Laporan Geo Struktur Herydictus
-
Upload
christover-raruk-pawa -
Category
Documents
-
view
226 -
download
6
Transcript of Laporan Geo Struktur Herydictus
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Secara geografis wilayah Kabupaten Tana Toraja terletak sekitar
311 km sebelah utara Kota Makassar atau pada koordinat 119 O19’05” –
120O09’16” BT dan 02O36’03” – 03O24’13” LS. Beberapa kabupaten
dilewati jika menuju kabupaten ini diantaranya Kabupaten Maros,
Pangkep, Barru, dan Kota Parepare. Keempat kabupaten tersebut terletak
pada dataran rendah yang berbatasan dengan wilayah perairanSelat
Makassar di sebelah barat. Sedangkan disebelah timur merupakan jajaran
pegunungan yang memanjang dari utara ke selatan.
Pada bagian utara wilayah Sulawesi Selatan menuju Tana Toraja
merupakan wilayah perbukitan hingga pegunungan yang mulai dijumpai
setelah melewati Kota Parepare, termasuk Kabupaten Sidenreng
Rappang. Memasuki Kabupaten Enrekang bentang alamnya berubah
menjadi bentang alam kars yang disusun oleh batuan karbonat.
Kenampakan kars berbeda dengan kars Maros-Pangkep.
Perbedaan bentangalam tersebut menyebabkan terjadinya
perbedaan suhu dan kelembaban serta jenis vegetasi pada wilayah-
wilayah yang dilewati. Seperti halnya daerah-daerah lain yang berada
pada dataran tinggi dengan curah hujan tinggi, maka lahan-lahan
pertanian berupa sawah di Kabupaten Tana Toraja dibuat mengikuti
kontur atau berupa teras-teras dengan sumber air dari aliran permukaan
asal pegunungan.
I.2 Maksud Penelitian
Adapun maksud dari diadakanya peneliatian lapangan ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat memahami labih jelas mengenai proses-
proses geologi yang terjadi di lingkunagn sekitarnya khususnya di
daerah penelitian.
Geologi Struktur
2. Agar mahasiswa dapat menerapkan ataupun menghubungkan ilmu
yang didapanya didalam ruangan dengan keadaan yang sebenarnya
yang terjadi dilapangan.
3. Agar dapat melihat dengan jelas jenis-jenis bentang alam dan
jenis-jenis struktur geologi yang telah terjadi.
4. Tujuan utama adalah merekonstruksi gaya-gaya yang
menyebabkan proses perubahan dan evolusi dari muka bumi.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan penelitian lapangan ini adalah sabagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat dengan langsung melihat dan mengklasifikasikan
struktur-struktur geologi yang dijumapai didaerah penelitian.
2. Mahasiswa dapat membandigkan perbedaan dari tiap struktur-
struktur pembentuk daerah penelitian.
Geologi Struktur
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Geologi regional Tana Toraja termasuk pada lembar Majene dan bagian
barat lembar Palopo (Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido, 1998 ).
II.1 Fisiografi
Pulau Sulawesi dapat dibagi menjadi tiga mandala yaitu Mandala
Geologi Sulawesi Bagian Barat, Mandala Sulawesi Bagian Timur, Mandala
Banggai-Sula. Tetapi untuk Mandala barat dan Timur ada ketidaksesuaian dari
selatan-utara selama zaman Tersier. Daerah telitian merupakan bagian dari
Mandala Sulawesi Bagian Barat ( R.A.B. Sukamto, 1973 ).
Mandala Barat Sulawesi dibatasi oleh Mandala timurnya oleh adanya
jalur sesar yang arah sesarnya adalah utara-selatan. Dibagian baratnya, Mandala
Barat Sulawesi ini dibatasi oleh terjadinya rifting karena adanya penipisan kerak
benua yang kemudian mengakibatkan sistem blok di Selat Makassar. Terbukanya
Selat Makassar ini oleh rifting yang terjadi pada Miosen Awal dan sedikit
banyaknya mempengaruhi struktur geologi di Mandala Barat Sulawesi.
Secara umum pada mandala ini didapatkan adanya sesar-sesar mendatar
yang umumnya mempunyai arah pergerakan kekiri dan sesar-sesar naik. Arah
sesar mendatar mempunyai arah jurus kurang lebih N160ºE atau N340ºE dengan
arah pergerakan mengiri (sinistral). Sedangkan untuk sesar naik umumnya
terdapat di melange Bantimala dengan arah barat laut-tenggara yang mampu
mengangkat komplek Melange ini kepermukaan diberbagai tempat.
Pada bagian Tengah di Mandala Barat didapatkan juga adanya suatu
terban yang memanjang utara-selatan yang disebut terban Walanae. Terban ini
dibatasi oleh dua sesar normal yang berarah utara-selatan, kemudian terban ini
Geologi Struktur
terisi oleh sedimen vulkanik Kuarter. Terjadinya Terban ini mungkin akibat
penipisan kerak benua yang kemudian berkembang menjadi suatu sistem sesar
blok seperti halnya Selat Makassar hanya dalam hal ini dimensinya kecil.
