Laporan Farmakognoosi
-
Upload
putri-pramita -
Category
Documents
-
view
371 -
download
13
description
Transcript of Laporan Farmakognoosi
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
LAPORAN LENGKAP
FARMAKOGNOSI I
DISUSUN OLEH :
NAMA : PRAMITA PUTRI
NIM : G 701 11 056
KELAS : B
HARI/TANGGAL : SELASA, 04 DESEMBER 2012
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU / 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan dan ekstraknya tetap penting dalam farmasi dan
kedokteran, mengapa demikian? Secara historis, tumbuh-tumbuhan
menghasilkan beberapa obat paling penting, tetapi dengan kemajuan besar
dalam kimia medisinal pada akhir abad ini, obat-obat sintesis telah
menggantikan tumbuh-tumbuhan sebagai fokus utama penelitian. Namun,
masyarakat diberbagai negara, khususnya di Eropa, Australia, dan Amerika
Utara, kini ingin menyembuhkan masalah-masalah kesehatan minor dengan
sesuatu yang “alami”.
Indonesia, juga merupakan salah satu Negara yang sangat kaya
dengan berbagai spesis flora (tumbuh0tumbuhan), sekitar 26 % telah
dibudidayakan, dan sisanya sekitar 74 % masih merupakan tumbuhan liar di
hutan. Pemakaian bahan alam sebagai obat-obatan di Indonesia pada
awalnya hanya didasarkan pada pengalaman pribadi maupun pengalaman
yang diwariskan secara turun-temurun. Pada awalnya pengobatan ini
dianggap kurang meyakinkan, namun berbagai penelitian membuktikan
bahwa pengalaman empiris tersebut banyak yang memiliki dasar ilmiah
yang nyata.
Ilmu tentang tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami
kemajuan yang demikian pesat. Salah satu. Farmakognosi contohnya,
merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan
pengenalan obat yang berasal dari tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula
yang berasal dari dunia mineral dan hewan.
Berdasarkan teori diatas, makan dilakukanlah praktikum
Farmakognosi I, yang merupakan praktikum yang mempelajari simplisia,
khususnya Sidaguri (Sida rhombifolia)yang berasal dari tumbuhan sebagai
sumber bahan obat alam.
2
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum farmakognosi I ini adalah untuk mengetahui
struktur tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia L.) secara morfologis dan
anatomis, identifikasi tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau
serbuk secara makroskopis maupun mikroskopis dan mengetahui
konstituen-konstituen yang terkandung di dalamnya dengan pengenalan
secara kimia.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah, dapat mengetahui dan
memahami tanaman-tanaman yang memiliki khasiat obat, morfologi dan
anatomi tanaman herbarium maupun simplisia tersebut, serta konstituen-
konstituen yang terkandung dalam tanaman itu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae (suku kapas-kapasan)
Genus : Sida
Spesies : Sida rhombifolia L.
b. Morfologi
Morfologi tumbuhan ini adalah tanaman terna setahun, tegak, berbau
tidak begitu enak. Batangnya dibagian bawah berkayu, banyak
bercabang, tingginya mencapai 200 cm bulat agak liat dengan warna
cokelat. Pada ujung-ujung batang dan tangkainya terdapat bulu-bulu
panjang, sedang permukaan daunnya tertutup oleh bulu-bulu lembut.
Daunnya bundar telur yang berlekuk pada bagian pangkalnya, sedang
ujungnya tumpul. Bunganya tunggal, berwarna kuning, tumbuh pada
ketiak daunnya. Makhota bunga berwarna kuning agak orange, dan
mekar disiang hari (pukul 12) dan hanya bertahan tiga jam saja.
Buahnya merekah menjadi 9 sampai 11 siung bila masak.
c. Tempat Tumbuh
Sidagori tumbuh tersebar di daerah tropis di seluruh dunia, mulai dari
dataran rendah sampai ketingian 1450 m di atas permukaan laut. Sering
4
ditemui hidup liar di pinggiran selokan, pinggir sungai, dan di bawah
tegakan pohon besar.
d. Kandungan Kimia
Kandungan utamanya adalah tanin, fla-vonoid, saponin, alkaloid dan
gliko-sida Alkaloid. Di samping itu juga ditemui kalsium oksalat, fenol,
steroid, efedrine dan asam amino.
e. Kegunaan
Herba sidagori mempunyai khasiat antiradang, dan penghilang nyeri
(analgetik), untuk pengobatan sakit kuning, akibat terbendungnya aliran
empedu ke usus dan hepatitis yang disertai kuning, serta berkhasiat
sebagai peluruh haid, dan abortivum (wanita hamil dilarang
menkonsumsi tanaman ini).
