Laporan Akhir Peta Kontur

44
LAPORAN AKHIR PETA KONTUR (IUTPW) Mata Kuliah: Ilmu Ukur Tanah Hari/ tanggal : Selasa, 7 November 2010 dan Pemetaan Wilayah Waktu : 07.00-15.00 WIB Tempat : Hutan Cangkurawok Kelompok : 3 (tiga) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PEMBUATAN PETA KONTUR Disusun oleh : Jajang Roni A. Kholik (E14090090) Hastuti Dyah Prajna (E14090024) Juanda (E14090003) Boy Tantri Tarigan (E14090004) Fatih Mulia Utama (E14090030) Widi Elita Hardianti (E14090054) Niken larasati (E14090070) Elvira Novizar (E14090121) M. Panji Solihin (E140900131) Dosen : Endim Dimyana B., Sc. F. Asisten : Muhammad Fajar (E2403074) Rama Aditya Kusuma (E14070076) I Putu Arimbawa Pande (E14070015) M. Amar Syakir (E14070047) Monika Turana (E14070070) Finny Noviantiny (E14070014) Januar Satya Nugraha (E14061679) Frensi Firma (E14070001) DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

description

oh;

Transcript of Laporan Akhir Peta Kontur

Page 1: Laporan Akhir Peta Kontur

LAPORAN AKHIR PETA KONTUR (IUTPW)

Mata Kuliah: Ilmu Ukur Tanah Hari/tanggal : Selasa, 7 November 2010dan Pemetaan Wilayah Waktu              : 07.00-15.00 WIB

Tempat : Hutan CangkurawokKelompok : 3 (tiga)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMPEMBUATAN PETA KONTUR

Disusun oleh :Jajang Roni A. Kholik      (E14090090) Hastuti Dyah Prajna         (E14090024)Juanda                               (E14090003) Boy Tantri Tarigan           (E14090004)Fatih Mulia Utama            (E14090030) Widi Elita Hardianti         (E14090054)Niken larasati                    (E14090070) Elvira Novizar                  (E14090121)

M. Panji Solihin            (E140900131)

Dosen :Endim Dimyana B., Sc. F.

Asisten :Muhammad Fajar              (E2403074) Rama Aditya Kusuma       (E14070076)I Putu Arimbawa Pande    (E14070015) M. Amar Syakir                 (E14070047)Monika Turana                  (E14070070) Finny Noviantiny              (E14070014)Januar Satya Nugraha        (E14061679) Frensi Firma                      (E14070001)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTANFAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010

I. PENDAHULUAN

1.1        Latar belakangMasa pembangunan dewasa ini, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang tidak dapat

ditinggalkan, terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana kemajuan di bidang ilmu teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun sudah sedemikian berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan data maupun proses pengolahan dan penyajian baik secara spasial maupun sistem informasi kebumian lainnya. Pemetaan teristris adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan tertentu. Teknik pemetaan mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Dengan perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis, maka proses pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam pemilihannya sangat bergantung dengan tujuan pemetaan, tingkat kerincian obyek yang harus disajikan, serta

Page 2: Laporan Akhir Peta Kontur

cakupan wilayah yang akan dipetakan. Dalam pengukuran di lapangan menggunakan peralatan pengukuran, seperti : teodolit, rambu ukur, pita ukur, dan lain lain. Agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data dihitung, meliputi perhitungan koordinat (x;y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian titik-titik poligon (z), sudut arah dan jarak titik-titik detil serta ketinggiannya. Langkah selanjutnya penggambaran dengan garis kontur.

1.2     TujuanPraktikum pembuatan peta kontur bertujuan untuk :

1.      Mengukur suatu wilayah dengan menggunakan beberapa metode seperti : metode poligon tertutup, poligon terbuka, dan metode polar.

2.      Melakukan perhitungan data hasil pengukuran.3.      Membuat peta kontur wilayah yang telah diukur.4.      Menentukan kelerengan kontur pada peta kontur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa metode penarikan garis kontur, antara lain metode langsung, yaitu : titik-titik yang sama tinggi di lapangan secara langsung oleh alat penyipat datar, rambu ukur, dan patok-patok yang jumlahnya banyak. Cara ini kurang praktis dan membutuhkan waktu yang banyak di lapangan. Metode tidak langsung, yaitu digambar atas dasar ketelitian detail hasil plotting yang tidak merupakan kelipatan dari interval kontur yang diperlukan, sehingga diperlukan penentuan posisi titik-titik yang mempunyai ketinggian kelipatan dari interval kontur. (Basuki 2006)

Menurut Basuki (2006), metode tidak langsung dapat dilakukan dengan metode matematis dengan menggunakan interpolasi linier, interpolasi yang sebanding dengan jaraknya. Perhitungannya sangat tepat dan diperlukan alat bantu hitung kalkulator. Metode semi segitiga menggunakan mistar segitiga dengan ada angka pembagian sampai millimeter atau alat interpolasi radialgraph yang terbuat dari kertas transparan. Metode grafis digunakan untuk peta-peta skala menengah dan kecil. Cara metode ini memberi angka ketinggian pada setiap garis kontur dan setiap lima buah kontur atau angka kelipatan tertentu garis kontur dibuat agak tebal. Untuk menghindari kesalahan morfologi dari garis kontur, distribusi dari detail ketinggian harus disesuaikan dengan kondisi topografi medan dan skala peta yang dibuat. Apabila medan bergelombang, maka untuk medan yang beda tingginya lebih besar daripada besarnya kontur interval harus diukur, namun pada medan kemiringannya seragam cukup diukur pada awal dan akhir kemiringan tersebut walaupun jaraknya cukup jauh.

Garis kontur mempunyai arti yang penting bagi perencanaan rekayasa, karena dari peta kontur dapat direncanakan, antara lain : penentuan rute, saluran irigasi, bentuk irisan, tampang pada arah yang dikehendaki, gambar isometrik dari galian/timbunan, besar volume galian/timbunan, penentuan batas genangan pada waduk, dan arah drainase. (Basuki 2006)

Agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data di lapangan dihitung, meliputi perhitungan koordinat (x,y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian titik-titik poligon dari pengukuran sipat datar, penarikan garis-garis kontur, dan editing. (Basuki 2006)

Page 3: Laporan Akhir Peta Kontur

Kesalahan yang terjadi pada saat penggambaran peta adalah kesalahan plotting titik kontrol, ketelitian yang diisyaratkan sebesar 0,1 mm. Ketelitian penggambaran peta yang disebabkan oleh alat-alat penggambaran diusahakan tidak melebihi 0,2 mm. (Basuki 2006)

Pengukuran detil merupakan pekerjaan dimana posisi bentuk-bentuk planimetris dan garis-garis kontur berdasarkan pada titik-titik kontol tertentu. Gambar detil dibuat disekitar titik-titik kontrol tertentu. Gambar detil dibuat di sekitar titik-titik kontrol pembantu, yang akhirnya pengukuran detail dari gambar tersebut. (Basuki 2006)

Bentuk permukaan tanah dapat dinyatakan dengan susunan garis-garis lengkung horizontal dengan interval tinggi tertentu. Elevasi lapangan dapat diukur dengan garis-garis lengkung horizontal. Peta-peta topografi mempunyai ketinggian garis-garis lengkung horizontal yang sama disebut jarak antara garis-garis lengkung horizontal. (Sastrodarsono, 2005)

III. METODE PRAKTIKUM

3.1.   Waktu dan tempat praktikumPraktikum pembuatan peta kontur dilaksanakan pada tanggal 7 November 2010

yang dimulai pada pukul 07.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium LPPU-Departemen Manajemen Hutan dan Hutan Pendidikan Cangkurawok.

