laporan Analisis Kuantitatif Campuran Pb dan Cu.docx
-
Upload
vallery-athalia -
Category
Documents
-
view
43 -
download
10
description
Transcript of laporan Analisis Kuantitatif Campuran Pb dan Cu.docx
I. PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Analisis Kuantitatif Campuran Pb dan Cu
B. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan kadar ion Pb
dan Cu.
2. Dapat menentukan kadar ion Pb dan Cu dalam sampel.
II. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan bahan
a. Alat yang digunakan
1. Gelas ukur
2. Beker gelas
3. Kompor dan gas
4. Gelas pengaduk
5. Kertas saring
6. Timbangan analitik
7. Cawan porselin
8. Oven
9. Eksikator
10. Erlenmeyer
11. Buret
12. Statif
13. Corong
14. Pro pipet
15. Pipet ukur
16. Pipet tetes
b. Bahan yang digunakan
1. H2SO4 4 N
2. Larutan cuplikan
3. Alkohol
4. Akuades
5. KI 20%
6. Na2S203 0,1 N
7. Amilum 1%
B. Cara kerja
a. Penetapan Kadar Pb
Larutan cuplikan sebanyak 50 ml diambil dengan gelas ukur dan
dituang ke beker gelas. Larutan cuplikan dipanaskan hingga mendidih di
kompor. Ditambahkan H2SO4 4 N sebanyak 20 ml, kemudian diaduk, dan
didinginkan. Ditambahkan alkohol sebanyak 50 ml dengan perbandingan 1
: 1, diamkan selama 10 menit. Kertas saring ditimbang. Kertas saring
dilipat menjadi 4 lipatan dan dipasangkan ke corong yang menempel pada
Erlenmeyer. Larutan dituangkan ke dalam Erlenmeyer melalui kertas
saring secara perlahan-lahan. Filtrat tidak dibuang. Endapan di kertas
saring dicuci dengan alkohol 25 ml yang sudah ditambah H2SO4 4 N
sebanyak 3 tetes. Pencucian dilakukan dua kali. Kertas saring dan endapan
ditaruh di cawan porselin, kemudian dimasukkan ke dalam oven selama
10-15 menit di suhu 105oC. Cawan porselin dikeluarkan dari oven dan
dipindahkan ke eksikator selama 10 menit. Kertas saring dan endapan
ditimbang.
b. Penetapan Kadar Cu
Filtrat dari percobaan A yang ada di Erlenmeyer ditambah akuades
sebanyak 50 ml, KI 20% sebanyak 10 ml, H2SO4 4 N sebanyak 10 ml.
Larutan dititrasi dengan Na2S203 0,1 N sampai warna larutan berubah
menjadi kuning muda. Ditambahkan indikator amilum 1% sebanyak 2 ml.
larutan dititrasi lagi hingga warna biru hilang. Volume total dicatat, kadar
Cu dihitung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Hasil
Vol. sampelVol.
titranBerat endapan
Kadar
CuKadar Pb
50 ml 36,2 ml 0,665 gr 46% 90,89%
B. Pembahasan
Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan
dengan identifikasi zat-zat kimia: mengenali unsur atau senyawa apa yang
ada dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan
berapa banyak suatu zat tertentu yang terkanding dalam suatu sampel. Zat
yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen
atau analit, menyusun entah sebagain kecil atau besar sampe yang dianalisis
(Day dan Underwood, 2002).
Analisis gravimetri adalah suatu teknik analitis yang didasarkan ada
pengukuran massa. Salah satu jenis percobaan analisis gravimetri
melibatkan permbentukan, isolasi, dan penentuan massa suatu endapan.
Prosedur ini umumnya diterapkan pada senyawa ionic. Suatu sampel zat
yang tidak diketahui komposisinya dilarutkan di dalam air dan dibiarkan
bereaksi dengan zat lain sehingga membentuk endapan. Endapan tersebut
disaring, dikeringkan, dan ditimbang. Dengan mengetahui massa dan rumus
kimia endapan yang terbentuk, praktikkan dapat menghitung massa
komponen kimia tertentu (yaitu anion dan kation) dari sampel awal. Dari
massa komponen dan massa sampel awal, praktikkan dapat menentukan
persen komposisi massa komponen dalam senyawa awal (Chang, 2004).
Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar dan
komposisi dari sampel ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (volume
diketahui) yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji, hingga komponen
yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses
diatas dikenal dengan titrasi. Oleh karena itu, analisa volumetri disebut juga
analisa titrimetri (Zulfikar, 2010).
