laporan biokimia oksidasi biologi

22

Click here to load reader

description

laporan biokimia mengenai oksidasi biologi

Transcript of laporan biokimia oksidasi biologi

Page 1: laporan biokimia oksidasi biologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang telah diketahui bahwa makhluk hidup memerlukan energi yang

digunakan untuk pergerakan, pertumbuhan, sintesis biomolekul serta transport ion

melintasi membrane sel. Organisme akan menggunakan energy tersebut secara efisien

untuk proses hidup. Dalam rangka untuk menghasilkan energy, karbohidrat, lipid,

asam amino dengan melalui jalur metabolism yang berbeda akan dipecah dan

menghasilkan sejumlah molekul pembawa energy yang selanjutnya melalui proses

oksidasi biologi.

Senyawa pembawa energy digolongkan menjadi 2, yaitu 1) low energy

phosphates-ADP, AMP, glukosa-1 phosphate- yang bertugas menangkap energy

bebas dan high energy phosphates (HEP)–kreatin fosfat, ATP, karbamoil fosfat, GTP,

fosfoenol piruvat dan CTP- yang membawa energy tinggi untuk diberikan kepada

reaksi biokimia. Terdapat tiga sumber utama senyawa HEP dalam konsevasi energy

yaitu dari 1) proses glikolisis, 2) siklus asam sitrat, dan 3) fosforilasi oksidatif.

NADH yang merupakan hasil dari siklus Krebs yang terjadi dalam

mitokondria akan digunakan dalam reaksi reduksi untuk menghasilkan ATP yang

merupakan molekul pembawa energy melalui proses fosforilasi oksidatif. Banyak

manifestasi berkaitan dengan adanya radikal bebas yang merupakan hasil dari proses

oksidasi biologi seperti penuaan dini, keganasan, namun mekanisme perjalanan

penyakit tersebut masih sulit untuk dijelaskan.

Dari pembelajaran kita mengenai Oksidasi Biologi ini, maka penulis

mengharapkan agar kita semua mengetahui bagaimanakah oksidasi biologi dan hal-

hal yang berkaitan dengan oksidasi biologi tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Memahami reaksi oksidasi biologi

2. Memperlihatkan adanya enzim oksidase pada apel dan pisang

3. Mengamati terjadinya reaksi oksidasi pada irisan buah apel dan irisan buah

pisang

4. Memperlihatkan efek antioksidan vitamin C terhadap oksidasi fenol

1

Page 2: laporan biokimia oksidasi biologi

1.3 Prinsip Percobaan

Dengan adanya efek antioksidan vitamin C terhadap oksidasi fenol, maka

sampel (pisang dan apel) yang telah dicelupkan dalam larutan vitamin C dapat

mengalami reduksi (sulit / tidak teroksidasi / mampu memperlambat atau mencegah

proses oksidasi)

1.4 Manfaat Percobaan

1. Dapat memahami reaksi oksidasi biologi

2. Dapat mengetahui adanya enzim oksidase pada apel dan pisang

3. Dapat mengetahui terjadinya reaksi oksidasi pada irisan buah apel dan irisan

buah pisang

4. Dapat mengetahui efek antioksidan vitamin C terhadap oksidasi fenol

2

Page 3: laporan biokimia oksidasi biologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Oksidasi Biologi

Oksidasi adalah pengeluaran elektron dan reduksi adalah pemerolehan

elektron. Sebagai contoh adalah oksidasi ion fero menjadi feri yang dilukiskan pada

Gambar 3.3. Dengan demikian oksidasi akan selalu disertai reduksi akseptor elektron.

Secara kimiawi, oksidasi di definisikan sebagai pengeluaran electron dan

reduksi sebagai penangkapan electron, sebagaimana di lukiskan oleh oksidasi ion fero

menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬ Fe3+ Dengan demikian, oksidasi selalu disertai

reduksi aseptor electron. Prinsip oksidasi – reduksi ini berlaku pada berbagai sistem

biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman sifat oksidasi

biologi. Banyak oksidasi biologi dapat berlangsung tanpa peran serta molekul

oksigen, misalnya: dehidrogenasi. Reaksi ini dilandasi oleh hokum Termodinamika.