3.2     Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :

a.       Theodolitb.      Patok (ukuran  lebar 5 dan cm panjang 15 cm)c.       Pita ukurd.      Kompase.       Rambu ukurf.       Parangg.      Senterh.      Payung

Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:a.       Lokasi Hutan Pendidikan Cangkurawok

Page 4: Laporan Akhir Peta Kontur

b.      Alat tulisc.       Tally sheet

3.3     Prosedur praktikum1.      Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.2.      Menentukan dan menandai titik-titik  pada lokasi Hutan Pendidikan Cangkurawok yang akan

digunakan sebagai titik-titik poligon, serta menandai titik bantu yang berada pada poligon tersebut.

3.      Melakukan sentering, mendatarkan, dan mengkalibrasi alat theodolit pada titik pertama yaitu dengan cara sebagai berikut:

   Sentring :a.       Buka ketiga klem kaki statip, dirikan statip diatas patok dengan merentangkan ketiga kaki

hingga ketiga ujung kaki statip membentuk segitiga sama sisi dengan patok sebagai pusatnya.b.      Tarik statip bagian atas hingga tinggi kepala statip kira-kira sedikit dibawah dada dan kepala

statip mendatar. Kokohkan statip dengan menginjak pijakan dibagian bawah statip, Kemudian kencangkan ketiga baut statip.

c.       Pasang instrumen diatas statip, hubungkan dengan cara memutar baut instrumen dilubang dratnya pada plat dasar instrumen.

d.      Perhatikan apakah ujung patok terlihat pada alat sentering optik.e.       Kencangkan baut instrumen secukupnya.

   Mendatarkan alat :Atur gelembung nivo kotak dan nivo tabung agar berada tepat di tengah-tengah nivo.

   Mengkalibrasi alat :a.       Mencari utara magnet bumi dengan kompas.b.      Kalibrasi alat dengan membuat sudut horizontal 0°00ˈ00ˈˈ dan sudut vertical 90°00ˈ00ˈˈ.

4.      Melakukan bidikan pertama yaitu ke arah titik pasti, bidik ke arah rambu meter yang didirikan pada titik pasti kemudian amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas bawah garis bidik batas tengah garis bidik, dan batas atas garis bidik, kemudian ukur dan catat jarak datar dengan cara mengukur jarak mendatar menggunakan pita ukur.

5.      Theodolit pada titik pertama jangan dipindahkan dahulu karena akan digunakan untuk membidik ketitik kedua. Amati dan catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, serta ukur dan catat jarak datar dengan cara mengukur jarak mendatar menggunakan pita ukur.

6.      Pindahkan theodolit ke titik dua, lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan kearah titik satu, amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas tengah garis bidik, dan batas bawah garis bidik.

7.      Kemudian bidik kearah titik tiga (kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan batas tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.

8.      Pindahkan theodolit ketitik tiga, lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan kearah titik dua, amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik,batas tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik. Titik tiga ini merupakan titik awal poligon tertutup. Ukur juga sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas

Page 5: Laporan Akhir Peta Kontur

tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik pada titik bantu pertama (untuk mengetahui beda tinggi dua titik).

9.      Kemudian bidik kearah titik empat (kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan batas tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.

10.  Lakukan langkah-laangkah yang sama pada titik-titik poligon selanjutnya. Lakukan pengukuran juga jika ada titik bantu (amati dan catat sudut horizontal (RM)), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik pada titik bantu (untuk mengetahui beda tinggi dua titik).

11.  Pada saat telah kembali ke titik tiga maka lakukan pengukuran juga kembali kearah titik empat agar poligon tertutup sempurna.

           

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1   Hasil

Page 6: Laporan Akhir Peta Kontur

4.2   PembahasanPraktikum pembuatan kontur merupakan praktikum terakhir yang dilakukan pada

mata kuliah ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah. Praktikum kali ini, yaitu praktikum yang menggunakan beberapa metode dalam proses pengukuran, seperti : metode polar, metode poligon tertutup, dan metode poligon terbuka. Akhir dari praktikum kali ini yaitu pembuatan peta kontur.

Kontur adalah garis khayal yang menggambarkan semua titik yang mempunyai ketinggian yang sama dari bidang referensi tertentu, umumnya bidang yang digunakan adalah permukaan air laut. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara dua garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk suatu permukaan lahan yang sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Garis kontur menunjukkan tinggi suatu tempat di atas permukaan laut, menunjukkan bentuk relief, menunjukkan bentuk lereng. Fungsi garis kontur di bidang kehutanan dapat menunjukan rute jalan/irigasi, arah drainase, bentuk irisan atau tampang pada arah yang dikehendaki.

Peta kontur itu sendiri merupakan peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk permukaan bumi yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Peta kontur merupakan salah satu contoh dari peta khusus atau peta tematik. Ada beberapa karakteristik garis-garis kontur, yaitu garis yang tertutup, tidak berpotongan, berhimpit pada tempat lereng tegak, kondisi normal ketinggiannya semakin naik, dan meruncing ke arah hulu. Interpretasi peta kontur memberikan informasi tentang ketinggian tempat, bentuk lereng (apakah berbentuk cekung, cembung, atau seragam ?), serta juga dapat menunjukkan kemiringan lereng (apakah lereng tersebut landai atau terjal ?).

Selain itu dari peta kontur juga dapat digunakan untuk menentukan inversibility atau daerah yang tampak yang diperoleh dari pembuatan profil atau diagram penampang. Profil atau penampang adalah gambaran kenampakan suatu daerah apabila dipotong secara vertikal oleh bidang tegak lurus terhadap permukaannya. Berdasarkan gambar peta yang terdapat pada lampiran, terlihat bahwa semakin rapat garis antarkontur, maka kemiringan lereng semakin terjal. Sebaliknya, semakin jarang garis antarkontur, maka kemiringan lereng semakin landai.

Selain untuk mengetahui kemiringan lereng, identifikasi tentang garis kontur juga dapat untuk

mengetahui bentuk lereng. Berdasarkan bentuknya, lereng dapat berbentuk seragam, cekung,

ataupun cembung. Lereng dapat pula berbentuk tegak lurus atau tebing, sehingga bila digambarkan

menunjukkan garis kontur yang saling berimpit.

Praktikum kali ini dimulai dengan menggunakan metode poligon terbuka. Untuk mencapai titik pertama poligon tertutup dari titik acuan menggunakan poligon terbuka yang hanya menggunakan beberapa titik saja. Kemudian untuk mengukur sebagian luas hutan cangkurawok dalam praktikum ini menggunakan metode poligon tertutup. Pada metode poligon tertutup digunakan 23 titik sehingga poligon dapat tertutup. Dan untuk membantu digunakan titik-titik detail terutama pada medan-medan yang ketinggiannya terjal. Titik-titik detail tersebut nantinya akan digunakan untuk membuat garis-garis kontur pada peta.

Page 7: Laporan Akhir Peta Kontur

            Pada metode poligon yang diukur adalah jarak dan sudut dengan menggunakan pita ukur dan teodolit. Dengan menggunakan data metode poligon untuk mencari nilai α dan β untuk menghitung  X dan Y.            Hasil yang didapatkan dari praktikum ini sangat dipengaruhi oleh ketelitian pada proses praktikum, baik ketelitian dari alat maupun ketelitian dari praktikan. Kondisi lingkungan juga berpengaruh pada proses praktikum yang nantinya mempengaruhi juga hasil yang didapatkan. Seperti misalnya pada praktikum kali ini terjadi kendala cuaca, yaitu ditengah-tengah proses praktikum hujan turun sangat lebat sehingga terpaksa praktikum dihentikan dan diteruskan hari berikutnya. Karena theodolit tidak boleh terkena hujan otomatis theodolit dilepas dari statif. Walaupun kunci body tidak dilepas tapi hal ini juga dapat mempengaruhi nilai yang didapatkan. Sehingga dilakukan koreksi agar mengetahui data yang didapatkan masih dalam batas toleransi atau tidak.

V. KESIMPULAN

            Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini yaitu dalam melakukan pengukuran suatu wilayah dapat menggunakan beberapa metode sehingga akan memudahkan dalam proses pengukuran dan proses pembuatan peta. Praktikan dapat melakukan perhitungan data hasil pengukuran karena pada praktikum-praktikum sebelumnya juga telah melakukan beberapa perhitungan dan dalam perhitungan dalam membuat peta kontur juga dapat dilakukan dengan baik karena praktikan cukup menguasai teori. Sehingga setelah melakukan pengukuran dan perhitungan praktikan dapat menuangkan hasil praktikum tersebut ke dalam sebuah peta kontur.

