Laporan G2 Densitas & Porositas

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bumi adalah planet ke tiga Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam Tata Surya. Bumi meruakan satu-satunya planet saat ini yang bisa ditempati oleh manusia. Massa Bumi adalah sekitar 5,98×1024 kg. Komposisi Bumi sebagian besarnya terdiri dari besi (32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), belerang (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), dan aluminium (1,4%); sisanya terdiri dari unsur-unsur lainnya (1,2%). Akibat segregasi massa, bagian inti Bumi diyakini mengandung besi (88,8%), dan sejumlah kecil nikel (5,8%), belerang (4,5%), dan kurang dari 1% unsur- unsur lainnya. Unsur ini ada yang ditemukan dalam bentuk senyawa dan ada juga yang masih dalam bentuk unsur. Secara geologi bumi terdiri atas lapisan Litosfer, Kerak, Mantel atas, Mantel, Astenosfer, Inti luar, Inti dalam. Lapisan tempat kita bepijak adalah kerak bumi. Kerak Bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt. [1] Batuan merupakan salahsatu penyusun kerak bumi. Setiap batuan mempunyai karateristik tersendiri. Diantara karateristik yang membedakan suatu batuan dengan batuan lainnya adalah densitas dan porositasnya, oleh karena itu kami melakuakan praktikum tentang Menghitung Densitas Dan Porositas Batuan

description

Laporan Praktikum Densitas dan Porositas Batuan

Transcript of Laporan G2 Densitas & Porositas

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Bumi adalah planet ke tiga Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang

    merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam Tata

    Surya. Bumi meruakan satu-satunya planet saat ini yang bisa ditempati oleh

    manusia. Massa Bumi adalah sekitar 5,981024 kg. Komposisi Bumi

    sebagian besarnya terdiri dari besi (32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%),

    magnesium (13,9%), belerang (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), dan

    aluminium (1,4%); sisanya terdiri dari unsur-unsur lainnya (1,2%). Akibat

    segregasi massa, bagian inti Bumi diyakini mengandung besi (88,8%), dan

    sejumlah kecil nikel (5,8%), belerang (4,5%), dan kurang dari 1% unsur-

    unsur lainnya. Unsur ini ada yang ditemukan dalam bentuk senyawa dan ada

    juga yang masih dalam bentuk unsur.

    Secara geologi bumi terdiri atas lapisan Litosfer, Kerak, Mantel atas, Mantel,

    Astenosfer, Inti luar, Inti dalam. Lapisan tempat kita bepijak adalah kerak

    bumi. Kerak Bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua

    kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai

    ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan

    sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt,

    sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang

    tidak sepadat batuan basalt.[1]

    Batuan merupakan salahsatu penyusun kerak bumi. Setiap batuan mempunyai

    karateristik tersendiri. Diantara karateristik yang membedakan suatu batuan

    dengan batuan lainnya adalah densitas dan porositasnya, oleh karena itu kami

    melakuakan praktikum tentang Menghitung Densitas Dan Porositas Batuan

  • 2

    1.2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah pebandingan densitas batako dengan genteng ?

    2. Bagaimanakah perbandingan porositas batako dengan genteng ?

    1.3. Tujuan

    1. Mengetahui dan membandingkan densitas batako dengan genteng

    2. Mengetahui dan membandingkan porositas batako dengan genteng

  • 3

    BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 . Densitas

    Densitas () atau massa jenis merupakan suatu perbandingan antar daerah

    massa suatu zat yang berisi partikel - partikel dengan suatu daerah volume

    tertentu dari zat tertentu, atau massa jenis adalah pengukuran massa (m)

    setiap satuan volume (V) benda.[2]

    Semakin tinggi massa jenis suatu benda,

    maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata

    setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Satuan

    SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kgm-3

    ). Massa jenis

    merupakan salah satu karateristik benda termasuk batuan. Setiap benda yang

    sama akan memiliki massa jenis yang sama, demikian sebaliknya. Setiap zat

    memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya

    berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama[3]

    . Rumus untuk

    menentukan massa jenis adalah

    ............................................................... (1)

    2.2 Porositas

    Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan

    fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0

    dan 1, atau sebagai persentase antara 0-100%. Istilah ini digunakan di

    berbagai kajian ilmu seperti farmasi, teknik manufaktur, ilmu tanah,

    metalurgi, dan sebagainya.

    Porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori,

    sementasi, riwayat diagenetik, dan komposisinya. Porositas bebatuan

    umumnya berkurang dengan bertambahnya usia dan kedalaman. Namun hal

  • 4

    yang berlawanan dapat terjadi yang biasanya dikarenakan riwayat temperatur

    bebatuan. [4]

    Porositas merupakan hal yang sangat penting untuk mengukur ruang kosong

    yang tersedia bagi tempat menyimpan fluida hidrokarbon. Porositas ()

    adalah kemampuan suatu batuan untuk menyimpan fluida. Porositas adalah

    perbandingan ruang kosong /pori-pori dalam batuan dengan keseluruhan

    volume batuan dikalikan dengan 100 (untuk menentukan persen).

    ...................................... (2)

    ........................... (3)

    ( )

    ( ) ( ) ........................................ (4)

    ......................................................... (5)

    Banyak metode yang dikembangkan untuk menghitung porositas batuan.

    Sebagian besar metode didesain untuk sampel core yang kecil, kira-kira

    seukuran biji cemara. 3 parameter dasar yang dibutuhkan untuk menghitung

    porositas yaitu bulk volume / volume keseluruhan batuan, volume butir, dan

    volume pori-pori. Metode untuk menghitung bulk volume pada umumnya

    dapat digunakan untuk menghitung porositas total dan effective porosity.[3]

    Keterangan:

    m1 : massa piknometer

    m2 : massa piknometer dan alkohol

    m3 : massa piknometer dan bahan

    m4 : massa piknometer, bahan dan alkohol

    BAB III

    METODOLOGI

  • 5

    3.1. Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilalakukan pada hari Senin, tanggal 7 April 2014 di

    Laboratorium Fisika Material ITS

    3.2. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah;

    1) Batako,

    2) Genteng,

    3) Gergaji besi,

    4) Palu geologi,

    5) Oven,

    6) Alkohol,

    7) Aquades,

    8) Jangka sorong,

    9) Timbangan Digital,

    10) Gelas, dan

    11) Piknometer

    3.3. Prosedur Praktikum

    a. Pengukuran densitas batuan (padat)

    1) Menyiapkan batuan yang akan diukur densitasnya

    2) Mengukur massa masing-masing batuan tersebut dengan menggunakan

    timbangan digital dengan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga

    didapatkan massa kering batuan

    3) Mengukur berat masing-masing batuan dengan menggunakan Neraca

    Newtonian dengan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga didapatkan

    berat kering batuan

  • 6

    4) Mencelupkan batuan pada air 150 ml selama 15 menit kemudian diukur

    kembali dengan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga didapatkan berat

    basah batuan.

    5) Menghitung densitas masing-masing batuan

    b. Pengukuran densitas batuan (serbuk)

    1) Membuat serbuk dari masing-masing batuan

    2) Mengukur massa piknometer kosong (m1)

    3) Mengukur massa piknometer yang diisi penuh dengan alkohol (m2)

    4) Mengukur massa piknometer yang diisi sebagian dengan serbuk batuan

    (m3)

    5) Mengukur massa piknometer yang diisi dengan serbuk batuan (m3)

    kemudian mengisinya dengan alkohol sehingga didapatkan (m4)

    6) Melakukan percobaan untuk batuan yang lain

    7) Menghitung densitas masing-masing batuan dengan menggunakan

    rumus:

    ( )

    ( ) ( )

    c. Pengukuran porositas batuan

    1) Menghitung porositas masing-masing batuan dengan menggunakan data

    yang didapatkan dari data percobaan 1 dan 2.