(Nareswara, 2013)

Menurut Nareswara (2013), Kaidah pertama ini merupakan hukum

penyimpanan energi, yang berbunyi: energi total sebuah sistem, termasuk energi

sekitarnya adalah konstan. Ini berarti bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem

tidak ada energi yang hilang atau diperoleh. Namun energi dapat dialihkan antar

bagian sistem atau dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Contohnya energi kimia

dapat diubah menjadi energi listrik, panas, mekanik dan sebagainya.  Sedangkan

kaidah kedua termodinamika: Kaidah kedua berbunyi: entropi total sebuah sistem

harus meningkat bila proses ingin berlangsung spontan. Entropi adalah derajat

ketidakteraturan atau keteracakan sistem. Entropi akan mencapai taraf maksimal di

dalam sistem seiring sistem mendekati keadaan seimbang yang sejati.

Peran senyawa fosfat berenergi tinggi dalam penangkapan dan pengalihan

energi Untuk mempertahankan kehidupan, semua organisme harus mendapatkan

pasokan energi bebas dari lingkungannya.

Ada 3 sumber utama yang berperan dalam konservasi atau penangkapan

energi.

a. Fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah sumber terbesar dalam

organisme aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari

oksidasi rantai respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan oksigen.

3

Page 4: laporan biokimia oksidasi biologi

b. Glikolisis. Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua yang terjadi akibat

pembentukan laktat.

c. Siklus asam sitrat. Di dalam sintesis biologis

( Mardiani, 2004)

2.2 Fungsi Reaksi Oksidasi Biologi

Di dalam system biologi sel makhluk hidup, reaksi oksidasi reduksi berperan

dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energy. Contohnya pada oksidasi glukosa

menjadi CO2, air dan energy.

Proses oksidasi reduksi ini dapat berlangsung secara anaerob maupun aerob.

pada keadaan aerob reaksi berlangsung tanpa adanya oksigen sebagai penerima akhir

elektron atau hydrogen. Contohnya adalah proses peragian karbohidrat oleh sel ragi.

Karbohidrat seperti pati, glukosa, sukrosa, dll. Dapat diuraikan oleh enzim-enzim

yang terdapat di dalam ragi menjadi CO2 dan etanol. Pada keadaan aerob reaksi

berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai penerima akhir elektron atau

hydrogen. Keadaan ini dapat ditemukan pada berbagai sel hidup dalam lingkungan

yang cukup oksigen. Hasil akhir oksidasi aerob adalah CO2 dan air.

Dari uraian tersebut, tampak bahwa baik pada keadaan aerob maupun anaerob,

oksidasi selalu menghasilkan CO2. Perbedaan hanya pada terbentuknya air (pada

oksidasi aerob) dan etanol (anaerob).

Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa oksidasi aerob merupakan oksidasi

lengkap. Hal ini dapat dipahami karena air tidak dapat dioksidasi lagi, sedangkan

etanol masih dapat dioksidasi lebih lanjut.

Oksidasi biologi berbeda dengan oksidasi yang terjadi dalam system bukan

biologi, tidak berlangsung secara sekaligus tanpa kendali, tetapi secara bertahap.

Untuk itu diperlukan sejumlah enzim yang bekerja sama dalam memindahkan

elektron atau hydrogen.

Sebuah sel memperoleh energy dari molekul gual atau protein dengan

membiarkan atom-atom karbon dan hidrogennya bersenyawa dengan oksigen

membentuk CO2 dan H2O. oksidasi sel berlangsung secara bertahap. proses itu

dipecah menjadi sejumlah reaksi dan hanya sebagian kecil saja yang secara langsung

melibatkan penambahan oksigen.