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: Laporan Akhir Peta Kontur

Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sastrodarsono, Suyono. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta: Pradnya Paramita

Page 9: Laporan Akhir Peta Kontur

1. BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas Daerah aliran sungai adalah suatu daerah Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS)yang terhampar di sisi kiri dan kanan dari adalah bagian dari muka bumi, yang airnyasuatu aliran sungai, dimana anak-anak sungai mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan,yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai apabila hujan jatuh.Sebuah pulau selamanyabermuara ke dalam suatu sungai induk. terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Untuk mengetahui keadaan jaringan alur Sungai.sungai diperlukan analisis morfometri suatu Antara DAS yang satu dengan DASDaerah aliran sungai (DAS) yang terdiri dari: yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggiluas DAS, panjang dan lebar DAS, ordo dan muka bumi berbentuk punggungan yangtingkat percabnagan sungai, kerapatan sungai, disebut stream devide atau batas daerah alirandan kemiringan lereng sungai. (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide1.2 Tujuan itu merupakan jajaran pebukitan disebut Tujuan dilaksanakannya praktikum stream devide range. (Hallaf H.P., 2006).ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis Sungai di dalam semua DASmorfometri daerah aliran sungai (DAS). mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu BAB II. TINJAUAN PUSTAKA arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan2.1 Jaringan Aliran Sungai membentuk suatu pola tertentu.Pola itu Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat tergantungan dari pada kondisi tofografi,didefinisikan sebagai suatu daerah yang geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalamdibatasi oleh topografi alami, dimana semua DAS bersangkutan.air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir Adapun Pola-pola Pengairan Sungaimelalui suatu sungai dan keluar melalui outlet menurut Soewarno (1991) yaitu:pada sungai tersebut, atau merupakan satuanhidrologi yang menggambarkan dan 1. Pola trellis dimana memperlihatkan letakmenggunakan satuan fisik-biologi dan satuan anak-anak sungai yang paralel menurut strikekegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan atau topografi yang paralel. Anak-anak sungaidan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, bermuara pada sungai induk secara tegak2001). lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya. 2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling berpotongan. Gambar 1. Batas DAS 1

2. meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut. 2.2 Karakteristik dan Morfometri DAS Karakteristik Daerah Aliran sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data Gambar 2. Pola-Pola Pengairan Sungai sekunder, peta dan dari data penginderaan jauh (remote sensing) (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai3. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategorianak-anak sungainya (tributaries) cenderung yaitu: (1) Faktor lahan yang meliputisejajar dengan induk sungainya. Anak-anak topografi, tanah, geologi, geomorfologi dansungainya bermuara pada induk sungai dengan (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.sudut lancip.Model pola denritis seperti pohondengan tatanan dahan dan ranting sebagai Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untukcabang-cabang dan anak-anak sungainya.Pola menyatakan keadaan jaringan alur sungaiini biasanya terdapat pada daerah berstruktur secara kuantitatif.Sifat yang khas dari suatuplain, atau pada daerah batuan yang sejenis DAS dapat dilihat dari morfometri(seragam, homogen) dengan penyebaran yangluas. DASnya.Morfometri DAS adalah pengukuran4. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran bentuk dan pola DAS yang dapat dilihat dari suatu peta. Gordon (1992) menjelaskan bahwabeberapa sungai di mana daerah hulu sungai-

Page 10: Laporan Akhir Peta Kontur

parameter dalam morfometri DAS salingsungai itu saling berdekatan seakan terpusat berhubungan satu sama lain, sehinggapada satu “titik” tetapi muaranya menyebar, seringkali salah satu parameter dapatmasing-masing ke segala arah. Pola pengaliranradial terdapat di daerah gunungapi atau dikadikan pewakil parameter lainnya..topografi bentuk kubah seperti pegunungan Respon hidrologi dari suatu DASdome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai terhadap masukan curah hujan dijelaskan pulaberada di bagian puncak, tetapi muaranya oleh Asdak (2001) yang menyatakan bahwamasing-masing menyebar ke arah yang lain, ke beberapa parameter morfometri DAS sepertisegala arah. luas, kemiringan lereng, bentuk, kerapatan5. Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola drainase dapat berpengaruh terhadap besaran dan timing dari hidrograf aliran yangradial yang menyebar dari satu pusat, pola dihasilkannya.sentripetal ini justru memusat dari banyakarah. Pola ini terdapat pada satu cekungan Pengaruh luasan DAS terhadap(basin), dan biasanya bermuara pada satu bentuk hidrograf aliran adalah pada waktudanau. Di daerah beriklim kering dimana air konsentrasi aliran air di daerah outlet dimanadanau tidak mempunyai saluran pelepasan ke semakin besar luas DAS maka semakinlaut karena penguapan sangat tinggi, biasanya banyak pula curah hujan yang diterima namunmemiliki kadar garam yang tinggi sehingga semakin lama waktu konsentrasi aliran airterasa asin. untuk mencapai debit puncaknya. Sehingga bentuk hidrograf dari DAS yang6. Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yangsejajar. Pola pengaliran semacam ini mempunyailuasan yang besar cenderungmenunjukkan lereng yang curam.Beberapa menjadi lebih panjang.wilayah di pantai barat Sumatera Kemiringan lereng DASmemperlihatkan pola pengaliran parallel. mempengaruhi cepat lambatnya laju run-off yang kemudian dapat mempercepat respon7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung DAS terhadap curah hujan yang terjadi. DASmelingkar seperti gelang; tetapi bukan 2

3. yang memiliki topografi relatif datar akan Benang jahitmenghasilkan run-off yanng lebih kecil Alat tulisdibandingkan dengan DAS yang memilikitopografi yang miring. Bahan Tabel 1. Klasifikasi Kelerengan Peta rupabumi (Bakosurtanal) Cihiris 3.2 Langkah Kerja 1. Penentuan Jaringan Sungai Penentuan jarngan sungai dilakukan dengan menumpangtindihkan kalkir diatas peta rupabumi. Kemudian menggambar Daerah Aliran sungai (DAS) dan kontur yang ada di peta. Selanjutnya yaitu menentukan batas DAS dari kontur dengan mencari hulu sungai, mencari lekukan kontur, dan membuat garis searah lekukan. 2. Analisis Karakteristik dan Morfometri Bentuk DAS mempengaruhi laju DASrun-off dan waktu konsentrasi aliran di daerah a. Penentuan Orde Sungaioutlet, sehingga dari faktor bentuk DAS ini Penentuan orde sungai dilakukan dengandapat menghasilkan bentuk hidrograf yang Metode Strahler, yaitu:berbeda antara DAS yang mempunyai bentukyang memanjang dan sempit dengan DAS - Aliran sungai yang paling ujung dan tidakyang berbentuk cenderung membulat dan memiliki anak sungai disebut orde pertamalebar.DAS yang memanjang dan sempit - Apabila dua aliran dengan orde samacenderung menurunkan laju run-off sehingga bertemu maka akan terbentuk anak sungaiwaktu konsentrasi untuk mencapai debit dengan orde setingkat lebih tinggipuncak di daerah outlet cenderung lebih lama - Apabila dua anak sungai yang berbeda ordedaripada DAS yang membulat dan lebar. bertemu maka orde pertemuan anak sungai Kerapatan drainase sangat tersebut adalah orde paling besarberpengaruh dalam menentukan kecepatan b. Penentuan dan Perhitungan Panjangrun-off di DAS. Hubungannya adalah semakin Sungai Tiap Orde dengan Peta sungaitinggi kerapatan drainase maka semakin besar Pengukuran panjang sungai pada petakecepatan run-off untuk curah hujan yang dilakukan dengan dua penghitungan, yaitu:sama di DAS. Oleh karena itu, DAS dengankerapatan drainase tinggi, maka debit - Pengukuran panjang tiap-tiap ordepuncaknya akan tercapai dalam waktu yang -Panjang maksimum sungailebih cepat dibandingkan dengan DAS dengan c. Perhitungan Rasio Percabangan dankerapatan drainase rendah. Rasio Panjang Secara matematis, perhitungan rasio BAB III. METODOLOGI percabangan dab rasio panjang sebagai3.1 Alat dan Bahan berikut: Alat dan bahan yang digunakan pada RBpraktikum kali ini yaitu:Alat RP Kertas Kalkir N(ω) : Jumlah orde sungai berorde ω Penggaris P(ω) : Panjang rata-rata orde sungai berorde ω Kalkulator d. Perhitungan Dimensi Fraktal Jarum Persamaan dimensi fraktal sebagai berikut 3

