Laporan Bab 1-5 Potensi Pajak

download Laporan Bab 1-5 Potensi Pajak

of 251

Transcript of Laporan Bab 1-5 Potensi Pajak

Pemerintah Kota MedanBAB 1PENDAHULUAN1.1Latar BelakangSejakdiberlakukannyaUndang-UndangNo. 22Tahun1999tentangotonomi daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, perkembangan pembangunan daerah di Indonesia mengalami perubahan yangsangat signifikan. Kedua UU tersebut kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 serta Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU No. 25 Tahun 1999.Sejalandengansemangat reformasi danotonomi daerah, pemerintahRepublik Indonesia kemudian mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan mekanisme keuangan dan perencanaan daerah, diantaranya Peraturan Pemerintah No. 58Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah, Undang-UndangNo. 25Tahun2004 tentangSistemPerencanaanPembangunanNasional (SPPN), Undang-UndangNo. 17Tahun2003tentangKeuanganNegaradanyang terakhir Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.KotaMedansebagai salahsatudaerahotonomdi Indonesia, saat ini tengah memasuki tahapankedua dari Rencana PembangunanJangka Panjang. Memasuki tahapankedua RPJP, Kota Medan menghadapi banyak tantangan diantaranya adalah pembiayaan pembangunan terutama dari sisi penerimaan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).Survey Potensi Pajak Daerah1Pemerintah Kota MedanSelama periode 2005-2009, struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Medan menunjukkanbahwasecararerata sumber utama Pendapatan Asli Daerah dari pajak daerah sebesar 56.79 persen, retribusi daerah sebesar 36.80 persen, lain-lain PAD yang sah sebesar 5.31 persen dan hasil pengelolaan kekayaan daerah sebesar 1.09 persen. Struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Medan selama periode 2005-2009 dapat ditunjukkan pada Tabel 1.1.Tabel 1.1Struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Medan, 2005-2009TahunPajakDaerah [Juta Rp][%]RetribusiDaerah[Juta Rp][%]Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah[Juta Rp][%]Lain lain PAD yang sah[Juta Rp][%]Total PAD[Juta Rp][%]2005178113.4058.71112271.8037.01800.000.2612197.904.02303383.10100.002006181047.8057.87122519.8039.164993.901.604300.801.37312862.30100.002007180793.1057.86117633.9037.654122.201.329918.203.17312467.40100.002008216910.4055.40141208.7036.074910.601.2528484.907.28391514.60100.002009237097.1054.11149517.8034.134524.801.0347001.0010.73438140.70100.00Rerata198792.3656.79128630.4036.803870.301.0920380.565.31351673.62100.00Sumber: Bagian Keuangan Setdakot Medan, 2010.Struktur PAD sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pajak daerah menjadi sumber utama PAD. Peningkatan pajak daerah sangat ditentukan oleh transaksi ekonomi. DalamRPJMDaerah Kotamedan2011-2015telahdiperkirakan rerata pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 12.23 persen per tahun atau naik dari Rp 2.60 trilyun tahun 2011 menjadi Rp 4.10 trilyun tahun 2015. Peningkatan daerah tersebut diperkirakandapat diperolehdari rerata pertumbuhanPADsebesar 12.72 persen atau naik dari Rp 829.79 milyar tahun 2011 menjadi Rp 1.34 trilyun tahun 2015.Survey Potensi Pajak Daerah2Pemerintah Kota MedanPada Tabel 2 ditunjukkan bahwa struktur pajak daerah sebesar Rp 237097.10 juta didominasi oleh pajak penerangan jalan sebesar Rp 116994.37 juta atau 49.34 persen yangdiikuti olehpajakrestoransebesarRp48513.41jutaatau20.46persen, pajak hotel sebesar Rp 32248.88 juta atau 13.60 persen, pajak reklame sebesar Rp 24183.18 juta atau10.20persen, pajak hiburan sebesar Rp 9995.09 juta atau 4.22 persen dan pajak parkir sebesar Rp 5162.17 juta atau 2.18 persen.Tabel 1.2Struktur Pajak Daerah Kota Medan, 2009Jenis Pajak DaerahNilai [Juta Rp]PersentasePajak Hotel 32248.88 13.60Pajak Restoran 48513.41 20.46Pajak Hiburan 9995.09 4.22Pajak Penerangan Jalan 116994.37 49.34Pajak Parkir 5162.17 2.18Pajak Reklame 24183.18 10.20Total Pajak Daerah 237097.10 100.00 Sumber: Bagian Keuangan Setdakot Medan, 2010.Keluarnya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerahtelahmemperluas objekpajakyangdapat dijadikanpertimbangan dalam memperhitungkan potensi pajak di masa yang akan datang. Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009, jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).Dalamlimatahunmendatangtantanganyangharusdiatasi antaralainadalah perlunya percepatan pembangunan ekonomi daerah untuk menumbuhkan potensi pajak, Survey Potensi Pajak Daerah3Pemerintah Kota Medanintensifikasi pendataan dan penataan pajak daerah, pembenahan administrasi perpajakan, perbaikanpelayananperpajakan, sosialisasi danpenyluhanpajakuntuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak.Dengan mempertimbangkan UU No. 28 Tahun 2009 dan perkembangan Kota Medan di masa yang akan datang, Studi Potensi Pajak Daerah Kota Medan sangat diperlukan untuk merealisasikanrencanakeuangandaerahsebagaimanayangtelahditetapkandalam RPJM Daerah Kota Medan Tahun 2011-2015.1.2PermasalahanDari latar belakangStudi Potensi PajakDaerahKotaMedandi atas muncul beberapapermasalahandalammerealisasikanpotensi pajakdaerah.Studi ini akan menganalisiskomponenpajakdaerahPajakHotel, PajakRestoran, PajakHiburan, PajakReklame, PajakPeneranganJalan, PajakMineral BukanLogamdanBatuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Oleh sebab itu permasalahan dari studi ini terdiri dari:1. Bagaimana profil Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, PajakPeneranganJalan, Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan,Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Medan saat ini dan periode 2011-2015 ?2. Apa kekuatan, ancaman, peluang dan hambatandalampemungutan Pajak Hotel, PajakRestoran, PajakHiburan, PajakReklame, PajakPeneranganJalan, Survey Potensi Pajak Daerah4Pemerintah Kota MedanPajakMineral BukanLogamdanBatuan, PajakParkir, PajakAirTanah, Pajak SarangBurungWalet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Medan saat ini dan periode 2011-2015 ?3. Seberapabesarpotensi PajakHotel, PajakRestoran, PajakHiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Medan pada periode 2011-2015 sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 ?1.3Tujuan Kota Medan sebagai salah satu daerah otonomi di Provinsi Sumatera Utara juga bertujuanmembangundaerahataupeningkatanoutputdanjenisoutputdaerahpada periode jangka panjang. Salah satu instrumen pembiayaan pembangunan daerah adalah pajak daerah. Oleh sebab itu tujuan diadakannya Studi Potensi Pajak Daerah Kota Medan ini adalah sebagai berikut:1. Menggambarkanprofil PajakHotel, PajakRestoran, PajakHiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang di Kota Medan saat ini.2. Mengindetifikasi peluang dan hambatan dalam pemungutan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral BukanLogam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Survey Potensi Pajak Daerah5Pemerintah Kota MedanWalet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.3. Mengidentifikasi potensiPajakHotel, PajakRestoran, PajakHiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.1.4Sasaran DaritujuanStudi Potensi Pajak Daerah Kota Medandiharapkan dapat mencapai sasaran, yaitu:1. Tersedianya profil Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, PajakPeneranganJalan, Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan,Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Medan. 2. Teridentifikasinya peluang dan hambatan pemungutanPajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral BukanLogam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Medan.3. Teridentifikasinya pajak daerah yang potesial berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.Survey Potensi Pajak Daerah6Pemerintah Kota Medan4. Tersusunya rkomendasi kebijakan dan program perpajakan, yaitu Pajak Hotel, PajakRestoran, PajakHiburan, PajakReklame, PajakPeneranganJalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan perpajakan daerah di Kota Medan.5. Tersedianyaskenariopengembanganpotensi PajakHotel, PajakRestoran, PajakHiburan, PajakReklame, PajakPeneranganJalan, PajakMineral Bukan Logam dan Batuan,Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kota Medan.1.5Lingkup Wilayah Dan MateriStudi PotensiPajak Daerah Kota Medan mempunyai ruang lingkup wilayah administratif KotaMedan. Sedangkanlingkupmateri studi adalahanalisis situasi, prospekpotensi danrekomendasikebijakanperpajakanterhadapPajakHotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, PajakReklame, PajakPenerangan