Laporan Farmakognoosi

28
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS TADULAKO LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI I DISUSUN OLEH : NAMA : PRAMITA PUTRI NIM :G 701 11 056 KELAS :B HARI/TANGGAL : SELASA, 04 DESEMBER 2012 1

description

farmakognosi 1

Transcript of Laporan Farmakognoosi

Page 1: Laporan Farmakognoosi

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS TADULAKO

LAPORAN LENGKAP

FARMAKOGNOSI I

DISUSUN OLEH :

NAMA : PRAMITA PUTRI

NIM : G 701 11 056

KELAS : B

HARI/TANGGAL : SELASA, 04 DESEMBER 2012

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU / 2012

1

Page 2: Laporan Farmakognoosi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh-tumbuhan dan ekstraknya tetap penting dalam farmasi dan

kedokteran, mengapa demikian? Secara historis, tumbuh-tumbuhan

menghasilkan beberapa obat paling penting, tetapi dengan kemajuan besar

dalam kimia medisinal pada akhir abad ini, obat-obat sintesis telah

menggantikan tumbuh-tumbuhan sebagai fokus utama penelitian. Namun,

masyarakat diberbagai negara, khususnya di Eropa, Australia, dan Amerika

Utara, kini ingin menyembuhkan masalah-masalah kesehatan minor dengan

sesuatu yang “alami”.

Indonesia, juga merupakan salah satu Negara yang sangat kaya

dengan berbagai spesis flora (tumbuh0tumbuhan), sekitar 26 % telah

dibudidayakan, dan sisanya sekitar 74 % masih merupakan tumbuhan liar di

hutan. Pemakaian bahan alam sebagai obat-obatan di Indonesia pada

awalnya hanya didasarkan pada pengalaman pribadi maupun pengalaman

yang diwariskan secara turun-temurun. Pada awalnya pengobatan ini

dianggap kurang meyakinkan, namun berbagai penelitian membuktikan

bahwa pengalaman empiris tersebut banyak yang memiliki dasar ilmiah

yang nyata.

Ilmu tentang tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami

kemajuan yang demikian pesat. Salah satu. Farmakognosi contohnya,

merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan

pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula

yang berasal dari dunia mineral dan hewan.

Berdasarkan teori diatas, makan dilakukanlah praktikum

Farmakognosi I, yang merupakan praktikum yang mempelajari simplisia,

khususnya Sidaguri (Sida rhombifolia)yang berasal dari tumbuhan sebagai

sumber bahan obat alam.

2

Page 3: Laporan Farmakognoosi

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum farmakognosi I ini adalah untuk mengetahui

struktur tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia L.) secara morfologis dan

anatomis, identifikasi tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau

serbuk secara makroskopis maupun mikroskopis dan mengetahui

konstituen-konstituen yang terkandung di dalamnya dengan pengenalan

secara kimia.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah, dapat mengetahui dan

memahami tanaman-tanaman yang memiliki khasiat obat, morfologi dan

anatomi tanaman herbarium maupun simplisia tersebut, serta konstituen-

konstituen yang terkandung dalam tanaman itu.

3

Page 4: Laporan Farmakognoosi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus : Sida

Spesies : Sida rhombifolia L.

b. Morfologi

Morfologi tumbuhan ini adalah tanaman terna setahun, tegak, berbau

tidak begitu enak. Batangnya dibagian bawah berkayu, banyak

bercabang, tingginya mencapai 200 cm bulat agak liat dengan warna

cokelat. Pada ujung-ujung batang dan tangkainya terdapat bulu-bulu

panjang, sedang permukaan daunnya tertutup oleh bulu-bulu lembut.

Daunnya bundar telur yang berlekuk pada bagian pangkalnya, sedang

ujungnya tumpul. Bunganya tunggal, berwarna kuning, tumbuh pada

ketiak daunnya. Makhota bunga berwarna kuning agak orange, dan

mekar disiang hari (pukul 12) dan hanya bertahan tiga jam saja.

