dan
selalu mengadakan pengawasan terhadap pertanggungjawaban kegiatan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 35
9. Realisasi belanja modal peralatan mesin-pengadaan Vibrator Roller sebesar Rp151.800.000,00 tidak ada realisasi fisik dan tidak dikenakan denda keterlambatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas mutasi Rekening Koran Kas Daerah Nomor
0401001719, diketahui terdapat transaksi pengeluaran sebesar Rp2.658.144.632,00
melalui cek CC 340209. Atas pengeluaran tersebut, terdapat pembayaran kepada pihak
ketiga yaitu CV. A sebesar Rp151.800.000,00, yang merupakan rekanan yang ditunjuk
untuk pengadaan Vibrator Roller.
Pemeriksaan terhadap Buku Kas Umum di Kuasa BUD serta Dinas Permukiman
dan Bina Marga, menunjukkan bahwa pengeluaran sebesar Rp151.800.000,00 tersebut
juga telah dibukukan sebagai pengeluaran Kas Daerah, berdasarkan SP2D Nomor
1567/XII//SP2D/LS/2007 tanggal 26 Desember 2007. Berdasarkan dokumen SP2D,
diketahui bahwa transaksi tersebut dibukukan sebagai belanja modal dengan kode akun
5.2.3.02.03.
Hasil penelusuran lebih lanjut, menunjukkan bahwa belanja modal tersebut
adalah untuk pengadaan Vibrator Roller sesuai dokumen kontrak Nomor 602.1/I-2-
BP/PK/422.204/2007 tanggal 28 Nopember 2007. Dalam kontrak disebutkan, bahwa
Vibrator Roller harus diterima tanggal 26 Desember 2007. Namun, berdasarkan hasil
pemeriksaan lapangan yang dilakukan pada tanggal 11 Februari 2008, diketahui bahwa
sampai pada tanggal tersebut barang dimaksud belum diterima. Atas keterlambatan
pekerjaan selama 47 hari dan belum dikenakan denda minimal sebesar Rp7.134.599,00
( 47 x 1/1000 x Rp151.800.000,00 ).
Pada saat pemeriksaan berakhir, Vibrator Roller sudah diterima oleh Dinas
Permukiman dan Bina Marga.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) antara lain menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa pembayaran atas
beban APBN atau APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima;
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pada
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 36
pasal 75 ayat (7) menyebutkan bahwa pembayaran atas tagihan yang dibebankan
APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada pasal 66 ayat (1) menyebutkan bahwa
penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan;
e. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tanggal 3 November 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pasal 37 yang
menyatakan bahwa bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat
kelalaian penyedia barang/jasa, maka yang bersangkutan dikenakan denda
keterlambatan sekurang-kurangnya satu perseribu per hari dari nilai kontrak;
f. Kontrak Pekerjaan Nomor 602.1/I-2-BP/PK/422.204/2007 tanggal 27 Nopember
2007, pasal 9 yang menyatakan bahwa keterlambatan penyelesaian/penyerahan
pekerjaan dari jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian ini, akan
dikenakan denda/sanksi sebesar 1 perseribu untuk setiap hari keterlambatan dengan
maksimum 5% dari jumlah harga borongan.
Pembayaran terhadap kegiatan yang belum selesai mengakibatkan:
a. Realisasi belanja modal-peralatan mesin disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp151.800.000,00;
b. Aset peralatan dan mesin di neraca disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp151.800.000,00;
c. Penerimaan atas denda keterlambatan minimal sebesar Rp7.134.599,00 tertunda.
Hal tersebut disebabkan oleh:
a. Kesengajaan dari pemimpin kegiatan dan rekanan untuk mencairkan dana;
b. Ketidakcermatan pengguna anggaran dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan
dalam lingkup satuan kerjanya.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, Kepala Dinas Permukiman dan Bina
Marga menyatakan bahwa memang terjadi keterlambatan selama 47 hari dan telah
memberikan teguran kepada pemborong/rekanan. Berdasarkan teguran yang telah
disampaikan, pihak pemborong/rekanan telah mengakui dan bisa menerima
keterlambatan tersebut dan bersedia untuk menerima konsekuensi dengan membayar
denda selama 47 hari.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 37
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga yang tidak melakukan
pengawasan kegiatan dalam lingkup satuan kerjanya;
b. Mengenakan denda minimal sebesar Rp7.134.599,00 dari CV. A dan
menyetorkannya ke Kas Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 9
2. Realisasi belanja bantuan sosial sebesar Rp950.000.000,00 pada Bagian Kesejahteraan Rakyat pencairan dananya tidak diakui oleh Pemegang Rekening dan tidak diterima oleh yang berhak
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap transaksi penyetoran dan penarikan
uang pada rekening Bendahara Bagian Kesra, yaitu rekening 0402100541 a.n Bagian
Kesra cq. DW, diketahui terdapat transaksi penarikan uang yang tidak diakui oleh
pemilik rekening yaitu Sdr. DW, sesuai surat pernyataan yang dibuatnya. Transaksi
penarikan tersebut adalah :
a. Penarikan tanggal 20 Juni 2007 sebesar Rp800.000.000,00;
b. Penarikan tanggal 13 Juli 2007 sebesar Rp150.000.000,00.
Sesuai penjelasan Bendahara pengeluaran, diketahui bahwa yang bersangkutan
pernah mengajukan dana untuk belanja Bantuan Keuangan kepada Organisasi Sosial
Kemasyarakatan berupa Bantuan Operasional Tempat Ibadah sebesar
Rp865.000.000,00 sesuai SPP Nomor 921/110/422.014/2007 tanggal 6 Agustus 2007,
SPM Nomor 110/BT/SPM-LS/2007 tanggal 7 Agustus 2007, dan SP2D Nomor
0356/IX/SP2D/LS/2007 tanggal 25 September 2007. Berdasarkan pengecekan di
rekening tabungan milik Bendahara diketahui bahwa pengajuan tersebut sudah
ditransfer ke rekening Bendahara sebesar Rp800.000.000,00 pada tanggal 20 Juni 2007
dan sudah dicairkan dari rekening tabungan milik Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp800.000.000,00. Namun, berdasarkan surat pernyataan tertanggal 15 April 2008 yang
bersangkutan mengaku tidak pernah mencairkan dan menerima dana sebesar
Rp800.000.000,00 tersebut.
Hasil konfirmasi dengan penerima bantuan (koordinator masing-masing tempat ibadah),
diketahui bahwa dana bantuan tersebut belum diterima hingga pemeriksaan berakhir.
Berkaitan dengan penarikan tanggal 13 Juli 2007 sebesar Rp150.000.000,00,
Bendahara Pengeluaran menjelaskan bahwa dana tersebut merupakan dana bantuan
untuk gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota Batu sesuai SPP Nomor
921/74/422.014/2007 tanggal 11 Juli 2007. Sedangkan SPM dan SP2D hingga saat
pemeriksaan berakhir belum diterbitkan. Selain itu, Bendahara Pengeluaran juga
menjelaskan bahwa yang bersangkutan mengaku tidak mencairkan dan tidak menerima
dana tersebut sesuai surat pernyataan tertanggal 15 April 2008. Yang bersangkutan juga
menjelaskan bahwa buku rekening tabungan milik Bendahara Pengeluaran selama
periode Januari s.d September 2007 berada pada Kantor Kasda sehingga kesulitan
dalam memantau kegiatan apa saja yang dananya sudah cair dan berapa besarnya.
Hasil konfirmasi dengan pengurus Gerakan Pramuka (mengetahui Ketua Umum),
diketahui bahwa dana bantuan tersebut belum diterima hingga pemeriksaan berakhir.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 38
10. Realisasi belanja modal gedung-pembangunan masjid sebesar Rp2.057.246.250,00 tidak sesuai dengan prestasi fisiknya
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap rekening koran Kas
Daerah Nomor 0401001719 a.n DAU Pemkot Batu, diketahui terdapat transaksi
pengeluaran kas dari rekening tersebut pada tanggal 24 Desember 2007 sebesar
Rp3.176.392.250,00. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp2.057.246.250,00 adalah
pembayaran termyn IV kepada PT. AKL yang merupakan rekanan Pemda dalam
pelaksanakan proyek pembangunan Masjid An Nur Batu.
Penelusuran terhadap Buku Kas Umum Kuasa BUD, diketahui bahwa transaksi
tersebut juga telah dibukukan di BKU bulan Desember Tahun 2007 sebagai pengeluaran
kas, sesuai bukti SP2D Nomor 1309/XII//SP2D/LS/2007 sebesar Rp2.057.246.250,00.
Berdasarkan dokumen SP2D, diketahui bahwa transaksi pembayaran adalah untuk
kegiatan pembangunan masjid yang dibukukan pada kode rekening 5.2.3.26.06 belanja
modal Dinas Permukiman dan Bina Marga.
Hasil penelitian lebih lanjut, menunjukkan belanja modal tersebut adalah untuk
pembangunan masjid An Nur Batu, sesuai kontrak Nomor 602/IV-10/PK/422.204/2006
tanggal 30 Nopember 2006, dengan nilai kontrak sebesar Rp7.228.985.000,00. Kontrak
telah mengalami addendum dua kali, dengan kontrak Nomor 602.I/IV-10/ADD-
1/422.204/2006 tanggal 13 Desember 2006, dan Nomor 602/IV-10/ADD-
02/422.204/2007 tanggal 19 Juni 2007. Pada addendum kedua ini, nilai kontrak menjadi
sebesar Rp8.228.985.000,00.
Berdasarkan kontrak Nomor 602/IV-10/ADD-02/422.204/2007 tanggal 19 Juni
2007, diketahui bahwa pekerjaan harus selesai tanggal 5 Desember 2007. Namun,
berdasarkan hasil pengecekan di lapangan tanggal 11 Februari 2008, diketahui bahwa
pekerjaan belum selesai 100%. Atas keterlambatan pekerjaan selama 68 hari belum
dikenakan denda sebesar Rp411.449.250,00 (5% x Rp8.228.985.000,00). Beberapa
pekerjaan yang belum selesai diantaranya:
a. Pembongkaran apotik;
b. Pemasangan partisi/sketsel perpustakaan;
c. Penambahan daya listrik;
d. Pemasangan kipas angin gantung;
e. Lampu gantung kristal;
f. Pemasangan penangkal petir;
g. Railing void dalam dan luar;
h. Pengecatan interior (basement);
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 39
i. Pengecatan exterior dan interior lt. 1;
j. Pengecatan interior lt. 2;
k. Pengecatan interior dan exterior lt.3;
l. Pekerjaan interior pada bagian mihrab;
m. Museum mini;
n. Tempat wudlu pria.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) antara lain menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa pembayaran atas
beban APBN atau APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima;
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pada
pasal 75 ayat (7) menyebutkan bahwa pembayaran atas tagihan yang dibebankan
APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada pasal 66 ayat (1) menyebutkan bahwa
penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan;
e. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tanggal 3 November 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pada pasal 37 yang
menyatakan bahwa bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat
kelalaian penyedia barang/jasa, maka yang bersangkutan dikenakan denda
keterlambatan sekurang-kurangnya satu perseribu per hari dari nilai kontrak;
f. Kontrak Pekerjaan Nomor 602./IV-10/ADD-02/422.204/2007 tanggal 19 Juni 2007;
juncto Kontrak Nomor 602.1/IV-10/ADD-1/422.204/2006 tanggal 13 Desember 2006
juncto Kontrak Nomor 602/IV-10/PK/422.204/2006 tanggal 30 Nopember 2006, pasal
10 yang menyatakan bahwa keterlambatan penyelesaian/penyerahan pekerjaan dari
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian ini, akan dikenakan
denda/sanksi sebesar satu perseribu untuk setiap hari keterlambatan dengan
maksimum 5% dari jumlah harga borongan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 40
Pembayaran terhadap kegiatan yang belum selesai mengakibatkan:
a. Realisasi belanja modal-gedung disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp2.057.246.250,00;
b. Penerimaan atas denda keterlambatan sebesar Rp411.449.250,00 tertunda.
Hal tersebut disebabkan :
a. Kesengajaan dari pemimpin kegiatan dan rekanan untuk mencairkan dana kegiatan
pembangunan masjid sebelum pekerjaan selesai;
b. Ketidakcermatan pengguna anggaran dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan
dalam lingkup satuan kerjanya.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga
menyatakan bahwa denda keterlambatan bukan murni dari kesalahan
pemborong/rekanan. Berdasarkan RKS dan spesifikasi kegiatan tersebut sudah dapat
terselesaikan pada pertengahan bulan Desember 2007, tetapi akibat perubahan design
bangunan atas permintaan Takmir masjid, maka secara otomatis berpengaruh terhadap
waktu pelaksanaan.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga untuk memperbaiki
pengawasan dalam lingkup satuan kerjanya;
b. Menarik denda sebesar Rp411.449.250,00 dari PT. AKL dan menyetorkannya ke
Kas Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 41
11. Realisasi belanja modal gedung-pengadaan kubah masjid sebesar Rp924.990.000,00 tidak sesuai dengan prestasi fisiknya
Pemeriksaan dilakukan terhadap transaksi keuangan daerah yang
terdokumentasi dalam rekening koran Kas Daerah Nomor Rekening 0401001719. Dari
pemeriksaan, diketahui terdapat transaksi pengeluaran sesuai cek Nomor CC340207
sebesar Rp3.198.200.250,00, yang terdiri dari rincian pengeluaran untuk beberapa dinas
dan pihak ketiga. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp924.990.000,00 merupakan
pembayaran kepada PT. CB yang merupakan rekanan Pemerintah Kota Batu untuk
melaksanakan proyek pengadaan kubah Masjid An Nur Batu.
Penelusuran terhadap Buku Kas Umum di Kuasa BUD, menunjukkan bahwa
pengeluaran sebesar Rp924.990.000,00 tersebut juga telah dibukukan sebagai
pengeluaran Kas Daerah, sesuai SP2D Nomor 1350/XII//SP2D/LS/2007 tanggal 24
Desember 2007. Selain itu, transaksi tersebut juga telah dibukukan sebagai pengeluaran
kas di Buku Kas Umum Dinas Permukiman dan Bina Marga. Berdasarkan dokumen
SP2D-nya, diketahui bahwa transaksi tersebut dibukukan sebagai belanja modal dengan
kode akun 5.2.3.26.06.
Berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut, diketahui bahwa belanja modal tersebut
adalah untuk pembangunan kubah masjid An Nur Batu, sesuai kontrak Nomor 602/I-6.1-
BPT/PK/422.204/2007 tanggal 9 Nopember 2007, dengan nilai kontrak sebesar
Rp924.990.000,00, Sesuai dengan kontrak, seharusnya pembangunan kubah masjid
selesai tanggal 29 Desember 2007. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan
yang dilakukan pada tanggal 11 Februari 2008 (pemeriksaan interim), diketahui bahwa
galvallum pada kubah sebelah barat belum terpasang, yang menunjukkan bahwa
pemasangan/pembangunan kubah pada masjid An Nur belum selesai 100%. Atas
keterlambatan pekerjaan selama 44 hari, belum dikenakan denda sebesar
Rp40.699.560,00 (44 x 1/1000 x Rp924.990.000,00).
Kondisi di atas tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) antara lain menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa pembayaran atas
beban APBN atau APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa
diterima;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 42
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pada
pasal 75 ayat (7) menyebutkan bahwa pembayaran atas tagihan yang dibebankan
APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada pasal 66 ayat (1) menyebutkan bahwa
penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan;
e. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tanggal 3 November 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pasal 37 yang
menyatakan bahwa bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat
kelalaian penyedia /jasa, maka yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan
sekurang-kurangnya satu perseribu per hari dari nilai kontrak;
f. Kontrak Pekerjaan Nomor 602./I-6.1-BPT/PK/422.204/2007 tanggal 9 Nopember
2007, pasal 9 yang menyatakan bahwa keterlambatan penyelesaian/penyerahan
pekerjaan dari jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian ini, akan
dikenakan denda/sanksi sebesar 1 perseribu untuk setiap hari keterlambatan dengan
maksimum 5% dari jumlah harga borongan.
Pembayaran terhadap kegiatan yang belum selesai mengakibatkan:
a. Realisasi belanja modal-gedung disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp924.990.000,00;
b. Penerimaan atas denda keterlambatan sebesar Rp40.699.560,00 tertunda.
Hal tersebut disebabkan oleh:
a. Kesengajaan dari pemimpin kegiatan dan rekanan untuk mencairkan dana kegiatan
pembangunan masjid sebelum pekerjaan selesai;
b. Ketidakcermatan pengguna anggaran dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan
dalam lingkup satuan kerjanya.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga
menyatakan bahwa:
a. Kegiatan masjid sebagai tempat peribadatan tetap berjalan sehingga pelaksanaan
pekerjaan tidak dapat berjalan secara maksimal;
b. Adanya permintaan perubahan warna dan motif kubah oleh Takmir masjid, sehingga
material yang sudah terlanjur dikirim terpaksa harus dikembalikan untuk diganti
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 43
material baru sehingga pemesanan warna dan motif baru diperlukan waktu yang
cukup lama karena harus memesan lagi (inden) pada pabrikan;
c. Pada saat material pengganti/baru sudah datang curah hujan sangat tinggi sehingga
kegiatan pabrikasi/pengelasan rangka kubah tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga untuk memperbaiki
pengawasan dalam lingkup satuan kerjanya;
b. Menarik denda sebesar Rp40.699.560,00 dari PT. CB dan menyetorkannya ke Kas
Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 44
12. Pembebanan belanja hibah kepada Persatuan Sepakbola Kota Batu (Persikoba) sebesar Rp3.600.000.000,00 pada belanja bantuan sosial tidak tepat
Pemerintah Kota Batu melalui Sekretariat Daerah dalam Tahun Anggaran 2007,
menganggarkan Belanja Bantuan Sosial Organisasi Kemasyarakatan pada rekening
1.20.03.00.00.5.1.5.01.01 sebesar Rp13.063.000.000,00, dan telah terealisasikan
sebesar Rp10.995.704.000,00. Dari realisasi tersebut, terdapat pemberian bantuan
sosial untuk Persatuan Sepakbola Kota Batu (Persikoba), baik Persikoba Senior maupun
Persikoba Yunior sebesar Rp3.600.000.000,00, dengan rincian untuk Persikoba Senior
sebesar Rp3.300.000.000,00, sedangkan Persikoba Yunior mendapat bantuan sebesar
Rp300.000.000,00. Adapun rincian realisasi pemberian bantuan sosial tersebut, adalah
sebagai berikut.
SP2D No TANGGAL NOMOR
URAIAN JUMLAH (Rp)
1. 08/02/2007 0155/II/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 500.000.000,002. 02/03/2007 0063/III/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 650.000.000,003. 14/03/2007 0160/III/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 350.000.000,004. 15/03/2007 0169/III/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 600.000.000,005. 01/05/2007 0099/V/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 300.000.000,006. 11/05/2007 0191/V/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 400.000.000,007. 24/05/2007 0309/V/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 500.000.000,008. 17/07/2007 0274/VII/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 200.000.000,009. 26/12/2007 1507/XII/SP2D/LS/2007 Bantuan kepada Persikoba 100.000.000,00
JUMLAH 3.600.000.000,00
Realisasi pemberian bantuan sosial kemasyarakatan kepada Persikoba sebesar
Rp3.600.000.000,00 membebani APBD Kota Batu karena dilakukan secara terus
menerus dari tahun-tahun sebelumnya. Realisasi tersebut merupakan 32,74 % dari total
Belanja Bantuan Sosial Organisasi Kemasyarakatan. Bantuan dimaksud akan lebih
bermanfaat jika diberikan kepada organisasi masyarakat yang lebih memerlukan.
Pembebanan pemberian bantuan kepada Persikoba tersebut tidak tepat dibebankan
pada belanja bantuan sosial, karena belanja bantuan sosial untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Bantuan tersebut seharusnya dibebankan pada belanja
hibah, karena sudah jelas peruntukannya. Namun, belanja hibah harus disertai dengan
naskah perjanjian antara yang memberi dan menerima hibah.
Kondisi ini tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 45
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 42 ayat (1) yang menyatakan bahwa belanja hibah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 huruf d digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah
daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukannya;
3) Pasal 44 ayat (1) yang menyatakan bahwa belanja hibah sebagaimana dimaksud
dalam pasal 42 bersifat bantuan yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus
dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah
perjanjian hibah daerah;
4) Pasal 45 ayat (1) yang menyatakan bahwa bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam pasal 37 huruf e digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Realisasi belanja bantuan sosial disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp3.600.000.000,00 dan belanja hibah disajikan lebih rendah (understated) sebesar
Rp3.600.000.000,00;
b. Memboroskan keuangan daerah sebesar Rp3.600.000.000,00 sehingga mengurangi
kemampuan daerah dalam membiayai pelayanan kepada masyarakat.
Hal tersebut disebabkan adanya kebijakan mantan Walikota untuk memberikan
bantuan sosial tanpa memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah dan
ketentuan yang berlaku, serta Tim Anggaran tidak memahami penyusunan anggaran
belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra)
menyatakan bahwa untuk yang akan datang akan memperhatikan Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 dan peraturan perundang-undangan yang terkait.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 46
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar:
a. Memperingatkan Pengguna Anggaran supaya dalam menganggarkan dan
merealisasikan belanja bantuan keuangan untuk organisasi sepak bola
mempertimbangkan/mempedomani ketentuan yang berlaku;
b. Menegur Tim Anggaran yang dalam menyusun anggaran belanja bantuan sosial dan
belanja hibah tidak mempedomani ketentuan yang berlaku;
c. Menghentikan pemberian bantuan sepak bola pada Tahun Anggaran 2008 dan
berikutnya.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 47
13. Pendapatan retribusi kesehatan dari Puskesmas digunakan langsung sebesar Rp21.691.000,00
Pada Tahun Anggaran 2007, retribusi kesehatan yang diperoleh sebesar
Rp77.189.000,00, yang berasal dari Puskesmas Batu, Puskesmas Beji, Puskesmas
Bumiaji dan Puskesmas Junrejo. Keempat Puskesmas tersebut setelah menerima
retribusi dari masyarakat, tidak disetor langsung ke Kas Daerah tetapi disetor ke Dinas
Kesehatan. Kemudian, Dinas Kesehatan menyetorkan ke Dinas Pendapatan untuk
selanjutnya disetorkan ke Kas Daerah.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap laporan penerimaan pada empat
puskesmas, diketahui bahwa penerimaan tersebut tidak disetor keseluruhan. Retribusi
yang tidak disetor tersebut digunakan langsung untuk kegiatan operasional sehari-hari.
Perhitungan penerimaan dari keempat puskesmas selama Tahun 2007 yang disetor ke
Dinas Kesehatan, sebagai berikut.
No Asal Penerimaan Penerimaan (Rp)
Disetor (Rp)
Selisih (Rp)
1 Puskesmas Batu 24.053.500,00 16.613.000,00 7.440.500,002 Puskesmas Beji 27.451.000,00 19.995.500,00 7.455.500,003 Puskesmas Bumiaji 17.664.500,00 12.652.500,00 5.012.000,004 Puskesmas Junrejo 8.020.000,00 6.237.000,00 1.783.000,00 JUMLAH 77.189.000,00 55.498.000,00 21.691.000,00
Permasalahan di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pada pasal 16 ayat (3) yang menyatakan bahwa
penerimaan satuan kerja perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 17 ayat (3) yang menyatakan seluruh pendapatan daerah, belanja daerah
dan pembiayaan dianggarkan secara bruto dalam APBD;
2) Pasal 59 ayat (1) yang menyatakan bahwa penerimaan SKPD yang merupakan
penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 122 ayat (3) yang menyatakan bahwa penerimaan SKPD dilarang
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 48
2) Pasal 189 ayat (1) yang menyatakan bahwa Bendahara Penerimaan wajib
menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan
penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Keadaan di atas mengakibatkan:
a. Realisasi pendapatan retribusi dan belanja barang disajikan lebih rendah
(understated);
b. Membuka peluang terjadinya penyalahgunaan atas penerimaan daerah yang tidak
dilaporkan.
Kondisi di atas disebabkan :
a. Kurangnya pengawasan atas penggunaan biaya operasional;
b. SKPD tidak memahami ketentuan yang berkaitan dengan pelaporan pendapatan dan
belanja.
Atas permasalahan di atas Kepala Dinas Kesehatan menyatakan bahwa untuk
Tahun Anggaran 2008 Dinas Kesehatan akan mengacu pada Permendagri Nomor 13
Tahun 2006.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menegur secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan
yang tidak mempedomani ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan penerimaan
daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 49
14. Realisasi belanja bantuan sosial - Bantuan Keuangan Partai Politik sebesar Rp64.305.000,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap
Pada Tahun Anggaran 2007, Pemerintah Kota Batu memberikan bantuan
kepada Partai Politik sebesar Rp20.000.000,00 untuk tiap kursi. Hasil pemeriksaan atas
realisasi Belanja Bantuan Keuangan pada Badan Kesbanglinmas, diketahui bahwa di
Pemerintah Kota Batu terdapat 10 partai politik dengan 25 kursi. Hal ini berdasarkan
Keputusan KPU Nomor 270/101/KPU Batu/2006 tentang Perolehan Kursi Partai Politik
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu pada Pemilu Anggota Legislatif. Total
Belanja Bantuan Sosial Organisasi Kemasyarakatan (1.20 1.20.03.00.00.5.1.5.01.01)
yang diberikan kepada Partai Politik sebesar Rp500.000.000,00 (Rp20.000.000,00 x 25
kursi). Bantuan tersebut diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang
mendapatkan kursi di lembaga perwakilan rakyat.
Realisasi belanja bantuan keuangan untuk masing-masing Partai Politik sesuai
jumlah kursi di DPRD, adalah sebagai berikut.
