laporan bioreaksi
-
Upload
izza-naftalin -
Category
Documents
-
view
63 -
download
2
Transcript of laporan bioreaksi
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOREAKSI
Rizki Izza Naftalin 101810301016
Dany Cahyo Hermawan 101810301024
Achmad Solikhuddin Almu’minin 101810301051
LABORATURIUM KIMIA BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2013
BIOREAKSI KARBOHIDRAT PADA PROSES
PERKECAMBAHAN BIJI KEDELAI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedelai ( Glycine max (L). Merril ) merupakan salah satu sumber energi protein nabati
yang penting bagi kehidupan manusia karena kandungan protein. Oleh karena itu kedelai sangat
baik sebagai bahan makanan sumber protein. Selain kandungan proteinnya yang tinggi, kedelai
juga mengandung karbohidrat. Kacang kedelai mengandung sekitar 9% air, 40 gr/100 gr protein,
18 gr/100 gr lemak, 3,5 gr/100 gr serat, 7 gr/100 gr gula.
Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji kacang-kacangan yang
disemaikan. Sedangkan perkecambahan adalah serangkaian peristiwa penting yang terjadi sejak
biji dorman sampai menjadi bibit yang sedang tumbuh (Copeland, 1976). Perkecambahan secara
umum dapat meningkatkan karakteristik fungsional dan nilai nutrisi dari kacang-kacangan
(Vanderstoep, 1981).
Kandungan zat gizi pada biji sebelum dikecambahkan berada dalam bentuk tidak aktif
(terikat), setelah perkecambahan bentuk tersebut diaktifkan sehingga meningkatkan daya cerna
bagi manusia. Germinasi atau perkecambahan meningkatkan daya cerna karena berkecambah
merupakan proses katabolis yang menyediakan zat gizi penting untuk pertumbuhan tanaman
melalui reaksi hidrolisis dari zat gizi cadangan yang terdapat di dalam biji.
Pada proses perkecambahan kandungan karbohidrat akan berkurang. Hal ini dikarenakan
adanya bioreaksi pada proses perkecambahan tersebut. Bioreaksi yang terjadi adalah
metabolisme dari karbohidrat. Guna untuk mempelajari proses katabolisme karbohidrat pada
proses perkecambahan biji kedelai, maka akan dilakukan percobaan (praktikum) tentang analisis
bioreaksi karbohidrat dalam proses perkecambahan biji kacang kedelai.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui metabolisme karbohidrat pada proses perkecambahan kedelai.
2. Mengetahui kadar amilum dan gula reduksi akan berubah atau tidak selama proses
perkecambahan kedelai.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai
Biji kedelai merupakan bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi. Kandungan gizi
yang dimiliki kedelai membuat kedelai banyak dipilih sebagai sumber protein nabati. Daur hidup
kedelai, termasuk proses perkecambahan, melibatkan metabolisme makromolekul di dalamnya.
Karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung dalam kedelai akan diubah menjadi senyawa
yang lebih sederhana untuk menghasilkan energi sebagai sumber bahan bakar metabolisme.
Proses perkecambahan ini juga dimanfaatkan oleh manusia untuk mengambil sumber gizi dari
olahan kedelai. Karena pada saat mengalami proses perkecambahan, biji kedelai mengubah
karbohidrat kompleks dan protein yang dikandung menjadi karbohidrat sederhana yang mudah
diserap tubuh dan asam amino.
2.2 Perkecambahan
2.2.1 Pengertian Perkecambahan
Perkecambahan menurut Sastro-Utomo (1990), adalah sebagai awal dari pertumbuhan
suatu biji atau organ perbanyakan vegetatif. Menurut Copeleland dalam (Abidin, 1987),
perkecambahan adalah aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio di dalam
perkecambahan dari biji menjadi tanaman muda. Sedangkan menurut Kamil (1997),
perkecambahan merupakan pengaktifan kembali embrionik axis dalam biji yang terhenti untuk
kemudian membentuk bibit (Seedling).
Perkecambahan adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air
atau ambibisi, dalam hal ini biji tersebut akan berkecambah. Setelah menjalani masa dorman
yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor internal seperti embrio masih berbentuk rudimen
atau belum masak, kulit biji yang impermiabel atau adanya penghambat tumbuh Hidayat (1995).
Perkecambahan dapat terjadi apabila substrat (karbohidrat, protein, lipid) berperan sebagai
penyediaan energi yang akan digunakan dalam proses morfologi (pemunculan organ-organ
tanaman seperti akar, daun dan batang). Dengan demikian kandungan zat kimia dalam biji
merupakan faktor dalam perkecambahan biji (Ashari, 1995).
Tipe pertumbuhan awal kecambah kedelai adalah Epigeal (epygeour) di mana munculnya
radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta
koltiledon dan plumula ke atas permukaan tanah (Hidayat, 1995). Menurut Kamil (1997),
3
metabolisme perkecambahan biji merupakan suatu rangkain komplek dari morfologi, fisiologi
dan biokimia. Secara fisiologi, terjadi proses selama perkecambahan biji yaitu:
1) Perkecambahan biji dimulai penyerapan air oleh biji (ambibisi) melunakkan kulit biji dari
protoplasma
2) Pengaktifan enzim dan hormon karena terjadinya perkecambahan dengan kegiatan-kegiatan
sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih.