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila
memenuhi persyaratan berikut:
1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat
kesetaraan yang pasti dari reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung sempurna.
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan
baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat zat baku
yang ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal
dengan pembakuan (Zulfikar, 2010). Menurut Harjanti (2008),
Keberhasilan analisa volumetri sangat ditentukan oleh adanya indikator
yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat.
Penetapan kadar Pb menggunakan analisis gravimetri yang mengukur
bobot suatu zat yang telah direaksikan menjadi senyawa laub yang beratnya
dapat ditentukan. Metode yang digunakan dalam pemisahan unsurnya
menggunakan metode pengendapan. Pengendapan dilakukan sedemikian
rupa sehingga proses pemisahan Pb diendapkan sebagai PbSO4,
dikeringkan pada 105oC, kemudian ditimbang sebagai PbSO4. Endapan
mungkin mengandung air akibat adsobsi oklusi, penyerapan dan hidrasi.
Temperatur pembakaran ditentukan berdasarkan pada sifat kimia zat.
Pemanasan harus diteruskan sampai beratnya tetap dan seragam. Berat dari
abu kertas saring harus pula diperhitungkan. Aspek yang penting dan perlu
diperhatikan adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali
dan dapat dipisahkan secara filtrasi.
Setelah dikeluarkan dari oven atau pengeringan pada suhu 105oC
tersebut, endapan pada kertas saring dimasukkan ke dalam eksikator.
Eksikator berfungsi untuk mendinginkan bahan atau wadah sebelum
dilakukan penimbangan dan menyimpan bahan agar tetap dalam kondisi
kering. Eksikator atau desikator berisi desika. Contoh: Silika gel, silica gel
berfungsi untuk mengikat/ menangkap air yang terdapat pada sampel.
Reaksi kimia yang terjadi adalah pembentukkan endapat PbSO4. Pada
pencampuran larutan cuplikan yang mengandung Pb dengan larutan H2SO4,
terjadi pengendapan garam PbSO4. Reaksi ini dinyatakan dalam persamaan
H2SO4 2H+ + SO42
Pb2+ + SO42- PbSO4(s) (endapan putih)
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab
kelarutan bertambah dengan bertambahnya temperatur. Pada temperatur
tertentu, kelarutan zat dalam pelarut tertentu didefinisikan sebagai
jumlahnya bila dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat
tersebut mencapai kesetimbahan dengan pelarut itu. Umumnya
pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab kelarutan bertambah
dengan bertambahnya temperatur.
Pengendapan dilakukan dalam larutan encer yang ditambahkan
pereaksi (H2SO4) perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur, partikel
yang terbentuk lebih dahulu berperan sebagai pusat pengendapan.
Penambahan H2SO4 berfungsi untuk mengikat Pb dan bereaksi menjadi
PbSO4 sehingga beratnya dapat ditentukan pada saat penambahan sebanyak
20 ml H2SO4 4 N ke dalam 50 ml larutan cuplikan. Penambahan 3 tetes
H2SO4 pada endapat bertujuan mencuci endapan untuk menghilangkan
kontaminasi pada permukaan. Untuk pencucian digunakan larutan elektrolit
kuat dan mengandung ion sejenis dari endapan mengurangi kelarutan
endapan. Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen
ditambahkan agar kelarutan endapan bertambah besar. Penambahan alkohol
1 : 1 juga berfungsi untuk mencuci endapan. Alkohol mengurangi kelarutan
dari endapan.
Pencucian endapan dengan alkohol dan H2SO4 sebanyak dua kali
bertujuan untuk membilas endapan dan memastikan bahwa Pb dan Cu
benar-benar terpisah. Pb pada endapan dan Cu pada cairan/ larutan.
Hasil yang diperoleh dari analisis gravimetri larutan cuplikan sebanyak
50 ml yang mengandung Pb menunjukkan kadar Pb sebesar 90,89% . Berat
endapan yang diperoleh sebanyak 0,665 gram. Hasil ini diperoleh dari
pengurangan berat kertas saring yang terdapat endapan sebesar 1,047 gram
dengan berat kertas saring awal 0,382 gram.