II.2 Geomorfologi Regional
Satuan regional geologi daerah penelitian dibagi atas 3 bagian yaitu satuan
geomorfologi pegunungan stuktural, geomorfologi geologi pegunungan denudasi,
satuan geomorfologi pegunungan vulkanik.
A. satuan geomorfologi pegunungan struktural satuan ini menempati hampir
15% dari luas daerah penelitian. satuan pegunungan struktural ini dicirikan
oleh keadaan morfologi permukaan berupa topografi yang bergunung-
gunung dengan garis kontur yang relatif rapat dan juga disebabkan oleh
proses struktur geologi yang bekerja. satuan ini ditandai dengan
litologinya yang telah mengalami hancuran dan breksiasi dengan lereng
yang cukup terjal
B. Satuan geomorfologi geologi pegunungan denudasi satuan ini memempati
hampir 80% dari seluruh luas penelitian. penemuan satuan ini didasarkan
pada bentuk topografi yang bergelombang landai dengan garis kontur yang
agak landai
C. Satuan geomorfologi pegunungan vulkanik penamaan satuan ini
didasarkan pada kenampakan bentang alam yang disusun oleh batuan
vulkanik dicirikan oleh bentuk kontur yang radial dengan relief yang tidak
terlalu rapat. satuan ini menempati hampir 5% dari daerah penelitian.
II.3 Struktur Geologi dan Tektonika
Sulawesi terdiri dari 4 bagian pulau-pulau, yaitu yang dikenal sebagai
lengan, tubuh, leher, dimana dikelilingi oleh teluk yang menjorok kedalam.
Terletak pada wilayah tektonik yang sangat kompleks dimana tiga lempeng utama
saling berinteraksi dari zaman Mesozoikum sampai sekarang. Wilayah ini telah
dibagi menjadi 4 bagian Lithotektonik, yang terhubung oleh skala besar tektonik
yang berbeda-beda tempat dan sesar naik (R.A.B. Sukamto, 1975). Terjadi dari
barat hingga ke timur.Busur Plutono-Vulkanik Sulawesi Barat yang dijelaskan
Geologi Struktur
diatas dapat dibagi menjadi segmen Continental Margin (Sulawesi Barat) dan
Busur Kepulauan Tersier yang didasari oleh Oceanic Crust(Sulawesi Utara).
Sabuk Metamorfik Sulawesi Tengah batuan metamorfnya terdiri dari material asal
benua dan samudera, mungkin termasuk kerak Australia. (Hall, 2002). Ofiolit
Sulawesi Timur, secara tektonik terhubung oleh sediment laut dalam yang
berumur Mesozoikum, dan mungkin termasuk Mid Oceanic Ridge Samudera
Hindia, Tepi Cekungan, dan bagian dari busur depanSundaland (Hall, 2002).
Fragmen kontinen yang berasal dari Australia (Buton-Tukang dan Besi-Banggai-
Sula) dimana bertumbukan dengan bagian timur Sulawesi selama Awal Miosen-
Pliosen (Hall, 2002). Katili. J.A, (1977) mengatakan bahwa sekarang Selat
Makassar sepanjang selat Pasternoster akibat mekarnya lantai dasar laut Palung
Makassar yang menyebabkan pula terjadinya zona subduksi kecil yang menunjam
ke arah timur dan mempengaruhi aktivitas gunungapi Kuarter Akhir. Secara
umum pada mandala geologi bagian barat ini didapatkan adanya sesar – sesar
mendatar yang pada umumnya memiliki arah sesar pergerakannya kekiri disertai
beberapa sesar naik. Sesar mendatarnya kurang lebih memiliki arah jurus N 160o E
dan N 340o E dengan arah pergerakan ke kiri (Sinister). Sedangkan untuk sesar
naiknya umumnya didapatkan didaerah Bantimala Complex yang mampu
mengangkat kelompok mélange ini muncul ke permukaan di beberapa tempat.
Pola tektonik regional di Sulawesi tergambar dalam bentuk sesar-sesar geser jurus
dan sesar-sesar sungkupnya. Jalur sesar Palu-Koro merupakan sesar geser
jurus sinistral yang mempunyai arah barat laut-tenggara yang diperkirakan masih
aktif sampai sekarang.