Buahnya merekah menjadi 9 sampai 11 siung bila masak.

c. Tempat Tumbuh

Sidagori tumbuh tersebar di daerah tropis di seluruh dunia, mulai dari

dataran rendah sampai ketingian 1450 m di atas permukaan laut. Sering

4

Page 5: Laporan Farmakognoosi

ditemui hidup liar di pinggiran selokan, pinggir sungai, dan di bawah

tegakan pohon besar.

d. Kandungan Kimia

Kandungan utamanya adalah tanin, fla-vonoid, saponin, alkaloid dan

gliko-sida Alkaloid. Di samping itu juga ditemui kalsium oksalat, fenol,

steroid, efedrine dan asam amino.

e. Kegunaan

Herba sidagori mempunyai khasiat antiradang, dan penghilang nyeri

(analgetik), untuk pengobatan sakit kuning, akibat terbendungnya aliran

empedu ke usus dan hepatitis yang disertai kuning, serta berkhasiat

sebagai peluruh haid, dan abortivum (wanita hamil dilarang

menkonsumsi tanaman ini).

2.2 Pemeriksaan Farmakognostik

a. Pemeriksaan Makroskopik

Ada beberapa parameter yang dilakukan untuk mengidentifikasi

simplisia yang akan diteliti, antara lain pemeriksaan secara organoleptik

meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa,

dari simplisia tersebut. Pemeriksaan makroskopik merupakan pengujian

yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca

pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk

simplisia serta memperhatikan bentuk dari simplisia.

Pemeriksaan makroskopis tanaman herba sidaguri, yaitu

merupakan tanaman terna setahun, tegak, berbau tidak begitu enak.

Batangnya dibagian bawah berkayu, banyak bercabang, tingginya

mencapai 200 cm bulat agak liat dengan warna cokelat. Pada ujung-

ujung batang dan tangkainya terdapat bulu-bulu panjang, sedang

permukaan daunnya tertutup oleh bulu-bulu lembut. Daunnya bundar

telur yang berlekuk pada bagian pangkalnya, sedang ujungnya tumpul.

Bunganya tunggal, berwarna kuning, tumbuh pada ketiak daunnya.

Makhota bunga berwarna kuning agak orange, dan mekar disiang hari

5

Page 6: Laporan Farmakognoosi

(pukul 12) dan hanya bertahan tiga jam saja. Buahnya merekah menjadi

9 sampai 11 siung bila masak.

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan

irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.

Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi

jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat

kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus (jangan sampai mendidih).

Kemudian pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan

perbesaran lemah (4x10) dan perbesaran kuat. Pemeriksaan anatomi

serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan

merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu.

Sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa

masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya ( Egon,1985).

Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang

umumnya memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu

epidermis,korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas

pengangkutannya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada

kelas tanaman seperti monokotil memiliki tipe berkas pengankutan

terpusat (konsentris), dan pada dikotil tersebar (kolateral). Sedangkan

jaringan sekunder pada organ batang, akar dan rimpang berupa

periderm, dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri

spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan

ciri spesifik suatu bahan nabati (Egon,1985).

Oleh karena itu, tentunya banyak simplisia yang memiliki

perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan simplisia yang lain. Hal

ini disebabkan karena simplisia tersebut memiliki ciri khas yang

diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri

khas tersebut dapat pula tidak nampak karena kesalahan dalam

melakukan pemeriksaan dan penyimpanan simplisia yang relatif lama.

Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk simplisia hanya beberapa

6

Page 7: Laporan Farmakognoosi

simplisia berhasil dikerjakan dengan baik. Perbedaan literatur dan hasil

pengamatan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :

a) Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau

yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia.

b) Pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas

mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek

menjadi tidak jelas.

c) Ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara

pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan

dapat mempengaruhi pemeriksaan.

d) Cara pembuatan simplisia, penyiapan preparat simplisia, keterbatasan

waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia

yang terlalu lama.

2.3 Pemeriksaan Pendahuluan (Dasar Teori)

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa

atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)

dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau

aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada

manusia dan hewan. Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik

yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida

berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis

tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.

Alkaloid tersebar luas didunia tumbuhan. Berbagai perkiraan

menyatakan bahwa presentase jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid

terletak dalam rentang 15-30%. Angka ini merupakan hasil kesepakatan

saja, karena keragaman pada kepekaan cara mendeteksi, dan secara umum

tumbuhan alkaloid dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang mengandung

alkaloid lebih besar dari 0,05% bobot kering.

7

Page 8: Laporan Farmakognoosi

Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting ialah

kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya

mengandalkan sifat ini.

Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan

tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai

garam, atau bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan

alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan

natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut

organik seperti kloroform, eter, dan sebagainya. Pelarut atau pereaksi yang

sudah biasa dipakai seperti kloroform, aseton, amonia, dan metilena klorida

dalam kasus tertentu harus dihindari. Cara lain yang berguna untuk

memperoleh alkaloid dari larutan asam ialah dengan penjerapan memakai

pereaksi Lloyd. Kemudian alkohol dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang

bersifat cukup hidrofob dapat dijerap dengandamar XAD-2 lalu dielusi

dengan asam atau campuran etanol air. Banyak alkaloid yang dapat

diendapkan dengan pereaksi mayer (kalium raksa (II) iodida) atau garam

Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan menjadi komponen-

komponennya dengan cara kromatografi penukaran ion (Robinson Trevor,

1991).

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang

menyerupai sabun (bahasa Latin sapo berarti sabun). Saponin adalah

senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam

air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel

darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk

ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai

racun ikat selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai

antimikroba juga (Robinson Trevor, 1991).

8

Page 9: Laporan Farmakognoosi

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat

1. Mikroskop

2. Objek glass dan dek glass

3. Pot Plastik

4. Tabung reaksi

5. Pipet tetes

6. Cawan porselen

7. Neraca ohaus

3.2 Bahan

1. Serbuk simplisia sidagori

2. Aqua dest

3. Kloralhidrat

4. Eter

5. Kloroform

6. Asam klorida (HCl)

3.3 Prosedur

a. Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan bahan baku yaitu tanaman sidagori (Sida rhombifolia

L).

2. Melakukan sortasi basah pada tanaman sidagori dengan memisahkan

tanaman sidagori terhadap tanah kerikil, rumput-rumputan bahan

tanaman lain atau bagian tanaman yang sudah tidak dapat digunakan.

3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air bersih hingga tanaman

bebas dari kotoran, pestisida, dan lain-lain.

4. Pengubahan bentuk tanaman, yang terdiri dari perajangan untuk daun

sidagori serta pemotongan akar dan batang sidagori.

9

Page 10: Laporan Farmakognoosi

5. Pengeringan simplisia dengan cara diangin-anginkan di ruangan

terbuka.

6. Melakukan sortasi kering, yaitu memilih bahan setelah mengalami

proses pengeringan.

7. Pengepakan dan Penyimpanan simplisia dalam suatu wadah

tersendiri.

b. Pemeriksaan Makro

1. Disiapkan simplisia sidagori yang akan diamati

2. Disisahkan masing-masing simplisia sesuai bagian tanaman yang

akan diamati. Urutkan dengan mengamati bagian-bagian rhizoma,

folium, cortex,lignum, radix, fructus, semen, flos, herba.

3. Dicata hasil pengamatannya pada lembar kerja yang disediakan.

c. Pemeriksaan Mikro

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan diamati

2. Diambil serbuk simplisia yang telah dibuat secukupnya, kemudian

diletakkan diatas dek gelas

3. Ditetesi dengan 1-2 tetes kloralhidrat LP 10% lalu difiksasi dengan

pemanasan diatas api bunsen

4. Ditutup dengan objek gelas

5. Diamati secara mikroskopik menggunakan perbesaran tertentu

6. Dilampirkan hasil pengamatan pada lembar kerja yang disediakan

7. Hasil pengamatan dibandingkan dengsn fragmen yang terdapat

diliteratur.

d. Uji Pendahuluan

- Identifikasi alkaloid

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Ditimbang serbuk simplisia sidagori sebanyak 0,2 g

3. Dilakukan penyarian pada serbuk simplisia dengan campuran eter

dan kloroform. Kemudian disaring

4. Dipindahkan 1-2 ml filtrat dalam tabung reaksi

5. Ditambahkan pereaksi meyer LP, amati perubahan yang terjadi

10

Page 11: Laporan Farmakognoosi

- Identifikasi Saponin

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dimasukkan 0,2 g serbuk simplisia sidagori yang akan diperiksa,

kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi

3. Ditambahkan 10 ml air panas, kemudia dinginkan dan dikocok

kuat-kuat selama 10 detik

4. Diamati keberadaan saponin yang ditandai dengan terbentuknya

buih yang mantap selama tidak kurang 10 menit setinggi 1-10 cm.

Dan pada penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang.

11

Page 12: Laporan Farmakognoosi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Pemeriksaan Makro

Nama sampel Pengamatan Makro Keterangan

Sidagori

Sida rhombifolia L.

Warna:Hijau muda

Bau: Bau khas

(tidak

menyenangkan)

Bentuk:batang

berkayu, keras,

daun bulat telur

Rasa: tidak

mempunyai rasa

b. Pemeriksaan Mikro, Perbesaran 40

Nama sampel Pengamatan Makro Keterangan

Sidagori

Sida rhombifolia

L.