2.2.2 Reaksi Perkecambahan
Menurut Kamil (1997), metabolisme perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian
komplek dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Secara fisiologis, terjadi
proses berurutan selama perkembangan biji yaitu:
Perkecambahan biji dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji (imbibisi), melunakkan kulit
biji dan hidrasi dari protoplasma, (2) Pengaktifan enzim dan hormon yaitu terjadinya proses
pencernaan dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih,
(3) Perombakan cadangan makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-
bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh, (4) Asimilasi dari bahan-bahan
yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan
pembentukan komponen dan penbentukan sel-sel baru, (5) Proses pernafasan yaitu proses
perombakan sebagian makanan cadangan menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti CO2 dan
H2O, dan (6) Proses pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan
pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
2.2.3 Perkecambahan Kedelai
Menurut Kamil (1997), biji yang berkecambah biasanya ditandai dengan terlihatnya akar
daun yang menonjol keluar biji. Sebenarnya proses perkecambahan sudah mulai dan berlangsung
sebelum penampakan ini. Pada waktu permulaan perkecambahan, asam giberalik keluar dari
embrionik axis lalu masuk ke dalam Scutellum (cotyledon) dan aleuron, setelah kira-kira 12-18
jam perkecambahan untuk mencerna amilase dan amilopektin. Hal serupa juga terjadi pada
proses pemecahan pati, dimana 12-18 jam perkecambahan pati dirombak menjadi glukosa pada
daerah endosperm dan masuk scutellum. Didalam scutellum glukosa dirombak menjadi sukrosa
dan fruktosa Kamil (1997).
4
2.3 Metode Percobaan
2.3.1 Uji Iod
Larutan pati akan bereaksi dengan Iod mmembentuk warna biru, karena Iod masuk ke
dalam kumparan molekul pati. Senyawa ini hanya stabil dalam larutan dingin. Pemanasan
menyebabkan warna biru menghilang karena molekul pati meregang, sehingga Iod terlepas dari
kumparan pati, tetapi akan kembali menjadi biru bila didinginkan. Amilosa akan memberikan
warna yang lebih biru bila dibandingkan dengan amilopektin (Bintang, 2007).
2.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap
dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
Ekstraksi dibedakan menjadi 2 macam yaitu ekstraksi sederhana dan ekstraksi pelarut. Ekstraksi
sederhana dilakukan dengan merendam bahan dalam pelarut dimana zat yang diinginkan dapat
melarut kemudian setelah beberapa waktu larutan dipisahkan dari ampasnya. Cara ini
dimanfaatkan untuk memperoleh zat-zat yang ada dalam tumbuhan. Sedangkan ekstraksi pelarut
digunakan untuk memisahkan dua jenis campuran yang berbentuk cairan dan tidak saling
melarutkan. Campuran ini dapat dipisahkan dengan corong pisah, misalnya air dengan minyak
(Day dan Underwood, 1986:16)
2.3.3 Metode Nelson-Somogyi
Metode Nelson-Somogyi dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi bentuk
kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan
arsenomolibdat menjadi molybdenum berwarna biru yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula
dengan membandingkannya dengan larutan standar sehingga konsentrasi gula dalam sampel
dapat ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel
dengan mengukur absorbansinya (Sudarmadji, 1984).
2.3.4 Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan proses pemisahan organel berdasarkan ukuran dan densitasnya.
Prinsip dasar dari proses sentrifugasi yaitu partikel-partikel yang berat jenisnya lebih besar dari
berat jenis sekelilingnya akan mengendap. Percepatan yang tercapai melalui sentrifugasi
dinyatakan sebagai kelipatan percepatan gaya tarik bumi (g = 9,81 ms-2). Sentrifuge yang
mempunyai kemampuan tinggi tersedia dua jenis rotor; rotor dengan sudut tetap/tak bergerak dan
5
rotor yang dapat berayun. Kecepatan reaksi pengendapan partikel selama sentrifugasi tergantung
pada kecepatan sudut dari rotor, jari-jari efektif rotor (jaraknya ke titik putaran) dan sifat-sifat
partikel (Day dan Underwood, 1986:73).
