Laporan Fisiologi Indra Pendengaran

17
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara. Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun nada juga ditentukan oleh faktor - faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. Variasi timbre mempengaruhi mengetahui suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan meningkatan

description

lo

Transcript of Laporan Fisiologi Indra Pendengaran

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSuara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum disebut gelombang suara.Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan waktu). Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi dan semakin tinggi nada. Namun nada juga ditentukan oleh faktor - faktor lain yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada frekuensi dibandingkan dengan frekuensi lain. Variasi timbre mempengaruhi mengetahui suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada yang sama. Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking (penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya teransang oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara, Efek penyamaran suara lata akan meningkatan ambang pendengaran dengan besar yang tertentu dan dapat diukir.Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran. Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan-gerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam cairan telinga dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial aksidi serat-serat saraf.

B. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu menguji kepekaan indra pendengar2. Mahasiswa mampu mengetahui jenis- jenis ketulian

BAB IIDASAR TEORI

Telinga adalah organ tubuh manusia yang digunakan untuk mendengar. Adapun mekanisme mendengar adalah sebagai berikut. Getaran suara ditangkap oleh cuping telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, Perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.Kelainan pendengaran adalah keadaan dimana seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau percakpan yang didengar. Jenis kelainan pendengaran yang ada antara lain kelainan pendengaran jenis hantaran (tuli konduktif), jenis sensorineural, dan jenis campuran. Kelainan jenis hantaran yaitu lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga tengah. Kelainan pendengaran jenis sensorineural yaitu lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea dan N.VIII). kelainan pendengaran jenis campuran yaitu lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga dalam.Adapun tes atau pemeriksaan fungsi pendengaran untuk mengetahui gangguan fungsi pendengaran. Pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan kepekaan pendengaran, pemeriksaan Rinne, pemeriksaan Webber, pemeriksaan Schwabach, dan pemeriksaan Bing. Pemeriksaan kepekaan pendengaran adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengukur jarak antara benda berbunyui (missal jam tangan/arloji) dengan telinga ketika benda tersebut pertama kali terdengar berbunyi. Tes Rinne bertujuan untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan hantaran udara pada telinga pasien. Tes Webber bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.Tes Scwabach bertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal) dengan probandus. Sedangkan Tes Bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek oklusi, dimana garpu tala terdengar lebih keras bila telinga normal ditutup.

BAB IIIMETODOLOGI

1. Alat dan Bahan:

Garpu Tala Arloji/ jam tangan yang berbunyi Pita ukur Kapas

2. Cara Kerja

1. Pemeriksaan Kepekaan Indra Pendengar

Telinga kanan naracoba 1 ditutup dengan kapas/tangan dan kedua matanya ditutup

Penguji menggerakkan jam weker mendekati telinga kiri naracoba 1 hingga naracoba mendengar suara gerakan jarum detik jam weker untuk pertama kalinya, kemudian catat pada lembar kerja

Ulangi percobaan sebanyak tiga kali

Ulangi percobaan untuk telinga kanan naracoba 1

Bandingkan antara telinga kanan dan kiri naracoba 1

Lakukan percobaan yang sama pada naracoba 2

Bandingkan antara telinga kanan dan kiri naracoba 2

Bandingkan hasil yang diperoleh dari naracoba 1 dan 2

2. Pemeriksaan Jenis Ketulian

a. Percobaan Rinne

Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus mastoideus naracoba.

Mula-mula naracoba akan mendengar suara garpu tala tersebut keras dan makin lama makin lemah dan akhirnya menghilang

Saat suara menghilang, pundahkan dengan segera garpu tala ke depan atau dekat telinga naracoba

Lakukan percobaan itu untuk telinga yang lain dan ulangi percobaan sebanyak tiga kali, kemudian catat hasilnya

Bandingkan hasil yang diperoleh antara telinga kanan dan teliga kiri

b. Percobaan Weber

Penguji meletakkan garpu tala yang sudah digetarkan pada puncak kepala (os. frontalis)

Naracoba kemudian memperhatikan intensitas suara di kedua telinga

Perhatikanlah kemungkinan yang terjadi dan catatlah hasilnya di lembar kerja

c. Percobaan Schwabah

Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus mastoideus kanan

Naracoba akan mendengar suara garpu tala itu yang makin lama makin melemah dan akhirnya tidak terdengar lagi

Pada sata naracoba mengatakan tidak mendengar lagi maka segera pindahkan garpu tala itu ke prosesus mastoideus kiri penguji

Ulangi pada telinga lainnya

Ulangi percobaan sebanyak tiga kali

Catat hasil yang diperoleh pada lembar kerja

d. Percobaan Bing

Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan di puncak kepala naracoba

Naracoba memperhatikan kerasnya suara pada telinga kanan

Sebelum suara menghilang sumbatlah liang telinga kanan tersebut dengan satu ujung jari.

