Laporan Farset Elixir
-
Upload
hendi-mulyana -
Category
Documents
-
view
175 -
download
10
Transcript of Laporan Farset Elixir
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan eliksir dengan melihat
pengaruh kombinasi pelarut dan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.
Mahasiswadapatmembuatpreformulasidarisediaan elixir Papaverin
dandapatmengujisediaantersebutdenganuji viskositas
1.2 Latar Belakang
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan”cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karerna
bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan ke dalam
golongan produk lainnya”. Sesungguhnya, banyak produk farmasi yang menurut prinsip
kimia fisik merupakan campuran homogen dari zat-zat terlarut yang dolarutkan dalam
pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lainnya. Misalnya
larutan obat-obat dalam air yang mengandung gula digolongkan sebagai syrup; larutan
yang mengandung hidroalkohol yang diberi gula (kombinasi dari air dan etil alkohol)
disebut eliksir.
Larutan oral, syrup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat
yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik.
Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan, biasanya berarti bahwa
absorpsinya dalam sistem saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan
terjadi lebih cepat dari pada dalam bentuk sedaan suspensi atau padat dari zat obat yang
sama.
Obat-obat cair menampilkan masalah menarik dalam rancangan bentuk sediaan.
Banyak diantaranya merupakan zat-zat yang mudah menguap oleh karena harus disegel
secara fisik dari atmosfer untuk menjamin keberadaannya. Masalah lainnya adalah bahwa
obat-obat tersebut dimaksudkan untuk pemberian obat pada umumnya tidak dapat
diformulasikan menjadi bentuk tablet, tanpa mengalami modifikasi obat yang besar.
Eliksir adalah cairan jernih, rasanya manis, larutan hidroalkohol digunakan untuk
pemakaian oral, umumnya mengandung flavuoring agent untuk meningkatkan rasa enak
Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air
Laporan praktikum ke 2 1
maupun alkohol.
Proporsi jumlah alkohol yang digunakan bergantung pada keperluan.
Zat aktif yang sukar larut dalam air dan larut dalam alkohol perlu kadar alkohol yang
lebih besar.
Kadar alkohol berkisar antara 10-12%.
Umumnya konsentrasinya 5-10%.
Namun, ada eliksir yang menggunakan alkohol 3% saja, dan yang tertinggi dapat
mencapai 44%.
Pemanis yang biasa digunakan gula atau sirup gula, namun terkadang digunakan
sorbitol, glycerinum, dan saccharinum.
Pembagian eliksir
Elixir dibagi menjadi 2, yaitu:
Medicated Elixir adalah elixir yang mengandung bahan berkhasiat obat.Pemilihan
cairan pembawa bagi zat aktif obat dalam sediaan eliksir harus
mempertimbangkan kelarutan dan kestabilannya dalam air dan alkohol
Non Medicated Elixir adalah elixir yang digunakan sebagai bahan tambahan. Jenis
elixir ini biasanya ditambahkan pada sediaan dengan tujuan:
Meningkatkan rasa/menghilangkan rasa.
Sebagai bahan pengencer eliksir yang mengandung bahan aktif obat.
Kelebihan dan kekurangan eliksir
Kelebihan dari sediaan elixir antara lain:
Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.
Rasanya enak.
Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi.
Kekurangan dari sediaan elixir antara lain:
Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak.
Mengandung bahan mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam botol kedap dan
jauh dari sumber/
Laporan praktikum ke 2 2
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
Alat:
Cawan uap
Bekker glass
Tabung sedimentasi
Alumunium foil
Corong
Batang pengaduk
Spatel
Timbangan digital
Kaca arloji
Hot Plate
Bahan
Aquadest
Nipagin
Nipasol
Papaverin
Sirupus simplex
Zat Flavour
Zat pewarna
2.2 Cara Kerja
Formulasi I
Disiapkan alat dan bahan
Papaverin, nipagin dan nipasol dilarutkan dalam air sambil dipansakan diatas
hotplate hinggaa larut dan homogen.( M1 )
3 ml air panas + 6 ml alkohol + tween + syrupus (m2)
M1 ditambah M2, kemudian ditambah flavor mangga 5 tetes, dan pewarna 5 tetes.
