LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1...

28
1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat dan Sapi (untuk meningkatkan pendapatan petani sekitar 20 persen) Oleh Iswandi HBasri Ruswendi Yahumri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2 0 10 No. Kode : 26.3.RPTP.1435.A.1

Transcript of LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1...

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

1

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010

Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat dan Sapi (untuk meningkatkan

pendapatan petani sekitar 20 persen)

Oleh

Iswandi HBasri Ruswendi Yahumri

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2 0 10

No. Kode : 26.3.RPTP.1435.A.1

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

2

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat dan Sapi (untuk meningkatkan pendapatan petani sekitar 20 persen

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 4. Penanggung Jawab : a. Nama : Prof.Dr.Ir.Iswandi HB, M.Sc b.Pangkat /Golongan : Pembina Utama (IV/e) c. Jabatan : c1. Struktural : ---- c2. Fungsional : Profesor Riset 5. Lokasi Kegiatan : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten

Mukomuko 6. Status Kegiatan : Lanjutan 7. Tahun Dimulai : 2009 8. Tahun ke : dua 9. Biaya : Rp 35.250.000

Tiga puluh lima juta dua ratus lima puluh ribu rupiah rupiah)p000 (Seratn juta empat ratuupiah)

Mengetahui Kepala Balai,

Penanggung Jawab,

Dr. Ir. Tri Sudaryono, MS

NIP. 19580820 198303 1 002

Prof.Dr.Ir.Iswandi HB, M.Sc NIP 19460930 197703 1 001

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

3

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita selalu mempersembahkan puji dan syukur pada

Allah Subhanahu Wata’ala atas rahmat karunia dan hidayahNya sehingga kegiatan

Pengkajian Integrasi Kelapa Sawit rakyat dan Sapi TA 2010 ini dapat terselenggara

dengan lancar, sehingga dapat dijadikan bahan dalam penyusunan laporan akhir

tahun. Laporan ini disusun sebagai kewajiban penanggung jawab selama

melaksanakan kegiatannya.

Dalam laporan ini dilaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan di Kabupaten

Muko muko. Kegiatan lapangan di Muko muko dilaksanakan mulai bulan April

sampai Desember 2010.

Kegiatan ini melibatkan 20 orang petani kooperator yang sudah mempunyai

tanaman Kelapa Sawit dan Sapi. Namun hanya 9 kooperator yang mempunyai

kelapa sawit sudah berproduksi, yang lain tanaman mereka belum berbuah atau

belum berproduksi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan dan

penyusunan laporan masih banyak ditemui berbagai kekurangan. Oleh karena itu

kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami hargai demi perbaikan laporan

ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semuanya.

Bengkulu, 31 Desember 2010.

Penanggung Jawab Kegiatan

DR.Ir.Iswandi M.Sc

NIP. 19460930 197703 1 001

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

4

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI.................................................................................................. iv DAFTAR TABEL............................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi Ringkasan.................................................................................................... vii Summary..................................................................................................... viii I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1 I.1. Latar Belakang......................................................................................... 1 I.2.Tujuan .................................................................................................... 2 I.3.Target Keluaran ....................................................................................... 2 I.4. Prakiraan Hasil ....................................................................................... 2 I.5. Perkiraan Manfaat dan Target .................................................................. 2 II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4 III. METODA PENELITIAN ............................................................................ 7 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 9 V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………………………… 11 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………… 11 Saran ………………………………………………………………………………………………… 12 VI. KINERJA HASIL PENELITIAN ………………………………………………………………. 13 VII. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….. 14 Lampiran-Lampiran ..................................................................................... 17

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

5

DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Biomassa tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap Hektar ............................................................................ 3 Tabel 2. Komponen Model Integrasi Kelapa Sawit – Sapi ................ 7

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

6

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit......................... 17 Lampiran 2. Kriteria sifat fisik lahan untuk tanaman kelapa sawit............................ 18 Lampiran 3. Potensi Produksi TBS Kelapa Sawit (ton/ha/tahun berdasarkan Kelas lahan...................................................................................... 19 Lampiran 4. Produksi kelapa sawit yang dipupuk dan tidak dipupuk di desa Tanjung Mulia 2010......................................................................... 20