Ulangi percobaan sebanyak tiga kali

Lakukan juga percobaan untuk telinga kiri

Catat hasil yang diperolehBandingkan kemudian hasil yang diperoleh

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Uji Kepekaan Mendengar

Data naracoba 1:Data naracoba 2:Nama: F. BuwanaNama: F. PermanaJenis kelamin: laki- lakiJenis kelamin: laki- lakiUsia : 20 tahunUsia : 19 tahunTB/ BB: 170 cm/ 60 kgTB/ BB: 168 cm/ 65 kg

Naracoba 1Telinga kiriTelinga kanan

636053566574

Naracoba 2Telinga kiriTelinga kanan

4478102829898

2. Test Jenis Ketulian

Data naracoba 1:Data naracoba 2:Nama: F. BuwanaNama: F. PermanaJenis kelamin: laki- lakiJenis kelamin: laki- lakiUsia : 20 tahunUsia : 19 tahunTB/ BB: 170 cm/ 60 kgTB/ BB: 168 cm/ 65 kgKedua naracoba memperlihatkan hasil yang sama setelah dilakukan percobaan

a. Test RinneTelinga KiriTelinga Kanan

HantaranHantaran

Tulang sudah tak mendengarUdara Tulang sudah tak mendengarUdara

1. Mendengar2. Mendengar3. Mendengar 1. Mendengar2. Mendengar3. Mendengar

Garpu tala dengan frekuensi: 288 Hz / 341,3 HzKesimpulan: Rinne (+)

b. Test WeberTelinga kanan dan kiri mendengar suara sama kerasLateralisasi telinga ke

Kiri Kanan

1. Sama keras2. Sama keras3. Sama keras------

Garpu tala dengan frekuensi: 288 Hz / 341,3 HzKesimpulan: Weber (+)

c. Test ScwabachNaracoba sudah tidak mendengar suaraOrang pembanding

Mendengar suara/ tidak mendengar suara

1. Tidak mendengar2. Tidak mendengar3. Tidak mendengar

Garpu tala dengan frekuensi: 288 Hz / 341,3 HzKesimpulan: Scwabach normal (sama dengan pemeriksa)

d. Test BingTelingaSetelah Liang telinga ditutupMendengar lebih keras/ tidak ada perubahan

Kiri1. Lebih keras2. Lebih keras3. Lebih keras

Kanan 1. Lebih keras2. Lebih keras3. Lebih keras

Garpu tala dengan frekuensi: 288 Hz / 341,3 HzKesimpulan: Bing (+)

B. Pembahasan

Pada percobaan pertama yaitu dan lain sebagainya percobaan kepekaan pendengaran, kedua naracoba menunjukkan hasil yang berbeda. Percobaan ini memang sangat obyektif. Hal ini dikarenakan banyak faktor. Faktor dari naracoba sendiri bisa saja karena memang fungsi pendengaran yang berbeda sehingga dihasilkan kepekaan yang berbeda. Faktor dari luar pun cukup mempengaruhi, sperti halnya ketika ruangan yang digunakan untuk percobaan tidak benar-benar sunyi misalnya ketika ada yang berbicara, ada benda yang bergerak, yang menyebabkan timbulnya suara.Pada percobaan Rinne kedua naracoba menunjukkan tes Rinne yang positif. Kedua naracoba mendengarkan suara garpu tala yang didekatkan ke liang telingan setelah tidak terdengar pada saat diletakkan di prosesus mastoideus. Hal tersebut menunjukkan bahwa naracoba berada pada kondisi yang normal.Ketidaknormalan pada tes Rinne atau tes Rinne menunjukkan hasil yang negative ketika ada sumbatan pada liang telinga. Sumbatan pada liang telinga menyebabkan gangguan hantaran udara ke dalam liang telinga. Sedangkan hantaran getaran suara tidak terhambat pada hantaran melalui tulang (prosesus mastoideus) sehingga suara yang hilang setelah diletakkan di prosesus mastoideus juga tidak terdengar lagi ketika didekatkan ke liang telinga.Pada percobaan Webber, kedua naracoba juga memperlihatkan hasil yang sama yaitu tidak adanya lateralisasi bunyi ke arah telinga kanan maupun telinga kiri. Hali ini menunjukkan hasil yang normal. Adanya lateralisasi bunyi diakibatkan oleh adanya kelainan pada telinga yang sakit. Adanya lateralisasi ini dikarenakan masking, di mana telinga yang normal dapat mendengar suara baik dari hantaran tulang dan udara, sedangkan pada telinga yang berkelainan, telinga tersebut hanya mampu mendengarkan suara dari hantaran tulang saja.Pada percobaan Schwabach, kedua naracoba juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu sudah tidak mendengar suara yang hilang setelah didengarkan oleh pembanding/penguji. Hal ini menunjukkan bahwa probandus normal. Ketidaknormalan pada tes ini diakibatkan perbedaan kepekaan suara dari naracoba dan penguji.Pada percobaan Bing, kedua naracoba juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu telinga mendengar lebih keras suara garpu tala pada telinga yang disumbat. Hali ini dikarenakan hantaran suara lebih focus kepada hantaran tulasng, sehingga suara-suara yang disalurkan melalui udara tidak bercampur dengan suara garpu tala yuang dihantarkan melalui tulang.Abnormalitas yang terjadi diakibatkan mungkin sudah adanya sumbatan terlebih dahulu pada telinga yang tidak mendengar suara garpu tala lebih keras setelah disumbat. Hal ini menyebabkan suara yang didengarkan sebelum telinga disumbat dan setelah disumbat tidak mengalami perbedaan.Pemeriksaan-pemeriksaan di atas adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya ketulian secara sederhana. Ketulian yang dideteksi bisa saja tulis jenis konduktif, sensori neural, maupun campuran tergantung letak lesi pada saluran pendengaran.

BAB VKESIMPULAN

1. Pemeriksaan di atas menunjukkan hasil yang normal pada kedua narracoba.2. Pemeriksaan-pemeriksaan di atas adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya ketulian secara sederhana.

BAB VIDAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C. & Hall, J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sherwood,Laura Lee. 2010. Human Physiology: From Cell to System. 7th edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tortora.J, Gerrad. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Edition. John Wiley & Sons ,Inc : United States of America

LAPORAN FISIOLOGIPEMERIKSAAN FUNGSI INDRA PENDENGARAN

Oleh:Nama: Fendi PermanaNIM: 41110033Kelompok: E

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta2013/ 2014