SP2D No Nama Partai Perolehan
Kursi Bantuan
(Rp) Jumlah
(Rp) No Tgl
1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 5
20.000.000,00 100.000.000,00 0189/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
2 Partai Golkar 5 20.000.000,00 100.000.000,00 0183/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
3 Partai Demokrat 4 20.000.000,00 80.000.000,00 0185/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
4 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 4
20.000.000,00 80.000.000,00 0187/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
5 Partai Amanat Nasional (PAN) 2
20.000.000,00 40.000.000,00 0190/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
6 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1
20.000.000,00 20.000.000,00 0182/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
7 Partai Damai Sejahtera (PDS) 1
20.000.000,00 20.000.000,00 0186/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
8 PNI Marhaenisme 1 20.000.000,00 20.000.000,00 0188/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
9 Partai Serikat Indonesia (PSI) 1
20.000.000,00 20.000.000,00 0184/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
10 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) 1
20.000.000,00 20.000.000,00 0211/XII/SP2D/LS/2007 07/12/2007
Jumlah 25 500.000.000,00
Berdasarkan penelusuran atas laporan pertanggungjawaban dari tiap-tiap partai politik,
diketahui bahwa terdapat penggunaan dana bantuan keuangan sebesar
Rp64.305.000,00 tidak disertai dengan bukti yang lengkap. Adapun penggunaan dana
yang tidak disertai dengan bukti yang lengkap untuk tiap partai politik, adalah sebagai
berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 50
No. Nama Partai Politik Bukti Tidak Lengkap (Rp)
1 Partai Golkar 55.930.000,00 2 Partai Demokrat 2.500.000,00 3 Partai Amanat Nasional (PAN) 3.100.000,00 4 Partai Damai Sejahtera (PDS) 375.000,00 5 PNI Marhaenisme 2.400.000,00
Jumlah 64.305.000,00
Penggunaan bantuan keuangan secara rinci dari tabel di atas dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada pasal 61 ayat (1) yang menyatakan bahwa
setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah mengenai hak
yang diperoleh oleh pihak yang menagih;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 132 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap pengeluaran belanja atas
beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
2) Pasal 132 ayat (2) yang menyatakan bahwa bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud;
Pengeluaran yang tidak didukung bukti memadai mengakibatkan realisasi
belanja bantuan sosial sebesar Rp64.305.000,00 tidak dapat diyakini kewajarannya.
Hal tersebut disebabkan pengawasan yang lemah dari pengurus partai dan
kurangnya pemahaman bahwa setiap pengeluaran uang harus dilengkapi dengan bukti
yang memadai agar pengeluaran tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 51
Atas permasalahan tersebut, Kepala Kesbang dan Linmas setuju jika terdapat
kekurangpahaman dari Bendahara dan Ketua Parpol dalam penggunaan dan pelaporan
bantuan tersebut, hal ini dikarenakan pihak-pihak tersebut kurang proaktif dalam
masalah ini.
Rekomendasi BPK RI
Walikota Batu agar memerintahkan pengurus partai politik
mempertanggungjawabkan bantuan keuangan dilampiri dengan bukti-bukti yang
lengkap.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 52
15. Pembebanan Belanja Modal Peralatan dan Mesin dan Belanja Modal Aset Lainnya pada Belanja Modal Gedung dan Bangunan sebesar Rp7.399.994.038,00 di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tidak tepat
Pada Tahun Anggaran 2007, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mendapatkan
Dana Alokasi Khusus (DAK) dari dana APBN. Pada Tahun Anggaran 2007 ini, dana
DAK Bidang Pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu :
a. Rehabilitasi dan Peningkatan Mutu;
b. Peningkatan Mutu.
Sesuai dengan kondisi sekolah yang ada, Pemerintah Kota Batu mendapatkan
DAK bidang pendidikan untuk kategori II karena pada kategori ini diperuntukkan bagi
Kabupaten/Kota atau sekolah yang sudah tidak memerlukan lagi program rehabilitasi
sekolah. Adapun kegiatannya meliputi dua komponen, yaitu :
a. Merehabilitasi/membangun ruang perpustakaan dan mengadakan meubelair
perpustakaan;
b. Pengadaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan mencakup pengadaan alat
peraga pendidikan, buku pengayaan, buku referensi, dan sarana multimedia serta
alat elektronika.
Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen kegiatan di atas
sebagai satu kesatuan yang utuh.
Dari hasil proposal yang dikirimkan oleh masing-masing sekolah dan survey yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan, maka ditetapkan sebanyak 37 sekolah sebagai
penerima dana DAK tersebut. Sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Penjabarannya, ditentukan bahwa masing-masing sekolah
penerima DAK untuk Pemerintah Kota Batu mendapatkan dana sebesar
Rp269.020.000,00, dengan rincian sebagai berikut.
No Kegiatan Biaya (Rp) % A Perpustakaan dan Meubelair (IKK Kota Batu : 1,317) 79.020.000 1. Rehabiliatasi/Pembangunan Ruang Perpustakaan
2. Pengadaan Meubelair Perpustakaan 69.020.00010.000.000
24
B Pengadaan Sarana Pendidikan dan Sarana Perpustakaan 190.000.000 76 1. Pengadaan alat peraga pendidikan (IPBA, Kit Matematika, IPS,
Bahasa Indonesia, KIT IPA dan KIT Bahasa Inggris). 2. Pengadaan buku pengayaan jenis keterampilan, buku pengayaan
jenis pengetahuan (panduan anti narkoba, Sains, Atlas Propinsi + CD Interaktif, buku bacaan sastra/bahasa, buku bacaan budi pekerti, buku panduan ICT dan buku bacaan fiksi)
3. Pengadaan buku referensi (Fisika, Panduan Olimpiade IPA dan Matematika, Kamus Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Matematika dan Ensiklopedia IPTEK).
4. Pengadaan komputer, printer, UPS, active speaker, CD interaktif dan alat elektronika
± 28.000.000
± 99.000.000
± 36.000.000
± 27.000.000
T O T A L 269.020.000 100
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 53
Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran
(DPPA) pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, diketahui bahwa anggaran alokasi
dana DAK sebesar Rp9.953.740.000,00 (Rp269.020.000,00 x 37 sekolah), dengan
rincian sebesar Rp8.958.366.000,00 (90%) berasal dari dana APBN, dan sebesar
Rp995.374.000,00 (10%) berasal dari dana APBD, digunakan untuk Belanja Modal
Pengadaan Konstruksi/Pembelian Gedung Kantor, yaitu Pembangunan Gedung
Perpustakaan dan Kelengkapannya (kode rekening 1.01.01.16.41.5.2.3.26.01).
Hasil pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pada Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, diketahui bahwa dana DAK telah direalisasikan sebesar
Rp9.953.740.000,00 (realisasi 100%) untuk Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/
Pembelian Gedung Kantor. Penelusuran lebih lanjut atas SPJ pada masing-masing
penerima DAK, diketahui bahwa penggunaan dana untuk 37 sekolah dialokasikan
sebagai berikut.
No Penggunaan Dana Klasifikasi Akun Pada Neraca Jumlah (Rp) 1 Fisik (pemb.perpustakaan) Gedung dan Bangunan 2.553.733.8002 Meubelair Peralatan dan Mesin 370.000.0003 Alat Peraga Peralatan dan Mesin 1.288.894.1884 Komputer Peralatan dan Mesin 387.423.0005 Wireless SS Peralatan dan Mesin 580.748.0006 Buku Pengayaan Aktiva Tetap Lainnya 3.684.126.1007 Buku Referensi Aktiva Tetap Lainnya 1.088.802.7508 Sisa Dana - 12.162
T O T A L 9.953.740.000
Dari tabel di atas, diketahui bahwa tidak semua DAK dialokasikan untuk Belanja
Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Gedung Kantor.
Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 53 ayat (1) yang menyatakan bahwa belanja modal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 huruf c digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 54
dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya;
2) Lampiran A.VIII tentang kode rekening belanja daerah.
Keadaan tersebut mengakibatkan :
a. Belanja modal gedung dan bangunan disajikan lebih tinggi (overstated) sebesar
Rp7.399.994.038,00 (Rp9.953.740.000,00-Rp2.553.733.800,00-Rp12.162,00);
b. Belanja modal peralatan dan mesin disajikan lebih rendah (understated) sebesar
Rp2.627.065.188,00
(Rp370.000.000,00+Rp1.288.894.188,00+Rp387.423.000+Rp580.748.000,00);
c. Belanja modal aset tetap lainnya disajikan lebih rendah (understated) sebesar
Rp4.772.928.850,00 (Rp3.684.126.100,00+Rp1.088.802.750,00).
Masalah di atas disebabkan Tim Anggaran kurang memahami penyusunan
anggaran terutama dalam pengelompokan Belanja Modal Gedung dan Bangunan,
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Aset Tetap Lainnya.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Keuangan akan memperhatikan dan
selanjutnya akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk melakukan koreksi
sesuai dengan pengelompokannya di neraca.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan Tim Anggaran supaya dalam menyusun
Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) mengelompokkan Belanja Modal
sesuai dengan klasifikasinya.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 55
16. Aset Peralatan dan Mesin yang rusak dan hilang belum dilakukan penghapusan minimal senilai Rp722.957.348,00 Pemeriksaan atas laporan aktiva dari beberapa Satuan Kerja, diketahui bahwa
terdapat aktiva yang rusak berat dan tidak bisa digunakan lagi, juga aktiva yang hilang.
Bagian Perlengkapan selaku pengelola aset, belum pernah melakukan cek fisik pada
barang-barang yang berada pada tiap satuan kerja, sehingga tidak mengetahui secara
pasti barang-barang yang rusak, semua hanya berdasarkan pada laporan dari Satuan
Kerja. Sedangkan untuk aktiva yang hilang, semua sudah dilampiri dengan bukti lapor
dari kepolisian setempat.
No. Unit Kerja Nama Barang Tahun Jml Rusak berat (Rp)
Hilang (Rp)
1. Bagian Ekbang Almari berkas 2004 4 19.200.000 2. Bagian Pemerintahan Almari papan geser 2002 1 1.000.000 Printer 2003 2 1.100.000 Printer 2005 2 1.100.000 3. Bagian Perlengkapan Kompor gas 2003 1 200.000
4. Cabang Dinas Pendidikan Batu Wastafel 1998 1 250.000
5. Dinas Infokom & Perpustakaan Kompor gas 2003 1 150.000
Monitor 2003 1 1.500.000 Monitor 2004 1 300.000 6. Dinas Kebersihan dan Container 2003 2 28.600.000
Pertamanan Container 2004 19 265.430.000 Container 2005 2 31.359.018 HT Kenwood 2003 5 7.920.000 1.980.000
Jas hujantebal/ Mantel tebal 2006 10 1.100.000
Toyota Pick Up (R4) 1982 1
Kereta gerobak sampah 2003 3 9.000.000
Armroll Isuzu 1998 1 70.000.000 7. Dinas Kesehatan Printer 2002 1 610.000 Printer 2002 1 4.660.720 Printer 2002 1 4.660.560 Komputer + printer 2003 1 4.500.000 8. Dinas Pariwisata Suzuki Carry 2002 1 64.000.000 9. Dinas Pendapatan Tandon air 2003 1 785.000 Komputer 2002 1 4.650.000 Printer 2004 5 754.550
10. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Brankas 2003 1 3.000.000
11. Kec Bumiaji Kursi dan meja tamu 2001
1 2.000.000 Kursi lipat 2004 40 5.000.000 Kursi pimpinan 2004 1 1.250.000 Kursi tunggu 2004 2 2.000.000 Kotak pengaduan 2004 1 200.000
12. Kec Junrejo Sepeda Motor (Yamaha RXS)-2003 1996 1
4.700.000
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 56
No. Unit Kerja Nama Barang Tahun Jml Rusak berat (Rp)
Hilang (Rp)
13. Puskesmas Batu Meja tulis 2004 9 13.500.000 Jak roll 2004 11 13.200.000 Almari obat 2004 12 7.200.000 Freezer PCW 20 EK 1988 1 250.000 Refrigerator RCW 50 EK 2001 1 1.250.000
14. SDN Bulukerto 2 Mesin ketik 1992 1 200.000 15. SDN Giripurno 1 Meja tulis guru 2002 7 6.125.000 Almari piala 2000 1 400.000 Almari kantor 1992 1 350.000
16. SDN Gunungsari 1 Alat olah raga 2000 1 750.000 17. SDN Ngaglik 2 Bangku sekolah 1998 50 100.000 Piano 1985 1 300.000 Organ/Electone 1985 1 500.000
18. SDN Ngaglik 4 Meja murid 1999 43 1.290.000 Kursi murid 1993 21 1.050.000 Bangku murid 1981 25 1.250.000 Bangku murid 1997 10 300.000
19. SDN Pesanggrahan 1 Mesin ketik manual 1990 1 450.000 20. SDN Sidomulyo 3 Mesin ketik 1984 1 140.000 Printer 2004 1 400.000
21. SDN Sisir 3 Komputer 2002 1 4.500.000 22. SDN Sisir 5 Bangku sekolah 2000 102 15.300.000 23. SDN Sumberejo 1 Rak buku 1975 1 200.000 Tape recorder 1995 1 300.000
24. SDN Sumberejo 2 Kakulator 1985 1 15.000 Jam dinding 1998 1 15.000 Microfon 1990 4 800.000 Salon 1990 1 150.000 Tape deck 1990 1 300.000 Buku Bhs. Indonesia 1990 1 2.032.500 Buku IPA 1985 1 795.000 Buku Matematika 1985 1 2.895.000
25. SDN Temas 3 Mesin ketik 1988 1 250.000 Almari 2004 9 13.500.000 Meja guru 2004 11 13.200.000 Kursi guru 2004 12 7.200.000 Radio tape 2001 1 1.250.000
26. SDN Torongrejo 2 Papan tulis 1990 10 5.000.000 27. SMK Negeri 3 Dispenser 2004 1 250.000 Gitar 1989 1 40.000
28. Departemen Agama Mobil-Suzuki ST.100 2002 1 66.000.000
JUMLAH 478 589.277.348 136.680.000
Penanggung jawab masing-masing aktiva, telah melaporkan aset yang hilang
kepada kepolisian setempat pada saat peristiwa tersebut terjadi. Hal ini, dibuktikan
dengan Surat Tanda Bukti Lapor Nomor K/LP/032/III/2003/BLB untuk sepeda motor, dan
Surat Tanda Bukti Lapor Nomor STP/30/X/2006/POLSEK untuk mobil yang hilang,
sedangkan untuk HT merk Kenwood type 234 Nomor seri 50800157 telah dilaporkan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 57
oleh Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kota Batu dengan Surat Tanda Penerimaan
Laporan Kehilangan Barang/Surat No.POL: LP/KH/1463/XII/2004/POLSEK.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 3 ayat (1) yang menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, pada:
1) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan:
a) Paragraf 35 menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan bebas
dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan
setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan,
tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka
penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
(a) Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan.
(b) Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
(c) Netratitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
b) Paragraf 51 yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan dengan
wajar Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan;
c) Paragraf 52 yang menyatakan bahwa faktor pertimbangan sehat bagi
penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan
mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan
pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 58
sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan
dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan,
misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset
atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban
atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak
netral dan tidak andal.
2) PSAP 07
a) Definisi aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya;
b) Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum Biaya perolehan adalah jumlah kas
atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai
dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
dipergunakan;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada bab XI:
1) Pasal 53 butir b yang menyatakan bahwa penghapusan barang milik daerah
meliputi penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah;
2) Pasal 54 ayat (2) yang menyatakan bahwa penghapusan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 (b) dilakukan dalam hal barang milik
daerah dimaksud sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena
sebab-sebab lain;
3) Pasal 54 ayat (3) yang menyatakan bahwa penghapusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Hal ini mengakibatkan penyajian aset peralatan dan mesin senilai
Rp722.957.348,00 tidak wajar.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 59
Permasalahan tersebut disebabkan Kepala Dinas terkait belum mengajukan
Surat Usulan Penghapusan barang daerah yang hilang kepada Bagian Perlengkapan.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Perlengkapan menjelaskan bahwa
selaku pengelola aset telah melakukan pengecekan atas aktiva yang rusak, namun
untuk melakukan penghapusan belum bisa dilaksanakan karena belum ada Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Barang Daerah. Untuk barang yang hilang, sedang dalam
proses penanganan tuntutan ganti rugi oleh Majelis Pertimbangan Tuntutan
Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (MP-TPTGR).
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Membuat Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Daerah;
b. Memerintahkan secara tertulis agar setiap Kepala SKPD segera mengajukan Surat
Usulan Penghapusan barang daerah yang rusak dan hilang;
c. Menegur secara tertulis Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan
Tuntutan Ganti Rugi (MP-TPTGR), supaya melaksanakan tugas dan fungsinya
secara lebih optimal sesuai ketentuan yang berlaku.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 60
17. Aktiva yang hilang senilai Rp72.680.000,00 belum dilakukan Tuntutan Ganti Rugi Berdasarkan pemeriksaan atas laporan aktiva yang hilang, diketahui terdapat
beberapa aktiva milik Pemkot Batu yang belum dilakukan tuntutan ganti rugi oleh Majelis
Pertimbangan Tuntutan Ganti Rugi hingga saat pemeriksaan berakhir, yaitu:
No Unit Kerja Nama Barang Nopol Tahun Harga (Rp)
Keterangan
1. Kecamatan
Junrejo
Sepeda motor N 9886 FA 1996 4.700.000,00 Hilang tgl 17 Maret
2003
2. DKP HT Kenwood Type 234 2003 1.980.000,00 Hilang tgl 19
Desember 2004
3. Departemen
Agama
Mobil N 332 KP 2002 66.000.000,00 Hilang tgl 18
Desember 2007
JUMLAH 72.680.000,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pada pasal 59 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap
pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat
segera melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian
akibat perbuatan dari pihak mana pun;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah bab XV, pada:
1) Pasal 85 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah akibat
kelalaian, penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas pengelolaan Barang Milik
Daerah diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
2) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap pihak yang mengakibatkan
kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi
administratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 61
Belum dilakukannya Tuntutan Ganti Rugi oleh Majelis Pertimbangan Tuntutan
Ganti Rugi hingga saat ini, mengakibatkan tuntutan ganti rugi barang dapat menjadi
kadaluwarsa jika telah lewat lima tahun setelah akhir tahun anggaran dimana kerugian
daerah itu diketahui sehingga kerugian daerah menjadi tidak tertagih.
Permasalahan tersebut disebabkan lambatnya Majelis Pertimbangan Tuntutan
Ganti Rugi dalam menangani kerugian daerah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Badan Pengawasan menjelaskan bahwa
Badan Pengawasan (Bawas) telah melakukan pemeriksaan terhadap Sdr. S yang
menghilangkan motor Yamaha RXS pada tanggal 17 Maret 2003 dan Sdr. AS yang
menghilangkan mobil Suzuki ST 100 pada tanggal 18 Desember 2007. Hasil
pemeriksaan ini telah disampaikan ke Walikota Batu untuk selanjutnya dapat diterbitkan
tuntutan ganti rugi melalui Majelis TP-TGR. Sdr. N yang menghilangkan HT Kenwood
Type 234 saat ini sedang dalam proses pemeriksaan.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Menegur Badan Pengawasan yang tidak proaktif sehingga aktiva yang hilang tidak
dapat diketahui secepat mungkin;
b. Memerintahkan kepada Majelis Pertimbangan TP-TGR untuk segera memproses
penyelesaian permasalahan yang mengakibatkan kerugian daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 62
18. Pembayaran Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp33.600.000,00 tidak sesuai ketentuan
Pemeriksaan yang dilakukan atas aktiva yang hilang yang sudah diproses di
majelis TP/TGR, diketahui terdapat satu kendaraan dinas Pemerintah Kota Batu yang
hilang, dan sudah ditetapkan nilai kerugiaannya oleh Walikota, namun pelaksanaan
penggantian kerugian tidak sesuai ketentuan. Aktiva tersebut adalah sebuah mobil dinas
dengan nopol N-9725-FA. Sesuai dengan SK Walikota Nomor
180/161/KEP/422.013/2006 tentang Penetapan Ganti Rugi atas Kerugian terhadap
hilangnya mobil dinas tersebut, Sdr. SK (Kepala Bidang Pengembangan Dinas
Pariwisata) sebagai penanggung jawab, diharuskan membayar ganti rugi sebesar
Rp33.600.000,00, dengan cara mengangsur sebesar Rp1.400.000,00 per bulan selama
dua tahun.
Penelusuran pada Kantor Kas Daerah, diketahui bahwa Sdr. SK baru
mengangsur sekali, yaitu pada tanggal 03 Juli 2007 sebesar Rp1.400.000,00, melalui
Bend 17 Kasda pada Giro Umum Dinas Pemerintahan dengan Nomor rekening
0401002294.
Pada tanggal 28 Juli 2007, Sdr. SK mengajukan Surat Permohonan Keringanan Ganti
Rugi, tetapi belum ada tanggapan dari Walikota. Alasan mengajukan Surat Permohonan
Keringanan Ganti Rugi, karena penilaian harga mobil yang digunakan sebagai dasar
penetapan ganti rugi tidak sesuai dengan kondisi mobil saat itu, yang secara fisik
kendaraan kurang baik karena pernah mengalami perbaikan body akibat kecelakaan
berat. Selain itu, selama Sdr. SK menggunakan kendaraan dinas selalu digunakan untuk
keperluan Dinas dan kepentingan stake holder pariwisata Kota Batu.
Konfirmasi dengan Sdr. SK pada tanggal 19 Februari 2008 mengenai
keterlambatan pengajuan Surat Permohonan Keringanan Ganti Rugi, diketahui bahwa
Keputusan Walikota mengenai Penetapan Ganti Rugi tersebut baru diterima pada bulan
Mei 2007. Sedangkan pada bulan Juni 2007, Sdr. SK masih harus menyelesaikan
kewajiban berkaitan dengan kasus kepegawaian yang terjadi di Pemerintah Kota Batu.
Permasalahan ini tidak sesuai dengan.
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 63
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pada pasal 59 ayat (2) yang menyatakan bahwa
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan
kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian
tersebut;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 315 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap kerugian daerah yang
disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus
segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
2) Pasal 315 ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara, pegawai negeri sipil
bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar
hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan daerah, wajib mengganti kerugian tersebut.
Hal ini mengakibatkan tertundanya penerimaan daerah minimal sebesar
Rp18.200.000,00, yaitu untuk Tahun 2007 sebesar Rp15.400.000,00 (Rp1.400.000,00 x
11 bulan), dan Tahun 2008 sebesar Rp2.800.000,00 (Rp1.400.000,00 x 2 bulan).
Masalah ini disebabkan :
a. Majelis Pertimbangan Tuntutan Ganti Rugi tidak melakukan pemantauan terhadap
penyelesaian kerugian daerah;
b. Badan Pengawas Daerah tidak pernah memberikan teguran kepada Sdr. SK, baik
secara lisan maupun tertulis.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Badan Pengawasan menjelaskan bahwa
Badan Pengawas (Bawas) pernah melakukan teguran secara tertulis kepada yang
bersangkutan (Sdr. SK) untuk membayar ganti rugi secara mengangsur. Selanjutnya,
akan diberikan lagi surat teguran secara tertulis.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan Badan Pengawas untuk menagih
pembayaran ganti rugi yang telah ditetapkan berdasarkan SK Walikota Nomor
180/161/Kep/422.013/2006.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 64
19. Pengadaan jasa appraisal sebesar Rp351.600.000,00 tidak efektif dan Aplikasi Simbada sebesar Rp248.250.000,00 belum berjalan efektif
Pada Tahun Anggaran 2005, Bagian Perlengkapan merealisasikan Belanja
Modal berupa pengadaan jasa inventarisasi dan penilaian aset daerah sebesar
Rp697.000.000,00. Kegiatan inventarisasi dan penilaian aset, dalam realisasinya dibagi
menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan Inventarisasi dan Penilaian Aset Daerah serta
kegiatan Aplikasi Simbada. Pekerjaan dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan cara
lelang. Penyedia jasa untuk dua kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
No Kegiatan Nama Rekanan Nomor /
Tgl kontrak Nilai kontrak
(Rp) 1. Inventarisasi dan
Penilaian Aset Daerah PT. K A C A 027/05/PA/422. 022/2005
05 Agustus 2005 400.000.000,00
2. Aplikasi Simbada PT. M C C 027/59/PA/422.022/2005 31 Agustus 2005
297.000.000,00
Jumlah 697.000.000,00
Dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Batu Tahun Anggaran 2005 Nomor 13/R/XIV.12/05/2006 tanggal 29 Mei 2006, diketahui
bahwa terjadi kemahalan atas kegiatan tersebut sebesar Rp97.150.000,00. Dengan
rincian kegiatan Inventarisasi dan Penilaian Aset Daerah sebesar Rp48.400,000,00, dan
kegiatan Aplikasi Simbada sebesar Rp48.750.000,00. Sehingga nilai dari kegiatan
Inventarisasi dan Penilaian Aset Daerah menjadi sebesar Rp351.600.000,00.
Sedangkan untuk kegiatan Aplikasi Simbada sebesar Rp248.250.000,00.
a. Kegiatan Inventarisasi dan Penilaian Aset Daerah (Appraisal)
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu agar lebih profesional
dalam mengelola aset pemerintah daerah, dan dapat memperoleh nilai wajar aset
sebagai dasar penyusunan neraca awal. Selain itu, diharapkan agar seluruh aset
Pemerintah Kota Batu dapat dideteksi, dirawat dan dilestarikan, yang pada akhirnya
dapat digunakan, diberdayakan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
kepentingan-kepentingan Pemerintah Kota Batu.
Salah satu cara yang efektif, efisien, optimal serta terpadu dalam pengelolaan
keuangan, maka daerah harus memperhatikan terhadap pengelolaan aset daerah,
termasuk menginventarisirnya secara obyektif serta terintegrasi, dan harus
memunculkan nilai aktiva yang sebenarnya/wajar. Untuk itu, dalam kegiatan ini
melibatkan pihak ketiga yaitu lembaga yang independen di bidang profesi penilaian,
dalam hal ini Pemerintah Kota Batu melalui proses lelang telah menunjuk PT. Kaca.
Pemeriksaan aset oleh pihak ketiga di lokasi, dilakukan pada tanggal 15 Agustus-24
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 65
September 2005. Data aset yang dinilai adalah data aset sampai dengan 30 Juni 2005.
Dalam proses penilaian ini, menggunakan Metode Pendekatan biaya yang terdiri dari:
a. Untuk penilaian tanah digunakan Pendekatan Data Pasar;
b. Untuk penilaian bangunan-bangunan, sarana pelengkap, mesin-mesin dan
peralatannya, kendaraan serta peralatan kantor digunakan Metode Biaya Pengganti
Terdepresiasi.
