laporan biokimia oksidasi biologi
Click here to load reader
-
Upload
adelina-triana-agustin -
Category
Documents
-
view
713 -
download
143
description
Transcript of laporan biokimia oksidasi biologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui bahwa makhluk hidup memerlukan energi yang
digunakan untuk pergerakan, pertumbuhan, sintesis biomolekul serta transport ion
melintasi membrane sel. Organisme akan menggunakan energy tersebut secara efisien
untuk proses hidup. Dalam rangka untuk menghasilkan energy, karbohidrat, lipid,
asam amino dengan melalui jalur metabolism yang berbeda akan dipecah dan
menghasilkan sejumlah molekul pembawa energy yang selanjutnya melalui proses
oksidasi biologi.
Senyawa pembawa energy digolongkan menjadi 2, yaitu 1) low energy
phosphates-ADP, AMP, glukosa-1 phosphate- yang bertugas menangkap energy
bebas dan high energy phosphates (HEP)–kreatin fosfat, ATP, karbamoil fosfat, GTP,
fosfoenol piruvat dan CTP- yang membawa energy tinggi untuk diberikan kepada
reaksi biokimia. Terdapat tiga sumber utama senyawa HEP dalam konsevasi energy
yaitu dari 1) proses glikolisis, 2) siklus asam sitrat, dan 3) fosforilasi oksidatif.
NADH yang merupakan hasil dari siklus Krebs yang terjadi dalam
mitokondria akan digunakan dalam reaksi reduksi untuk menghasilkan ATP yang
merupakan molekul pembawa energy melalui proses fosforilasi oksidatif. Banyak
manifestasi berkaitan dengan adanya radikal bebas yang merupakan hasil dari proses
oksidasi biologi seperti penuaan dini, keganasan, namun mekanisme perjalanan
penyakit tersebut masih sulit untuk dijelaskan.
Dari pembelajaran kita mengenai Oksidasi Biologi ini, maka penulis
mengharapkan agar kita semua mengetahui bagaimanakah oksidasi biologi dan hal-
hal yang berkaitan dengan oksidasi biologi tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Memahami reaksi oksidasi biologi
2. Memperlihatkan adanya enzim oksidase pada apel dan pisang
3. Mengamati terjadinya reaksi oksidasi pada irisan buah apel dan irisan buah
pisang
4. Memperlihatkan efek antioksidan vitamin C terhadap oksidasi fenol
1
1.3 Prinsip Percobaan
Dengan adanya efek antioksidan vitamin C terhadap oksidasi fenol, maka
sampel (pisang dan apel) yang telah dicelupkan dalam larutan vitamin C dapat
mengalami reduksi (sulit / tidak teroksidasi / mampu memperlambat atau mencegah
proses oksidasi)
1.4 Manfaat Percobaan
1. Dapat memahami reaksi oksidasi biologi
2. Dapat mengetahui adanya enzim oksidase pada apel dan pisang
3. Dapat mengetahui terjadinya reaksi oksidasi pada irisan buah apel dan irisan
buah pisang
4. Dapat mengetahui efek antioksidan vitamin C terhadap oksidasi fenol
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Oksidasi Biologi
Oksidasi adalah pengeluaran elektron dan reduksi adalah pemerolehan
elektron. Sebagai contoh adalah oksidasi ion fero menjadi feri yang dilukiskan pada
Gambar 3.3. Dengan demikian oksidasi akan selalu disertai reduksi akseptor elektron.
Secara kimiawi, oksidasi di definisikan sebagai pengeluaran electron dan
reduksi sebagai penangkapan electron, sebagaimana di lukiskan oleh oksidasi ion fero
menjadi feri e (elektron) Fe 2+ ¬ Fe3+ Dengan demikian, oksidasi selalu disertai
reduksi aseptor electron. Prinsip oksidasi – reduksi ini berlaku pada berbagai sistem
biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman sifat oksidasi
biologi. Banyak oksidasi biologi dapat berlangsung tanpa peran serta molekul
oksigen, misalnya: dehidrogenasi. Reaksi ini dilandasi oleh hokum Termodinamika.
(Nareswara, 2013)
Menurut Nareswara (2013), Kaidah pertama ini merupakan hukum
penyimpanan energi, yang berbunyi: energi total sebuah sistem, termasuk energi
sekitarnya adalah konstan. Ini berarti bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem
tidak ada energi yang hilang atau diperoleh. Namun energi dapat dialihkan antar
bagian sistem atau dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Contohnya energi kimia
dapat diubah menjadi energi listrik, panas, mekanik dan sebagainya. Sedangkan
kaidah kedua termodinamika: Kaidah kedua berbunyi: entropi total sebuah sistem
harus meningkat bila proses ingin berlangsung spontan. Entropi adalah derajat
ketidakteraturan atau keteracakan sistem. Entropi akan mencapai taraf maksimal di
dalam sistem seiring sistem mendekati keadaan seimbang yang sejati.
