Laporan Audit Kelistrikan (2)

25
AUDIT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN DI LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI (ATAS) I. Tujuan 1. Mengetahui konsumsi energi sistem kelistrikan di Lab.Energi 2. Mengetahui karakteristik kelistrikan yang ada di Lab.Energi 3. Dapat mengetahui peluang-peluang penghematan konsumsi energi II. Batasan Masalah 1. Audit energi sistem kelistrikan di laboratorium teknik konversi energi. 2. Peluang konservasi yang dapat dilakukan pada sistem kelistrikan di jurusan teknik konversi energi. 3. III. Latar Belakang Konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perlu dikembangkan cara – cara penghematan energi salah satunya dengan melalui audit energi, audit energi ini khusus pada sistem kelistrikan yang ada di laboratorium jurusan teknik konversi energi, sistek kelistrikan ini berhubungan dengan kualitas daya listrik yang ada di laboratorium tersebut. Selain itu praktikum ini juga dilakukan sebagai kegiatan latihan audit energi dengan mengambil hasil pengukuran pada

description

audit energi

Transcript of Laporan Audit Kelistrikan (2)

Page 1: Laporan Audit Kelistrikan (2)

AUDIT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN DI LABORATORIUM JURUSAN

TEKNIK KONVERSI ENERGI (ATAS)

I. Tujuan

1. Mengetahui konsumsi energi sistem kelistrikan di Lab.Energi

2. Mengetahui karakteristik kelistrikan yang ada di Lab.Energi

3. Dapat mengetahui peluang-peluang penghematan konsumsi energi

II. Batasan Masalah

1. Audit energi sistem kelistrikan di laboratorium teknik konversi energi.

2. Peluang konservasi yang dapat dilakukan pada sistem kelistrikan di jurusan teknik

konversi energi.

3.

III. Latar Belakang

Konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan

pertambahan penduduk. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perlu dikembangkan cara –

cara penghematan energi salah satunya dengan melalui audit energi, audit energi ini

khusus pada sistem kelistrikan yang ada di laboratorium jurusan teknik konversi energi,

sistek kelistrikan ini berhubungan dengan kualitas daya listrik yang ada di laboratorium

tersebut.

Selain itu praktikum ini juga dilakukan sebagai kegiatan latihan audit energi dengan

mengambil hasil pengukuran pada parameter tegangan, arus, frekuensi, power factor, daya

aktif, daya reaktif, daya semu, dan harmonik serta untuk mengetahui peluang-peluang dari

penghematan konsumsi energi.

IV. Dasar Teori

Parameter – Parameter Kelistrikan

1. Daya listrik

Daya pada sistem kelistrikan di bagi menjadi 3 bagian yaitu daya aktif, daya reaktif

daya semu.

Page 2: Laporan Audit Kelistrikan (2)

a. Daya aktif adalah daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban. Parameter ini

dinyatakan dalam satuan watt.

P 1 fasa = V L-N x I x cos phi (watt)

P 3 fasa = 3 x V L-N x I x cos phi(watt)

Keterangan

V L-N = Tegangan fasa netral (V)

I = Arus (A)

Cos phi = faktor daya

b. Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan oleh ban induktif. Parameter ini

dinyatakan dalam satuan VAR.

Q 1 fasa = V L-N x I x Sin Q

Q 3 fasa = 3 x V L-N x I x Sin Q

c. Daya semu adalah penggabungan antara daya nyata dengan daya reaktif

S 1 fasa = V L-N x I

S 3 fasa = 3 x V L-N x I

2. Faktor Daya

Factor daya sering disebut cos phi (cosine phi) dimana phi adalah sudut antara daya

nyata (S) dan daya aktif (P). P sendiri phi tidak sama dengan efisiensi. Faktor daya adalah

perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya semu/daya total (VA), atau cosines

sudut antara daya aktif dan daya semu/daya total. Daya reaktif yang tinggi akan

meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya factor daya akan menjadi lebih rendah.

Factor daya selalu lebih kecil dari satu.

Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik

memiliki factor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas

sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika factor daya

berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik mejadi tertekan. Jai,

daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran kW yang sama dalam rangka

meminimalkan kebutuhan daya total (VA)

Page 3: Laporan Audit Kelistrikan (2)

Factor daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Factor

daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan factor

daya ini menggunakan kapasitor. Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan

dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati

satu. Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAr

berubah sesuai dengan faktor daya),

Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) × Tan φ.................................................(1)

Tan φ = Daya Reaktif (Q)Daya Aktif (P)

= kVArkW

Sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya,

Daya reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) × Tan φ1.............................................(2)

Daya reaktif pada pfdiperbaiki = Daya Aktif (P) ×Tanφ2.......................................(3)

Sehingga besarnya kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya

digunakan,

Daya reaktif (kVAr) = Daya Aktif (kW) x (Tanφ1 –Tanφ2)....................................(4)

Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya :

a. Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan denda jika pf lebih kecil

dari 0,85).

b. Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat.

c. Mengurangi rugi – rugi daya pada sistem.

d. Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.

Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang

digunakan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus menurun seiring dengan

menurunnya pf sistem kelistrikan.

Akibat menurunnya pf maka akan timbul beberapa persoalan diantaranya :

a. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi.

b. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAr.

c. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops).

Denda atau biaya kelebihan daya reaktif berdasarkanSK Mentri ESDM No 3032-

2002 mengenai daya reaktif,akan dikenakan denda apabila jumlah pemakaian kVArh

Page 4: Laporan Audit Kelistrikan (2)

yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 jumlah kWh pada bulan yang

bersangkutan sehingga pfrata – rata kurang dari 0,85. Sedangkan perhitungan kelebihan

pemakaian kVArh dalam rupiah menggunakan rumus (5) sebagi berikut :

Kelebihan pemakaian kVARh = [ B – 0,62 ( A1 + A2 )] Hk....................................(5)

dimana :

B = pemakaian kVArh

A1 = pemakaian kWh WPB

A2 = pemakaian kWh LWBP

Hk = harga kVARh

Beberapa strategi untuk koreksi faktor daya adalah :

a. Meminimalkan operasi dari beban motor yang ringan atau tidak bekerja.

b. Menghindari operasi dari peralatan listrik diatas tegangan rata – ratanya.

c. Mengganti motor – motor yang sudah tua dengan energi efisien motor. Meskipun

dengan energi efisien motor, bagaimanapun faktor daya diperngaruhi oleh beban

yang variasi. Motor ini harus dioperasikan sesuai dengan kapasitas rata – ratanya

untuk memperoleh faktor daya tinggi.

d. Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari daya reaktif.

Selain itu, pemasangan kapasitor dapat menghindari :

a. Trafo kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya yang

tersedia.

b. Voltage drops pada line ends.

c. Kenaikan arus / suhu pada kabel, sehingga mengurangi rugi – rugi.

Untuk pemasangan Capasitor Bank diperlukan :

a. Kapasitor, dengan jenis yang cocok dengan kondisi jaringan.

b. Regulator, dengan pengaturan daya tumpuk kapasitor (Capasitor Bank) otomatis.

c. Kontaktor, untuk switching kapasitor.

d. Pemutus tenaga, untuk proteksi tumpuk kapasitor.

3. Frekwensi

Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu

yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu,

menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak

waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar

Page 5: Laporan Audit Kelistrikan (2)

fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali.

Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik.

Secara alternatif, seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah kejadian/

peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu memperhitungkan frekuensi (f)

sebagai hasil kebalikan dari periode (T ), seperti tampak dari persamaan (6) berikut :

f = 1T

..................................................................................................................(6)

Berdasarkan standardSNI 04-1922-2002 bahwa standar frekuensi untuk 50 Hz di

Indonesia adalah ± 1% atau 49,5 Hz ≤f≤ 50,5 Hz.

4. Ketidakseimbangan Tegangan

Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltage) adalah perbedaan potensial

listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik, dan dinyatakan dalam satuan volt.

Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan

adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan

potensial listriknya, suatu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah,

rendah, tinggi atau ekstra tinggi. Secara definisi tegangan listrik menyebabkan obyek

bermuatan listrik negatif tertarik dari tempat bertegangan rendah menuju tempat

bertegangan lebih tinggi. Sehingga arah arus listrik konvensional didalam suatu

konduktor mengalir dari tegangan tinggi menuju tegangan rendah.