6
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Bahan
1. Biji kedelai 200 gram
2. Kapas secukupnya
3. Larutan standart glukosa
4. Larutan standart fruktosa
5. Larutan standart selulosa
6. Pereaksi Nelson
7. Pereaksi Bennedict
8. Pereaksi Selliwanof
9. Pereaksi Barfoed
10. Kertas saring
11. Larutan iod 2%
12. Aquades
13. HCL 6 N
14. NaOH 6 N
3.1.2 Alat
1. Neraca Analitik
2. Mortar
3. Pastle
4. Spatula
5. Pengaduk kaca 1 buah
6. Gelas piala 50 mL 2 buah
7. Gelas piala 100 mL 1 buah
8. Gelas piala 150 mL 1 buah
7
9. Penangas air 1 buah
10. Tabung reaksi 10 buah
11. Pipet tetes 3 buah
12. Ball pipet 1 buah
13. Pipet Mohr 1 mL 1 buah
14. Pipet Mohr 5 mL 1 buah
15. Tabung sentrifuse 4 buah
16. Labu ukur 10 mL 1 buah
17. Labu ukur 25 mL 1 buah
18. Labu ukur 100 mL 1 buah
19. Corong kaca 1 buah
20. Botol Kecil + tutup
21. Aluminium Foil
22. Rak tabung reaksi 1 buah
23. Cawan porselen 1 buah
24. Desikator
25. Kain kasa
26. Plat tetes 1 buah
8
Dihaluskan dehidrasi
Filtrasi
Analisis
Dicuci bersih Direndam 24 jam Ditempatkan pada media tanam
3.2 Diagram Alir
9
Sampel 1: Biji kedelai (hari
pertama)
Sampel 3: Biji kedelai (hari ketiga)
Sampel 4: Kecambah kedelai
(hari keenam)
Sampel 2: Biji Kedelai (setelah
direndam)
1.Uji kadar airSampel halus
Endapan Filtrat/Ekstrak sampel
3. Uji dengan pereaksi nelson
Sampel Biji kedelai
Sampel biji kedelai hari pertama
ditimbang
Dipisahkan bakal akar, bakal batang dan keping biji
Dihidrolisis HCl 6 M selama 3
jam
Diuji nelson
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Preparasi Sampel
a. Preparasi sampel 1
1) Biji kedelai dicuci bersih
2) Biji dihaluskan, kemudian ditambahkan pelarut akuades
3) Disentrifuse dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit
4) Ditimbang endapan yang didapat
5) Dianalisa filtrat yang dihasilkan
b. Pembuatan sampel 2 (Biji Kedelai Rendaman)
1) Biji kedelai dicuci bersih.
2) Biji direndam selama 24 jam
3) Biji dihaluskan, kemudian ditambahkan pelarut akuades
4) Disentrifuse dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit
5) Ditimbang endapan yang didapat
6) Dianalisa filtrat yang dihasilkan
c. Pembuatan sampel 3 (Kedelai Bertunas)
1) Biji kedelai yang sudah tumbuh tunasnya dicuci bersih.
2) Biji dihaluskan, kemudian ditambahkan pelarut akuades
3) Disentrifuse dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit
4) Ditimbang endapan yang didapat
5) Dianalisa filtrat yang dihasilkan
d. Pembuatan sampel 4 (kecambah kedelai)
1) Sampel keempat dipisahkan bakal akar, bakal daun dan keping biji. kemudian masing-
masing bagian ditimbang
1) dihaluskan, kemudian ditambahkan pelarut akuades
2) Disentrifuse dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit
3) Ditimbang endapan yang didapat
4) Dihidrolisis dengan HCl 6 N selama 3 jam
5) Dianalisa filtrat yang dihasilkan
Uji krbohidrat
10
1. Filtrat hasil penyaringan sampel diuji dengan pereaksi Nelson
2. Filtrat dibagi menjadi 7 bagian, masing-masing 1 mL. Kemudian diuji dengan pereaksi:
a. Amilum
b. Ditambahkan 1 mL akuades, dan diuji dengan larutan Benedict 0.5 mL dan
dipanaskan
c. Ditambahkan 1 mL akuades, dan diuji dengan larutan Selliwanof 0.5 mL dan
dipanaskan
d. Ditambahkan 1 mL akuades, dan diuji dengan larutan Barfoed 0.5 mL dan
dipanaskan
e. Ditambahkan 0.25 mL HCL 6 N dipanaskan, dan setelah dingin, ditambahkan
0.25 NaOH 6 N, kemudian diuji dengan larutan Bennedict 0.5 mL dan dipanaskan
f. Ditambahkan 0.25 mL HCL 6 N dipanaskan, dan setelah dingin, ditambahkan
0.25 NaOH 6 N, kemudian diuji dengan larutan Selliwanof 0.5 mL dan
dipanaskan
g. Ditambahkan 0.25 mL HCL 6 N dipanaskan, dan setelah dingin, ditambahkan
0.25 NaOH 6 N, kemudian diuji dengan larutan Barfoed 0.5 mL dan dipanaskan
3. Larutan standar ( glukosa, fruktosa, selulosa) Ditambahkan 0.25 mL HCL 6 N
dipanaskan, dan setelah dingin, ditambahkan 0.25 NaOH 6 N, kemudian diuji dengan
larutan Bennedict 0.5 mL dan dipanaskan
4. Larutan standar glukosa diuji dengan larutan Bennedict 1 mL kemudian dipanaskan
5. Larutan standar fruktosa diuji dengan larutan Selliwanof 1 mL kemudian dipanaskan
6. Uji dilakukan untuk keempat sampel biji/kecambah.
7. 12 tabung reaksi diatas diletakan berderet, kemudian permukaan larutan dibuat sama
dengan cara ditambahkan aquadest sampai permukaan larutan ke duabelas sama tinggi .