Laporan praktikum ke 2 3
Diaduk hingga hmogen, kemudian dimasukkan kedalam tabung sedimentasi
Formula 2
Papaverin dilarutkan ke dalam air kemudian dipanaskan hingga larut (M1)
Air panas 6 ml + alcohol 6 ml + nipagin, nipasol + tween + syrupus simplex (M2)
Ditambah flavor nangka 6 ml, zat pewarna 6 ml aduk ad homogen
Dimasukan kedalam tabung sedeimentasi
Formula 3
Nipagin + Papaverin dilarutkan kedalam air kemudian di panaskan ad larut dan
homogen 1(M1).
Nipasol dilarutkan kedalam air kemudian dipanaskan ad larut ( M2)/
M2 + alcohol + air 6 ml + tween +Syrupus Simplek+ M1.Campur ad larut dan
homogen
Tambahkan zat pewana 5 ml, dan zat perasa durian 5 tetes. Aduk ad homogen.
Dimasukkan kedalam tabung sedimentasi.
Laporan praktikum ke 2 4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Formula Hasil Pengamatan
Bau Warna Rasa
Formula 1 Mangga Merah jernih (+) Manis agak asin
Formula 2 Nangka Merah keruh (++) Manis
Formula 3 Durian Merah keruh (+++) Manis
Tabel Preformulasi
Formulasi Komposisi bahan
Formulasi 1 Papaverin : 1200 mg
Air : 3 ml
Alkohol : 6 ml
Tween : 0,6 ml ≈12 tetes
Syrupus simplex: 18 ml
Pewarna: 5 tetes
Perasa mangga : 5 tetes
Formulasi 2 Papaverin : 1200 mg
Air : 6 ml
Alkohol : 6 ml
Tween : 0,6 ml ≈12 tetes
Syrupus simplex: 24 ml
Pewarna: 6 tetes
Perasa mangga : 6 tetes
Formulasi 3 Papaverin : 1200 mg
Air : 6 ml
Alkohol : 5 ml
Tween : 0,6 ml ≈12 tetes
Syrupus simplex: 30 ml
Pewarna: 5 tetes
Laporan praktikum ke 2 5
Perasa mangga : 5 tetes
Perhitungan Bahan:
Formula 1
Papaverin : 60 ml x 100 mg = 1200 mg
5 ml
Air : 5 x 60 ml = 3 ml
100
Alkohol : 10 x 60 ml = 6 ml
100
Tween : 1 x 60 ml = 0,6 ml setara dengan 12 tetes
100
Syrupus Simpleks : 30 x 60 ml = 18 ml
100
Nipagin : 0,5 mg
Nipasol : 0,5 mg
Formula 2
Papaverin : 60 ml x 100 mg = 1200 mg
5 ml
Air : 10 x 60 ml = 6 ml
100
Alkohol : 10 x 60 ml = 6 ml
100
Tween : 1 x 60 ml = 0,6 ml setara dengan 12 tetes
100
Syrupus Simpleks : 40 x 60 ml = 24 ml
100
Nipagin : 0,6 mg
Nipasol : 0,6 mg
Formula 3
Laporan praktikum ke 2 6
Papaverin : 60 ml x 100 mg = 1200 mg
5 ml
Air : 10 x 60 ml = 6 ml
100
Alkohol : 5 x 60 ml = 3 ml
100
Tween : 1 x 60 ml = 0,6 ml setara dengan 12 tetes
100
Syrupus Simpleks : 50 x 60 ml = 30 ml
100
Nipagin : 0,7 mg
Nipasol : 0,7 mg
Catt: 0,6 ml tween ≈12 tetes
Perhitungannya : 20 tetes = 1 ml
X 0,6 ml
X = 12 tetes
3.2 Pembahasan
Laporan praktikum ke 2 7
Pada praktikum kali ini mengenai eliksir, kita ketahui eliksir merupakan larutan
hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya
diberi rasa untuk menambah kelezatan. Pada percobaan yang kami lakukan, eliksir yang kami
buat berbahan aktif papaverin, yaitu merupakan suatu obat yang berfungsi sebagai relaksan
non spesifik yang bekerja secara langsung pada otot polos. Papaverin ini sukar larut dalam air
namun mudah larut dalam air panas, oleh karena itu pada pembuatan eliksir kami, air yang
digunakan untuk melarutka papaverin harus dalam keadaan panas ± 80 ° c, sehingga
papaverin dapat melarut dan mudah dicampurkan dengan bahan lainnya.