Selanjutnya, PT. Kaca mengeluarkan laporan akhir dari pelaksanaan kegiatan ini.
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa hasil dari kegiatan ini hanya digunakan
oleh Bagian Perlengkapan saja. Aset Neraca Tahun 2005 versi bagian Perlengkapan
didasarkan pada appraisal ditambah dengan pengadaan pada semester II Tahun 2005.
Sedangkan Bagian Keuangan dalam menyajikan nilai aset dalam neraca, tetap
menggunakan acuan neraca awal yang dibuat pertama kali pada Tahun 2003. Dalam
penyusunan neraca, Pemerintah Kota Batu bekerja sama dengan Pusat Pengembangan
Akuntansi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Sesuai dengan
kewenangannya, dalam penyusunan ini memang tidak dilakukan appraisal, karena
peranan Pusat Pengembangan Akuntansi dan Bisnis Universita Brawijaya Malang disini
sebatas pada pengolahan data dan informasi yang berasal dari Pemerintah Kota Batu,
agar bisa disajikan sebagai dasar penyajian neraca yang memenuhi ketentuan Prinsip
Akuntansi yang Diterima Umum, sehingga penyusunan ini berdasarkan aset pelimpahan
dari Kabupaten Malang ditambah dengan belanja modal yang direalisasikan Tahun
2003. Begitu juga untuk penyajian aset di tahun-tahun berikutnya, yaitu dengan
menambah saldo aset tahun sebelumnya dengan belanja modal yang direalisasikan
pada tahun tersebut. Penyajian nilai aset pada Neraca Pemerintah Kota Batu adalah
nilai aset yang diolah oleh Bagian Keuangan.
b. Kegiatan Aplikasi Simbada
Dalam rangka mempermudah pencatatan dan pelaporan barang milik daerah,
sehingga semua inventaris dapat dikelola secara efektif dan efisien, dan keberadaannya
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, maka Pemerintah Kota Batu
menggunakan aplikasi Simbada (Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah). Dalam
pengadaan kegiatan ini, Bagian Perlengkapan bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu
PT. M C C. Kegiatan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Batu TA 2005, dengan kode rekening 2 01036 3250101 1, dan dapat diselesaikan
pada tanggal 29 Nopember 2005 sesuai dengan Berita Acara Penyerahan Kegiatan
Aplikasi Simbada Pemerintah Kota Batu Nomor 027/53/BPP/422.022/2005.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 66
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa penggunaan aplikasi Simbada ini
kurang lebih hanya satu tahun saja dengan kronologis sebagai berikut. Pada bulan
Nopember 2005 terjadi serah terima aplikasi simbada yang kemudian dilanjutkan
dengan training dalam beberapa minggu. Pada bulan Maret 2006, ada kerusakan
software, dan bulan April 2006 dapat digunakan lagi setelah ada perbaikan. Adanya
perubahan kodefikasi barang membuat program pada aplikasi Simbada ini tidak sesuai
lagi dengan kondisi yang ada. Sehingga, hal ini mempersulit Bagian Perlengkapan
dalam menginput data. Bulan Nopember 2006, terjadi kerusakan hardware sehingga
aplikasi Simbada ini tidak dapat digunakan. Pada Tahun 2007, telah dianggarkan untuk
diperbaiki dan program untuk kodefikasi akan disesuaikan. Namun, hingga tanggal
pemeriksaan berakhir, aplikasi ini belum ada perbaikan sehingga tidak dapat digunakan.
Permasalahan ini tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, pada PSAP 07:
1) Paragraf 28 menyatakan bahwa untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu
entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat
neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca
awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya
perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada;
2) Paragraf 58 menyatakan bahwa penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada
umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan
menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran.
Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah yang berlaku secara nasional;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada:
1) Pasal 29 ayat (1) yang menyatakan bahwa laporan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pasal 28 ayat (3) digunakan sebagai bahan untuk
menyusun neraca Pemerintah Daerah;
2) Pasal 30 menyatakan bahwa untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan
serta pelaporan barang milik daerah secara akurat dan cepat sebagaimana
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 67
dimaksud dalam pasal 2, pasal 27 dan pasal 28, mempergunakan aplikasi
Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA).
Kondisi di atas mengakibatkan:
a. Pelaksanaan pengelolaan aset menjadi tidak tertib;
b. Pemborosan keuangan daerah sebesar Rp351.600.000,00 atas kegiatan appraisal.
Hal ini disebabkan belum adanya pemahaman dari pejabat-pejabat yang terkait
tentang pentingnya pengelolaan barang milik daerah termasuk di dalamnya pencatatan
dan pelaporan.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Perlengkapan menjelaskan bahwa
kegiatan inventarisasi dilakukan karena sebagian besar aset merupakan hasil
penyerahan dari Kabupaten Malang, dimana harga perolehannya banyak yang tidak
diketahui secara pasti serta didukung oleh aparatur yang kurang menguasai, sehingga
pada Tahun 2005 dilaksanakan appraisal untuk mengetahui kekayaan daerah, dan hasil
appraisal sudah disampaikan kepada Bagian Keuangan.
Untuk kegiatan Simbada sudah dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan,
namun software yang digunakan terjangkit virus yang mengakibatkan kerusakan sampai
dua kali. Kerusakan tersebut sudah diperbaiki namun belum bisa memberikan hasil yang
optimal karena adanya perubahan aturan dan kode barang.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan Bagian Perlengkapan untuk segera
melakukan perbaikan baik hardware maupun software pada program Simbada agar
pengelolaan aset dapat berjalan dengan baik dan akurat.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 68
20. Aset Tanah sebesar Rp9.861.324.125,00 belum bersertifikat atas nama Pemerintah Kota Batu
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas aset tanah, diketahui bahwa aset tanah
belum seluruhnya bersertifikat atas nama Pemerintah Kota Batu. Diantaranya adalah
tanah pengadaan Tahun 2005, 2006 dan 2007, dengan rincian sebagai berikut. Sertifikat No.
Urut Lokasi Hak Nomor Tanggal Luas (M2)
Harga Perolehan Penggunaan Keterangan
1 Desa Punten Kec. Bumiaji
(2005) Petok D 250 75.000.000
Pembangunan Kantor Polsek Kec. Bumiaji
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot karena anggaran sertifikasi belum dianggarkan dalam tahun ybs
2 Desa Junrejo Kec. Junrejo (2005) Petok D
250 500 137.000.000
Pembangunan Kantor Koramil dan KUA kec. Junrejo
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot karena anggaran sertifikasi belum dianggarkan dalam tahun ybs.
3 Kel. Sisir dan Kel. Temas (2005)
Petok D
10.850 376.530.000 Pembangunan jalan di Kel. Sisir dan Temas
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
4 Ngesong, sumber Brantas Kec. Bumiaji (2006)
Petok D
8.140 407.000.000
PDAM Kota Batu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
5 Desa Giripurno Kec. Bumiaji (2006)
Petok D
20.000 700.000.000 Pembangunan TPA
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
6 Kel. Temas, Kec. Batu (2006)
Petok D
1.300 192.000.000 Pembanguna limbah tahu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
7 Kel. Sisir Kec. Batu (2007) Petok D 4258 16/11/1987 50
Perluasan pembangunan Masjid An-Nur Batu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
Total Petok D 41.340 1.887.530.000
8 Kec. Batu (2005)
SHGB 917 23/07/2003 355 200.000.000
Pembangunan Kantor IPHI Kota Batu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot karena anggaran sertifikasi belum dianggarkan dalam tahun ybs.
Total SHGB 355 200.000.000
9 Desa Punten Kec. Bumiaji (2006)
Tanah Bengkok
2.000 225.000.000
Pembangunan Kantor Kec. Bumiaji
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
Total Tanah Bengkok 2.000 225.000.000
10 Desa Oro-oro Ombo Kec. Batu (2006) SHM 162 25/04/1988 4.240 1.589.567.000
Pembangunan pasar hewan dan rumah potong hewan
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
11 Bendo ds.Sidomulyo Kec. Batu (2007)
SHM 98 08/08/1981 2.035 1.481.865.000
Pembangunan Kantor Kimpraswil
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
12 Jl. Abdul Gani Atas Kel. Ngaglik Kec. Batu (2007)
SHM 337 318
26/07/1984 11/10/2001 655 750.750.000
Laboratorium Dinas KLH
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
13 Kel. Sisir Kec. Batu (2007) SHM 1374 22/04/1981 98 931.600.000
Perluasan Pembangunan Masjid An Nur
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 69
14 Kel. Sisir Kec. Batu (2007) SHM 143 09/09/1974 83 930.100.000
Perluasan Pembangunan Masjid An-Nur Batu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
15 Jl. Trunojoyo Kel. Songgokerto Kec. Batu (2007)
SHM 1479 1480
06/09/2004 06/09/2004
432 848 1.315.000.000
Perkantoran Pemkot Batu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
16 Jl. Mustari Kel. Sisir Kec. Batu (2007)
SHM 3369 20/08/1984 231 549.912.125 Rumah dinas Sekda Kota Batu
Dalam proses sertifikasi hak pakai dan belum diserahkan ke Pemkot.
Total SHM 8.622 7.548.794.125
Grand Total 52.317 9.861.324.125
Daftar aset tanah yang belum bersertifikat tersebut, belum termasuk aset tanah
hasil pelimpahan dari Pemerintah Kabupaten Malang, dikarenakan terdapat perbedaan
data aset tanah antara Bagian Keuangan dan Bagian Perlengkapan, dan perbedaan ini
sulit ditelusuri.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tanggal 24 September 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, pada pasal 41 ayat (1) yang menyatakan
bahwa hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya
oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan
Undang-Undang ini;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pada pasal 49 ayat (1) yang menyatakan bahwa barang
milik negara/daerah yang berupa tanah yang dikuasai pemerintah pusat/daerah
harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah
yang bersangkutan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tanggal 14 Maret 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pada pasal 33 ayat (1) yang menyatakan
bahwa barang milik negara/daerah berupa Tanah harus disertifikatkan atas nama
Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada :
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 70
1) Pasal 45 ayat (1) yang menyebutkan bahwa pengelola, pengguna dan/atau
kuasa pengguna wajib melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada
dalam penguasaannya;
2) Pasal 45 ayat (2) huruf d yang menyebutkan bahwa pengamanan barang milik
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan hukum,
antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti status kepemilikan;
3) Pasal 46 ayat (1) yang menyebutkan bahwa barang milik daerah berupa tanah
harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah.
Hal tersebut mengakibatkan melemahkan posisi Pemerintah Kota Batu, jika
terjadi sengketa kepemilikan tanah.
Hal tersebut disebabkan:
a. Keterbatasan anggaran untuk mensertifikatkan aset tanah dan bangunan atas nama
Pemerintah Kota Batu;
b. Adanya tumpang tindih tugas, pokok, dan fungsi antara Bagian Perlengkapan,
Bagian Pemerintahan dan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Kota Batu
mengenai sertifikasi.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Pertanahan menjelaskan bahwa
masih dalam proses sertifikasi hak pakai atas nama Pemkot Batu. Untuk pengadaan
tanah yang dipergunakan untuk pembangunan Kantor Polsek Bumiaji, untuk Kantor
Koramil, KUA Junrejo serta Kantor Depag Kota Batu, belum dilakukan sertifikasi ke BPN
karena kegiatan ini baru dianggarkan pada Tahun Anggaran 2008. Barkaitan dengan
aset yang berasal dari pelimpahan Kabupaten Malang yang belum disertifikasi hak pakai
atas nama Pemkot Batu, karena proses sertifikasinya bukan menjadi kewenangan Dinas
Pertanahan, melainkan menjadi tugas dan wewenang Bagian Perlengkapan. Sedangkan
pengadaan tanah untuk pembangunan jalan di Kelurahan Sisir dan Temas, proses
sertifikasi ke BPN belum ditindaklanjuti karena masih dalam proses pemecahan petok-D.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Meningkatkan koordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
memperlancar pemrosesan sertifikat tanah milik Pemerintah Kota Batu;
b. Menegur Tim Anggaran supaya memasukkan biaya seritifikasi hak pakai dalam
APBD 2008 untuk aset tanah-tanah yang belum mempunyai sertifikat atas nama
Pemerintah Kota Batu.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 71
21. Penggunaan Bantuan Keuangan oleh Partai Politik sebesar Rp97.680.100,00 tidak tepat peruntukannya
Pada Tahun Anggaran 2007, Pemerintah Kota Batu memberikan bantuan
kepada Partai Politik sebesar Rp20.000.000,00 untuk tiap kursi. Hasil pemeriksaan atas
realisasi Belanja Bantuan Keuangan pada Badan Kesbanglinmas, diketahui bahwa
terdapat 10 partai politik dengan 25 kursi. Hal ini, berdasarkan Keputusan KPU Nomor
270/101/KPU Batu/2006 tentang Perolehan Kursi Partai Politik Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kota Batu pada Pemilu Anggota Legislatif. Total Belanja Bantuan Sosial
Organisasi Kemasyarakatan (1.20 1.20.03.00.00.5.1.5.01.01) yang diberikan kepada
Partai Politik sebesar Rp500.000.000,00 (Rp20.000.000,00 x 25 kursi). Bantuan tersebut
diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapatkan kursi di lembaga
perwakilan rakyat.
Realisasi belanja bantuan keuangan untuk masing-masing Partai Politik sesuai
jumlah kursi di DPRD, adalah sebagai berikut.
SP2D No Nama Partai Peroleha
n Kursi Bantuan per
kursi (Rp) Jumlah
(Rp) No Tgl
1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 5 20.000.000,00 100.000.000,00 0189/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
2 Partai Golkar 5 20.000.000,00 100.000.000,00 0183/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
3 Partai Demokrat 4 20.000.000,00 80.000.000,00 0185/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
4 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 4 20.000.000,00 80.000.000,00 0187/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
5 Partai Amanat Nasional (PAN) 2 20.000.000,00 40.000.000,00 0190/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
6 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1 20.000.000,00 20.000.000,00 0182/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
7 Partai Damai Sejahtera (PDS) 1 20.000.000,00 20.000.000,00 0186/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
8 PNI Marhaenisme 1 20.000.000,00 20.000.000,00 0188/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007 9 Partai Serikat Indonesia (PSI) 1 20.000.000,00 20.000.000,00 0184/VIII/SP2D/LS/2007 13/08/2007
10 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) 1 20.000.000,00 20.000.000,00 0211/XII/SP2D/LS/2007 07/12/2007
Jumlah 25 500.000.000,00
Berdasarkan penelusuran atas Laporan Pertanggungjawaban dari tiap-tiap Partai Politik,
diketahui bahwa terdapat penggunaan dana bantuan keuangan sebesar
Rp97.680.100,00 tidak tepat peruntukannya. Adapun penggunaan dana yang tidak
sesuai dengan ketentuan untuk tiap Partai Politik, adalah sebagai berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 72
No. Nama Partai Politik Tidak Sesuai Peruntukkannya (Rp)
1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 41.895.600,00 2 Partai Demokrat 5.700.000,00 3 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1.200.000,00 4 Partai Amanat Nasional (PAN) 24.834.500,00 5 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 927.000,00 6 Partai Damai Sejahtera (PDS) 10.323.000,00 7 PNI Marhaenisme 12.800.000,00
Jumlah 97.680.100,00
Penggunaan bantuan keuangan secara rinci dari tabel di atas dapat dilihat pada
Lampiran 4. Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang Partai
Politik, dalam pasal 9 huruf h yang menyatakan bahwa partai politik berkewajiban
membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang
diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tanggal 29 Juli 2005 tentang Bantuan
Keuangan Partai Politik, dalam pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa untuk
membantu kegiatan dan kelancaran administrasi dan/atau sekretariat partai politik,
Pemerintah memberikan Bantuan Keuangan kepada partai politik;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2006 tanggal 19 Juli 2006 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pengajuan, Penyerahan dan Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan
kepada Partai Politik, dalam Lampiran III disebutkan penggunaannya untuk
honorarium, uang lembur, administrasi umum, langganan daya dan jasa, pos dan
giro, pemeliharaan gedung, pemeliharaan data dan arsip, biaya perjalanan,
komputer, mesin tik, dan meubelair kantor.
Hal tersebut mengakibatkan tujuan pemberian bantuan kepada Partai Politik
tidak sepenuhnya tercapai dan tidak dapat diyakini kebenarannya.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 73
Pemberian bantuan kepada organisasi masyarakat tersebut disebabkan kurang
pahamnya Bendahara dan Ketua Partai Politik dalam menggunakan bantuan keuangan
sesuai ketentuan.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Kesbang dan Linmas setuju jika terdapat
kekurangpahaman dari Bendahara dan Ketua Parpol dalam penggunaan dan pelaporan
bantuan tersebut, hal ini dikarenakan pihak-pihak tersebut kurang proaktif dalam
masalah ini.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan Sekretariat DPC Parpol Penerima Bantuan
mempertanggung jawabkan bantuan yang diterima sesuai ketentuan yang berlaku.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 74
22. Bunga Tabungan di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp12.024.602,39 belum disetor ke Kas Daerah
Bendahara Pengeluaran di semua SKPD selama TA 2007 menerima dan
menampung pencairan dana dari BUD melalui rekening tabungan, dan rekening giro di
Bank Jatim. Rekening giro digunakan untuk menampung dana belanja pegawai,
sedangkan rekening tabungan digunakan untuk menampung dana selain belanja
pegawai. Dalam rekening giro dan tabungan tersebut, terdapat penambahan bunga bank
dan pengurangan untuk biaya administrasi bank dan pajak bunga bank.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap rekening tabungan dan rekening giro,
diketahui bahwa untuk bunga bank sampai Tahun Anggaran 2007 berakhir, belum
disetor ke Kas Daerah. Perhitungan bunga bank setelah dikurangi dengan biaya
administrasi dan pajak, yang belum disetor oleh Bendahara Pengeluaran SKPD per 31
Desember 2007, adalah sebagai berikut.
a. Rekening Tabungan
No SKPD Bunga Bank
1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rp 380.305,00 2 Dinas Kesehatan Rp 153.433,55 3 Dinas Permukiman dan Bina Marga Rp 96.498,41 4 Dinas Pendapatan Rp 415.126,18 5 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Rp 530.492,47 6 Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Rp 89.538,43 7 Dinas Pertanahan Rp 230.187,05 8 Dinas Capil dan Naker Rp 201.375,00 9 Dinas Infokom dan Perpustakaan Rp 230.820,67 10 Dinas Pertanian Rp 265.467,00 11 Dinas Sumber Daya Air Rp 376.277,00 12 Dinas Pariwisata Rp 110.914,00 13 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Rp 195.085,00 14 Badan KB&Kesos Rp 183.588,35 15 Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas Rp 157.175,91 16 Badan Pengawas Daerah Rp 270.045,95 17 Bapeko Rp 73.504,42 18 Sekretariat Daerah Rp 1.948.143,31 19 Bagian Kesejahteraan Rp 127.612,28 20 Sekretariat Dewan Rp 198.481,02 21 Kecamatan Batu Rp 293.821,88 22 Kecamatan Junrejo Rp 216.507,66 23 Kantor Satpol PP Rp 511.894,24 24 Kantor Koperasi dan UKM Rp 53.420,54 25 Kantor Perhubungan Rp 243.474,55 26 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Rp 61.626,28 JUMLAH Rp 7.614.816,15
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 75
b. Rekening giro
No SKPD Bunga Bank 1 Kantor Perhubungan Rp 4.409.786,24 JUMLAH Rp 4.409.786,24
Kondisi di atas tidak sesuai dengan : a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 59 ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan bunga, jasa giro, atau
penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank
merupakan pendapatan daerah;
2) Pasal 59 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua penerimaan daerah apabila
berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 129 yang antara lain
menyatakan bahwa pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai
akibat penyimpanan dana anggaran pada bank merupakan pendapatan daerah.
Permasalahan di atas mengakibatkan penerimaan daerah tertunda sebesar
Rp12.024.602,39.
Kondisi di atas disebabkan Bendahara Pengeluaran kurang memahami
ketentuan yang berkaitan dengan bunga bank.
Atas`permasalahan tersebut, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan
menyatakan bahwa belum disetornya bunga bank atas rekening tabungan Bendahara
Pengeluaran disebabkan karena seluruh SKPD pada Tahun Anggaran 2007 masih
menunggu petunjuk dari Bagian Keuangan Sekda, dan bunga sudah disetorkan kembali
ke rekening Bend-17 pada tanggal 5 Maret 2008. Sedangkan Kepala Dinas Pendapatan
menyatakan, bahwa sampai dengan tanggal 31 Desember 2007 belum menyetorkan
bunga bank dan akhirnya disetorkan ke Kasda pada tanggal 5 Maret 2008.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 76
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menegur secara tertulis kepada para Pengguna Anggaran
yang tidak menyetorkan seluruh pendapatan bunga bank yang terdapat pada rekening
Bendahara Pengeluaran.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 77
23. Saldo Kas di Brankas Bendahara Penerimaan Dinas Kesehatan tidak disertai pencatatan yang memadai
Berdasarkan pemeriksaan terhadap Buku Kas Umum (BKU) dan hasil cash
opname tanggal 8 Febuari 2008 pada Bendahara Penerimaan Dinas Kesehatan,
diketahui bahwa terdapat selisih saldo kas antara pencatatan penerimaan dalam Buku
Kas Umum dengan saldo kas yang ada di brankas. Saldo kas sesuai BKU adalah
sebesar Rp1.870.500,00, sedangkan sisa kas yang ada di brankas sebesar
Rp18.921.700,00, sehingga terdapat selisih lebih sebesar Rp17.051.200,00.
Pada saat dilakukan konfirmasi, Bendahara Penerimaan menyatakan bahwa
selisih lebih kas tersebut terdiri dari gaji karyawan yang belum diambil sebesar
Rp455.300,00, dan pinjaman karyawan yang dipotong langsung dari gaji sebesar
Rp16.595.900,00. Untuk pinjaman karyawan yang dipotong langsung dari gaji, setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap catatan Bendahara Penerimaan, ternyata tidak sesuai
dengan jumlah yang ada di brankas. Dari catatan Bendahara Penerimaan, jumlah
potongan gaji sebesar Rp92.385.550,00.
Keadaan di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, dalam pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat;
2) Pasal 4 ayat (2) yang menyatakan bahwa secara tertib sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan;
3) Pasal 184 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan
yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 78
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4) Pasal 184 ayat (2) yang menyatakan bahwa pejabat yang menandatangani
dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang
menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas pelaksanaan APBD
bertanggung jawab terhadap kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud.
Permasalahan di atas mengakibatkan tidak ada kejelasan antara uang yang
masih harus dipertanggungjawabkan dengan uang milik pihak ketiga.
Kondisi di atas disebabkan Bendahara Penerimaan tidak membuat Berita Acara
Penitipan atas uang-uang yang dititipkan kepadanya.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan menyatakan bahwa
jumlah catatan potongan gaji di Bendahara Penerimaan bukan sebesar
Rp92.385.550,00, melainkan sebesar Rp89.564.100,00.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menegur secara tertulis Pengguna Anggaran yang tidak
meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan penerimaan daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 79
24. Sisa Uang Kas pada Rekening Bendahara Pengeluaran Kantor Perhubungan belum dipindahbukukan ke Kas Daerah
Pengelolaan kas di Pemerintah Kota Batu oleh Bendahara Pengeluaran pada
masing-masing Satuan Kerja, dilakukan melalui rekening tabungan dan rekening giro.
Rekening tabungan dan rekening giro tersebut atas nama Satuan Kerja cq nama
Bendahara Pengeluaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap rekening tabungan dan
rekening giro yang dimiliki Bendahara Pengeluaran, diketahui bahwa terdapat sisa kas
sebesar Rp106.015.573,89 pada rekening giro Bendahara Pengeluaran Kantor
Perhubungan. Seharusnya, rekening giro tersebut pada akhir Desember 2007 bersaldo
nihil karena hanya digunakan untuk transaksi gaji. Sesuai hasil konfirmasi dengan
Bendahara Pengeluaran Kantor Perhubungan, dinyatakan bahwa sisa kas tersebut
merupakan akumulasi sisa kas pada tahun-tahun sebelumnya. Hasil penelitian lebih
lanjut terhadap rekening Bendahara Pengeluaran, menunjukkan bahwa pada 1 Januari
2007 terdapat saldo awal sebesar Rp106.015.573,89.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 220 ayat (1) yang menyatakan bahwa bendahara pengeluaran secara
administratif wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan/
ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui
PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya;
2) Pasal 220 ayat 8 yang menyatakan bahwa untuk tertib laporan
pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran, pertanggungjawaban
pengeluaran dana bulan Desember disampaikan paling lambat tanggal 31
Desember.
Permasalahan di atas mengakibatkan terbuka peluang terjadinya
penyalahgunaan terhadap saldo kas sebesar Rp106.015.573,89.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 80
Hal ini disebabkan : a. Kelalaian Bendahara Pengeluaran Kantor Perhubungan yang tidak segera
memindahbukukan sisa kas yang dimiliki pada akhir tahun anggaran ke Kas Daerah
sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Kelalaian atasan langsung Bendahara Pengeluaran yang tidak melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan kas secara optimal.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Kantor Perhubungan menyatakan bahwa :
a. Sisa kas tersebut baru diketahui pada saat pemeriksaan BPK;
b. Bendahara Pengeluaran dan Pejabat Penatausahaan Keuangan merupakan pejabat
baru yang secara efektif bertugas per Januari 2007, dan tidak mengetahui
keberadaan dana tersebut;
c. Sisa kas tersebut tidak jelas sehingga tidak berani mengambil keputusan/tindakan.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar:
a. Memerintahkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Perhubungan agar segera
menyetorkan saldo kas sebesar Rp106.015.573,89 ke Kas Daerah;
b. Menegur Pengguna Anggaran agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap
pengelolaan kas.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 81
25. Rekening Kas Umum Daerah belum disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
Dalam rangka pengelolaan Kas Daerah, Pemerintah Kota Batu menggunakan 11
rekening untuk menampung seluruh penerimaan yang masuk ke Pemerintah Kota Batu.
Kesebelas rekening tersebut, juga digunakan sebagai rekening operasional untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran sesuai yang dianggarkan dalam APBD. Kesebelas
rekening tersebut memiliki nama-nama yang berbeda, menyesuaikan dengan jenis
penerimaan yang ditampung dalam masing-masing rekening. Kesebelas rekening
beserta nama-namanya, adalah sebagai berikut.