2.2 Pemeriksaan Farmakognostik
a. Pemeriksaan Makroskopik
Ada beberapa parameter yang dilakukan untuk mengidentifikasi
simplisia yang akan diteliti, antara lain pemeriksaan secara organoleptik
meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa,
dari simplisia tersebut. Pemeriksaan makroskopik merupakan pengujian
yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca
pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk
simplisia serta memperhatikan bentuk dari simplisia.
Pemeriksaan makroskopis tanaman herba sidaguri, yaitu
merupakan tanaman terna setahun, tegak, berbau tidak begitu enak.
Batangnya dibagian bawah berkayu, banyak bercabang, tingginya
mencapai 200 cm bulat agak liat dengan warna cokelat. Pada ujung-
ujung batang dan tangkainya terdapat bulu-bulu panjang, sedang
permukaan daunnya tertutup oleh bulu-bulu lembut. Daunnya bundar
telur yang berlekuk pada bagian pangkalnya, sedang ujungnya tumpul.
Bunganya tunggal, berwarna kuning, tumbuh pada ketiak daunnya.
Makhota bunga berwarna kuning agak orange, dan mekar disiang hari
5
(pukul 12) dan hanya bertahan tiga jam saja. Buahnya merekah menjadi
9 sampai 11 siung bila masak.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan
irisan bahan atau serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.
Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi
jaringan dari serbuk simplisia yang ditetesi larutan kloralhidrat
kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus (jangan sampai mendidih).
Kemudian pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan
perbesaran lemah (4x10) dan perbesaran kuat. Pemeriksaan anatomi
serbuk dari suatu simplisia memiliki karakteristik tersendiri, dan
merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau penyusun jamu.
Sebelum melakukan pemeriksaan mikroskopik harus di pahami bahwa
masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya ( Egon,1985).
Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang
umumnya memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu
epidermis,korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas
pengangkutannya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada
kelas tanaman seperti monokotil memiliki tipe berkas pengankutan
terpusat (konsentris), dan pada dikotil tersebar (kolateral). Sedangkan
jaringan sekunder pada organ batang, akar dan rimpang berupa
periderm, dan ritidorm. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri
spesifik dari bagian daun serta tipe sel idoblas seringkalai menunjukkan
ciri spesifik suatu bahan nabati (Egon,1985).
Oleh karena itu, tentunya banyak simplisia yang memiliki
perbedaan yang jelas jika dibandingkan dengan simplisia yang lain. Hal
ini disebabkan karena simplisia tersebut memiliki ciri khas yang
diakibatkan oleh adanya perbedaan anatomi dan morfologi. Namun ciri
khas tersebut dapat pula tidak nampak karena kesalahan dalam
melakukan pemeriksaan dan penyimpanan simplisia yang relatif lama.
Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk simplisia hanya beberapa
6
simplisia berhasil dikerjakan dengan baik. Perbedaan literatur dan hasil
pengamatan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
a) Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan bau
yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia.
b) Pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada objek gelas
mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek
menjadi tidak jelas.
c) Ketidaktelitian praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara
pengamatan simplisia satu dengan yang lainnya dapat tercampur dan
dapat mempengaruhi pemeriksaan.
d) Cara pembuatan simplisia, penyiapan preparat simplisia, keterbatasan
waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia
yang terlalu lama.
2.3 Pemeriksaan Pendahuluan (Dasar Teori)
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa
atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)
dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan. Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organik
yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.
Alkaloid tersebar luas didunia tumbuhan. Berbagai perkiraan
menyatakan bahwa presentase jenis tumbuhan yang mengandung alkaloid
terletak dalam rentang 15-30%. Angka ini merupakan hasil kesepakatan
saja, karena keragaman pada kepekaan cara mendeteksi, dan secara umum
tumbuhan alkaloid dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang mengandung
alkaloid lebih besar dari 0,05% bobot kering.
7
Satu-satunya sifat kimia alkaloid yang paling penting ialah
kebasaannya. Metode pemurnian dan pencirian ialah umumnya
mengandalkan sifat ini.