    3.4. Variabel Praktikum

    Variabel kontrol : massa piknometer,

    Variabel bebas : bahan uji (batuan)

    Variabel terikat : densitas dan porositas

  • 7

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    Data hasil praktikum ini dapat dilihat pada lampiran 1

    4.2 Pembahasan

    A. Densitas

    Dari data yang terdapat pada lampiran dan dengan menggunakan persamaan 1

    kita memperoleh densitas batako dan genteng seperti pada table berikut ini.

    Tabel 1 Densitas batuan menggunakan persamaan 1

    No Jenis

    Batuan massa (gr) Volume (cm3) batuan (gr.cm

    -3)

    1 Batako 4,967 10,757 0,462

    2 Genteng 10,533 8,071 1,305

    Selain menggunakan persamaan 1 kita dapat menggunakan persamaan 4

    untuk mencari densitas batuan. Berikut ini table densitas batuan dengan

    menggunakan persamaan 4

    Tabel 2. Densitas batuan menggunakan persamaan 4

    alkohol = 0,870 gr.cm-3

    )*

    No Jenis

    Batuan m1 m2 m3 m4

    batuan

    (gr.cm-3)

    batuan

    (gr.cm-3)

    1 Batako

    15,1 36,9 16,5 37,8 2,437

    2,489 30,9 74,3 32,8 75,3 1,837

    36,8 123,9 39 125,5 3,191

    2 Genteng 15,1 36,9 17,9 38,9 3,046

    2,805 30,9 74,3 34,7 77 3,007

  • 8

    36,8 123,9 40,6 126,3 2,362

    * alkohol (70%) diperoleh dari hasil perhitungan yang ada pada lampiran

    Dari data ini kita dapat melihat ada perbedaan antara densitas dengan

    menggunakan persamaan 1 dan 4. Adapun persen bedanya adalah;

    Tabel 3. Perhitungan persen beda densitas batuan dengan menggunakan

    persamaan 1 dan 4

    No Jenis

    Batuan

    batuan (gr.cm-3) Persen

    Beda

    (%)

    Persamaan

    1

    Persamaan

    4

    1 Batako 0,462 2,489 438,968

    2 Genteng 1,305 2,805 114,923

    *

    B. Porositas

    Nilai porositas dapat dicari dengan mengunakan persamaan 2. Berikut ini

    merupakan tabel hasil perhitungan porositas batuan.

    Tabel 4. Hasil perhitungan porositas batuan

    No Jenis

    Batuan

    Vporos

    (cm-3) *

    Vmatriks

    (cm-3) * Vtotal (cm-3) Porositas (%)

    1 Batako 2,567 1,996 4,563 56,256

    2 Genteng 1,800 3,755 5,555 32,402

    * Perhitungan Vporos dan Vmatriks dapat dilihat pada lampiran

    Tabel ini menujukkan bahwa jumlah pori pada batako lebih banyak

    daripada genteng. Hal ini sesuai dengan peruntukannya, batako dibuat

    berpori agar dapat direkatkan dengan semen pada saat membuat

    bangunan, sedangkan genteng porinya lebih sedikit agar air hujan tidak

    menembus genteng.