No Nama Rekening Nama Bank Nomor Rekening 1 Pemkot Batu (DAU) Bank Jatim 0401001719 2 Pemkot Batu (PAD) Bank Jatim 0401001727 3 DAK Bidang Pendidikan Bank Jatim 0401002448 4 DAK Bidang Kelautan dan Perikanan Bank Jatim 0401002430 5 Bend -17 Kasda Bank Jatim 0401002294 6 DAK Bidang Kesehatan Bank Jatim 0401002464 7 DAK Bidang Infrastruktur Bank Jatim 0401002421 8 DAK Bidang Prasarana Pemda Bank Jatim 0401002472 9 DAK Bidang Lingkungan Hidup Bank Jatim 0401002456 10 DAK Bidang Pertanian Bank Jatim 0401002413 11 Dana Otonomi Khusus Penyeimbang Bank Jatim 0401002944
Dari 11 rekening tersebut, seharusnya ada satu rekening yang menjadi Rekening
Kas Umum Daerah, sedangkan sisanya dapat berfungsi sebagai rekening penerimaan
dimana saldonya setiap akhir hari kerja wajib disetor ke Rekening Kas Umum Daerah,
sehingga menjadi bersaldo nihil. Akan tetapi, pada kenyataannya kesebelas rekening
tersebut juga digunakan sebagai rekening untuk menampung penerimaan, dan
digunakan juga sebagai rekening untuk mentransfer dana ke rekening pengeluaran
masing-masing SKPD.
Keadaan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun
2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah, pada :
1) Pasal 1 point 5 yang menyebutkan bahwa Rekening Kas Umum Daerah adalah
rekening tempat penyimpanan Uang Daerah yang ditentukan oleh
gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan;
2) Penjelasan umum pelaksanaan rekening tunggal perbendaharaan (Treasury Single
Account);
3) Pasal 19 ayat (1) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah dapat membuka rekening penerimaan pada Bank Umum
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 82
yang ditunjuk oleh gubernur/bupati/walikota untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan operasional penerimaan daerah;
4) Pasal 19 ayat (2) yang menyatakan bahwa rekening sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dioperasikan sebagai rekening bersaldo nihil yang seluruh penerimaannya
dilimpahkan ke Rekening Kas Umum Daerah sekurang-kurangnya sekali sehari pada
akhir hari kerja sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian dengan Bank Umum
bersangkutan;
5) Pasal 19 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal kewajiban pelimpahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara teknis belum dapat dilakukan setiap
hari, gubernur/bupati/walikota mengatur pelimpahan secara berkala;
6) Pasal 19 ayat (4) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum Daerah dapat
membuka rekening pengeluaran pada Bank Umum yang ditetapkan oleh gubernur/
bupati/walikota untuk mendukung kelancaran pelaksanaan operasional pengeluaran
daerah;
7) Pasal 19 ayat (5) yang menyatakan bahwa rekening sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dioperasikan sebagai rekening yang menampung pagu dana untuk
membiayai kegiatan pemerintah daerah sesuai rencana pengeluaran, yang besarnya
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Kondisi tersebut mengakibatkan tidak tertibnya pengelolaan rekening kas umum
daerah.
Hal tersebut disebabkan Bendahara Umum Daerah tidak memahami ketentuan
tentang pengelolaan uang negara/daerah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Kantor Kas Daerah menyatakan bahwa
penggunaan 11 rekening tersebut untuk menampung seluruh penerimaan didasarkan
pada keinginan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi kategori jenis penerimaan
berdasarkan pada sumber dananya, dan selanjutnya menggunakan rekening-rekening
tersebut untuk membiayai pengeluaran sesuai yang dianggarkan dalam APBD. Namun,
Kepala Kantor Kas Daerah akan menyampaikan hal ini kepada pimpinan entitas tertinggi
(Walikota).
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar menegur Bendahara Umum Daerah untuk menata
pengelolaan Kas Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan
uang negara/daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 83
26. Pembukaan Rekening SKPD tidak melalui ijin Walikota
Pada Tahun Anggaran 2007, untuk kelancaran pelaksanaan pengelolaan
penerimaan dan pengeluaran kas, setiap satuan kerja membuka rekening di Bank Jatim.
Rekening tersebut dipegang oleh Bendahara Pengeluaran. Setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah membuka dua rekening, yaitu rekening tabungan dan rekening giro.
Rekening tabungan digunakan untuk menampung dana kegiatan operasional,
sedangkan rekening giro digunakan untuk menampung dana gaji karyawan.
Berdasarkan penjelasan Bendahara Pengeluaran di semua SKPD, diketahui
bahwa dasar hukum pembukaan rekening, baik rekening tabungan maupun rekening
giro tersebut, tidak berdasarkan pada ijin maupun Surat Keputusan dari Walikota, hanya
perintah lisan dari Bendahara Umum Daerah. Pada saat Bendahara Pengeluaran
membuka rekening, hanya menyertakan surat pengantar dari Bendahara Umum Daerah,
dan Surat Keputusan Walikota Nomor 180/16/KEP/422.013/2007 tentang Penunjukkan
Pengguna Anggaran/Barang, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan
Bendahara Barang pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota
Batu Tahun Anggaran 2007. Sedangkan penunjukan Bank Jatim sebagai tempat
pembukaan rekening Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2007 juga tidak ada.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pada :
1) Pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan operasional
Penerimaan dan Pengeluaran Daerah, Bendahara Umum Daerah dapat
membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada bank yang
ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota;
2) Pasal 32 ayat (1) menyebutkan bahwa gubernur/bupati/walikota dapat
memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran
di lingkungan satuan kerja perangkat daerah;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah, pada :
1) Pasal 19 ayat (4) menyebutkan bahwa Bendahara Umum Daerah dapat
membuka rekening pengeluaran pada Bank Umum yang ditetapkan oleh
gubernur/bupati/walikota untuk mendukung kelancaran pelaksanaan operasional
pengeluaran daerah;
2) Pasal 30 ayat (2) menyebutkan bahwa gubernur/bupati/walikota dapat
memberikan ijin pembukaan rekening pengeluaran pada Bank Umum untuk
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 84
menampung Uang Persediaan sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
Permasalahan tersebut dapat berpotensi munculnya rekening-rekening yang
tidak terpantau oleh Kas Daerah.
Keadaan tersebut disebabkan kurangnya pemahaman para Kepala SKPD
sebagai Pengguna Anggaran untuk meminta ijin kepada Walikota terlebih dahulu
sebelum membuka rekening.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Keuangan menyatakan bahwa
masalah pembukaan rekening disertai surat ijin/Surat Keputusan dari Walikota akan
diperhatikan dan ditindaklanjuti pada Tahun 2008. Tentang penunjukkan Bank Jatim
sebagai tempat pembukaan rekening memang tidak ada, dan akan diperbaiki Tahun
2008.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar:
a. Memerintahkan kepada semua Kepala SKPD untuk meminta ijin kepada Walikota
terlebih dahulu sebelum membuka rekening;
b. Semua SKPD melaporkan setiap rekening yang dimiliki.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 85
27. Pengenaan Pajak Bunga pada Rekening Tabungan Bendahara Pengeluaran tidak sesuai ketentuan
Dalam rangka pelaksanaan APBD TA 2007, masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) menggunakan rekening giro dan rekening tabungan sebagai
rekening operasional pengeluaran. Rekening tabungan digunakan untuk menampung
dana kegiatan operasional, sedangkan rekening giro digunakan untuk menampung dana
gaji karyawan. Kedua jenis rekening tersebut, baik tabungan maupun giro, berada pada
Bank Jatim.
Pemeriksaan atas semua rekening tabungan dan rekening giro, diketahui
terdapat pemotongan pajak bunga tabungan yang dilakukan oleh Bank Jatim di rekening
tabungan, dengan rincian sebagai berikut.
No. SKPD Bunga (Rp)
Pajak (Rp)
1 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 510.952,00 103.147,002 DINAS KESEHATAN 230.940,30 52.506,753 DINAS PERMUKIMAN DAN BINA MARGA 156.170,76 31.172,354 DINAS PENDAPATAN 549.804,22 109.678,045 DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN 698.083,73 139.091,266 DINAS KEHUTANAN & LH 146.885,42 28.846,997 DINAS PERTANAHAN 322.879,44 64.192,398 DINAS CAPIL DAN NAKER 287.406,00 58.531,009 DINAS INFOKOM DAN PERPUSTAKAAN 321.693,44 65.872,77
10 DINAS PERTANIAN 364.911,00 71.944,0011 DINAS SUMBER DAYA AIR 502,383,00 98.606,0012 DINAS PARIWISATA 173.118,00 34.704,0013 DINAS PERINDUSTRIAN & PERDAGANGAN 278.213,00 60.628,0014 BADAN KB DAN KESSOS 259.982,02 51.393,6715 BADAN KESATUAN BANGSA DAN LINMAS 232.084,63 47.408,7216 BAWAS 367.999,48 72.953,5317 BAPEDA 126.076,30 25.071,8818 SETDA 2.469.554,13 493.910,8219 BAG KEUANGAN – SYIVAI 28,60 1.000,0020 BAG KEUANGAN PEMKOT – KETUT 18,08 1.000,0021 BAG KESEJAHTERAAN 193.748,23 38.635,9522 BAG UMUM 382,16 1.000,0024 BAG PERLENGKAPAN 23,40 1.000,0026 SEKWAN 281.799,81 55.818,7927 KECAMATAN BATU 397.022,10 75.700,2228 KECAMATAN BUMIAJI 21.172,82 2.413,6129 KECAMATAN JUNREJO 298.962,26 54.954,6030 KANTOR KASDA 255.474,55 49.385,7731 KANTOR SATPOL PP 675.038,81 135.644,5732 KANTOR KOPERASI DAN UKM 100.252,97 19.332,4333 KANTOR PERHUBUNGAN 339.563,50 67.588,9534 KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 111.330,37 22.204,09
JUMLAH 10.171.571,53 2.135.338,15
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 86
Permasalahan di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tanggal 2 Agustus 2000 tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, pada
penjelasan pasal 2 ayat (1) huruf b alinea ketiga yang menyatakan bahwa Unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk
sebagai Subjek Pajak, yaitu:
1) Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2) Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD;
3) Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Daerah; dan
4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara. Sebagai
Subjek Pajak, perusahaan reksadana baik yang berbentuk perseroan terbatas
maupun bentuk lainnya termasuk dalam pengertian badan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah sebesar
Rp2.135.338,15.
Keadaan tersebut disebabkan :
a. PT. Bank Jatim Cabang Batu yang tidak mengikuti aturan yang berlaku;
b. SKPD menggunakan rekening dalam bentuk tabungan .
Atas permasalahan tersebut, pihak Bank Jatim Cabang Batu beralasan bahwa
pengenaan pajak dikarenakan pihak Bendahara tidak memberitahukan perihal sumber
dana dari rekening-rekening bendahara tersebut. Selanjutnya, pihak Bank Jatim akan
berkoordinasi dengan kantor pajak untuk memintakan restitusi pajak atas bunga
tabungan tersebut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 87
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Memerintahkan Bendahara Umum Daerah (BUD) agar berkoordinasi dengan Bank
Jatim untuk mengurus restitusi pajak;
b. Memerintahkan setiap Kepala SKPD agar membuka rekening dalam bentuk giro
untuk operasional pengeluaran.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 88
28. Penyewaan Alat Berat di Dinas Pemukiman dan Bina Marga tidak dilaksanakan dengan perjanjian
Dinas Permukiman dan Bina Marga salah satu tugasnya adalah melaksanakan
pengelolaan alat-alat berat. Pengelolaan alat-alat berat tersebut dilakukan dengan
menyewakan kepada pihak ketiga maupun masyarakat. Penerimaan pendapatan yang
diperoleh atas sewa alat berat selama TA 2007 sebesar Rp4.210.000,00.
Hasil konfirmasi dengan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) sewa-
menyewa alat berat, diketahui bahwa selama ini dalam melakukan sewa-menyewa alat
berat tidak didasarkan atas perjanjian sewa menyewa antara Dinas Permukiman dan
Bina Marga dengan penyewa dhi. pihak ketiga maupun masyarakat, sehingga tidak
diketahui berapa nilai sebenarnya. Dokumen yang diperoleh selama pemeriksaan hanya
berupa daftar retribusi sewa alat berat Tahun 2007 dan Peraturan Walikota Batu Nomor
9 Tahun 2006 tentang Ketentuan Tentang Besarnya Tarif Pemakaian Kendaraan Alat-
alat Berat di Kota Batu.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tanggal 14 Maret 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pada pasal 22 ayat (4) yang menyatakan
bahwa Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa menyewa, yang
sekurang-kurangnya memuat:
1) Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
2) Jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka waktu;
3) Tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu penyewaan;
4) Persyaratan lain yang dianggap perlu;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada pasal 33 ayat (6)
yang menyatakan bahwa penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian
sewa menyewa, yang sekurang-kurangnya memuat:
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 89
1) Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
2) Jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka waktu;
3) Tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu penyewaan;
4) Persyaratan lain yang dianggap perlu.
Permasalahan di atas mengakibatkan :
a. Pertanggungjawaban pengelolaan penerimaan daerah tidak transparan;
b. Besarnya penerimaan retribusi sewa menyewa alat berat yang dilaporkan tidak dapat
diyakini kebenarannya karena tidak ada dokumen pembandingnya.
Hal tersebut di atas disebabkan:
a. Kelalaian Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dalam pengelolaan retribusi yang
menjadi tanggung jawabnya;
b. Kelalaian Pengguna Anggaran yang tidak melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan retribusi.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga
menyatakan bahwa perjanjian sewa menyewa alat-alat berat Tahun 2007 memang
belum ada karena masih disusun konsepnya.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Menegur Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga meningkatkan pengawasan
dalam penggunaan atau pemanfaatan aset daerah sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pembenahan
pengelolaan/penertiban retribusi yang menjadi tanggung jawabnya.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 90
29. Enam kendaraan milik Pemerintah Daerah dipinjam pakai oleh perorangan
Berdasarkan data pinjam pakai kendaraan dari Bagian Perlengkapan, diketahui
terdapat enam kendaraan yang dipinjampakaikan kepada perorangan, dengan rincian
sebagai berikut.
No. BERITA ACARA
PINJAM PAKAI PEMINJAM MERK TAHUN NOPOL KETERANGAN
1 024/388/422.022/2007
Tanggal 23 Oktober 2007
ESR Nissan Infinity 2002 N 333 KP Istri Mantan
Walikota
2 024/387/422.022/2007
Tanggal 23 Oktober 2007
MK Honda Civic
VTI
2003 N 365 KP Mantan Wakil
Walikota
3 024/389/422.022/2007
Tanggal 23 Oktober 2007
MHA Toyota Corolla
TC
1997 N 309 AP Mantan Sekretaris
Daerah
4 024/390/422.022/2007
Tanggal 23 Oktober 2007
MHA Toyota Kijang 1995 N 9689 F Mantan Sekretaris
Daerah
5 024/399/422.022/2007 Tanggal 19 Desember 2007
PS Suzuki Grand
Vitara
2007 N 361 KP Wakil Ketua DPRD
6 024/398/422.022/2007 Tanggal 19 Desember 2007
AP Suzuki Grand
Vitara
2007 N 362 KP Wakil Ketua DPRD
Penelusuran terhadap Berita Acara Pinjam Pakai tersebut, diketahui bahwa
peminjam bertindak untuk dan atas nama perorangan, padahal sesuai ketentuan yang
berlaku pinjam-pakai diperuntukkan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Sedangkan untuk pinjam pakai kepada Wakil Ketua DPRD, diketahui bahwa peminjam
bertindak untuk dan atas nama Wakil Ketua DPRD. Hal ini, sepatutnya dihindari karena
pada Tahun 2006 sesuai Berita Acara Pinjam Pakai Nomor 024/107/422.022/2006, yang
bersangkutan telah menerima kendaraan dinas jabatan selaku Wakil Ketua DPRD,
berupa Daihatsu Taruna Tahun 2002.
Kondisi ini tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan negara dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada pasal 35 ayat (1)
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 91
yang menyebutkan bahwa barang milik daerah baik berupa tanah dan/atau
bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, dapat dipinjampakaikan untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 20 Maret 2006
tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah, pada:
1) Pasal 13 yang menyatakan bahwa kendaraan dinas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 huruf d, meliputi:
a. Kendaraan perorangan dinas;
b. Kendaraan dinas operasional/kendaraan dinas jabatan; dan
c. Kendaraan dinas operasional khusus/lapangan;
2) Pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa kendaraan perorangan dinas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf a, disediakan dan dipergunakan
untuk pejabat negara;
3) Pasal 14 ayat (2) yang menyatakan bahwa kendaraan perorangan dinas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi pemangku jabatan
Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota;
4) Pasal 15 ayat (1) yang menyatakan bahwa kendaraan dinas operasional/
kendaraan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b
disediakan dan dipergunakan untuk kegiatan operasional perkantoran;
5) Pasal 15 ayat (2) yang menyatakan bahwa kendaraan dinas operasional/
kendaraan dinas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan
bagi Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.
Hal ini mengakibatkan pengadaan fasilitas penunjang operasional tidak efektif
peruntukannya yaitu untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan.
Masalah tersebut disebabkan adanya kebijakan Kepala Bagian Perlengkapan
untuk meminjampakaikan kendaraan milik pemerintah daerah, namun tidak
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Perlengkapan menjelaskan bahwa
pinjam pakai kepada perorangan dimaksudkan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
karena masih dalam proses pengkajian status pemanfaatan dan kepemilikannya.
Sedangkan pinjam pakai untuk Wakil Ketua DPRD diperuntukkan menunjang
operasional khusus/lapangan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 92
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar :
a. Meninjau kembali perjanjian pinjam pakai kendaraan dinas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
b. Memerintahkan Kepala Bagian Perlengkapan menarik kembali kendaraan tersebut
dan menggunakannya untuk menunjang operasional pemda.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 93
30. Hasil Pemeriksaan BPK RI belum seluruhnya ditindaklanjuti sesuai ketentuan
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas Belanja Daerah Tahun Anggaran
2005-2006 Nomor 06/R/XIV.12/02/2007 tanggal 9 Februari 2007 dan Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Batu untuk Tahun Anggaran 2006 Nomor 10/R/XIV.12/03/2007 tanggal
15 Maret 2007, diketahui bahwa terdapat temuan-temuan pemeriksaan yang belum
selesai ditindaklanjuti sebagai berikut.
a. Hasil pemeriksaan Belanja Daerah TA 2005-2006
Dari 37 rekomendasi BPK, 11 telah selesai ditindaklanjuti dan 15 rekomendasi dalam
proses. Sedangkan 11 rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, yaitu:
No Uraian Rekomendasi Keterangan 1 Pekerjaan Fisik Di
Dinas Kesehatan Kurang Dari Bestek Sebesar Rp22.210.657,28.
Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan : a. Menegur Pejabat Pembuat Komitmen
dan Konsultan Pengawas supaya lebih cermat dalam menjalankan tugasnya;
b. Menarik kepada rekanan atas kekurangan pekerjaan sebesar Rp22.210.657,28 untuk segera disetorkan ke Kas Daerah.
Srt teguran Kadin kpd PPK & Konsultan Pengawas belum ada PPTK baru mengetahui jika addendum ditolak pd bln Februari 2008.
2 Pembelian Material Bangunan Melebihi Kebutuhan Sebesar Rp40.877.545,00.
Walikota Batu agar menegur Pejabat Pembuat Komitmen yang tidak cermat dalam mengawasi pekerjaan dan memverifikasi SPj.
Surat teguran dari Kadin P&K kpd PPK tidak ada.
3 Rencana Anggaran Biaya Rehabilitasi Lebih Tinggi Dari Analisa SNI, Standar Harga Dan Harga Pasaran Serta Terdapat Kesalahan Jumlah Sebesar Rp108.627.194,01.
Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan: a. Memerintahkan Pejabat Pembuat
Komitmen berkoordinasi dengan dinas teknis terkait dalam melakukan verifikasi RAB;
b. Memerintahkan Kepala Sekolah SD. Torongrejo untuk mempertanggungjawabkan kelebihan harga sebesar Rp21.073.256,00;
c. Memerintahkan Pejabat Pembuat Komitmen mengurangi pagu bantuan SD/MI bersangkutan sesuai hasil verifikasi dengan dinas teknis.
Surat Kadin kpd PPK tidak ada; Surat Kadin kpd Kasek Torongrejo tidak ada; Surat Kadin kpd PPK utk mengurangi pagu bantuan SD/MI tidak ada.
4 Bukti Pertanggungjawaban Revitalisasi SDN Junrejo 1 Senilai Rp30.749.500,00 Diragukan
Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Sekolah SD yang bersangkutan supaya mempertanggungjawabkan SPJ Swakelola sebesar Rp30.749.500,00 atau menyetorkan ke Kas Daerah apabila tidak dapat mempertanggungjawabkannya.
Tidak dapat menunjukan kegiatan Tahun 2004, krn itu hrs menyetor ke Kasda
5 Proses Penetapan Pemenang Pekerjaan Pembangunan Kantor Infokompus Tahap I Tidak Sesuai Ketentuan
Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga : a. Menegur rekanan yang mengundurkan
diri tanpa alasan yang bisa diterima dan memasukkannya ke dalan daftar hitam rekanan Kota Batu;
b. Memerintahkan Kepala Dinas Pemukiman supaya Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
Teguran Kadin Kimbinamarga kpd rekanan tidak ada; Tidak ada SPJ.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 94
mempertanggungjawabkan kerugian daerah sebesar Rp18.921.301,95 atas jaminan penawaran yang tidak ditarik.
6 Perhitungan RAB Pembangunan Gedung DPRD Tidak Sesuai Ketentuan Sebesar Rp481.696.174,82.
Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Dinas Permukiman dan Bina Marga: a. Menegur Pemimpin Kegiatan yang
menyetujui eskalasi harga pada CCO-I tanpa landasan/argumentasi yang kuat secara yuridis;
b. Menarik kerugian daerah akibat kenaikan harga besi kepada rekanan sebesar Rp481.696.174,82 dan segera disetorkan ke Kas Daerah.
Tidak ada surat teguran Kadin; Belum ada setoran.
b. Hasil pemeriksaan LKPD TA 2006
Dari 25 rekomendasi BPK, 12 telah selesai ditindaklanjuti. Sedangkan 13
rekomendasi belum ditindaklanjuti, yaitu :
No Uraian Rekomendasi Keterangan 1 Pengeluaran untuk Biaya
Pemeliharaan Kendaraan Bermotor Sekda kurang wajar senilai Rp45.679.500,00 dan digunakan untuk satuan kerja lain senilai Rp176.380.600,00.
Walikota untuk: a. Menegur dan memerintahkan
Kepala Bagian Perlengkapan untuk melakukan pembelian BBM sesuai kondisi sebenarnya;
b. Menegur dan memerintahkan Kepala Bagian Perlengkapan untuk tidak membebankan biaya BBM satuan kerja/instansi di luar Sekretariat Daerah ke Pos Sekretariat Daerah.
2 Realisasi setoran bagian laba dari PDAM melebihi ketentuan.
Walikota untuk: a. Menegur dan memerintahkan
Tim Anggaran untuk tidak lagi menganggarkan pendapatan setoran bagian laba dari PDAM melebihi ketentuan yang berlaku;
b. Memerintahkan Kepala Bagian Keuangan untuk menghitung hutang kepada PDAM karena terjadinya kelebihan setor dari PDAM sejak tahun 2004.
3 Pencairan kas untuk Belanja Bantuan Keuangan kepada pemerintah desa/kelurahan tidak segera disalurkan kepada desa/kelurahan.
Walikota untuk menegur dan meminta pertanggungjawaban Pengguna Anggaran Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan serta pertanggungjawaban Kepala Kas Daerah yang menunda pembayaran dana ADD kepada desa/kelurahan.
4 Pendapatan Agropolitan Televisi (A-TV) tidak dicatat bruto.
Walikota untuk: a. Segera menetapkan status
ATV; b. Memerintahkan Kepala Dinas
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 95
Informasi dan Komuniksi untuk melaporkan seluruh penerimaan dan pengeluaran ATV sebagai penerimaan dan pengeluaran dalam APBD.
5 Penyertaan Modal kepada PDAM yang disajikan Pemerintah Kota sebesar Rp400.000.000,00 berbeda dengan yang disajikan oleh PDAM.
Walikota Batu untuk merevisi Berita Acara Serah Terima Bantuan menjadi Berita Acara Penyertaan Modal Pemeritah Kota Batu kepada PDAM.
6 Belanja Modal Meubelair serta Sarana Pembelajaran dan Perpustakaan dibebankan pada Belanja Modal Gedung Sekolah sebesar Rp2.346.000.000,00.
Walikota Batu untuk menegur dan memerintahkan Tim Anggaran agar dalam merencanakan pembebanan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.
7 Pembuatan Bangunan dan Jaringan di Dinas Sumber Daya Air dan Energi sebesar Rp1.258.711.000,00 dibebankan pada Belanja Pemeliharaan dan status aset hasil Belanja Pemeliharaan dan Belanja Modal Sebesar Rp1.720.824.000,00 Belum Jelas Statusnya.
Walikota Batu uuntuk menegur dan memerintahkan Tim Anggaran supaya dalam merencanakan pembebanan anggaran sesuai ketentuan yang berlaku.
8 Realisasi Belanja Modal Gedung sebesar Rp2.024.000.000,00 tidak sesuai dengan prestasi fisik yang dicapai.
Walikota Batu untuk : a. Memerintahkan Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan menegur dan memerintahkan para kepala sekolah untuk mempertanggungjawabkan penggunaan biaya operasional DAK;
b. Memerintahkan Kepala Bagian Keuangan untuk menegur dan memerintahkan Kepala Sub Bagian Pembukuan dan Verifikasi untuk lebih cermat dan tegas dalam melakukan verifikasi SPJ.
