Laporan Geo Struktur Herydictus

18
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Secara geografis wilayah Kabupaten Tana Toraja terletak sekitar 311 km sebelah utara Kota Makassar atau pada koordinat 119 O 19’05” – 120 O 09’16” BT dan 02 O 36’03” – 03 O 24’13” LS. Beberapa kabupaten dilewati jika menuju kabupaten ini diantaranya Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, dan Kota Parepare. Keempat kabupaten tersebut terletak pada dataran rendah yang berbatasan dengan wilayah perairanSelat Makassar di sebelah barat. Sedangkan disebelah timur merupakan jajaran pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan. Pada bagian utara wilayah Sulawesi Selatan menuju Tana Toraja merupakan wilayah perbukitan hingga pegunungan yang mulai dijumpai setelah melewati Kota Parepare, termasuk Kabupaten Sidenreng Rappang. Memasuki Kabupaten Enrekang bentang alamnya berubah menjadi bentang alam kars yang disusun oleh batuan karbonat. Kenampakan kars berbeda dengan kars Maros-Pangkep. Perbedaan bentangalam tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan suhu dan kelembaban serta jenis vegetasi pada wilayah-wilayah yang dilewati. Geologi Struktur

Transcript of Laporan Geo Struktur Herydictus

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Secara geografis wilayah Kabupaten Tana Toraja terletak sekitar

311 km sebelah utara Kota Makassar atau pada koordinat 119 O19’05” –

120O09’16” BT dan 02O36’03” – 03O24’13” LS. Beberapa kabupaten

dilewati jika menuju kabupaten ini diantaranya Kabupaten Maros,

Pangkep, Barru, dan Kota Parepare. Keempat kabupaten tersebut terletak

pada dataran rendah yang berbatasan dengan wilayah perairanSelat

Makassar di sebelah barat. Sedangkan disebelah timur merupakan jajaran

pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan.

Pada bagian utara wilayah Sulawesi Selatan menuju Tana Toraja

merupakan wilayah perbukitan hingga pegunungan yang mulai dijumpai

setelah melewati Kota Parepare, termasuk Kabupaten Sidenreng

Rappang. Memasuki Kabupaten Enrekang bentang alamnya berubah

menjadi bentang alam kars yang disusun oleh batuan karbonat.

Kenampakan kars berbeda dengan kars Maros-Pangkep.

Perbedaan bentangalam tersebut menyebabkan terjadinya

perbedaan suhu dan kelembaban serta jenis vegetasi pada wilayah-

wilayah yang dilewati. Seperti halnya daerah-daerah lain yang berada

pada dataran tinggi dengan curah hujan tinggi, maka lahan-lahan

pertanian berupa sawah di Kabupaten Tana Toraja dibuat mengikuti

kontur atau berupa teras-teras dengan sumber air dari aliran permukaan

asal pegunungan.

I.2 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari diadakanya peneliatian lapangan ini adalah:

1. Agar mahasiswa dapat memahami labih jelas mengenai proses-

proses geologi yang terjadi di lingkunagn sekitarnya khususnya di

daerah penelitian.

Geologi Struktur

2. Agar mahasiswa dapat menerapkan ataupun menghubungkan ilmu

yang didapanya didalam ruangan dengan keadaan yang sebenarnya

yang terjadi dilapangan.

3. Agar dapat melihat dengan jelas jenis-jenis bentang alam dan

jenis-jenis struktur geologi yang telah terjadi.

4. Tujuan utama adalah merekonstruksi gaya-gaya yang

menyebabkan proses perubahan dan evolusi dari muka bumi.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan penelitian lapangan ini adalah sabagai

berikut:

1. Mahasiswa dapat dengan langsung melihat dan mengklasifikasikan

struktur-struktur geologi yang dijumapai didaerah penelitian.

2. Mahasiswa dapat membandigkan perbedaan dari tiap struktur-

struktur pembentuk daerah penelitian.