  • 9

  • 10

    BAB V

    KESIMPULAN

    Setiap benda memiliki karateristik tersendiri yang membedakan antara yang satu

    dengan yang lainnya. Diantara karateristik yang membedakan itu adalah densitas

    dan porositas. Dalam praktikum ini kita memperoleh densitas genteng lebih besar

    daripada densitas batako. Selain densitas kita juga memperoleh bahwa porositas

    genteng lebih kecil daripada porositas batako, dimana porositas genteng 32,402 %

    dan porositas batako 56,256 %.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Anonim. Bumi. http://id.wikipedia.org/ [12 April 2014]

    [2] Rewisa. Densitas. http://rewisa.files.wordpress.com [12 April 2014]

    [3] Nurrisma, dkk. 2014. Modul Praktikum Pra S2. Lab Material ITS:

    Surabaya

    [4] Anonim. Porositas. http://id.wikipedia.org/ [12 April 2014]

  • 12

    Lampiran I. Data Praktikum

    1. Volume Batu

    Tabel 5. Volume batu

    No Jenis Batuan Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Volume

    (cm3)

    Volume Rata-Rata

    Setiap Batu (cm3)

    1 Batako

    Sampel 1 2,100 2,100 2,125 9,371

    10,757 Sampel 2 2,250 2,140 2,205 10,617

    Sampel 3 2,200 2,060 2,850 12,916

    Sampel 4 2,155 2,145 2,190 10,123

    2 Genteng

    Sampel 1 2,310 2,310 1,335 7,124

    8,071 Sampel 2 2,450 2,370 1,440 8,361

    Sampel 3 2,340 2,290 1,800 9,645

    Sampel 4 2,310 2,260 1,370 7,152

    2. Massa Kering Batuan

    Tabel 6. Massa kering batuan

    No Jenis Batuan

    Massa Kering (gr) Massa Kering

    Rata-Rata Setiap

    Sampel (gr)

    Massa Kering

    Rata-Rata

    Setiap Benda

    (gr)

    Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

  • 13

    1 Batako

    Sampel 1 4,6 4,6 4,6 4,6

    4,967 Sampel 2 5,2 5,2 5,2 5,2

    Sampel 3 5,1 5,1 5,1 5,1

    2 Genteng

    Sampel 1 10 10 10 10,0

    10,533 Sampel 2 11,3 11,3 11,3 11,3

    Sampel 3 10,3 10,3 10,3 10,3

    3. Massa Basah Batuan

    Tabel 7. massa basah batuan

    No Jenis Batuan

    Massa Basah (gr) Massa Basah

    Rata-Rata

    (gr)

    Massa Basah Rata-

    Rata Setiap Benda (gr) Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

    1 Batako

    Sampel 1 7,0 7,0 7,0 7,0

    7,533 Sampel 2 7,9 7,9 7,9 7,9

    Sampel 3 7,7 7,7 7,7 7,7

    2 Genteng

    Sampel 1 11,7 11,7 11,7 11,7

    12,333 Sampel 2 13,3 13,3 13,3 13,3

    Sampel 3 12,0 12,0 12,0 12,0

    4. Massa Piknometer Kosong (m1)

  • 14

    Tabel 8. massa piknometer kosong (m1)

    No Jenis Piknometer m2 (gr)

    m1 (gr) Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

    1 Piknometer 25 ml 15,1 15,1 15,1 15,1

    2 Piknometer 50 ml 30,9 30,9 30,9 30,9

    3 Piknometer 100 ml 36,8 36,8 36,8 36,8

  • 15

    5. Massa Piknometer yang Diisi Penuh dengan Alkohol (m2)

    Tabel 9. Massa piknometer yang diisi penuh dengan alkohol (m2)

    No Jenis Piknometer m2 (gr)

    m2 (gr) Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3

    1 Piknometer 25 ml 36,9 36,9 36,9 36,9

    2 Piknometer 50 ml 74,3 74,3 74,3 74,3

    3 Piknometer 100 ml 123,9 123,9 123,9 123,9

    6. Massa Pikno Meter Yang Diisi dengan Serbuk Batuan (m3)

    Tabel 10. Massa pikno meter yang diisi dengan serbuk batuan (m3)

    No Jenis Batuan Jenis Piknometer m3(gr)