Jalan, PajakMineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.1.6Tenaga AhliStudiPotensiPajakDaerahKotaMedandi KotaMedandilakukandengan spesifikasi bidang ilmu sebagai berikut:Survey Potensi Pajak Daerah7Pemerintah Kota Medan1. AhliKeuanganDaerahTeam Leader sebanyak 1 orang,diutamakan dari disiplin ilmu Keuangan Daerah. Kualifikasi tingkat pendidikan Doktor yang memiliki pengalamankerjaminimal 5tahunatauMagister denganpengalaman kerja minimal 10 tahun dari disiplin ilmu yang sama. Mampu dan berpengalaman dalam manajemen keuangan daerah serta bertanggungjawab sepenuhnya dan dapat bekerjasama dengan SKPD/Instansi terkait yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan studi ini.2. Ahli Akuntansi 1 orang, diutamakan dari disiplin Akuntansi. Kualifikasi tingkat pendidikan Magister dengan memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun atau tingkat pendidikan Sarjana dengan pengalaman 5 tahun dari disiplin ilmu yang sama. Mampu dan berpengalaman dalamhal perencanaan keuangan terutama perpajakanserta bertanggungjawabsepenuhnyadandapat bekerjasamadengan SKPD/Instansi terkait yangberkaitanlangsungmaupuntidaklangsungdengan studi ini. 3. Ahli Manajemen Keuangan 1 orang, diutamakan dari displin ilmu manajemen keuangan. Kualifikasi tingkatpendidikan Magisterdenganmemiliki pengalaman kerja 2 tahun atau tingkat pendidikan Sarjana dengan memiliki pengalaman kerja minimal 4 tahun dari disiplin ilmu yang sama. Mampu dan berpengalaman dalam hal manajemen keuangan mendukung pengembangan keuangan daerah serta bertanggungjawab sepenuhnya dan dapat bekerjasama dengan SKPD/Intansi terkait yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan studi ini.4. Ahli Ekonomi Pembangunan 1 orang, diutamakan dari disiplin ilmu ekonomi. Kualifikasi tingkat pendidikan Magister dengan memiliki pengalaman kerja Survey Potensi Pajak Daerah8Pemerintah Kota Medanminimal3tahunatauSarjana denganpengalaman minimal 4 tahun daridisiplin ilmuyangsama. Mampudanberpengalamandalamhal perencanaankebijakan ekonomi mendukung pengembangan keuangan daerah serta bertanggungjawab sepenuhnyadandapatbekerjasama dengan SKPD/Instansi terkait yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan studi ini.1.7Waktu PelaksanaanStudi Potensi Pajak Daerah Kota Medan ini dilakukan selama 120 hari kerja 4 bulan terhitungsejakditandatanganinya perjanjian kerjasama. Proses atau tahapan pekerjaan ini terdiri dari 13 tigabelaskegiatan seperti ditunjukkan pada Tabel 3.Tabel 1.3.Jadwal Pelaksanaan KegiatanNo KegiatanJadwal Pelaksanaan KegiatanAgustus2011September2011Oktober2011Desember20111 Persiapan Awal PekerjaanW W 2 Inventarisasi Data Sekunder W3 Penyusunan Laporan Pendahuluan W W4 Presentase Laporan PendahuluanW5 Survey LapanganW W W W W W W W6 Kompilasi dan Analisis DataW W W W W7 Penyusunan Laporan Antara W W W8 Penyampaian Laporan Antara W9 Penyempurnaan Laporan Antara dan Penyempurnaan Draft Laporan Akhir W W W W10 Presentase Draft Laporan AkhirW11 Penyempurnaan Draft Laporan Akhir W W W12 Penyampaian Untuk Persetujuan Laporan Akhir W13 Serah Terima Pekerjaan W WKetigabelas proses atau tahapan studi ini terdiri dari: 1. Tahap Persiapan, 2. Tahap Pengumpulan Data, 3. Tahap Analisis, 4. Tahap Finalisasi, Survey Potensi Pajak Daerah9Pemerintah Kota MedanBAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Struktur Pendapatan DaerahPeraturan perundang-undangan tentangotonomi daerah yangtertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pemerintah daerah terus berusaha meningkatkan kapasitas untuk meningkatkan pelayanan publik. Di bidangkeuangan, beberapa pilar pokok dalamPengelolaan KeuanganDaerahadalahPeraturanMenteri DalamNegeri Nomor 13Tahun2006 tentangPedomanPengelolaan KeuanganDaerah.Menurut PeraturanMenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah. Pendapatan Daerah adalah hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaanbersihdalamperiodetahunbersangkutandantidakperludibayarkembali olehdaerah. Pendapatandaerahmeliputi semuapenerimaanuangmelalui Rekening Kas UmumDaerah yang menambah ekuitas dana. Pendapatan Daerah meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Bagian Lain-Lain Penerimaan YangSah,Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus (Megantara, Iskandar dan Slamet, 2006).2.1.1Pendapatan Asli DaerahSurvey Potensi Pajak Daerah10Pemerintah Kota MedanPendapatanAsli DaerahPAD adalahbagiandari pendapatandaerahyang bersumber dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah dalam memungut PADdimaksudkan agar daerah dapat mendanai pelaksanaan otonomi daerah yang bersumber dari potensi daerahnya sendiri. PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, BagianLabaBUMDdan Lain-LainPADYangSah(Mardiasmo, 2002; Mulyana, Subkhan dan Slamet. 