9 Belanja modal sebesar Rp5.065.539.200,00 dianggarkan dan dibebankan pada rekening belanja pemeliharaan.
Walikota Batu untuk memerintahkan Dinas PU Bina Marga dan Pemukiman, Bagian Perlengkapan serta Tim Anggaran untuk mengevaluasi kebijakan penganggaran belanja pemeliharaan berkala jalan dan membebankannya sebagai belanja modal bukan belanja pemeliharaan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 96
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pada pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa setiap pejabat negara dan
pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara
diwajibkan mengganti kerugian dimaksud;
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, pada :
1) Pasal 20 :
a) Ayat (1) menyatakan bahwa pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi
dalam laporan hasil pemeriksaan;
b) Ayat (2) menyatakan bahwa pejabat wajib memberikan jawaban atau
penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam
laporan hasil pemeriksaan;
c) Ayat (3) menyatakan bahwa jawaban atau penjelasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 60
(enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima;
d) Ayat (4) menyatakan bahwa BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil
pemeriksaan sebagaimana pada ayat (1);
e) Ayat (5) menyatakan bahwa pejabat yang diketahui tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kepegawaian;
2) Pasal 23 ayat (1) menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga/gubernur/
walikota/direksi perusahaan negara dan badan-badan lain yang mengelola
keuangan negara melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada
BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya
kerugian negara/daerah dimaksud;
3) Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang yang tidak memenuhi
kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi yang disampaikan dalam laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta).
Temuan pemeriksaan BPK yang belum ditindaklanjuti mengakibatkan
kesalahan-kesalahan yang dilaporkan pada laporan hasil pemeriksaan belum diperbaiki
dan ada kemungkinan untuk terulang.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 97
Hal tersebut disebabkan oleh:
a. Kurangnya kesadaran para kepala dinas/satuan kerja untuk menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPK;
b. Kurang aktifnya Badan Pengawasan untuk mengkoordinasikan tindak lanjut atas
hasil pemeriksaan BPK.
Untuk tindak lanjut pada Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Kota Batu Tahun Anggaran 2006, Kepala Badan Pengawasan menjelaskan
bahwa tindak lanjut secara efektif baru dilakukan pada awal Tahun 2008 karena kendala
internal di Bawasda berupa jabatan definitif Kepala Bawasda yang kosong pada Tahun
2006 s.d 2007, mutasi staf, tidak tersedianya data dan informasi yang mendukung serta
beberapa kasus yang terjadi di Pemerintah Kota Batu yang sudah masuk jalur hukum
seperti korupsi, kepangkatan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar:
a. Memerintahkan para kepala dinas/satuan kerja untuk segera menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPK;
b. Menegur Badan Pengawasan untuk segera mengkoordinasikan tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK.
Lampiran 1
NO TANGGAL CEK JUMLAH ALOKASI JUMLAH Ada SP2D Jumlah selisihPengembalian Brankas Panjar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
1 1 01 2007 Terdapat uang tunai di awal tahun 500.000.000 500.000.000 500.000.000
2 02 2007 (11.955.021) Pembayaran SP2D diambilkan dari brankas (Capil) (12.000.000) (ada SP2D)Selisih ini terjadi karena pembayaran SP2D diambilkan dari brankastidak melalui pencairan dengan cek
- (12.000.000) (12.000.000)
3 05 03 2007 CEK NO 839715 500.000.000 SPM 2787/BP/PL/2006 CV KENCONO AGUNG 51.204.045 51.204.045 SPM 2784/BP/PL/2006 CV INDRA CIPTA 66.255.128 66.255.128 SPM 2785/BP/PL/2006 LAMBANG WAHYU INSANI 36.034.332 36.034.332 SPM 2783/BP/PL/2006 CV INDRA CIPTA 174.065.106 174.065.106 BRANKAS 7.444.639 7.444.639
SP2D KLH 77.260.750 SP2D PERTANIAN 87.736.000 164.996.750
500.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengambilan dengan cek untukmembayar SPM tahun 2006 dan sebagian disimpan di brankas.
4 14 03 2007 CEK NO 83974 2.704.869.200 TRANSFER PEMBAYARAN SPM PT AMIN KARYA LAKSANA 1.700.000.000 Selisih terjadi karena pengambilan dengan cek sebesarRp2.704.869.200,00 untuk dipinjam PT. AKL, salah satu rekananyang sedang mengerjakan proyek (dalam lingkup kegiatan DinasKimpraswil).Dari jumlah tersebut, telah dikembalikan oleh PT AKL tgl.28 Desember 2007 sebesar Rp1.700.000.000. Sisanyadiperhitungkan dengan pinjaman yang dimiliki Kasda kepada PT AKLsebesar Rp939.199.000,00 sehingga PT AKL masih memilikipinjaman Rp65.670.200,00.
1.004.869.200 2.704.869.200
2.200.000.000 164.996.750 3.032.427.811 7.444.639 - 3.039.872.450
5 05 04 2007 CEK NO 839721 481.390.089 PEMBAYARAN SP2D SETWAN 265.000.089 PEMBAYARAN SP2D PERINDAG 81.390.000 346.390.089 PENGEMBALIAN SP2D DIKNAS 100.000.000 100.000.000 BRANKAS 35.000.000 35.000.000
Selisih terjadi karena pengambilan uang dengan cek Rp481.390.089,sebesar Rp100 juta digunakan untuk bayar pinjaman ke Diknas danRp35 juta disimpan di brankas
481.390.089
6 12 04 2007 CEK NO BC839724 355.240.000 PEMBAYARAN SP2D KESBANGLINMAS 40.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERHUBUNGAN 17.240.000 PEMBAYARAN SP2D PKK 250.000.000 307.240.000 SETDA (panjar) 48.000.000 48.000.000
Selisih terjadi karena adanya panjar. Bukti permintaan panjar tidakada. Namun, panjar ini telah dipertanggunjawabkan denganpengajuan SPP, SPM dan penerbitan SP2D tanggal 14 Agustus2007.
355.240.000
RINCIAN PENJELASAN SELISIH
TOTAL MARET
TOTAL FEBRUARI
Non Posting (Tanpa SP2D)
TOTAL JANUARI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
7 13 04 2007 CEK NO 839759 591.900.000 PENGEMBANLIAN SP2D PMP 60.000.000 60.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERSIKOBA 300.000.000 300.000.000 BRANKAS 140.000.000 140.000.000 PEMBAYARAN SP2D KESRA 74.500.000 PEMBAYARAN SP2D KEC BUMIAJI 17.400.000 91.900.000
Selisih terjadi karena adanya pengambilan cek untuk mengembalikanpinjaman sebesar Rp360 juta ke PMP dan Persikoba, Rp140 jutadisimpan dalam brankas dan sisanya untuk pembayaran yangmemang ada SP2Dnya yaitu Kesra dan Kec. Bumiaji (seperti dalamtabel).
591.900.000
8 16 04 2007 CEK NO 839725 450.000.000 PEMBAYARAN RTGS CV BAROKAH 397.633.510 397.633.510 BRANKAS 52.366.490 52.366.490
Selisih terjadi karena adanya pencairan cek Rp450 juta, untukpengembalian CV Barokah sebesar Rp397.633.510 dan untukbrankas sebesar Rp52.366.490.
450.000.000
-
9 18 04 2007 CEK NO 839727 300.000.000 PEMBAYARAN SP2D SATPOL 24.600.000 24.600.000 PENGEMBALIAN SP2D PERINDAG 81.390.000 81.390.000 BRANKAS 144.010.000 144.010.000 PENGEMBALIAN SP2D SETWAN 35.000.000 35.000.000 PENGEMBALIAN SP2D PEMERINTAHAN 15.000.000 15.000.000
Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman ke SP2DPerindag, Setwan dan Pemerintahan dan penyimpanan di brankas.
300.000.000
10 30 04 2007 CEK NO 84003 621.570.900 PEMBAYARAN SP2D PERTANIAN 39.600.000 PEMBAYARAN SP2D PERHUBUNGAN 8.850.000 PEMBAYARAN SP2D PERHUBUNGAN 16.400.000 PEMBAYARAN SP2D PARIWISATA 72.000.000 PEMBAYARAN SP2D WALIKOTA 20.000.000 PEMBAYARAN SP2D CAPIL 4.840.000 PEMBAYARAN SP2D DISPENDA 9.200.000 PEMBAYARAN SP2D PERTANIAN 51.300.000 PEMBAYARAN SP2D HUKUM 122.403.900 PEMBAYARAN SP2D KESRA 24.885.000 PEMBAYARAN SP2D KEUANGAN 52.092.000 421.570.900 PEMBAYARAN KMG 105.049.930 105.049.930 BRANKAS 94.950.070 94.950.070
Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman berupa KreditMulti Guna (KMG) di Bank Jatim dan penyimpanan di brankas.
621.570.900
2.800.100.989 1.191.700.989 1.094.073.440 466.326.560 48.000.000 1.608.400.000TOTAL APRIL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
11 01 05 2007 CEK NO 839731 408.220.821 PEMBAYARAN GAJI DEWAN 223.625.821 PEMBAYARAN SP2D HONOR TENAGA AHLI SETWAN 3.500.000 PEMBAYARAN SP2D SETWAN 31.095.000 258.220.821 Brankas 150.000.000 150.000.000
Selisih terjadi karena adanya pegembalian pinjaman SP2Dpemerintahan. 408.220.821
12 07 05 2007 CEK BC 840038 238.182.500 PEMBAYARAN SP2D PERTANAHAN 30.000.000 PEMBAYARAN SP2D DINKES 108.182.500 138.182.500 PENGEMBALIAN SP2D DEWAN 100.000.000 100.000.000
Selisih terjadi karena adanya pegembalian pinjaman SP2D Dewan. 238.182.500
13 09 05 2007 CEK NO 840040 150.000.000 PENGEMBALIAN SP2D KEUANGAN 20.000.000 20.000.000 PENGEMBALIAN DISHUB 91.800.500 91.800.500 BRANKAS 38.199.500 38.199.500
Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D keuangan danDishub dan penyimpanan selisih pencairan ke brankas.
150.000.000 -
14 10 05 2007 CEK PAD 84004 138.900.000 SP2D KESBANG 13.900.000 SP2D KESBANG KPU 5.000.000 18.900.000 PENGEMBALIAN SP2D SETWAN 65.000.000 65.000.000 BRANKAS 55.000.000 55.000.000
Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman SP2D Setwandan penyimpanan di brankas. 138.900.000
15 11 05 2007 CEK NO 840042 1.262.502.625 PEMBAYARAN SP2D SETDA PJU 703.902.625 CEK NO 840043 70.000.000 PEMBAYARAN SP2D KASDA 4.100.000
PEMBAYARAN SP2D PERKIM 18.000.000 PEMBAYARAN SP2D BAPEDA 14.800.000 PEMBAYARAN SP2D DIKNAS 20.700.000 PEMBAYARAN SP2D DIKNAS 15.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERSIKOBA 400.000.000 PEMBAYARAN SP2D PEMERINTAHAN (SETDA) 70.000.000 PEMBAYARAN SP2D KLH 36.000.000 1.282.502.625 PENGEMBALIAN SP2D KASDA 35.000.000 35.000.000 BRANKAS 15.000.000 15.000.000
Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman SP2D Kasdadan penyimpanan di brankas.
1.332.502.625
16 21 05 2007 CEK NO 840047 585.081.123 PEMBAYARAN SP2D PERTANAHAN 53.439.000 PEMBAYARAN SP2D KB KESOS 130.000.000 PEMBAYARAN SP2D DIKNAS 6.949.623 PEMBAYARAN SP2D KESBANG 21.050.000 SETDA 23.642.500 235.081.123 PENGEMBALIAN SP2D DIKNAS 350.000.000 350.000.000
Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman SP2D Diknasdan penyimpanan di brankas.
585.081.123
17 29 05 2007 CEK BC 840276 163.466.621 PERTANAHAN 79.000.000 SP2D SETDA 7.013.180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)SP2D SETDA 13.450.000 SP2D SETDA 4.003.441 PANJAR SETDA 60.000.000 60.000.000
Selisih terjadi karena adanya pemberian panjar (tidak ada SPP,SPMdan SP2D). Bukti permintaan/pemberian panjar tidak ada. Panjar initelah dipertanggungjawabkan dengan SPP, SPM dan PenerbitanSP2D tanggal 14 September 2007.
163.466.621
18 31 05 2007 CEK BC 840278 981.407.750 PEMBAYARAN KMG 106.316.630 106.316.630 CEK bc 840279 150.000.000 PENGEMBALIAN PERTANAHAN 825.000.000 825.000.000
SP2D DIKNAS 35.095.000 SP2D SDAE 61.786.250 SP2D KASDA 59.526.500 156.407.750 BRANKAS 43.683.370 43.683.370
Selisih terjadi karena adanya pengembalian KMG, Pertanahan danpenyimpanan di brankas. 1.131.407.750
2.089.294.819 1.593.117.130 301.882.870 60.000.000 1.955.000.000
19 11 06 07 CEK BC 840281 227.970.000 SETDA 71.600.000 PANJAR SETDA 74.800.000 74.800.000 SP2D PARIWISATA 30.896.000 SP2D SATPOL PP 8.200.000 SP2D KEC. BUMIAJI 5.750.000 SP2D SDAE 11.600.000 SP2D PERINDAG 25.124.000 153.170.000
Selisih terjadi karena adanya pemberian panjar (tidak ada SPP,SPMdan SP2D). Bukti permintaan/pemberian panjar tidak ada. Panjar initelah dipertanggungjawabkan dengan SPP, SPM dan PenerbitanSP2D tanggal 14 September 2007.
227.970.000
20 13 06 2007 CEK NO 840283 159.414.500 PEMBAYARAN SP2D PERINDAG 18.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 35.176.000 53.176.000 PERSIKOBA 100.000.000 100.000.000 BRANKAS 6.238.500 6.238.500
Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman ke persikobadan penyimpanan di brankas. 159.414.500
21 20 06 2007 CEK NO 840256 855.000.000 PEMBAYARAN SP2D KESRA KNPI 30.000.000 30.000.000 PEMBAYARAN SP2D MASJID NURUL IMAN 25.000.000 25.000.000 PEMBAYARAN SP2D KESRA FKUB 9.669.000 9.669.000 PEMBAYARAN SP2D KESRA MTQ PROP 3.500.000 3.500.000 SP2D PERTANAHAN 100.000.000 100.000.000 PEMBAYARAN SP2D PRAMUKA 100.000.000 100.000.000 PENGEMBALIAN SP2D KASDA 35.000.000 35.000.000 PENGEMBALIAN SP2D PEMERINTAHAN 15.000.000 15.000.000 PEMBAYARAN PAJAK DKP 9.030.000 9.030.000 PEMBAYARAN SP2D SETDA (PANJAR) 55.000.000 55.000.000 PEMBAYARAN KMG 155.612.366 155.612.366 BRANKAS 317.188.634 317.188.634
Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D (seperti daftartersebut), panjar Setda pembayaran KMG, dan penyimpanan dibrankas.
855.000.000
1.086.014.500 206.346.000 582.811.366 323.427.134 129.800.000 1.036.038.500
TOTAL MEI
TOTAL JUNI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
22 13 07 2007 cek BC 840261 SP2D 244 SP2D PRAMUKA 150.000.000 150.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman SP2DPramuka.
23 17 07 2007 cek BC 840263 SP2D 274 SP2D PERSIKOBA 200.000.000 200.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian pinjaman SP2DPersikoba.
24 20 07 2007 PANJAR PEMERINTAHAN 82.533.000 82.533.000 Selisih terjadi karena adanya pemberian panjar (tidak ada SPP,SPMdan SP2D). Bukti permintaan/pemberian panjar tidak ada. Panjar initelah dipertanggungjawabkan dengan SPP, SPM dan PenerbitanSP2D tanggal 14 September 2007.
432.533.000 - 350.000.000 - 82.533.000 432.533.000
25 14 08 2007 CEK NO 164095 647.856.685 PEMBAYARAN SP2D TORONGREJO 166.387.500 166.387.500 PEMBAYARAN SP2D PANDANREJO 148.837.500 148.837.500 PEMBAYARAN SP2D SONGGOKERTO 166.387.500 166.387.500 PEMBAYARAN SP2D KASDA 9.890.490 9.890.490 BRANKAS 8.497.010 8.497.010 PEMBAYARAN SP2D SDA 1.200.000 PEMBAYARAN SP2D SDA 800.000 PEMBAYARAN SP2D SDA 2.985.000 PEMBAYARAN SP2D KLH 29.707.525 PEMBAYARAN SP2D KLH 43.310.100 PEMBAYARAN SP2D KLH 14.300.000 PEMBAYARAN SP2D KLH 26.410.400 PEMBAYARAN SP2D PERINDAG 643.660 PEMBAYARAN SP2D INFOKOM 15.700.000 PEMBAYARAN SP2D BAWAS 12.800.000 147.856.685 Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D (seperti dalamdaftar tersebut dan penyimpanan di brankas.
647.856.685
26 15 08 2007 CEK NO 840273 1.022.005.000 TK MUTIARA ABADI (Diknas) 15.000.000 15.000.000 PEMBAYARAN SP2D SUMBERBRANTAS 166.387.500 166.387.500 PEMBAYARAN SP2D PESANGGRAHAN 201.487.500 201.487.500 PEMBAYARAN SP2D TULUNGREJO 219.037.500 219.037.500 PEMBAYARAN SP2D SUMBERGONDO 148.837.500 148.837.500 PEMBAYARAN SP2D DADAPREJO 148.837.500 148.837.500 BRANKAS 412.500 412.500 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 6.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 6.180.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 8.500.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 17.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 1.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 1.500.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 10.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM 30.000.000 PEMBAYARAN SP2D KESBANG 6.175.000 PEMBAYARAN SP2D KESBANG 33.250.000 PEMBAYARAN SP2D KESBANG 2.400.000 122.005.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D (seperti dalamdaftar tersebut) dan penyimpanan di brankas.
1.022.005.000
TOTAL JULI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
27 16 08 2007 CEK BC 840274 855.000.000 PEMBAYARAN SP2D SISIR 201.487.500 201.487.500 PEMBAYARAN SP2D TEMAS 201.487.500 201.487.500 PEMBAYARAN SP2D BUMIAJI 183.937.500 183.937.500 PEMBAYARAN SP2D BEJI 148.837.500 148.837.500 BRANKAS 14.250.000 14.250.000 PEMBAYARAN SP2D KOP & UKM 11.100.000 PEMBAYARAN SP2D DKP 31.800.000 PEMBAYARAN SP2D CAPIL 17.100.000 PEMBAYARAN SP2D PEMERINTAHAN 45.000.000 105.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D (seperti dalamdaftar tersebut) dan penyimpanan di brankas.
855.000.000
28 23 08 2007 CEK CC164063 610.361.500 PEMBAYARAN SP2D DESA TLEKUNG 148.837.500 440.000.000 PEMBAYARAN SP2D DESA SIDOMULYO 148.837.500 PEMBAYARAN SP2D GUNUNGSARI 166.387.500 PEMBAYARAN SP2D DISPERINDAG 3.600.000 PEMBAYARAN SP2D DISPERINDAG 7.200.000 PEMBAYARAN SP2D DISPERINDAG 22.000.000 PEMBAYARAN SP2D DISPERINDAG 37.561.500 70.361.500 PEMBAYARAN SISA SP2D KESRA 100.000.000 100.000.000
634.424.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D (seperti dalamdaftar tersebut)
29 28 08 2007 PANJAR BAGIAN UMUM 79.367.113 79.367.113 14 8 2007 0242/VIII/SP2D/LS/2007 PENGEMBALIAN PANJAR SETDA BLN APRIL (48.000.000) (48.000.000) 28 8 2007 0385/VIII/SP2D/LS/2007 PENGEMBALIAN PANJAR SETDA BLN APRIL (600.000) (600.000)
Selisih terjadi karena adanya panjar dari bagian umum (menambahselisih), pengembalian panjar dari setda (mengurangi selisih). JumlahRp600.000 adalah kelebihan SP2D dibandingkan dengan kas yangkeluar (kas yang keluar Rp9.950.000 sedangkan SP2D sebesarRp10.550.000. Nomor SP2D 0385/VIII/SP2D/LS/2007
2.720.767.113 445.223.185 2.666.840.490 23.159.510 30.767.113 2.720.767.113
30 06 09 2007 CEK CC 164069 288.667.000 PEMBAYARAN SP2D DISPERINDAG 2.427.000 PEMBAYARAN SP2D PERTANAHAN 14.800.000 PEMBAYARAN SP2D DKP 47.740.000 PEMBAYARAN SP2D DIKNAS 20.700.000 PEMBAYARAN SP2D DIKNAS 3.000.000 88.667.000 PEMBAYARAN SISA SP2D DISPENDA 200.000.000 200.000.000
Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D Dispenda 288.667.000
TOTAL AGUSTUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
31 07 09 2007 CEK NO 164071 500.000.000 PEMBAYARAN PAM DKB NGAGLIK 59.550.000 1.000.000.000,00CEK NO 164072 500.000.000 PEMBAYARAN PAM DKB TEMAS 59.550.000
PEMBAYARAN PAM DKB PESANGGRAHAN 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB JUNREJO 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB PENDEM 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB BEJI 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB TORONGREJO 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB BUMIAJI 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB GIRIPURNO 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB GUNUNGSARI 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB TULUNGREJO 59.550.000 PEMBAYARAN PAM DKB SUMBEREJO 59.550.000 PERSIKOBA 250.000.000 PEMBAYARAN SP2D KASDA 7.085.595 PEMBAYARAN SISA SP2D SETWAN 40.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D (seperti dalamdaftar tersebut) 1.011.685.595
32 11 09 2007 Cek CC 164073 20.600.000 PANJAR SETDA (KEPEGAWAIAN) 20.600.000 20.600.000 Selisih terjadi karena adanya panjar sebesar rp20.600.000,00.Panjar tersebut dipertanggungjawabkan pada tgl. 24 September2007, SP2D-nya tergabung dalam jumlah Rp50 juta.
33 13 09 2007 Cek CC 164074 KESRA DI REGISTER Rp250.542.810, berdasar cek gabungan (542.810) seharusnya Rp250.000.000,00
SP2D No. 199-201 tgl.13 Sept 2007
Selisih disebabkan karena SP2D-nya lebih sebesar Rp542.810dibandingkan pengeluaran riil sebesar Rp250 juta
34 14 09 2007 SP2D No. 204-213 PENGEMBALIAN PANJAR (74.800.000) (74.800.000) SP2D No. 214-217 PENGEMBALIAN PANJAR (60.000.000) (60.000.000) SP2D No. 218-220 PENGEMBALIAN PANJAR (82.533.000) (82.533.000)
Selisih terjadi karena tidak ada pengeluaran riil, tetapi adapembukuan SP2D di register dan BKU. SP2D tersebut adalahpertanggungjawaban (Spj) untuk panjar tgl.11Juni 2007 untuk nilaiRp74.800.000, tgl.29 Mei 2007untuk nilai Rp60 juta dan tanggal 20Juli 2007 untuk nilai Rp82.553.000,00.
35 18 09 2007 CEK NO 164101 254.257.900 PEMBAYARAN SP2D KESRA 38.500.000 9.500.000 PEMBAYARAN SP2D KASDA 5.680.800 PEMBAYARAN SP2D KLH 286.250 PEMBAYARAN SP2D KLH 6.000.000 PEMBAYARAN SP2D KLH 13.971.650 PEMBAYARAN SP2D KECAMATAN BATU 20.550.000 PEMBAYARAN SP2D PARIWISATA 3.000.000 PEMBAYARAN SP2D PARIWISATA 18.000.000 PEMBAYARAN SP2D BAWAS 12.800.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 40.000.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 3.000.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 1.500.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 5.250.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 4.500.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 4.650.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 450.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 13.050.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 450.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 8.500.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 3.750.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 24.000.000 PEMBAYARAN SP2D KB & KESOS 14.800.000 PEMBAYARAN SP2D KEC BUMIAJI 5.750.000 204.257.900 BRANKAS 5.819.200
SP2D No. 282, 283, 284 bulan September 2007
Selisih terjadi karena adanya pengeluaran kas sebesar Rp50 jutatetapi jumlah pengeluaran sesuai SP2D sebesar Rp40.500.000 terdiridari 3 SP2D sebesar Rp15 juta, Rp25 juta dan Rp500 ribu. SP2Dyang dibukukan dalam BKU berbeda dengan penggunaanpengeluaran yang sebenarnya. Penggunaan kas adalah untukpembayaran SP2D Kesra, Kasda dan untuk disimpan di brankas,sedangkan sesuai SP2D adalah untuk belanja sosialkemasyarakatan (Kesra)
254.257.900
36 20 09 2007 CEK CC 164076 463.307.000 PEMBAYARAN SP2D SATPOL/BEBAN KERJA 5.000.000 PEMBAYARAN SP2D SATPOL/KONDISI KERJA 4.000.000 PEMBAYARAN SP2D BAPEDA/BEBAN KERJA 13.900.000 PEMBAYARAN SP2D KOP & UKM/BEBAN KERJA 4.850.000 PEMBAYARAN SP2D KESEHATAN/BEBAN KERJA 18.000.000 PEMBAYARAN SP2D PMP/BEBAN KERJA 5.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/PERANGKO 2.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/ATK 1.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/JASA KOMUNIKASI 1.885.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/PEMELIHARAAN KENDARAAN 9.320.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/CETAK 1.450.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/LISTRIK 1.500.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/KEBERSIHAN 750.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/MAMIN 6.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/PERJALANAN DINAS 12.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/PD DLM DAERAH 2.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/KURSUS 11.000.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/LEMBUR JAN-APRIL 4.200.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/LEMBUR MARET-MEI 1.542.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/LEMBUR JAN-JULI 19.290.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/LEMBUR APRIL 1.185.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/LEMBUR MARET 1.185.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/KONDISI KERJA 18.250.000 PEMBAYARAN SP2D PERKIM/BEBAN KERJA 18.000.000 163.307.000 PEMBAYARAN PERSIKOBA 300.000.000 300.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian ke Persikoba 463.307.000
37 21-Sep-07 0319/IX/SP2D/LS/2007 SP2D KESRA FKPPI (10.000.000) (10.000.000) SP2D ini ada di register tetapi tidak ada pengeluaran riil sebesarRp10 juta yang berasal dari pencairan cek. Sesuai penjelasan KuasaBUD periode sebelum Oktober 2007, pengeluaran tersebutdiambilkan dari brankas.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
38 24-Sep-07 349/IX/SP2D/LS/2007 SP2D SETDA/PERJALANAN DINAS (20.600.000) (20.600.000) Cek CC 164103 (di register Rp50 jt, berdasarkan cek Rp29.400.000,00)
Selisih disebabkan SP2D Rp50 juta, pengeluaran riil Rp29.400.000.SP2D tersebut sebagiannya atau Rp20.600.000 adalahpertanggungjawaban panjar tgl. 11 Sept 2007
39 350/IX/SP2D/LS/2007 SP2D SETDA/SELAMATAN (79.367.113) (79.367.113) Cek CC 164103, SP2D 350/351
Selisih disebabkan SP2D Rp95.225.000, pengeluaran riilRp15.857.887,00. SP2D tersebut sebagiannya atau Rp79.367.113adalah pertanggungjawaban panjar tgl. 28 Agustus 2007
40 25 09 2007 CEK NO 164104 841.700.000 PEMBAYARAN SP2D PERHUBUNGAN 6.600.000 PEMBAYARAN SP2D PERHUBUNGAN/BK 4.100.000 PEMBAYARAN SP2D PERHUBUNGAN/KK 2.000.000 PEMBAYARAN SP2D KEC JUNREJO 4.000.000 16.700.000 PEMBAYARAN SISA SP2D PERTANAHAN 825.000.000 (40.000.000)
41 0356//SP2D/LS/2007 Di register/BKU tertulis Rp865 juta, pengeluaran riil berdasarkancatatan kendali Rp825 juta sehingga selisih (lebih) pada BKUsebesar Rp40.000.00. SP2D yang dibukukan di BKU adalah untukBelanja Sosial Kemasyarakatan(5.1.5.01)
841.700.000
42 27 09 2007 CEK NO 164105 985.931.900 PEMBAYARAN SP2D PERTANAHAN 567.160.000 DINKES 4.300.000 PARIWISATA 1.800.000 PARIWISATA 40.000.000 PARIWISATA 67.000.000 DKP 105.950.000 DKP 61.077.000 KLH 20.426.900 KASDA 2.000.000 KASDA 11.000.000 KASDA 1.950.000 KASDA 3.000.000 KASDA 2.000.000 KASDA 108.000 KASDA 5.320.000 325.931.900 PANJAR SP2D KESRA 90.000.000 BRANKAS 2.840.000 521.480.000
445/IX/SP2D/LS/2007 Selisih terjadi karena adanya pengeluaran sebesar Rp660 juta,namun bukti SP2D hanya sebesar Rp 138.520.000,00 (SP2D Nomor445/SP2D/IX/LS/2007)
985.931.900
43 28-Sep-07 454/IX/SP2D/LS/2007 SP2D SETDA/KEPEGAWAIAN (55.000.000) (55.000.000) CC 164079 (Di register tertulis Rp91.253.000 di catt kendali Rp36.253.000)
Selisih disebabkan SP2D Rp91.253.000,00 pengeluaran riilRp36.253.000. Selisih sebesar Rp55 juta karena dalam SP2Dtersebut terdapat pertanggungjawaban panjar tgl. 28 Agustus2007sebesar Rp55 juta.
