Laporan Diskusi Tutorial Aai Euthanasia

download Laporan Diskusi Tutorial Aai Euthanasia

of 10

Transcript of Laporan Diskusi Tutorial Aai Euthanasia

BAB IPENDAHULUAN

Dengan semakin berkembangnya zaman muncul masalah-masalah yang lebih komplek di semua bidang tidak terkecuali di dunia kedokteran. Salah satu masalah yang masih menjadi perdebatan adalah euthanasia. Euthanasia adalah salah satu tindakan dokter yang memerlukan banyak pertimbangan menurut agama, moral, etika dan hukum. Di satu sisi euthanasia dianggap sebagai salah satu tindakan yang kurang bermoral karena didalam masyarakat euthanasia dianggap sebagai suatu tindak pembunuhan. Namun pada suatu keadaan tertentu seorang dokter akan melakukan euthanasia karena suatu alasan. Salah satu masalah tentang euthanasia disajiakan dalam skenario berikut : Setelah 2 bulan opname di RS tingkat Propinsi yang peralatan medisnya cukup lengkap dan canggih, suami pasien dengan perasaan sedih dan lemas melapor pada dokter yang merawat isterinya : Dok, mohon maaf kami terpaksa akan membawa pulang isteri saya. Kami ucapkan banyak terima kasih atas perawatan dokter selama ini. Segala resiko yang terjadi akan kami tanggung. Bagaimana sebaiknya sikap, saran, nasehat serta tindakan yang patut dilakukan oleh dokter tersebut dengan mempertimbangkan aspek etik, moral, medikolegal, profesionalisme serta keselamatan pasien. Suami pasien seorang buruh tani, keadaan sosial ekonomi rendah, umur pasien 45 tahun. Untuk keperluan opname isterinya di RS ia telah menjual tanah pekarangannya, sedang ia masih menanggung kedua anaknya yang masih sekolah SD dan SMP. Pasien dirawat dengan coma karena cirrhosis hepatis. Melalui skenario di atas, kita diharapkan untuk dapat melihat eutahanasia dalam berbagai perspektif yaitu agama (al quran dan hadist), etika, dan hukum serta dapat menerapkan profesionalitas dalam memecahakan masalah pasien.

1

BAB IIDISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

A.

Istilah-istilah Euthanasia : praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan Medikolegal : berkaitan, baik dengan kesehatan maupun hukum Cirrhosis hepatis : suatu fase lanjutan dari penyakit hati dimana seluruh kerangka hati menjadi rusak disertai dengan bentukan regenerasi nodul. Coma : Ketidaksadaran waktu lama segera setelah cedera otak traumatis. Dalam keadaan seperti tidur, tidak dapat berbicara, kelopak mata biasanya ditutup, dan tidak ada respons terhadap perintah. Orang yang koma dapat memiliki refleks sederhana dalam menanggapi sakit dan sentuhan, tapi pada dasarnya tidak ada tanggapan yang berarti terhadap rangsangan eksternal. Tidak adanya kesadaran diri dan lingkungan, bahkan di bawah kondisi rangsangan eksternal yang kuat.

B.

Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana pandangan semua kasus diatas menurut Al-Quran ? Bagaimana pandangan semua kasus diatas Al-Hadist ? Bagaimana pandangan semua kasus diatas ilmu kedokteran ? Tindakan apa yang harus dilakukan, jika anda sebagai dokter yang memutuskan perkara diatas ?

2

C.

Analisis Masalah Euthanasia di bagi menjadi 2 yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif.

