Laporan Gizi Buruk

4
LAPORAN KEGIATAN SCREENING ANAK GIZI BURUK DI DESA PEMUNTASAN LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Malnutrisi berat akut atau gizi buruk, menurut World Health Organization (WHO), didefinisikan sebagai perbandingan berat terhadap tinggi badan yang sangat rendah (dibawah -3 standar deviasi), dengan severe wasting, atau dengan adanya nutritional edema. Malnutrisi berat akut merupakan kondisi yang mengancam nyawa, dan memerlukan penanganan segera. Penurunan angka mortalitas anak dan peningkatan kesehatan ibu bergantung pada pengurangan angka malnutrisi, yang menjadi sebab, baik langsung atau tidak langsung, dari 35% angka kematian balita. Sebanyak kurang lebih 70 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin. Masalah tersebut dipersulit dengan tempat tinggal yang sulit untuk dijangkau. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005, pada balita, angka prevalensi gizi kurang 28%, dan dari angka tersebut, 8.8%-nya menderita gizi buruk. Namun, menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2008, prevalensi gizi kurang telah berkurang menjadi 13% (5.4%-nya menderita gizi buruk). Meskipun demikian, diperkirakan banyak kasus-kasus gizi buruk yang under reported sehingga prevalensi sebenarnya lebih tinggi daripada yang dilaporkan. Salah satu penyebab gizi buruk adalah kurangnya asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan anak untuk bertumbuh dan berkembang. Namun, apabila orang tua rutin menimbang berat badan anaknya di Posyandu, tentunya balita dengan gizi buruk dapat didiagnosa lebih awal, dan mendapatkan penanganan lebih awal. Posyandu merupakan sarana yang efektif dalam melakukan kegiatan screening atau penapisan dini pada anak-anak dengan gizi buruk maupun gizi kurang yang mungkin jatuh dalam

description

Laporan Gizi Buruk

Transcript of Laporan Gizi Buruk

laporan kegiatan

SCREENING ANAK GIZI BURUK DI DESA PEMUNTASANLATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Malnutrisi berat akut atau gizi buruk, menurut World Health Organization (WHO), didefinisikan sebagai perbandingan berat terhadap tinggi badan yang sangat rendah (dibawah -3 standar deviasi), dengan severe wasting, atau dengan adanya nutritional edema. Malnutrisi berat akut merupakan kondisi yang mengancam nyawa, dan memerlukan penanganan segera. Penurunan angka mortalitas anak dan peningkatan kesehatan ibu bergantung pada pengurangan angka malnutrisi, yang menjadi sebab, baik langsung atau tidak langsung, dari 35% angka kematian balita.

Sebanyak kurang lebih 70 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin. Masalah tersebut dipersulit dengan tempat tinggal yang sulit untuk dijangkau. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005, pada balita, angka prevalensi gizi kurang 28%, dan dari angka tersebut, 8.8%-nya menderita gizi buruk. Namun, menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2008, prevalensi gizi kurang telah berkurang menjadi 13% (5.4%-nya menderita gizi buruk). Meskipun demikian, diperkirakan banyak kasus-kasus gizi buruk yang under reported sehingga prevalensi sebenarnya lebih tinggi daripada yang dilaporkan.