2006). Pajak Daerah terdiri dari: (1) Pajak Hotel, (2) Pajak Restoran, (3) Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, (6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, (7) Pajak Parkir, (8) Pajak Air Tanah, (9) Pajak Sarang Burung Walet, (10) Pajak Bumidan Bangunan,dan (11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB . 2.1.2Bagi Hasil Pajak dan Bukan PajakBagi Hasil Pajak terdiri dari:(1) Pajak Penghasilan Pasal 21 dan (2) Bagi Hasil PajakKendaraanDiatas Air, sedangkanBagi Hasil BukanPajakterdiri dari: (1) Sumber DayaAlamKehutanan, (2) Sumber DayaAlamPenambanganUmum, (3) Sumber DayaAlamPerikanan, (4)Sumber DayaAlamMinyakBumi, (5)Sumber Daya Alam Gas Bumi, dan (6) Bagi Hasil Cukai Tembakau.2.1.3Bagian Lain-Lain Penerimaan Yang SahSurvey Potensi Pajak Daerah11Pemerintah Kota MedanBagianLain-LainPenerimaanYangSahterdiri dari: (1)PajakKendaraan Bermotor/BeaBalikNamaKendaraanBermotor, (2)Pajak KendaraanBahanBakar Bermotor, (3) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan ABTdan APU, (4) Bantuan Keuangan dari Provinsi, dan (5) Hibah dari Provinsi.2.1.4Dana PerimbanganDana Perimbangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari struktur APBD, namuntidakdapat sepenuhnyadigunakansebagai ukur kinerjaPendapatan Daerah, karna bagian Dana Perimbangan ini lebih merupakan bantuan atau subsidi dari PemerintahPusat. DanaPerimbanganterdiri dari DanaAlokasi UmumdanDana Alokasi Khusus. Oleh sebab itu Pendapatan Daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan tidak menjelaskan potensi sumber-sumber pendanaan peningkatan kapasitas pemerintah daerah yang berkelanjutan. 2.2Faktor Penentu Pajak DaerahStandar formal anggaran pendapatan dan belanja daerah dapat menggambarkan perubahankebijakanfiskal pemerintahanpusat dankeuanganpemerintahandaerah. Integrasi kebijakanfiskal pemerintahpusat dengankeuanganpemerintahandaerah akan mempengaruhi aktifitas ekonomi nasional dan daerah. Standar formal anggaran pemerintahan daerah yang disederhanakan terdiri dari berbagai fungsi pendapatan dan belanja. Standar formal anggaran pendapatan dan belanja daerah ditunjukkan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 ditunjukkan bahwa pajak daerah merupakan komponen PAD, dimana Survey Potensi Pajak Daerah12Pemerintah Kota MedanPADmerupakankomponendari pendapatandaerah. Kondisi perekonomiandaerah menjadi dasar penyusunan APBD, antara lain laju inflasi, pertumbuhan ekonomi regional, tingkat pengangguranregional danlain-lainkondisi yangrelevandengan kondisi perekonomian daerah. Oleh sebab itu pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah ditentukan oleh kondisi perekonomian daerah.Tabel 1.4Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahN0. KLASIFIKASI SATUAN[Juta Rp]A PENDAPATAN DAERAH = 1 + 2 + 31 Pendapatan Asli Daerah = 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.41.1 Pajak Daerah1.2 Retribusi Daerah 1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah2 Dana Perimbangan = 2.1 + 2.2 + 2.3 + 2.42.1 Bagi hasil pajak 2.2 Bagi hasil bukan pajak 2.3 Dana Alokasi Umum2.4 Dana Alokasi KhususTabel 4LanjutanN0. KLASIFIKASI SATUAN[Juta Rp]3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah = 3.1 + 3.2 + 3.3 + 3.4 + 3.5 + 3.63.1 Pendapatan Hibah3.2 Dana Darurat3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsidan Pemerintah Daerah Lainnya3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus3.5 Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya3.6 Dana Penyesuaian Tunjangan PendidikanB BELANJA DAERAH = 4 + 54 Belanja Tidak Langsung = 4.1 + 4.2 + 4.3 + 4.4 + 4.5 + 4.6 + 4.7 + 4.84.1 Belanja Pegawai4.2 Belanja Bunga4.3 Belanja Subsidi4.4 Belanja Hibah4.5 Belanja Bantuan Sosial4.6 Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota dan Pemerintah Desa4.7 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Kab/Kota dan Pemerintah Desa4.8 Belanja Tidak TerdugaSurvey Potensi Pajak Daerah13Pemerintah Kota Medan5 Belanja Langsung = 5.1 + 5.2 + 5.3 5.1 Belanja Pegawai5.2 Belanja Barang dan Jasa5.3 Belanja ModalC SURPLUS (DEFISIT) = A - BD PEMBIAYAAN NETTO = 6 - 76 Penerimaan Pembiayaan Daerah = 6.1 + 6.2 + 6.3 + 6.4 + 6.5 + 6.66.1 Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu 6.2 Pencairan dana cadangan6.3 Hasil penjualan kekayaandaerah yang dipisahkan6.4 Penerimaan pinjaman daerah dan Obligasi daerah6.