Page 11: Laporan Akhir Peta Kontur

4. 11 350 50 0,1 8,1 d rata-rata 22,2d : dimensi fraktal jaringan hidrologi sungaie. Perhitungan Panjang Sungai Utama IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan panjang sungai utama 4.1 Daerah Aliran Sungai dan Pola berdasarkan persamaan sebagai berikut: Jaringan Aliran Manganten Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah L suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana suatu lembah yang merupakanL: Panjang sungai utama (dalam km) aliran sungai dibatasi oleh dataran yang lebihA: luas DAS (km2) tinggi di sisi kanan dan kirinya.D: dimensi fractal DAS Manganten merupakan sub DAS Cihiris yang berada di desa Bantarkaret, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurutf. Perhitungan Kerapatan DAS klasifikasi pola aliran Soewarno (1991), DAS Kerapatan DAS merupakan perbandingan Manganten memilki pola denritik, yaitu polaantara jumlah panjang semua sungai di dalam sungai dimana anak-anak sungainyaDAS dengan luas DAS cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk D sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahanD: kerapatan jaringan sungai (km/km2) dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-Lu: jumlah panjang semua sungai di dalam anak sungainya. Pola ini biasanya terdapatDAS(km) pada daerah berstruktur plain, atau padaAu: luas DAS (km2) daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas. Halg. Perhitungan Kemiringan Lereng DAS ini sesuai dengan kondisi batuan di kabupaten Kemiringan lereng DAS merupakan rata- Bogor yang relatif homogen.ratra nilai kemiringan lereng pada setiap 4.2 Analisis Karakteristik dan Morfometrikontur dengan terlebih dahulu membuat garis DAS Mangantentransek dari hulu ke hilir. Karakteristik Daerah Aliran SungaiKemiringan lereng DAS rata-rata = (DAS) Manganten berdasarkan peta rupabumiTabel 2. Kemiringan Lereng Tiap Tansek Cihiris dapat diketahui bahwa penutupan lahannya sebagian besar berupa hutan, selainNo x y y/x θ itu juga kebun, ladang, belukar, dan1 100 50 0,5 26,6 pemukiman. Morfometri merupakan penilaian2 50 50 1,0 45,0 kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai3 62,5 50 0,8 38,7 aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin4 175 50 0,3 15,9 tegas dengan angka – angka yang5 75 50 0,7 33,7 jelas.Parameter morfometri DAS Manganten yang saling berhubungan dapat digunakan6 125 50 0,4 21,8 untuk menduga respon hidrologi dari DAS Manganten terhadap masukan curah hujan di7 212,5 50 0,2 13,2 kawasan tersebut.8 275 50 0,2 10,39 200 50 0,3 14,010 100 50 0,5 16,6 4

5. Tabel3.Parameter Morfometri DAS Manganten panjang panjang Panjang Panjang rata- Orde kode rata maksimum RB RP d L D θ (cm) (km) (Km) (Km) A 8,00 2,00 B 3,10 0,78 C 6,20 1,55 1 D 2,90 0,73 1,21 2,00 3,50 - E 4,40 1,10 F 5,80 1,45 G 3,60 0,90 -1,56 0,05 1,43 22,2 H 3,10 0,78 2 0,50 0,78 0,50 0,41 I 0,90 0,23 J 1,00 0,25 K 2,70 0,68 3 0,63 1,13 - 1,26 L 1,90 0,48 M 4,50 1,13 Jumlah 48,10 12,03 4,00 0,41 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui banyak air yang dapat tertampung di badan-bahwa DAS Manganten terdiri dari tiga orde, badan sungai. Kerapatan aliran sungaidimana orde pertama memiliki tujuh cabang Manganten sebesar 1,43. Hal inianak sungai dengan panjang rata-rata 1,21km, menunjukkan DAS Manganten dapatpanjang maksimum sebesar 2,00km. menampung air cukup banyak. KemiringanSedangkan orde dua memiliki dua lereng rata-rata DAS Manganten yaitu 22,2°,percabangan dengan panjang dan maksimum berarti kondisi DAS Manganten rata-rata yaitusebesar 0,50km dan 0,78km.Orde tiga miring atau berupa bukit.memiliki tiga percabangan dengan panjangrata-rata dan maksimum sebesar 0,63km dan V. KESIMPULAN1,13km. Nilai dimensi fraktal menunjukkanderajat ketidakteraturan sungai, untuk DAS Dari praktikum Morfometri DaerahManganten memiliki nilai dimensi fraktal Aliran Sungai dapat disimpulkan bahwasebesar –1,56. Rasio percabangan rata-rata Daerah Aliran Sungai Manganten cukup luasDAS Manganten yaitu 4,00, ini berarti sungai dengan pola jaringan denritrik. Nilai kerapatan DAS Manganten cukup besar yangtersebut memiliki banyak anak-anak sungai menunjukkan jarak antar anak sungainyadan fluktuasi debit yang terjadijuga semakin berdekatan dan mampu mennampung airbesar.Kerapatan aliran sungai menggambarkan cukup banyak. Kemiringan lereng Daerahkapasitas penyimpanan airpermukaan oleh Aliran Sungai Manganten miring yangsuatu DAS. Kerapatan aliran sungai dapat mengakibatkan laju runoffnya cukup besar.dihitung dari rasio total panjang jaringansungai terhadap luas DAS yang bersangkutan.Semakin tinggi tingkat kerapatan aliransungai, berarti semakin 5

Page 12: Laporan Akhir Peta Kontur

6. DAFTAR PUSTAKAAsdak C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah. Sungai.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.Davis, Gordon B. 1992. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I. Pengantar.Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.Hallaf, H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA UNM.Makassar.I Made Shandy. (1985). Republic Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Jurusan geografi FMIPA UISeyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta: UGM Press.Soewarno, 1991.Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova.BandungSuripin, 2001.Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta. Yogyakarta 6

7. LAMPIRANContoh Perhitungan:1. Perhitungan Panjang Tiap-Tiap Orde Skala 1:25000 Panjang orde 1 kode A = 8,00 cm = = 2,00 km2. Perhitungan Rasio Percabangan dan Rasio Panjang RB RP RB = 0,50 RP3. Perhitungan Dimensi Fraktal d d4. Perhitungan Panjang Sungai UtamaK. Lingkaran pada peta = 41,10 cm → LK. Lingkaran sebenarnya= L = 10,28 km LKeliling Lingkaran = 2πr r = r = 1,64 kmLuas DAS = πr2 = π(1,64km)2 = 8,41 km25. Perhitungan Kerapatan DAS D DD: kerapatan jaringan sungai (km/km2)Lu: jumlah panjang semua sungai di dalam DAS(km)Au: luas DAS (km2)6. Perhitungan Kemiringan Lereng DASKemiringan lereng DAS rata-rata =Kemiringan lereng DAS rata-rata = = 22,2° 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1             Latar BelakangDalam pelaksanaan pembangunan salah satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan 

adalah mengetahui terlebih dahulu bagaimana keadaan daerah atau kawasan yang akan kita bangun. Dalam hal ini adalah mengenai keadaan geomorfologinya.

