Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

132
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka perlu dilakukan suatu upaya kesehatan misalnya dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang teroganisir dengan baik dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan adalah apotek. Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Adapun pekerjaan kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, Universitas Andalas Page 1

Transcript of Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Page 1: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, maka perlu dilakukan

suatu upaya kesehatan misalnya dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan,

adanya sistem pelayanan yang teroganisir dengan baik dan ditunjang oleh sarana

kesehatan yang memadai.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah

dan/atau masyarakat. Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan

adalah apotek.

Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Adapun

pekerjaan kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat, dan obat tradisional. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker yang disebut

Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk dapat mengelola apotek seorang apoteker

tidak cukup dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki

kemampuan memahami manajerial yang meliputi pengelolaan administrasi, persediaan

sarana keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia.

Pelayanan farmasi saat ini telah bergeser orientasinya yang semula hanya

berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi

perubahan tersebut, perlu dilakukan penerapan asuhan kefarmasian yang baik atau GPP

(Good Pharmaceutical Practice) di apotek yang telah diatur dalam Permenkes 1027

tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Peraturan

Pemerintah No. 51 Pasal 21 ayat 2 disebutkan, bahwa yang boleh melayani pemberian

Universitas Andalas Page 1

Page 2: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

obat berdasarkan resep dokter adalah apoteker. Apoteker dituntut untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung

dengan pasien. Selain itu, Apoteker juga harus bertanggung jawab atas semua obat yang

digunakan oleh pasien sehingga dapat memastikan semua terapi yang digunakan efektif,

efisien, rasional, aman, bermutu dan terjangkau.

Apoteker sebagai tenaga profesional di Apotek memiliki peran yang cukup

penting dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, terutama dalam bidang kefarmasian.

Untuk dapat mempersiapkan calon apoteker yang memiliki dedikasi tinggi yang mampu

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan dapat mengelola Apotek

dengan baik, selain penguasaan teori ilmu kefarmasian dan perapotekan, calon Apoteker

juga perlu dibekali dengan pengalaman praktek kerja secara langsung di Apotek.

Berdasarkan hal tersebut, maka diadakan kerjasama antara Program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Andalas bekerja sama dengan PT. Kimia Farma (Apotek)

menyelenggarakan Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PPKPA) di Apotek Kimia

Farma. Kegiatan PPKPA dilaksanakan di Apotek Kimia Farma Bisnis Manager

Palembang yang berlokasi di beberapa tempat di wilayah Palembang. Pelaksanaannya

dimulai dari tanggal 8 April – 17 Mei 2013, yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang

meliputi pengarahan, peninjauan lapangan, pelaksanaan tugas khusus serta presentasi

tugas.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

Tujuan dari Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PPKPA) yang diselenggarakan

oleh Fakultas Farmasi Universitas Andalas bekerja sama dengan PT. Kimia Farma

Apotek adalah :

1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan

tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.

2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.

3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari strategi

dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek

farmasi komunitas di apotek.

4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi

yang profesional.

Universitas Andalas Page 17

Page 3: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di

apotek.

C. Manfaat PKPA

1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola

apotek.

2. Mendapat pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.

3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di apotek.

4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

Universitas Andalas Page 17

Page 4: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek

1. Definisi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993, Apotek adalah suatu tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (4).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan, perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan

untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang

dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian

atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas dasar resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat

tradisional. Sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetika (1,4).

2. Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur

dalam :

a) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b) Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

c) Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

d) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

e) Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek.

f) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/Menkes/Per/V/2011

tentang Registrasi Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian .

g) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Universitas Andalas Page 17

Page 5: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

h) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/

SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

i) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/

SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993.

3. Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980

adalah sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran

dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi harus menyebarkan obat yang diperlukan

masyarakat secara meluas dan merata.

4. Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek

(SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik

Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana

apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat tertentu.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek, pada pasal 6 ditetapkan persyaratan apotek yaitu :

a) Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang telah memenuhi persyaratan

baik yang bekerjasama dengan pemilik sarana atau tidak, harus siap dengan

tempat (lokasi dan bangunan), perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan

perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan

komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

c) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan

farmasi.

Universitas Andalas Page 17

Page 6: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek antara lain:

a. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda

Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat di peroleh jika seorang apoteker

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Memiliki Ijazah Apoteker

2) Memiliki sertifikat kompentensi apoteker

3) Surat Pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker

4) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat

izin praktek

Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib

memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

1) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian;

2) SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;

3) SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas

produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran; atau

4) SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari :

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki

Surat Izin Apotek (SIA).

2) Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping

APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.

3) Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA

tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di Apotek

lain.

4) Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai

Asisten Apoteker.

Universitas Andalas Page 17

Page 7: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di

apotek terdiri dari :

1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.

2) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan

dan pengeluaran uang.

3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek

dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan

apotek.

b. Lokasi dan tempat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki

jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi

yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi,

namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan

pelayanan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan,

lingkungan yang higienis dan faktor-faktor lainnya.

Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan jelas

tertulis kata ‘APOTEK’. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh

masyarakat.

c. Bangunan dan kelengkapannya

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 287/Menkes/Sk/V/1981 tentang persyaratan luas apotek minimal 50 m².

Selanjutnya pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/Menkes/Per/X/1993 luas apotek tidak diatur lagi, namun harus memenuhi

persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi serta

kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin.

Bangunan apotek setidaknya terdiri dari :

1) Ruang tunggu pasien

2) Ruang peracikan dan penyerahan obat

3) Ruang administrasi

4) Ruang penyimpanan obat

5) Ruang tempat pencucian alat

Universitas Andalas Page 17

Page 8: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

6) Kamar kecil (WC).

Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan :

1) Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.

2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan

fungsi apotek.

3) Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi dengan

baik.

4) Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat

Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila ada)

Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan seperti berikut :

1) Atap dari genteng atau bahan lain yang tidak boleh bocor

2) Dinding harus kuat dan tahan air, dan permukaan dalam harus rata, tidak

mudah mengelupas dan mudah dibersihkan

3) Langit-langit terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan berwarna

terang

4) Lantai dari ubin atau semen atau bahan lain dan tidak boleh lembab

5) Harus berventilasi dan mempunyai sisitem sanitasi yang baik.

d. Perlengkapan apotek

Perlengkapan yang harus dimiliki oleh apotek:

1) Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat seperti: timbangan, mortir,

gelas piala dan sebagainya.

2) Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus.

3) Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari

obat dan lemari pendingin.

4) Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep, kartu stok

obat, faktur, nota penjualan, alat tulis dan sebagainya.

5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana.

6) Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan

perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain yang berhubungan

dengan apotek.

Universitas Andalas Page 17

Page 9: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

5. Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara

pemberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA adalah seorang apoteker

yang telah diberikan Surat Izin Apotek (SIA).

Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan

memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu

berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi

multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) secara

efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan serta

memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Persyaratan yang harus

dipenuhi untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek berdasarkan PerMenkes RI No.

184/Menkes/Per/II/1995 adalah:

1) Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan

2) Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker

3) Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan

4) Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker

5) Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek

lain.

Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang

dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama

dengan pemilik sarana apotek. Fungsi dan tugas apoteker di Apotek adalah sebagai

berikut :

1) Membuat visi dan misi

2) Membuat tujuan, strategi dan program kerja

3) Membuat dan menetapkan peraturan atau SOP pada setiap fungsi kegiatan

apotek

4) Membuat dan menentukan indikator form record pada setiap fungsi kegiatan

apotek

5) Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SOP dan program kerja pada

setiap fungsi diapotek.

Universitas Andalas Page 17

Page 10: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Sedangkan wewenang dan tanggungjawab apoteker di apotek adalah:

a) Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan

b) Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan

c) Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja

d) Bertanggungjawab terhadap kinerja yang diperoleh.

Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu pengelolaan bisnis (non

teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan (teknis kefarmasian), maka

untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses seorang APA harus melakukan

kegiatan sebagai berikut :

a) Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa

tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan.

b) Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan

berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap.

c) Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing.

d) Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya.

e) Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.

f) Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat,

nyaman dan ekonomis.

6. Permohonan Surat Izin Apotek

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek yaitu

surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau

apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek

di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri

Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Dinkes

Kabupaten/Kota). Selanjutnya Kepala Dinkes Kabupaten/Kota wajib melaporkan

pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencarian izin dan pencabutan izin

apotek sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi. Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada

Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek adalah sebagai berikut:

Universitas Andalas Page 17

Page 11: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a) Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

atau Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1

b) Dengan menggunakan formulir model APT-2, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima

permohonan, dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melaksanakan

kegiatan.

c) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan

menggunakan contoh formulir model APT-3.

d) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) dan (3) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, dengan

menggunakan contoh formulir model APT-4.

e) Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4), Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek

dengan menggunakan Contoh formulir model APT-5.

f) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala

Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan

Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.

g) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud ayat (6), apoteker diberi

kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-

lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.

h) Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana

dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara Apoteker dan

pemilik sarana.

i) Pemilik sarana yang dimaksud ayat (8) harus memenuhi persyaratan tidak

pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat

sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.

Universitas Andalas Page 17

Page 12: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

j) Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

apotek dan apoteker pengelola apotek atau lokasi tidak sesuai dengan

permohonan maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan Surat

Penolakan disertai alasan-alasan dengan menggunakan formulir model APT-7.

7. Pencabutan Surat Izin Apotek

Setiap apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut surat izin

apotek apabila:

a) Apoteker yang sudah tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai

apoteker pengelola apotek.

b) Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpan dan

menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya

serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang

tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan dan mengganti obat generik

yang ditulis dalam resep dengan obat paten.

c) Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun

secara terus-menerus.

d) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan

mengenai narkotika, obat keras, psikotropika serta ketentuan peraturan

perundang-undangan lainnya.

e) Surat izin kerja apoteker pengelola apotek dicabut.

f) Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan

dibidang obat.

g) Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek

Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah

dikeluarkannya:

a) Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali berturut-

turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

b) Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak

dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek

Universitas Andalas Page 17

Page 13: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah

membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Hal ini dilakukan setelah Kepala Balai Besar POM setempat melakukan

pemeriksaan.

Keputusan pencabutan surat izin apotek dilakukan oleh Kepala Dinas

Kesehatan atau Kota disampaikan langsung kepada apoteker pengelola apotek

dengan menggunakan contoh formulir model APT-15, tembusan kepada menteri dan

kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat serta Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan

makanan setempat. Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau

apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan

tersebut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

a) Dilakukan inventarisai terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang tersisa di apotek.

b) Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup

dan terkunci.

c) Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian

kegiatan disertai laporan inventaris yang dimaksud di atas.

8. Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh

seorang apoteker dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi apotek. Pengelolaan

apotek sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena itu apoteker harus

mengelola secara efektif sehingga obat yang disalurkan kepada masyarakat akan

lebih dapat dipertanggung jawabkan, karena kualitas dan keamanannya selalu

terjaga. Pengelolaan apotek dibedakan atas:

a) Pengelolaan teknis farmasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/2002, Bab VI

pasal 10, dibidang kefarmasian pengelolaan apotek meliputi:

1) Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.

3) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi:

Universitas Andalas Page 17

Page 14: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang

diberikan baik kepada dokter atau tenaga kesehatan lainnya maupun

kepada masyarakat.

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,

bahaya, mutu obat dan perbekalan lainnya.

Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah:

1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin

2) Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena suatu hal tidak dapat

digunakan atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara

dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang telah ditetapkan oleh Balai

Besar POM.

b) Pengelolaan non teknis farmasi

Pengelolaan ini meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia,

kegiatan material (arus barang) dan bidang lainnya yang berhubungan dengan

apotek.

9. Pelayanan Apotek

Pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan atau keuntungan yang dapat

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat tidak kasat

mata dan tidak berujung pada kepemilikan. Dengan semakin meningkatnya

persaingan pasar banyak perusahaan mengembangkan strategi jitu dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan, salah satunya adalah dengan memberikan

pelayanan prima yaitu jika perlakuan yang diterima oleh pelanggan lebih baik

daripada yang diharapkan, maka hal tersebut dianggap merupakan pelayanan yang

bermutu tinggi. Supaya pelayanan prima dapat selalu diwujudkan suatu perusahaan

dalam hal ini adalah apotek, maka perlu ditetapkan standar pelayanan farmasi di

apotek. Tujuan dari standar pelayanan ini adalah:

1) Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.

2) Melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.

3) Pedoman dalam pengawasan praktek apoteker.

4) Pembinaan serta meningkatkan mutu pelayanan farmasi di apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1027/Menkes/ SK/2004 pelayanan kesehatan meliputi :

Universitas Andalas Page 17

Page 15: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a. Pelayanan resep

1) Skrining resep

a) Persyaratan administratif, seperti : nama, SIK, dan alamat dokter;

tanggal penulisan resep, nama, alamat, umut, jenis kelamin, dan berat

badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara

pemakaian serta informasi lainnya.

b) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

c) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain)

2) Penyiapan obat

a) Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,

mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah.

b) Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c) Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga

kualitasnya.

d) Penyerahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir

terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan

konseling kepada pasien.

e) Apoteker harus memenuhi informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi

obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat,

cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta

makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

f) Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan

untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes melitus, TBC, asma

dan lain-lain).

g) Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat.

Universitas Andalas Page 17

Page 16: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

b. Promosi dan Edukasi

Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan

upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan

dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara

aktif dalam kegiatan ini.

c. Pelayanan residensial (home care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat

catatan pengobatan pasien (medication record).

10. Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi digolongkan menjadi 5 bagian yaitu obat bebas, obat bebas

terbatas, obat keras serta obat narkotika dan psikotropika.

a) Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada

kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau

yang dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar II. 2. Dalam kemasan obat

disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi,

dosis, aturan pakai, efek samping , nomor batch, nomor registrasi, nama dan

alamat pabrik, serta cara penyimpanannya.

Gambar II. 2. Penandaan obat bebas

b) Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati

penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas

termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas

dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan

berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, disertai tanda peringatan P.

No.1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang

Universitas Andalas Page 17

Page 17: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta

jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi,

nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian,

peringatan serta kontra indikasi. Penandaan terhadap obat bebas terbatas

beserta Penandaan peringatan dapat dilihat pada Gambar II. 3 dan Gambar II. 4.

Gambar II. 3. Penandaan obat bebas terbatas

c) Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep

dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran

hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang

menyentuh garis tepi. Tanda dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar II. 5.

Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus

sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan

maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru

yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di

Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan

Menkes Republik Indonesia.

Gambar II. 5. Penandaan obat keras

Universitas Andalas Page 17

Page 18: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

d) Obat Narkotika

Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

dalam Bab I pasal 1 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan.

e) Obat Psikotropika

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997

tentang Psikotropika, dalam Bab I pasal 1 Psikotropika adalah zat atau obat,

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

11. Obat Generik

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam

Farmakope Indonesia dan Internasional Non Proprietary Name (INN) WHO untuk

zat berkhasiat yang dikandungnya. Selain itu obat generik dapat juga merupakan

obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua

perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik yaitu

obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan

merek kandungan zat aktifnya. Kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan

obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan No.085/Menkes/Per/I/1989 pasal 7 ayat (1) dan (3).

12. Obat Wajib Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/X/1993, obat wajib

apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa resep dokter

dengan mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan. Obat yang dapat diserahkan

tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah

usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

kelanjutan penyakit.

Universitas Andalas Page 17

Page 19: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.925/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar

Perubahan Golongan Obat No.1 ,yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek

Golongan 1 sebagai berikut :

NAMA OWA Golongan 1

Aminophylline Docusate Sodium

Benzoxonium Hexetidine

Benzocain Ibuprofen

Bromhexin Lidocain

Centrimide Mebendazol

Chlorhexidin Oxymetazoline

Cholinetheophyllinate Theophylline

Dexbromoheniramine maleate Tolnaftate

Dipheenhydramine Triprolidine

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang

Daftar Obat Wajib No.2 yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek Golongan 2

sebagai berikut :

NAMA OWA Golongan 2

Albendazol Diponium

Bacitracin Fenoterol

Benorilate Flumetason

Bismuthsubcitrate Hydrocortison Butyrat

Carbinoxamin Ibuprofen

Clindamicin Isoconazol

Dexametason Ketokonazole

Dexpanthenol Levamizole

Diclofenac Methylprednisolon

Niclosamide Omeprazole

Universitas Andalas Page 17

Page 20: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

13. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan sesuai ketentuan

perundangan yang berlaku meliputi :

a. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan

pola penyakit dan kemampuan masyarakat.

b. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan

farmasi harus melalui jalur resmi.

c. Penyimpanan obat

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada

wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor bets dan tanggal

kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak

dan menjamin kestabilan bahan.

14. Pengelolaan Narkotika

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,

narkotika dapat didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan

ke dalam golongan-golongan yaitu :

a) Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

b) Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

Universitas Andalas Page 17

Page 21: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

c) Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Narkotika sangatlah bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan

pelayanan kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat

menimbulkan ketergantungan yang dapat merugikan pemakai apabila dipergunakan

tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Narkotika sering

digunakan dengan cara maupun tujuan yang salah untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan narkotika, menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepetingan

pelayanan kesehatan dan/atau pengembagan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

diadakan pengawasan terhadap penggunaan narkotika yang meliputi pembelian,

penyimpanan, penjualan, administrasi serta penyampaian laporannya.

Dalam rangka mempermudah pengawasan penggunaan Narkotika di wilayah

Indonesia maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya

perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan

narkotika di Indonesia.

Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan:

a) Pemesanan narkotika

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan pada Pedagang Besar

Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh

APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis

pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan

nomor SIK apoteker dan stempel apotek.

b) Penyimpanan narkotika

Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No. 35

tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur

dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/per/1978 pasal 5 yaitu

apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat

khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.

Universitas Andalas Page 17

Page 22: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

3) Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang

berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan

garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua

dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

4) Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut

harus dibuat pada tembok dan lantai.

Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.28/Menkes/Per/I/1978 dinyatakan bahwa:

1) Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No.

28/Menkes/Per/1978 dan harus dikunci dengan baik.

2) Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain

selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

3) Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai

lain yang diberi kuasa.

4) Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh

umum

c) Pelayanan resep mengandung narkotika

Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter dengan

ketentuan berdasarkan surat edaran BPOM No.336/EE/SE/1977 antara lain

dinyatakan:

1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) undang-undang no. 9 tahun 1976

tentang narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang

mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau

belum dilayani sama sekali.

2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani

sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep

tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.

3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani

sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada

resep-resep yang mengandung narkotika

Universitas Andalas Page 17

Page 23: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

d) Pelaporan narkotika

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Pasal 14 ayat (2)

dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan

masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib

membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai

pemasukan dan/atau pengeluaran arkotika yang berada dalam penguasaannya.

Laporan tersebut meliputi laporan pemakaian narkotika dan laporan pemakaian

morfin dan petidin. Laporan harus di tandatangani oleh apoteker pengelola

apotek dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek,

kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Republik Indonesia

Propinsi setempat dengan tembusan kepada:

1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2) BPOM setempat

3) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma Tbk

4) Arsip

Laporan yang ditandatangani oleh APA meliputi:

1) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika

2) Laporan penggunaan bahan baku narkotika

3) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin

Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-

lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

e) Pemusnahan narkotika

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

Pasal 9 disebutkan bahwa pemegang izin khusus dan atau APA dapat

memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika

disebutkan bahwa pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal:

1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau

tidak dapat digunakan dalam proses produksi

2) Kadaluarsa.

3) Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan

dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Universitas Andalas Page 17

Page 24: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

4) Berkaitan dengan tindak pidana

Berdasarkan Pasal 61 Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, pemusnahan

narkotika dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan usaha yang

bertanggung jawab atas produksi dan atau peredaran narkotika, sarana kesehatan

tertentu serta lembaga ilmu pengetahuan dengan disaksikan oleh pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.

Pelaksanaan pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi

persyaratan pada apotek adalah sebagai berikut:

1) Bagi apotek di tingkat propinsi, pelaksanaan pemusnahan disaksikan oleh

petugas dari BPOM setempat.

2) Bagi apotek di tingkat Kabupaten/Kota pemusnahan disaksikan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Tingkat II.

Pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek yang memusnahkan

narkotika harus membuat berita acara pemusnahan paling sedikit 3 rangkap.

Berita acara pemusnahan tersebut memuat:

1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.

2) Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek.

3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek

tersebut.

4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

5) Cara pemusnahan.

6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi

f) Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan narkotika

Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan

bahwa pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan

narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan, yang

berupa: teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara

kegiatan atau pencabutan izin.

15. Pengelolaan Psikotropika

Psikotropika menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997 merupakan zat atau obat,

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui

Universitas Andalas Page 17

Page 25: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada

aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan :

1) Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

2) Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berhasiat pengobatan

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

3) Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

4) Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat luas digunakan untuk terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Ruang lingkup pengaturan psikotropik dalam Undang-Undang No. 5 Tahun

1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi

yang mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika ini sama

dengan narkotika, yaitu:

1) Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan

ilmu pengetahuan.

2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.

3) Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:

a) Pemesanan psikotropika

Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan

obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh

APA yang dikirim ke pedagang besar farmasi (PBF). Pemesanan psikotropika

tidak memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF

atau pabrik obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam Undang-

Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan

psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah

Universitas Andalas Page 17

Page 26: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan resep. Satu lembar

surat pesanan psikotropika dapat terdiri dari satu jenis obat psikotropika.

b) Penyimpanan psikotropika

Sampai ini penyimpanan untuk obat-obatan golongan psikotropika

belum diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan

psikotropika ini cenderung untuk disalahgunakan, maka disarankan agar

menyimpan obat-obatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus yang terpisah dengan obat-obat lain, tidak harus dikunci dan membuat

kartu stok psikotropika.

c) Penyerahan psikotropika

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek

lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien

berdasarkan resep dokter.

d) Pelaporan psikotropika

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan, wajib

membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan

psikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara

berkala. Pelaporan psikotropika dilakukan setahun sekali dengan ditandatangani

oleh APA dilakukan secara berkala yaitu setiap tahun kepada Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat

dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

e) Pemusnahan psikotropika

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang psikotropika,

pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana,

diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak

dapat digunakan dalam proses psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi

syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk kepentingan

ilmu pengetahuan.

Universitas Andalas Page 17

Page 27: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh

pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita

acara pemusnahan tersebut memuat:

1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.

2) Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek.

3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek

tersebut.

4) Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan.

5) Cara pemusnahan.

6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi .

16. Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa, Penyimpanan dan Pemusnahan

Resep

a) Pengelolaan obat rusak dan kadaluarsa

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 12 ayat (2) disebutkan bahwa sediaan farmasi

yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan

harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain

yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 pasal 13 menyebutkan bahwa

pemusnahan sediaan farmasi dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau

apoteker pengganti dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek

yang bersangkutan, disaksikan oleh petugas yang ditunjuk Kepala POM

setempat. Pada pemusnahan tersebut wajib dibuat berita acara pemusnahan

dengan menggunakan formulir model APT-8, sedangkan pemusnahan obat-

obatan golongan narkotik dan psikotropika wajib mengikuti ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

b) Penyimpanan dan Pemusnahan Resep

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

922/MenKes/Per/X/1993 pasal 17 ayat 2 menyebutkan bahwa resep harus

dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280 tahun 1981

tentang ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek pada pasal 7 ayat 3 dan 4

menyebutkan bahwa resep yang telah disimpan lebih dari 3 tahun tersebut dapat

Universitas Andalas Page 17

Page 28: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

dimusnahkan dengan cara di bakar atau dengan cara lain yang lebih memadai.

Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau apoteker

pengganti dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek yang

bersangkutan dan harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk

yang telah ditentukan dalam empat rangkap serta ditandatangani oleh Apoteker

Pengelola Apotek dan petugas apotek yang melakukan pemusnahan resep

tersebut.

17. Pelanggaran Apotek

Berdasarkan berat ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di apotek dapat

dikategorikan dalam 2 macam. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat di apotek

meliputi :

1) Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi

2) Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap

3) Pindah alamat apotek tanpa izin.

4) Menjual narkotika tanpa resep dokter.

5) Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak

berhak dalam jumlah besar.

6) Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu

APA keluar daerah.

Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi :

1) Tidak menunjuk Apoteker pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada

jam buka apotek (apotek yang buka 24 jam).

2) Mengubah denah apotek tanpa izin.

3) Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.

4) Melayani resep yang tidak jelas dokternya.

5) Menyimpan obat rusak, tidak mepunyai penandaan atau belum dimusnahkan

6) Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada

7) Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker.

8) Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.

9) Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.

10) Resep narkotika tidak dipisahkan.

11) Buku narkotika tidak diisi atau tidak dapat dilihat atau diperiksa

Universitas Andalas Page 17

Page 29: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

12) Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan

jelas asal usul obat tersebut.

Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan

sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang

diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002

dan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah :

a) Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-turut dengan

tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

b) Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak

dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA

disampaikan lagsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan

tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

setempat.

c) Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut

dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam

keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi (5).

B. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

1) Definisi

Kombinasi dari komunikasi informasi dan edukasi (KIE) adalah strategi dan

metode yang memungkinkan seorang apoteker untuk melakukan pencegahan dan

pemeliharaan kesehatan dari setiap pasien. KIE adalah bagian penting dalam

pelayanan kesehatan dimana setiap profesi kesehatan dituntut tanggung jawabnya

untuk selalu mengefektifkan KIE sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan

masyarakat. KIE merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker

lain, perawat, profesi kesehatan lain, dan terutama pasien.

Komunikasi adalah pancaran ide dari satu pemikiran ke pemikiran lain

melalui interaksi antara dua pihak yaitu komunikator dan penerima pesan melalui

suatu proses sehingga terjadi pemindahan pesan secara sempurna. Komunikasi

merupakan pembentukan pesan dari pemikiran, perasaan, perilaku pengirim (sender)

atau, penyampaian pesan kepada penerima (receiver) atau, mengartikan pesan oleh

penerima atau, reaksi penerima.

Universitas Andalas Page 17

Page 30: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

2) Klasifikasi Komunikasi

Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Komunikasi verbal adalah komunikasi secara lisan yang terjadi apabila dua orang

atau lebih bertemu baik secara langsung atau tidak langsung. Penghubungnya

adalah bahasa.

b. Komunikasi non verbal adalah semua tingkah laku yang bukan lisan dan tidak

secara tertulis. Penghubungnya antara lain ekspresi wajah, bunyi, anggota badan.

Biasanya menggambarkan pesan perasaan, pikiran (disadari atau tidak),

mengekspresikan wajah/gerakan, biasanya sulit dibuat-buat, dan lebih terpercaya

Berikut digambarkan proses terjadinya komunikasi :

Gambar II. 6. Alur Proses Komunikasi

3) Tahapan, Tipe dan Hambatan dalam Komunikasi

Tahapan dari komunikasi terhadap pendengar yaitu sebagai berikut :

a. Tahap pengenalan : Mulai mengenal sambil mencari informasi

b. Tahap pembentukan sikap : Keinginan untuk berinteraksi antara komunikator dan

komunikan.

c. Tahap perilaku : Adanya persiapan untuk memberi informasi tersebut.

Berbagai tipe komunikasi diantaranya sebagi berikut :

a) Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) merupakan

proses komunikasi dalam diri sendiri.

b) Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) merupakan

komunikasi antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.

c) Komunikasi publik (Public Communication) merupakan komunikasi yang

disampaikan oleh pembicara dengan tatap muka di depan khalayak yang lebih

besar.

Universitas Andalas Page 17

Informasi

Komunikan

Pesan

Komunikatorr Media

Page 31: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

d) Komunikasi massa (Mass Communication) merupakan komunikasi dimana

pesan dikirim dari sumber yang melembaga bagi khalayak.

Dalam berkomunikasi terdapat berbagai macam hambatan, yang diantaranya

disebut dengan

a. Barrier fisik, contohnya :

1) Fisik pasien, contohnya gangguan pendengaran/penglihatan, keadaan

sakit/lemah, kesukaran berbicara.

2) Ruangan, contohnya kurang leluasa, counter terlalu tinggi, terdapat

penghalang kaca, suara berisik, gangguan telepon.

b. Barrier psikologis

1) Bias

2) Prasangka

3) Wawasan sempit

4) Takut / khawatir

5) Emosi

6) Tidak kompatibel

7) Tidak ada saluran komunikasi

c. Barrier non-verbal yaitu hambatan yang berupa kurang nya kontak mata antara

komunikator dan komunikan.

d. Barrier waktu dan administrasi

1) Apoteker tidak dibayar untuk melakukan konsultasi

2) Pasien sudah lelah menunggu dokter

3) Segan berkomunikasi. Hambatan lain dalam berkomunikasi adalah

lingkungan, faktor pasien dan apoteker.

4) Penerapan KIE

Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan meliputi

diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat kepada penderita

menunjukkan adanya suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita dan khusus di

rumah sakit melibatkan perawat. Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi

obat menjadi sangat penting terutama informasi dari apoteker, baik untuk dokter,

perawat dan penderita.

Salah satu implementasi dari KIE adalah kegiatan konseling. Konseling

merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

Universitas Andalas Page 17

Page 32: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat oleh

pasien. Tujuan dilakukannya konseling yaitu untuk memberikan pemahaman yang

benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan, diantaranya mengenai

nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama

penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat,

dan penggunaan obat-obat lain.

Dalam hal menangani pasien, apoteker harus memiliki keterampilan

komunikasi yang prima supaya peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud. Hal

itu dapat dicapai melalui beberapa cara sebagai berikut :

a. Menyediakan perhatian penuh kepada pasien

b. Tidak bersikap kasar dan merendahkan pasien

c. Berkomunikasi secara aktif dan efektif dengan memperhatikan respon pasien

untuk meyakinkan bahwa pasien mengerti esensi dari informasi yang

disampaikan.

d. Gunakan pertanyaan terbuka untuk menggali berbagai informasi yang

diperlukan.

e. Minta pasien untuk mengulang informasi yang sudah disampaikan dan lakukan

koreksi jika ada yang tidak sesuai.

f. Lakukan kontak mata ketika berkomunikasi.

Agar dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif diperlukan usaha, waktu,

kemauan untuk belajar dan yang tak kalah pentingnya adalah menumbuhkan rasa

percaya diri. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah

sebagai berikut:

a. Anggapan dan harapan

Pendapat awal tentang seseorang seringkali berdasarkan pada apa yang dilihat

dan didengar. Termasuk di dalamnya adalah penampilan, pakaian, usia, jenis

kelamin, ras dan keterbatasan fisik.

b. Nada bicara, tekanan dan ekspresi

Nada bicara, tekanan dan ekspresi mempunyai pengaruh yang kuat dalam

berkomunikasi. Ada respon yang berbeda-beda untuk orang yang satu dengan

yang lain. Tidak ada satupun pengalaman yang sama pada situasi yang sama

meskipun dapat terlihat melakukan hal yang sama tetapi tetap mempunyai

perasaan yang berbeda.

Universitas Andalas Page 17

Page 33: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

c. Komunikasi dengan suara

Kualitas suara dijelaskan dengan nada, puncak, volume dan kecepatan. Nada

dapat menyampaikan pengertian yang lebih dibandingkan dengan kata-kata

yang sebenarnya. Volume harus diatur sesuai dengan keadaan dan dapat

menegaskan kata kuncinya. Kecepatan berbicara harus tetap diperhatikan agar

dapat dimengerti oleh pendengarnya. Penggunaan komunikasi vokal yang

efektif diperlukan agar dapat menjadi cakap dalam berbicara dengan nada suara

yang hangat dan penuh percaya diri, volume suara dan kecepatan yang tepat dan

tanpa interupsi atau suara yang kaku.

d. Bahasa tubuh

1) Isyarat/sikap

Isyarat tangan berguna untuk menekankan sebuah pokok pembicaraan atau

untuk mendeskripsikan sesuatu. Bagaimanapun juga yang terpenting adalah

tidak menggunakannya secara berlebih, karena akan mengurangi

penggunaan kata-kata sehingga dapat membingungkan pendengarnya.

Apoteker harus menggunakan isyarat yang tepat untuk meyakinkan suatu

pokok pembicaraan atau menggambarkan sebuah prosedur. Dengan

mengamati sikap orang lain, bisa memberikan informasi yang berguna,

mengenai bagaimana memperhatikan dan membujuk.

2) Ekspresi wajah

Ekspresi wajah menggambarkan tentang suasana hati dan emosi. Ekspresi

wajah dari seorang apoteker saat memulai percakapan akan sangat

menentukan bagaimana penerimaan dari pasien akan suatu saran atau

informasiyang diberikan. Sangat penting bagi seorang apoteker untuk dapat

membaca maksud dari ekspresi wajah. Dalam hal ini yang penting adalah

menghormati level pemahaman pasien atau penerimaannya.

3) Kontak mata

Menghindari kontak mata adalah jalur yang paling sukses untuk

menghindari komunikasi. Pemeliharaan kontak mata adalah penting untuk

memastikan kontinyuitas dari proses, karena hal itu menunjukkan

ketertarikan dalam subjek dan juga berguna untuk menentukan giliran siapa

yang berbicara.

Universitas Andalas Page 17

Page 34: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

4) Kontak fisik

Hal ini adalah aspek yang penting dalam proses komunikasi dan dapat

digunakan untuk mempertinggi komunikasi non verbal. Kontak fisik harus

disesuaikan dengan aturan sosial yang berbeda untuk masing-masing kultur.

Harus dipertimbangkan bahwa sikap yang dapat diterima oleh suatu budaya

bisa saja tidak dapat diterima oleh budaya yang lain.