Kemudian difoto dan diulang minimal ada ada 3 kali pengambilan gambar.
8. Tabung yang berisi larutan yang telah diuji (hasil uji) diletakan berderet, selajutnya
dibuat kotak sehingga larutan terletak dalam kotak seperti pada gambar. Ambil
gambarnya dan dihitung intensitas cahanya adalah yang terletak dalam kotak.
11
9. Foto yang dihasilkan, dikonversi menjadi digital. Nilai digital masing-masing perlakuan
dirata-rata, Selanjutnya dibandingkan
Hasil analisa dicatat dalam tabel berikut
Biji hari
ke 1
Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 Hari ke 5 Hari ke 6 Hari ke 7
Amilum
Gula
pereduksi
Fruktose
Sukrosa
selulosa
12
3 4 5 6 7 8 9 111 210
12
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
a. Uji Iod
Kedelai kering Hari ke 1 Hari ke 3Hari ke 6
(akar)
Hari ke 6
(biji)
Hari ke 6
(batang)
Positif amilum
terhidrolisis (+
++)
Positif
amilum
terhidrolisis
(+)
Positif
amilum
terhidrolisis
(++)
Positif
amilum
terhidrolisis
(++)
Positif
amilum
terhidrolisis
(+)
Positif amilum
terhidrolisis (+
++)
*uji positif menunjukkan warna cokelat
b. Uji Benedict
Kedelai
keringHari ke 1 Hari ke 3
Hari ke 6
(akar)
Hari ke 6
(biji)
Hari ke 6
(batang)
positif gula
reduksi
Positif gula
reduksi
Positif gula
reduksi
Positif gula
reduksi
Positif gula
reduksi
Positif gula
reduksi
*uji positif menunjukkan warna larutan kuning, hijau, dan endapan merah
13
c. Uji Seliwanof
Kedelai
keringHari ke 1 Hari ke 3
Hari ke 6
(akar)
Hari ke 6
(biji)
Hari ke 6
(batang)
Uji negatif Uji negatif Uji negatif Uji negatif Uji negatif Uji negatif
*uji positif menghasilkan warna jingga
d. Uji Barfoed
Kedelai
keringHari ke 1 Hari ke 3
Hari ke 6
(akar)
Hari ke 6
(biji)
Hari ke 6
(batang)
Positif uji
karbohidrat
disakarida
Positif uji
karbohidrat
disakarida
Positif uji
karbohidrat
disakarida
Positif uji
karbohidrat
disakarida
Positif uji
karbohidrat
disakarida
Positif uji
karbohidrat
disakarida
*uji positif menghasilkan warna biru untuk disakarida
14
e. Uji Benedict + HCl+NaOH
Kedelai
keringHari ke-1 Hari ke-3
Hari ke-6
(Akar)
Hari ke-6
(Biji)
Hari ke-6
(Batang)
Positif uji
gula reduksi
Positif uji
gula reduksi
Positif uji
gula reduksi
Positif uji gula
reduksi
Positif uji
gula reduksi
Positif uji
gula reduksi
*uji positif menunjukkan warna larutan kuning, hijau, dan endapan merah
f. Uji Seliwanof+HCl+NaOH
Kedelai
keringHari ke-1 Hari ke-3
Hari ke-6
(Akar)
Hari ke-6
(Biji)
Hari ke-6
(Batang)
negatif Negatif negatif negatif negatif Negatif
*uji positif menghasilkan warna jingga
15
g. Uji Barfoed+HCl+NaOH
Kedelai
keringHari ke-1 Hari ke-3
Hari ke-6
(Akar)
Hari ke-6
(Biji)
Hari ke-6
(Batang)
Positif uji
monosakarida
Positif uji
monosakarida
Positif uji
disakarida
Positif uji
monosakarida
Positif uji
monosakarida
Positif uji
monosakarida
*uji positif menghasilkan warna biru untuk disakarida dan endapan merah untuk
monosakarida
4.1.2 Tabel Hasil Pengamatan
No
.