Oksidasi tidak hanya diartikan sebagai penambahan atom-atom oksigen,

oksidasi lebih tepat bila digunakan untuk seua reaksi dimana elektron-elektron

4

Page 5: laporan biokimia oksidasi biologi

dipindahkan dari satu atom ke atom yang lain. Oksidasi dalam pengertian ini

didefinisikan sebagai pelepasan elektron sedangkan reduksi penambahan elektron.

Walaupun secara energy bentuk karbon yang sering dijumpai adalah CO2 dan

untuk hydrogen adalah H2O. kedua molekul itu sesungguhnya berada dalam keadaan

stabil dan membutuhkan energy aktifasi agar dapat mencapai konfigurasi yang lebih

stabil. Katalisator protein yang sangat spesifik atau enzim bergabung dalam molekul-

molekul biologi sedemikian rupa sehingga bahan tersebut mengurangi  energi aktifasi

reaksi-reaksi tertentu yang harus dijalani oleh molekul-molekul tersebut.  Sebagian

energi yang dilepaskan dalam reaksi oksidasi dimanfaatkan dalam pembentukan

ATP.  ATP berfungsi sebagai media penyimpan energi yang baik untuk

menggerakkan berbagai reaksi kimia yang dibutuhkan oleh sel.

Didalam sel yang sedang bernafas secara aerobik oksidasi menjadi aseti co

enzim A dan CO2. Oksidasi dalam tahap ini memerlukan 3 kelompok enzim :

1. Kelompok piruvat dehidrogenase meng-oksidasi dan mengadakan dekarboksilasi

oksidatif menjadi suatu bentuk asetat yaitu tioester asetil CoA

2. Daur krebs asam trikarboksilat mengoksidasi  karbon menjadi CO2 dan

membentuk NADH dan FADH2

3. Rantai pernafasan dari enzim pemindah elektron mengoksidasi kembali ko enzim

NADH dan FADH2 yang telah diproduksi oleh reaksi-reaksi dehidrogenase dari

katabolisme.

Pada pernafasan elektron dan proton yang semula diturunkan dari molekul-

molekul makanan, akhirnya bereaksi dengan O2 untuk menghasilkan H2O. Rantai

pernafasan enzim terletak di membran mitokondria dalam dan akseptor elektron

akhiran adalah oksigen. Energi redoks yang diperoleh dengan reaksi-reaksi pertukar

elektron ini sebagian di tersimpan oleh penggabungan pemindahan elektron pada

fosforilasi ADP. Selain abekerja sebagai akseptor elektron akhir untuk koenzim-

koenzim FADH2 dan NADH yang di hassilkan pada dehidrogenasi metokondrial,

maka rantai pernafasan dapat memenfaatkan jalur-jalur reaksi tertentu untuk bertindak

sebagai akseptor elektron akhir bagi NADH yang di hasilkan didalam sito plasma

misalnya glikolisis aerobic. Semua proses ini terjadi di dalam mitokondria

5

Page 6: laporan biokimia oksidasi biologi

2.3 Enzim-enzim yang Terlibat dalam Proses Oksidasi Biologi

Enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dinamakan

enzim oksidoreduktase. Terdapat 4 kelompok enzim oksidoreduktase yaitu: oksidase,

dehidrogenase, hidroperoksidase dan oksigenase.

1. Oksidase

Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan

menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim tersebut

membentuk air atau hidrogen peroksida. Termasuk sebagai oksidase antara lain

sitokrom oksidase, oksidase asam L-amino, xantin oksidase, glukosa oksidase.

2. Dehidrogenase

Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen.

Enzim-enzim ini memiliki 2 fungsi utama yaitu:

Berperan dalam pemindahan hidrogen dari substrat yang satu ke substrat yang lain

dalam reaksi reduksi-oksidasi berpasangan. Sebagai komponen dalam rantai

respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen. Contoh dari enzim

dehidrogenase adalah suksinat dehidrogenase, asil-KoA dehidrogenase, gliserol-3-

fosfat dehidrogenase, semua sitokrom kecuali sitokrom oksidase.