    1 Batako

    Piknometer 25 ml 16,5

    Piknometer 50 ml 32,8

    Piknometer 100

    ml 39

    2 Genteng

    Piknometer 25 ml 17,9

    Piknometer 50 ml 34,7

    Piknometer 100

    ml 40,6

    7. Massa Pikno Meter Yang Diisi dengan Serbuk Batuan dan Alkohol (m4)

    Tabel 11. Massa pikno meter yang diisi dengan serbuk batuan dan alkohol (m4)

    No Jenis Batuan Jenis Piknometer m3(gr)

    1 Batako

    Piknometer 25 ml 37,8

    Piknometer 50 ml 75,3

    Piknometer 100

    ml 125,5

    2 Genteng

    Piknometer 25 ml 38,9

    Piknometer 50 ml 77

    Piknometer 100

    ml 126,3

  • 16

  • 17

    Lampiran 2. Pengolahan Data

    1. Massa Jenis Batuan dengan Menggunakan Persamaan 1

    Tabel 12. Massa jenis batuan dengan menggunakan persamaan 1

    No Jenis

    Batuan massa (gr) Volume (cm3)

    batuan

    (gr.cm-

    3)

    1 Batako 4,967 10,757 0,462

    2 Genteng 10,533 8,071 1,305

    2. Volume Poros

    Tabel 13. Perhitungan volume poros

    air = 1 gr.cm-3

    No Jenis

    Batuan mbasah (gr) mkering (gr)

    Massa

    Air

    Dalam

    Pori (gr)

    Vporos

    (cm3)

    1 Batako 7,533 4,967 2,567 2,567

    2 Genteng 12,333 10,533 1,800 1,800

    3. Massa jenis alkohol (70%)

    Tabel 14. Perhitungan massa jenis alkohol (70%)

    No Valkohol

    (Cm3) m1 (gr) m2(gr)

    malkohol

    (gr)

    alkohol

    (gr.cm-

    3)

    1 25 15,1 36,9 21,8 0,872

    2 50 30,9 74,3 43,4 0,868

    3 100 36,8 123,9 87,1 0,871

    Massa Jenis Alkohol (gr.cm-3) 0,870

  • 18

  • 19

    4. Matriks Batuan dengan Piknometer

    Tabel 15. Perhitungan matriks batuan dengan piknometer

    No Jenis

    Batuan m1 m2 m3 m4 m2-m1 m3-m1 m4-m3

    batuan

    (gr.cm-3)

    batuan

    (gr.cm-3)

    1 Batako

    15,1 36,9 16,5 37,8 21,8 1,4 21,3 2,437

    2,489 30,9 74,3 32,8 75,3 43,4 1,9 42,5 1,837

    36,8 123,9 39 125,5 87,1 2,2 86,5 3,191

    2 Genteng

    15,1 36,9 17,9 38,9 21,8 2,8 21 3,046

    2,805 30,9 74,3 34,7 77 43,4 3,8 42,3 3,007

    36,8 123,9 40,6 126,3 87,1 3,8 85,7 2,362

    5. Volume Matriks Batuan

    Tabel 16. Perhitungan volume matriks batuan

    No

    Jenis

    Batuan

    Massa

    Kering

    Densitas

    Matriks

    Volume

    Matriks

    1 Batako 4,966666667 2,488508642 1,995841

    2 Genteng 10,53333333 2,805035354 3,755152

    6. Porositas Batuan

    Tabel 17. Perhitungan porositas batuan

  • 20

    No Jenis

    Batuan Vporos (cm

    3) Vmatriks (cm3) Vtotal (cm

    3) Porositas

    (%)

    1 Batako 2,567 1,996 4,563 56,256

    2 Genteng 1,800 3,755 5,555 32,402

  • 21

    7. Persen beda densitas

    Tabel 18. Persen beda densitas

    No Jenis

    Batuan

    batuan (gr.cm-3) Persen

    Beda

    (%)

    Persamaan

    1

    Persamaan

    4

    1 Batako 0,462 2,489 438,968

    2 Genteng 1,305 2,805 114,923