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman6.6 Penerimaan piutang daerah7 Pengeluaran Pembiayaan Daerah7.1 Pembentukan Dana Cadangan7.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah7.3 Pembayaran Pokok Utang7.4 Pemberian Pinjaman DaerahF SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN [SILPA] = C + DSumber:Diolahdari PeraturanMenteri DalamNegeri Nomor 26Tahun2006tentangPedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007.2.2.1Pajak dan Keputusan Rumahtangga Kendalaanggaranrumahtanggasebagai subjekpajakadalahpenerimaansama denganpengeluaran, yaitu: PendapatanKerja+PendapatanInvestasi +Hibahdan Warisan = Sumber Daya = Tabungan + Konsumsi + Transfer Kekayaan. Pembebanan pajak terhadap rumahtanggamenciptakan tiga pengaruh, yaitu pengaruh pendapatan, pengaruh substitusi dan pengaruh keuangan (Atkinson and Stiglitz, 1990). Pajak akan mengakibatkan rumahtangga menjadi kurang baik atauworseoff, sehingga rumahtanggamembuat keputusanyangberbedaketikapendapatanberubah. Karena rumahtanggamenjadi kurangbaikmakarumahtanggaakanmenundapensiun, tidak dapat menikmati leisure dan lain-lain. Perubahan ini disebut pengaruh pendapatan atau income effect.Survey Potensi Pajak Daerah14Pemerintah Kota MedanPajak tidak dibebankan pada semua aktifitas rumahtangga, sehingga rumahtangga mengarahkanaktifitasmereka pada kegiatan yang tidak dikenakan beban pajak atau rumahtanggamengarahkankegiatanmerekadari aktifitasdenganbebanpajakyang tinggi ke aktifitasdenganbeban pajak yang rendah.Menghindari pajak dengan cara substitusi aktifitasyangdibebani pajakkeaktifitasyangbebasdari pajakataudari aktifitas dengan beban pajak yang tinggi ke aktifitas dengan beban pajak yang rendah disebut pengaruh substitusi atau substitution effect. Aktifitas yangsamamungkinberhubungandenganbentukpembayaranyang berbeda, yang dibebani dengan tingkat pajak yang berbeda. Rumahtangga dapat mengatur pembayaranuntukmenghindari pajak. Konversi penerimaanpendapatan dalambentukinstrumen keuangan merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk menghidari pajak yang disebut pengaruh finansial atau financial effect.Jika pengaruh pendapatan dominan terhadap pengaruh substitusi maka keinginan bekerja dari rumahtangga akannaik, sebaliknyajikapengaruhsubstitusi dominan terhadap pengaruh pendapatan maka penawaran tenaga kerja dari rumah tangga akan turun. Rumahtangga selalu ingin menikmati pendapatan dan leha-leha atau leisure atau rumahtanggaselaluinginmemaksimumkankesejahteraanatauutilitas. Maksimisasi utilitas rumahtangga dalam bentuk model lin-log dengan kendala pendapatan upah dan non upah masing-masing adalahU = a ln(Y) + (1 - a) ln(L0 - L) (2.1A)Y = L + I (2.1B)Survey Potensi Pajak Daerah15Pemerintah Kota MedanSubstitusi (2.1B) ke (2.1A) mengakibatkan perubahan pada fungsi utilitas rumahtangga menjadi:U = a ln( L + I) + (1-a) ln(L0 - L)(2.2)dimana Y = pendapatan rumahtangga dari pendapatan upah () dan pendapatan bukan upah(I), L=jumlah penawaran jam kerja dan a = parameter tertentu.Optimalisasi penggunaan jamkerja untukmemaksimumkan utilitas rumahtangga menghasilkan penawaran jam kerja optimal sebagai berikut:IaaL Lo 1 (2.3)Pembebana tingkat pajak () terhadap tingkat upah tenaga kerja akan menghasilkan penawaran jam kerja:IaaL Lo ] 1 [1 (2.4)Artinya penawaran tenaga kerja rumahtangga sebagai sumber pendapatan rumahtangga ditentukan oleh tingkat upah () dan tingkat pajak terhadap upah ().Oleh sebab itu dengan asumsi pengaruh pendapatan lebih dominan dari pengaruh substitusi, penawarantenagakerjaberhubunganpositipdengantingkat pajakpendapatanatau semakin tinggi