Peran senyawa fosfat berenergi tinggi dalam penangkapan dan pengalihan
energi Untuk mempertahankan kehidupan, semua organisme harus mendapatkan
pasokan energi bebas dari lingkungannya.
Ada 3 sumber utama yang berperan dalam konservasi atau penangkapan
energi.
a. Fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah sumber terbesar dalam
organisme aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari
oksidasi rantai respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan oksigen.
3
b. Glikolisis. Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua yang terjadi akibat
pembentukan laktat.
c. Siklus asam sitrat. Di dalam sintesis biologis
( Mardiani, 2004)
2.2 Fungsi Reaksi Oksidasi Biologi
Di dalam system biologi sel makhluk hidup, reaksi oksidasi reduksi berperan
dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energy. Contohnya pada oksidasi glukosa
menjadi CO2, air dan energy.
Proses oksidasi reduksi ini dapat berlangsung secara anaerob maupun aerob.
pada keadaan aerob reaksi berlangsung tanpa adanya oksigen sebagai penerima akhir
elektron atau hydrogen. Contohnya adalah proses peragian karbohidrat oleh sel ragi.
Karbohidrat seperti pati, glukosa, sukrosa, dll. Dapat diuraikan oleh enzim-enzim
yang terdapat di dalam ragi menjadi CO2 dan etanol. Pada keadaan aerob reaksi
berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai penerima akhir elektron atau
hydrogen. Keadaan ini dapat ditemukan pada berbagai sel hidup dalam lingkungan
yang cukup oksigen. Hasil akhir oksidasi aerob adalah CO2 dan air.
Dari uraian tersebut, tampak bahwa baik pada keadaan aerob maupun anaerob,
oksidasi selalu menghasilkan CO2. Perbedaan hanya pada terbentuknya air (pada
oksidasi aerob) dan etanol (anaerob).
Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa oksidasi aerob merupakan oksidasi
lengkap. Hal ini dapat dipahami karena air tidak dapat dioksidasi lagi, sedangkan
etanol masih dapat dioksidasi lebih lanjut.
Oksidasi biologi berbeda dengan oksidasi yang terjadi dalam system bukan
biologi, tidak berlangsung secara sekaligus tanpa kendali, tetapi secara bertahap.
Untuk itu diperlukan sejumlah enzim yang bekerja sama dalam memindahkan
elektron atau hydrogen.
Sebuah sel memperoleh energy dari molekul gual atau protein dengan
membiarkan atom-atom karbon dan hidrogennya bersenyawa dengan oksigen
membentuk CO2 dan H2O. oksidasi sel berlangsung secara bertahap. proses itu
dipecah menjadi sejumlah reaksi dan hanya sebagian kecil saja yang secara langsung
melibatkan penambahan oksigen.
Oksidasi tidak hanya diartikan sebagai penambahan atom-atom oksigen,
oksidasi lebih tepat bila digunakan untuk seua reaksi dimana elektron-elektron
4
dipindahkan dari satu atom ke atom yang lain. Oksidasi dalam pengertian ini
didefinisikan sebagai pelepasan elektron sedangkan reduksi penambahan elektron.
Walaupun secara energy bentuk karbon yang sering dijumpai adalah CO2 dan
untuk hydrogen adalah H2O. kedua molekul itu sesungguhnya berada dalam keadaan
stabil dan membutuhkan energy aktifasi agar dapat mencapai konfigurasi yang lebih
stabil. Katalisator protein yang sangat spesifik atau enzim bergabung dalam molekul-
molekul biologi sedemikian rupa sehingga bahan tersebut mengurangi energi aktifasi
reaksi-reaksi tertentu yang harus dijalani oleh molekul-molekul tersebut. Sebagian
energi yang dilepaskan dalam reaksi oksidasi dimanfaatkan dalam pembentukan
ATP. ATP berfungsi sebagai media penyimpan energi yang baik untuk
menggerakkan berbagai reaksi kimia yang dibutuhkan oleh sel.