5) Sikap tubuh

Sikap tubuh akan mempunyai pengaruh yang besar tentang bagaimana

menciptakan komunikasi yang baik. Postur tubuh yang baik adalah posisi

condong ke arah orang yang berbicara, atau duduk dalam kondisi yang

rileks.

e. Pola perilaku dalam berkomunikasi

Perilaku tegas adalah baik dalam menjalin relasi dengan orang lain,

melakukan komunikasi seefektif mungkin, terutama dalam situasi yang buruk.

Perilaku tegas sangat berguna sekali ketika menyelesaikan konflik, dalam

bernegosiasi, kepemimpinan dan memotivasi, ketika memberi dan menerima

arus balik tersebut, dalam bekerja sama dan dalam pertemuan atau rapat.

Komunikasi yang tegas dapat memberi rasa percaya diri, kesan yang baik dan

kepastian dalam mengendalikan situasi, terutama dalam kondisi konflik.

Selain itu pasien juga sangat membutuhkan informasi dan edukasi. Dasar

pemberian informasi dan edukasi maupun konsultasi obat kepada pasien dapat

dilakukan pada waktu penyerahan obat. Konseling diberikan untuk pasien yang

membawa resep dengan beberapa kriteria:

a) Penggunaan obat 4 macam atau lebih.

b) Mendapatkan lebih dari dua pengobatan.

c) Obat dengan indeks terapi sempit.

d) Obat dengan cara penggunaan khusus.

e) Obat mempunyai efek samping dengan perhatian khusus. Pasien lanjut usia

dan bayi.

f) Pasien penyakit kronis atau menahun seperti tekanan darah tinggi, jantung

dan diabetes.

g) Pasien ibu hamil dan menyusui.

Dalam melakukan Konseling terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

Universitas Andalas Page 17

Page 35: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a) Pengenalan yaitu dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskn tujuan

konseling.

b) Penilaian yang bertujuan untuk menilai kepahaman pasien tentang obat

yang diberikan.

c) Pelaksanaan yang bertujuan untuk merangsang, mengubah sikap dari pasien

agar mengerti dan mengikuti regimen terapetik.

d) Pengujian yang bertujuan untuk memastikan pasien memahami, mengerti

apa yang sudah diterangkan.

e) Kesimpulan dan penutup dilakukan dengan menawarkan bantuan jika ada

masalah.

C. Swamedikasi

1) Definisi

Swamedikasi (Self Medication) bagi sebagian masyarakat adalah melakukan

pengobatan mandiri, tanpa melalui dokter, ketika sedang sakit. Biasanya

swamedikasi dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari

batuk, pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada mata.

Sedang konsep modern swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit,

dengan mengkonsumsi vitamin dan food suplement untuk meningkatkan daya tahan

tubuh.

Self-care adalah tindakan individu yang dilakukan untuk diri mereka sendiri

dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan, mencegah maupun berhadapan

dengan penyakit.

Self-medication adalah penggunaan dan pemilihan obat (meliputi pula herbal

dan produk tradisional) oleh individu untuk memperlakukan berbagai penyakit atau

gejalanya, dimana self-medication adalah satu unsur dari self-care

2) Latar Belakang

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi berkembangnya swamedikasi di

kalangan masyarakat saat ini, diantaranya :

a) Harga obat yang melambung tinggi, ditambah biaya pelayanan kesehatan yang

makin mahal, menyebabkan sebagian masyarakat berinisiatif mengobati dirinya

sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi

dengan dokter terlebih dahulu.

Universitas Andalas Page 17

Page 36: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

b) Selain itu, terdapat pergeseran pola pengobatan dari kuratif-rehabilitatif ke arah

preventive-promotive. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat mulai sadar dan

memposisikan dirinya ke dalam golongan masyarakat yang memiliki paradigma

baru dalam dunia pengobatan, misalnya dengan mengkonsumsi food suplement

atau obat-obatan bebas.

3) Resiko dan Keluhan

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan

obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa

nasehat dokter. Salah satu keuntungan swamedikasi adalah dapat menghemat banyak

waktu dan biaya karena tidak perlu konsultasi dengan dokter.

a) Resiko yang mungkin terjadi dalam swamedikasi

1) Tidak dikenalinya keseriusan gangguan.

Pertama-tama keseriusan keluhan-keluhan dapat dinilai secara salah atau

mungkin tidak dikenali, sehingga pengobatan sendiri bisa dilakukan terlalu

lama. Gangguan-gangguan tersebut dapat bertambah serius, sehingga

kemudian dokter perlu menggunakan obat-obat yang lebih keras atau

bahkan pasien sudah datang terlambat berobat ke dokter.

2) Penggunaan yang kurang tepat.

Obat bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang

terlalu besar.

b) Keluhan-keluhan yang perlu ditangani dokter

Penyakit-penyakit yang lebih serius tidak boleh dicoba untuk diobati

sendiri, antara lain gangguan-gangguan jantung dan pembuluh darah, diabetes,

penyakit infeksi, gangguan jiwa dan kanker. Sejumlah gejala berbahaya yang

tidak boleh diobati sendiri karena menunjukkan suatu penyakit serius, misalnya

keluhan pada mata, buang air besar atau kecil dengan darah dan diare atau

muntah yang hebat.

c) Keluhan-keluhan yang dapat diobati sendiri

Pada umumnya gangguan-gangguan agak ringan seperti selesma, flu,

nyeri kepala dan tenggorokan, sekali-sekali nyeri lambung, punggung atau nyeri

otot dapat dilakukan usaha pengobatan sendiri (swamedikasi). Layanan

swamedikasi adalah lahan yang cukup potensial jika dikembangkan dengan

profesional. Persiapan yang matang diperlukan agar farmasis dapat

Universitas Andalas Page 17

Page 37: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

mengembangkannya menjadi keunggulan dari satu pelayanan Apotek. Pada

kenyataannya bekal pengetahuan untuk mengarahkan sampai kepada drug of

choice mungkin masih kurang sehingga harus senantiasa di-upgrade

pengetahuan tentang obat dan penggunaan obat oleh seorang farmasis.

4) Konseling Swamedikasi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam swamedikasi adalah :

a) Baca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang

disisipkan di dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat

aktif, indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara

penggunaan.

b) Pilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya : jika

gejala penyakitnya hanya batuk saja, maka pilih obat yang hanya untuk

mengatasi batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

c) Penggunaan obat swamedikasi hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala

menetap atau memburuk maka segera konsultasi ke dokter.

d) Perhatikan aturan pemakaian: bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya,

berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau menjelang tidur,

serta berapa lama pemakaiannya.

e) Selain itu juga perlu diperhatikan masalah kontra indikasi (pada keadaan mana

obat tidak boleh digunakan) dan makanan, minuman atau obat lain apa yang

perlu dihindarkan, serta bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan

dimana dan dapatkah sisa obat yang disimpan untuk digunakan lagi).

Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan

pelayanan swamedikasi, konseling pra pelayanan swamedikasi dapat dilakukan

kepada pasien dengan 5 arahan pertanyaan penuntun sebagai berikut :

W : who (Untuk siapa obat tersebut)

W : what symptoms (Gejala apa yang dirasakan)

H : how long (Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung)

A : action (Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut)

M : medicine (Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien).

5) Kendala Dalam Pemberian Obat dan Konseling

Berbagai kendala dalam memberikan konseling dapat terjadi pada proses

pengobatan dan pemberian konseling, diantaranya :

Universitas Andalas Page 17

Page 38: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a) Kendala yang berasal dari pasien. Antara lain : perasaan marah, malu, sedih,

takut dan ragu-ragu.

b) Kendala yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa

c) Kendala yang berasal dari fisik dan mental. Dapat diatasi dengan upaya

mengunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawat.

d) Kendala yang berasal dari tenaga farmasi. Dapat berupa mendominasi

percakapan, menunjukkan sikap yang tidak memberikan perhatian dan tidak

mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara bicara yang tidak sesuai, dan

lain-lain.

e) Kendala lingkungan pada saat konseling dilakukan. Seperti tempat yang

terbuka, suasana bising, dan lain-lain.

D. Pelayanan (Service)

1. Definisi

Pelayanan adalah kegiatan atau keuntungan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak

kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible atau tindakan atau

perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan

atau nasabah.

2. Fungsi Pelayanan yang Bermutu

Dengan semakin meningkatnya persaingan pasar maka organisasi yang mempunyai

program memfokuskan pada pelanggan akan mendapatkan banyak keuntungan.

Melalui pelayanan bermutu tinggi, organisasi tersebut mampu untuk :

1) Menjadikannya berbeda dari pesaing

2) Memperbaiki citra di mata pelanggan.

3) Meminimalkan faktor sensitivitas harga.

4) Meningkatkan keuntungan yang maksimal.

5) Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan pelanggan.

6) Meningkatkan reputasi.

7) Memastikan produk dan jasa yang diberikan ’tepat sasaran’.

8) Meningkatkan kepuasan dan mempertahankan karyawan.

9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.

10) Mengurangi biaya.

11) Mendorong partisipasi karyawan.

12) Memperbesar hubungan pelanggan internal atau pemasok.

Universitas Andalas Page 17

Page 39: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

13) Menyebabkan terjadinya perbaikan pada operasional secara

berkesinambungan.

3. Pelayanan Prima

Ciri-ciri pelayanan prima :

1) Tersedianya karyawan yang baik.

2) Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.

3) Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan sejak awal hingga selesai.

4) Mampu melayani secara cepat dan tepat.

5) Mampu berkomunikasi.

6) Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.

7) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.

8) Memahami kebutuhan pelanggan.

9) Mampu mendapatkan kepercayaan kepada pelanggan

4. Sikap Melayani Pelanggan

Pada umumnya sikap kita dalam berhubungan dengan pelanggan dapat dibedakan

dalam 2 cara :

a) Berhubungan langsung, artinya karyawan berhadapan langsung dengan

pelanggan.

b) Berhubungan tidak langsung, artinya karyawan tidak berhadapan langsung

dengan pelanggan dan hanya melalui alat sebagai perantara seperti telepon, fax,

surat dan e-mail.

Universitas Andalas Page 17

Page 40: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

BAB III

TINJAUAN UMUM

A. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk

1) Sejarah

Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, tidak bisa dilepaskan dari

perjalanan sejarah bangsa, dan khususnya perkembangan dunia kefarmasian di

Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945, perusahaan-

perusahaan swasta milik Belanda masih beroperasi di wilayah Republik Indonesia.

Berdasarkan SK Penguasa Perang Pusat No. Kpb/Peperpu/0348/ 1958 dan SK

Menkes No. 58041/Kab/1958 maka terbentuklah BAPPHAR (Badan Pusat

Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda). Selain itu, BAPIT (Badan Pusat

Penguasaan Industri dan Tambang-Departemen perindustrian) juga turut menerima

penyerahan beberapa perusahaan Belanda.

Berdasarkan Undang-Undang No 86 tahun 1956, Pemerintah Indonesia

melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi Belanda dan menurut

Peraturan Pemerintah No 69 tahun 1961 statusnya diubah menjadi Perusahaan

Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut adalah PN Farmasi dan

Alat Kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Famasi dan Alat Kesehatan Nurani

Farma (Jakarta), PN Farmasi dan Alat Kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio

Farma, PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung), PNF Sari

Husada (Yogyakarta) dan PN Farmasi dan Alat Kesehatan Kasa Husada (Surabaya).

Pada tanggal 23 januari 1969, berdasarkan Peraturan Pemerintah No 3 tahun 1969

perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia

Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan

negara.