Di setiap kawasan yang berbeda pastilah memiliki keadaan geomorfologi yang berbeda pula. Ada kawasan yang datar, miring, curam, atau bahkan bergelombang. Setiap kawasan dengan keadaan geomorfologi yang berbeda itu pasti juga memerlukan perlakuan yang berbeda dalam pembangunannya.

Atas dasar itulah pengamatan dan pembuatan peta geomorfologi suatu kawasan yang akan dibangun merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengadakan pengamatan dan membuat peta geomorfologi kawasan yang akan kita bangun maka kita akan mendapatkan data-data mengenai  kontur, beda ketinggian atau profil lahan tersebut. Dengan  mengetahui data-data tersebut maka pembangunan dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.

Peta merupakan gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu. Peta banyak jenis macam ragamnya, salah satu jenis peta adalah peta topografi atau peta morfologi. Ini merupakan peta dasar yang sering dipakai untuk memetakan peta-peta lainnya. Dalam peta ini ada satu komponen utama yaitu ketinggian atau topografi yang memperlihatkan bentuk atau morfologi luar. Ketinggian ini sering direpresentasikan dalam sebuah garis ketinggian atau garis sama tinggi, ataupun pewarnaan.

Peta topografi berisi informasi lain selain ketinggian. Misalnya: jalan, sungai, gunung beserta nama-namanya. Sehingga dengan peta dasar itu dapat dibuat peta-peta lainnya.

Page 13: Laporan Akhir Peta Kontur

Warna merah menunjukkan tempat yang tinggi (perbukitan) sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang rendah. Garis warna biru ini merupakan sungai atau lembah berair. Tentu saja air mengalir dari tempat tinggi ketempat rendah. Lembah berair ini akan berada pada daerah yang sering bertebing curam berbentuk V. Bentuk-bentuk dari garis kontur ketinggian serta bentuk sungai merupakan data yang penting buat ahli geologi dalam.

Pada peta skala lebih besar atau mencakup daerah yang besar, maka lembah sungai akan membentuk konfigurasi yang sangat berbeda-beda tergantung dari batuan yang dilewatinya. Gunung Api terlihat seperti kerucut karena memang sesuai dengan proses pembentukannya.

Peta geologi dibawah ini menunjukkan jenis-jenis serta umur, juga macam ragam batuan yang menyusun ditempat itu. Setiap daerah berbeda-beda batuannya. Ada yang berwarna merah yang merupakan batuan volkanik produk gunung api, juga ada warnna coklat, juga ada biru dan warna kuning serta hijau. Warna-warni ini menunjukkan batuan yang berbeda. Apabila peta geologi dan peta morfologi/topografi itu di tampalkan (overlay), maka dapat dengan mudah kita mengenali berbagai bentuk bukit dan gunung ini sangat khas pada batuan yang khas. Daerah berbukit kapur diwarnai dengan warna biru, sedangkan warna kuning dan coklat menunjukkan bahwa daerah itu tersusun oleh batu pasir atau batuan berbukit kasar lainnya disebut breksi (breccia).

Morfologi ditentukan oleh bahan dan proses serta waktu (lama proses itu berlangsung).bentuk morfologi sangat ditentukan oleh proses dari dalam yang membangun (endogen), Jenis batuannya, serta proses yang mengukirnya (eksogen).

1.2 Tujuan Penelitian

            Adapun tujuan dari pengamatan keadaan geomorfologi dari suatu kawasan adalah

1.      Mengetahui kontur dari suatu kawasan2.      Mengetahui perbedaan ketinggian dari setiap luasan di suatu kawasan3.      Mengetahui kemiringan dari suatu kawasan

1.3 ManfaatAdapun manfaat dari pengamatan keadaan geomorfologi dari suatu kawasan adalah

1.      Kita dapat menentukan jenis relief dari suatu kawasan2.      Kita dapat merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan baik dan sesuai dengan

keadaan geomorfologi kawasan yang akan dibangun.

 

BAB II

Page 14: Laporan Akhir Peta Kontur

DASAR TEORI

2.1 Definisi

Menurut SNI 13-4691-1998 definisi pengertian peta geologi adalah:Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/kawasan dengan tingkat kualitas berdasarkan skala.Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi, stuktur, tektonika,fisiografi dan sumberdaya mineral serta energi.Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah, tafsiran dan rekaan geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir.

Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan,umur, stratigrafi, stuktur, tektonika,fisiografi dan sumberdaya mineral serta energi.

Peta  geologi  disajikan  berupa  gambar  dengan  warna,  simbol  dan  corak  atau gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah, tafsiran dan rekaan geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir.

            Peta  geologi  berskala  1:500.000  dan  yang  lebih  kecil  (1:1.000.000;  1:2.000.000 dan 1:5.000.000) disebut peta geologi berskala kecil, bertujuan menyajikan tataan geologi  regional dan sintesisnya.

            Kualitas peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi standar dan peta geologi

tinjau/ permulaan .

            Peta  geologi  standar  adalah  peta  geologi  yang  dalam  penyajiannya  memenuhi seperti  persyaratan  teknis  yang  tercantum  dalam  uraian  2  dengan  proses pembuatan mengikuti seperti dalam unsur tambahan utama uraian 3.  Peta  geologi  tinjau/permulaan  adalah  peta  geologi  yang  dalam  penyajian  dan pembuatannya belum seluruhnya mengikuti kaidah-kaidah peta geologi standar.  Peta geologi dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik.  Peta  geologi  sistematik  adalah  peta  geologi  yang menyajikan  data  dasar geologi dengan  nama  dan  nomor  lembarnya mengacu  pada  SK Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK Penggantinya. Peta  geologi  tematik  adalah  peta  geologi  yang  menyajikan  data  geologi  untuk tujuan tertentu, misalnya peta geologi teknik, peta geologi kuarter.

Seluruh  wilayah  daratan  Indonesia  tercakup  dalam  peta  geologi  sistematik  dari

berbagai skala sebagai berikut : 

a.   1007 lembar peta geologi skala 1:100.000.

b.  198 lembar peta geologi skala 1:250.000.

c.  76 lembar peta geologi skala 1:500.000.

Page 15: Laporan Akhir Peta Kontur

d.  16 lembar peta geologi skala 1:1.000.000.

e.  2 lembar peta geologi skala 1:2.000.000.

f.  1 lembar peta geologi skala 1:5.000.000.

Peta geologi diterbitkan oleh  instansi pemerintah atau badan usaha yang ditunjuk pemerintah.  Instansi yang berwenang menerbitkan peta geologi sistematik adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (disingkat P3G), Direktorat Jenderal Geologi  dan  Sumberdaya  Mineral,  Departemen  Pertambangan  dan  Energi Republik Indonesia.

            Pada hakikatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.adapun bentang alam(landscape)didefinisikan sebagai panorama lam yang disusun oleh elemen elemen geomorfologi dalam dimensi yang lebih luas dari terrain,sedang bentuk lahan(landform)adalah komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia.

            Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentang alam,bagaimana bentang alam tersebut terbentuk secara konstruksional yang diakibatkan oleh tenaga endoen,dan bagaimana bentang alam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar yaitu tenaga eksogen.seperti,pelapukan,erosi,denudasi,sedimentasi.Air,angin,dan gletsersebagai agen yang merubah batuan atau tanah yang membentuk bentang alam yang bersifat destruksional,dan menghasilkan bentuk bentukalam darat tertentu(landform)

            Pengaruh struktur(pelipatan,pengangkatan,intrusi,ketidakselarasan,termasuk didalamnya jenis jenis batuan)yang bersifat konstruksionak,dan proses yang bersifat dekstrusional(pelapukan,longsoran kerja air,angin,gelombang,pelarutan an lainnya,sudah diakui oleh para ahli geologi dan geomorfologi sebagai dua buah parameter penting dalam pembentukan muka bumi.Selain itu batuan sebagai bagian dari struktur dan tahapan proses geologi merupakan factor yang cukup penting.