pendapatan tenaga kerja maka penerimaan dari pajak pendapatan tenaga kerja akan semakin tinggi. Dengan asumsi bahwa pengaruh pendapatan lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh substitusi, penerimaan pajak daerah (PJKD) merupakan Survey Potensi Pajak Daerah16Pemerintah Kota Medanfungsi meningkat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan secara matematis disimbolkan sebagai berikut:PJKD = F(PDRB)(2.5)Rumahtanggamungkinakanmenundamasukdalamangkatankerjakarenaalasan pajak, jaminan sosial, metode pembiayaan pendidikan atau alasan lainnya (Brown and Jackson, 1993). Fungsi utilitas rumahtangga dalambentuk sederhana dirumuskan sebagai berikut:U = a ln(Y) + b ln(L0 - L1) + (1-a-b) ln(L0 - L2) (2.6)dimana L1dan L2masing-masing adalah partisipasi angkatan kerja primer dan partisipasi angkatan kerja sekunder. Dengan pajak proporsional maka total pendapatan rumahtangga adalah Y = (1 - )[1L1 + 2L2] (2.7)Susbtitusitotal pendapatan rumahtangga ke fungsi utilitas rumahtangga akan menghasilkan maksimisasi utilitas rumahtangga dimana pajak pendapatan akan menentukan partisipasi angkatan kerja, yaitu: U = a ln[(1 - )(1L1 + 2L2)] + b ln(L0 - L1) + (1-a-b) ln(L0 - L2)(2.8)Optimalisasi tenaga kerja L1 dan L2 untuk memaksimumkan utilitas rumahtangga akan menghasilkan tenaga kerja optimal masing-masing sebagai berikut:1]1

+ 1 0212Lbb aLbaL (2.9A)Survey Potensi Pajak Daerah17Pemerintah Kota Medan1]1

2 0121111Lb abLb aaL (2.9B)Dari persamaan (2.9A) dan (2.9B) ditunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja primer merupakanfungsi menurundari partisipasi angkatankerjasekunder danpartisipasi angkatankerjasekunder merupakanfungsi menurundari partisipasi angkatankerja primer. Partisipasi angkatan kerja primer merupakan fungsi meningkat dari rasio upah kerjasekunder terhadapupahkerjaprimer danpartisipasi angkatankerjasekunder merupakan fungsi meningkat dari rasio upah kerja primer terhadap upah kerja sekunder. Secara umum ditunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja ditentukanolehrasiotingkat upah. Semakintinggi rasiotingkat upahmakatingkat partisipasi angkatan kerja semakin tinggi. Oleh sebab itu semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja semakin tinggi pendapatan tenaga kerja, akibatnya penerimaanpajakdaerahsmakin tinggi. Dengan kata lain,penerimaan pajak daerah merupakanfungsi meningkat dari tingkat partisipasi angkatankerjadaerahsemakin tinggi dan secara matematis disimbolkan sebagai berikut:PJKD = F(TPAK)(2.10)

2.2.2Pajak Transfer Kekayaan Kehidupanrumahtanggaatauindividumencakupperiodepertamamenerima warisan(I)danpadaperiodekeduamemberi warisan(B). Menerimadanmemberi warisanakanmempengaruhifungsiutilitasdankendalaanggaranrumahtangga atau individu. Fungsi utilitas dan kendala anggaran rumahtangga masing-masing adalah Survey Potensi Pajak Daerah18Pemerintah Kota MedanU = U(C1, C2, B) (2.11A)C1 + P C2 + PB B = + I(2.11B)dimanaPdanPBmasing-masingadalahhargabarangkonsumsi danhargawarisan mencakuppajakpadatransfer kekayaan. Pengaruh pajaktransfer kekayaan dapat dianalisisdenganmemisalkan konsumsi periode pertama (C1) dan konsumsi periode kedua (C2) sebagai komoditas komposito, sehingga fungsi utilitas berubah menjadi:U(C, B)(2.12)Jika warisan adalah barang normal maka pengaruh substitusi dan pengaruh pendapatan akibat perubahan PBtidak berbeda dengan pengaruh substitusi dan pengaruh pendapatan sebelumnya.Oleh sebab itu pajak transfer kekayaan atau pajak pemberian warisanakanmeningkatkanbiayawarisansehinggawarisannettoturun. Konsumsi agregat mungkin naik atau turun, jika pengaruh pendapatan lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh substitusi maka konsumsi periode pertama turun dan tabungan naik. Pengenalan pemberian warisan mempertimbangkan transmisi intergenerasi. Pertimbangangenerasi ke-i merubahfungsi utilitasrumahtanggaatau individu menjadi:U(, P, PB)(2.13)dimana transfer kekayaan adalahBi= F(Ii). Jumlah penerimaan warisan oleh generasi berikutnya tergantung pada status perkawinan yang dibagi dengan jumlah anak (1 + n), sehingga nilai penerimaan warisan sama dengan nilai pemberian warisan, yaitu:Survey Potensi Pajak Daerah19Pemerintah Kota MedanIi+1 = Bi/(1 + n)(2.14)Daripersamaan(2.14)ditunjukkanbahwa