laporan bakteri kosmetik

17
LAPORAN RESMI LABORATORIUM BAKTERIOLOGI "PEMERIKSAAN KOSMETIK" PRODI D III ANALISA FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN KEDIRI 2015

description

kosmetik 2

Transcript of laporan bakteri kosmetik

Page 1: laporan bakteri kosmetik

LAPORAN RESMI

LABORATORIUM BAKTERIOLOGI

"PEMERIKSAAN KOSMETIK"

PRODI D III ANALISA FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN

KEDIRI

2015

Page 2: laporan bakteri kosmetik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan

pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,bibir, dan organ genital

bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan,

mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau

melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik(Per KBPOM NO.

HK.03.1.23.08.11.07331, 2011).

Mikroorganisme dalam kosmetik dapat menyebabkan pembusukan atau

perubahan kimia dalam produk tersebut dan mungkin dapat membahayakan

kosmetik, konsumen perawatan kesehatan, kecantikan, dan pribadi produk. Kosmetik

tidak perlu steril, tetapi sistem pengawet mereka harus dapat menjaga kontaminasi

mikroba berbahaya.

Untuk produsen produk kosmetik dan perawatan pribadi, penting untuk

memastikan bahwa produk mereka bebas dari patogen (berbahaya) mikroorganisme

dan aman untuk digunakan konsumen. Kemungkinan pada produk tersebut dapat

ditumbuhi mikroorganisme, sehingga dapat menyebabkan perubahan-perubahan

dalam karakter aktifitas dan jika mikroorganisme tersebut pathogen dapat

menyebabkan terjadinya infeksi yang dapat membahayakan konsumen.

Sediaan-sediaan farmasi yang dipilih dalam praktikum ini adalah kosmetik

yang berupa bedak tabur karena merupakan sediaan kemasan yang banyak

digunakan oleh manusia khususnya para wanita-wanita yang ingin memperbaiki

penampilan pada wajahnya dan untuk mempercantik diri.

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu

terlihat dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan

menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian.

Mikroorganisme juga dapat mencemari kosmetik yang sering kita gunakan dalam

kehidupan sehari-hari khususnya bedak yang pemakaiannya sering diulang-ulang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan angka lempeng total?

Page 3: laporan bakteri kosmetik

1.2.2 Bagaimana teknik pengujian angka lempeng total pada kosmetik sediaan

padat?

1.2.3 Apakah sampel bedak tersebut terdapat pencemaran mikroba?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Untuk mengetahui definisi angka lempeng total

1.3.2 Untuk mengetahui teknik pengujian angka lempeng total pada kosmetik

sediaan padat

1.3.3 Untuk mengetahui sampel bedak tersebut terdapat pencemaran mikroba

atau tidak

1.4 MANFAAT

1.4.1 Mahasiswa dapat menetahui definisi angka lempeng total

1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui teknik pengujian angka lempeng total pada

kosmetik sediaan padat

1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui sampel bedak tersebut terdapat pencemaran

mikroba atau tidak

Page 4: laporan bakteri kosmetik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DASAR TEORI

2.1.1 Bakteri Escherichia coli

Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh seorang dokter

hewan dari Jerman,Theodore Escherich dalam studinya mengenai sistem

pencernaan pada bayi hewan.Pada 1885,beliau menggambarkan organisme ini

ebagai komunitas bactery coli(Esccherich 1885) dengan membangun segala

perlengkapan patogenitasnya di infeksi saluran pencernanaan. Nama “Bacterium

Coli” sering digunakan sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames

menemukan genus Escherichia dan menyusun tipe spesies E. Coli(Diana,2014)

Escherichia coli adalah anggota flora normal usus. Escherichia

coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen

empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia

coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat

oganik dari lingkungannya karena tidak dapat  menyusun sendiri zat organik

yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini

menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2,

H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi

sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Sri, 2010).

E. coli adalah yang paling umum untuk menyebut nama bakteri

Escherichia coli, adalah jenis bakteri yang biasanya ditemukan dalam sistem

pencernaan hewan. Satu jenis bakteri E.coli tertentu dapat menyebabkan

penyakit sistem pencernaan yang serius, yang umum ditandai dengan diare dan

kadang disertai mual. Dampak lain dari bakteri Escherichia coli adalah

menghasilkan racun yang dapat merusak ginjal, serta melemahkan dinding usus

kecil pada anak-anak. Alasan lain untuk menyebut berbahaya pada E. coli adalah

karena tidak ada obat yang efektif untuk ini. Bakteri ini menjadi salah satu

bakteri yang berbahaya di dunia. Bakteri ini tidak hanya membuat penderita

menjadi sakit, tetapi juga menyebabkan kematian(Saddam,2013).

2.1.2 Angka Lempeng Total

Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang

digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. ALT aerob

Page 5: laporan bakteri kosmetik

mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir

berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, intepretasi hasil

berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g. Cara yang digunakan antara lain

dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar. Prinsip metode ini adalah jika sel

mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba

tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat

langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.