CC 164079 PANJAR SETDA 25.000.000 25.000.000 selisih terjadi karena adanya panjar
2.073.627.000 1.990.437.190 (10.000.000) (326.700.113) 1.653.737.077TOTAL SEPTEMBER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11(8+9+10)
44 3 10 2007 PANJAR-KESRA BNK 600.000 600.000 SP2D dari panjar kesra ini telah tergabung dalam SP2D Nomor 385tanggal 28 Agustus 2007.
45 04 10 2007 CEK CC164083 200.000.000 PEMBAYARAN SISA SP2D DIKNAS 25.000.000 25.000.000 PEMBAYARAN SISA SP2D KESRA 24.500.000 24.500.000 PEMBAYARAN SISA SP2D KESRA BNK 600.000 600.000 PANJAR SP2D SATPOL 20.820.000 20.820.000 PENGEMBALIAN SP2D PEMERINTAHAN 25.000.000 25.000.000 BRANKAS 68.874.700 68.874.700 TRANSFER REKENING JAYA PRATAMA 35.205.300 35.205.300 Selisih terjadi karena adanya pengembalian Sisa SP2D seperti dalamdaftar tersebut dan adanya penyimpanan di brankas
200.000.000
46 05 10 2007 CEK CC164106 100.000.000 PENGEMBALIAN PERSIKOBA 60.000.000 PENGEMBALIAN SP2D INFOKOM 40.000.000 100.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian Sisa SP2D seperti dalamdaftar tersebut dan adanya penyimpanan di brankas
100.000.000
47 09 10 2007 CEK CC 164108 155.000.000 PENGEMBALIAN SP2D KASDA 100.000.000 155.000.000 PENGEMBALIAN SP2D SATPOL 50.000.000 PENGEMBALIAN KEPEGAWAIAN 10.000.000 Selisih terjadi karena adanya pengembalian SP2D seperti dalamdaftar. 160.000.000
48 10 10 2007 CEK CC164109 300.000.000 PANJAR 300.000.000 300.000.000 11 10 2007 20.000.000 KESRA AN NUR 20.000.000 20.000.000
Selisih terjadi karena adanya panjar seperti dalam daftar.870.347.000 - 365.305.300 68.874.700 341.420.000 775.600.000
11.675.012.727 1.669.115.413 365.820.000 13.709.948.14042.576
13.709.990.716JUMLAH SEHARUSNYASelisih yang belum dapat dijelaskan
JUMLAH TOTALTOTAL OKTOBER
Lampiran 2Nomor Rekening : 1.20.03.16.01
Nama kegiatan : Dialog / audiensi dengan Tokoh Masyarakat dan Ormas
Kode rekening : 1.20.03.16.01.5.2.2.15.01
Nama rekening : Biaya Perjalanan Dinas Dalam Daerah
No Tanggal Uraian Jumlah Pelaksana Keterangan
1 01/02/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 7,12 Januari 2007 600.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
2 12/02/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,7,9 Peb 2007 1.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
3 12/02/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 10 Pebr 2007 300.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
4 25/02/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 2,9,23 Pebr 2007 900.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
5 26/02/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 23,25 Pebr 2007 1.000.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
6 27/02/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 21,25 Pebr 2007 600.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
7 02/02/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 5,19,26 Jan 2007 900.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
8 20/02/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 10,16,18 Pebr 2007 1.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
9 31/03/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 2,3,9 Maret 2007 1.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
10 31/03/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 23 Maret 2007 300.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
11 31/03/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,2,3,26 Maret 2007 1.200.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
12 31/03/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 16,23,30 Maret 2007 1.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
13 30/04/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 17,30 April 2007 600.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
14 30/04/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,6,7,8 April 2007 2.000.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
15 30/04/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 2,12 April 2007 1.000.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
16 30/04/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 9,13,17 April 2007 1.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
17 30/04/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 20,27,28,30 April 2007 2.000.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
18 30/04/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 6,7April 2007 600.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
19 31/05/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,2,6 Mei 2007 1.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
20 31/05/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,8,18,21,29 Mei 2007 600.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
21 31/05/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,8,18,21,29 Mei 2007 2.000.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
22 31/05/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 5,8,11,27,30 Mei 2007 1.500.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
23 26/06/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka rakor Muspida tgl 5,15,25,26 Juni 2007 2.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
24 28/06/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,8,15,19,22,26,28 Juni 2007 3.500.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
25 29/06/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,8,15,22,29 Juni 2007 2.000.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
26 20/07/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,6,7,13,20 Juli 2007 1.500.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
27 22/07/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 15,17,18,19,22 Juli 2007 1.500.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
28 30/07/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 21,23,24,27,30 Juli 2007 1.500.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
29 31/07/2007 Biaya perjalanan dinas KDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 28,31 Juli 2007 600.000,00 Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
30 31/08/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 1,4,5,7,8 Agustus 2007 1.500.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
31 31/08/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka dialog dgn tokoh masy,ormas&orsos tgl 16,18,19,20,22,24 Agust 2007 1.800.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
32 31/08/2007 Biaya perjalanan dinas WaKDH dalam rangka pembukaan Jambore UKS siswa SMK 2007 tgl 4 Agustus 2007 500.000,00 Wakil Walikota Bukti kuitansi tanda terima, tidak ada Surat Tugas dan SPPD
JUMLAH 42.000.000,00
Lampiran 3
No Partai Jenis Pengeluaran Tgl kuitansi Uraian Jumlah Bukti1 PNI Marhaenisme Biaya perjalanan rapat 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n H Kadarianto 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas
07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Dorahman 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Supriadi 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Mariadi 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Slamet 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Wibowo 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Toyib 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Wito BL 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n K Solikin 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Sutrisno 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Mistari 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 07/10/2007 Biaya perjalan rapat a/n Imam 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas
T o t a l 2.400.000,00 2 Partai Amanat Biaya perjalanan 04/01/2007 Presentasi budidaya hortikultura di DPW 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas
Nasional 10/02/2007 Pelatihan kepemimpinan dengan IRI 600.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 18/02/2007 Undangan pertemuan Badan EKJU & W 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 17/03/2007 Undangan Pelatihan Public Relation 400.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 23/03/2007 Undangan Up Grading Manajemen Partai 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 25/05/2007 Undangan membuka peluang bisnis holtikultura 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 17/06/2007 Pelatihan strategi advokasi dan penanganan 200.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 12/08/2007 Undangan pelatihan politik perempuan dengan IRI 600.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas
15-16/12/2007 Undangan pelatihan politik perempuan dengan IRI 400.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas 19/12/2007 Undangan ke Bakesbanglinmas 100.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas
T o t a l 3.100.000,00
3 Partai Demokrat Pemeliharaan Data dan Arsip - Honorarium 5 Orang Pengurus 2.500.000,00 tanpa kuitansi
T o t a l 2.500.000,00 4 Partai Damai 06/01/2007 Biaya Rapat ke Surabaya DPW 3 Orang 375.000,00 kuitansi saja tanpa Surat Tugas
Sejahtera
T o t a l 375.000,00 5 Partai Golkar Honorarium 31/8/2007 Honorarium staf DPD Januari s.d Agustus 22.000.000,00 kuitansi tanda terima tanpa SK Parpol
30/9/2007 Honorarium staf DPD bulan September 2.750.000,00 kuitansi tanda terima tanpa SK Parpol31/10/2007 Honorarium staf DPD bulan Oktober 2.750.000,00 kuitansi tanda terima tanpa SK Parpol31/10/2007 Honorarium staf DPD bulan November 2.750.000,00 kuitansi tanda terima tanpa SK Parpol31/12/2007 Honorarium staf DPD bulan Desember 2.750.000,00 kuitansi tanda terima tanpa SK Parpol
Biaya Perjalanan 31/8/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Batu 4.800.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Januari s.d Agustus
DENGAN BUKTI TIDAK LENGKAPTAHUN ANGGARAN 2007
PERINCIAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN KEPADA PARTAI POLITIK
No Partai Jenis Pengeluaran Tgl kuitansi Uraian Jumlah Bukti
31/8/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Junrejo 4.800.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Januari s.d Agustus
31/8/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se Kecamatan Bumiaji 5.400.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Januari s.d Agustus
30/9/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Batu 600.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPerode Bulan September 2007
30/9/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Junrejo 525.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan September 2007
30/9/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Bumiaji 675.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan September 2007
31/10/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Batu 600.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Oktober 2007
31/10/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Junrejo 525.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Oktober 2007
31/10/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Bumiaji 675.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Oktober 2007
31/11/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Batu 600.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan November 2007
31/11/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Junrejo 625.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan November 2007
31/11/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Bumiaji 675.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan November 2007
31/12/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Batu 600.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Desember 2007
31/12/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Junrejo 525.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Desember 2007
31/12/2007 Biaya Perjalanan Dinas Pimpinan Desa / Kelurahan se-Kecamatan Bumiaji 675.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasPeriode Bulan Desember 2007
31/12/2007 Biaya Perjalanan mengantar Undangan 21 Kali Rapat DPD Partai GOLKAR 630.000,00 kuitansi saja tanpa Surat TugasKota Batu periode Bulan Januari s.d Desember 2007
T o t a l 55.930.000,00
Total untuk penggunaan bantuan dengan bukti tidak lengkap 64.305.000,00
Lampiran 4
No Partai Jenis Pengeluaran Tgl kuitansi Uraian Jumlah Bukti1 PNI Marhaenisme Administrasi Umum 10/01/2007 Subsidi pembangunan kantor karang taruna Giripurno 300.000,00 kuitansi tanda terima
15/01/2007 Santunan + pengajian umum 100.000,00 kuitansi tanda terima24/11/2007 Sumbangan musyawarah cabang PNI Marhaenisme Sekaresidenan Malang 400.000,00 kuitansi tanda terima05/12/2007 Beli bensin 100.000,00 nota bensin09/12/2007 Beli bensin 100.000,00 nota bensin11/12/2007 Iklan ucapan duka cita Walikota Batu 500.000,00 kuitansi tanda terima12/12/2007 Donasi program selamatan bersih desa Pandanrejo Th 2008 350.000,00 kuitansi tanda terima
Honorarium 07/10/2007 Bantuan operasional PAC Junrejo 1.550.000,00 kuitansi tanda terima07/10/2007 Biaya operasional kantor selama 1 tahun 6.000.000,00 kuitansi tanda terima07/10/2007 Biaya operasional PAC Bumiaji 1.700.000,00 kuitansi tanda terima07/10/2007 Biaya operasional PAC Batu 1.700.000,00 kuitansi tanda terima
T o t a l 12.800.000,00 2 Partai Keadilan Langganan Langganan koran Jawa Pos 12 bulan @ 70.000 840.000,00 kuitansi
Sejahtera daya dan jasa Langganan koran Surya 3 bulan @ 29.000 87.000,00 kuitansi
T o t a l 927.000,00 3 Partai Amanat Pemeliharaan Data 16/02/2007 Dana operasional DPC Bumiaji 1.000.000,00 kuitansi
Nasional dan Arsip 16/02/2007 Dana operasional DPC Junrejo 1.000.000,00 kuitansi 03/04/2007 Muscab DPC Kec Batu 1.000.000,00 kuitansi 10/06/2007 Musyrant Tlekung 250.000,00 kuitansi 26/06/2007 Dana pembinaan DPC Junrejo 2.000.000,00 kuitansi 26/06/2007 Pengadaan bendera partai 2.500.000,00 kuitansi 22/07/2007 Dana pembinaan DPRt Tlekung 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPC Bumiaji 2.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Bumiaji 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Tulungrejo 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Punten 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Gunungsari 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Bulukerto 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Pandanrejo 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Giripurno 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Sumbergondo 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Dana pembinaan DPRt Sumberbrantas 1.000.000,00 kuitansi 23/08/2007 Musyrant Sumberbrantas 250.000,00 kuitansi 14/11/2007 Pengadaan seragam partai 3.765.000,00 kuitansi 01/12/2007 Musyrat Torongrejo 250.000,00 kuitansi
PERINCIAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN KEPADA PARTAI POLITIKYANG TIDAK TEPAT PERUNTUKKANNYA
TAHUN ANGGARAN 2007
No Partai Jenis Pengeluaran Tgl kuitansi Uraian Jumlah Bukti
Mebelair kantor 22/08/2007 Alat-alat dapur 166.000,00 kuitansi23/08/2007 Tabung gas dan elpiji 300.000,00 kuitansi04/09/2007 Kunci telp D&R 175.000,00 kuitansi04/09/2007 Alat-alat dapur 178.500,00 kuitansi
T o t a l 24.834.500,00
4 Partai Demokrat Langganan daya dan jasa 05/04/2007 Honorarium Pengacara 5.700.000,00 kuitansi
T o t a l 5.700.000,00 5 Partai Damai Pemeliharaan Data dan Arsip 02/05/2007 Pertemuan dengan konstituen di sekretariat 845.000,00 kuitansi
Sejahtera 06/10/2007 Konsumsi rapat dan transportasi 113.000,00 kuitansi6&14/8/2007 Pembelian Tiang bendera, umbul-umbul, tranportasi & Bendera Merah Putih 235.000,00 kuitansi
31/7/2007 Pemesanan Spanduk dan Pemasangan spanduk 220.000,00 kuitansi28/9/2007 Pembuatan Bendera dan transportasi 1.800.000,00 kuitansi
15/10/2007 Papan nama rating 900.000,00 kuitansi18-19/10/2007 Konsumsi Rapat 131.500,00 kuitansi
24/10/2007 Biaya Penggalangan Massa 51 0rang @25.000 1.275.000,00 kuitansi14/11/2007 Bunga ucapan selamat atas kemenangan calon a/n edi rumpoko 350.000,00 kuitansi12/02/2007 Pembelian Kain Seragam 400.000,00 kuitansi12/05/2007 Ongkos Jahit 320.000,00 kuitansi20/12/2007 Pemesanan Kalender 2.300.000,00 kuitansi
Administrasi Umum 25/2/2007 Karangan Bunga untuk konstituen meninggal dunia 150.000,00 kuitansi06/11/2007 Pembelian Bahan Bangunan 132.000,00 kuitansi21/6/2007 Bahan Bangunan untuk perawatan sekretariat 551.500,00 kuitansi15/5/2007 Sewa tempat untuk rapat anggota 200.000,00 kuitansi17/8/2007 Wartawan untuk informasi masyarakat 150.000,00 kuitansi26/8/2007 Ucapan duka cita berupa karangan bunga konstituen dan transportasi 250.000,00 kuitansi
T o t a l 10.323.000,00 6 Partai Kebangkitan Langganan daya dan jasa 31/8/2007 Honorarium Tenaga Kebersihan 800.000,00 kuitansi
Bangsa 09/03/2007 Honorarium Tenaga Kebersihan 100.000,00 kuitansi10/01/2007 Honorarium Tenaga Kebersihan 100.000,00 kuitansi11/01/2007 Honorarium Tenaga Kebersihan 100.000,00 kuitansi12/03/2007 Honorarium Tenaga Kebersihan 100.000,00 kuitansi
T o t a l 1.200.000,00 7 PDI Perjuaangan Langganan Daya dan Jasa Langganan Malang Post Januari s.d Desember 2007 3 [email protected]; 1.385.000,00 kuitansi
9 bulan @ 177.50026/2/2007 Biaya Rekening Iklan Koran Pendidikan "ucapan selamat pelantikan PKB" 300.000,00 kuitansi18/3/2007 Biaya Rekening Iklan di Tabloid Demokrasi "ucapan selamat Rakercabsus" 500.000,00 kuitansi
06/09/2007 Biaya Rekening Iklan di Tabloid Demokrasi "Artikel profil DPC PDIP Batu" 500.000,00 kuitansi27/8/2007 Biaya Rekening Iklan di Koran Pendidikan "ucapan turut berduka cita 300.000,00 kuitansi
HM. Imam Kabul27/8/2007 Biaya Rekening Iklan di Malang Pagi"ucapan turut berduka cita HM.Imam K" 250.000,00 kuitansi15/8/2007 Biaya Rekening Iklan di Dhamma TV "Dirgahayu RI" 300.000,00 kuitansi
No Partai Jenis Pengeluaran Tgl kuitansi Uraian Jumlah Bukti
26/12/2007 Biaya Rekening Iklan di Koran Pendidikan "Ucapan Selamat Pelantikan 500.000,00 kuitansiWalikota"
27/12/2007 Bunga Floris "ucapan selamat Pelantikan Walikota" 1.500.000,00 kuitansiBiaya Perjalanan Biaya Perjalanan antar surat dari Januari s.d Desember 54 org @50.000 2.700.000,00 kuitansi
Menunjang Kegiatan Jan-Des 2007 Makan minum 9.480.600,00 Jan-Des 2007 spanduk, Stiker 24.180.000,00
T o t a l 41.895.600,00
Total untuk penggunaan bantuan yang tidak tepat peruntukkannya 97.680.100,00
BAD
AN PEMERIKSA KEUANGAN . REPUBLIK INDON
ESIA
ARTHASANTOSH
ATR
I D
HARMA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2008
LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BATU
UNTUK TAHUN ANGGARAN 2007
AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
Nomor : 82/R/XVIII.SBY/04/2008 Tanggal : 26 April 2008
BUKU III
i
HALAMAN
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...................... i
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN....... 1
GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH…...........
4
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN……................ 18
1. Buku Tabungan milik SKPD tidak dibawa oleh masing-masing SKPD tetapi berada di Kas Daerah ...................................................................................... 18
2. Badan Pengawas Daerah sebagai Satuan Pengawas Intern tidak berfungsi optimal ............................................................................................................. 20
3. Penunjukan Bank tempat penyimpanan kas milik daerah tidak didukung
dengan kesepakatan antara pihak Pemerintah Daerah dan Bank .................. 22
4. BUD belum membuat Anggaran Kas Pemerintah Daerah .............................. 24
5. Pemerintah Daerah belum sepenuhnya membuat pedoman pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah ....................................................................... 26
6. Pengelolaan aset Pemerintah Kota Batu belum tertib...................................... 28
7. Pelaksanaan penatausahaan pengelolaan uang milik daerah di Kantor Kas Daerah tidak tertib ............................................................................................ 30
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 1
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kota Batu per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas sistem pengendalian intern Pemerintah Kota Batu. Sistem pengendalian intern merupakan tanggung jawab Pemerintah Kota Batu. Namun, tujuan pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan sistem pengendalian intern tersebut. Oleh karena itu, BPK RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
Sistem pengendalian intern Pemerintah Kota Batu terkait dengan laporan keuangan merupakan suatu proses yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengendalian intern tersebut meliputi berbagai kebijakan dan prosedur yang: (1) terkait dengan catatan keuangan; (2) memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan serta penerimaan dan pengeluaran telah sesuai dengan otorisasi yang diberikan; (3) memberikan keyakinan yang memadai atas keamanan aset yang berdampak material pada laporan keuangan. Pemerintah Kota Batu bertanggung jawab untuk mengatur dan menyelenggarakan pengendalian tersebut.
SPKN mengharuskan BPK RI untuk mengungkapkan kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas pelaporan keuangan. Kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 2
1. Buku Tabungan milik SKPD tidak dibawa oleh masing-masing SKPD tetapi berada di
Kas Daerah;
2. Badan Pengawas Daerah sebagai Satuan Pengawas Intern tidak berfungsi optimal;
3. Penunjukan Bank tempat penyimpanan kas milik daerah tidak didukung dengan
kesepakatan antara pihak Pemerintah Daerah dan Bank;
4. BUD belum membuat Anggaran Kas Pemerintah Daerah;
5. Pemerintah Daerah belum sepenuhnya membuat pedoman pelaksanaan pengelolaan
keuangan daerah;
6. Pengelolaan aset Pemerintah Kota Batu belum tertib;
7. Pelaksanaan penatausahaan pengelolaan uang milik daerah di Kantor Kas Daerah
tidak tertib.
Berdasarkan kelemahan - kelemahan tersebut, BPK RI merekomendasikan Walikota agar:
1. Menginstruksikan Kepala Kantor Kas Daerah yang baru agar dalam mengelola kas
daerah berpegang pada aturan yang berlaku agar pelaksanaan pengelolaan kas
daerah menjadi tertib dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. Memerintahkan Kepala Badan Pengawasan untuk meningkatkan pelaksanaan
pengawasan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
3. Membuat perjanjian tertulis dengan bank tempat penyimpanan kas milik daerah
dengan mengacu pada PP Nomor 39 tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah;
4. Memerintahkan BUD untuk membuat Anggaran Kas Pemerintah Daerah guna
mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran
sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang
telah disahkan;
5. Menyusun Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Kebijakan Akuntansi Keuangan
Daerah dan Mekanisme Pengelolaan Anggaran Kas Pemerintah Daerah;
6. Membuat Peraturan Walikota tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,
Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah dan Peraturan Walikota tentang Mekanisme
Pengelolaan Anggaran Kas Pemerintah Daerah;
7. Menegur Kepala Dinas pada tiap-tiap satuan kerja agar mengelola aset dengan
tertib sesuai ketentuan yang berlaku dan melakukan pelaporan aset secara periodik
ke Bagian Perlengkapan mengingat aset merupakan salah satu kekayaan daerah
terbesar;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 3
8. Memerintahkan Kuasa BUD agar mengacu pada perundang-undangan yang berlaku
dalam pengelolaan keuangan daerah.
Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern.
Surabaya, 26 April 2008 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,
Dra. V.M. Ambar Wahyuni, MM., Ak Akuntan, Register Negara No. D-5317
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 4
GAMBARAN UMUM SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KOTA BATU
Pemerintahan Kota BATU secara hukum dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu. Kerangka Pembangunan
Daerah Kota Batu Tahun 2007, saat ini dalam pembahasan di DPRD Kota Batu untuk
menjadi Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Batu Tahun 2007-2012, yang diarahkan pada perwujudan visi “Kota Batu Sebagai
Sentra Pariwisata Berbasis Pertanian didukung oleh SDM, SDA dan SDB serta
Pemerintah yang Kreatif, Inovatif dan Bersih Bagi Seluruh Rakyat”. Perwujudan visi
Daerah Kota Batu tersebut dilaksanakan oleh Pemerintahan Kota Batu yang terdiri dari
Pemerintah Kota Batu dan DPRD Kota Batu.
Pemerintahan Kota Batu pada Tahun 2007, mengalami beberapa kepemimpinan,
yaitu Januari s.d Agustus 2007 oleh Almarhum Imam Kabul, 20 September s.d 26
Nopember 2007 dipimpin oleh M. Khudlori, 26 Nopember s.d 24 Desember 2007 oleh
Soerjanto Soebandi dan 24 Desember 2007 s.d 24 Desember 2012 dipimpin oleh Eddy
Rumpoko.
Kota Batu menjalankan tiga fungsi, yaitu Pemerintahan, Pembangunan dan
Kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh satu Sekretariat Daerah, satu Sekretariat
DPRD, empat Badan, empat Kantor, 13 Dinas, tiga Kecamatan, dan empat Kelurahan
yang didukung 2.224 pegawai negeri dan 1.557 Tenaga Kerja Kontrak (TKK) atau
honorer. Dalam penataan keuangan TA 2007, satuan unit organisasi Pemerintahan Kota
Batu tersebut diklasifikasikan ke dalam 27 pengguna anggaran. Selain itu, Pemerintah
Kota Batu memiliki satu BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
DPRD Kota Batu Tahun 2007, merupakan hasil pemilihan umum (Pemilu) Tahun
2004 untuk periode 2004-2009. DPRD Kota Batu terdiri dari 25 orang, yang dipimpin
oleh satu orang ketua dengan dua orang wakil ketua. Dalam penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) DPRD, DPRD Kota Batu terbagi dalam tiga Komisi, satu
Panitia Musyawarah dan satu Panitia Anggaran.