II.4 Stratigrafi Regional
Satuan tertua daerah ini adalah batuan malihan yang terdiri dari sekis,
gneiss, fillit, dan batu sabak. satuan ini mungkin dapat disamakan dengan
kompleks di lembah Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dari zaman kapur
dan tertindih tidak selaras oleh formasi latimojong,dimana formasi ini tersusun
oleh fillit, kuarsit, batulempung malihan dan palem berumur kapur. satuan
Geologi Struktur
berikutnya adalah formasi toraja terdiri terdiri dari batupasir kuarsa, konglomerat
kuarsa, serpih dan batulempung yang umumnya berwarna merah atau ungu.
formasi ini mempunyai anggota Rantepao yangv terdiri dari batu gamping yang
berumur pliosen akhir. formasi toraja menindih tidak selaras formasi latimojong
dan tertinding tidak selaras oleh batuan gunung api dan tak selaras dengan
batugamping dan napal. formasi ini berumur miosen awal sampai miosen tengah
yang tertindih tidak selaras.
Tenaga Pembentuk Patahan.
Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga
endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan
berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut
dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi
mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran
kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault). Berdasarkan
gerakan atau pergerakan atau pergeseran terdapat tiga macam sesar.
a. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar
vertikal), sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang
patahan.
b. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah
horisontal (sesar mendatar), sehingga hasail dari aktivitas ini kadangkala
dicirikan oleh kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah.
c. Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama
dengan pergeseran mendatar, yang sering disebut sesar miring (nblique).
Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk celah yang memanjang,
kalau terjadi di dasar laut/ samudera terbentuk palung laut, dan bila di
daratan biasa berupa ngarai
Geologi Struktur
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat:
a. Kompas geologi
b. Palu geologi
c. Peta Topografi
d. Roll meter
e. Pita meter
f. Buku lapangan
g. Klipboard
h. Kamera Digital
i. Alat tulis menulis
III.1.2 Bahan:
a. Kantong sampel
b. Kertas A4
III.2 Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan pada daerah penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Utarakan peta dengan menggunakan kompas geologi
2. Plot lokasi penelitian pada peta topografi dengan 2 cara:
a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah:
Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di
lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan
potong, sungai ataupun tebing.
Geologi Struktur
Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian
cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda
berdin ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal,
baik di peta maupun di medan
Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau
titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai,
jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.
b. Intersection
Adalah menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah:
Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di
lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan
potong, sungai ataupun tebing.
Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alarn), kemudian
cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda
berdin(letaknya sudah pasti diketahui di medan dan di peta)
ke saran bidik.
Intersection bisa dilakukan bila sasaran bidik dapat kita melihat dari
dua tempat yang berbeda, dengan jelas. Intersection dapat pula
dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau ttitik ketinggian,
bilamana orang yang kita bidik berada pada tepi Jurang, tepi sungai,
Jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.
3. Pengambilan data dengan cara:
Menggambar penempang singkapan ataupun objek yang di amati.
Melakukan pengukuran luas (panjang dan tinggi) dari objek yang
diamati.
Melakukan pengukuran nilai strike dan dip dari singkapan batuan
sediemn.
Geologi Struktur
Melakuakn perekaman objek dengan bantuan teknologi digital
dalam hal ini kamera digital ataupun alat-alat lain yang dapat
digunakan untuk melakuakan perekaman.
4. Pencatatan hasil pengamatan ataupun penelitian.
Geologi Struktur
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 HASIL
Stasiun 1a
Stasiun 1a berlokasi di desa Sangkaropi kecamatan Sa’dan Kabupaten Tana
Toraja. Pada stasiun ini terdapat tambang yang bergerak dalam penambangan
timah hitam dan putih (Galena) yang dikelolah oleh PT. Makale Toraja Mining..
Pada stasiun ini banyak dijumpai berbagai macam jenis-jenis mineral. Adapun
mineral-,mineral yang dijumpai pada lokasi ini contohnya adalah mineral Sfalerit
(Sf), Galena (Gn), Pirit (Pi) dan Kalkopirit (Kl) merupakan mineral sulfida. Pada
stasiun ini juga dijumpai mineral zeolite yang menrupakan mineral yang
bermanfaat. Sifat mineral ini yang dapat menyerap racun-racun sering banyak
dipergunakan sebagai bahan penetral racun atau bahan pencemar dari proses
pertambangan itu sendiri.
Geologi Struktur
Satsiun 3
Stasiun 4
Stasiun 4 ini terletak di kabupaten Enrekang disebah jalan poros Enrekang
Toraja. Pada stasiun ini dijumpai singkapan, jika diperhatikan singkapan ini telah
mengalami patahan dan telah mengalami proses tektonik sehingga singkapan ini
tidak lagi dalam posisi yang horizontal melainkan sudah dalam posisi yang
vertikal dan hampir tegak lurus yang mana pada singkapan ini juga didapatkan
patahan pada badan-badan singkapannya. Adapun arah penyebarannya atau strike
dan dip pada singkapan tersebut bernilai N 289'E/79' dan nilai strike dip patahan
pada singkapan tesebut adalah N 303'E/38'20''. Lokasi singkapan ini termasuk
dalam lokasi dengan relief yang curam yang mana pada sisi depan singkapan
Geologi Struktur