            Selama pertengahan abad ini,hamper semua kegiatan riset geomorfologi terutama ditujukan sebagai alat interpretasi geologi saja,dengan menganalisis bentang alam dan bentuk bentuk alam yang mengarah pada kecurigaan pada unsure unsure struktur geologi tertentu atau jenis-jenis batuan,yang ,pembelokan atau kelurusan sungai,bukit,ban bentuk alam lainnya.Tetapi dalam empat dekade,riset geomorfologi  sudah mulai diarahkan pada studi tentang proses proses geomorfologi,walaupun kegiatan interpretasi masih tetap tidak ditinggalkan dan tetap diperlukan.Selain itu pembangunan fisik memerlukan informasi mengenai geomorfologi yang menyangkut antara lain:

1. Geometri  bentuk muka bumi

2. Proses proses geomorfologi yang sedang berjalan serta besaran-besarannya dan  antisipasi terhadap perubahan bentuk muka bumidalam sekala detail dapat mempengaruhi pembangunan.

Page 16: Laporan Akhir Peta Kontur

Aplikasi Geomorfologi

Geomorfologi mempelajari bentang lahan (landscape) atau bentuk muka bumi (landform) yang ada sekarang, dan memprediksi proses geomorfik apa saja yang telah terjadi sehingga dihasilkan landscape atau landform yang ada seperti sekarang. Suatu asumsi penting bahwa setiap proses geomorfik akan menghasilkanlandscape atau landform dengan ciri yang unik (khas). Jadi, dengan mengenali hasil proses tersebut, yaitu land scape atau landform yang ada sekarang, maka dapat diperkirakan proses geomorfik apa yang telah terjadi sehingga dihasilkanlandscape atau land form seperti itu.

Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi padalandform tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak atau membekas (in print) pada landform yang terbentuk oleh proses itu. Proses geologis yang telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari karakteristiklandform dan merupakan informasi penting bagi perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebaginya.

Pengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada berbagai bidang, dan lebih rinci dibahas dalam modul 9.  Misalnya, aplikasi geomorfologi pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan berbagai bidang teknik sivil atau kontruksi bangunan. Proses geomorfik merupakan faktor sangat penting yang menentukan proses pembentukan dan perkembangan tanah. Batas unit sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil analisis suatu bentuk lahan sangat membantu dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan tertentu.

Prinsip Dasar Geomorfologi

Thornbury (1969) menjelaskan beberapa prinsip dasar yang digunakan dalam interpretasi bentuk lahan (landform) oleh geomorfologi diantaranya adalah sebagai berikut :

1.      Proses fisika dan hukum yang bekerja saat ini, sama dengan yang bekerja pada masa lampau ”dalam hitungan waktu geologis” meskipun intensitasnya tidak harus sama.

Misalnya, proses erosi dan pegendapan yang terjadi di masa lampau dan yang terjadi saat ini mengikuti aturan yang sama. Erosi terjadi terutama pada bagian lereng atas – tengah yang curam, berdampak pada penipisan solum tanah; sedangkan deposisi terjadi pada bagian lereng bawah yang datar dan berakibat terjadinya penebalan solum tanah. Proses lain, seperti volkanisme, longsoran, dan pembentukan delta yang terjadi di masa lampau dan yang sekarang, mengikuti aturan yang sama pula. Pada kedua masa kejadian ter-sebut mungkin hasilnya berbeda dalam hal kuantitas yang dihasilkan per sa-tuan waktu, karena faktor yang mempengaruhi dan energi yang terlibat pada kejadian dalam masing-masing masa geologis tersebut dapat saja sangat berbeda intensitasnya.

2.      Struktur geologi merupakan faktor pengontrol utama dalam evolusi bentuk lahan, dan struktur geologi tersebut tampak (wujud) dalam bentuk lahan yang terbentuk.

Page 17: Laporan Akhir Peta Kontur

Misalnya, daerah yang dulunya merupakan kawasan perbukitan dengan struktur geologi lipatan atau patahan, maka pada bentuk lahan yang dihasilkan (yang ada pada saat ini) akan tetap menampakan ciri bentuk struktur lipatan atau patahan tersebut, meskipun telah terjadi proses evolusi geomorfik yang cukup intensif.

3.      Sampai batas tertentu, permukaan bumi mempunyai relief, karena proses geomorfik yang bekerja pada tempat yang berbeda tersebut tidak sama intensitasnya.

4.      Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk lahan, dan setiap proses geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik dan menjadi penciri dari bentuk lahan yang dihasilkannya).

Contoh, dua bentuk lahan yang ekstrim yaitu bentuk lahan daerah perbukitan dan dataran banjir. Erosi yang terjadi di daerah perbukitan yang berlereng curam, menghasilkan gully erosion. Bentuk alur tersebut menunjukan bahwa telah terjadi penggerusan tanah oleh agen erosi (air) secara vertikal yang in-tensif akibat dari gerakan air limpasan yang cepat (energi tinggi) pada lereng yang curam. Sebaliknya, erosi di daerah yang relatif datar (yaitu daerah da-taran banjir) menghasilkan alur yang dangkal tetapi lebar, berkelok-kelok (po-la meander). Karakteristik itu menunjukan telah terjadinya erosi ke arah late-ral yang lebih dominan daripada yang ke arah vertikal. Jadi, proses geomorfik (dalam hal ini erosi) di kedua landformtersebut tetap membekas pada ben-tuk lahan yang terbentuk melalui proses itu.

PETA GEOMORFOLOGI

            Peta geomorfologi didefinisikan sebagai  peta yang menggambarkan bentuk lahan,genesa,beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala.Berdasarkan definisi diatas maka suatu peta geomorfologi harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

a.       Peta geomorfologi mengambarkan aspek aspek utama lahan yang disajikan dalam bentuk symbol  huruf dan angka,warna, pola garis,dan hal itu tergantung pada tingkat kepentingan masing masing aspek

b.      Peta geomorfologi menyangkut aspekyang dihasilkan dari system survey analitik dan sintetik.

c.       Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas bentuk asalnya.d.      Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan

dalam angka,garis maupun keduanya.

Adapun informasi yang terdapat pada peta geomorfologi berupa bentuk geometri serta proses proses yang telah maupun yang sedang terjadi baik endogenik maupun eksogenik.

TUJUAN:

1.      Untuk tujuan sains maka peta geomorfologi diharap mampu member  informasi mengenai hal hal        sebagai berikut :

Page 18: Laporan Akhir Peta Kontur

a)                  Faktor-faktor geologi apa yang telah berpengaruh kepada pembentukan bentang alam

b)                  Bentuk bentuk bentang alam apa yang telah terbentuk karenanya.Pada umumnya hal hal tersebut diuraikan secara deskriptif.Peta gheomorfologi yang disajikan harus dapat menunjang hal hal tersebut diatas,demikian pula klasifikasi yang digunakan.Gambaran peta yang menunjang ganesa dan bentuk diutamakan.

2.      Sedangkan untuk tujuan terapan peta geomorfologi akan lebih banyak memberi  informasi mengenai:

a)                  Geomertri dan bentuk permukaan bumi seperti luas,tinggi,kemiringan lereng,kerapatan sungai,dsb

b)                  Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti:

                                   1.            Jenis proses(pelapukan,erosi,sedimentasi,longsoran,pelarutan dsb)

                                   2.            Besaran dan proses tersebut(berapa luas,dalam,intensitasnya,dsb)

Pada umumnya hal tersebut dinyatakan secara terukur.Peta Geomorfologi yang disajikan harus menunjang hal hal tersebut diatas.demikian pula klasifikasi yang digunakan.Gambaran peta yang diutamakan yang menunjang kondisi parametris serta proses eksogen yang berjalan pada masa kini dan yang akan dating.

INTREPRETASI GEOMORFOLOGI

            Ada dua cara dasar untuk belajar mengenal dan mengidentivikasikan kenampakan kenampakan geologi pada peta topografi.Cara pertama adalah mengamati dengan teliti dan detail terhadap bentuk bentuk dari struktur geologi yang digambarkan dalam bentuk kontur yang biasa disebut kunci untuk mengenal dan mengidentifikasikan ,dan mengidentifikasikan kenampakan geologi.cara kedua adalah melalui metode praktik dan pelatihan sehingga memiliki melakukan deduksi dalam mengidentifikasi dan memaknakan kenampakan kenampakan geologi melalui kajian dengan berbagai kriteria.