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

7

RINGKASAN

Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) membuka peluang pengembangan agribisnis ternak sapi dan perkebunan kelapa sawit dan dapat menjadi sentra bibit sapi dan industri daging. Dalam jangka panjang hal ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor daging dan sapi bakalan terutama dari negara Australia yang pada tahun 2003 mencapai sekitar 400 ribu ekor. Pengembangan SISKA juga akan memberikan peluang untuk terciptanya lapangan kerja, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta menjaga pelestarian lingkungan dengan cara pemanfaatan limbah pabrik secara optimal. Sistem integrasi sapi dengan kelapa sawit (SISKA) yang ada saat ini perlu kembangkan agar produktivitas ternak sapi yang dipelihara dapat meningkat. Kelembagaan yang ada belum efektif, pengelolaan usaha peternakan sapi masih menyatu dengan usaha kebun, sehingga perlu perbaikan dalam hal sistem pengelolaan dan manajemen organisasi. Sistem integrasi kelapa sawit dan sapi yang akan dikembangkan diharapkan kedua komponen dapat saling menunjang dalam hal penyediaan pupuk organik dan pakan ternak serta tambahan pendapatan untuk petani. Kabupaten Muko-Muko dengan luas 4.036, 7 ha dengan penduduk 158.590 mempunyai luas tanaman kelapa sawit yang menghasilkan (TM) 6.015,75 ha dengan jumlah rumah tangga 9.989 rumah tangga. Setiap hektar tanaman kelapa sawit dengan populasi 130 batang, akan menghasilkan minyak mentah (CPO) sebesar 175 – 250 kg tergantung kadar minyak dari jenis yang ditanam. Disamping minyak segar setiap hektar kebun kelapa sawit menghasilkan biomas yang cukup besar bila diolah menjadi pakan dan pupuk organik. Tanaman kelapa sawit yang ditanam petani umumnya hanya diberi pupuk kandang yang tersedia di lokasi dengan takaran yang seadanya (tanpa adanya takaran yang pasti). Petani memberikan pupuk dalam keadaan segar, atau pun kotoran sapi yang dikeluarkan di kebun karena kebun kelapa sawit juga di gunakan tempat menambatkan sapi. Dari hasil pengamatan terhadap produksi buah (Tandan Buah Segar, TBS) terhadap tanaman yang berumur 3-5 tahun dan > 6 tahun didapatkan data sebagai berikut: Tanaman yang berumur > 6 tahun yang di pupuk dengan NPK menghasilkan 10 – 20 kg/batang/panen dan tanaman yang tidak di pupuk 1,0 – 6,8 kg/batang/panen. Disini terlihat peningkatan produksi yang nyata. Namun demikian pertambahan berat sapi per hari termasuk rendah tidak mencapai 0,2 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan petani hanya memberikan rumput alam yang diarit pada sore hari (untuk makan malam sapi) sedangkan pada siang hari sebagian di tambatkan di kebun sawit. Sapi dewasa terlihat sehat namun anak sapi yang baru lahir memerlukan obat cacing. Selama tahun 2009 walaupun pemberian makanan tambahan berupa daun/pelepah kelapa sawit untuk sapi belum direspon secara merata oleh petani. Baru beberapa orang petani yang melakukan dan sapi mereka mau memakan daun kelapa sawit. Untuk tahun 2010 perlu dikhususkan beberapa kooperator yang akan melaksanakan pemberian pakan tambahan berupa daun/pelepah kelapa sawit dan solid. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan peneliti melakukan bimbingan terhadap petani kooperator.

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

8

EXECUTIVE SUMMARY

Palm Oil – Cattle Integration system offer the chance to develop palm oil – cow agribussiness production, cow breeding as well as beef production and in long run will be reduced the dependency of import. Palm Oil – Cow Integration System offer the prospect to create job opportunity, regional in come, guarding clean environment through optimum utilization of factory waste. The present Palm Oil – Cow need to be improved to increase cow productivity. The present farmers organization were not effectively function, cow management were done under plam oil tree unless additional feed were given. The integrated palm oil cow system which will developed is the system where the two component must be integrated each other in term of feed for cow from palm oil leaves and cow disposal to fertilized palm oil as well as provided the additional income for farmers. Muko muko District cover the area of 4,036.7 ha with population 158,590 head have palm oil plantation 6,015.75 ha and the number of household involves 9,989. Every hectare land have 130 palm oil plant will produce Crude Palm Oil around 175 – 250 kg depend on variety planted. Beside Crude palm oil palm oil also produced abundant biomass which can be processed to become organic fertilizer. Farmer only applied cow manure available in situ during planting and is fresh farm manure which available in situ without processed earlier and exact amount they applied. Observation on production of Fresh Fruit Bunch (FFB) to palm oil at age 3-5 and over 6 year old are as follow: palm oil more than 6 years old which fertilized with organik manure and NPK fertilizer producwed 10 – 20 kg/plant/harvest while plant without fertilizer produced only 1,0 – 6,8 kg/plant/harvest.

However cow daily weight gain is less than 0,2 kg/head. The reason might be due to farmers give only natural grass for cow during the night and during the day cow tied under palm oil trunk. Adult cow look healhty but newly born infected by nematode. During 2009 assessment program additional feed (pelepah sawit) did not adopted by cooperator farmers. During the coming year (2010) several cooperator to be selected to give additional feed namely palm oil and solid will applied be several cooperator whose able to do it. Arrangement were done to make easy for researcher to provide extension and guidance to farmers.

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

9

PENDAHULUAN

Hingga saat ini telah diketahui bahwa SISKA yang dikembangkan oleh PT.

Agricinal memberi manfaat dan nilai tambah bagi karyawan maupun petani plasma

yang dibinanya. Melalui SISKA suplai tandan buah segar (TBS) untuk pabrik kelapa

sawit dan pakan ternak sapi dapat berkelanjutan, pendapatan pemanen meningkat

serta terjadi efisiensi biaya perusahaan (BPTP, 2003).

Disisi lain dengan adanya SISKA terbuka peluang pengembangan agribisnis

ternak sapi dan perkebunan kelapa sawit dan dapat menjadi sentra bibit sapi dan

industri daging. Dalam jangka panjang hal ini akan mengurangi ketergantungan

Indonesia terhadap impor daging dan sapi bakalan terutama dari negara Australia

yang pada tahun 2003 mencapai sekitar 400 ribu ekor (Puslitbangnak, 2003).

Pengembangan SISKA juga akan memberikan peluang untuk terciptanya lapangan

kerja, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta menjaga pelestarian

lingkungan dengan cara pemanfaatan limbah pabrik secara optimal (Soentoro dan

Azmi, 2003).

Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang dilakukan oleh BPTP pada tahun

2003 diperoleh kesimpulan bahwa model pengembangan SISKA yang dilakukan oleh

PT. Agricinal belum optimal dalam penerapan teknologi budidaya ternak sapi

maupun pengembangan kelembagaannya. Penerapan teknologi budidaya ternak sapi

potong meliputi aspek reproduksi, pakan, manajemen serta kontrol terhadap

penyakit belum diterapkan secara baik, sehingga produktivitasnya rendah. Tingkat

kelahiran sapi di wilayah inti adalah 42%, sedangkan di wilayah plasma adalah 38%