Berdasarkan analisis masalah dalam skenario dapat diketahui bahwa euthanasia di dalam skenario termasuk euthanasia pasif karena dokter hanya menghentikan pengobatan terhadap pasien. Menurut ilmu kedokteran semua bentuk euthanasia belum dapat diterima termasuk euthanasia di dalam skenario. Sedangkan menurut al quran dan Hadist, euthanasia pasif seperti dalam skenario masih terdapat perbedaaan pandangan ulama mengenai hal tersebut. Sebagian ulama mengatakan boleh namun sebagian lagi mengatakan haram. Tugas seorang dokter adalah mengatasi masalah pasien secara profesional melalui keputusan medisnya. Dalam membuat suatu keputusan medis seorang dokter harus memperhatikan keputusan pasien sesuai dengan kaidah bioetika tentang otonomi pasien. Di dalam skenario, dokter harus memperhatikan kondisi ekonomi dari pasien sebagai salah satu pertimbangan apakah ia akan menghentikan pengobatan atau tetap meneruskan pengobatan namun

memberatkan keluarga pasien.

D.

Tujuan Pembelajaran 1. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan kode etik dokter indonesia 2. Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya 3. Mempertimbang aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas kesehatan lain serta bertindak secara profesional 4. Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai profesionalisme 5. Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan HAM3

6. Menerapkan SKP (Standart keselamatan Pasien) terkait hak pasien 7. Menerapkan SKP terkait keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

E.

Studi Pustaka Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani eu yang berarti baik,

dan thanatos, yang berarti kematian (Utomo, 2003:177). Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau taysir al-maut. Menurut istilah kedokteran, euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan, 1995:145). Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu euthanasia aktif dan euthanasia pasif. Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut. Suntikan diberikan pada saat keadaan penyakit pasien sudah sangat parah atau sudah sampai pada stadium akhir, yang menurut perhitungan medis sudah tidak mungkin lagi bisa sembuh atau bertahan lama. Alasan yang biasanya dikemukakan dokter adalah bahwa pengobatan yang diberikan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien serta tidak akan mengurangi sakit yang memang sudah parah (Utomo, 2003:176). Euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim dikemukakan dokter adalah karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara dana yang dibutuhkan untuk pengobatan sangat tinggi, sedangkan fungsi pengobatan menurut perhitungan dokter sudah tidak efektif lagi. Terdapat tindakan lain yang bisa digolongkan euthanasia pasif, yaitu tindakan4

dokter menghentikan pengobatan terhadap pasien yang menurut penelitian medis masih mungkin sembuh. Alasan yang dikemukakan dokter umumnya adalah ketidakmampuan pasien dari segi ekonomi, yang tidak mampu lagi membiayai dana pengobatan yang sangat tinggi (Utomo, 2003:176). Euthanasia menurut al quran Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Euthanasia aktif jelas-jelas diharamkan oleh agama islam karena termasuk pembunuhan, sedangkan yang berhak memberikan atau mengambil kehidupan seorang manusia adalah Allah SWT. Ayat-ayat al quran yang menjelaskan tentang pembunuhan yang diharamkan antara lain: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS Al-Anaam : 151) Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). (QS An-Nisaa` : 92) Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS An-Nisaa` : 29).dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan. (Al Baqarah :

195) Sedangkan untuk euthanasia pasif masih terdapat perbedaan pandangan oleh para ulama sehingga belum dapat ditentukan apakah euthanasia termasuk kegiatan pembunuhan atau tidak.

5

Euthanasia menurut Hadist Rasulullah SAW bersabda,Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang menimpanya itu. (HR Bukhari dan Muslim). Bersabda nabi SAW: Ada diantara umat sebelum kalian seorang laki-laki yang terluka parah, sehingga ia tak tahan menahan sakit, maka ia mengambil pisau dan memutuskan urat nadinya, maka tumpahlah darahnya sampai ia mati. Maka berfirman ALLAH SWT: Hamba-KU telah berani mendahului (keputusan) KU, maka AKU haramkan syurga baginya. Bukhari Muslim Dari dua hadist di atas dapat diketahui bahwa euthanasia aktif haram karena kematian dan kehidupan adalah hak Allah SWT, sedangkan hambanya hanya menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Suatu penyakit yang Allah berikan kepada hambanya adalah ujian untuk seorang hamba agar hambanya semakin bertaqwa. Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan sembuh kepada pasien. Menurut jumhur ulama, mengobati atau berobat itu hukumnya mandub (sunnah), tidak wajib. Namun sebagian ulama ada yang mewajibkan berobat, seperti kalangan ulama Syafiiyah dan Hanabilah, seperti dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Utomo, 2003:180). Menurut Abdul Qadim Zallum (1998:68) hukum berobat adalah mandub. Tidak wajib. Hal ini berdasarkan berbagai hadits, di mana pada satu sisi Nabi SAW menuntut umatnya untuk berobat, sedangkan di sisi lain, ada qarinah