Didalam sel yang sedang bernafas secara aerobik oksidasi menjadi aseti co
enzim A dan CO2. Oksidasi dalam tahap ini memerlukan 3 kelompok enzim :
1. Kelompok piruvat dehidrogenase meng-oksidasi dan mengadakan dekarboksilasi
oksidatif menjadi suatu bentuk asetat yaitu tioester asetil CoA
2. Daur krebs asam trikarboksilat mengoksidasi karbon menjadi CO2 dan
membentuk NADH dan FADH2
3. Rantai pernafasan dari enzim pemindah elektron mengoksidasi kembali ko enzim
NADH dan FADH2 yang telah diproduksi oleh reaksi-reaksi dehidrogenase dari
katabolisme.
Pada pernafasan elektron dan proton yang semula diturunkan dari molekul-
molekul makanan, akhirnya bereaksi dengan O2 untuk menghasilkan H2O. Rantai
pernafasan enzim terletak di membran mitokondria dalam dan akseptor elektron
akhiran adalah oksigen. Energi redoks yang diperoleh dengan reaksi-reaksi pertukar
elektron ini sebagian di tersimpan oleh penggabungan pemindahan elektron pada
fosforilasi ADP. Selain abekerja sebagai akseptor elektron akhir untuk koenzim-
koenzim FADH2 dan NADH yang di hassilkan pada dehidrogenasi metokondrial,
maka rantai pernafasan dapat memenfaatkan jalur-jalur reaksi tertentu untuk bertindak
sebagai akseptor elektron akhir bagi NADH yang di hasilkan didalam sito plasma
misalnya glikolisis aerobic. Semua proses ini terjadi di dalam mitokondria
5
2.3 Enzim-enzim yang Terlibat dalam Proses Oksidasi Biologi
Enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi reduksi dan oksidasi dinamakan
enzim oksidoreduktase. Terdapat 4 kelompok enzim oksidoreduktase yaitu: oksidase,
dehidrogenase, hidroperoksidase dan oksigenase.
1. Oksidase
Enzim oksidase mengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan
menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen. Enzim-enzim tersebut
membentuk air atau hidrogen peroksida. Termasuk sebagai oksidase antara lain
sitokrom oksidase, oksidase asam L-amino, xantin oksidase, glukosa oksidase.
2. Dehidrogenase
Dehidrogenase tidak dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogen.
Enzim-enzim ini memiliki 2 fungsi utama yaitu:
Berperan dalam pemindahan hidrogen dari substrat yang satu ke substrat yang lain
dalam reaksi reduksi-oksidasi berpasangan. Sebagai komponen dalam rantai
respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen. Contoh dari enzim
dehidrogenase adalah suksinat dehidrogenase, asil-KoA dehidrogenase, gliserol-3-
fosfat dehidrogenase, semua sitokrom kecuali sitokrom oksidase.
3. Hidroperoksidase
Enzim hidroperoksidase menggunakan hidrogen peroksida atau peroksida organik
sebagai substrat. Ada 2 tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini yaitu
peroksidase dan katalase. Enzim hidroperoksidase melindungi tubuh terhadap
senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan peroksida
menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak membran sel dan menimbulkan
kanker serta aterosklerosise.
4. Oksigenase
Oksigenase mengkatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke dalam
molekul substrat. Enzim ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu monooksigenase dan
dioksigenase (Artikel Sekolah, 2011 di akses 02 Juni 2012).
2.4 Oksidasi Biologi dan Kaitannya dengan Antioksidan
Oksigen digunakan untuk pembakaran zat makanan yang disebut proses
oksidasi biologis. Proses oksidasi menghasilkan energi yang digunakan untuk
berbagai aktivitas. Sedangkan sisa oksidasi berupa karbon dioksida dan uap air
dikeluarkan bersama udara yang dihembuskan ketika bernapas.
6
Oksidasi sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan energy sel. Namun
jika oksidasi terjadi pada sel asing dalam tubuh atau lemak jahat, akan berakibat pada
timbulnya radikal bebas. Dan berefek pada timbulnya sel-sel kanker.
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah
proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat
oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan
juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek
berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas
ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.
Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang
tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi.
Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan
elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA,
kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai
antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa
golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksigen yang berasal dari
dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Adakalanya sistem antioksidan
endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang berlebihan. Stres
oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk
memecah spesi oksigen reaktif. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari luar
(eksogen) untuk mengatasinya.
Vitamin C antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan
satu atau lebih elektron pada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam . Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan ,yaitu
antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Tubuh manusia tidak mempunyai
cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih ,sehingga jika terjadi paparan radikal
berlebih maka tubuh akan membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran
akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik
menyebabkan antioksidan alami menjadi alternativ yang sangat dibutuhkan .
7
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakanyang
disebabkan spesies oksigen reaktif, mampu menghambat terjadinya penyakit
degeneratif serta mampu menghambat peroksidae lipid pada makanan.