2.2 Simbol dan Corak Geologi

Simbol  dan  notasi  (corak)  yang  tertera  pada  peta  geologi  harus  tertera  pada    legenda dan sebaliknya. Bentuk dan ukurannya harus sama (tilik Gambar 4). Istilah  Peristilahan  geologi  yang  digunakan  mengacu  pada  Glossary  of  Geology  (American Geological  Institute,  1972);  Peristilahan  geologi  dan  ilmu  berhubungan  (M.M.  Purbo Hadiwidjojo, 1975) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Keterangan peta  Keterangan peta ditulis dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam bahasa Inggris yang dicetak dengan hurup miring. Penyajiaan Peta

Page 19: Laporan Akhir Peta Kontur

1).  Bagan  bakuan  tata  letak  peta  geologi  mengikuti  Penyimpangan  tata  letak  dapat  dilakukan  selama  proses  kartografi,  yaitu berdasarkan atas pertimbangan teknik kekartografiannya.

2).  Korelasi satuan peta diwujudkan dalam gambar, dimana formasi atau satuan batuan yang  terdapat  pada  lembar  peta  dikelompokkan  ke  dalam  endapan  permukaan, batuan sedimen, batuan gunungapi, batuan malihan, batuan beku atau terobosan dan    tektonit.  Setiap  satuan  dinyatakan  dengan  kotak  berlambang  hurup  dan  disusun sesuai dengan kedudukan stratigrafinya

3).  Uraian singkat setiap satuan

a.  Kotak satuan atau formasi berisi simbol hurup dan warna 

b.  dibelakang kotak dituliskan nama satuan atau formasi dengan hurup besar

c.  dibelakang  nama  diikuti  titik  dua  (:)  dan  diuraikan  macam  batuannya  yang  dimulai  dari yang  paling  banyak  menguasai.  Keterangan  berikutnya   menerangkan :

-  informasi tebal lapisan dan atau runtunan satuan/formasi 

-  fosil petunjuk, umur dan lingkungan pengendapan 

-  hubungan antar satuan 

-  sumberdaya mineral dan energi

-  unsur penting yang akan menunjang kelengkapan data

2.3 Ukuran Lembar peta Geologi Sistematik

Ukuran  dan  koordinat  lembar  peta  geologi  sistematik  mengacu  pada  SK  Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.

1).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:25.000  menggunakan  peta  dasar  topagrafi   berukuran 7'30" x 7'30" dengan rangka jala (grid) 15" x 15".

2).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:50.000  menggunakan  peta  dasar  topografi   berukuran 15' x 15', dengan rangka jala (grid) 30" x 30".

3).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:100.000  menggunakan  peta  dasar  topografi berukuran 30' x 30', dengan rangka jala (grid) 1'x 1'.

4).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:250.000  menggunakan  peta  dasar  topografi berukuran 10 30' x 10 dengan rangka jala (grid) 1' x 1'.

5).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:500.000  menggunakan  peta  dasar  topografi berukuran 20 30' x 20 30'.

6).  Peta  geologi  regional  sistematik  skala  1:1.000.000  menggunakan  peta  dasar  topografi berukuran 80x 60

Page 20: Laporan Akhir Peta Kontur

7).  Peta  geologi  regional  sistematik  skala  1:2.000.000  menggunakan  peta  dasar topografi berukuran 250 x 180

8).  Peta  geologi  regional  sistematik  skala  1:5.000.000  menggunakan  peta  dasar

topografi berukuran 480 x 200

9).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:250.000  mencakup  6  lembar  peta  geologi  skala 1:100.000.

10).  Peta  geologi  sistematik  skala  1:100.000  mencakup  4  lembar  peta  geologi      berskala 1:50.000.

11).  Peta  geologi  regional  sistematik  lainnya  berskala  lebih  kecil  mencakup  seluruh     luas  wilayah Indonesia.  Perluasan  ukuran  format  peta  dapat  dilakukan tergantung kebutuhan dan tujuan.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

1.     Cara Mendapat Data1.1.Alat dan Bahan    Meteran / penggaris    Alat tulis    Peta    Busur    Kamera1.2.Cara kerja1)      Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan2)      Mengamati peta, yaitu mengamati setiap kawsan yang ada di peta, mengamati perbedaan

kontur dan tingginya, jarak dari setiap garis konturnya .3)      Mengamati keadaan di kawasan sebenarnya, yaitu membandingkan keadaan pada peta

dengan yang ada di alam sebenarnya. Bila diperlukan dapat pula mengambil gambar dari setiap kawasan yang diamati untuk membuktikan kebenaran data yang tercantum dalam peta.

4)      Mengukur beda tinggi, jarak antar garis kontur, persentase kemiringan lereng dari kawasan yang diamati dan menentukannya dalam jenis relief tertentu, yaitu dengan cara sebagai berikut :

    Menentukan beda ketinggian :Δh = titik tert$inggi – titik terendah

Page 21: Laporan Akhir Peta Kontur

    Menentukan jarak antar garis kontur :Untuk mengetahui jarak antar garis kontur dapat dicari dengan menarik garis sayatan

yang memotong tiap garis kontur, setelah itu didapat titik-titik perpotongan antara garis kontur dengan garis sayatan. Dari setiap titik perpotongan  dapat dibaca dengan menggunakan penggaris berapa jarak antar garis kontur tersebut.

    Menentukan skalaMisal skala 1,7 centimeter mewakili 100 meter, maka :1,7 cm : 10000 cm1 cm    : 5882,35 cm

    Menentukan persentase kemiringan lereng :Persentase lereng dapat di peroleh dengan membagi perbedaan ketinggian dengan skala dan mengalikan hasilnya dengan seratus persen,

    Setelah diketahui persentase kemiringan lahan maka dapat ditentukan pula jenis relief dari kawasan tersebut berdasarkan tabel berikut,Tabel Klasifikasi Lereng ( Van Zuidam )

Satuan Relief Sudut lereng Beda tinggi

Datar atau hampir datar 0 – 2 % < 5 m

Bergelombang atau miring landai 3 – 7 % 5 – 50 m

Bergelombang / miring 8 – 13 % 25 – 75 m

Berbukit bergelombang / miring 14 – 20 % 50    – 200 m

Berbukit tersayat tajam 21 – 55 % 200 – 500 m

Pegunungan tersayat tajam atau sangat tajam

56 – 140 % 500 – 1000 m

Pegunungan / sangat curam > 140 % > 1000 m

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Tabel Perhitungan Morfologi Tanah

LP Lokasi Deskripsi Jenis Slope      Keterangan

Page 22: Laporan Akhir Peta Kontur

Morfologi Morfologi ( % )

01 F.Kedokteran Gigi (EF)

Datar,Pepohonan jarang dan rumput/semak

Datar

0,81 %

► Panjang lereng 

= 441,17625 m

►Kategori Lereng = 250m -500m (Panjang)

02 Bukit FTP (CD) Bergelombang, miring landai,Pepohonan rapat dan semak-semak.

Bergelombang, miring landai

3,45 %

► Panjang lereng 

= 58,8235  m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

03 F. Teknik (AB) Datar,Rumput dan semak-semak

Datar/ hampir datar

► Panjang lereng

= 188,2352 m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

04 Stadion (IJ) Datar, hampir datarRumput dan semak-semak

Datar, hampir datar

1,16 %

► Panjang lereng  

= 244,1175 m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

05 FKM, PS. Farmasi, dan PGSD (GH)

Datar dan hampir rata,Pepohonan jarang dan semak-semak

Datar

0,87 %

► Panjang lereng 

= 352,941m

►Kategori Lereng = 250m -500m (Panjang)