(BPTP, 2003). Lantai kandang sapi di lokasi perkebunan kelapa sawit umumnya

masih becek dan ternak sapi yang dipelihara masih banyak yang terserang penyakit

cacing dan kembung. Jumlah dan nilai gizi pakan yang diberikan oleh peternak

belum mencukupi kebutuhan gizi, sehingga penampilan sapi belum sesuai dengan

potensi genetiknya (Mathius et al., 2003).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, naum produksi yang

tinggi akan dicapai pada tanah dengan solum dalam, drainase baik dan bukan pada

tanah gambut, topografi datar dan subur, dengan curah hujan antara 2.000-2.500

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

10

mm/tahun yang tersebar merata, tanpa adanya periode kering lebih dari 3 bulan dan

kelembaban udara sebaiknya > 75%. Besarnya minat petani dan pengusaha untuk

menanam kelapa sawit menyebabkan meluasnya penanaman kelapa sawit pada

lahan gambut, dimana ditinjau dari segi kemampuan lahan sudah barang tentu

produksi yang diperoleh tidak akan menyamai produksi di lahan subur (kelas I, II,

dan III). Namun dengan pemeliharaan yang baik usaha perkebunan kelapa sawit di

lahan gambut, masih memberi harapan. Lahan gambut adalah lahan rawa yang

mempunyai lapisan gambut dengan berbagai ketebalan (Widjaya-Adhi, 1988): (a)

gambut dangkal (50-100 cm), (b) gambut sedang (100-200 cm), (c) gambut dalam

(>200 cm). Sedangkan lahan dengan ketebalan gambut <50 cm disebut lahan

bergambut.

Djaenudin et al., (2003), membagi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman

kelapa sawit berdasarkan faktor iklim dan tanah. Persyaratan mencakup temperatur,

ketersediaan air dan ketersediaan oksigen. Faktor tanah mencakup media

perakaran, ketebalan gambut, retensi hara, toksisitas, sodisitas, bahaya sulfidik,

bahaya erosi, bahaya banjir dan singkapan batu (Lampiran 1). Lubis (1992, 1994)

menggolongkan berdasarkan sifat fisik lahan (Lampiran 2) dan potensi produksi

kelapa sawit masing-masing kelas lahan (Lampiran 3).

Untuk meningkatkan pendapatan petani sebesar 20 persen dilaksanakan

pengkajian Model Integrasi Kelapa Sawit dan ternak Sapi pada kebun kelapa sawit

petani di Kabupaten Mukomuko, sehingga didapatkan model integrasi kelapa sawit

dan sapi yang mampu meningkatkan pendaptan petani sebesar 20 persen.

Model integrasi Tanaman Perkebunan dan Ternak yang ditemukan

diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan kerja.

Menciptakan sistem usaha tani yang zero waste (tanpa limbah) dan secara tidak

langsung akan berdampak pada konservasi lahan dan perbaikan kesuburan lahan

serta mengurangi ketergantungan pada input dari luar (pupuk anorganik) mengingat

limbah kebun dan pabrik kelapa sawit cukup banyak yang dapat digunakan sebagai

pakan ternak (Tabel 1).

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

11

Tabel 1. Biomassa tanaman dan olahan kelapa sawit untuk setiap hektar .

Biomassa Segar (kg)

Daun tanpa lidi 1.430

Pelepah 9.292

Tandan kosong 3.680

Serat perasan 2.880

Lumpur sawit (solid 4.704

Bungkil kelapa sawit 560

Total biomas 22.546

Keterangan: ha = 130 pohon: 1 pohon menghasilkan 22 pelepah per tahun 1 pelepah, beratnya 2,2 kg (hanya 1/3 bagian yang dimanfaatkan; bobot daun per pelepah 0,5 kg. Tandan kosong 23 % dari TBS

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

12

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan,

perkembangannya cukup pesat dibandingkan dengan komoditas lain terutama

terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Untuk seluruh Indonesia, pada tahun 1986 luas

pertanaman kelapa sawit hanya sekitar 593.800 ha, semenjak tahun 2001 sampai

2006 perkembangan luas tanam kelapa sawit cukup pesat yaitu: 4.713.000 ha

(2001); 5.067.000 ha (2002); 5.239.000 ha (2003); 5.284.000 ha (2004); 5.454.000

ha (2005); dan 6.074.000 ha (2006) (Ditjen Perkebunan, 2007). Pesatnya

perkembangan kelapa sawit di Indonesia didukung oleh kondisi tanah dan iklim yang

memang sesuai untuk tanaman kelapa sawit, dan ini merupakan salah satu

keunggulan komparatif Indonesia di industri kelapa sawit (Elizabeth dan Ginting,

2003). Kelapa sawit juga memiliki keunggulan produktivitas yang lebih tinggi

dibandingkan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit dapat menghasilkan

minyak sekitar 7 ton/ha, sedangkan kedelai menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha.

Disamping itu kelapa sawit juga memerlukan biaya produksi yang lebih rendah. Luas

tanaman kelapa sawit berproduksi di Indonesia pada tahun 2000 telah mencapai

2,014 juta ha, dengan laju pertumbuhan 12,6%/tahun (Liwang, 2003 dalam

Diwiyanto et al., 2004).

Perluasan kebun kelapa sawit akan menyebabkan peningkatan produk

samping yang berpotensi mengganggu lingkungan apabila tidak dikelola dengan

baik. Beberapa sumber mengemukakan bahwa ternak ruminansia dapat difungsikan

sebagai fabrik pengolah limbah kelapa sawit (daun dan pelepah) yang menghasilkan

bahan organik dan sekaligus sebagai bahan dasar pakan ternak ruminansia seperti

disajikan pada Tabel 1 (Corley, 2003; Mohammad et al., 2004; Jalaludin et al., 1991;

Noel, 2003).

Perkembangan populasi ternak ruminansia di Indonesia menunjukkan hal

yang kurang menggembirakan, sehingga produksi daging dan susu nasional saat ini

masih belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat (Elizabeth dan Ginting,

2003). Salah satu faktor yang mempengaruhi terkendalanya pengembangan

populasi ternak ruminansia di Indonesia adalah semakin terbatasnya lahan

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

13

pertanian, baik sebagai basis pengembangan ternak maupun sebagai sumber pakan

hijauan.