Alkaloid biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan
tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai
garam, atau bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan yang melarutkan
alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan
natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstraksi dengan pelarut
organik seperti kloroform, eter, dan sebagainya. Pelarut atau pereaksi yang
sudah biasa dipakai seperti kloroform, aseton, amonia, dan metilena klorida
dalam kasus tertentu harus dihindari. Cara lain yang berguna untuk
memperoleh alkaloid dari larutan asam ialah dengan penjerapan memakai
pereaksi Lloyd. Kemudian alkohol dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang
bersifat cukup hidrofob dapat dijerap dengandamar XAD-2 lalu dielusi
dengan asam atau campuran etanol air. Banyak alkaloid yang dapat
diendapkan dengan pereaksi mayer (kalium raksa (II) iodida) atau garam
Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan menjadi komponen-
komponennya dengan cara kromatografi penukaran ion (Robinson Trevor,
1991).
Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang
menyerupai sabun (bahasa Latin sapo berarti sabun). Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam
air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel
darah merah. Dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk
ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai
racun ikat selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba juga (Robinson Trevor, 1991).
8
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
1. Mikroskop
2. Objek glass dan dek glass
3. Pot Plastik
4. Tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Cawan porselen
7. Neraca ohaus
3.2 Bahan
1. Serbuk simplisia sidagori
2. Aqua dest
3. Kloralhidrat
4. Eter
5. Kloroform
6. Asam klorida (HCl)
3.3 Prosedur
a. Pembuatan Simplisia
1. Pengumpulan bahan baku yaitu tanaman sidagori (Sida rhombifolia
L).
2. Melakukan sortasi basah pada tanaman sidagori dengan memisahkan
tanaman sidagori terhadap tanah kerikil, rumput-rumputan bahan
tanaman lain atau bagian tanaman yang sudah tidak dapat digunakan.
3. Pencucian simplisia dengan menggunakan air bersih hingga tanaman
bebas dari kotoran, pestisida, dan lain-lain.
4. Pengubahan bentuk tanaman, yang terdiri dari perajangan untuk daun
sidagori serta pemotongan akar dan batang sidagori.
9
5. Pengeringan simplisia dengan cara diangin-anginkan di ruangan
terbuka.
6. Melakukan sortasi kering, yaitu memilih bahan setelah mengalami
proses pengeringan.
7. Pengepakan dan Penyimpanan simplisia dalam suatu wadah
tersendiri.
b. Pemeriksaan Makro
1. Disiapkan simplisia sidagori yang akan diamati
2. Disisahkan masing-masing simplisia sesuai bagian tanaman yang
akan diamati. Urutkan dengan mengamati bagian-bagian rhizoma,
folium, cortex,lignum, radix, fructus, semen, flos, herba.
3. Dicata hasil pengamatannya pada lembar kerja yang disediakan.
c. Pemeriksaan Mikro
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan diamati
2. Diambil serbuk simplisia yang telah dibuat secukupnya, kemudian
diletakkan diatas dek gelas
3. Ditetesi dengan 1-2 tetes kloralhidrat LP 10% lalu difiksasi dengan
pemanasan diatas api bunsen
4. Ditutup dengan objek gelas
5. Diamati secara mikroskopik menggunakan perbesaran tertentu
6. Dilampirkan hasil pengamatan pada lembar kerja yang disediakan
7. Hasil pengamatan dibandingkan dengsn fragmen yang terdapat
diliteratur.
d. Uji Pendahuluan
- Identifikasi alkaloid
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang serbuk simplisia sidagori sebanyak 0,2 g
3. Dilakukan penyarian pada serbuk simplisia dengan campuran eter
dan kloroform. Kemudian disaring
4. Dipindahkan 1-2 ml filtrat dalam tabung reaksi
5. Ditambahkan pereaksi meyer LP, amati perubahan yang terjadi
10
- Identifikasi Saponin
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dimasukkan 0,2 g serbuk simplisia sidagori yang akan diperiksa,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi
3. Ditambahkan 10 ml air panas, kemudia dinginkan dan dikocok
kuat-kuat selama 10 detik
4. Diamati keberadaan saponin yang ditandai dengan terbentuknya
buih yang mantap selama tidak kurang 10 menit setinggi 1-10 cm.
Dan pada penambahan HCl 2 N, buih tidak hilang.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Pemeriksaan Makro
Nama sampel Pengamatan Makro Keterangan
Sidagori
Sida rhombifolia L.