Penetapan kadar Cu menggunakan analisis volumetri. Prinsipnya
adalah mereaksikan zat yang akan ditentukan dengan zat lain yang
konsentrasinya telah diketahui. Dalam praktikum, zat yang akan ditentukan
adalah Cu dalam filtrat hasil penyaringan larutan cuplikan dari endapan
PbSO4. Filtrat ini dicampurkan dengan aquades, larutan KI, dan larutan
H2SO4, kemudian direaksikan dengan larutan Na2S2O3 yang memiliki
normalitas 0,1 N dengan cara titrasi.
Filtrat yang berwarna biru menunjukkan bahwa filtrat mengandung ion
Cu. Penambahan larutan H2SO4 4 N dilakukan setelah penambahan
aquades, berkaitan dengan sifat eksotermis larutan H2SO4 (mudah
meledak). Akuades berfungsi untuk mengencerkan larutan, sedangkan
larutan KI merupakan reduktor lemah yang akan mengalami oksidasi
menjadi I2 dan I- akan mengikat Cu2+ yang terdapat dalam filtrat menjadi
CuI2 yang akan terurai dan melepaskan iodium.
Analisa volumetri Cu(II) dikerjakan dengan mereaksikan Cu(II)
tersebut dengan iodida menghasilkan CuI2 menurut persamaan
Cu2+(aq)
+ 2I-(aq)
CuI2(aq)
Senyawa ini terurai menjadi Cu2I2 sambil melepaskan iodium (I2) menurut
persamaan 2CuI2(aq) Cu2I2(aq) + I2(aq). Selanjutnya iodium yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 standar sehingga Cu dapat ditentukan
menurut persamaan
I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
Warna campuran sebelum titrasi adalah coklat kekuningan yang
disebabkan oleh I2. Setelah campuran dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 0,1 N hingga warna larutan menjadi kuning muda I2 yang
dilepaskan pada reaksi sebelumnya, setelah dititrasi akan mereduksi ion
tiosulfat yang menghasilkan ion tetrationat yang kadarnya sebanding
dengan kadar Cu dalam larutan cuplikan. Perubahan warna campuran
menjadi kuning muda disebabkan oleh ion I- yang berikatan dengan
tiosulfat.
Titrasi yang digunakan adalah titrasi redoks dengan pemakaian
iodium sebagai reagen redoks. Setelah campuran berwarna kuning muda,
amilum 1% ditambahkan ke dalam campuran. Indikator amilum digunakan
untuk menekan iodida pada konsentrasi < 10-5. Amilum berfungsi sebagai
indikator perubahan warna yang akan menunjukkan titik akhir titrasi.
Indikator amilum tidak ditambahkan sebelum titrasi karena amilum
membentuk kompleks amilum-iodium yang mempunyai kelarutan kecil
dalam air, sehingga biasanya ditambahkan pada saat mendekati titik
ekuivalen (Khopkar, 2003).
Warna campuran setelah ditambah amilum menjadi hijau kebiruan,
hijau tersebut disebabkan oleh kompleks antara amilum-iodium. Titrasi
dilanjutkan hingga warna campuran berubah menjadi kuning gading yang
menandakan titik akhir titrasi.
Hasil praktikum analisis volumetri Cu menunjukkan kadar Cu yang
terkandung dalam 50 ml larutan cuplikan sebesar 46%. Volume titran
(larutan Na2S2O3) yang digunakan total sebanyak 36,2 ml dengan perincian
25,2 ml untuk memperoleh kuning muda dan 11 ml untuk memperoleh
warna kuning gading.
IV. SIMPULAN
1. Penetapan kadar Pb menggunakan analisis gravimetri yang mengukur
bobot suatu zat yang telah direaksikan menjadi senyawa laub yang
beratnya dapat ditentukan. Metode yang digunakan dalam penentuan kadar
Cu adalah metode volumetri. Prinsipnya adalah mereaksikan zat yang akan
ditentukan dengan zat lain yang konsentrasinya telah diketahui.
2. Kadar ion Pb dalam sampel adalah 90,89%. Kadar ion Cu dalam sampel
adalah 46%.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC,
Jakarta.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Harjanti, R.S. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica
val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal
Rekayasa Proses 2(2): 49.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Zulfikar. 2010. Volumetri. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/volumetri/. 13 November 2013.
PERHITUNGAN
1. Perhitungan Kadar Cu (%)
10050
xVolume titran x N x BA Cu x100 %
10050
x0,0362 L x 0,1 N x 63,54 x100 %
0,4600296 x 100%
46%
2. Perhitngan Kadar Pb (%)
10050
x BA PbBA Pb S 04
xmassa endapan x100 %
10050
x 207,2303,2
x 0,665 gr x100 %
90,89%