Usaha peternakan sapi sebagaimana dikembangkan oleh PT Agricinal di

Bengkulu merupakan alternatif yang dapat dijadikan model yang secara teknis,

ekonomis, sosial dan lingkungan layak untuk dikembangkan. Pengembangan Sistem

integrasi sapi dengan kelapa sawit (SISKA) untuk kawasan perkebunan lainnya

dapat dimodifikasi, disesuaikan dengan kondisi agroekologi, sosial ekonomi

masyarakat serta peluang pengembangan dan pemasaran sapi. Integrasi usaha

peternakan dengan tanaman perkebunan kelapa sawit memberikan dampak yang

sangat besar, terutama dalam memperbaiki manajemen pengelolaan perkebunan

kelapa sawit dan pengelolaan sapi yang efektif bagi peningkatan produktivitasnya

(Zainudin dan Zahari, 1992; Damanik, 1994; Ditjen BP Peternakan, 2002).

Namun demikian sampai saat ini integrasi kelapa sawit dan sapi yang efisien

hanya terdapat pada tingkat perkebunan besar, sedangkan pada tingkat petani

masih merupakan dua kegiatan yang terpisah. Pemeliharaan kelapa sawit di satu sisi

dan pemeliharaan ternak sapi di sisi lain atau belum ada suatu integrasi yang efisien

yang menuju pada zero wastes. Untuk mencapai suatu sistem integrasi yang saling

terkait antara kedua komponen dilaksanakan kegiatan integrasi kelapa sawit dan

sapi di desa Tanjung Mulia, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko mulai 2009

sampai 2011.

Driessen dan Dudal (1989) menyatakan lahan gambut sangat masam, pH 3-

4,5 dan kandungan bahan organik <5%. Fraksi organik tanah mengandung lignin,

seluulosa, hemisellulosa dan protein, tannin, resin dalam jumlah yang relatif kecil.

Kandungan abu, K2o, P2O dan Si2O pada tanah lapisan atas menurun setelah

deforestasi, tetapi CaO dan MgO cenderung meningkat. Kandungan nitrogen tanah

gambut berkisar antara 2.000 – 4.000 kg/ha pada kedalaman 0 – 20 cm, tetapi

hanya sebagian kecil yang tersedia bagi tanaman. Selanjutnya Widjaya-Adhi et al.,

(1990) menyatakan gambut dalam dan sering disebut sebagai lahan yang tidak

layak huni dan tidak direkomendasikan untuk usaha transmigrasi, namun

kenyataannya lahan tersebut masih digunakan untuk pemukiman dan penanaman

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

14

tanaman tahunan. Lahan gambut yang tersebar sangat luas di tanah air Indonesia,

mulai dimanfaatkan untuk perluasan kebun kelapa sawit karena mengandung

lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi. Lapisan atas terdiri dari gambut

yang tebalnya bervariasi antara 20-40 cm, terdiri atas partikel halus yang bukan

mineral, berstruktur remah dan berkonsistensi gembur. Lapisan kedua adalah

lapisan lempung berpasir berwarna hitam dan bercampur dengan humus,

konsisitensi teguh dan berstruktur gumpalserta selalu berada dibawah permukaan

air dalam suasana reduksi total. Secara umum gambut mempunyai berat isi (bulk

density) yang rendah, berkisar antara 0,05-0,25 gr/cm3, dan gambut yang telah

direklamasi akan lebih padat dengan berat isi berkisar antara 0,1-0,4 gr/cm3, jauh

lebih rendah dari tanah mineral dengan berat isi sekitar 1 gr/cm3 (Bouman dan

Driessen, 1985). Hal ini berakibat pada pertumbuhan kelapa sawit yang tidak

vertikal tapi melengkung pada pangkal batang sebelum tumbuh vertikal. Dengan

pemeliharaan yang baik kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi pada lahan

gambut sampai kedalaman 90-120 cm.

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

15

METODA PENELITIAN

Dalam Kabupaten Mukomuko dipilih Kecamatan dan desa dimana sudah ada

petani kelapa sawit yang memelihara sapi dan sudah mulai dikandangkan.

Pembanding diambil petani yang mempunyai kelapa sawit saja, atau sapi saja atau

dan kelapa sawit dan sapi yang masih dilepas. Pembanding di usahakan dalam desa

pengkajian atau desa tetangga.

Pengkajian ini melibatkan 18 petani kooperator yang menerapkan model

agribisnis kelapa sawit yang berintegrasi dengan ternak sapi (Tabel 2). Model yang

diteliti dalam kegiatan ini mengarah pada zero waste (tak ada limbah) dimana

limbah kelapa sawit berupa pelepah, daun dan solid digunakan sebagai pakan sapi,

selanjutnya limbah ternak (kotoran ternak) digunakan sebagai pupuk dan bahan

dasar untuk membuat biogas.

Tabel 2. Komponen Model Integrasi Kelapa Sawit – Sapi.

Komponen Implementasi dalam model

Kelapa Sawit Kelapa sawit di pupuk dengan pupuk kimia

Kelapa sawit di pupuk dengan pupuk kimia dan kompos berasal dari limbah sapi.

Sapi Pakan tambahan sapi berasal dari pelepah dan daun kelapa sawit.

Pakan tambahan sapi berasal solid

Sapi digunakan sebagai tenaga angkut TBS (tandan buah segar).

Pemanfaatan kotoran ternak untuk kompos dan biogas/bio urine.

Kelapa sawit

Diantara 18 orang petani kooperator hanya 9 kooperator yang mempunyai

tanaman kelapa sawit yang sudah berproduksi, sedang yang lainnya belum

walaupun umur tanaman sudah lebih dari 5 tahun. Dari kondisi ini dapat dilihat

bahwa sebelumnya petani tidak mengelola tanaman secara benar (di pupuk) dan

juga banyak diantaranya yang menanam bibit asalan.