Perlakuan 0 1 3 6 akar 6 biji 6 batang
1. uji iod 76.95 119 87.2 114.4 77.2 70.35
2. uji benedict 5.05 30.15 85 114.1 96.1 128.8
3. uji seliwanof 92.8 93.65 94 125.3 119.55 128.2
4. uji barfoed 6.15 12.4 26.85 11.3 39.7 3.9
5. uji benedict+HCl 104.3 47.15 84.6 22.5 44.9 113.6
6. uji seliwanof+HCl 117.1 141 122.95 112.45 106.55 128.8
7. uji barfoed+HCl 69.9 70.8 39.6 113.2 80.8 78.4
*data diambil dari nilai Red dalam analisis RGB
16
4.1.3 Grafik
a. Grafik Uji Iod
0 1 2 3 4 5 6 7
76.95
119
87.2
114.4
77.270.35
Uji iodSeries2
b. Grafik Uji Benedict
0 1 2 3 4 5 6 75.05
30.15
85
114.1
96.1
128.8
uji bennedictSeries2
17
c. Uji Seliwanof
0 1 2 3 4 5 6 7
92.8 93.65 94
125.3 119.55128.2
uji seliwanofSeries2
d. Uji Barfoed
0 1 2 3 4 5 6 7
6.15
12.4
26.85
11.3
39.7
3.9
Uji Barfoed Series2
18
e. Uji Benedict + HCl dipanaskan + NaOH
0 1 2 3 4 5 6 7
104.5
47.15
84.6
22.5
44.9
117.6
+HCl uji benedictSeries2
f. Uji Seliwanof + HCl dipanaskan + NaOH
0 1 2 3 4 5 6 7
117.1
141
122.95112.45 106.55
128.8
+HCl uji seliwanofSeries2
19
g. Uji Barfoed + HCl dipanaskan + NaOH
0 1 2 3 4 5 6 7
69.9 70.8
39.6
113.2
80.8 78.4
+HCl uji barfoedSeries2
4.2 Pembahasan
Kedelai merupakan jenis biji-bijian yang banyak sekali dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kedelai banyak dimanfaatkan oleh masyarakat biasanya sebagai susu, tempe dan banyak yang
lain, kedelai banyak diminati karena banyak memiliki nilai kandungan gizi yang tinggi selain itu
harganya juga ekonomis. Kedelai merupakan salah satu jenis biji-bijian yang memiliki nilai
kandungan gizi yang lengkap diantaranya yaitu protein, karbohidrat, lipid, lemak dan beberapa
senyawa yang lain yang tidak memiliki rasiko membahayakan bagi tubuh. Kandungan gizi dalam
kedelai ini akan semakin turun seiring dengan pertumbuhan biji kedelai menjadi kecambah dan
akan menjadi tumbuhan kedelai yang akan menghasilkan biji kedelai selanjutnya.
Perubahan dari kedelai menjadi kecambah merupakan bagian dari proses yang singkat
pada suatu embrio untuk pertumbuhan tanaman. Dalam proses perkecambahan terbagi dalam
beberapa tahapan yaitu dimulai dari proses inhibisi dan aktivitas pertumbuhan dari tanaman
kedelai. Proses perkecambahan merupakan serangkaian aktivitas bioreaksi yang kompleks
sehingga metabolisme dapat diamati melalui beberapa pengamatan terhadap beberapa variabel
20
yang terikat dalam metabolisme perkecambahan tersebut. Metabolisme dalam proses
perkecambahan kedelai dijelaskan dalam beberapa tahapan antara lain: inhibisi atau proses
pemaksaan molekul air masuk dalam molekul biji kedelai, pengaktifan enzim dan hormon yaitu
terjadinya proses pencernaan dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya
tingkat respirasi benih, perombakan cadangan makanan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang melarut melalui serangkaian reaksi hidrolisis senyawa biomolekul
tersebut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh, asimilasi dari bahan-bahan yang telah
diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
komponen dan penbentukan sel-sel baru, proses pernafasan yaitu proses perombakan sebagian
makanan cadangan menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti CO2 dan H2O, dan proses
pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel
pada titik tumbuh.
Pada serangkaian tahapan metabolisme perkecambahan kedelai yang sedemikian
kompleksnya dapat disimpulkan akan berkurang kandungan biomolekul seiring dengan
perkecambahan kedelai. Dari hasil hipotesis tersebut maka dapat dijadikan dasar untuk
mengukur aktivitas bioreaksi yang terjadi pada saat perkecambahan kedelai. Analisis yang
dilakukan untuk mengukur aktivitas bioreaksi tersebut yaitu dengan mengukur kandungan
biomolekul yang terkandung dalam biji kedelai yang dikecambahkan dengan variasi waktu.
Penggunaan variasi waktu ini didasarkan oleh adanya proses perkecambahan yang memerlukan
waktu untuk menjadi kecambah secara sempurna sehingga dalam analisis ini digunakan variasi
waktu 0, 1, 3, dan 6 hari untuk pengukurannya. Untuk metode pengukurannya digunakan metoda
analisis standar karbohidrat yang terkadung dalam kedelai dan hasilnya yang berupa larutan yang
berwarna akan dikorelasikan dengan larutan standar karbohidrat yaitu glukosa, sukrosa, dan
fruktosa melalui analisis kualitatif dan menggunakan software RGB untuk analitiknya.
Preparasi pada percobaan ini yaitu terdiri dari 2 bagian yaitu preparasi sebelum
percobaan dan preparasi saat percobaan yaitu pada saat pebuatan sampel larutan kedelai.