3. Hidroperoksidase

Enzim hidroperoksidase menggunakan hidrogen peroksida atau peroksida organik

sebagai substrat. Ada 2 tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini yaitu

peroksidase dan katalase. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap

senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan peroksida

menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel dan menimbulkan

kanker serta aterosklerosise.

4. Oksigenase

Oksigenase mengkatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke dalam

molekul substrat. Enzim ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu monooksigenase dan

dioksigenase (Artikel Sekolah, 2011 di akses 02 Juni 2012).

2.4 Oksidasi Biologi dan Kaitannya dengan Antioksidan

Oksigen digunakan untuk pembakaran zat makanan yang disebut proses

oksidasi biologis. Proses oksidasi menghasilkan energi yang digunakan untuk

berbagai aktivitas. Sedangkan sisa oksidasi berupa karbon dioksida dan uap air

dikeluarkan bersama udara yang dihembuskan ketika bernapas.

6

Page 7: laporan biokimia oksidasi biologi

Oksidasi sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan energy sel. Namun

jika oksidasi terjadi pada sel asing dalam tubuh atau lemak jahat, akan berakibat pada

timbulnya radikal bebas. Dan berefek pada timbulnya sel-sel kanker.

Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah

proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat

oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan

juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek

berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas

ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.

Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang

tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi.

Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan

elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA,

kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai

antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa

golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan

memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak

ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.

Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksigen yang berasal dari

dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Adakalanya sistem antioksidan

endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang berlebihan. Stres

oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk

memecah spesi oksigen reaktif. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari luar

(eksogen) untuk mengatasinya.

Vitamin C antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan

satu atau lebih elektron pada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat

diredam . Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan ,yaitu

antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Tubuh manusia tidak mempunyai

cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih ,sehingga jika terjadi paparan radikal

berlebih maka tubuh akan membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran

akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik

menyebabkan antioksidan alami menjadi alternativ yang sangat dibutuhkan .

7

Page 8: laporan biokimia oksidasi biologi

Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakanyang

disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit

degeneratif serta mampu menghambat peroksidae lipid pada makanan.

Adanya senyawa fenol dalam pisang dan apel akan teroksidasi oleh oksigen

dari udara menjadi senyawa kinon yang bewarna coklat dan H2O2 ,Sehingga

pisang /apel akan bewarna coklat bila didiamkan pada udara terbuka . Tetapi

pisang/apel yang telah dicelupkan dalam larutan vit. C tidak bewarna coklat,karena vit

C dioksidasi (sebagai antioksidan) oleh udara menjadi vit. C yang teroksidasi,

sehingga pisang/ apel tetap segar/tidak teroksidasi.

8

Page 9: laporan biokimia oksidasi biologi

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan

a. Alat :

- Petridish

- Pisau iris

- Beaker Gelas

- Pinset

b. Bahan

- Sampel (pisang dan apel)

- Akuades

- Larutan vitamin C sintetik ( You C-1000, Adem sari, CDR)

- Larutan vitamin C alami (Jus Nanas, Jus Mangga, Jus Belimbing, Jus Jeruk,

dan Jus Terong Belanda)

3.2 Prosedur percobaan

1. Iris Pisang dan Apel dengan ketebalan ± 5 mm dengan pisau iris

2. Siapkan masing-masing larutan vitamin C (alami dan sintetik) dan akuades dalam

masing-masing beaker gelas, lalu kerjakan dengan perlakuan seperti tabel berikut :

Perlakuan

Celupkan Pisang dalam akuades

Celupkan Pisang dalam larutan vitamin C

sintetik :

A. You C 1000

B. Adem Sari

C. CDR

Celupkan Pisang dalam larutan vitamin C

alami seperti :