Tanaman petani kooperator yang bervariasi luasnya 0,25- 1 ha perlakuan

pupuk diberikan untuk 10 batang/kooperator dipupuk dengan NPK Mutiara sebanyak

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

16

1 kg/batang. Sedangkan yang sisanya menurut cara pemeliharaan petani, yaitu tidak

memakai pupuk kimia atau memberi pupuk seadanya malahan ada yang tidak

dipupuk samasekali. Pengamatan hasil dilakukan tiap panen (per 2 minggu).

Caranya produksi dari tanaman yang di pupuk ditimbang terpisah dan dicatat

sebelum ditimbang total produksi dari masing-masing petani kooperator. Berat dari

sepuluh batang tanaman yang dipupuk ditabulasikan terpisah dengan tanaman yang

tidak dipupuk dan di ektrapolasikan ke luasan satu hektar. Produksi kelapa sawit

setiap bulan selama tahun 2010 ditabulasikan sehingga dapat dilihat pengaruh

pemberian pupuk NPK, besaran kenaikan hasil akibat pupuk dan trend produksi

dalam 1 tahun.

Sapi

Untuk melihat perkembangan berat sapi perhari dilakukan penimbangan sapi

dengan interval satu, dua atau 3 bulan. Pertambahan berat sapi per hari dari

diketahui dengan membagi pertambahan berat dari waktu penimbangan sebelumnya

dengan faktor pembagi adalah selisih hari antara waktu penimbangan terakhir

dengan waktu sebelumnya.

Pengamatan

Dalam pengkajian ini data yang diamati untuk kelapa sawit adalah produksi

per bulan sedang untuk sapi adalah data pertambahan berat sapi harian. Data yang

diperoleh ditabulasikan secara sederhana.

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Integrasi Kelapa sawit dan sapi yang diharapkan belum didapatkan

dalam kegiatan ini selama kegiatan tahun 2010, disebabkan sebegitu jauh data yang

didapat khusus produksi kelapa sawit yang diberi pupuk NPK di bandingkan dengan

produksi kelapa sawit yang tanpa dipupuk. Data pertambahan berat ternak

walaupun sudah dilakukan penimbangan secara reguler namun petani kooperator

tidak membawa sapi untuk ketempat penimbangan pada waktu dan tempat yang

sudah disepakati. Dengan sendirinya Model Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi yang

diharapkan belum didapatkan.

Kelapa sawit

Pengamatan produksi selama tahun 2010 pada tanaman yang berumur 5 – 8

tahun menghasilkan 10,6 – 16,6 ton TBS/ha/th pada tanaman yangn dipupuk,

sedangkan tanaman yang tidak di pupuk hanya menghasilkan 2,9 – 5,3 ton

TBS/ha/th. Produksi per batang tanaman yang dipupuk berkisar antara 77 – 126 kg

TBS/th, sedangkan tanaman yang tidak dipupuk hanya menghasilkan 32 – 40 kg

TBS/bt/th (Lampiran 4). Produksi tersebut setara dengan produksi tanaman yang

dikelola perusahaan perkebunan pada lahan gambut dalam (Lampiran 3).

Pada tanaman berumur 6 – 8 tahun produksi tanaman di lahan gambut yang

dikelola perkebunan menghasilkan 19 – 23 ton TBS/ha/th. Hal ini dapat dipahami

tanaman petani di lokasi pengkajian dipupuk secara intensif dua tahun terakhir. Bila

petani dapat melanjutkan pemberian pupuk untuk tahun berikutnya diperkirakan

produksi dapat menyamai produksi di lahan gambut sedang atau dangkal yang

dikelola perkebunan.

Lubis (1992) menjelaskan bahwa tanah gambut memiliki potensi yang baik

untuk ditanami kelapa sawit. Sebagai contoh kemampuan produksi/ha/tahun di

kebun Ajamu tanaman yang ditanam tahun 1975 sebagai berikut: umur 4,5,6,7,8,9

dan 10 tahun berturut-turut 18, 20, 23, 28, 29, 29 ton TBS/ha/tahun. Di Malaysia

kemampuan produksi kelapa sawit di lahan gambut dangkal rata-rata adalah 23,7

ton TBS/ha/tahun. Untuk gambut sedang dan gambut dalam masing-masingnya

20,2 dan 17,3 ton TBS/ha/tahun. Potensi produksi dari masing-masing kelas lahan

ditentukan oleh kualitas bahan tanaman yang digunakan dan tindakan kultur teknis

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

18

yang diterapkan. Produksi rata-rata kelapa sawit di desa Talang karet Muko muko

umur 5,6,7 dan 8 tahun masing-masingnya 7,7; 13,1; 14, 0; dan 18,3 ton

TBS/ha/tahun (Basri dan Shoffahayati, 2007), menyamai produksi kelapa sawit

dilahan gambut dangkal di Malaysia (Lubis, 1992).

Richardson (1970) menjelaskan dalam banyak kasus produksi meningkat

dengan pemberian pupuk, namun biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk jauh

lebih besar dari pada peningkatan produksinya. Pada kondisi lahan dan iklim

mendekati ideal, produksi TBS dapat mencapai 20-30 ton/ha/th yang setara dengan

214-229 kg TBS/batang/th pada populasi tanaman 131 batang/ha. Produksi rata-

rata berkisar antara 18-24 ton/ha/th setara dengan 137-183 TBS/batang/th dapat

dicapai. Pada kondisi lahan dan iklim yang kurang mendukung dapat menghasilkan

10-16 ton/ha/th yang setara dengan 76-122 kg TBS/batang/th.

Dalam kajian ini satu orang petani kooperator (kooperator no 4, lihat Tabel

4) mendapatkan produksi TBS pada perlakuan yang tidak dipupuk NPK

menghasilkan lebih tinggi dari perlakuan yang dipupuk. Hal ini terjadi karena yang

bersangkutan menanam bibit baik dan memupuk tanamannya sebelum adanya

pengkajian.