Preparasi sebelum percobaan ini dilakukan pada biji kedelai yang telah dikecambahkan untuk
sampel dengan uji hari ke 1, 3, dan 6. Prosedur pembuatanya dengan cara biji kedelai ditimbang
± 5 gram, kemudian dicuci bersih kemudian diletakkan pada medium kapas dan dibiarkan sesuai
waktu yang diujikan. Untuk preparasi saat percobaan terbagi dalam beberapa bagian, bagian
21
pertama yaitu saat uji untuk hari ke-0, untuk uji hari ke-0 sampe biji kedelai ditimbang 5 gram
kemudian dihaluskan dengan cara diselep, baru setelah itu dilarutkan dengan aquades 50 ml dan
disentrifuse untuk dipisahkan endapan dan filtratnya. Untuk sampel uji hari ke-1 dan 3 sampel
yang dikecambahkan langsung dihaluskan dengan mortar laulu dilarutkan dalam 50 ml aquades
baru setelah itu disentrifuse untuk didapatkan endapan dan filtratnya, dan preparasi terakhir pada
sampel uji hari ke-6 yaitu sampel yang telah dikecambahkan dipisahkan akar, batang dan
daunnya, lalu ditimbang masing-masing baru setelah itu dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 ml
aquades dan disentrifuse masing-masing untuk didapatkan endapan dan filtratnya. Filtrat yang
didapat akan diuji karbohidratnya dan endapan akan diuji amilumnya.
Uji kualitatif karbohidrat yang dilakukan adalah uji iod, uji benedict, uji seliwanof, dan
uji barfoed. Fungsi dari uji iod untuk mengetahui apakah dalam suatu sampel atau makanan
terdapat amilum. Pada uji iod ini amilum akan membentuk kompleks dengan iodine
menghasilkan warna biru kehitaman. Sedangkan fungsi dari uji benedict adalah untuk
mengidentifikasi adanya gula pereduksi yang memiliki gugus aldehid dan keton bebas . Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ mejadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana basa.. Pada uji seliwanof , berfungsi untuk mengetahui apakah didalam sebuah sampel
mengandung gugus ketosa, pada uji seliwanof jika dipanaskan akan menghasilkan warna merah
jika pada karbohidrat mengandung gugus keton. Uji barfoed berfungsi untuk mendeteksi
karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pereaksi ini terdiri dari kupri asetat dan asam asetat,
dimana pada pereaksi barfoed dalam suasana asam ,ion Cu 2+ akan tereduksi lebih cepat oleh
monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O berwarna merah bata.
Hubungan kuantitatif antara warna dan hasil uji dikorelasikan dengan metode analisis
RGB. RGB adalah suatu model warna yang terdiri atas 3 buah warna: merah (Red), hijau
(Green), dan biru (Blue), yang ditambahkan dengan berbagai cara untuk menghasilkan
bermacam-macam warna. Kegunaan utama model warna RGB adalah untuk menampilkan citra /
gambar dalam perangkat elektronik, seperti televisi dan komputer, walaupun juga telah
digunakan dalam fotografi biasa. Berdasarkan hasil analisa RGB didapatkan nilai yang
menggambarkan intensitas biomolekul yang dianalisis. Misalnya warna merah/ cokelat yang
didapat pada saat uji iod, menunjukkan penurunan atau peningkatan kandungan amilum dalam
perkecambahan kedelai.
22
Perlakuan terhadap sampel kedelai setelah dihaluskan dan disentrifuse kemudian
ditambahkan reagen iodin, ditambahkan reagen benedict dan dipanaskan, ditambahkan reagen
seliwanof dan dipanaskan, ditambahkan reagen barfoed dan dipanaskan, ditambahkan 0.25 mL
HCl 6 N dipanaskan, kemudian ditambah NaOH 6 N dan diuji benedict, seliwanof, kemudian
diuji barfoed. Penambahan HCl dalam pengujian karbohidrat berfungsi untuk menghidrolisis
polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya
Pada uji iod didapatkan hasil peningkatan amilum pada hari pertama perendaman.
Sedangkan pada hari ketiga kedelai yang mengalami proses perkecambahan warna hasil uji iod
mengalami penurunan intensitas pada akar, bakal biji, dan batang. Hal ini dikarenakan pada
batang, amilum (karbohidrat yang disimpan) semakin berkurang karena akan diurai menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Penguraian karbohidrat ini dilakukan dengan bantuan enzim
amilase. Pada proses perkecambahan, amilum yang dipecah, kemudian diurai menjadi molekul
karbohidrat yang lebih sederhana (glukosa), untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam
perkecambahan. Pada percobaan didapat kadar amilum yang terdeteksi oleh analisa RGB
mengalami penurunan dari kadar pada hari ke-1 hingga hari ke-6. Dapat disimpulkan bahwa
dalam proses perkecambahan, amilum dipecah menjadi karbohidrat yang lebih sederhana,
sehingga kadar amilum akan semakin berkurang.