Selanjutnya tanggal 16 Agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia

Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara

dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia

Farma (Persero).

Proses berdirinya PT. Kimia Farma melalui beberapa tahap sesuai fungsi

dan perannya dalam mendukung perekonomian bangsa seiring dengan situasi dan

kondisi yang ada pada saat itu, diantaranya:

Universitas Andalas Page 17

Page 41: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a) Pembentukan PT. Radjawali Pharmaceutical Company dari N.V. Rathkamp

berdasarkan Instruksi Direksi Bapphar No.179/Bph/59 tanggal 4 Mei 1959.

b) Pembentukan Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dari Bapphar dan

membentuk beberapa PN. Farmasi berdasarkan UU No.19/Prp/tahun 1960

tentang Perusahaan Negara dan berdasarkan PP No. 69 tahun 1961.

c) Peleburan PN. Nakula Farma ke dalam PN. Radja Farma berdasarkan SK

Menkes No. 7009/BPU/Kab/1967.

d) Pendirian PN. Farmasi “Kimia Farma” berdasarkan Inpres RI No.17/1967 dan

digolongkan menjadi 3 yaitu Perusahaan Negara Jawatan (Departement

Agency), Perusahaan Negara Umum (Public Corporation), Perusahaan Negara

Persero (State Company). Berdasarkan PP No. 3/1969 didirikan PN. Farmasi

“Bhineka Kimia Farma” yang merupakan gabungan dari Farmasi Negara dan

PN Farmasi Radja Farma, PN Farmasi Bhineka Kina Farma, PN Farmasi

Nakula Farma dan PN Sari Husada.

e) Berdasarkan PP No. 16/1971 PN. Farmasi Kimia Farma diubah menjadi PT.

Kimia Farma dan pada tanggal 7 maret 2000 berdasarkan Surat Menteri Negara

Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 PT.

Kimia Farma diprivatisasi.

f) Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek

Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik.

g) Pada tanggal 4 januari 2002 PT. Kimia Farma dipisahkan menjadi dua anak

perusahaan agar dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang

dengan cepat.

2) Visi dan Misi

a) Visi

Visi dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi perusahaan farmasi utama di

Indonesia dan berdaya saing di pasar global.

b) Misi

1. Menyediakan, mengadakan dan menyalurkan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan jasa kesehatan lainnya yang berkualitas dan bernilai tambah

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Mengembangkan bisnis farmasi dan jasa kesehatan lain untuk

meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pihak lain yang

Universitas Andalas Page 17

Page 42: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

berkepentingan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip Good Cooperate

Governance.

3. Mengembangkan sumber daya manusia perusahaan untuk meningkatkan

kompetensi dan komitmen guna pengembangan perusahaan serta dapat

berperan aktif dalam pengembangan industri farmasi nasional

3) Struktur Organisasi

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama

yang membawahi 4 Direktorat yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi,

Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan Personalia.

Dalam upaya perluasan, penyebaran, pemerataan dan pendekatan pelayanan

kefarmasian pada masyarakat, PT Kimia Farma (Persero) Tbk., telah membentuk

suatu jaringan distribusi yang terorganisir. PT Kimia Farma (Persero) Tbk.,

mempunyai 2 anak perusahaan yaitu PT Kimia Farma Trading and Distribution dan

PT Kimia Farma Apotek yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan

farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek.

PT Kimia Farma Trading and Distribution (T&D) membawahi PBF yang

tersebar di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik yang

berasal dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk., maupun dari produsen-produsen yang

lain ke apotek-apotek, toko obat dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT

Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF) di seluruh wilayah

Indonesia. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek (Persero) Tbk dapat dilihat

pada Lampiran 1.

4) Bidang Kegiatan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk memiliki beberapa bidang kegiatan antara lain

bidang industri yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma Holding dan bidang

pemasaran dilakukan oleh dua anak perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma Apotek

dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution (PT. Kimia Farma PBF)

a. Bidang industri

1) Riset dan teknologi

PT. Kimia Farma memiliki fasilitas laboratorium riset yang berlokasi di Jl.

Cihampelas no. 5 Bandung yang berfungsi antara lain melakukan kegiatan

pengembangan dan riset dalam rangka meningkatkan kemampuan

perusahaan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fasilitas tersebut

Universitas Andalas Page 17

Page 43: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal 19 Juli 1991. Kegiatan

pengembangan dan penelitian yang dilakukan selain pengembangan obat

asli Indonesia juga berupa pengembangan formula produk baru maupun

reformulasi produk lama untuk meningkatkan efektivitas obat dan efisiensi

produksi. Kegiatan pengembangan dan penelitian ini didukung oleh 53

orang ahli. Dalam kegiatan pengembangan formula produk baru, unit kerja

ini mendapatkan masukan terutama dari divisi pemasaran. Dalam

pengembangan produknya, PT. Kimia Farma menggunakan teknologi tepat

guna dan melakukan kerjasama penelitian dengan berbagai perguruan tinggi

dan lembaga penelitian.

2) Produksi

Kegiatan produksi PT. Kimia Farma difokuskan pada komitmen terhadap

mutu dan ketersediaan produk sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang

Baik (CPOB). Dalam melaksanakan kegiatannya PT. Kimia Farma

didukung oleh unit-unit usaha di bidang bahan baku (manufaktur), unit

produksi obat jadi (formulasi) dan unit usaha pelayanan distribusi farmasi

(baik Pedagang Besar Farmasi maupun Apotek) di seluruh Indonesia.

PT. Kimia Farma memiliki 6 unit produksi yang terdiri dari:

a) Unit Produksi Formulasi Jakarta (UPFJ)

Memproduksi obat dalam bentuk sediaan tablet, tablet salut, kapsul,

granul, sirop kering, suspensi, sirop, tetes mata, krim dan injeksi.

b) Unit Produksi Formulasi Bandung (UPFB)

Memproduksi obat dalam bentuk sediaan tablet, sirop, suspensi dan pil

keluarga berencana.

c) Unit Produksi Formulasi Tanjung Morawa (UPFT)

Berfungsi mengisi kebutuhan obat-obatan khususnya di wilayah

Sumatera. Unit ini menghasilkan obat-obatan dalam bentuk sediaan

tablet, krim dan kapsul.

d) Unit Produksi Bandung (UPB)

Menghasilkan bahan baku garam kina dan memproduksi alat

kontrasepsi dalam rahim serta obat asli Indonesia seperti Enkasari.

Universitas Andalas Page 17

Page 44: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

e) Unit Produksi Semarang

Memproduksi minyak jarak (castor oil) untuk produk kosmetika, obat-

obatan, cat, karet.

f) Unit Produksi Watudakon (UPW)

Kegiatan meliputi pertambangan Yodium dan produksi obat jadi

dengan sediaan seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirop dan

cairan obat luar/dalam. Selain itu juga menghasilkan bahan baku fero

sulfat untuk tablet besi.

b. Bidang Pemasaran

Kegiatan pemasaran ditangani oleh divisi pemasaran. PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk., membagi kegiatan pemasarannya masing-masing untuk produk

obat generik, OTC, Ethical dan Obat Lisensi. Divisi pemasaran secara konsisten

melakukan penelitian pasar baik berdasarkan data primer dan data sekunder

sehingga mampu menghasilkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan.

Divisi ini juga membuat rencana pemasaran secara terpadu yang

dikoordinasikan dengan unit terkait seperti produksi dan distribusi.

Pada tanggal 4 Januari 2003 PT. Kimia Farma membentuk 2 anak

perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and

Distribution.

1) PT. Kimia Farma Apotek

a) Visi

Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan terkemuka dan mampu

memberikan solusi kesehatan masyarakat di indonesia.

b) Misi

Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui :

Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan

apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya

Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal

Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan

lainnya (Fee-Based Income)

Pada tahun 2011 PT. Kimia Farma Apotek mempunyai

mempunyai 372 Apotek Pelayanan yang terkoordinasi dalam 34 Bisnis

Manager yang mengelola bagian pengadaan, administrasi dan

Universitas Andalas Page 17

Page 45: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

keuangan, sehingga sangat memungkinkan terwujudnya penyebaran

dan pemerataan obat-obatan baik untuk sektor swasta maupun

pemerintah.

PT. Kimia Farma Apotek dalam melakukan kegiatannya selain

melayani resep dokter juga melengkapinya dengan swalayan farmasi

atau “Hand Verkoop” (HV) yang berisi obat-obat bebas dan bahan-

bahan kebutuhan sehari-hari, juga menyediakan tempat praktek dokter,

laboratorium klinik dan optik sebagai upaya meningkatkan mutu

pelayanan kepada pasien.

2) PT. Kimia Farma Trading and Distribution.

PT. Kimia Farma Trading and Distribution mempunyai 35 unit pedagang

Besar Farmasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

5) Logo

Gambar III. 1. Logo PT. Kimia Farma

a. Simbol matahari:

1. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang

lebih baik.

2. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut

adalah penggambaran optimisme PT. Kimia Farma dalam menjalankan

bisnisnya.

3. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah

barat secara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen

dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh PT.

Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

4. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan PT.

Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi

kesehatan masyarakat.

Universitas Andalas Page 17

Page 46: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

5th Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti

keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna

yaitu semangat yang abadi.

b. Jenis huruf

Dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk yang

disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi PT. Kimia

Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang

telah ada.

c. Sifat huruf

1) Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar

dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan

merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.

2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan

optimisme.

3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan

keramahan PT. Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

6) Layanan Plus Apotek Kimia Farma

a. Merespon perubahan yang terjadi di masyarakat, khususnya menyangkut

peningkatan kesadaran kesehatan, Kimia Farma telah mencanangkan perubahan

paradigma menjadi “health care company”. Hal ini ditandai dengan

pengembangan usaha baru dilayanan laboratorium klinik dan klinik kesehatan.

b. Apotek Kimia Farma yang berjumlah 372 Apotek Pelayanan telah disulap

menjadi one stop service provider untuk komunitas disekitarnya. Dengan

demikian, apotek Kimia Farma tentunya tidak lagi sekedar menyediakan obat,

tetapi juga menawarkan penunjang diagnosa dan pemeliharaan kesehatan yang

dibutuhkan masyarakat.

c. Paradigma baru menyangkut pelayanan kesehatan itu terus dikembangkan,

antara lain dengan terus meningkatkan jumlah layanan swalayan farmasi di

apotek serta penambahan ruang praktek dokter. Selain itu, untuk menambah rasa

nyaman bagi konsumen PT. Kimia Farma juga terus melakukan renovasi

sekaligus penataan lay out ruangan.

Universitas Andalas Page 17

Page 47: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

B. Apotek Kimia Farma SumbagSel

Apotek Kimia Farma SumbangSel merupakan salah satu unit usaha dari PT.

Kimia Farma Apotek yang khusus bersifat pelayanan kepada masyarakat dimana

kegiatan administrasi dilakukan oleh Bisnis Manager Palembang yang terletak di Jl. Kol.

Atmo Palembang.