Produksi TBS per bulan bila di persentasekan terlihat produksi per bulan

bervariasi antara 3 – 12 persen. Data ini menggambarkan tidak ada satu bulan yang

menghasilkan produksi diatas 15 persen. Hal ini menandakan bahwa lingkungan

cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit. Produksi tinggi umum terjadi antara bulan

Januari sampai Agustus dan menurun sampai bulan Desember. Hal ini berhubungan

dengan penyinaran matahari yang menurun dari bulan Agustus sampai bulan

Desember.

Sapi

Sampai saat terakhir kegiatan ini petani tidak mampu mendapatkan solid dan

tidak memberikan pelepah kelapa sawit sebagai pakan tambahan sebagai mana

dicantumkan dalam proposal kegiatan ini. Sangat disayangkan data pertambahan

berat sapi yang hanya diberikan rumput alam tidak dapat ditampil kan karena petani

kooperator tidak membawa sapi mereka ketempat penimbangan secara reguler.

Malahan sering terjadi sapi yang ditimbang dari waktu ke waktu tidak tetap.

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Model Integrasi Kelapa sawit dan Sapi yang diharapkan dapat diformulasikan

dalam pengkajian ini belumm dapat disajikan.

2. Pengelolaan tanaman kelapa sawit dan sapi di desa Tanjung Mulia masih

tradisional dalam hal pemberian pupuk dan pakan dan perkawinan walaupun

sudah ada perlakuan Inseminasi Buatan. Hal ini terbukti tanaman yang

berumur < 5 tahun belum ada yang berbuah. Secara normal tanaman yang

berumur 3 tahun sudah berbuah pasir. Yang dapat diamati pada tanaman

yang dipupuk daun yang baru keluar mempunyai warna hijau mengkilat

sadangkan yang tidak di pupuk berwarna hijau kusam.

3. Selama tahun 2010 penimbangan ternak baru dilakukan satu kali dan tidak

dicantumkan dalam kesimpulan karena tidak diperoleh peningkatan berat

per waktu tertentu. Pertambahan berat sapi per hari termasuk rendah tidak

mencapai 0,2 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan petani hanya memberikan

rumput alam yang diarit pada sore hari (untuk makan malam sapi)

sedangkan pada siang hari sebagian di tambatkan di kebun sapi. Sapi

dewasa terlihat sehat namun anak sapi yang baru lahir memerlukan obat

cacing.

4. Dengan segala keterbatasan yang ada pada lahan gambut baik ditinjau dari

segi fisik dan kimia ternyata dapat dimanfaatkan untuk usaha tanaman

tahunan dalam ini kelapa sawit. Lahan gambut yang memungkinkan untuk

ditanami kelapa sawit adalah gambut dangkal sampai gambut sedang.

5. Untuk berhasilnya penanaman kelapa sawit di lahan gambut, faktor

pemeliharaan khususnya pengaturan drainase dan pemupukan harus benar-

benar diperhatikan.

6. Pemberian pupuk NPK Mutiara secara berkala dapat diharapkan

meningkatkan produksi tanaman menyamai produksi di gambut sedang atau

dangkal yang dikelola perusahaan perkebunan.

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

20

Saran

1. Dalam upaya menciptakan suatu sistem integrasi kelapa sawit sapi, perlu

ditingkatkan pengelolaan tanaman kelapa sawit dan sapi sehingga integrasi

antara kedua komponen dapat berjalan dengan baik.

2. Pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk ternak dan limbah ternak untuk

kelapa sawit mulai ditingkatkan dengan memanfaatkan pelepah sawit untuk

ternak.

3. Pemanfaatan limbah ternak untuk tanaman kelapa sawit dimulai dengan

membuat rumah kompos sehingga petani terbiasa dengan mengelola limbah

dan selanjutnya di arahkan pada pembuatan biogas.

4. Pemberian solid harus digiatkan karena hal ini mencerminkan integrasi antara

tanaman dan ternak, yang belum komplit kalau hanya pupuk kandang saja

yang dimamfaatkan untuk pupuk, sedang limbah kelapa sawit belum

dimanfaatkan oleh ternak.

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

21

KINERJA HASIL PENELITIAN

Kegiatan pengkajian ini menitik beratkan kegiatan pada integrasi antara

kelapa sawit dan sapi dimana limbah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan

sapi dan limbah ternak digunakan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit sesudah dip

roses menjadi kompos. Namun model yang diharapkan belum dapat disajikan

berhubung berbagai kendala di lapangan. Kelapa sawit yang tidak dipupuk selama

ini dengan diberikan pupuk anorganik sudah menunjukkan peningkatan hasil yang

nyata dan sudah menyamai hasil produksi kelapa sawit yang di kelola oleh

perusahaan perkebunan. Dalam kegiatan ini belum semua hasil pengkajian dapat

diterapkan oleh petani dilapangan yaitu pemberian pakan tambahan untuk sapi tidak

terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan oleh ketidaktersediaan bahan yang

dibutuhkan di lapangan dan juga disebabkan petani masih beranggapan bahwa

masih mudah untuk men dapatkan rumput alam disekitar lokasi. Pakan tambahan

yang diintroduksikan adalah lumpur pabrik kelapa sawit ternyata tidak berhasil di

dapatkan petani walaupun sudah menghubungi beberapa pabrik kelapa sawit

disekitar lokasi pengkajian.

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

22

DAFTAR PUSTAKA

Basri, I.H., dan Shoffahayati. 2007. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut di Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Bouman, S.A.M., and P.M. Driessen. 1985. Physical Properties of Peat Soil Affecting Rice-Based Cropping Systems, p:71-83 In IRRI. Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos Laguna Philippines.