9

Page 10: laporan biokimia oksidasi biologi

A. Jus Nanas

B. Jus Mangga

C. Jus Belimbing

D. Jus Jeruk

E. Terong Belanda

Celupkan Apel dalam akuades

Celupkan Apel dalam larutan vitamin C

sintetik :

A. You C 1000

B. Adem Sari

C. CDR

Celupkan Apel dalam larutan vitamin C alami

seperti :

A. Jus Nanas

B. Jus Mangga

C. Jus Belimbing

D. Jus Jeruk

E. Terong Belanda

3. Setelah itu, ambil sampel (pisang dan apel) dari masing-masing celupan tadi

dengan pinset, lalu taruh dalam petridish yang telah diberi label

4. Biarkan pada suhu kamar, kemudian amati perubahan warna apel dan pisang

sebelum 30 menit dan sesudah 30 menit .

BAB IV

10

Page 11: laporan biokimia oksidasi biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang diperoleh setelah dicelupkan pada beberapa macam

larutan dan dibiarkan pada suhu kamar ± 30 menit.

BAHAN PERUBAHAN WARNA

Sebelum 30’ Sesudah 30’

Pisang yang dicelupkan dalam akuades Putih kekuningan Putih kecoklatan

Apel yang dicelupkan dalam akuades Putih kekuningan Putih kecoklatan

Pisang yang dicelupkan dalam you C

1000

Putih kekuningan Warna tetap

Apel yang dicelupkan dalam you C

1000

Putih kekuningan Warna tetap

Pisang yang dicelupkan dalam adem

sari

Putih kekuningan Warna tetap

Apel yang dicelupkan dalam adem sari Putih kekuningan Warna tetap

Pisang yang dicelupkan dalam CDR Putih kekuningan Warna tetap

Apel yang dicelupkan dalam CDR Putih kekuningan Warna tetap

Pisang yang dicelupkan dalam jus

nanas

Putih kekuningan Warna tetap

Apel yang dicelupkan dalam jus nanas Putih kekuningan Warna tetap

Pisang yang dicelupkan dalam jus

belimbing

Putih kekuningan Putih kecoklatan

Apel yang dicelupkan dalam jus

belimbing

Putih kekuningan Putih kecoklatan

Pisang yang dicelupkan dalam jus jeruk Putih kekuningan Putih kecoklatan

Apel yang dicelupkan dalam jus jeruk Putih kekuningan Putih kecoklatan

Pisang yang dicelupkan dalam jus

terong belanda

Putih kekuningan Putih kecoklatan

Apel yang dicelupkan dalam jus terong

belanda

Putih kekuningan Putih kecoklatan

4.2 Pembahasan

11

Page 12: laporan biokimia oksidasi biologi

Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh perubahan warna yang

berbeda-beda terhadap masing-masing larutan dengan sampel pisang dan apel. Dalam

pengamatan, dapat diamati bahwa urutan sampel yang cepat mengalami oksidasi

hingga sulit / tidak teroksidasi adalah : sampel (pisang dan apel) yang dicelupkan jus

terong belanda – jus belimbing – aquades – jus jeruk – jus mangga – nanas – CDR –

UC 1000 – adem sari. Terjadinya proses oksidasi pada sebagian sampel yang telah

dicelupkan macam-macam larutan karena adanya interaksi permukaan sampel dengan

udara bebas pada suhu kamar sehingga terjadinya proses oksidasi / pembusukan.

Dalam hasil pengamatan, diperoleh antioksidan sintetik yang lebih tahan

daripada antioksidan alami terhadap oksidasi menghasilkan warna tetap atau bahkan

ada yang lebih terang, seperti adem sari, UC 1000 dan CDR, karena antioksidan

sintetik ini lebih banyak kandungan vitamin C-nya. Dari referensi secara teoritis,

kandungan vitamin C adem sari berasal dari ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia)

dan kandungan vitamin C pada UC 1000 serta CDR sekitar 1000 mg. Sedangkan

sampel yang mengalami browning, telah mengalami oksidasi dikarenakan lamanya

bereaksi dengan udara dan kurangnya kandungan vitamin C dalam larutan tersebut

sehingga antioksidan tidak mampu menahan radikal bebas tersebut.