Uji selanjutnya, yaitu pada uji benedict, didapatkan data pengamatan bahwa uji positif
akan menghasilkan larutan berwarna kuning, hijau atau endapan merah bata. Sedangkan pada
percobaan, didapatkan hasil positif dari uji benedict. Hal ini menunjukkan adanya gula reduksi
dalam kedelai yang megalami perkecambahan. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan grafik
yang meningkat. Dengan variasi warna larutan yang dihasilkan pada setiap sampelnya terdapat
perbedaan, maka dapat diasumsikan bahwa kandungan gula reduksi dalam masing-masing
sampel berbeda. Artinya pada saat proses perkecambahan terjadi, kadar gula reduksi dapat
mengalami peningkatan atau penurunan. Warna hijau yang dihasilkan dari uji benedict ini terjadi
akibat interaksi antara Cu2+ yang menghasilkan warna biru dan CuO2 yang menghasilkan warna
merah. Kedua spesies ini berinteraksi karena gula reduksi reaktif terhadap keduanya. Sedangkan
warna larutan kuning terjadi karena adanya interaksi yang sedikit lebih banyak dengan gula
reduksi. Warna endapan merah didapatkan karena adanya interaksi dengan lebih banyak gula
23
reduksi. Maka dapat diasumsikan bahwa sampel yang menghasilkan endapan merah
menunjukkan adanya gula reduksi yang lebih banyak.
Uji seliwanof pada percobaan ini ditunjukkan uji positifnya dengan terbentuknya larutan
berwarna merah atau merah muda. Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa tidak ada
karbohidrat dengan gugus ketosa yang dihasilkan dalam proses perkecambahan, karena tidak
dihasilkan larutan dengan warna merah atau merah muda. Uji selanjutnya pada uji barfoed, yaitu
uji untuk mengetahui adanya monosakarida atau disakarida. Uji positif adanya monosakarida
menunjukkan adanya endapan merah bata. Dan uji positif adanya disakarida ditunjukkan dengan
adanya warna biru. Sedangkan pada percobaan didapatkan warna biru kehijauan. Pada data RGB
yang didapat nilai dengan kecenderungan grafik semakin meningkat dan menurun pada uji
barfoed akar dan batang kecambah. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel yang diuji tidak
terdeteksi adanya karbohidrat monosakarida, tetapi adalah karbohidrat disakarida (sukrosa).
Warna biru yang dihasilkan terjadi karena adanya penurunan reaktifitas reagen barfoed ketika
bereaksi dengan sukrosa, sehingga warna larutan hampir sama dengan warna reagen. Sedangkan
pada larutan yang berwarna merah, interaksi dengan monosakarida yang didapat dari hasil
hidrolisis akibat penambahan HCl menghasilkan warna merah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada sampel yang menghasilkan monosakarida(glukosa) akan menghasilkan warna
merah.
Perlakuan selanjutnya adalah uji karbohidrat dengan reagen yang sama, tetapi dengan
didahului penambahan HCl 6 N dan dipanaskan, kemudian didinginkan dan ditambahkan NaOH
6 N. Selanjutnya sampel diuji dengan masing-masing reagen. Dari percobaan didapatkan hasil
yang hampir sama dengan uji karbohidrat tanpa penambahan. Hal ini terjadi karena NaOH
menetralkan HCl yang ditambahkan. Uji pertama dengan reagen benedict mengasilkan hasil uji
positif. Tetapi perbedaan warna yang dihasilkan tiap sampel per hari, menunjukkan adanya
perbedaan konsentrasi gula reduksi yang terkandung dalam tiap sampel. Sampel kedelai kering
menunjukkan adanya endapan merah bata. Sampel hari ke-1 yaitu kedelai yang direndam selama
1 hari menghasilkan warna biru kehijauan. Begitu juga dengan sampel hari ke-3 hingga hari ke-6
akar dan bakal biji. Sedangkan pada sampel hari ke-6 batang menghasilkan warna larutan
kuning.
24
Uji kedua dengan reagen seliwanof menunjukkan hasil yang sama dengan sampel yang
tidak ditambahkan HCl. Yaitu hasil negatif. Sedangkan uji ketiga dengan menggunakan reagen
barfoed menunjukkan hasil positif, yaitu endapan merah. Kecuali pada hari ke-3 yang
menghasilkan larutan berwarna hijau. Pada sampel ini, kemungkinan bahwa monosakarida tidak
terdeteksi. Tetapi karbohidrat disakarida yang belum terhidrolisis menjadi monosakarida.
Perkecambahan kedelai melibatkan metabolisme karbohidrat, yaitu katabolisme amilum
menjadi karbohidrat sederhana, yaitu sukrosa dan gula reduksi (glukosa). Dari grafik yang
didapat, diketahui bahwa ketika amilum mengalami penurunan pada hari ke-3 dan ke-6, maka
sukrosa yang dihasilkan mengalami peningkatan. Korelasi ini terlihat dari tren grafik uji iod yang
menurun, sedangkan pada uji barfoed mengalami peningkatan. Kemudian, ketika dilakukan
penambahan HCl, sukrosa yang terbentuk akan mengalami hidrolisis menjadi monosakarida,
sehingga terdeteksi uji positif monosakarida. Fenomena ini tampak pada grafik uji amilum pada
hari ke-3 yang mengalami penurunan, sedangkan pada uji benedict dan uji barfoed pada hari ke-
3 mengalami peningkatan dari hari pertama. Sehingga dari praktikum yang telah dilakukan,
dapat diketahui metabolisme karbohidrat dalam proses perkecambahan kedelai menunjukkan
hasil bahwa kadar amilum dan gula reduksi berubah selama proses perkecambahan berlangsung.