Ketidakseimbangan tegangan adalah perbedaan tegangan dari masing-masing

tegangan fasa pada sistem 3 fasa.

Gambar 1 memperlihatkan fasor tegangan yang seimbang dan tak seimbang. Pada

sistem yang seimbang, setiap tegangan fasa mempunyai besar yang sama dan

mempunyai beda sudut fasa 120o. Menurut definisi, arah urutan fasa tegangan abc

disebut positif jika mempunyai arah mengikuti arah putaran jarum jam. Tegangan tak

seimbang bisa berbeda besarnya, mempunyai beda sudut yang tidak 120o, atau

keduanya.

Page 6: Laporan Audit Kelistrikan (2)

Gambar 1 Fasor tegangan seimbang dan tidak seimbang.

Menurut literatur, tegangan tiga-fasa yang tak seimbang bisa diuraikan menjadi

tiga sistem yang seimbang atau simetris. Ketiga sistem simetris ini disebut komponen

urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Gambar 2 memperlihatkan tiga sistem

simetris tersebut. Komponen urutan positif mempunyai urutan fasa mengikuti putaran

jarum jam, urutan negatif berlawanan dengan arah putaran jarum jam, sedangkan urutan

nol mempunyai arah fasa yang sama. Setiap tegangan yang tak seimbang selalu bisa

diuraikan menjadi tiga sistem simetris tersebut. Gambar 3 memperlihatkan tegangan tak

seimbang yang dibentuk oleh tiga sistem simetris.

Jika tegangan sistemnya seimbang maka hanya urutan positif yang ada. Urutan

negatif dan nol tidak ada. Oleh sebab itu, adanya urutan negatif dan nol bisa dijadikan

indikasi seberapa besar ketidakseimbangan dari tegangan sistem. Tentu saja, semua

definisi tersebut diatas juga berlaku untuk arus. Pada sistem tiga-fasa tiga-kawat, urutan

nol tidak perlu kita perhitungkan karena arus urutan nol tidak bisa mengalir.

Menurut IEC, besarnya ketidakseimbangan tegangan bisa dinyatakan dengan

persamaan (2.16).

Faktor ketidakseimbangan (%)=V 2

V 1

× 100 %...............................................(7)

Page 7: Laporan Audit Kelistrikan (2)

Gambar 2 Komponen simetris tegangan.

Gambar 3 Tegangan tak seimbang yang disusun dari tiga komponen simetris.

Pada sistem tiga-fasa tiga kawat yang bisa kita ukur secara langsung hanyalah

tegangan antar fasa, sehingga besarnya ketidakseimbangan biasanya dihitung dengan

persamaan (2.17) berikut:

Faktor ketidakseimbangan (%)=√ 1−√3−6 β1+√3−6 β

×100 %...................................(8)

yang mana :

β=V ab

4 +V bc4 +V ca

4

(V ab4 +V bc

4 +V ca4 )2

Sedangkan menurut NEMA, besarnya ketidakseimbangan dihitung dengan cara

berikut:

Faktor ketidakseimbangan (%)=Deviasi maksimum ( V abV bc V ca )

rata−rata dari (V abV bc V ca )....................(9)

Jangan menggunakan tegangan fasa-ke-netral karena adanya tegangan urutan nol

bisa membuat hasilnya kurang akurat. Secara teoritis, definisi menurut IEC

memberikan hasil yang lebih akurat dibanding definisi NEMA.

Tegangan turun/lebih/tak seimbang menyebabkan :

Page 8: Laporan Audit Kelistrikan (2)

a. Motor panas berlebih & berlanjut pada kerusakan isolasi.

b. Arus beban tidak seimbang pada 3 fasa.

c. Urutan tegangan negative.

d. Merusak bearing motor listrik.

e. Kecepatan motor bervariasi.

f. Mengurangi mutu produksi.

g. Mengurangi efisiensi motor.

Berdasarkan standard SNI 04.0227.2003-2 bahwa batas tegangan 220/380 V

adalah ± 10% dari tegangan standard atau 198 V≤220≤ 242 V dan standard

ketidakseimbangan tegangan menurut ANSI C84.1-1995 dan NEMA adalah 3% dari

tegangan rata-rata masing-masing fasa pada sistem 3 fasa.

5. Arus Listrik dan Ketidakseimbangan Arus

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu.

Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.

Ketidak seimbangan arus pada sistem 3 fasa adalah perbedaan besarnya arus pada

masing-masing tiap fasa yang diakibatkan oleh perbedaan beban.

Arus yang tidak seimbang menyebabkan :

a. Urutan tegangan negatif.

b. Timbulnya arus sirkulasi.

c. Meningkatnya arus pada penghantar netral.

d. Meningkatnya tegangan Netral ke Pentanahan.

e. Motor panas berlebihan – tembusnya isolasi.

f. Turunnya efisiensi motor.

g. Rusaknya bearing motor.

h. Tingginya biaya pemeliharaan motor dan alat.

i. Energi terbuang/biaya listrik naik – KVA dan KWh.

j. Menyedot modal investasi dan operasional.

Berdasarkan standard ANSI C8.1-1995 didapat bahwa standard arus adalah ±

10% atau (IL - (10%×IL)) ≤ IL ≤ (IL + (10% ×IL)) dan standard ketidakseimbangan arus

Page 9: Laporan Audit Kelistrikan (2)

menurut ANSI C84.1-1995 dan NEMA adalah 5% dari arus rata-rata masing-masing

fasa pada sistem 3 fasa.

6. Harmonisa

Harmonisa adalah gangguan yang muncul akibat terjadinya distorsi gelombang

arus dan tegangan. Pada dasarnya harmonisa adalah gejala pembentukan gelombang-

gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian bilangan bulat

dengan frekuensi dasar atau frekuensi fundamentalnya, yaitu frekuensi harmonisa

yang timbul pada bentuk gelombang aslinya, sedangkan bilangan bulat pengali

frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik.

Parameter yang memiliki korelasi dengan permasalahan harmonisa menyebabkan :

a. Panas berlebih pada trafo (K-factor), dan alat yang berputar.

b. Meningkatnya rugi hysteresis.

c. Kelebihan beban netral / timbul tegangan netral ke tanah.

d. Gelombang tegangan dan arus terganggu.

e. Tembusnya bank kapasitor.

f. Pemutus arus dan sekering tripping.

g. Operasi alat elektronik dan generator jadi tidak handal.

h. Pencatatan meter listrik menjadi salah.

i. Buang Energi / biaya listrik lebih tinggi – KVA& KWh.

j. Menyebabkan kapasitas distribusi daya tidak efisien.

k. Meningkatkan biaya pemeliharaan peralatan dan mesin.

Standard harmonik yang di izinkanberdasarkan SNI 57-2-1-2001 adalah sbb :

THDI (arus) ≤ 10%

THDV (tegangan) ≤ 5%

Page 10: Laporan Audit Kelistrikan (2)

Akibat harmonik pada arus dan tegangan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 2.1 Akibat Harmonik Arus dan Tegangan

Harmonik Akibat

Arus a. Faktor daya rendah

b. Pemanasan dan Ferro resonance Trafo Yy

c. Resonance on CapacitorBank

d. Tegangan netral-ground besar

e. Tidak terukur pada meter mekanik

f. Gagal fungsi pada rele

g. Lossesnetral besar (sistem 3fase 4kawat)

h. SkinEffect

Tegangan a. Pemanasan berlebih pada peralatan

b. Osilasi mekanik pada motor

c. OverVoltage

d. Gangguan pada peralatan elektronik (EMI)

V. Audit Energi pada Sistem Kelistrikan

I. Audit Awal

1. PERSIAPAN

RINCIAN LANGKAH-LANGKAH AUDIT ENERGI

Informasi/referensi untuk menunjang kegiatan audit.

Berupa mengumpulkan dasar – dasar teori yang menunjang

dan mempelajari proses audit sistem kelistrikan, Rangakaian

dan mempelajari sistem.

Menentukan lingkup kegiatan.

Kegiatan dilakukan

Tempat : Laboratorium Jurusan Teknik Konversi Energi (atas)

Hari/Tanggal : Jumat, 30 November 2012

Komponen : MDP Lab. Teknik Konversi Energi

Page 11: Laporan Audit Kelistrikan (2)

Lama Reord data: 20 MENIT

Peralatan yang digunakan

1. Satu paket Power Quality 3 fasa

2. Sarung tangan 20 kV sebagai peralatan safety

3. Laptop

4. Meja

Prosedur

Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan

Menghubungkan PQ Analyzer dengan panel seperti pada gambar rangkaian

Menyalakan alat PQ Analyzer dan pada laptop buka software FLUKE

Menghubungakan alat PQ Analyzer dengan komputer(laptop) dengan kabel

data sehingga data-datanya dapat di record pada laptop.