Bisnis Manager di Palembang membawahi cabang Apotek Kimia Farma se

Sumantera bagian selatan, meliputi:

Palembang : 5 apotek

1. KF 80 (Atmo)

2. KF 209 (Rosarum)

3. KF 239 (Diatari)

4. KF 398 (Sudirman)

5. KF Jaya

Bengkulu : 3 apotek

1. KF 72

2. KF 220

3. KF 363

Jambi : 5 apotek

1. KF 299

2. KF 117

3. KF 27

4. KF 208

5. KF 244

Pangkal Pinang : 2 apotek

1) KF 29

2) KF 118

1) Lokasi dan Tata Ruang

1. Lokasi

Semua Apotek Kimia Farma cabang Palembang berlokasi di tepi jalan

dua arah yang cukup ramai dan terletak dalam lingkungan pertokoan serta

permukiman penduduk. Lokasi yang strategis menjadikannya mudah

dijangkau oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan umum maupun

kendaraan pribadi. Terdapat juga beberapa sarana penunjang di sekitar apotek

yaitu puskesmas, balai kesehatan masyarakat, klinik, praktek dokter dan

praktek bidang.

Universitas Andalas Page 17

Page 48: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

2. Tata Ruang

Pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain:

1. Ruang Tunggu

Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga dapat

memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. Selain itu juga

terdapat koran dan majalah yang dapat dibaca di tempat selama pasien

menunggu.

2. Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat.

Tempat ini berupa counter yang membatasi ruang dalam apotek dengan

pasien atau pelanggan.

3. Swalayan farmasi

Penjualan obat bebas menggunakan konsep swalayan dimana barang-

barang yang dijual di swalayan farmasi antara lain obat-obat bebas,

produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, dan lain-lain.

4. Tempat peracikan

Ruangan ini merupakan tempat dilakukannya peracikan obat-obat yang

berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan

seperti timbangan, Tablette Crusher, lumpang, bahan baku, dan alat-alat

untuk meracik lainnya.

5. Ruang bagian administrasi

Ruangan ini dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk membuat

Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) serta menginput barang-barang

yang dikirim oleh distributor.

6. Ruang praktek dokter

Selain ruangan-ruangan tersebut, Apotek Kimia Farma juga dilengkapi

oleh fasilitas umum seperti kamar mandi, mushola dan lapangan parkir.

2) Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang baik sangat penting agar kegiatan apotek dapat

berjalan lancar dan memudahkan pengawasan terhadap pembagian tugas,

wewenang dan tanggung jawab personil dalam menjalankan tugas masing-masing.

Apotek Kimia Farma dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA)

yang sekaligus merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang

bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manager. Tenaga kerja di Apotek

Universitas Andalas Page 17

Page 49: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Kimia Farma terdiri dari Apoteker Pengelolah Apotek (APA), asisten apoteker

(AA) yang merangkap sebagai kasir, orang juru resep dan cleaning service. Dalam

melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi 3 shift yaitu shift pagi

(pukul 07.00-15.00 WIB), shift siang (pukul 15.00-22.00 WIB), shift malam (pukul

17.00-24.00 WIB).

3) Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek

a) Pemimpin Apotek

Pemimpin Apotek Kimia Farma adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek

yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). APA

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan apotek dan bertindak sebagai

MAP yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan,

memimpin dan mengawasi jalannya apotek.

Tugas dan Fungsi Apoteker Pengelola Apotek :

1. Melaksanakan visi, misi, dan tujuan

2. Melaksanakan business plan dan strategic plan

3. Mengarahkan dan mengelola kegiatan penjualan apotek untuk mencapai

target yang telah ditetapkan.

4. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja pada setiap

fungsi yang ada di apotek.

Wewenang dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek:

1. Menentukan arah/kebijakan terhadap seluruh kegiatan yang ada di apotek.

2. Memutuskan pemecahan masalah yang dihadapi bawahan untuk

memastikan adanya peningkatan kemampuan dan kompetensi bawahan.

3. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek.

b) Asisten Apoteker

Tugas Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

1. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan

farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun

secara alfabetis.

2. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai

dengan peraturan kefarmasian.

3. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya

berdasarkan resep yang diterima.

Universitas Andalas Page 17

Page 50: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk.

5. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain

menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik,

mengemas obat dan memberikan etiket.

6. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil

sebagian atau bila diperlukan oleh pasien.

7. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian.

8. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat.

9. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan

memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain

yang dibutuhkan.

10. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang.

11. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui

penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan.

c) Bagian Kasir

Tugas dan fungsi bagian kasir :

1. Menerima dan mengeluarkan uang sesuai dengan fisiknya.

2. Memelihara dan menjaga keamanan dari resiko kehilangan, kerusakan

uang.

3. Melaporkan semua hasil penjualan harian baik tunai ataupun kredit.

4. Menyerahkan uang hasil penjualan tunai kepada kasir besar disertai

bukti penyetoran.

4) Kegiatan Apotek

Kegiatan utama yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma meliputi kegiatan teknis

kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian.

1. Kegiatan Teknis Kefarmasian

Kegiatan Teknis Kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan,

penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta

pengelolaan psikotropika dan narkotika.

Universitas Andalas Page 17

Page 51: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

a) Pengadaan barang

Pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasi

dilakukan oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada

Apoteker Pengelola Apotek (APA).

Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan melalui Bisnis

Manajer. Permintaan barang dilakukan dari masing-masing apotek di

bawah Bisnis Manajer dengan cara mengisi lembar Bon Permintaan

Barang Apotek (BPBA) kemudian dikirim secara online dan akan terbaca

secara otomatis di komputer Bisnis Manajer. Kemudian bagian pembelian

melakukan pemesanan kepada PBF. Barang yang dipesan oleh apotek

akan diantar langsung oleh PBF yang bersangkutan ke apotek pemesan.

Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak jika obat

atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada

persediaan. Akan tetapi hal ini tetap harus dikomunikasikan dengan

bagian pembelian di BM. Khusus untuk pengadaan narkotika, pengadaan

dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pesanan.

Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal

dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin

lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai

berikut:

1. Ketersediaan barang.

2. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan.

3. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan.

4. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu.

5. Cara pembayaran tunai atau kredit.

Prosedur pembelian barang melalui BM:

1. Bagian pembelian di BM mengumpulkan data barang yang harus

dipesan berdasarkan permintaan dari masing-masing apotek.

Pemesanan dilakukan oleh BM setiap hari kecuali hari Minggu.

2. Bagian pembelian BM membuat surat pesanan yang berisi nama

distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang, dan potongan

harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan

Universitas Andalas Page 17

Page 52: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Apoteker Pengelola Apotek. Surat pesan dibuat rangkap dua untuk

dikirim ke distributor dan arsip bagian pembelian.

3. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung

memesan barang ke distributor. Apabila pesanan dilakukan

mendadak maka bagian pembelian akan melakukan pemesanan

dengan langsung mengambil barang ke tempat distributor

4. PBF akan mengantar langsung barang yang dipesan oleh apotek

yang bersangkutan dan setelah barang yang dipesan datang

dilakukan penerimaan dan pemeriksaan nama, kemasan, jumlah dan

kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dan salinan

faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama, kemasan, jumlah,

harga barang serta nama distributor. Kemudian faktur

ditandatangani dan diberi stempel apotek. Faktur asli diserahkan

kembali kepada petugas pengantar barang atau distributor untuk

kemudian dijadikan bukti pada waktu pembayaran. Salinan faktur

umumnya berjumlah 3 lembar, 1 lembar disimpan oleh apotek

sebagai arsip, sedangkan 2 lembar disimpan untuk kepentingan

administrasi dan pembayaran hutang dagang.

b) Penyimpanan barang

Apotek Kimia Farma melakukan penyimpanan barang di ruang peracikan

dan di tempat penjualan bebas. Untuk obat-obat yang dapat dibeli bebas

diletakkan di swalayan farmasi ataupun dibelakang kasir.

1. Penyimpanan di ruang peracikan

Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di ruang peracikan

dilakukan oleh asisten apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan

obat/barang harus diinput ke dalam komputer dan untuk ketelitian

sebaiknya dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal

pengisian/pengambilan, nomor dokumennya, jumlah barang yang

diisi/diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan

pengisian/pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan di masing-

masing obat/barang. Setiap asisten apoteker bertanggung jawab

terhadap stok barang yang ada di lemari.

Universitas Andalas Page 17

Page 53: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Penyimpanan barang disusun berdasarkan kelas terapi, jenis sediaan,

bentuk sediaan dan alfabetis. Penyimpanan obat/barang di ruang

peracikan disusun sebagai berikut:

1. Lemari penyimpanan obat ethical.

2. Lemari penyimpanan obat psikotropika.

3. Lemari penyimpanan obat generik.

4. Lemari penyimpanan bahan baku.

5. Obat narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci.

6. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi.

7. Lemari penyimpanan obat tetes/drops, salep dan tetes mata.

8. Lemari penyimpanan ampul, syringe dan infus.

9. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti

suppositoria, serum dan vaksin.

2. Penyimpanan obat/barang yang dapat dibeli bebas

Obat/barang yang dapat dibeli secara bebas disimpan di rak-rak

penjualan obat bebas swalayan farmasi disamping ruang tunggu

pasien ataupun dibelakang kasir. Pengaturan penyimpanannya

didasarkan pada bentuk dan jenis sediaan serta kegunaannya agar

memudahkan petugas dalam mengambil obat/barang yang diinginkan

oleh pembeli.

c) Penjualan

Penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma meliputi:

1) Penjualan obat tunai dengan resep dokter

Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pelanggan yang

langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan

dibayar secara tunai. Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai

berikut:

1. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep

dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep

tersebut.

2. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam

persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, selanjutnya

dilakukan pemberian harga dan diberitahukan kepada pasien.

Universitas Andalas Page 17

Page 54: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat

pada bagian counter yang dijaga oleh asisten apoteker. Bila obat

hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep

untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan

kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di

belakang kuitansi tersebut.

3. Resep diberi nomor urut resep. Selanjutnya nomor resep tersebut

diserahkan kepada pasien untuk mengambil obat pada bagian

penyerahan obat.

4. Kasir mencatat jumlah obat dalam resep dan harganya pada

lembar laporan penjualan harian, kemudian resep asli diserahkan

ke bagian peracikan atau penyiapan obat. Asisten apoteker pada

bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau

menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep.

5. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan

dikemas.

6. Sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali meliputi

nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya

serta dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya

dan kebenaran kwitansi.

7. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep.

Alamat dan nomor telepon pasien dicatat, lalu pasien diberikan

informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang

diperlukan pasien.

8. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan

tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.

2) Penjualan obat dengan resep kredit

Penjualan obat dengan resep kredit berdasarkan perjanjian kerjasama

yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek

yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan

kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit

pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada

pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti:

Universitas Andalas Page 17

Page 55: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

(1) Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya maka

tidak dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien

tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek.

(2) Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai.

(3) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian

dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan

masing-masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan

penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati

bersama.

d) Penjualan bebas

Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan

perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter

seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas maupun bebas

terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop).

Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagi berikut:

(1) Petugas HV menerima permintaan barang dari pasien dan langsung

menginformasikan harga.

(2) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir

kecil

(3) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti

penyerahan nota penjualan bebas.

(4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada

pasien (setiap pengambilan obat jadi untuk pelayanan HV maka

jumlah obat yang tertera pada kartu stok harus dipotong).

2. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian

Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia

Farma hanya berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan

harian baik penjualan tunai maupun kredit, penyerahan BPBA ke BM serta

memasukkan data resep tunai dan kredit. Kegiatan non teknis kefarmasian

dimulai dari kegiatan pencatatan. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian

administrasi dan keuangan di Bussiness Manager (BM). Kegiatan pencatatan

yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan

Universitas Andalas Page 17

Page 56: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

administrasi ditangani oleh beberapa staf administrasi dan keuangan yang

bertanggung jawab kepada supervisor administrasi dan keuangan, sedangkan

kegiatan keuangan ditangani oleh kasir besar. Supervisor administrasi dan

keuangan, serta kasir besar bertanggung jawab langsung kepada BM.