25
V. Kesimpulan
1. Metabolisme karbohidrat pada perkecambahan kedelai dianalisa melalui uji kualitatif
karbohidrat ( uji iod, uji benedict, uji seliwanof, dan uji barfoed), dan dikonversi menjadi
nilai angka dengan analisa RGB.
2. Perubahan grafik yang didapat dari analisa RGB diketahui bahwa terdapat perbedaan
kadar amilum dan kadar gula reduksi selama perkecambahan. Semakin menurunnya
kadar amilum, maka kadar gula reduksi akan meningkat seiring dengan metabolisme
yang terjadi dalam perkecambahan kedelai.
26
DAFTAR PUSTAKA
Burton, E. Tropp. 1997. Biochemistry, concepts and application. New York : Brooks / Cole
Publishing company
Lehniger, A. L. 1997. Dasar-Daasar Biokimia.Jakarta : Erlangga
Pudjaatmaka, Hadyana. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analasis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Kedokteran EGC
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
27
LAMPIRAN
1. Kadar Endapan Sampel
Sampel Kedelai Hari Ke-0
Berat kedelai : 5 gram
Berat Endapan : 2,32 gram
Kadar Sampel = Berat EndapanBerat kedelai
= 2,32 gram
5gram = 0,464 gram endapan/gram sampel
Sampel Kedelai Hari Ke-1
Berat kedelai : 25 gram
Berat Endapan : 4,98 gram
Kadar Sampel = Berat EndapanBerat kedelai
= 4,98 gram25 gram
= 0,332 gram endapan/gram sampel
Sampel Kedelai Hari Ke-3
Berat kedelai : 5 gram
Berat Endapan : 1,02 gram
Kadar Sampel = Berat EndapanBerat kedelai
= 1,02 gram
5 gram = 0,204 gram endapan/gram sampel
Sampel Kedelai Hari Ke-6
- Berat total sebelum dianalisa: 6,72 gram
- Akar
Berat Akar :0,87 gram
Berat Endapan: 0,096 gram
Kadar Sampel = Berat EndapanBerat kedelai
28
= 0,096 gram0,87 gram
= 0,11 gram endapan/gram sampel
- Biji
Berat Biji :3,98 gram
Berat Endapan: 0,66 gram
Kadar Sampel = Berat EndapanBerat kedelai
= 0,73 gram3,98 gram
= 0,183 gram endapan/gram sampel
- Batang
Berat Biji :1,87 gram
Berat Endapan: 0,102 gram
Kadar Sampel = Berat EndapanBerat kedelai
= 0,102 gram1,87 gram
= 0,054 gram endapan/gram sampel
2. Foto Hasil Percobaan
Foto kedelai sebelum di preparasi
Foto Ketrangan
Saat kering pada
pra preparasi jui
hari ke-0
Saat dalam proses
perkecambahan pra
preparasi hari ke-1
29
Foto endapan hasil pemisahan dengan filtratnya
Hari Foto Total Berat
Ke-0 Berat sampel awal: 5 gram
Berat endapan + kertas saring:
3,39 gram
Berat kertas Saring: 1,07 gram
Berat endapan : 2,32 gram
Ke-1
Berat saampel awal: 15 gram
Berat endapan + kertas saring:
6,03 gram
Berat kertas Saring: 1,05 gram
Berat endapan : 4,98 gram
Ke-3 Berat saampel awal: 5 gram
Berat endapan + kertas saring:
1,96 gram
Berat kertas Saring: 0,94 gram
Berat endapan : 1,02 gram
Ke-6 Akar Berat saampel awal: 0,87 gram
Berat endapan + kertas saring:
1,106 gram
Berat kertas Saring: 1,04 gram
Berat endapan : 0,096 gram
30
Batang Berat saampel awal: 1,87 gram
Berat endapan + kertas saring:
1,122gram
Berat kertas Saring: 1,02 gram
Berat endapan : 0,102 gram
Biji Berat saampel awal: 3,98 gram
Berat endapan + kertas saring:
1,72gram
Berat kertas Saring: 1,06 gram
Berat endapan : 0,66 gram
Foto Hasil Percobaan uji Karbohidrat
1. Uji karbohidrat pada kedelai kering
2. Uji karbohidrat pada kedelai yang direndam selama 1 hari
31
3. Uji karbohidrat pada kedelai berkecambah hari ke 3
4. Uji karbohidrat pada kedelai berkecambah hari ke 6, pada bagian akar, batang, dan bakal
biji
32
33