pertumbuhanpenduduk atau jumlah anak akan mengakibatkan pemberian warisan semakin kecil, sehingga pengaruh pajak transfer kekayaan akan menurunkan pemberian warisan. Formulasi motivasi pemberian warisan tergantung pada pola preferensi utilitas individu. Oleh sebab itu maksimalisasi fungsiutilitasselalumempertimbangkan ukurankeluarga karenapemberianwarisan digunakan sebagai instrumen untuk mencapai utilitas maksimum, seperti peningkatan kesejahteraan anak. Fungsi eksplisit dari fungsi utilitas dan kendala anggaran rumahtangga masing-masing adalahU = 1/(1 - ) [C1(1-) + C2(1-)] + 1/(1 - ) B(1-) (2.15A)C1 + P C2 + PB B = + I(2.15B)Denganmetodelagrangemultiplier, optimalisasiC1, C2danBakanmenghasilkan konsumsi periode pertama (C1), konsumsi periode kedua (C2) pemberian warisan optimal (B) masing-masing adalah) / ( ) / 1 (1 B P CB (2.16A)) / () / 1 (2 BPPCB

,_

(2.16B) / 11BPB (2.16C)Dari persamaan (2.16A) dan (2.16B) ditunjukkan bahwa konsumsi periode pertamadankonsumsi periodekeduamerupakanfungsi meningkat dari pemberian Survey Potensi Pajak Daerah20Pemerintah Kota Medanwarisan dan harga warisan. Artinya pemberian warisan akan meningkatkan konsumsi periode pertama dan konsumsi periode kedua, sebaliknya pemberian warisan merupakan fungsi menurun dari harga warisan. Substitusi konsumsi periode pertama, konsumsi periodekeduadanpemberianwarisankekendalaanggaranrumahtangga akan menghasilkan transfer kekayaan atau pemberian warisan, yaitu: / 1 / / 1 1/ / ) 1 (] 1 [] [BBP PP IB+ +(2.17)Persamaan(2.17) menunjukkanbahwapemberianwarisanmerupakanfungsi meningkat dari pendapatanrumahtangga, fungsi menurundari hargakonsumsi dan harga warisan. Dengan kata lain pajak transfer kekayaan merupakan fungsi meningkat denganpemberianwarisanataupendapatanrumahtanggadanfungsi menurundari tingkat hargakonsumsi dan tingkat harga warisan. Oleh sebab itu penerimaan pajak daerahmerupakanfungsimeningkatdariProdukDomestikRegionalBruto(PDRB) dan fungsi menurun dari indeks harga konsumen daerah (IHKD) dan secara matematis disimbolkan sebagai berikut:PJKD = F(PDRB, IHKD) (2.18) 2.2.3Pajak dan Keputusan Perusahaan Pembebananpajakterhadapperusahaanataubisnisadalahuntukmenganalisis keseimbanganparsialperusahaanataubisnis. Tipe-tipe pajakyang dibebankan pada perusahaan atau bisnis terdiri dari pajak terhadap faktor-faktor produksi, pajak produksi Survey Potensi Pajak Daerah21Pemerintah Kota Medandan pajak perusahaan atau bisnis. Maksimisasi laba sebagai salah satu tujuan perusahaan adalah = P F(K,L) - L - rK(2.19)dimana dimana P, K dan L masing-masing adalah harga jual produk, input modal dan input tenaga kerja sertadan r masing-masing adalah harga input tenaga kerja dan harga input modal. Optimalisasi penggunaan stok modal dan tenaga kerja akan menghasilkan kondisi laba maksimal ketika nilai produktivitas marginal modal sama dengan harga input modal dan nilai produktivitas marginal tenaga kerja sama dengan upah tenaga kerja, yaitu:P MPK = r(2.20A)P MPL = (2.20B)Pembebanan pajak perusahaan terhadap laba akan mengurangi laba perusahaan, sehingga laba maksimal perusahaan adalah = (1 - ) [P F(K,L) - L - rK](2.21)Sehubungan dengan pajak perusahaan atau bisnis, pajak perusahaan tidak akan mempengaruhi pennggunaan optimal input modal dan input tenaga kerja. Pembebanan pajak perusahaan harus mempertimbangkan struktur keuangan perusahaan atau bisnis, yaitu metode atau cara pembiayaan perusahaan. Fundasi strukur keuangan perusahaan pada periode t dapat dikelompokkan menjadi laba bruto atau gross profit (nilai output Survey Potensi Pajak Daerah22Pemerintah Kota Medandikurangi denganbiayavariabel), penerbitanobligasi ataupinjamandanpenerbitan saham masing-masing adalah :t = Pt Ft - tLt (2.22A)Bt+1 - Bt (2.22B)t+1 - t (2.22C)Hubungan fundamental dari ketiga indikator di atas menjelaskan penerimaandan pengeluaran perusahaan atau bisnis masing-masing adalaht + Bt+1 - Bt + t+1 - t = Dt + It + r Bt (2.23A)REt = t - Dt - r Bt (2.23B) dimanaDt, It, r BtdanREtmasing-masingadalahdividen, investasi, pembayaran bunga kepada kreditur dan laba ditahan. Oleh sebab itu investasi pada periode t adalah It =REt + Bt+1 - Bt + t+1 - t (2.24)Persamaan (2.24) menunjukkan bahwa perusahaan atau bisnis dapat membiayai investasinya