Dalam pengelolaan keuangan Kota Batu Tahun Anggaran 2007, Pemerintahan
Kota Batu pada Tahun 2006 telah menyusun Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun
2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Selanjutnya, secara teknis
sampai dengan saat ini Walikota Batu belum mengeluarkan Keputusan Walikota tentang
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, regulasi yang dikeluarkan berupa
Surat Edaran Walikota Batu Nomor 900/57/422.023/2007 tanggal 1 Maret 2007 tentang
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 5
Petunjuk Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2007.
Gambaran atas rancangan dan pelaksanaan rancangan sistem pengelolaan
keuangan pada Pemerintah Kota Batu, adalah sebagai berikut.
A. Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Sistem perencanaan dan penganggaran Kota Batu Tahun 2007 dilaksanakan
dengan mekanisme sebagai berikut.
1. Sistem Perencanaan
Sistem perencanaan dilaksanakan oleh setiap satuan kerja dan dikoordinasikan
oleh Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota Batu. Perencanaan Tahun 2007
dilakukan dengan mempertimbangkan dokumen perencanaan Kota Batu 2003–
2008, yaitu Rencana Strategis Kota Batu Tahun 2003-2008. Proses perencanaan
untuk pelaksanaan Tahun Anggaran 2007 dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut.
a. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah
(Musrenbangda) Tahun 2006 untuk perencanaan Tahun 2007.
Musrenbangda diawali dengan Musrenbangdes pada bulan Februari,
selanjutnya Musrenbangcam pada bulan Maret, dan berujung pada
penyelenggaraan Musrenbangda pada bulan April. Mekanisme
Musrenbangda meliputi sidang pleno dan empat sidang kelompok, khusus
pada sidang kelompok Kebijakan Umum APBD (KUA), diadakan
pembahasan materi KUA Tahun 2007 yang diikuti oleh seluruh kepala satuan
kerja. Sedangkan pada sidang kelompok lainnya, dilakukan pembahasan
usulan rencana satuan kerja yang disarikan dari hasil Musrenbangcam;
b. Setelah penyelenggaraan Musrenbangda, selanjutnya pada tahap
pemantapan, dalam hal ini Bapeda mengundang seluruh satuan kerja untuk
menyusun Strategi dan Prioritas Program/Kegiatan, yang akan dituangkan
dalam PPAS, sebagai landasan penyusunan RAPBD Tahun Anggaran 2007;
c. Setelah PPAS tersusun, Bapeda menyerahkan kepada Sekretaris Daerah
selaku Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk dibahas lebih
lanjut dan dipadukan dengan kemampuan anggaran.
2. Sistem Penganggaran
Sistem penganggaran dilaksanakan oleh setiap satuan kerja dengan
dikoordinasikan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). TAPD terdiri
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 6
dari unsur Ketua Sekretaris Daerah, Sekretaris Kepala Bagian Keuangan dan
Asisten Administrasi dan Umum, Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda),
Kepala Bapeda, Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan, Kepala Bagian
Perlengkapan dan Kepala Bagian Hukum.
Prosedur penyusunan APBD TA 2007 dilaksanakan dengan mekanisme sebagai
berikut.
a. Penetapan Pengguna Anggaran
Penyelenggaraan Pelaksanaan Anggaran Kota Batu pada Tahun Anggaran
2007, dilakukan oleh 27 Pengguna Anggaran. Setiap Pengguna Anggaran
yang telah ditetapkan, diwajibkan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) atas kegiatannya;
b. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD)
1) TAPD akan menyebarkan PPAS yang telah dihasilkan pada tahap
perencanaan kepada satuan kerja (satker) untuk dibuatkan RKA SKPD-
nya;
2) RKA yang dibuat oleh satuan kerja akan diasistensi oleh TAPD. Asistensi
tersebut adalah proses rasionalisasi anggaran pendapatan dan belanja
yang diusulkan oleh satuan kerja;
c. Penyusunan RAPBD
1) RKA SKPD semua satuan kerja yang telah dirasionalisasi akan
direkapitulasi dalam Struktur APBD (selanjutnya disebut RAPBD);
2) RAPBD diajukan kepada DPRD dengan penyampaian Nota Pengantar
APBD melalui Rapat Paripurna yang membahas APBD;
3) RAPBD selanjutnya dibahas dan dievaluasi oleh Fraksi-fraksi DPRD,
selanjutnya penyampaian pandangan umum melalui Rapat Paripurna
DPRD;
4) Berdasarkan pandangan umum oleh masing-masing fraksi, Walikota
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam pandangan
umum tersebut melalui Rapat Paripurna DPRD;
5) Setelah itu, dilakukan pembahasan RAPBD oleh Panitia Anggaran
DPRD bersama-sama TAPD;
6) Setelah ada kesepakatan dalam pembahasan antara eksekutif dan
DPRD, maka rancangan APBD disetujui oleh DPRD melalui Rapat
Paripurna DPRD;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 7
7) RAPBD yang telah disetujui DPRD dikirim ke Provinsi/Gubernur, dengan
Surat Walikota Batu Nomor 900/48/422.023/2007 tanggal 21 Februari
2007 untuk dimintakan evaluasi;
8) Atas surat Walikota Batu Nomor 900/48/422.023/2007 tanggal 21
Februari 2007, Gubernur Jawa Timur memberikan hasil evaluasi RAPBD
Kota Batu Tahun Anggaran 2007;
9) Berdasarkan evaluasi Gubernur Jawa Timur tersebut, RAPBD Tahun
Anggaran 2007 yang telah disetujui DPRD Kota Batu ditetapkan menjadi
Perda Kota Batu Nomor 1 Tahun 2007 tentang APBD Tahun Anggaran
2007;
10) Perda Kota Batu Nomor 1 Tahun 2007 dijabarkan dalam Peraturan
Walikota Batu Nomor 10 Tahun 2007 tentang Penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2007;
11) Hasil evaluasi dan atau perubahan lain menjadi bahan perubahan APBD
Tahun Anggaran 2007, yang selanjutnya ditetapkan dengan Perda Kota
Batu Nomor 7 Tahun 2007 tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran
2007, dijabarkan dalam Peraturan Walikota Batu Nomor 48 Tahun 2007
tentang Penjabaran Perubahan APBD Tahun Anggaran 2007;
12) Perda tentang APBD dan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD
TA 2007, dijabarkan secara teknis dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) yang disusun per kegiatan, baik Belanja Langsung (BL)
maupun Belanja Tidak Langsung (BTL);
13) Berdasarkan Perda tentang APBD dan Peraturan Walikota tentang
Penjabaran APBD, serta DPA, disusun Surat Penyediaan Dana (SPD).
Penyusunan dan pelaksanaan APBD Kota Batu Tahun Anggaran 2007,
dilakukan dengan berpedoman pada Standarisasi Harga/Daftar Harga
Tertinggi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kota Batu Tahun
Anggaran 2006, yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Batu
Nomor 29 Tahun 2006 tanggal 1 September 2006 tentang Standar
Harga Satuan Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintah Kota Batu Tahun
Anggaran 2007.
B. Sistem Pelaksanaan Anggaran
Sistem Pelaksanaan Anggaran Kota Batu Tahun Anggaran 2007, mengacu kepada
ketentuan teknis daerah yang diimplementasikan dalam Perda Nomor 10 Tahun
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 8
2007 dan Peraturan Walikota Batu.
1. Sistem Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pengelolaan pendapatan daerah Tahun 2007, dikoordinasikan oleh Dinas
Pendapatan Daerah. Pelaksanaan teknis prosedur pendapatan daerah
dilaksanakan oleh unit penghasil, yaitu:
a. Dipenda mengelola Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari Pajak
Daerah;
b. Sekretariat Daerah mengelola Pendapatan Dana Perimbangan dan
pendapatan dari kegiatan pembiayaan;
c. Dinas Kesehatan, Dinas Pemukiman dan Bina Marga, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Informasi,
Komunikansi dan Perpustakaan, Dinas Pertanian, Dinas Sumber Daya Air
dan Energi, Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kantor
Perhubungan, Kantor Satuan Polisi PP mengelola pendapatan dari retribusi
jasa usaha;
d. Kantor Kas Daerah mengelola pendapatan dari jasa bank;
e. PDAM mengelola pendapatan dari kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pelaksanaan teknis atas prosedur pendapatan tersebut, dilakukan oleh masing-
masing satuan kerja penghasil dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di
bawah satuan kerja penghasil. UPTD bertugas untuk melaksanakan teknis
pendapatan daerah, serta bertanggung jawab secara teknis dan administrasi
kepada kepala satuan kerja penghasil masing-masing.
Prosedur pendapatan dan penerimaan kas dari pajak daerah yang dilaksanakan
oleh Dipenda, sebagai berikut.
a. Sub Sistem Pendaftaran dan Pendataan
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan mengiventarisir data WP di wilayah
Kota Batu sesuai dengan hasil pendataan;
2) Secara periodik WP akan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD) yang disebarkan oleh petugas;
3) SPTPD dikembalikan selambat-lambatnya 15 hari sejak SPTPD diterima
oleh WP;
4) SPTPD yang diterima dari WP dicatat dalam kartu data dan daftar induk
WP untuk dibuat kartu NPWPD.
b. Sub Sistem Penghitungan dan Penetapan
1) Berdasarkan SPTPD yang diterima seksi perhitungan dan penetapan,
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 9
dihitung pajaknya;
2) Hasil perhitungan akan ditetapkan oleh seksi penetapan atas pajak yang
harus dibayar oleh WP dengan menerbitkan SKPD;
3) Selanjutnya, SKPD yang telah diterbitkan didistribusikan kepada WP
sebagai dasar untuk pembayaran pajak, dengan tembusan disampaikan
kepada Bidang Pembukuan dan Pelaporan, serta Bidang Penyuluhan dan
Penagihan;
4) Setiap bulan seksi penetapan membuat rekapitulasi SKPD.
c. Sub Sistem Penagihan
1) SKPD ditagih setelah melebihi jatuh tempo dengan menerbitkan STPD
(Surat Tagihan Pajak Daerah);
2) STPD ditetapkan sebesar nilai SKPD ditambah denda;
3) STPD yang telah ditetapkan disampaikan kepada WP;
4) Apabila STPD yang telah disampaikan kepada WP selama tujuh hari tidak
ditanggapi, maka akan diterbitkan surat teguran;
5) Surat teguran dalam waktu 21 hari tidak ditanggapi oleh WP, maka
tindakan selanjutnya akan diterbitkan surat paksa.
d. Sub Sistem Penerimaan dan Penyetoran
1) Berdasarkan SKPD dan atau STPD yang diterima, WP melakukan
pembayaran pajak daerah melalui BKP (Bendahara Khusus Penerimaan);
2) BKP menerbitkan SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) sebagai bukti
pembayaran pajak daerah, dengan tembusan disampaikan kepada
Bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bidang Penyuluhan dan
Penagihan, serta Bidang Pembukuan dan Pelaporan;
3) Hasil penerimaan pajak daerah tersebut setiap hari oleh BKP disetorkan
ke Kas Daerah secara bruto dengan media STS (Surat Tanda Setoran)
melalui Bank Jatim;
4). STS yang telah divalidasi disampaikan ke Bidang Pembukuan dan
Pelaporan;
5). BKP secara periodik (bulanan) menyiapkan laporan realisasi penerimaan
dan penyetoran uang yang ditandatangani oleh Kepala Dinas
Pendapatan.
e. Sub Sistem Pembukuan dan Pelaporan
1) Berdasarkan SKPD, SSPD dan STS dilakukan pencatatan dalam BKU
(Buku Kas Umum) pada sisi penerimaan serta buku per jenis pajak;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 10
2) Secara periodikal dilakukan pencocokan data sesuai bukti setor ke Kas
Daerah;
3) Membuat daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis pajak
daerah;
4) Membuat laporan realisasi penerimaan pajak daerah atas daftar
penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis pajak.
2. Sistem Belanja Daerah
Kegiatan belanja daerah dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja sesuai
dengan DPA. Pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan dengan mengacu
kepada ketentuan yang telah ditetapkan maupun berdasarkan perjanjian kerja
sama dengan pihak ketiga. Perjanjian kerja sama yang dilakukan satuan kerja
dengan pihak ketiga tersebut, tidak terdaftar di Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kota Batu.
Mekanisme administrasi kegiatan belanja dilakukan dengan penunjukan
Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, dan Bendahara Pengeluaran
Pembantu di lingkungan Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2007.
Penunjukan para pejabat dan pelaksana tersebut, ditetapkan dengan Keputusan
Walikota Batu Nomor 180/16/KEP/422.013/2007 tanggal 1 Maret 2007.
Secara lebih rinci, pelaksanaan prosedur kegiatan belanja daerah Tahun
Anggaran 2007, adalah sebagai berikut.
a. Sub Sistem Pelaksanaan Kegiatan
1) DPA dibuat secara tahunan oleh Bagian Keuangan selaku PPKD, dan
apabila ada perubahan APBD, maka DPA direvisi sesuai perubahan
APBD tersebut;
2) Selanjutnya, berdasarkan DPA, Kas Daerah menyusun draft SPD dan
Bagian Keuangan akan menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD);
3) Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh masing-masing satuan kerja
pengguna anggaran. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, pengguna
anggaran dapat menerbitkan keputusan pembentukan tim dan melakukan
perikatan dengan pihak ketiga.
b. Sub Sistem Pengadaan Barang dan Jasa
1) Berdasarkan DPA, dilakukan proses pengadaan barang dan jasa sesuai
tahapan, dimulai dari penetapan panitia pengadaan hingga terpilihnya
rekanan;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 11
2) Penandatanganan perjanjian oleh pelaksana kegiatan dilakukan oleh
pelaksana kegiatan, tanpa harus melalui proses penelaahan hukum oleh
Bagian Hukum Pemerintah Kota Batu;
3) Secara periodik dilakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian/kontrak,
dan pada akhir kontrak akan dibuat Berita Acara Serah Terima (BAST)
antara rekanan dengan pelaksana kegiatan;
4) Hasil pengadaan barang diadministrasikan oleh bendahara barang;
5) Penyusunan neraca pada Pemerintah Kota Batu TA 2007 dibuat dengan
dasar realisasi anggaran saja. Bagian Perlengkapan juga tidak pernah
memberikan laporan aset-aset dan posisi barang kepada Bagian
Keuangan;
6) Pada neraca awal, posisi aset-aset dan barang belum terdata dengan
baik, atau belum ada pemutakhiran data;
7) Bagian Keuangan tidak melakukan pencatatan nilai persediaan.
c. Sub Sistem Perbendaharaan dan Pengeluaran Kas
Pejabat BUD di Kota Batu pada Tahun Anggaran 2007, adalah Kepala Kantor
Kas Daerah sesuai dengan SK Walikota Batu Nomor
180/173/KEP/422.013/2006 tanggal 15 Desember 2006 tentang Penunjukan
Bendahara Umum Daerah Tahun Anggaran 2007.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, selama TA 2007, prosedur
perbendaharaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut.
Pengeluaran Kas melalui SPM-UP
1) Bendahara Pengeluaran dan atau pihak ketiga mengajukan SPP kepada
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD;
2) PPK SKPD mengajukan SPP-UP dan SPM-UP ke Kantor Kas Daerah.
Untuk Sekretariat Daerah, SPP-UP dan SPM-UP sebelum diserahkan ke
Kas Daerah diverifikasi terlebih dahulu oleh Subbag Perbendaharaan
pada Bagian Keuangan;
3) Apabila dokumen SPP-UP dan SPM-UP telah memenuhi syarat, kuasa
BUD menerbitkan SP2D-UP;
4) SP2D-UP dibuat sebanyak empat rangkap, dengan distribusi sebagai
berikut.
a) SP2D lembar I untuk Bank Jatim melalui Kas Daerah;
b) SP2D lembar II untuk Pengguna Anggaran/Bendahara Pengeluaran;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 12
c) SP2D lembar III untuk arsip BUD;
d) SP2D lembar IV untuk arsip Kuasa BUD;
5) SP2D yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Kas Daerah dan
distempel, dicairkan dengan cara menerbitkan cek bertandatangan
Kepala Kantor Kas Daerah, yang disesuaikan dengan bukti
rekening/sumber dana peruntukan sesuai dalam APBD, serta mengisi slip
setoran bank dengan rekening tujuan adalah rekening bendahara sesuai
dalam SP2D, dan sistem pencairannya adalah komulatif satu cek untuk
beberapa SP2D dengan sumber dana serta tanggal pencairan dokumen
yang sama;
5) Cek dan slip setoran dikirim ke bank, selanjutnya bank melakukan
transaksi pencairan cek dan transaksi setoran ke rekening yang dituju
dalam slip setoran.
Pengeluaran Kas melalui SPM-GU
1) Bendahara Pengeluaran dan atau pihak ketiga mengajukan SPP kepada
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD. Dalam hal ini, tidak ada
KPK (Kartu Pengawasan Kredit) atau sistem pengawasan lainnya,
pengawasan hanya ada di Laporan Realisasi Anggaran;
2). PPK akan menguji SPP berdasarkan kesesuaiannya dengan APBD dan
atau DPA;
3). Apabila SPP dan dokumen pendukung telah memenuhi syarat, PPK
menerbitkan SPM-GU;
4). Apabila dokumen SPP-GU dan SPM-GU telah memenuhi syarat, Kuasa
BUD menerbitkan Surat Perintah Penyediaan Dana (SP2D). Untuk
Sekretariat Daerah, sebelum SP2D diterbitkan, SPP-GU dan SPM-GU
diverifikasi terlebih dahulu oleh Subbag Perbendaharaan pada Bag.
Keuangan lalu diserahkan ke Kantor Kas Daerah untuk diterbitkan SP2D;
5) SP2D-GU dibuat sebanyak empat rangkap, dengan distribusi sebagai
berikut.
a) SP2D lembar I untuk Bank Jatim melalui Kas Daerah;
b) SP2D lembar II untuk Pengguna Anggaran/Bendahara Pengeluaran;
c) SP2D lembar III untuk arsip BUD;
d) SP2D lembar IV untuk arsip Kuasa BUD;
6) SP2D yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Kas Daerah dan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 13
distempel, dicairkan dengan cara menerbitkan cek bertanda tangan
Kepala Kantor Kas Daerah, yang disesuaikan dengan bukti
rekening/sumber dana peruntukan sesuai dalam APBD, serta mengisi slip
setoran bank dengan rekening tujuan adalah rekening bendahara sesuai
dalam SP2D, dan sistem pencairannya adalah komulatif satu cek untuk
beberapa SP2D dengan sumber dana serta tanggal pencairan dokumen
yang sama;
7) Cek dan slip setoran dikirim ke bank, selanjutnya bank melakukan
transaksi pencairan cek dan transaksi setoran ke rekening yang dituju
dalam slip setoran.
Pengeluaran Kas melalui SPM-LS
1) Bendahara Pengeluaran dan atau pihak ketiga mengajukan SPP kepada
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD;
2) PPK akan menguji SPP berdasarkan kesesuaiannya dengan APBD dan
atau DPA;
3) Apabila SPP dan dokumen pendukung telah memenuhi syarat, PPK
menerbitkan SPM-LS, kemudian disampaikan ke Kas Daerah. Untuk
Sekretariat Daerah, sebelum disampaikan ke Kas Daerah, SPP-LS dan
SPM-LS diverifikasi terlebih dahulu oleh Sub Bag. Perbendaharaan;
4) Apabila dokumen SPP-LS dan SPM-LS telah memenuhi syarat, Kuasa
BUD menerbitkan Surat Perintah Penyediaan Dana (SP2D)-LS;
5) SP2D-LS dibuat sebanyak empat rangkap, dengan distribusi sebagai
berikut.
a) SP2D lembar I untuk Bank Jatim melalui Kas Daerah;
b) SP2D lembar II untuk Pengguna Anggaran/Bendahara Pengeluaran;
c) SP2D lembar III untuk arsip BUD;
d) SP2D lembar IV untuk Kantor Kas Daerah;
6) SP2D yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Kas Daerah dan
distempel, dicairkan dengan cara menerbitkan cek bertanda tangan
Kepala Kantor Kas Daerah, yang disesuaikan dengan bukti
rekening/sumber dana peruntukan sesuai dalam APBD, serta mengisi slip
setoran bank dengan rekening tujuan adalah rekening bendahara sesuai
dalam SP2D, dan sistem pencairannya adalah komulatif satu cek untuk
beberapa SP2D dengan sumber dana serta tanggal pencairan dokumen
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 14
yang sama;
7) Cek dan slip setoran dikirim ke bank, selanjutnya bank melakukan
transaksi pencairan cek dan transaksi setoran ke rekening yang dituju
dalam slip setoran;
8) Kuasa BUD/Kantor Kas Daerah menerima Rekening Koran (R/C) secara
periodik harian dari bank tempat penyimpanan dana Pemerintah;
9) Kuasa BUD akan mencatat SP2D yang telah dicairkan ke Buku Kas
Umum (BKU/B-IX), dan membuat Laporan Kas Posisi berdasarkan data
BKU (B-IX) serta Rekening Koran (R/C);
10) Diakhir bulan, Kuasa BUD akan melakukan rekonsiliasi bank apabila
terdapat selisih antara BKU B-IX dengan Rekening Koran (R/C), dimana
selisih yang terjadi dikarenakan adanya selisih tenggang waktu
perpindahan dana (outstanding).
d. Sub Sistem Verifikasi atas Pengeluaran Kas yang Belum Definitif
1) Bendahara Pengeluaran menyampaikan SPJ atas SP2D-UP/GU yang
diterimanya paling lambat setiap tanggal 10 setelah bulan penerimaan
SP2D-UP/GU;
2) Atas penerimaan SPJ, Bagian Keuangan akan menerbitkan bukti tanda
terima. Setiap tanggal 11, Bendahara Pengeluaran yang belum
menyampaikan SPJ akan mendapat teguran (hal ini berlaku efektif mulai
Nopember 2007);
3) SPJ yang telah diterima akan diteliti dengan syarat-syarat SPJ;
4) Terhadap SPJ yang belum memenuhi syarat, dinyatakan sebagai sisa
yang belum dipertanggungjawabkan untuk dipertanggungjawabkan pada
periode berikutnya. Namun, untuk sisa yang belum
dipertanggungjawabkan sampai dengan periode akhir Tahun Anggaran
2007, dianggap sebagai sisa uang yang harus disetor;
5) Atas SPJ yang telah memenuhi syarat, diterbitkan lembar pengesahan
SPJ.
C. Sistem Pembukuan dan Penyusunan Laporan Keuangan
Pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Kota Batu Tahun Anggaran 2007,
dilakukan secara tersentralisasi di Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, dan
diselenggarakan dengan menggunakan sistem pembukuan ganda dan dasar kas
modifikasian. Modifikasi atas basis kas pada pembukuan Kota Batu Tahun Anggaran
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 15
2007, adalah pada proses pembrutoan pendapatan yang secara kas diterima neto
dengan media Bukti Umum.
1. Sub Sistem Pembukuan Penerimaan Daerah
a. Kantor Kas Daerah mengirim STS, Nota Kredit, Bend-17 dan RC ke Bagian
Keuangan;
b. Bagian Keuangan melakukan pencatatan pada Jurnal Penerimaan setiap
hari;
c. Secara otomatis masuk ke Buku Besar Penerimaan melalui Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah yang tidak terkomputerisasi;
d. SKPD penghasil menyampaikan laporan realiasi pendapatan bulanan.
Dokumen tersebut digunakan untuk melakukan cross-check dengan
dokumen STS, Nota Kredit, Bend-17 dan RC yang diterima dari Kas Daerah;
e. Dinas Pendapatan setiap bulan menyampaikan laporan realisasi pendapatan;
f. Penyesuaian atau koreksi terhadap pencatatan pendapatan dilakukan melalui
Bukti Umum dan Jurnal Umum;
g. Pada akhir tahun dengan melalui sistem yang tidak terkomputerisasi
dilakukan pemrosesan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan.
2. Sub Sistem Pembukuan Pengeluaran Daerah
a. Sub Bagian Keuangan menerima RC dilampiri SP2D yang telah divalidasi
oleh Bank dari Kantor Kas Daerah, namun SP2D yang dilampirkan tidak
lengkap. Selain itu, Sub Bagian Keuangan menerima BKU B-IX yang dilampiri
SP2D yang telah bertanda tangan Kepala Kantor Kas Daerah dan
berstempel;
b. Bagian Keuangan menerima Laporan Pencairan Dana per SKPD;
c. Dokumen RC, SP2D dan Laporan Pencairan Dana per SKPD tersebut,
dijadikan dasar mencatat di Jurnal Pengeluaran dan secara otomatis
menghasilkan Buku Besar Pengeluaran;
d. Pencairan SP2D-UP dan SP2D-GU dicatat ke akun Kas di Bendahara
Pengeluaran, sedangkan pencairan SP2D-LS dicatat ke akun Belanja yang
bersangkutan. Belanja definitif dari pencairan SP2D-UP dan SP2D-GU,
dicatat ketika Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Fungsional dari masing-
masing SKPD disampaikan ke Bagian Keuangan setelah disahkan oleh PA
melalui PPK SKPD;
e. Pencatatan atas pengeluaran selama satu tahun anggaran, disesuaikan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 16
dengan Jurnal Penerimaan (beban rekening belanja yang bersangkutan atau
Kas di Bendahara Pengeluaran) atas setoran kas sebagai akibat
pengembalian belanja dalam satu tahun anggaran, dan koreksi non kas;
f. Pada akhir tahun dengan melalui sistem yang tidak terkomputerisasi
dilakukan pemrosesan Laporan Realisasi Anggaran Belanja.
3. Sub Sistem Penyusunan Neraca
Penyusunan Neraca dilakukan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah. Hasil
penelaahan data dan informasi yang diperoleh BPK RI, prosedur penyusunan
Neraca Kota Batu per 31 Desember 2007, adalah sebagai berikut.
a. Bagian Keuangan Sekretariat Daerah menginput saldo awal akun neraca
pada sistem informasi yang telah dibangun berdasarkan kelompok SKPD;
b. Pada akhir tahun anggaran, Bagian Keuangan Sekretariat Daerah meminta
data SKPD untuk bukti perjanjian sewa atau kontrak gedung;
c. Berdasarkan data tersebut, dibuat Bukti Umum sebagai dasar untuk
melakukan penjurnalan ke dalam buku besar neraca.