06 Masjid, Kantor Pusat, Perpustakaan

Datar,Pepohonan jarang dan

Datar 0,87 % ► Panjang lereng 

Page 23: Laporan Akhir Peta Kontur

(GH) semak-semak = 367,6491m

►Kategori Lereng = 250m -500m (Panjang)

07 F. Ekonomi (MN) ► Panjang lereng 

= 241,17635m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

08 FISIP (OP) Datar,Pepohonan jarang,semak-semak,rumput

Datar ► Panjang lereng  

= 235,294m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

09 F. Pertanian (GH) Datar rata,Pepohonan rapat dan semak-semak

Datar

0,87 %

► Panjang lereng 

= 329,4116m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

10 F. Kedokteran (CD)

Bergelombang, miring landai ,Semak-semak

Bergelombang, miring landai

3,45 %

► Panjang lereng  

= 299,9985m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

11 FKIP dan F.Hukum (UV)

Datar rata,Pepohonan rapat dan semak-semak

Datar ► Panjang lereng  

= 241,17635m

►Kategori Lereng = 50m -

Page 24: Laporan Akhir Peta Kontur

250m (Sedang)

12 F.MIPA (EF) Datar, hampir datar,Pepohonan rapat dan semak-semak

Datar, hampir datar

0,81 %

► Panjang lereng  

= 311,76455m

►Kategori Lereng = 250m -500m (Panjang)

13 F.Sastra (Z1) Datar,Pepohonan dan semak-semak

Datar ► Panjang lereng 

= 235,294m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

14 F.Teknik Pertanian (CD)

Bergelombang, miring landai,Pepohonan rapat dan semak-semak

Bergelombang, miring landai

3,45 %

► Panjang lereng  

= 170,58815m

►Kategori Lereng = 50m -250m (Sedang)

PERHITUNGAN PROFIL GEOMORFOLOGISkala :

  100 meter tiap 1,7 centimeter

Maka  :        1,7cm  : 10000cm        1cm     : 58,82m

Perhitungan dengan rumus sbb :

 A-B      →   Relief                             =  kontur tertinggi – kontur terendah        →   Jarak skala  (AB)           =  jarak antar titik kontur pada peta        →   Jarak (AB)                      =  Jarak skala × Skala

        →   Slope                              =

1.      A-B →   Relief  =  20m – 5m                                           =  15m

Page 25: Laporan Akhir Peta Kontur

        →   Jarak skala  (AB)      =  4,1cm        →   Jarak (AB)                =  Jarak skala × Skala                                                =  4,1 × 58,82                                                =  241,162 m              

        →   Slope                        =                                                = 6,2 %

2.      C-D →   Relief  =  20m – 5m                                                       =  15m        →   Jarak skala  (CD)      = 7,4cm        →   Jarak (CD)                =  Jarak skala × Skala                                                = 7,4 × 58,82                                                = 435,268 m                                               

        →  Slope                         =                                                = 3,45 %

3.      E-F  →   Relief  = 9m – 4m                                                       = 5m        →   Jarak skala  (EF)       = 10,45cm        →   Jarak (EF)                 = Jarak skala × Skala                                                = 10,45 × 58,82                                                = 614,669 m                                               

        → Slope                          =                                                =   0,81 %

4.      G-H →   Relief  = 9m – 3m                                                       = 6m        →   Jarak skala  (GH)     = 11,7cm        →   Jarak (GH)               = Jarak skala × Skala                                                = 11,7 × 58,82                                                = 688,194 m                                               

        → Slope                          =                                                =   0,87 %

Page 26: Laporan Akhir Peta Kontur

5.      I-J    →   Relief  = 6m – 3m                                                       = 3m        →   Jarak skala  (IJ)        = 4,4cm        →   Jarak (IJ)                  = Jarak skala × Skala                                                = 4,4 × 58,82                                                = 258,808 m                                               

        →   Slope                        =                                                = 1,16 %

6.      K-L  →   Relief  = 7m – 5m                                                       = 2m        →   Jarak skala  (KL)      = 3,8cm        →   Jarak (KL)                = Jarak skala × Skala                                                = 3,8 × 58,82                                                = 223.516 m                                               

        →   Slove                        =                                                = 0.89 %

7.      M-N  → Relief  = 9m – 3m                                                       = 6m        →   Jarak skala  (MN)     = 11,7cm        →   Jarak (MN)               = Jarak skala × Skala                                                = 11,7 × 58,82                                                =  688,194 m                                               

        →   Slove                        =                                                = 0,87 %

8.      O-P  →   Relief  = 5m – 3m                                                       = 2m        →   Jarak skala  (OP)      = 3,1cm        →   Jarak (OP)                = Jarak skala × Skala                                                = 3,1 × 58,82                                                = 182,342 m                                               

        →   Slove                        =

Page 27: Laporan Akhir Peta Kontur

                                                = 1,09 %

9.      Q-R →   Relief  = 6m – 2m                                                       = 4m        →   Jarak skala  (QR)      = 7,8cm        →   Jarak (QR)                = Jarak skala × Skala                                                = 7,8 × 58,82                                                = 458,796 m                                               

        →   Slove                        =                                                = 0,9 %

10.  S-T   →   Relief  = 5m – 2m                                                       = 3m        →   Jarak skala  (ST)       = 7,3cm        →   Jarak (ST)                 = Jarak skala × Skala                                                = 7,3 × 58,82                                                = 429,386 m                                               

        →   Slove                        =                                                = 0,7 %

BAB V

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

            Dalam peta gelogi dan morfologi Kampus Universitas Jember terdapat beberapa jenis tanah diantaranya tanah lempung, tanah lempung lunak, tanah lanau berpasir dan tanah gambut.

Tanah lempung terdapat di kawasan tengah kampus dan merupakan jenus tanah yang dominan yang tersebar di UPT Bahasa, Stadion. FISIP, Perpustakaan, Kantor Pusat, FMIPA, FPERTA,Farmasi, PSKM dan FKG. Tanah lempung lunak terdaat di daerah timur sebelah utara yang tresebar di F. Kedokeran, FTP, dan Sedikir di sebelah barat FKG. Tanah lanau berpasir terdapat didaerah tepi selatan dan tepi barat hingga ke ujung utara yang tersebar di F.Ekonomi, F.Hukum, G. Soetarjo, PKM, SAC hingga ke derah Pengembangan. Sedangkan Tanah gambut hanya terdapar di kawasan F. Kedokteran.

Page 28: Laporan Akhir Peta Kontur

LAMPIRAN

Foto Morfologi Fak. Kedokteran Gigi ( Sayatan E-F )

Foto Morfologi Bukit Fak. Teknologi Pertanian ( sayatan C-D)

Foto Morfologi Fak. Teknik (Sayatan A-B )

Page 29: Laporan Akhir Peta Kontur

Foto Morfologi Stadion ( Sayatan I-J )

Foto Morfologi Fak. Kesehatan Masyarakat ( Sayatan G-H )

Page 30: Laporan Akhir Peta Kontur

Foto Morfologi PS Farmasi ( Sayatan G-H )

Foto Morfologi PGSD ( Sayatan G-H )

Page 31: Laporan Akhir Peta Kontur

Foto Morfologi Masjid, Kantor Pusat dan Perpustakaan ( Sayatan G-H )

Foto Morfologi Fak. Ekonomi (Sayatan M-N )

Page 32: Laporan Akhir Peta Kontur

Foto Morfologi FISIP (Sayatan O-P )

Foto Morfologi Fak. Pertanian (Sayatan G-H )

Page 33: Laporan Akhir Peta Kontur

Foto Morfologi Fak. Kedokteran (Sayatan C-D )

Foto Morfologi FKIP (Sayatan U-V )

Page 34: Laporan Akhir Peta Kontur

Foto Morfologi Fak. Hukum (Sayatan U-V )

Foto Morfologi Fak. MIPA (Sayatan E-F )

Page 35: Laporan Akhir Peta Kontur

DAFTAR PUSTAKA

Eastjava.Com [Online]. Tersedia : http:// www.eastjava.com/books/semeru-climbing/html/tips_navigasi.htm - 63k