Damanik.K.1994. Integrasi Ternak Domba dengan Perkebunan Kelapa Sawit Prospek dan Tantangannya. Prosiding Ruminansia Kecil. Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sei Putih. Sub Balitnak Sei Putih. De Geus, J.G. 1973. Oil Palm. p: 337-362. In De Geus and Spraque (Eds).

Fertilizer Guide for the tropics and Subtropics. Centre d’ Etude de I’ Azote Zurich.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2002. Integrasi Ternak dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Departemen Pertanian.

Ditjen Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit. Direktorat

Jenderal Perkebunan, Jakarta. Diwiyanto, K., D. Sitompul, I.Manti, I-Wayan Mathius, Soentoro. 2004. Pengkajian

Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama. Dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan P.T. Agrisinal. Bengkulu 9–10 September 2003 hal: 11-22.

Djaenudin D, H. Marwan, H.Subagio, dan A.Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis

Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak, badan Litbang Pertanian.

Jalaludin., S, Z.A. Jelan, N. Abdullah and Y.H.Ho. 1991. Recent Developments in the Oil Palm By-Product Based Ruminant Feeding System, MSAP, Penang, Malaysia pp: 35-44.

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

23

Driessen, P.M., and R.Dudal.1989. Lecture Notes on the Geography, Formati on, Properties and Use of the Major soils of the World. Agricultural University Wageningen and Katholieke Universiteit Leuven, Wageningen, Leuven.

Elizabeth., J, dan S.P.Ginting. 2004. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa

Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit–Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama Dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan P.T. Agrisinal. Bengkulu 9–10 September 2003. hal 110-119.

Lubis, H.A.U. 1992. Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Marihat Sumatera Utara. Lubis, H.A.U. 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq). Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Mathius, W., Azmi, A.R.Setioko, B.P. Manurung, D.M. Sitompul dan Rokhman. 2003. Pemanfaatan Produk Samping Tanaman Kelapa Sawit (pelepah) sebagai Bahan Dasar Pakan Sapi. Laporan Akhir Penelitian. Proyek PAATP dan Bagian Proyek Penelitian Peternakan Ciawi-Bogor. Badan Litbang Pertanian.

Mohammad, H., H.A. Halim and T.M. Ahmad. 1986. Availability and Potencial

of oil palm trunks and fronds up to the 2000. Palm Oil Research Institute of Malaysia (PORIM) 20: 1-17.

Noel, J.M. 2003. Products and by-product Burotrop 19:8. Puslitbangnak. 2003. Laporan Tahunan Puslitbang Peternakan. Richardson, R.L. 1970. Oil Palm In Detecting Mineral Nutrient Deficiencis in

Tropical and Temperate Crops (Plucknett and Spraque Eds) p: 395-404. Westview Press San Francisco.

Soentoro, Azmi. 2003. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Sapi melalui Sistem Integrasi dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Laporan Kegiatan. (tidak dipublikasikan).

Widjaya-Adhi, I.P.G. 1988. Physical and Chemical Characteristics of Peat Soil

of Indonesia. IARD Journal Vol 10 No.3:59-64.

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

24

Widjaya-Adhi, I.P.G., I.G.M. Subiksa, Sutjipto Ph, dan B. Radjagukguk. 1990. Pengelolaan Tanah dan Air Lahan Pasang Surut: Study Kasus Karang Agung Sumatera Selatan hal 121-131 dalam Syam et al., (Eds) Usahatani di Lahan Pasang Surut dan Rawa Swamps II. Bogor 19-21 September 1989. Badan Litbang Pertanian.

Zainudin,AT. and M.W.Zahari. 1992. Research on Nutrition and Feed Resources to enhance Livestock Production in Malaysia,Proc. Utilization of Feed Resources in Relation Nutrition and Physiology of Ruminants in the Tropics. Trop.Agric.Res Series.

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

25

Lampiran 1. Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit.

Persyaratan

penggunaan/

karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur: Rata-rata (0C)

25-28

22-25 28-32

20-22 32-35

<20 >35

Ketersediaan air (mm) Lama bulan kering (bln)

1.700-2.500

<2

1.45-1.700 2.500-3.500

2-3

1.250-1.450 3.500-4.000

3-4

<1.250 >4.000

>4

Ketersediaan oksigen/drainase

Baik,sedang Agak terhambat

Terhambat Sangat terhambat

Media perakaran: Tekstur Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

Halus, agak

halus, sedang

<15 >100

-

15-35 75-100

Agak kasar

35-55 50-75

Kasar

>55 <50

Gambut: Ketebalan (cm) Kematangan

<60

Saprik

60-140

Saprik,hemik

35-55 50-75

Fibrik

Resistensi hara: KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik

>16 >20

5,0-6,5

>0,8

< 16 < 20

4,2-5,0 6,5-7,0 <0,8

- -

<4,2 >7,0

- - - - -

Sumber: Djaenudin et al., (2003)

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

26

Lampiran 2. Kriteria sifat fisik lahan untuk tanaman Kelapa Sawit.

Uraian Kelas Kesesuaian Lahan

Baik (I) Sedang (II) Kurang baik (III)

Tidak baik (IV)

Tinggi tempat (m)

0-400 0-400 0-400 0-400

Topografi

Datar- berombak

Datar-berombak bergelombang

Berbukit -

Lereng (%) 0-15 16-25 25-35 >36

Solum (cm) >80 80 60-80 <60

Air Tanah (cm) >80 60-80 50-60 40-50

Tekstur

Lempung-lempung liat

Lempung liat, liat

Pasir-lempung-liat

Pasir

Organik (cm)

Batuan Dalam Dalam Dalam Sedikit

Drainase Baik Baik Agak baik Agak baik

Banjir t.a t.a t.a Sedikit

Pasang surut t.a t.a t.a ada

Sumber: Lubis (1992)

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

27

Lampiran 3. Potensi Produksi TBS Kelapa Sawit (ton/ha/tahun) berdasarkan kelas lahan.