Salah satu penyebab gizi buruk adalah kurangnya asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan anak untuk bertumbuh dan berkembang. Namun, apabila orang tua rutin menimbang berat badan anaknya di Posyandu, tentunya balita dengan gizi buruk dapat didiagnosa lebih awal, dan mendapatkan penanganan lebih awal. Posyandu merupakan sarana yang efektif dalam melakukan kegiatan screening atau penapisan dini pada anak-anak dengan gizi buruk maupun gizi kurang yang mungkin jatuh dalam kategori gizi puruk bila tidak diperbaiki. Desa Pameuntasan terdiri dari 13 RW yang setiap RWnya aktif dalam melakukan kegiatan posyandu setiap minggu. Laporan ini akan menggambarkan kegiatan posyandu yang dilakukan dan hasil screening anak gizi buruk pada Desa Pameuntasan.PELAKSANAAN POSYANDUPosyandu Desa Pameuntasan berlangsung setiap hari pada RW yang berbeda-beda. Pada kegiatan screening kali ini, data diambil dari hasil penimbangan posyandun yang dilakukan di 13 RW pada tanggal 2-11 Agustus 2012. Posyandu dilakukan oleh dokter internship didampingi oleh bidan desa dan kader. Posyandu dimaksudkan untuk memantau status gizi dan kesehatan anak, serta mengedukasi pengasuh anak (caregiver). Selain melakukan penimbangan, posyandu kali ini juga dilaksanakan dalam rangka mensukseskan pemberian vitamin A pada balita usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun yang merupakan program tahunan yang diwajibkan oleh pemerintah.EVALUASI KEGIATAN POSYANDUBerdasarkan data hasil penimbangan anak di Desa Pamenutasan didapatkan jumlah anak gizi buruk sebanyak 26 anak dari keseluruhan 676 anak (3%) di seluruh desa. Hasil ini tentunya lebih rendah jika dibandingkan dengan data RISKESDAS tentang prevalensi anak gizi buruk yang sebanyak 8.8%. Jumlah anak gizi kurang mencapai 5% (38/676) di desa Pameuntasan yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan data RISKESDAS sebanyak 13%. Jumlah pasien anak gizi buruk dan gizi kurang yang diperoleh melalui screening posyandu wajib ditindaklanjuti oleh pegawai kesehatan, dokter puskesmas dan juga kader desa guna memperbaiki status gizi anak-anak di desa tersebut. Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan edukasi dan memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan program yang selanjutnya dilakukan sebagai pemecahan masalah. Pasien gizi buruk juga diwajibkan untuk dilaporkan sebagai data pemerintah yang mampu memberikan gambaran status gizi di daerah setempat.Kesulitan yang didapatkan dalam melakukan screening pasien gizi buruk adalah sikap penduduk yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sehingga sulit untuk dilakukan follow-up apabila ditemukan kasus gizi buruk di desa tersebut. Kesadaran para orang tua untuk membawa anaknya ke posyandu dinilai sudah cukup baik dilihat dari partisipasi penimbangan yang mencakup sebagian besar balita di desa tersebut.KESIMPULAN DAN SARAN

Posyandu merupakan sarana yang tepat dalam melakukan screening pasien gizi buruk ataupun melakukan penapisan terhadap status gizi kurang demi upaya pencegahan terjadinya gizi buruk di desa tersebut. Partisipasi maysrakat dinilai cukup baik. Pelaksanaan posyandu juga dilakukan secara rutin dan memiliki kelengkapan data yang baik. Adapun pelaksanaan screening mempunyai kendala berupa sikap mobilitas masyarakat di Desa Pameuntasan yang cukup tinggi sehingga sulit melakukan tindak lanjut apabila ditemukan kasus gizi buruk. Masyarakat yang mempunya sikap berpindah-pindah juga cenderung tidak melaporkan anaknya dan membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan. Terlepas dari kendala yang disebutkan di atas, pelaksanaan screening di Desa Pameuntasan sudah berlangsung dengan sangat baik dengan hasil yang memuaskan. Secara keseluruhan dibandingkan dengan data RISKESDAS, Desa Pameuntasan memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang yang lebih rendah namun sebagian kecil dari anak-anak tersebut tetap memerlukan monitoring yang ketat demi meningkatkan status gizi mereka.

Daftar pustaka

1. WHO. Severe acute malnutrition. [Internet]. Geneva: WHO press. c2012 [updated 2012; cited 2012 Jan 23]. Available from: http://www.who.int/nutrition/topics/severe_malnutrition/en/index.html2. Andewi. CFC penatalaksanaan gizi buruk di masyarakat. [Internet]. Jakarta: Direktorat Bina Gizi dan KIA. 2011 Feb 14 [updated 2012; cited 2012 Jan 23]. http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/816Mengetahui

Dr. Ai Hasanah

Pendamping Internship Puskesmas