4. Sub Sistem Penyusunan Laporan Aliran Kas
Data-data akun di LRA dihasilkan melalui proses yang tidak terkomputerisasi.
D. Sistem Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Batu Tahun Anggaran 2007,
dilakukan dengan suatu tahapan yang dijadwalkan dengan DPRD Kota Batu.
Prosedur pertanggungjawaban yang telah dilalui hingga selesainya pekerjaan
lapangan pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu
Tahun Anggaran 2007, adalah sebagai berikut.
1. Laporan Keuangan yang telah disusun adalah Laporan Keuangan versi SAP
yang tidak terkomputerisasi, terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2007;
b. Neraca per 31 Desember 2007;
c. Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2007;
d. Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2007;
2. Penyampaian Laporan Keuangan dengan surat penyampaian yang
ditandatangani oleh Sekretariat Daerah Kota Batu dengan Nomor
900/258/422.023/2008 tanggal 31 Maret 2008 dan dituangkan dalam Berita
Acara Penyerahan Laporan Keuangan;
3. Pada tanggal 2 April 2008, BPK RI memulai pekerjaan lapangan pemeriksaan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 17
atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran 2007 yang
berakhir pada tanggal 26 April 2008.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 18
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
1. Buku Tabungan milik SKPD tidak dibawa oleh masing-masing SKPD tetapi
berada di Kas Daerah
Berdasarkan hasil penelaahan prosedur pencairan dana untuk SKPD,
diketahui bahwa dalam rangka pencairan dana untuk masing-masing SKPD, masing-
masing SKPD membuka dua rekening, masing-masing rekening giro dan rekening
tabungan. Rekening giro dipergunakan untuk menampung gaji, sedangkan rekening
tabungan untuk menampung dana operasional.
Proses pencairan dana dimulai dengan pengajuan SPP dan SPM dari SKPD
untuk diajukan ke Kantor Kas Daerah, kemudian diterbitkan SP2D oleh Kantor Kas
Daerah. Kemudian, pihak Kas Daerah melalui Bendahara Pengeluaran mencairkan
dana dimaksud dari rekening Kas Daerah. Selanjutnya, Bendahara Pengeluaran
menyetornya ke masing-masing SKPD dengan membuat slip setoran terlebih dahulu.
Rekening tujuan untuk masing-masing SKPD tersebut, adalah rekening tabungan
dan giro yang dimiliki masing-masing SKPD. Disamping itu, adakalanya pihak Kas
Daerah mendistribusi dana langsung ke pihak ketiga.
Berdasarkan hasil penelaahan lebih lanjut, diketahui bahwa sebagian besar
buku tabungan dari masing-masing SKPD berada di Kantor Kas Daerah. SKPD tidak
menyimpan sendiri buku tabungannya masing-masing. SKPD-SKPD yang
disampling, mengakui bahwa buku tabungannya berada di Kas Daerah, diantaranya
adalah:
a. Dinas Permukiman dan Bina Marga;
b. Dinas Pertanian;
c. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Dinas Pertanahan;
e. Dinas Kesehatan;
f. Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra).
Hal tersebut, menunjukkan adanya kelemahan pengendalian intern terutama
pada:
a. Kebijaksanaan, yang tidak mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan
bertindak setelah melalui analisa yang mendalam terhadap resiko dan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 19
kemungkinan manfaat yang diperoleh;
b. Personalia, yaitu tidak adanya tindakan manajemen yang memadai untuk
merespon penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur yang ada;
c. Pengawasan, yaitu tidak dilakukannya audit internal atas pengelolaan kas di BUD
oleh auditor internal entitas.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,
ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Permasalahan ini mengakibatkan buku-buku tabungan tersebut akan sangat
rentan disalahgunakan. Selain itu, SKPD akan kesulitan memantau setiap uang
masuk dan keluar dalam rekeningnya masing-masing.
Hal tersebut terjadi karena kesengajaan pihak Kas Daerah untuk menyimpan
buku tabungan tersebut di Kantor Kas Daerah.
Sehubungan dengan permasalahan ini, mantan Kuasa BUD periode
sebelum Oktober 2007 (Kas Daerah Lama) menjelaskan, bahwa tidak ada
pemaksaan penitipan buku tabungan di Kantor Kas Daerah. Tujuan penitipan
tersebut semula hanya untuk mempermudah pengecekan pencairan dana yang
diajukan oleh Bendahara SKPD. Selain itu, pemegang spesimen buku tabungan
SKPD adalah Bendahara SKPD, dan untuk melakukan proses pencairan, yang
dibutuhkan adalah slip penarikan yang ditandatangani Bendahara SKPD, sehingga
tidak memungkinkan Kantor Kas Daerah menyalahgunakan buku tabungan
tersebut.
Rekomendasi BPK RI
Walikota Batu menginstruksikan kepada Kepala Kantor Kas Daerah agar
dalam mengelola kas daerah berpegang pada aturan yang berlaku supaya
pelaksanaan pengelolaan kas daerah menjadi tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 20
2. Badan Pengawas Daerah sebagai Satuan Pengawas Intern tidak berfungsi optimal
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan pengelolaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), Pemerintah Kota Batu telah membentuk sebuah Badan
Pengawasan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun
2003. Badan ini mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana di bidang
pengawasan. Cakupan pelaksanaan tugas dalam badan pengawas ini terlihat dari
struktur organisasinya, antara lain terdapat pembagian unit organisasi menjadi
beberapa bidang, diantaranya bidang Pemerintahan dan Aparatur, Bidang Keuangan
dan Perusahaan Daerah, serta Bidang Ekonomi dan Pembangunan.
Berdasarkan data tentang pelaksanaan tugas pengawasan oleh Badan
Pengawas Daerah, diketahui bahwa selama Tahun Anggaran 2007 Kegiatan
Pengawasan Internal Secara Berkala (PKPT) tidak berjalan. Kegiatan yang telah
dilaksanakan adalah kegiatan penanganan kasus pengaduan, yang tidak berkaitan
secara langsung dengan pelaksanaan pengawasan di bidang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Hal tersebut menunjukkan adanya kelemahan pengendalian intern terutama
pada:
a. Struktur organisasi, dimana jajaran pimpinan entitas belum memahami
sepenuhnya tanggung jawab pengendalian;
b. Personalia, akibat tidak adanya tindakan manajemen yang memadai untuk
merespon penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur yang ada;
c. Pengawasan, dimana pimpinan entitas tertinggi tidak melakukan pengawasan
yang memadai terhadap pencapaian suatu entitas terhadap rencana yang telah
dibuat.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 22
Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Kota
Batu, pada pasal 3 yang menyatakan bahwa Badan Pengawasan mempunyai tugas
melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
masyarakat di lingkungan Pemerintah Daerah, Kecamatan, Kelurahan dan Desa
berdasarkan kebijaksanaan Kepala Daerah dan peraturan perundang-undangan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 21
yang berlaku.
Tidak adanya pelaksanaan pengawasan yang utamanya berkaitan dengan
pelaksanaan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telah
mengakibatkan tidak adanya deteksi dini terhadap penyimpangan pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya bahwa sebelum
tanggal 10 Oktober 2007, posisi Kepala Bawasda masih belum definitif atau masih
di-plt-kan kepada Kepala Bidang Keuangan dan Perusahaan Daerah (Eselon III). Hal
ini menyulitkan pelaksanaan tugas pengawasan terhadap SKPD yang eselonnya
lebih tinggi. Kendala lain adalah seringnya terjadi mutasi di tingkat eselon III, yang
berakibat pejabat yang baru belum menguasai tupoksinya masing-masing. Selain itu,
pergantian kepala daerah sebanyak empat kali, serta adanya pelaksanaan pilkada
yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap program-program
pengawasan.
Sehubungan dengan permasalahan ini, Kepala Badan Pengawasan
menjelaskan, bahwa hal ini disebabkan seringnya terjadi mutasi pejabat dan
pergantian Kepala Daerah sebanyak empat kali dan anggaran pelaksanaan PKPT
Tahun 2007 tidak tersedia, dihapuskan dalam PAK Tahun 2007, serta pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2007 sebagian besar dicairkan pada akhir tahun anggaran,
sehingga pemeriksaan akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Badan Pengawasan untuk
meningkatkan pengawasan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 22
3. Penunjukan Bank tempat penyimpanan kas milik daerah tidak didukung dengan kesepakatan antara pihak Pemerintah Daerah dan Bank
Dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), Pemerintah Kota Batu telah membuka rekening Kas Daerah sebanyak 11
rekening, yang semuanya berada pada Bank Jatim. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
diketahui bahwa kebijakan untuk menempatkan uang milik daerah di Bank Jatim
tersebut tidak melalui pertimbangan profesional. Pemilihan bank tidak dilengkapi
dengan suatu analisis keuangan yang memadai. Kepala Daerah belum menetapkan
kriteria dan persyaratan Bank Umum yang dapat dipilih sebagai alternatif
penempatan kas milik daerah.
Selain itu, hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa pembukaan
rekening kas daerah pada bank tersebut juga tidak didukung dengan kerjasama
tertulis antara pihak Pemerintah Kota Batu dengan pihak Bank Jatim.
Hal tersebut menunjukkan adanya kelemahan pengendalian intern,
terutama pada kebijakan yang tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dan hanya
akan bertindak setelah melalui analisa mendalam terhadap risiko dan kemungkinan
manfaat yang diperoleh.
Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2007 tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah pasal
18 pada:
a. Ayat (1) menyebutkan bahwa gubernur/bupati/walikota menunjuk Bank Umum
sesuai dengan kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17
ayat (1) dan/atau Bank Sentral untuk menyimpan Uang Daerah yang berasal dari
penerimaan daerah dan untuk membiayai pengeluaran daerah;
b. Ayat (3) menyebutkan bahwa penunjukan Bank Umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dimuat dalam perjanjian antara Bendahara Umum Daerah dengan
Bank Umum yang bersangkutan.
Hal ini dapat berakibat Pemerintah Daerah kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan penerimaan jasa giro yang lebih besar. Selain itu, pemilihan bank
tanpa analisis kelayakan akan sangat beresiko terhadap tingkat pengamanan aktiva.
Tanpa ikatan kerja sama yang jelas dengan pihak bank, Pemerintah Daerah akan
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 23
kesulitan mendapatkan hak-haknya untuk mendapatkan pelayanan prima dalam
menunjang tugas-tugas BUD.
Hal ini disebabkan Pemerintah Daerah tidak memiliki ketentuan yang jelas
tentang mekanisme penempatan kas milik daerah.
Sehubungan dengan permasalahan ini, Kepala Kantor Kas Daerah
menjelaskan bahwa penunjukan ini berdasarkan SK Walikota Nomor
180/10/KEP/422.013/2003 tentang Penunjukan Bank Jawa Timur Cabang
Pembantu Batu sebagai Pemegang Kas Pemerintah Kota Batu Tahun Anggaran
2003, dan Surat Perjanjian antara Pemerintah Kota Batu dan PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Batu Nomor 180/01/422.013/2003
under score 041/71.1/CBT/2003 tentang Pendirian Payment Point.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar membuat perjanjian tertulis dengan bank tempat
penyimpanan kas milik daerah, dengan mengacu pada PP Nomor 39 Tahun 2007
tanggal 16 Juli 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 24
4. BUD belum membuat Anggaran Kas Pemerintah Daerah
Hasil penelaahan atas pengendalian intern, menunjukkan bahwa BUD pada
Tahun Anggaran 2007 tidak membuat anggaran kas. Anggaran kas berfungsi
sebagai kontrol uang kas masuk dan kas keluar. Anggaran kas memuat perkiraan
arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan, dan perkiraan arus kas keluar
yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
Permasalahan tersebut menunjukkan kelemahan pengendalian intern
terutama pada:
a. Struktur organisasi, dimana jajaran pimpinan entitas belum memahami
sepenuhnya tanggung jawab pengendalian;
b. Perencanaan, yaitu tidak adanya dokumentasi untuk perencanaan kas.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006, pasal 126 ayat (1) yang menyatakan bahwa PPKD selaku
BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana
yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana
penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan.
Tidak dibuatnya anggaran kas dapat berakibat pengeluaran kas menjadi tak
terkendali.
Kondisi tersebut disebabkan BUD kurang taat pada aturan pengelolaan
keuangan daerah.
Sehubungan dengan permasalahan ini, Kepala Bagian Keuangan
menjelaskan bahwa pada Tahun Anggaran 2007 penyusunan anggaran kas
Pemerintah Daerah merupakan tugas dari Kuasa BUD dhi adalah Kantor Kas
Daerah. Anggaran kas SKPD telah dibuat dan telah dihimpun di Kuasa BUD,
namun belum dibuatkan Anggaran Kas Pemerintah Kota Batu. Untuk itu, pada
APBD Tahun Anggaran 2008 akan dilakukan pembenahan, guna mengatur
ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai
dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah
disahkan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 25
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan BUD untuk membuat Anggaran Kas
Pemerintah Daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai
pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum
dalam DPA-SKPD yang telah disahkan.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 26
5. Pemerintah Daerah belum sepenuhnya membuat pedoman pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
Berdasarkan hasil penelaahan yang dilakukan atas kebijakan-kebijakan yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah terkait pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah,
diketahui bahwa Pemerintah Kota Batu belum menyediakan secara penuh pedoman
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah sebagai petunjuk operasional
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Beberapa pedoman yang belum dibuat
tersebut, antara lain:
a. Peraturan Kepala Daerah tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah;
b. Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah;
c. Peraturan Kepala Daerah tentang Mekanisme Pengelolaan Anggaran Kas
Pemerintah Daerah.
Permasalahan tersebut menunjukkan kelemahan pengendalian intern
terutama pada:
a. Struktur organisasi, yaitu pimpinan entitas belum memahami sepenuhnya
tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki;
b. Perencanaan, terhadap tujuan operasional entitas yang signifikan belum
memperoleh perhatian yang khusus dari pimpinan entitas;
c. Prosedur, yaitu belum adanya prosedur yang baku yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah berkaitan dengan sistem dan kebijakan akuntansi dan mekanisme
pengelolaan anggaran kas.
Permasalahan tersebut diatas tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah pada:
a. Pasal 126 ayat (3) yang menyatakan bahwa mekanisme pengelolaan anggaran
kas pemerintah daerah ditetapkan dalam peraturan kepala daerah;
b. Pasal 232 ayat (2) menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 27
c. Pasal 239 :
1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Kepala Daerah menetapkan peraturan
kepala daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah daerah dengan
berpedoman pada standar akuntansi pemerintahan;
2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa kebijakan akuntansi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar pengakuan, pengukuran dan
pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan serta laporan keuangan.
Hal ini mengakibatkan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah menjadi
kurang tertib, dan pengendalian intern menjadi kurang dapat diandalkan sebagai alat
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan keuangan daerah. Selain itu, pelaksana
teknis di lapangan kesulitan dalam penyusunan pelaporan keuangan daerah.
Kondisi tersebut diatas disebabkan Kepala Daerah kurang memahami aturan
pengelolaan keuangan daerah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Keuangan menjelaskan bahwa dalam
perkembangannya sebelum petunjuk pelaksanaan peraturan daerah tersebut
disusun, terjadi beberapa kebijakan Kepala Daerah yang berpengaruh terhadap
status kepegawaian, yaitu masalah kepangkatan dan mutasi jabatan sehingga
berpengaruh pula terhadap proses penyusunan petunjuk pelaksanaan Peraturan
daerah. Selanjutnya, untuk Tahun Anggaran 2008 Bagian Keuangan akan
menindaklanjuti ketentuan tersebut.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar:
a. Menyusun Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Kebijakan Akuntansi Keuangan
Daerah dan Mekanisme Pengelolaan Anggaran Kas Pemerintah Daerah;
b. Menetapkan Peraturan Walikota tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,
Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah, dan Peraturan Walikota tentang
Mekanisme Pengelolaan Anggaran Kas Pemerintah Daerah.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 28
6. Pengelolaan aset Pemerintah Kota Batu belum tertib
Aktiva tetap yang merupakan bagian dari aset yang ada di lingkungan
Pemerintah Kota Batu, dikelola oleh Bagian Perlengkapan. Dalam penyusunan
laporan aset per 31 Desember 2007, Bagian Perlengkapan menyebarkan formulir
untuk diisi oleh masing-masing Satuan Kerja tentang posisi aktiva tetap yang dimiliki,
yang diperoleh melalui realisasi belanja modal Tahun Anggaran 2007. Laporan
tersebut kemudian dikompilasi oleh Bagian Perlengkapan. Laporan ini juga akan
digunakan untuk sensus yang dilaksanakan di Tahun 2008.
Dari pemeriksaan beberapa Satuan Kerja, diketahui bahwa tidak semua
Satuan Kerja membuat laporan semesteran untuk dikompilasi oleh Bagian
Perlengkapan. Satuan Kerja hanya membuat laporan jika Bagian Perlengkapan
mengirim formulir untuk diisi. Selain itu, Bendahara Barang pada beberapa Satuan
Kerja adalah pegawai baru, yang menduduki posisi sebagai Bendahara Barang pada
Tahun 2007. Bendahara Barang Dinas Kesehatan tidak memiliki data-data manual
aset pada pengelolaan sebelumnya. Dalam pencatatan aset pada barang bergerak
hanya berdasarkan pada barang yang ada, sehingga apabila ada barang yang hilang,
Bendahara Barang tidak akan mengetahui. Sedangkan pada pendistribusian aset,
ketika barang pengadaan datang, PPK tidak melaporkan pada Bendahara Barang,
namun langsung mendistribusikan aset tersebut ke puskesmas-puskesmas, sehingga
Bendahara hanya mengetahui barang dari data-data yang ada.
Permasalahan tersebut menunjukkan kelemahan pengendalian intern,
terutama pada:
a. Prosedur, pengelolaan informasi untuk memastikan tingkat keakuratan dan
kelengkapan informasi keuangan;
b. Pelaporan, dimana pihak lain tidak memperoleh informasi yang dibutuhkan guna
melaksanakan tanggung jawabnya.
Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan :
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 253 ayat (1) yang menyatakan bahwa prosedur akuntansi aset pada
SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan,
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 29
pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap
aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD;
2) Pasal 256 ayat (1) yang menyatakan bahwa buku yang digunakan untuk
mencatat transaksi dan atau kejadian dalam prosedur akuntansi aset
sebagaimana dimaksud dalam pasal 253 ayat (1) mencakup:
a) Buku jurnal umum;
b) Buku besar dan;
c) Buku besar pembantu.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada :
1) Pasal 16 ayat (1) menyebutkan bahwa hasil pengadaan barang diterima oleh
penyimpan barang;
2) Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa penyaluran barang milik daerah oleh
penyimpan barang dilaksanakan atas dasar Surat Perintah Pengeluaran
Barang (SPPB) dari Pengguna/Kuasa Pengguna disertai dengan Berita
Acara Serah Terima;
3) Pasal 27 ayat (6) menyebutkan bahwa Pembantu Pengelola menghimpun
hasil inventaris barang milik daerah.
Hal tersebut mengakibatkan pengelolaan aset menjadi tidak tertib.
Kondisi tersebut disebabkan Satuan Kerja tidak mengelola aset secara
tertib sesuai dengan ketentuan.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian Perlengkapan menjelaskan
bahwa pengelolaan aset daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tetapi
dalam pelaksanaannya tidak berjalan baik karena mekanisme pelaporan aset per
semester dari masing-masing SKPD belum sepenuhnya berjalan baik.
Rekomendasi BPK RI Walikota Batu agar memerintahkan Kepala Dinas pada tiap-tiap Satuan
Kerja supaya mengelola aset dengan tertib sesuai ketentuan yang berlaku, dan
melakukan pelaporan aset secara periodik ke Bagian Perlengkapan karena aset
merupakan salah satu kekayaan daerah terbesar.
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 30
7. Pelaksanaan penatausahaan pengelolaan uang milik daerah di Kantor Kas Daerah tidak tertib Pengelolaan kas daerah dilaksanakan oleh Kantor Kas Daerah, yang
dipimpin oleh seorang kepala kantor (eselon III), yang sekaligus menjabat sebagai
Kuasa BUD. Sedangkan yang bertindak sebagai BUD sekaligus PPKD adalah
Kepala Bagian Keuangan. Selama Tahun 2007, Kantor Kas Daerah mengalami dua
masa kepemimpinan yang berbeda, yaitu Januari s.d Oktober 2007 dan Oktober s.d
Desember 2007.
Hasil pemeriksaan dan pengamatan yang dilakukan terhadap penatausahaan
pengelolaan kas daerah selama dua era yang berbeda tersebut, menunjukkan hal-
hal sebagai berikut.
a. Kantor Kas Daerah menggunakan 12 rekening yang berbeda untuk mengelola
kas daerah. Semua pendapatan yang masuk ke kas daerah akan ditampung
kedalam 12 rekening tersebut. Pembayaran terhadap pengeluaran daerah juga
bersumber dari kedua belas rekening tersebut. Kedua belas rekening tersebut
semuanya berada pada Bank Jatim. Namun, penetapan dari Walikota yang
menunjuk Bank Jatim sebagai tempat menampung kas daerah Tahun 2007 tidak
ada.
b. Pelaksanaan penatausahaan pengeluaran kas tidak mencerminkan pengendalian
kas yang handal. Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa sebagian
besar buku-buku dan register yang digunakan tidak up to date. Buku Kas Umum,
sebagai cerminan jumlah penerimaan dan pengeluaran daerah tidak dibuat
dalam Tahun 2007. Buku Kas Umum Tahun 2007 baru dibuat ketika diminta.
Dengan demikian, Buku Kas Umum yang diserahkan adalah buku kas umum
yang baru saja dibuat. Selain itu, juga dijumpai jumlah saldo-saldo kumulatif BKU
yang salah karena adanya kesalahan input pada awal tahun sehingga terbawa
sampai akhir tahun.
c. Tanpa mengesampingkan perbaikan-perbaikan yang dicoba diusahakan pada
periode Oktober-Desember 2007, secara umum pengelolaan pengeluaran kas
dalam Tahun 2007 tidak handal. Sesuai penjelasan lisan dari Kuasa BUD periode
sebelum Oktober 2007, diketahui bahwa pembuatan SP2D terkadang dilakukan
setelah pencairan cek dilakukan, meskipun SPP dan SPMnya sudah ada pada
saat itu. Akibatnya, ada beberapa SPP dan SPM yang belum dibuatkan SP2D
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 31
meskipun sebenarnya pengeluaran kas sudah dilakukan, dan SPP dan SPM-nya
lengkap.
Selain itu, berdasarkan hasil konfirmasi dengan Kuasa BUD periode sebelum
Oktober 2007, diketahui bahwa tidak semua proses pencairan uang didahului dengan
dokumen SPP, SPM dan SP2D. Pencairan tersebut dilakukan karena adanya beban
kekurangan kas tahun 2004-2007 yang sebelumnya dipinjamkan dari rekanan harus
diselesaikan pada tahun 2007. Pada periode sebelum Oktober 2007, buku-buku
bantu atau alat kendali lain sebagai alat kontrol pengeluaran kas tidak diperoleh. Hal
ini, menyulitkan auditor untuk melakukan penelusuran distribusi penggunaan kas.
Disamping itu, juga dijumpai sebagian dari bendahara-bendahara pengeluaran
menerima SP2D terlambat, sehingga menyulitkan dalam pembuatan SPJ terhadap
dana yang telah cair.
Kondisi di atas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April 2003 tentang Keuangan
Negara, pasal 3 ayat (1) antara lain menyebutkan bahwa keuangan negara
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan rekening pemerintah daerah, Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah membuka Rekening Kas Umum Daerah pada bank yang ditentukan oleh
gubernur/bupati/walikota;
c. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, pada :
1) Pasal 179:
a) Ayat (1) menyebutkan bahwa BUD bertanggung jawab terhadap
pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas daerah;
b) Ayat (2) menyebutkan bahwa untuk mengelola kas daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) BUD membuka rekening kas umum daerah pada
bank yang sehat;
c) Ayat (3) menyebutkan bahwa penunjukan bank yang sehat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan
diberitahukan kepada DPRD;
PERWAKILAN BPK RI DI SURABAYA 32
2) Pasal 219 ayat (1) menyebutkan bahwa dokumen yang digunakan kuasa
BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup register SP2D, register surat
penolakan penerbitan SP2D, serta buku kas penerimaan dan pengeluaran.
Hal tersebut mengakibatkan :
a. Tidak adanya dokumentasi transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang
tertib dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable);
b. Menjadikan pengelolaan kas menjadi tidak tertib dan berpotensi adanya SPP dan
SPM yang belum diterbitkan karena terlewatkan;
c. Mengacaukan sistem pengelolaan kas yang sudah dibangun, yang pada
gilirannya kas daerah akan menjadi sangat mudah disalahgunakan;
d. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menjadi terhambat.
Kondisi di atas disebabkan oleh:
a. Ketidakpatuhan dan ketidaktaatan Kuasa Bendahara Umum Daerah beserta
Kepala Seksi Pengeluaran periode sebelum Oktober 2007 terhadap aturan yang
berlaku;
b. Memo-memo dari pimpinan tertinggi entitas (almarhum) yang menurut kuasa
BUD sulit untuk ditolak;
c. Ketidaktegasan Kuasa BUD untuk menolak pembayaran yang tidak sesuai
ketentuan.
Menanggapi temuan di atas, mantan Kuasa BUD periode sebelum Oktober
2007 beralasan bahwa ketidaktaatannya pada aturan keuangan pada saat itu karena
Pelaksanaan Permendagri No. 13 Tahun 2006 di Pemkot Batu tidak disertai dengan
penataan sumber daya manusia dan infrastruktur yang memadai dan tidak ada
ketegasan dari Walikota almarhum (Sdr. IK) tentang pengimplementasiannya,
sehingga metode penerapannya mengambang. Bahkan, sampai triwulan I, metode
maupun sistem yang digunakan masih mengambang sehingga pembuatan BKU
terlambat.
Rekomendasi BPK RI Walikota agar memerintahkan Kuasa BUD agar mengacu pada
perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan keuangan daerah.