1. Kloroplas

2. Epidermis

3. Stomata

12

1

2

3

Page 13: Laporan Farmakognoosi

c. Uji Pendahuluan

Nama sampel

Pengamatan

Keterangan

Alkaloid Saponin

Sidagori

Sida

rhombifolia L.

(-) (-)

4.2 Pembahasan

Pemeriksaan yang dilakukan pada tanaman untuk mengidentifikasi

tanaman tersebut antara lain adalah pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan

mikroskopik, dan pemeriksaan pendahuluan. Tetapi sebelum dilakukan

pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, tanaman yang diambil (tanaman

sidaguri) diubah menjadi simplisia. Simplisia adalah bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan

kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

Dalam pembuatan simplisia, memiliki beberapa tahap yang harus

dikerjakan. Yang pertama adalah tahap pengumpulan bahan baku. Pada

tahap ini, sangat menentukan kualilitas bahan baku, faktor yang paling

berperan dalam tahapan ini adalah masa panen, yang dimana masa panen

untuk biji, dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau

sebelum pecah. Pengambilan buah, tergantung tujuan dan pemanfaatan

13

Page 14: Laporan Farmakognoosi

kandungan aktifnya. Panen bisa dilakukan menjelang masak, benar-benar

masak, ataupun dengan melihat warna atau bentuk buah. Pemanenan bunga

juga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen

dilakukan pada saat menjelang penyerbukkan, saat bunga masih kuncup

atau saat bunga sudaj mulai mekar. Pengambilan daun atau herba dilakukan

pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan

saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan

daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk berubah menjadi daun

tua. pengambilan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah

cukup umur. Saat yang paling baik adalah awal musim kemarau.

Pengmbilan umbi lapis, dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.

Pengambilan rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.

Pengambilan akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau

tanaman sudah cukup umur. Untuk pengambilan bahan baku tanaman

sidagori (Sida rhombifolia) diambil di provinsi sulawesi tengah, di palu,

kabupaten donggala, desa lembasada, dusun Roro. Karena sidagori

merupakan tanaman herba, maka diambil pada saat fotosintesis berlangsung

maksimal, yang ditandai dengan tanaman sidagori mulai berbunga. Setelah

itu dilakukan sortasi basah. Sortasi basah ialah pemilihan hasil panen ketika

tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah, kerikil, rumput-

rumputan, atau bahan tanaman lain. Kemudian dilakukan pencucian untuk

membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat. Lalu dilakukan

pengubahan bentuk yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan

baku, yang meliputi perajangan daun, dan pemotongan akar danbatang.

Setelah dicuci, dilakukan pengeringan tanaman yang bertujuan untuk

menurunkan kadar air agar tanaman tidak mudah ditumbuhi jamur, sebab air

adalah medium tumbuh yang sangat baik, selain itu untuk menghilangkan

aktivitas enzim yang dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif,

dan memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya. Cara

pengeringan tanaman sidaguri adalah dengan diangin-anginkan didalam

ruangan terbuka, selama 6 (enam) hari. Setelah dilakukan pengeringan,

14

Page 15: Laporan Farmakognoosi

kemudian dilakukan sortasi kering yaitu pemilihan bahan setelah mengalami

proses pengeringan. Kemudian dilakukan pengepakan dan penyimpanan.

Tanaman sidagori setelah dilakukan sortasi kering, disimpan dalam wadah

pot plastik yang diberi label.

Setelah membuat simplisia, kemudian diidentifikasilah simplisia

sidagori. Pertama-tama melakukan pemeriksaan makroskopik, yaitu

pemeriksaan yang meliputi rasa, bau, bentuk secara organoleptis. Dan

setelah diamati, simplisia sidagori memiliki batang yang berkayu, memiliki

banyak cabang, daunnya bundar telur, dan memiliki bunga yang berwarna

kuning; bulat serta bau yang kurang enagk. Pengamatan makroskopik ini,

sangat sesuai dengan yang diperoleh dalam literatur. Setelah dilakukan

pengamatan makroskopik, kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopik.

Pada pemeriksaan mikroskopik, serbuk simplisia sidagori diambil

secukupnya dan diletakkan diatas objek gelas, kemudian ditetesi dengan

kloralhidrat 1-2 tetes sebagai medium agar membantu pengamatan dengan

mikroskopik, lalu difiksasi dengan pemanasan diatas api bunsen, jangan

sampai mendidih. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran

tertentu. Pengamatan tanaman sidagori menggunakan perbesaran 40. Dan

diamati anatomi yang terdapat epidermis, stomata, dan kloroplas. Hasil

pengamatan ini tidak maksimal, karena tidak terlihatnya jaringan pembuluh,

pengangkut (xylem, floem), parenkim, dan anatomi lain yang terdapat pada

tanaman sidagori.

Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik, kemudian dilalakukan

identifikasi pendahuluan untuk mencari tahu senyawa-senyawa yang

terkandung meliputi identifikasi alkaloid dan saponin. Untuk identifikasi

alkaloid, serbuk simplisia sidaguri pertama-tama ditimbang sebanyak 0,2

gramkemudian diletakkan didalam cawan porselen dan ditambahkan eter

dan kloroform secukupnya kemudian disaring dalam tabung reaksi. Tujuan

ditambahkan dengan eter dan etanol ini adalah untuk memurnikan serbuk

simplisia. Setelah itu ditambahkan 1-3 tetes pereaksi meyer, kemudian

15

Page 16: Laporan Farmakognoosi

diamati perubahan yang terjadi. Jika terdapat senyawa alkaloid, maka akan

ditandai dengan terbentuknya endapan yang berwarna kuning. Tetapi pada

perlakuan didalam laboratorium, pada pengamatannya tidak ditandai dengan

perubahan yang ditandai dengan terbentuknya endapan kuning. Pada

identifikasi saponin, 0,2 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung

reaksi, dan ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan sedikit lalu sampel

dikocok kuat-kuat ± 10 detik. Keberadaan saponin ditandai dengan

terbentuknya buih yang mantap selama ± 10 menit, dan biuh tidak hilang

saat penambahan HCl 2 N.

Pada identifikasi alkaloid dan saponin yang dilakukan, hasil

pengamatan menunjukkan negative (-) atau tidak menunjukkan adanya

senyawa alkaloid maupun saponin. Berdasarkan literatur, tanaman sidagori

mengandung kedua senyawa tersebut, tetapi pada uji yang dilakukukan

hasilnya tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan literatur. Ketidak

berhasilan dari uji yang dilakukan ini biasanya disebabkan karena pada saat

preparasi sampel sampel yang kurang bersih ataupun pada tahap

pengeringan simplisia yang terlalu lama sehingga menguraikan kandungan

dari tanaman sidagori, ataupun ketidaktelitian praktikan saat melakukan

pengidentifikasian sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal.

16

Page 17: Laporan Farmakognoosi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap praktikum farmakognosi yang

telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1) Pengamatan makroskopik terhadap simplisia sidagori yaitu, memiliki

batang yang berkayu, memiliki banyak cabang, daunnya bundar telur,

dan memiliki bunga yang berwarna kuning; bulat serta bau yang kurang

enak.

2) Pemeriksaan Mikroskopik serbuk simplisia sidagori, memiliki anatomi

seperti epidermis, stomata, dan kloroplas.

3) Identifikasi Alkaloid dan saponin menunjukkan hasil yang (-), tetapi

berdasarkan literatur, tanaman sidagori memiliki kedua senyawa

tersebut.

V.2 Saran

Disarankan kepada pembaca, agar dapat lebih memanfaatkan laporan

farmakognosi ini sebagai acuan untuk mata kuliah atau praktikum

farmakognosi selanjutnya.

17

Page 18: Laporan Farmakognoosi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Plantamor ; your plan database, [http://www.plantamor.com],

diakses tanggal 24/11/12, Pukul : 21.10 WITA.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2006, Sidagori (Sida Rhombifolia),

Tanaman Obat Potensial Penyembuh Asam Urat,

[http://balittro.litbang.deptan.go.id], diakses tanggal 24/11/12, Pukul :

22.14 WITA.

Dalimartha, Setiawan, 2006, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis,

Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Yvonne S.LIncoln, Egon,G Guba, 1985, Naturalistic Inquiry. Sage Publication.

Texas

Sastrapradja, Setijati, dkk., 1980, Tumbuhan Obat, Penerbit PN Balai Pustaka,

Jakarta.

Robinson, Trevor, 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit Institut

Tehnologi, Bandung.

Rry Awan, 2012, Pengerian Alkaloid, [http://pemula-awaliharimu.blogspot.com.],

diakses tanggal 02/12/12, Pukul 16.46 WITA.

Ibrahim, Nurlina Et. Syariful Anam, 2012, Buku Penuntun Praktikum Mata

Kuliah Farmakognosi I, PRODI Farmasi, Universitas Tadulako, Palu.

18