1. Kegiatan administrasi

Pembelian dilakukan oleh BM sehingga dokumen dari bagian

pembelian akan dibukukan oleh tata usaha di kartu utang sebagai utang

apotek. Untuk penjualan tunai maupun kredit, hasil penjualan tunai dari

kasir kecil masing-masing apotek pelayanan diserahkan ke kasir besar di

BM untuk dibukukan pada buku kas. Sedangkan untuk penjualan kredit,

dari masing-masing apotek pelayanan hanya menyerahkan copy kwitansi

kepada bagian administrasi dan dibukukan di kartu piutang. Dalam

melaksanakan tugasnya, supervisor administrasi dan keuangan dibantu oleh

beberapa staf bagian:

a) Administrasi Pembelian

Setiap transaksi pembelian tunai maupun kredit akan dicatat oleh

bagian administrasi pembelian ke dalam buku pembelian apotek setiap

hari, yang kemudian di-entry datanya ke komputer. Dalam pencatatan

dicantumkan nama distributor, nama faktur, nama dan jumlah barang,

harga barang, tanggal pembelian dan besarnya potongan harga.

b) Administrasi Penjualan

Setiap penjualan tunai maupun kredit dicatat oleh bagian administrasi

penjualan setiap hari berdasarkan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian

(LIPH). Penjualan tunai dicatat ke dalam buku kas (jurnal umum),

sedangkan penjualan kredit dicatat ke dalam laporan piutang dagang.

c) Administrasi Personalia/Sumber Daya Manusia

Administrasi Personalia/umum mencatat semua data tentang pegawai,

menyiapkan usulan perubahan status pegawai yang berhak

mendapatkan kenaikan pangkat dan membuat laporan absensi pegawai.

2. Kegiatan keuangan

Kegiatan keuangan ditangani oleh seorang kasir besar yang

betanggungjawab langsung setiap hari, termasuk penerimaan dan

pengeluaran uang. Kasir besar bekerjasama dengan bagian Tata Usaha

dalam hal administrasi, pembukuan dan laporan.

Universitas Andalas Page 17

Page 57: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

5) Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai

pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat

tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma meliputi:

a. Pemesanan narkotika

Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Kemudian surat pesanan narkotika yang sudah

ditandatangani oleh APA dikirim ke BM. Pemesanan dilakukan ke PBF Kimia

Farma selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus

narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan ke PBF

yang bersangkutan (SP asli dan 2 lembar copy SP), dan satu lembar sebagai

arsip apotek.

b. Penerimaan narkotika

Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau

dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur

tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat

diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika

yang dipesan

c. Penyimpanan narkotika

Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma

disimpan dalam lemari khusus yang terkunci.

d. Pelayanan narkotika

Apotek Kimia Farma hanya melayani resep narkotika dari resep asli

atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma sendiri yang belum

diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani

pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh

apotek lain.

e. Pelaporan narkotika

Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma dibuat setiap bulan

yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan

penggunaan bahan baku narkotika. Laporan dibuat rangkap lima dan

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek,

dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Dinas Pelayanan

Kesehatan Kota Palembang, dengan tembusan kepada:

Universitas Andalas Page 17

Page 58: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

1) Kepala Balai Besar POM Propinsi Sumatera Selatan.

2) Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan.

3) Dinas Kesehatan Kota

4) Arsip (Apotek dan Bisnis Manager)

f. Pemusnahan narkotika:

Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:

1) Apoteker pengelola apotek membuat dan mendatangani surat

permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis

dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat.

2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke

Balai Besar POM Sumatera Selatan. Balai Besar POM akan menetapkan

waktu dan tempat pemusnahan.

3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker

Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM dan Kepala

Kantor Dinkes Kota Palembang.

4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, maka dibuat Berita

Acara Pemusnahan yang berisi :

a) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan.

b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

c) Cara pemusnahan.

d) Petugas yang melakukan pemusnahan.

e) Nama dan tanda tangan Apoteker pengelola Apotek

Berita acara tersebut dikirimkan kepada:

a) Kepala Balai Besar POM Propinsi Sumatera Selatan.

b) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan.

c) Arsip apotek.

6) Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma meliputi:

a. Pemesanan psikotropika

Pemesanan psikotropika di apotek Kimia Farma dilakukan dengan

pemesanan secara langsung ke PBF. Kemudian surat pesanan psikotropika di

tanda tangani oleh APA setelah itu di kirim ke BM. Pemesanan psikotropika

dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang boleh berisi

Universitas Andalas Page 17

Page 59: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang

masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di

apotek.

b. Penyimpanan psikotropika

Pemyimpanan psikotropika dilakukan dilemari khusus yang terpisah dari

sediaan yang lain.

c. Pelayanan psikotropika

Apotek Kimia Farma melayani resep psikotropika dari resep asli atau

salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma sendiri yang belum

diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani

pembelian psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh

apotek lain.

d. Pelaporan psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas

Kesehatan setiap bulan. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama

obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan

pemakaian dan stok akhir. Laporan ditandatangani dilengkapi dengan nama

APA dan nomor SIK, serta stempel apotek dengan tembusan kepada:

1) Kepala Balai Besar POM Propinsi Sumatera Seatan.

2) Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan

3) Arsip Apotek.

e. Pemusnahan psikotropika

Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan

narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan

bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

Universitas Andalas Page 17

Page 60: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

BAB IV

PEMBAHASAN

Apotek Kimia Farma merupakan apotek pelayanan yang berada di bawah koordinasi

Unit Bisnis Manager wilayah Palembang. Apotek Kimia Farma ini berlokasi di Jalan Kol.

Atmo Palembang, lokasinya cukup strategis, karena terletak di tepi jalan raya dan mudah

dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dan berada

pada pemukiman penduduk sehingga cukup dikenal masyarakat sekitar. Selain itu letaknya

dekat dengan klinik-klinik, praktek dokter umum dan dokter spesialis yang merupakan salah

satu kelebihan tersendiri bagi apotek dan sebagai faktor penunjang keberhasilan Apotek

Kimia Farma.

Dari segi tata ruang, Apotek Kimia Farma dinilai sudah cukup baik untuk dapat

menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan karena sudah sesuai dengan KepMenKes RI

No. 1332/MenKes/SK/X/2002. Hal ini dapat terlihat dari adanya penataan ruang yang

terpisah antara ruang tunggu pasien, penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang

penyimpanan obat, ruang peracikan yang dilengkapi dengan bak cuci, ruang administrasi,

swalayan farmasi, mushola, praktek dokter dan toilet. Ruangan yang ada di Apotek

dilengkapi dengan pendingin udara dan penerangan yang baik sehingga memberikan

kenyamanan baik bagi petugas apotek maupun pasien. Selain itu, Apotek Kimia Farma

memiliki area parkir, sehingga memudahkan pengunjung yang memiliki kendaraan. Pada

bagian dalam Apotek terdapat papan nama Apotek yang memuat nama Apotek, nama APA

dan nomor SIK APA.

Pada saat pengerjaan resep, telah dibuat semacam kartu HKRS (harga, kemas, racik,

dan serahkan) yang harus diisi oleh masing-masing petugas yang melakukan pengambilan

obat maupun yang melakukan peracikan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

kesalahan obat dan memudahkan penelusuran kembali bila sewaktu-waktu terjadi kekeliruan

atau masalah yang berkaitan dengan obat dalam resep atau adanya komplain dari pasien.

Untuk Apotek Kimia Farma sendiri penggunaan kartu HKRS sudah dijalankan.

Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk pasien serta swamedikasi

diberikan oleh apoteker. Apotek Kimia Farma telah mempunyai tempat khusus untuk

melakukan konseling antara apoteker dengan pasien.

Dalam melayani resep kredit, Apotek Kimia Farma bekerjasama dengan beberapa

instansi yang terkait. Sistem pelayanan resep dapat dilakukan di seluruh Apotek Kimia Farma

atau hanya di Apotek-apotek Kimia Farma tertentu saja, tergantung dari kesepakatan antara

Universitas Andalas Page 17

Page 61: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

instansi dengan Kimia Farma. Selain melayani resep kredit instansi, Apotek Kimia Farma

atau juga melayani resep ASKES InHealt. Resep ASKES InHealt memiliki beberapa

keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain obat telah distandarisasi sehingga

menghemat modal kerja Apotek, kemungkinan obat tidak laku kecil dan dapat membeli obat

dalam jumlah besar untuk memperoleh discount. Sedangkan kerugiannya yaitu pembayaran

dilakukan secara kredit sehingga perlu menambah modal kerja, discount harga diminta oleh

perusahaan asuransi. Banyaknya pelayanan resep kredit sebenarnya menunjukkan bahwa

suatu Apotek cukup bagus dalam pengembangan usaha tetapi bila resep kredit yang diterima

oleh Apotek semakin banyak, maka semakin besar pula modal Apotek yang tertahan dalam

bentuk piutang.

Berdasarkan pengamatan secara visual selama PPKPA, Apotek Kimia Farma jarang

melakukan penolakan resep karena sebagian besar pelanggan Apotek Kimia Farma adalah

pelanggan dari PTBA, PLN, dan lain-lain yang bekerjasama dengan Apotek Kimia Farma

dalam pengobatan karyawannnya serta pelanggan dari praktek dokter bersama dengan

Apotek Kimia Farma (doctor in house) sehingga tidak tersedianya obat di Apotek Kimia

Farma sangat jarang terjadi. Apabila ada obat dalam resep yang tidak tersedia, ada upaya

untuk memenuhi permintaan konsumen dengan menawarkan obat lain sebagai pengganti obat

yang tidak ada dengan komposisi yang sama. Selain itu juga dilakukan pencatatan terhadap

resep yang ditolak guna mempersiapkan persediaan obat agar mengurangi penolakan resep di

masa mendatang. Jika ada obat yang persediaannya habis, maka dilakukan pengecekkan stok

obat di gudang dan jika obat tersedia maka obat dapat langsung diberikan kepada pasien.

Tetapi jika tidak ada maka pasien ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke

rumah pasien tanpa harus menunggu, selain itu obat yang kurang pun akan dijanjikan untuk

disediakan obatnya sehari setelah pembelian.

Penyimpanan obat-obat di Apotek Kimia Farma diurutkan berdasarkan kelompok

tertentu seperti obat-obat generik, obat bermerek dagang yang disusun secara farmakologis,

obat golongan psikotropika dan narkotik, obat yang disusun berdasarkan bentuk sediaan (obat

suntik, sediaan cair, obat tetes oral, mata, hidung, telinga, dan inhaler), serta obat-obat yang

stabilitasnya dipengaruhi suhu dan udara sehingga harus disimpan di dalam lemari es

(suppositoria, ovula, insulin dan sebagainya). Semua kelompok obat tersebut disusun secara

alfabetis untuk mempermudah pencarian. Untuk obat-obat bebas disusun di counter swalayan

berdasarkan khasiat secara alfabetis. Selain itu juga terdapat tempat khusus untuk

penyimpanan alat-alat kesehatan. Penyimpanan narkotik dan psikotropik berada di dalam

lemari khusus dan tertutup tetapi tidak terkunci dengan baik. Untuk memudahkan dalam

Universitas Andalas Page 17

Page 62: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

pengontrolan obat, masing-masing obat memiliki kartu stok pada kotak penyimpanannnya.