6

(indikasi) bahwa tuntutan itu bukanlah tuntutan yang tegas (wajib), tapi tuntutan yag tidak tegas (sunnah). Asosiasi Medis Islam dinyatakan dalam kesaksian, Eutanasia dan DokterAssisted Suicide, diserahkan kepada Institute of Medicine Komite Perawatan di Akhir Kehidupan pada 13 Mei 1996: Euthanasia menurut Ilmu Kedokteran Eutanasia atau pembunuhan tanpa penderitaan hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP (Farid Anfasal Moeloek : 2004).Euthanasia diatur dalam hukum pidana Indonesia sebagaimana terkandung di dalam Pasal 344 KUHP, dimana dijelaskan bahwa melakukan euthanasia merupakan suatu tindakan pidana.(Natangsa Surbakti : 1998). Pasal 344 KUHP tersebut menyatakan secara tegas: barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara, paling lama dua belas tahun. (Muljantoe : 1978). Juga demikian

halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. Dalam etika seorang dokter yang diatur dalam kode etik kedokteran pasal 7d yang berbunyi Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani dijelasakan bahwa seorang dokter tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan (abortus provocatus) dan mengakhiri hidup seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin sembuh lagi (Euthanasia).

7

BAB IIISIMPULAN

1. Euthanasia aktif maupun pasif menurut ilmu kedokteran dan hukum di Indonesia di larang karena identik dengan pembunuhan. Sedangkan menurut pandangan islam terdapat perbedaan antara euthanasia aktif dan pasid. Euthanasia aktif jelas-jelas diharamkan sesuai dengan al Quran dan Al Hadist. Adapun euthanasia pasif masih terdapat perbedaan pandangan antara para ulama. 2. Sikap seorang dokter yang harus ditunjukkan ketika menghadapi masalah seperti dalam skenario adalah sebaiknya menuruti permintaan pasien karena pasien memiliki otonomi dalam menentukan keputusan medis yang berhubungan dengan dirinya. Namun dokter juga harus terus berupaya untuk membantu memecahkan masalah pasien, misalnya dengan memberikan nasihat untuk tetap berobat walaupun di pengobatanpengobatan alternatif yang memiliki biaya yang lebih murah.

8

BAB IVSARAN

1. Hendaknya dalam menentukan suatu keputusan medis seorang dokter melakukan pertimbangan berdasarakan agama, etika dan hukum terlebih dahulu 2. Otonomi dari pasien hendaknya menjadi salah satu faktor penting dalam keputusan medis seorang dokter. 3. Seorang dokter seharusnya selalu berorientasi terhadap masalah asien bukan dengan penyakit yang diderita pasien

9

DAFTAR PUSTAKA

Moeljanto. 1978. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Yogyakarta: UGM. Soehino. kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia. Politeia. Bogor. Surbakti, Natangsa. 1998. Euthanasia dalam Hukum Indonesia, Suatu Telaah Kefilsafatan Terhadap Eksistensi dalam Konteks Masyarakat Indonesia Modern, Dalam jurnal Hukum, Vol. I No. 1 Maret 1998, FH. UMS. Kode Etik Kedokteran KBBI. 2008 (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/). Diakses tgl 23 Oktober 2011.

10