melalui laba ditahan, penerbitan hutang baru dan penerbitan saham baru. Apabilapajaktidakdibebankankepadaperusahaanmakaaruskeuangannettodari perusahaan atau bisnis ke pemegang saham dan pemegang obligasi adalahYt = Dt + r Bt - (Bt+1 - Bt) - (t+1 - t) Dt + r Bt - (Bt+1 - Bt) - (t+1 - t) = t - It(2.25)Survey Potensi Pajak Daerah23Pemerintah Kota MedanDengan kata lain arus keuangan netto ditentukan oleh variabel riil dan tidak semuanya tergantung pada struktur keuangan. Hal ini menjadi dasar Modigliani-Miller Theorem (Ross, WesterfieldandJaffe, 2005), apabilapajaktidakada, kebijakankeuangan perusahaan adalah tidak relevan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. MenurutAtkinson andStiglitz (1990), pengenalan sistem pajak akan mempengaruhi aruskeuangannetto. Pengenalansistempajakterhadaplabaperusahaanataubisnis dibebankan tingkatpajak (c), penerimaan bunga pinjaman dibebankan tingkat pajak personal (p), penerimaan dividen dan bunga dibebankan tingkat pajak (p), dan penerimaan keuntungan modal dibebankan tingkat pajak (g [1 + r(1 - )](2.29)Kondisiinitidakterpenuhijika= p,sebaliknyauntukmengurangidividenmaka tidak ada tabungan pajak dari peningkatan penerbitan sahambaru. Jikacmakakebijakanpeningkatanpinjamanyangdiinginkansampai transfer netto kepada pemegang saham pada periode t+1 adalah nol atau t+1= 0. Lebih jauh Survey Potensi Pajak Daerah26Pemerintah Kota Medandapat didefinisikanbahwapenerbitansahamatauobligasi baruakandibuat untuk membiayai pembayaran hutang atau obligasi. Kondisi pertidaksamaan (2.29) berubah menjadi: (1 - p)[1 + r(1 - c)] [1 + r(1 - )](2.30) Tingkat pajak personal yang rendah akan memenuhi kondisi pertidaksamaan (2.30) dan pembiayaanperusahaansemuanya dengan hutang atau obligasi.Asumsi yang cukup beralasan adalah c < ( = p), dimana perusahaan mengurangi dividen sampai nol. Bila investasi lebih besar dari laba ditahan, peningkatan investasi lainnya dibiayai dengan pinjaman. Jikainvestasi lebihrendahdari labaditahanmakapeningkataninvestasi lainnya mengurangi atau menunda pembayaran hutang, sebaliknya penurunan dividen berarti investasi dibiayai dengan laba ditahan.Mekanismepajakmempengaruhi investasi adalahbiayamodal dantergantung padakebijakankeuanganperusahaanataubisnis.Metodepembiayaaninvestasi ada dua, yaitu pembiayaan melalui obligasi dan laba ditahan. Pembiayaan investasi dengan obligasi dimana biaya modal pada margin [r(1 - )] dan tingkat bunga menurun sejalan dengan peningkatan pajak perusahaan. Apabila pembebanan pajak tidak ada maka laba maksimal adalah P MPK > r + (2.31)dimana adalah tingkat penyusutan. Pembebanan pajak akan menghasilkan margin dan kondisi laba maksimal:(1 - c) P MPK > r (1 - c) + (1 - c) (2.32A)Survey Potensi Pajak Daerah27Pemerintah Kota MedanP MPK = r + (2.32B)Persamaan(2.32) dqn(2.32B) menunjukkanbahwapembebananpajakperusahaan tidak merubah kondisi laba maksimal. Misalkan fraksi penurunan tingkat bunga adalah dan bebas dari penyusutan, sehingga keseimbangan laba maksimal berubah menjadi:(1 - c) P MPK = r (1 - c) (1 - c) + (1 - c) (2.33A)P MPK = r(1 - c) + (2.33B)Artinya fraksi penurunan tingkat bunga dan bebas dari penyusutan hanya menurunkan nilai persamaan sebelah kanan, yaitu penurunan biaya modal dan tidak mempengaruhi kondisi laba maksimal.Penurunan biaya modal akibat pajak perusahaan secara aktual akan mendorong peningkatan obligasi dan investasi. Pembiayaan investasi dengan laba ditahan mengasumsikan bahwa fraksi investasi yangdapat disusutkanadalah ataudepresiasi adalah1- . Pemegangsaham membiayai 1-c investasi danc bebas dari penyusutanataupembiayaan investasi melalui kongsi tidur. Pembiayaan dengan laba ditahan atau pemegang saham menerima dividen yang menurun pada periode 1 dan penerimaan dividen yang semakin tinggi pada periode 2. Biaya opportunitas adalah r (1 - c) dimana = p atau investasi dibiayai dengan obligasi. Kondisi laba maksimal diperoleh adalahP MPK = + r(1 - ) (1 - c )/(1 - c)(2.34)Pengaruh pajak tergantung pada apakah nilai r(1 - ) (1 - c )/(1 - c) lebih besar atau lebih kecil dari satu. Oleh sebab itu pembiayaan dengan saham tergantung pada bebas Survey Potensi Pajak Daerah28Pemerintah Kota Medandari penyusutan dan biaya opportunitas. Jika = 0 maka biaya modal naik pada kondisi