Umur tanaman (th)

kelas lahan

Tanah mineral Tanah gambut * I II III Dangkal Tengahan Dalam

3 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 4 17,0 16,0 14,0 13,0 11,0 7,0 5 22,5 21,0 18,0 17,0 12,0 11,0 6 27,0 24,5 21,0 19,0 14,0 13,0 7 29,0 27,0 24,5 22,0 15,0 14,0 8 31,5 28,0 26,5 23,0 19,0 17,0 9 32,0 30,0 27,0 25,0 23,0 21,0 10 32,0 30,0 27,0 25,0 23,0 21,0 11 32,0 30,0 27,0 25,0 23,0 21,0 12 32,0 30,0 27,0 25,0 23,0 21,0 13 31,5 29,5 26,5 24,5 22,5 20,5 14 31,5 28,5 25,5 23,5 21,5 18,5 15 30,0 27,5 25,0 22,5 21,0 18,5 16 29,0 26,5 24,0 21,5 20,0 19,0 17 28,0 26,0 23,0 20,5 19,0 17,0 18 27,0 24,5 22,5 19,5 18,0 16,0 19 26,0 23,5 21,0 18,5 17,0 15,0 20 25,0 22,5 20,5 17,5 16,5 14,0 21 23,5 21,5 19,5 16,5 15,5 13,0 22 22,0 20,5 18,5 15,5 14,5 12,0 23 21,0 19,5 17,5 14,5 13,5 11,0 24 19,5 18,5 17,0 13,5 13,0 10,0 24 18,5 17,5 16,5 13,0 12,0 9,0

Total 596,5 550,5 496,0 441,0 397,0 344,0 Rata-rata 25,93 23,93 21,56 19,17 17,26 14,98

Sumber: Lubis H.A.U. (1992) Angka olahan.

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010bengkulu.litbang.pertanian.go.id/.../dokumen/LAPKHIR2010/sawit.pdf · 1 LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 Pengkajian Pengembangan Model Integrasi Kelapa Sawit Rakyat

23

Lampiran 4. Produksi kelapa sawit yang di pupuk dan tidak dipupuk di Desa Tanjung Mulia 2010.

No Petani Luas Pupuk Bulan Btg/th Ha/th

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Aris ¼ NPK 0

5,0 4,3

6,0 1,7

6,5 2,2

6,0 3,9

6,5 2,2

10,5 5,2

12,0 4,6

6,0 2,0

6,0 2,4

6,5 2,4

4,0 4,8

3,0 3,7

78 40

10.296 5.280

2 Parlan ¾ NPK 0

10,0 0,6

9,0 1,2

8,0 0,8

9,0 0,8

6,0 2,7

10,9 2,2

11,0 4,4

5,0 2,2

5,0 2,2

6,5 2,5

2,5 0,9

2,7 1,1

89 22

11.748 2.904

3 Nasiri ¼ NPK 0

5,0 2,2

6,0 3,9

5,0 2,4

6,0 3,5

8,0 0,9

11,5 4,3

11,5 4,3

6,5 1,5

6,0 2,0

6,5 2,2

2,0 2,2

2,5 2,0

85 31

11.220 4.092

4 Sajuni ¼ NPK 0

10,0 2,6

15,0 30,4

20,0 26,1

14,0 28,7

7,5 31,5

15,5 45,4

15,0 52,2

7,0 33,9

7,5 35,9

9,0 37,4

3,0 18,3

3,0 17,2

126 390

16.632 51.480

5 Giman 1 NPK 0

16,6 4,4

17,0 5,2

16,5 5,0

18,0 4,9

7,0 0,6

12,5 1,1

11,5 1,1

6,5 0,6

6,0 2,3

7,0 1,1

2,5 1,0

2,7 0,6

124 29

16.368 3.828

6 Basuki 1 NPK 0

14,0 3,8

15,6 4,1

15,5 3,6

16,0 4,2

7,5 2,7

12,0 5,5

12,5 4,7

7,0 2,3

6,0 2,3

7,0 3,1

3,0 2,6

2,9 2,8

119 37

15.708 4.884

7 Gatot ¼ NPK 0

- -

10,0 4,5

9,0 2,7

11,0 3,6

6,5 2,3

11,5 4,3

11,0 5,4

5,5 2,5

5,0 2,5

5,5 2,7

2,0 2,2

1,5 2,6

77 35

10.164 4.620

8 Sarji ¾ NPK 0

17,0 5,6

16,5 4,9

17,0 4,5

20,0 5,3

7,0 3,7

11,5 8,8

12,5 7,0

6,6 4,4

5,5 3,9

6,5 4,3

2,5 2,7

2,5 2,9

125 58

16.500 7.656

9 Taufik ½ NPK 0

10,0 3,6

10,5 7,8

11,0 3,2

9,5 2,6

6,0 2,5

7,5 3,8

9,0 4,8

5,0 0,7

4,5 0,8

5,0 0,9

1,5 0,8

2,0 0,7

81 32

10.692 4.224

Jumlah NPK Jumlah - 0

87,6 24,5

105,6 33,3

108,5 24,4

109,5 28,8

62,0 17,6

103,4 35,2

96,0 36,3

55,1 16,2

51,5 18,4

59,5 19,2

23,0 17,2

22,8 16,4

884,8

Rata2 kg/bt/bln NPK 10,9 11,7 12,0 12,2 6,9 11,5 10,6 6,1 5,7 6,6 2,5 2,5

Rata2 kg/bt/bln 0 3,5 4,2 3,0 3,6 2,2 4,4 4,5 2,0 2,3 2,4 2,1 2,0

Prod/ha/bln (ton) NPK 1,44 1,54 1,58 1,61 0,91 1,52 1,40 0,80 0,75 0,87 0,33 0,33

Persentase 10 12 12 12 7 12 11 6 6 7 3 3

Catatan: V = tanaman dipupuk dengan NPK Mutiara 1 kg/batang/tahun. - = tanaman tidak dipupuk.