Setiap ada obat yang masuk (berasal dari pembelian maupun dari apotek lain) dan keluar

(karena penjualan maupun droping ke apotek lain) harus dicatat di kartu stok masing-masing

dan di-entry ke komputer. Hal ini penting dilakukan untuk mempermudah dalam

pengontrolan stok obat dan kesesuaian antara jumlah fisik obat dengan jumlah obat pada

kartu stok. Namun dalam hal ini petugas terkadang mengalami kendala yaitu pada jam-jam

sibuk, setelah mengambil obat, petugas tidak sempat mencatat pada kartu stok sehingga

jumlah barang yang ada seringkali tidak sesuai dengan kartu stok. Hal ini dapat menghambat

dan memperlama kegiatan stock opname yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Stock

opname juga berfungsi untuk mengecek barang secara fisik apakah sesuai dengan jumlah

yang ada di komputer atau tidak. Agar obat yang ada tidak kadaluarsa, maka Apotek Kimia

Farma membuat semacam kertas berwarna yang di tempel pada kotak obat untuk

menunjukkan tahun kadaluarsa obat.

Proses administrasi di Apotek Kimia Farma dilakukan secara komputerisasi untuk

meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek. Sistem komputer kasir

mengharuskan petugas memasukkan alamat dan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi

sebelum melakukan pencetakan struk pembayaran. Hal ini dilakukan untuk membantu apotek

dalam mengatasi masalah yang mungkin baru diketahui setelah obat diserahkan kepada

pasien. Apotek Kimia Farma sudah menerapkan konsep GPP dalam rangka menjamin

kualitas, keamanan dan khasiat obat. Hal-hal yang dilakukan seperti: penataan obat

berdasarkan kelas terapi, etiket obat yang disertai dengan jumlah obat, nama obat, tanggal

kadaluarsa, stempel pada copy resep, sticker aturan/ peringatan penggunaaan obat, pemberian

informasi obat pada saat penyerahan obat kepada pasien serta keramahan kepada pasien.

Setiap pasien yang membeli atau menebus obat di apotek selain obat bebas tanpa

membawa resep, maka petugas apotek akan mencatat nama dan alamat pasien di komputer

sehingga bisa ditelusuri riwayat pengobatan pasien. Data tersebut sekaligus menjadi medical

record pasien yang terkomputerisasi serta bisa digunakan untuk kepentingan tertentu bagi

APA seperti konseling, diskusi dengan dokter, penelitian dan lain-lain.

Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan atau penjualan telah

melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri

dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga bersikap santun dan informatif

dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik. Petugas selalu tanggap dan cepat

menangani keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen

tidak mampu menebus obat maka dicarikan obat dengan zat aktif atau khasiat sama dengan

Universitas Andalas Page 17

Page 63: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

harga yang lebih terjangkau atau ditebus sebagian dulu. Keadaan tersebut perlu terus

dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan petugas merupakan salah

satu unsur pendorong untuk menimbulkan minat pelanggan sehingga melakukan pembelian.

Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan dengan menggunakan sistem

Distribution Center (DC). Berdasarkan sistem ini, pengeluaran dan pemasukan barang di

apotek langsung terhubung secara komputerisasi dengan gudang Bussiness Manager (BM)

sehingga gudang BM dapat mengetahui barang yang mencapai minimum stok. Barang yang

mencapai minimum stok akan dikirim oleh BM berdasarkan kebutuhan masing-masing

apotek pelayanan. Selain itu, dibuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dimana

dilakukan dua kali dalam seminggu untuk pemesanan barang (hari Senin dan Kamis)

sehingga pengecekan barang secara fisik oleh petugas apotek dilakukan satu hari sebelum

pengirim BPBA. Barang-barang yang sudah hampir habis dibuat BPBA untuk kemudian

dikirimkan ke Apotek BM. Untuk obat-obat narkotik, permintaan barang harus menggunakan

Surat Pesanan (SP) khusus rangkap empat yang dalam satu SP hanya dapat memesan satu

macam obat dan harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Sedangkan

untuk obat-obat psikotropik, permintaan barang harus menggunakan SP khusus rangkap dua

dan dalam satu SP dapat memesan beberapa jenis psikotropik tetapi satu distributor dan harus

ditandatangani oleh APA. Karena itu, khusus untuk pemesanan narkotika dan psikotropik

tidak termasuk ke dalam sistem DC melainkan langsung dilakukan oleh masing-masing

apotek pelayanan. Sistem DC memiliki keuntungan diantaranya jumlah barang yang dipesan

banyak, sehingga dapat memperoleh diskon yang lebih besar dari distributor serta

mengurangi tugas apotek pelayanan dalam pengadaan barang karena pada sistem DC semua

administrasi pembayaran yang berhubungan dengan pengadaan barang dilakukan oleh BM

(semua pembayaran di BM).

Dalam setiap pergantian shift, petugas apotek yang bertanggung jawab harus

melaporkan seluruh hasil penjualan apotek dalam bentuk bukti setoran kasir apotek untuk

selanjutnya divalidasi. Validasi dilakukan terhadap semua transaksi, baik tunai maupun

kredit. Validasi adalah proses pengecekan data transaksi dari hasil entry, lalu bukti setoran

kas untuk transaksi tunai dicocokkan dengan kas yang ada.

Universitas Andalas Page 17

Page 64: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan selama Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PPKPA) di

Apotek Kimia Farma, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Apotek merupakan suatu sarana yang memiliki peranan penting dalam pelayanan

kefarmasian serta tanggung jawab moral dan etika profesi.

2. Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Kimia Farma dalam melaksanakan

tugasnya di apotek memiliki tanggung jawab yang besar dalam pelayanan

kefarmasian dan berwenang untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan

mutu pelayanan apotek dan manajemen apotek.

3. Lokasi Apotek Kimia Farma cukup strategis karena berada di pinggir jalan raya

yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, pertokoan, pasar, klinik, rumah sakit

dan banyak dilalui oleh kendaran umum sehingga mudah dijangkau oleh

masyarakat.

4. Apotek Kimia Farma merupakan apotek pelayanan yang menggunakan sistem

pengadaan barang secara desentralisasi yaitu pengadaan barang dilakukan oleh

bagian pembelian di Unit Bisnis Manager dan administrasi telah didukung oleh

sistem komputerisasi sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi

pelayanan di apotek.

5. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma berdasarkan efek farmakologi dan bentuk

sediaan dimana penyusunannya secara alfabetis sehingga memudahkan petugas

untuk mengambil obat.

6. Penyimpanan obat golongan narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia

Farmadisimpan pada rak yang terpisah. Penambahan dan pengurangan barang

dicatat dalam kartu stok masing-masing barang.

7. Apotek Kimia Farma memiliki praktek dokter in house.

8. Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Kimia Farma menyediakan layanan

pesan antar obat (Delivery Service).

Universitas Andalas Page 17

Page 65: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

B. Saran

1. Untuk meningkatkan fungsi pelayanan seorang apoteker kepada masyarakat luas,

apotek harus mengoptimalkan pelayanannya baik dalam komunikasi, informasi

maupun edukasi tentang obat kepada pasien. Pelayanan tersebut dapat disampaikan

melalui leaflet, brosur maupun poster.

2. Perlu meningkatkan kedisiplinan petugas apotek dalam hal mencatat pemasukan dan

pengeluaran obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian antara jumlah

fisik obat dengan kartu stok dengan stok di komputer.

3. Pembinaan dan pelatihan seluruh personil di apotek sebaiknya dilakukan secara

berkesinambungan, agar pengetahuan dan keterampilan karyawan dapat ditingkatkan

sesuai dengan tuntutan konsumen akan pelayanan yang baik dan tepat.

4. Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap penilaian kepuasan konsumen

terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma, misalnya

dengan membuat kuisioner yang dapat diisi langsung oleh pasien pada saat datang

ke apotek sehingga dapat diketahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan kepuasan konsumen.

5. Penggunaan sarung tangan dan masker bagi karyawan yang mengerjakan obat

racikan.

Universitas Andalas Page 17

Page 66: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Jakarta : PT. Kimia Farma Apotek. 2010.

Anonim. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: 2004.

Cipolle J Robert, dkk. Pharmaceutical Care Practice. 1998. Amerika serikat: The McGrow-Hill Companies.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta; 2009.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta; 2009.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/Sk/X/2002, tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.992/Menkes/PER/X/1993, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta; 2009.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta; 1997.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta; 1997.

Foster, Timothy. R.V. 1997. 101 Cara Meningkatkan Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia.

HDW Hartono. Manajemen Apotek. 2000. Jakarta: Depot Informasi Obat. Hal. 5-85.

LeBoeuf, Michael.1992 Memenangkan dan Memelihara Pelanggan. Jakarta: Pustaka Tangga.

Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta; 1980.

Umar M. (2005) Manajemen Apotek Praktis. Solo: CV.Ar-rahman. Hal. 4-5.

.

Universitas Andalas Page 17

Page 67: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek

Universitas Andalas Page 17

Page 68: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 2. Struktur Organisasi Bisnis Manager Palembang PT. Kimia Farma Apotek

Universitas Andalas Page 17

Page 69: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 3. Alur Pelayanan Penerimaan Resep

Universitas Andalas Page 17

Page 70: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 4. Alur Penjualan Resep Tunai

Universitas Andalas Page 17

Page 71: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 5. Alur Penjualan Resep Kredit

Universitas Andalas Page 17

Page 72: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 6. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)

Universitas Andalas Page 17

Page 73: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 7. Kartu Barang (Stok)

Universitas Andalas Page 17

Page 74: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 8. Copy Resep

Universitas Andalas Page 17

Page 75: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 9. Bon Pengambilan Obat (Dropping)

Universitas Andalas Page 17

Page 76: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 10. Contoh Bungkus, Etiket Obat, Labeling

Labeling Aturan Pakai Obat

Universitas Andalas Page 17

Page 77: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 11. Contoh Label, Pembungkus Puyer, Alat pembungkus puyer

Alat Pembungkus Puyer Sendok memasukan pulvis ke Bungkus

Bungkus Puyer

Universitas Andalas Page 17

Page 78: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 12. Alat cetak kapsul dan cangkang kapsul

Alat Cetak Kapsul

Ukuran Berbagai Cangkang Kapsul

Universitas Andalas Page 17

Page 79: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 13. Contoh Form 1a dan form 1b

Universitas Andalas Page 17

Page 80: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Universitas Andalas Page 17

Page 81: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 14. Surat Pesanan Narkotika

Universitas Andalas Page 17

Page 82: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 15. Surat Pesanan Psikotropika

Universitas Andalas Page 17

Page 83: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 16. Faktur Penerimaan Barang

Universitas Andalas Page 17

Page 84: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 17. Contoh Laporan Buku Kas Kecil dan Kas Besar

Universitas Andalas Page 17

Page 85: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Universitas Andalas Page 17

Page 86: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 18.

Contoh Laporan Penggunaan Narkotika

Universitas Andalas Page 17

Page 87: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 19. Beberapa Distributor Apotek Kimia Farma

Universitas Andalas Page 17

Page 88: Laporan Bersama Apotek KF BARU Nian

Lampiran 20. Denah Apotek Kimia Farma

Universitas Andalas Page 17