Warna:Hijau muda
Bau: Bau khas
(tidak
menyenangkan)
Bentuk:batang
berkayu, keras,
daun bulat telur
Rasa: tidak
mempunyai rasa
b. Pemeriksaan Mikro, Perbesaran 40
Nama sampel Pengamatan Makro Keterangan
Sidagori
Sida rhombifolia
L.
1. Kloroplas
2. Epidermis
3. Stomata
12
1
2
3
c. Uji Pendahuluan
Nama sampel
Pengamatan
Keterangan
Alkaloid Saponin
Sidagori
Sida
rhombifolia L.
(-) (-)
4.2 Pembahasan
Pemeriksaan yang dilakukan pada tanaman untuk mengidentifikasi
tanaman tersebut antara lain adalah pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan
mikroskopik, dan pemeriksaan pendahuluan. Tetapi sebelum dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, tanaman yang diambil (tanaman
sidaguri) diubah menjadi simplisia. Simplisia adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
Dalam pembuatan simplisia, memiliki beberapa tahap yang harus
dikerjakan. Yang pertama adalah tahap pengumpulan bahan baku. Pada
tahap ini, sangat menentukan kualilitas bahan baku, faktor yang paling
berperan dalam tahapan ini adalah masa panen, yang dimana masa panen
untuk biji, dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau
sebelum pecah. Pengambilan buah, tergantung tujuan dan pemanfaatan
13
kandungan aktifnya. Panen bisa dilakukan menjelang masak, benar-benar
masak, ataupun dengan melihat warna atau bentuk buah. Pemanenan bunga
juga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen
dilakukan pada saat menjelang penyerbukkan, saat bunga masih kuncup
atau saat bunga sudaj mulai mekar. Pengambilan daun atau herba dilakukan
pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan
saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan
daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk berubah menjadi daun
tua. pengambilan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah
cukup umur. Saat yang paling baik adalah awal musim kemarau.
Pengmbilan umbi lapis, dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.
Pengambilan rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.
Pengambilan akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau
tanaman sudah cukup umur. Untuk pengambilan bahan baku tanaman
sidagori (Sida rhombifolia) diambil di provinsi sulawesi tengah, di palu,
kabupaten donggala, desa lembasada, dusun Roro. Karena sidagori
merupakan tanaman herba, maka diambil pada saat fotosintesis berlangsung
maksimal, yang ditandai dengan tanaman sidagori mulai berbunga. Setelah
itu dilakukan sortasi basah. Sortasi basah ialah pemilihan hasil panen ketika
tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah, kerikil, rumput-
rumputan, atau bahan tanaman lain. Kemudian dilakukan pencucian untuk
membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat. Lalu dilakukan
pengubahan bentuk yang bertujuan untuk memperluas permukaan bahan
baku, yang meliputi perajangan daun, dan pemotongan akar danbatang.
Setelah dicuci, dilakukan pengeringan tanaman yang bertujuan untuk
menurunkan kadar air agar tanaman tidak mudah ditumbuhi jamur, sebab air
adalah medium tumbuh yang sangat baik, selain itu untuk menghilangkan
aktivitas enzim yang dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif,
dan memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya. Cara
pengeringan tanaman sidaguri adalah dengan diangin-anginkan didalam
ruangan terbuka, selama 6 (enam) hari. Setelah dilakukan pengeringan,
14
kemudian dilakukan sortasi kering yaitu pemilihan bahan setelah mengalami
proses pengeringan. Kemudian dilakukan pengepakan dan penyimpanan.
Tanaman sidagori setelah dilakukan sortasi kering, disimpan dalam wadah
pot plastik yang diberi label.
Setelah membuat simplisia, kemudian diidentifikasilah simplisia
sidagori. Pertama-tama melakukan pemeriksaan makroskopik, yaitu
pemeriksaan yang meliputi rasa, bau, bentuk secara organoleptis. Dan
setelah diamati, simplisia sidagori memiliki batang yang berkayu, memiliki
banyak cabang, daunnya bundar telur, dan memiliki bunga yang berwarna
kuning; bulat serta bau yang kurang enagk. Pengamatan makroskopik ini,
sangat sesuai dengan yang diperoleh dalam literatur. Setelah dilakukan
pengamatan makroskopik, kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopik.