Ada 3 formula yang diberikan pada percobaan yang kami lakukan. Yaitu pelarut
campuran dengan menggunakan air, alcohol dan tween yang masing-masing konsentrasinya
sama yang berbeda hanya konsentrasi sirupus simplexnya saja.
Selain bahan aktif dan pelarut, dalam pembuatan eliksir bahan tambahan lainya juga
penting untuk menunjang sediaan yang baik. Yang kita gunakan untuk zat pewangetnya yaitu
nipagin dan nipasol, kami juga menggunakan zat tambahan seperti pewarna dan aroma.
Untuk pengawet yang digunakan sekitar 0,5 mg untuk formula 1; 0,6 mg untuk formula 2; 0,7
untuk formula 3 , untuk pewarna 5-6 tetes sedangkan untuk aroma 5-6 tetes juga.
Hasil pengamatan yang di dapat pada hari pertama, sediaan eliksir kami belum ada
pengendapan untuk setiap tabungnya, warna dan rasa masih stabil. Kemudian untuk hasil
pengamatan hari kedua, di dapatkan warna dan bau yang masih sama dari setiap tabung yang
ada, tetapi timbul sedikit endapan dan rasa yang dihasilkan sudah mulai berubah dari hari
pertama. Hasil pengamatan hari ketiga, kestabilan eliksir makin berkurang di tandai dengan
perubahan rasa yang berbeda di hari sebelumnya. Pengukuran viskositas dilakukan pada hari
ketiga. Viskometer yang digunakan adalah viscometer hopler. Mengapa menggunakan hopler
? Karena eliksir merupakan atau hampir sama dengan sediaan larutan sejati yang bahan
dasarnya air atau merupakan sediaan yang bahan aktifnya terlarut mudah dalam air. Sehingga
pengamatan lebih mudah dilakukan menggunakan viscometer hopler.
Untuk data yang didapat, diketahui tabung no 2 yang mempunyai nilai viskositas
tertinggi dibandingkan tabung-tabung lainnya. Untuk tabung no 1 dan 3 yang mempunyai
nilai viskositas yang lebih kecil. Bisa dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
semakin tinggi pula nilai viskositasnya. Namun pada pengamatan yang didapat tidak
mencapai literature tersebut. Mungkin dikarenakan penambahan zat tambahan aromanya
berlebih sehingga membuat sediaan menjadi sedikit kental, endapan yang terbentuk membuat
Laporan praktikum ke 2 8
sediaan tidak lagi stabil, sehingga dalam pengujian viskositas menjadi berbeda dengan
semestinya.
Laporan praktikum ke 2 9
BAB IV
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan :
Eliksir merupakan sediaan seperti larutan sejati yang pelarutnya menggunakan
pelarut campuran maupun tunggal.
Konsentrasi mempengaruhi nilai viskositas pada suatu sediaan
Semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi nilai viskositasnya
Kelarutan suatu zat dipengaruhi juga oleh kecepatan pengadukan.
5.2 Saran
Dalam pengerjaan dibutuhkan ketelitian saat penimbangan dan pencampuran
bahan
Dalam pengadukan harus tepat dan cepat sehingga sediaan tidak cepat
mengendap
Laporan praktikum ke 2 10
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Indonesia
Sa’diah, M.Si, Apt ; Muztabadihardja, Apt Drs , Penuntun Praktikum Farmaseutika I.
Laboratorium farmasi: Universitas Pakuan Bogor
Laporan praktikum ke 2 11