Adanya senyawa fenol dalam pisang dan apel akan teroksidasi oleh oksigen
dari udara menjadi senyawa kinon yang bewarna coklat dan H2O2 ,Sehingga
pisang /apel akan bewarna coklat bila didiamkan pada udara terbuka . Tetapi
pisang/apel yang telah dicelupkan dalam larutan vit. C tidak bewarna coklat,karena vit
C dioksidasi (sebagai antioksidan) oleh udara menjadi vit. C yang teroksidasi,
sehingga pisang/ apel tetap segar/tidak teroksidasi.
8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
a. Alat :
- Petridish
- Pisau iris
- Beaker Gelas
- Pinset
b. Bahan
- Sampel (pisang dan apel)
- Akuades
- Larutan vitamin C sintetik ( You C-1000, Adem sari, CDR)
- Larutan vitamin C alami (Jus Nanas, Jus Mangga, Jus Belimbing, Jus Jeruk,
dan Jus Terong Belanda)
3.2 Prosedur percobaan
1. Iris Pisang dan Apel dengan ketebalan ± 5 mm dengan pisau iris
2. Siapkan masing-masing larutan vitamin C (alami dan sintetik) dan akuades dalam
masing-masing beaker gelas, lalu kerjakan dengan perlakuan seperti tabel berikut :
Perlakuan
Celupkan Pisang dalam akuades
Celupkan Pisang dalam larutan vitamin C
sintetik :
A. You C 1000
B. Adem Sari
C. CDR
Celupkan Pisang dalam larutan vitamin C
alami seperti :
9
A. Jus Nanas
B. Jus Mangga
C. Jus Belimbing
D. Jus Jeruk
E. Terong Belanda
Celupkan Apel dalam akuades
Celupkan Apel dalam larutan vitamin C
sintetik :
A. You C 1000
B. Adem Sari
C. CDR
Celupkan Apel dalam larutan vitamin C alami
seperti :
A. Jus Nanas
B. Jus Mangga
C. Jus Belimbing
D. Jus Jeruk
E. Terong Belanda
3. Setelah itu, ambil sampel (pisang dan apel) dari masing-masing celupan tadi
dengan pinset, lalu taruh dalam petridish yang telah diberi label
4. Biarkan pada suhu kamar, kemudian amati perubahan warna apel dan pisang
sebelum 30 menit dan sesudah 30 menit .
BAB IV
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh setelah dicelupkan pada beberapa macam
larutan dan dibiarkan pada suhu kamar ± 30 menit.
BAHAN PERUBAHAN WARNA
Sebelum 30’ Sesudah 30’
Pisang yang dicelupkan dalam akuades Putih kekuningan Putih kecoklatan
Apel yang dicelupkan dalam akuades Putih kekuningan Putih kecoklatan
Pisang yang dicelupkan dalam you C
1000
Putih kekuningan Warna tetap
Apel yang dicelupkan dalam you C
1000
Putih kekuningan Warna tetap
Pisang yang dicelupkan dalam adem
sari
Putih kekuningan Warna tetap
Apel yang dicelupkan dalam adem sari Putih kekuningan Warna tetap
Pisang yang dicelupkan dalam CDR Putih kekuningan Warna tetap
Apel yang dicelupkan dalam CDR Putih kekuningan Warna tetap
Pisang yang dicelupkan dalam jus
nanas
Putih kekuningan Warna tetap
Apel yang dicelupkan dalam jus nanas Putih kekuningan Warna tetap
Pisang yang dicelupkan dalam jus
belimbing
Putih kekuningan Putih kecoklatan
Apel yang dicelupkan dalam jus
belimbing
Putih kekuningan Putih kecoklatan
Pisang yang dicelupkan dalam jus jeruk Putih kekuningan Putih kecoklatan
Apel yang dicelupkan dalam jus jeruk Putih kekuningan Putih kecoklatan
Pisang yang dicelupkan dalam jus
terong belanda
Putih kekuningan Putih kecoklatan
Apel yang dicelupkan dalam jus terong
belanda
Putih kekuningan Putih kecoklatan
4.2 Pembahasan
11
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh perubahan warna yang
berbeda-beda terhadap masing-masing larutan dengan sampel pisang dan apel. Dalam
pengamatan, dapat diamati bahwa urutan sampel yang cepat mengalami oksidasi
hingga sulit / tidak teroksidasi adalah : sampel (pisang dan apel) yang dicelupkan jus
terong belanda – jus belimbing – aquades – jus jeruk – jus mangga – nanas – CDR –
UC 1000 – adem sari. Terjadinya proses oksidasi pada sebagian sampel yang telah
dicelupkan macam-macam larutan karena adanya interaksi permukaan sampel dengan
udara bebas pada suhu kamar sehingga terjadinya proses oksidasi / pembusukan.