Pada pemeriksaan mikroskopik, serbuk simplisia sidagori diambil
secukupnya dan diletakkan diatas objek gelas, kemudian ditetesi dengan
kloralhidrat 1-2 tetes sebagai medium agar membantu pengamatan dengan
mikroskopik, lalu difiksasi dengan pemanasan diatas api bunsen, jangan
sampai mendidih. Kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
tertentu. Pengamatan tanaman sidagori menggunakan perbesaran 40. Dan
diamati anatomi yang terdapat epidermis, stomata, dan kloroplas. Hasil
pengamatan ini tidak maksimal, karena tidak terlihatnya jaringan pembuluh,
pengangkut (xylem, floem), parenkim, dan anatomi lain yang terdapat pada
tanaman sidagori.
Setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopik, kemudian dilalakukan
identifikasi pendahuluan untuk mencari tahu senyawa-senyawa yang
terkandung meliputi identifikasi alkaloid dan saponin. Untuk identifikasi
alkaloid, serbuk simplisia sidaguri pertama-tama ditimbang sebanyak 0,2
gramkemudian diletakkan didalam cawan porselen dan ditambahkan eter
dan kloroform secukupnya kemudian disaring dalam tabung reaksi. Tujuan
ditambahkan dengan eter dan etanol ini adalah untuk memurnikan serbuk
simplisia. Setelah itu ditambahkan 1-3 tetes pereaksi meyer, kemudian
15
diamati perubahan yang terjadi. Jika terdapat senyawa alkaloid, maka akan
ditandai dengan terbentuknya endapan yang berwarna kuning. Tetapi pada
perlakuan didalam laboratorium, pada pengamatannya tidak ditandai dengan
perubahan yang ditandai dengan terbentuknya endapan kuning. Pada
identifikasi saponin, 0,2 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung
reaksi, dan ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan sedikit lalu sampel
dikocok kuat-kuat ± 10 detik. Keberadaan saponin ditandai dengan
terbentuknya buih yang mantap selama ± 10 menit, dan biuh tidak hilang
saat penambahan HCl 2 N.
Pada identifikasi alkaloid dan saponin yang dilakukan, hasil
pengamatan menunjukkan negative (-) atau tidak menunjukkan adanya
senyawa alkaloid maupun saponin. Berdasarkan literatur, tanaman sidagori
mengandung kedua senyawa tersebut, tetapi pada uji yang dilakukukan
hasilnya tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan literatur. Ketidak
berhasilan dari uji yang dilakukan ini biasanya disebabkan karena pada saat
preparasi sampel sampel yang kurang bersih ataupun pada tahap
pengeringan simplisia yang terlalu lama sehingga menguraikan kandungan
dari tanaman sidagori, ataupun ketidaktelitian praktikan saat melakukan
pengidentifikasian sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap praktikum farmakognosi yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Pengamatan makroskopik terhadap simplisia sidagori yaitu, memiliki
batang yang berkayu, memiliki banyak cabang, daunnya bundar telur,
dan memiliki bunga yang berwarna kuning; bulat serta bau yang kurang
enak.
2) Pemeriksaan Mikroskopik serbuk simplisia sidagori, memiliki anatomi
seperti epidermis, stomata, dan kloroplas.
3) Identifikasi Alkaloid dan saponin menunjukkan hasil yang (-), tetapi
berdasarkan literatur, tanaman sidagori memiliki kedua senyawa
tersebut.
V.2 Saran
Disarankan kepada pembaca, agar dapat lebih memanfaatkan laporan
farmakognosi ini sebagai acuan untuk mata kuliah atau praktikum
farmakognosi selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Plantamor ; your plan database, [http://www.plantamor.com],
diakses tanggal 24/11/12, Pukul : 21.10 WITA.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 2006, Sidagori (Sida Rhombifolia),
Tanaman Obat Potensial Penyembuh Asam Urat,
[http://balittro.litbang.deptan.go.id], diakses tanggal 24/11/12, Pukul :
22.14 WITA.
Dalimartha, Setiawan, 2006, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Hepatitis,
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Yvonne S.LIncoln, Egon,G Guba, 1985, Naturalistic Inquiry. Sage Publication.
Texas
Sastrapradja, Setijati, dkk., 1980, Tumbuhan Obat, Penerbit PN Balai Pustaka,
Jakarta.
Robinson, Trevor, 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit Institut
Tehnologi, Bandung.
Rry Awan, 2012, Pengerian Alkaloid, [http://pemula-awaliharimu.blogspot.com.],
diakses tanggal 02/12/12, Pukul 16.46 WITA.
Ibrahim, Nurlina Et. Syariful Anam, 2012, Buku Penuntun Praktikum Mata
Kuliah Farmakognosi I, PRODI Farmasi, Universitas Tadulako, Palu.
18