Geologi Struktur

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

Geologi regional Tana Toraja termasuk pada lembar Majene dan bagian

barat lembar Palopo (Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido, 1998 ).

II.1 Fisiografi

Pulau Sulawesi dapat dibagi menjadi tiga mandala yaitu Mandala

Geologi Sulawesi Bagian Barat, Mandala Sulawesi Bagian Timur, Mandala

Banggai-Sula. Tetapi untuk Mandala barat dan Timur ada ketidaksesuaian dari

selatan-utara selama zaman Tersier. Daerah telitian merupakan bagian dari

Mandala Sulawesi Bagian Barat ( R.A.B. Sukamto, 1973 ).

Mandala Barat Sulawesi dibatasi oleh Mandala timurnya oleh adanya

jalur sesar yang arah sesarnya adalah utara-selatan. Dibagian baratnya, Mandala

Barat Sulawesi ini dibatasi oleh terjadinya rifting karena adanya penipisan kerak

benua yang kemudian mengakibatkan sistem blok di Selat Makassar. Terbukanya

Selat Makassar ini oleh rifting yang terjadi pada Miosen Awal dan sedikit

banyaknya mempengaruhi struktur geologi di Mandala Barat Sulawesi.

Secara umum pada mandala ini didapatkan adanya sesar-sesar mendatar

yang umumnya mempunyai arah pergerakan kekiri dan sesar-sesar naik. Arah

sesar mendatar mempunyai arah jurus kurang lebih N160ºE atau N340ºE dengan

arah pergerakan mengiri (sinistral). Sedangkan untuk sesar naik umumnya

terdapat di melange Bantimala dengan arah barat laut-tenggara yang mampu

mengangkat komplek Melange ini kepermukaan diberbagai tempat.

Pada bagian Tengah di Mandala Barat didapatkan juga adanya suatu

terban yang memanjang utara-selatan yang disebut terban Walanae. Terban ini

dibatasi oleh dua sesar normal yang berarah utara-selatan, kemudian terban ini

Geologi Struktur

terisi oleh sedimen vulkanik Kuarter. Terjadinya Terban ini mungkin akibat

penipisan kerak benua yang kemudian berkembang menjadi suatu sistem sesar

blok seperti halnya Selat Makassar hanya dalam hal ini dimensinya kecil.

II.2 Geomorfologi Regional

Satuan regional geologi daerah penelitian dibagi atas 3 bagian yaitu satuan

geomorfologi pegunungan stuktural, geomorfologi geologi pegunungan denudasi,

satuan geomorfologi pegunungan vulkanik.

A. satuan geomorfologi pegunungan struktural satuan ini menempati hampir

15% dari luas daerah penelitian. satuan pegunungan struktural ini dicirikan

oleh keadaan morfologi permukaan berupa topografi yang bergunung-

gunung dengan garis kontur yang relatif rapat dan juga disebabkan oleh

proses struktur geologi yang bekerja. satuan ini ditandai dengan

litologinya yang telah mengalami hancuran dan breksiasi dengan lereng

yang cukup terjal

B. Satuan geomorfologi geologi pegunungan denudasi satuan ini memempati

hampir 80% dari seluruh luas penelitian. penemuan satuan ini didasarkan

pada bentuk topografi yang bergelombang landai dengan garis kontur yang

agak landai

C. Satuan geomorfologi pegunungan vulkanik penamaan satuan ini

didasarkan pada kenampakan bentang alam yang disusun oleh batuan

vulkanik dicirikan oleh bentuk kontur yang radial dengan relief yang tidak

terlalu rapat. satuan ini menempati hampir 5% dari daerah penelitian.

II.3 Struktur Geologi dan Tektonika

Sulawesi terdiri dari 4 bagian pulau-pulau, yaitu yang dikenal sebagai

lengan, tubuh, leher, dimana dikelilingi oleh teluk yang menjorok kedalam.