Dalam hasil pengamatan, diperoleh antioksidan sintetik yang lebih tahan
daripada antioksidan alami terhadap oksidasi menghasilkan warna tetap atau bahkan
ada yang lebih terang, seperti adem sari, UC 1000 dan CDR, karena antioksidan
sintetik ini lebih banyak kandungan vitamin C-nya. Dari referensi secara teoritis,
kandungan vitamin C adem sari berasal dari ekstrak jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
dan kandungan vitamin C pada UC 1000 serta CDR sekitar 1000 mg. Sedangkan
sampel yang mengalami browning, telah mengalami oksidasi dikarenakan lamanya
bereaksi dengan udara dan kurangnya kandungan vitamin C dalam larutan tersebut
sehingga antioksidan tidak mampu menahan radikal bebas tersebut.
Fungsi larutan vitamin C disini adalah menghambat terjadinya oksidasi fenol.
Pencoklatan (browning) merupakan proses pembentukan pigmen berwarna putih
kekuningan yang akan segera berubah menjadi coklat gelap (Rahmawati, 2008).
Pembentukan warna coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim
fenol oksidase atau polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi
senyawa fenol menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen
melaniadin yang berwarna coklat (Mardiah, 1996). Bahan pangan tertentu, seperti
pada sayur dan buah, senyawa fenol dan kelompok enzim oksidase tersebut tersedia
secara alami. Oleh karena itu pencoklatan yang terjadi disebut juga reaksi pencoklatan
enzimatis. Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan enzimatis adalah
oksidase yang disebut fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase atau
katekolase. Dalam tanaman, enzim ini lebih sering dikenal dengan polifenol oksidase
(PPO). Ketika vitamin C habis, komponen berwarna akan terbentuk sebagai hasil
reaksi polimerisasi dan menjadi produk antara yang irreversibel. Jadi produk berwama
hanya akan terjadi jika vitamin C yang ada habis dioksidasi dan quinon
terpolimerisasi.
BAB V
12
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan vitamin C dapat menghambat proses browning yang
menyebabkan warna kecoklatan pada sampel / dapat menghambat proses
oksidasi
2. Banyaknya kandungan vitamin C dalam buah dapat mempengaruhi efek
antioksidan, semakin tinggi kandungan vitamin C dalam buah, maka semakin
tinggi pula efek antioksidannya yang dapat memperlambat / mencegah proses
oksidasi dan sebaliknya.
3. Antioksidan sintetik memang lebih banyak kandungan vitamin C nya daripada
antioksidan alami, namun tidak boleh dikonsumsi setiap harinya, karna dapat
menimbulkan efek samping yang berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka
panjang.
4. Jadi sumber vitamin C terbaik adalah berasal dari alam (antioksidan alami)
seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, karena merupakan alternative yang
sangat dibutuhkan yang mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang
disebabkan spesies oksigen reaktif dll.
5. Dalam mengonsumsi vitamin C haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak
boleh lebih dari 100 mg/harinya.
1.2 Saran
Sebaiknya praktikan bisa lebih dapat bekerja sama dan berpatisipasi lagi
dalam hal melakukan percobaan, dan lebih berkosentrasi dalam pencampuran larutan
dan menjaga kesterilan bahan dan alat, agar tercapai hasil yang benar-benar akurat /
sesuai dengan harapan secara teoritis.
Dan dalam penerapannya, sebaiknya kita jangan terlalu sering mengkonsumsi
vitamin c sintetik apalagi dalam jangka panjang, karena itu semua sudah ditentukan
batasnya sesuai dengan kebutuhann tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
13
Albert,Bruce,dkk. 1994. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Gramedia
Davis S.P., 1985, prinsip-prinsip biokimia, Jakarta)
Gernida. 996, Biokimia. Jakarta : Gramedia
Mardiani, T.Helvi. 2004. Oksidasi Biologis.
http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-helvi.pdf. Diakses pada 3
Oktober 2015
Murray R K, et al. 2006. Biokimia Harper. Jakarta : UI Press
Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
Rahmawati.2008. Browning Enzymatis.http://muftimedia.files.wordpress.com.Diakses
pada tanggal 3 Oktober 2015
Widia, Sri. 2000. Penuntun Praktikum Biokimia(Praktikum Oksidasi Biologi).Jakarta:
Widya Medika
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta
https://melynugraheni.wordpress.com/2013/05/05/oksidasi-biologi/. Diakses pada 3
Oktober 2015
14