Fungsi larutan vitamin C disini adalah menghambat terjadinya oksidasi fenol.

Pencoklatan (browning)  merupakan proses pembentukan pigmen berwarna putih

kekuningan yang akan segera berubah menjadi coklat gelap (Rahmawati, 2008).

Pembentukan warna coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim

fenol oksidase atau polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi

senyawa fenol menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen

melaniadin yang berwarna coklat (Mardiah, 1996). Bahan pangan tertentu, seperti

pada sayur dan buah, senyawa fenol dan kelompok enzim oksidase tersebut tersedia

secara alami. Oleh karena itu pencoklatan yang terjadi disebut juga reaksi pencoklatan

enzimatis. Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan enzimatis adalah

oksidase yang disebut fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase atau

katekolase. Dalam tanaman, enzim ini lebih sering dikenal dengan polifenol oksidase

(PPO). Ketika vitamin C habis, komponen berwarna akan terbentuk sebagai hasil

reaksi polimerisasi dan menjadi produk antara yang irreversibel. Jadi produk berwama

hanya akan terjadi jika vitamin C yang ada habis dioksidasi dan quinon

terpolimerisasi.

BAB V

12

Page 13: laporan biokimia oksidasi biologi

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Penambahan vitamin C dapat menghambat proses browning yang

menyebabkan warna kecoklatan pada sampel / dapat menghambat proses

oksidasi

2. Banyaknya kandungan vitamin C dalam buah dapat mempengaruhi efek

antioksidan, semakin tinggi kandungan vitamin C dalam buah, maka semakin

tinggi pula efek antioksidannya yang dapat memperlambat / mencegah proses

oksidasi dan sebaliknya.

3. Antioksidan sintetik memang lebih banyak kandungan vitamin C nya daripada

antioksidan alami, namun tidak boleh dikonsumsi setiap harinya, karna dapat

menimbulkan efek samping yang berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka

panjang.

4. Jadi sumber vitamin C terbaik adalah berasal dari alam (antioksidan alami)

seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, karena merupakan alternative yang

sangat dibutuhkan yang mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang

disebabkan spesies oksigen reaktif dll.

5. Dalam mengonsumsi vitamin C haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak

boleh lebih dari 100 mg/harinya.

1.2 Saran

Sebaiknya praktikan bisa lebih dapat bekerja sama dan berpatisipasi lagi

dalam hal melakukan percobaan, dan lebih berkosentrasi dalam pencampuran larutan

dan menjaga kesterilan bahan dan alat, agar tercapai hasil yang benar-benar akurat /

sesuai dengan harapan secara teoritis.

Dan dalam penerapannya, sebaiknya kita jangan terlalu sering mengkonsumsi

vitamin c sintetik apalagi dalam jangka panjang, karena itu semua sudah ditentukan

batasnya sesuai dengan kebutuhann tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: laporan biokimia oksidasi biologi

Albert,Bruce,dkk. 1994. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Gramedia

Davis S.P., 1985, prinsip-prinsip biokimia, Jakarta)

Gernida. 996, Biokimia. Jakarta : Gramedia

Mardiani, T.Helvi. 2004. Oksidasi Biologis.

http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-helvi.pdf. Diakses pada 3

Oktober 2015

Murray R K, et al. 2006. Biokimia Harper.  Jakarta : UI Press

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press

Rahmawati.2008. Browning Enzymatis.http://muftimedia.files.wordpress.com.Diakses

pada tanggal 3 Oktober 2015

Widia, Sri. 2000. Penuntun Praktikum Biokimia(Praktikum Oksidasi Biologi).Jakarta:

Widya Medika

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta

https://melynugraheni.wordpress.com/2013/05/05/oksidasi-biologi/. Diakses pada 3

Oktober 2015

14