Mulai merecord pada alat PQ Analyzer dan pada laptop hubungkan dengan

mengklik icon start logging of reading

Pengukuran dilakukan ketika di laboratorium terdapat aktivitas yang tidak

terlalu banyak antara lain satu buah motor listrik pada pompa cooling tower,

satu buah motor listrik pada pompa penyedia air, beberapa lampu penerangan

yang dinyalakan dan peralatan elektronik di ruang teknisiMembentuk tim

dan menyusun rencana kegiatan.

Anggota tim audit terdiri dari 5 Orang yaitu

1. Fakhri Rizal

2. Hersa Irawan

3. Novia Karvina

4. Putri Hidayati Sibarani

5. Rama Permana Putra

Membagi job desk masing – masing

Mencari spesifikasi alat

Page 12: Laporan Audit Kelistrikan (2)

Gambar 4. Rangakain Pengukuran Panel Listrik Utama

Tabel 2. Standar kelistrikan berdasarkan SNI dan ANSI

Parameter Standar

Tegangan Unbalance 220 V± 5 %

Arus/Beban Unbalance < 5 %

FaktorDaya ≥ 0.85

Frekuensi 50 Hz ± 1 Hz

THDi < 10 %

THDv < 5 %

II. Audit Rinci

1. PENGUMPULAN DATA.

Informasi fasilitas yang akan diaudit.

Data teknis (berupa disain, pengukuran, dll.)

Page 13: Laporan Audit Kelistrikan (2)

2. Analisis Data

a. Daya Terpasang

Diketahui : Kapasitas MCB = 200 Ampere

VLL = 380 Volt

Daya Semu Terpasang (SMCB) = √3× VLL× IL

= √3× 380 × 200

= 131635,8614 VA

= 131,636 KVA

b. Daya Pengukuran

Dik : S L1 = 13,690 KVA S L2 = 11,930 KVA S L3 = 13,755 KVA

PL1 = 11,536 KW PL2 = 10,745 KW PL3 = 11,6 KW

QL1 = 7,016 KVAR QL2 = 5,174 KVAR QL3 = 7,37 KVAR

Daya 3 fasa yang dikonsumsi teknik energi adalah :

STOT = 39,690 KVA

PTOT = 33,905 KW

QTOT = 19,57 KVAR

% Pemakaian Daya = Daya PemakaianDaya Terpasang

× 100% = 39,690

131,636× 100% = 30,15 %

Ketidakseimbangan tegangan

V rata-rata = VRN+VSN +VTN

3 = 209,4+211,5+215,25

3 = 212,13

volt

Persentasi Keseimbangan

VRN unbalance = 215,25 – 212,13

212,13 x 100 % = 1,47%

Kesimbangan Arus

Irata-rata = IR+ IS+¿

3 = 66,715+56,595+64,815

3 = 62,71

Persentasi Keseimbangan

Page 14: Laporan Audit Kelistrikan (2)

I unbalance = Imax−IRata 2

I rata2 x 100 % = 66,715−62,71

62,71 x 100 % = 6,38%

3. Data Pengukuran

max min Average max min Average max min Average1 L1 19,18 3,892 11,536 12,68 1,352 7,016 22,99 4,39 13,692 L2 20,31 1,18 10,745 9,836 0,512 5,174 22,57 1,29 11,933 L3 21,86 1,34 11,6 14,2 0,539 7,37 26,07 1,44 13,7554 T 61,34 6,47 33,905 36,72 2,42 19,57 71,62 7,19 39,405

max min average max min average max min average max min average0,967 0,816 0,892 0,904 0,808 0,856 211,6 207,2 209,4 111,4 22,03 66,7150,932 0,9 0,916 0,928 0,898 0,913 214 209 211,5 107,1 6,09 56,5950,93 0,821 0,876 0,863 0,807 0,835 217,6 212,9 215,25 122,1 7,53 64,815

cos

∅Vrms (Volt) Irms (Ampere)PF

No. LinekW kVAr kVA

Arus Teganganmax min Average max min Average max min Average max min Average Max Min Average