Sampel dari bahan atau produk yang sudah dihomogenisasikan

diinokulasi ke dalam atau permukaan media agar. Setelah diinkubasi, koloni

mikroba yang tumbuh dihitung sebagai jumlah mikoba. Proses inokulasi sampel

ke media agar dapat dilakukan dengan cara penuangan, penyebaran dan

penetesan. Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara penuangan, 1

ml sampel dipindahkan ke dasar cawan petri dan 15-20 ml media agar cair

dituangkan di atasnya. Untuk mencegah kematian mikroba sampel, suhu media

agar cair yang dituangkan berkisar 45-50oC. Bila suhunya terlalu rendah akan

menyulitkan karena sudah mulai mengental. Selanjutnya cawan digeserkan di

permukaan meja dengan membentuk pola angka delapan agar sampel tersebar

merata di seluruh media agar. Inkubasikan cawan di dalam inkubator. Metode ini

paling peka karena mampu menghitung mikroba sampai kepadatan 20 sel/ml

namun metode ini kurang praktis digunakan di lapangan karena membutuhkan

peralatan untuk mencairkan media agar.

Metode ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung

jumlah kuman dengan alasan sebagai berikut:

a. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.

b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.

c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang

terbentuk mungkin berasal dari satu sel dengan penampakan pertumbuhan

yang spesifik.

Selain keuntungan tersebut metode ini juga mempunyai kelemahan antara

lain:

a. Hasil hitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya karena

beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.

Page 6: laporan bakteri kosmetik

b. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang

berbeda.

c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan

membentuk koloni kompak dan jelas, tidak menyebar.

d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga

pertumbuhan koloni dapat dihitung.

Untuk melaporkan hasil, digunakan standar yang disebut “Standart Plate

Count” yang menjelaskan mengenai cara menghitung koloni. Cara menghitung

koloni pada tiap-tiap cawan petri sebagai berikut:

a. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah cawan yang mengandung jumlah

koloni antara 30-300.

b. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan

koloni yang besar dimana jumlah koloni diragukan, dapat dihitung sebagai

satu koloni.

c. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal

dihitung sebagai satu koloni.

Hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai

persyaratan berikut:

a. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah

koloni antara 30-300. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung

lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai

Angka Lempeng Total (ALT) dari tiap gram atau tiap ml sampel.

b. Bila salah satu dari cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni kurang

dari 30 atau lebih dari 300, dihitung jumlah rata-rata koloni, kemudian

dikalikan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka

Lempeng Total (ALT) dari tiap gram atau tiap ml sampel.

c. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan

menunjukkan jumlah koloni antara 30-300, maka dihitung jumlah koloni

dari masing-masing tingkat pengenceran, kemudian dikalikan dengan

faktor pengencerannya. Apabila hasil perhitungan pada tingkat yang lebih

tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata lebih besar dari dua kali jumlah

koloni ratarata pengenceran dibawahnya, maka ALT dipilih dari tingkat

Page 7: laporan bakteri kosmetik

pengenceran yang lebih rendah. Bila hasil perhitungan pada tingkat

pengenceran lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata kurang dari dua

kali jumlah rata-rata pada penenceran dibawahnya maka ALT dihitung dari

rata-rata jumlah koloni kedua tingkat pengenceran tersebut.

d. Bila tidak ada satupun koloni dari cawan maka ALT dinyatakan sebagai <

1 dikalikan faktor pengenceran terendah.

e. Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni lebih dari 300, dipilih

cawan dari tingkat pengenceran tertinggi kemudian dibagi menjadi

beberapa sektor (2, 4 dan 8) dan dihitung jumlah koloni dari satu sektor.

ALT adalah jumlah koloni dikalikan dengan jumlah sektor, kemudian

dihitung rata-rata dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor

pengencerannya.

f. Jumlah koloni rata-rata dari 1/8 bagian cawan lebih dari 200, maka ALT

dinyatakan lebih besar dari 200 x 8 dikalikan faktor pengenceran.

g. Perhitungan dan pencatatan hasil ALT hanya ditulis dalam dua angka.

Angka berikutnya dibulatkan ke bawah bila kurang dari 5 dan dibulatkan

ke atas apabila lebih dari 5.

h. Jika dijumpai koloni spreader meliputi seperempat sampai setengah bagian

cawan , maka dihitung koloni yang tumbuh di luar daerah spreader. Jika

75 % dari seluruh cawan mempunyai koloni spreader seperti diatas, maka

dicatat, sebagai “spr”. Untuk keadaan ini harus dicari penyebabnya dan

diperbaiki cara kerjanya (pengujian diulang). Jika dijumpai koloni

spreader tipe rantai maka tiap 1 deret koloni yang terpisah dihitung

sebagai 1 koloni dan bila dalam kelompok spreader terdiri dari beberapa

rantai, maka tiap rantai dihitung sebagai 1 koloni.