Terletak pada wilayah tektonik yang sangat kompleks dimana tiga lempeng utama

saling berinteraksi dari zaman Mesozoikum sampai sekarang. Wilayah ini telah

dibagi menjadi 4 bagian Lithotektonik, yang terhubung oleh skala besar tektonik

yang berbeda-beda tempat dan sesar naik (R.A.B. Sukamto, 1975). Terjadi dari

barat hingga ke timur.Busur Plutono-Vulkanik Sulawesi Barat yang dijelaskan

Geologi Struktur

diatas dapat dibagi menjadi segmen Continental Margin (Sulawesi Barat) dan

Busur Kepulauan Tersier yang didasari oleh Oceanic Crust(Sulawesi Utara).

Sabuk Metamorfik Sulawesi Tengah batuan metamorfnya terdiri dari material asal

benua dan samudera, mungkin termasuk kerak Australia. (Hall, 2002). Ofiolit

Sulawesi Timur, secara tektonik terhubung oleh sediment laut dalam yang

berumur Mesozoikum, dan mungkin termasuk Mid Oceanic Ridge Samudera

Hindia, Tepi Cekungan, dan bagian dari busur depanSundaland (Hall, 2002).

Fragmen kontinen yang berasal dari Australia (Buton-Tukang dan Besi-Banggai-

Sula) dimana bertumbukan dengan bagian timur Sulawesi selama Awal Miosen-

Pliosen (Hall, 2002). Katili. J.A, (1977) mengatakan bahwa sekarang Selat

Makassar sepanjang selat Pasternoster akibat mekarnya lantai dasar laut Palung

Makassar yang menyebabkan pula terjadinya zona subduksi kecil yang menunjam

ke arah timur dan mempengaruhi aktivitas gunungapi Kuarter Akhir.  Secara

umum pada mandala geologi bagian barat ini didapatkan adanya sesar – sesar

mendatar yang pada umumnya memiliki arah sesar pergerakannya kekiri disertai

beberapa sesar naik. Sesar mendatarnya kurang lebih memiliki arah jurus N 160o E

dan N 340o E dengan arah pergerakan ke kiri (Sinister). Sedangkan untuk sesar

naiknya umumnya didapatkan didaerah Bantimala Complex yang mampu

mengangkat kelompok mélange ini muncul ke permukaan di beberapa tempat. 

Pola tektonik regional di Sulawesi tergambar dalam bentuk sesar-sesar geser jurus

dan sesar-sesar sungkupnya. Jalur sesar Palu-Koro merupakan sesar geser

jurus sinistral yang mempunyai arah barat laut-tenggara yang diperkirakan masih

aktif sampai sekarang.

II.4 Stratigrafi Regional

Satuan tertua daerah ini adalah batuan malihan yang terdiri dari sekis,

gneiss, fillit, dan batu sabak. satuan ini mungkin dapat disamakan dengan

kompleks di lembah Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dari zaman kapur

dan tertindih tidak selaras oleh formasi latimojong,dimana formasi ini tersusun

oleh fillit, kuarsit, batulempung malihan dan palem berumur kapur. satuan

Geologi Struktur

berikutnya adalah formasi toraja terdiri terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat

kuarsa, serpih dan batulempung yang umumnya berwarna merah atau ungu.

formasi ini mempunyai anggota Rantepao yangv terdiri dari batu gamping yang

berumur pliosen akhir. formasi toraja menindih tidak selaras formasi latimojong

dan tertinding tidak selaras oleh batuan gunung api dan tak selaras dengan

batugamping dan napal. formasi ini berumur miosen awal sampai miosen tengah

yang tertindih tidak selaras.

Tenaga Pembentuk Patahan.

Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga

endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan

berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut

dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi

mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran

kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault). Berdasarkan

gerakan atau pergerakan atau pergeseran terdapat tiga macam sesar.

a. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar

vertikal), sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang

patahan.

b. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah

horisontal (sesar mendatar), sehingga hasail dari aktivitas ini kadangkala

dicirikan oleh kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah.

c. Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama

dengan pergeseran mendatar, yang sering disebut sesar miring (nblique).

Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk celah yang memanjang,

kalau terjadi di dasar laut/ samudera terbentuk palung laut, dan bila di

daratan biasa berupa ngarai

Geologi Struktur

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat:

a. Kompas geologi

b. Palu geologi

c. Peta Topografi

d. Roll meter

e. Pita meter

f. Buku lapangan

g. Klipboard

h. Kamera Digital

i. Alat tulis menulis

III.1.2 Bahan:

a. Kantong sampel

b. Kertas A4

III.2 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan pada daerah penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Utarakan peta dengan menggunakan kompas geologi

2. Plot lokasi penelitian pada peta topografi dengan 2 cara:

a. Resection 

Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah:

Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di

lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan

potong, sungai ataupun tebing.

Geologi Struktur

Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian

cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda

berdin ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal,

baik di peta maupun di medan

Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau

titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai,

jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

b. Intersection 

Adalah menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah:

 Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di

lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan

potong, sungai ataupun tebing.

Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alarn), kemudian

cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda

berdin(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta)

ke saran bidik.

Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari

dua tempat yang berbeda, dengan jelas. Intersection dapat pula

dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau ttitik ketinggian,

bilamana orang yang kita bidik berada pada tepi Jurang, tepi sungai,

Jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

3. Pengambilan data dengan cara:

Menggambar penempang singkapan ataupun objek yang di amati.

Melakukan pengukuran luas (panjang dan tinggi) dari objek yang

diamati.

Melakukan pengukuran nilai strike dan dip dari singkapan batuan

sediemn.

Geologi Struktur

Melakuakn perekaman objek dengan bantuan teknologi digital

dalam hal ini kamera digital ataupun alat-alat lain yang dapat

digunakan untuk melakuakan perekaman.

4. Pencatatan hasil pengamatan ataupun penelitian.

Geologi Struktur

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 HASIL

Stasiun 1a

Stasiun 1a berlokasi di desa Sangkaropi kecamatan Sa’dan Kabupaten Tana

Toraja. Pada stasiun ini terdapat tambang yang bergerak dalam penambangan

timah hitam dan putih (Galena) yang dikelolah oleh PT. Makale Toraja Mining..

Pada stasiun ini banyak dijumpai berbagai macam jenis-jenis mineral. Adapun

mineral-,mineral yang dijumpai pada lokasi ini contohnya adalah mineral Sfalerit

(Sf), Galena (Gn), Pirit (Pi) dan Kalkopirit (Kl) merupakan mineral sulfida. Pada

stasiun ini juga dijumpai mineral zeolite yang menrupakan mineral yang

bermanfaat. Sifat mineral ini yang dapat menyerap racun-racun sering banyak

dipergunakan sebagai bahan penetral racun atau bahan pencemar dari proses

pertambangan itu sendiri.

Geologi Struktur

Stasiun 1b

Stasiun 2

Geologi Struktur

Satsiun 3

Stasiun 4

Stasiun 4 ini terletak di kabupaten Enrekang disebah jalan poros Enrekang

Toraja. Pada stasiun ini dijumpai singkapan, jika diperhatikan singkapan ini telah

mengalami patahan dan telah mengalami proses tektonik sehingga singkapan ini

tidak lagi dalam posisi yang horizontal melainkan sudah dalam posisi yang

vertikal dan hampir tegak lurus yang mana pada singkapan ini juga didapatkan

patahan pada badan-badan singkapannya. Adapun arah penyebarannya atau strike

dan dip pada singkapan tersebut bernilai N 289'E/79' dan nilai strike dip patahan

pada singkapan tesebut adalah N 303'E/38'20''. Lokasi singkapan ini termasuk

dalam lokasi dengan relief yang curam yang mana pada sisi depan singkapan

Geologi Struktur

IV.2 PEMBAHASAN

Geologi Struktur