L1 16,94 1,48 12,5356 4,735 0,66 2,6975 5,151 4,834 4,9925 5,1 4,9 5 49,99 49,88 49,935L2 7,776 1 3,888 4,96 1,69 3,325 5,731 5,541 5,636 5,2 4,9 5,05 49,99 49,88 49,935L3 16,07 3,111 24,9969 4,445 1,233 2,839 4,938 4,783 4,8605 4,9 4,8 4,85 49,99 49,88 49,935N 43,75 8,34 182,438 328,5 27,8 178,15 397,5 163,8 280,65

THD (%)FrekwensiLine

Harmonik Arus (Ampere) Tegangan (volt)

4. Evaluasi

Parameter Terukur Standar KeteranganVoltage Unbalance 1,47% 220 V± 5 % Layak

I Unblance 6,38% < 5 % tidak layak THD Arus L1 4,99% < 10 % LayakTHD Arus L2 5,64% < 10 % LayakTHD Arus L3 4,86% < 10 % Layak

THD Teganagn L1 5,00% < 5 % LayakTHD Teganagn L2 5,05% < 5 % tidak layak THD Teganagn L3 4,85% < 5 % Layak

Cos Phi L1 0,892 ≥ 0.85 LayakCos Phi L2 0,916 ≥ 0.86 LayakCos Phi L3 0,876 ≥ 0.87 Layak

Frekwensi L1 49,935 50 Hz ± 1 Hz Layak

Frekwensi L2 49,935 51 Hz ± 1 Hz Layak

Frekwensi L3 49,935 52 Hz ± 1 Hz Layak

Page 15: Laporan Audit Kelistrikan (2)

VI. Kesimpulan

Dari hasil audit sistem kelistrikan tersebut dapat diketahui bahwa sistem

kelistrikan di laboratorium teknik konversi energi masih tergolong baik, karena dapat

dilihat dari hasil pengukuran, tang tidak layak hanya pada kesetimbangan arus dan

THD pada L2, dan parameter yang lain masih tergolong baik dan memenuhi standar.

Rekomendasi untuk perbaikan Arus Unbalance dapat dilakukan sebagai berikut,

Menyeimbangkan setiap beban fase tunggal diantara seluruh tiga fase.

Memisahkan setiap beban fase tunggal yang mengganggu keseimbangan beban dan

umpankan dari jalur/trafo terpisah.

Rekomendasi untuk perbaikan THD dapat dilakukan sebagai berikut,

Meminimalisir terjadinya mematikan MDP secara mendadak saat beban

maksimum, hal ini kadang terjadi saat mahasiswa sedang pratikum, mahasiswa tidak

sengaja menekan tombol merah, yaitu tombol laboratorium, yang apabila ditekan

semua sistem akan mati. Hal merupakan salah satu yang membuat harmonik terjadi,

sehingga disarankan bagi mahasiswa agar selalu berhati – hati dan bekerja sesuai

petunjuk yang ada.

VII. Daftar Pustaka

Page 16: Laporan Audit Kelistrikan (2)

LinekW kVAr kVA

max min Average max min Average max min Average

L1 19,180 3,892 11,536 12,680 1,352 7,016 22,990 4,390 13,690

L2 20,310 1,180 10,745 9,836 0,512 5,174 22,570 1,290 11,930

L3 21,860 1,340 11,600 14,200 0,539 7,370 26,070 1,440 13,755

T 61,340 6,470 33,905 36,720 2,420 19,570 71,620 7,190 39,405

     

  PF   Vrms Irms

min average max min average max min average max min average

0,816 0,892 0,904 0,808 0,856 211,6 207,2 209,400 111,4 22,03 66,715

0,900 0,916 0,928 0,898 0,913 214 209 211,500 107,100 6,09 56,595

0,821 0,876 0,863 0,807 0,835 217,6 212,9 215,250 122,100 7,53 64,815

                   

Page 17: Laporan Audit Kelistrikan (2)
Page 18: Laporan Audit Kelistrikan (2)

VII. PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Page 19: Laporan Audit Kelistrikan (2)