Page 8: laporan bakteri kosmetik

BAB III

METODOLOGI

3.1 PARAMETER

Parameter yang digunakan adalah ALT 10-3 Escherichia coli 0

3.2 PRINSIP

Jika jasad renik yang masih hidup ditanam pada media agar, maka sel jasad

renik tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat dan

dihitung dengan mata biasa.

3.3 WAKTU DAN TEMPAT

Waktu : Pukul 09.00- 11.50 WIB

Tanggal : 20-22 Mei 2015

Tempat : Laboratorium Bakteriologi

3.4 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Alat

Lampu spiritus

Pipet ukur

Push ball

Korek api

Erlenmeyer

Tabung reaksi

3.2.2 Bahan/media

Sampel bedak tabur

Pengencer (Letheen Broth)

NAP

EMB

Page 9: laporan bakteri kosmetik

1 ml 1 ml

Inkubasi 37°C 24 jam

SAMPELBEDAK 10 gram Letheen broth 90 ml

10-1Letheen broth 9 ml

10-2Letheen broth 9 ml

1ml 1ml 1 ml

EMB NAP NAP

3.5 SKEMA KERJA

MML

Page 10: laporan bakteri kosmetik

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS DATA DAN HASIL

NAP 10-1 = 36

NAP 10-2 =15

P1 =36

P2 =15

C = 3

ALT = (N−C ) x 1

pƩ plate bersyarat

= (36−3 ) x 1

10−11

= 33 x 10

1

= 330

= 3,3 x 102 CFU

4.2 PEMBAHASAN

Kosmetik merupakan suatu sediaan yang sering digunakan untuk

memperbaiki penampilan dan banyak digunakan oleh banyak kalangan khususnya

wanita. Jumlah mikroorganisme yang ada didalam suatu bahan kosmetik perlu

diketahui karena sangat bervariasi, tergantung dari jenis bahan kosmetik itu sendiri

dan kondisi lingkungannya. Jumlah mikroorganisme itu dapat dihitung dengan secara

langsung maupun tidak langsung tergantung dari sampel yang akan diperiksa.

Kualitas mikroorganisme dari sediaan kosmetik merupakan suatu masalah

yang sangat pentingn untuk diperhatikan. Pada waktu penyimpanan dan peredarab

ada kemungkinan terjadi pertumbuhan mikroorganisme di dalamnya., terutama bila

ditunjang dengan pemakaian bahan-bahan yang telah terkontaminasi dan juga syarat-

syarat sanitasi dan higienis kurang diperhatikan. Adanya mikroorganisme dalam

sediaan kosmetik tidak dikehendaki karena dapat menyebabkan infeksi pada kulit.

Berikut contoh homogenisasi dari beberapa sediaan kosmetik:

1. Sediaan bentuk cair

Page 11: laporan bakteri kosmetik

Dengan cara aseptik dipipet 10 ml cuplikan ke dalam wadah yang berisi 90

ml pengencer FCDSLP atau CPLPB. Jika jumlah sampel kurang dari 10 ml,

maka pengambilan cuplikan dan pengenceran dapat disesuaikan hingga

diperoleh pengenceran 1 : 10.

2. Sediaan bentuk padat, serbuk

Dengan cara aseptik ditimbang 10 g cuplikan dan dimasukkan kedalam

mortar steril, jika perlu cuplikan padat dihancurkan terlebih dahulu

menggunakan alat. Dengan cara perlahan-lahan ditambahkan 10 ml tween 2 dan

diaduk hingga terbentuk pasta. Ditambahkan sejumlah pengencer FCDSLP atau

CPLPB hingga diperoleh pengenceran 1 : 10

3. Sediaan bentuk krem dan yang mengandung minyak

Dengan cara aseptik ditimbang 10 g cuplikan dan dimasukkan kedalam

gelas piala 100 ml steril. Ditambahkan 10 ml minyak mineral steril dan diaduk ,

ditambahkan 1-2 ml Tween 80 dan diaduk. Ditambahkan 4-5 ml pengencer

FCDSLP atau CPLPB dan diaduk hingga homogen. Dicampur lagi pengencer

hingga diperoleh pengenceran 1:10.

4. Sediaan semprot (aerosol bedak, sabun dan lain-lain)

Bagian mulut pipa penyemprot didisinfeksi kemudian disemprotkan

sejumlah cuplikan ke dalam wadah berisi pengencer FCDSLP atau CPLPB yang

telah ditimbang. Ditambahkan lagi pengencer hingga diperoleh pengenceran

1:10.

Page 12: laporan bakteri kosmetik

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan kosmetik sampel bedak Marina metode ALT 103

ditemukan kuman pada media NAPdan parameter Escherichia coli nol tidak

ditemukan kuman Escherichia coli pada media EMB.

5.2 SARAN

Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri

sangat tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti

masker, handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan

dalam proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa

tumbuh dengan baik.

Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri

kita dan lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang

penyakit bisa ditanggulangi.