LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan...

47
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI BANTEN Jalan Syekh Nawawi Al-bantani Kota Serang 42188 LAPORAN AKHIR REVIEW RPPLH PROVINSI BANTEN TAHUN 2019

Transcript of LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan...

Page 1: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PROVINSI BANTEN Jalan Syekh Nawawi Al-bantani Kota Serang 42188

LAPORAN AKHIR REVIEW RPPLH PROVINSI BANTEN

TAHUN 2019

Page 2: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB I - 1

Bab 1 Pendahuluan

1.1. LatarBelakang

Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi

kewajibanbagiNegara,pemerintahdanseluruhpemangkukepentingandalam

pelaksanaan pembangunan berkelanjutanagar lingkungan hidup dapat tetap

menjadi sumber dan penunjang hidup bagi masyarakat sertamakluk hidup

lain. Pembangunan yang berkelanjutan sebagai upaya sadar dan terencana

yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasimasa kini

dangenerasimasadepan.

Untuk memperkuat perencanaan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup tersebut, Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2009

memandatkan bahwa untuk menyusun Perencanaan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup harus berbasis ekoregion yang

mempertimbangkankeragamandankarakteristikwilayah.

Bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini, seperti banjir, longsor,

kekeringan,pencemaransungai,laut,kekuranganairbersih,kerusakantanah,

danpolusiudaramengindikasikanbahwadayadukunglingkunganhiduptelah

terlampui. Peningkatan frekuensi bencana lingkungan hidup tersebut terjadi

seiring dengan pembangunan yang terus berlangsung. Untuk itu, sangat

penting melakukan perbaikan kebijakan, rencana, maupun program

pembangunansecaraterusmenerusdenganmempertimbangkansemuaaspek,

termasuk lingkungan hidup. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009

mengamanatkan bahwa RPPLH dijadikan dasar dan dimuat dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM). Dalam hal ini, RPPLH Nasional menjadi sangat penting

dalam mengarahkan pembangunannasionalagar fungsi lingkunganhiduptetap

terjaga

Page 3: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB I - 2

Berdasarkan terhadap fakta tersebut diatas, makaPemerintahProvinsi

Bantenberupayamelakukanupayapreventifdalamrangkapengendalian

dampak lingkungan denganmemperhatikankeragaman karakter dan fungsi

ekologis; sebaran penduduk; sebaran potensi sumber daya alam; kearifan

lokal; aspirasi masyarakat dan perubahan iklim, guna menyusun Rencana

PerlindungandanPengelolaanLingkunganHidupProvinsiBanten.Pemerintah

ProvinsiBantenmelaluiDinasLingkunganHidupdanKehutanantelahmenyusun

DokumenRencana Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

sejak tahun 2016. Seiring dengan perubahan kondisi alam yang terjadi maka

diperlukan review dokumen RPPLH. Untuk itu pada tahun 2019 ini Dinas

LingkunganHidupdanKehutananProvinsiBantenmelaksanakankegiatanreview

RPPLH.

1.2. MaksuddanTujuan

Maksud dan Tujuan dari kegiatan ini adalah mereview dokumen RPPLH

yang sudah ada denganmelakukan analisa berdasarkan kondisi saat ini dengan

mengacupadaRPPLHNasionaldanperaturanterkait.

1.3. KerangkaHukum

1. Undang-UndangNomor32Tahun2009tentangPerlindungandanPengelolaan

LingkunganHidup.

2. Undang-UndangNomor23Tahun2014tentangPemerintahDaerah.

3. Undang-UndangNomor5Tahun1990tentangKonservasiSumberDayaAlam

HayatidanEkosistemnya.

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Keanekaragaman Hayati

(Biodiversity)KonvensiPBB.

5. Undang-UndangNomor41Tahun1999tentangKehutanan.

6. Undang-UndangNomor7Tahun2004tentangSumberDayaAir.

7. Undang-UndangNomor26Tahun2007tentangPenataanRuang.

8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PengelolaanWilayah Pesisir

danPulau-PulauKecil.

9. Undang-UndangNomor24Tahun2007tentangPenanggulanganBencana.

Page 4: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB I - 3

10. Undang-UndangNomor37Tahun2014tentangKonservasiTanahdanAir.

11. Undang-UndangNo23Tahun2014tentangPemerintahanDaerah.

12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P./MenLHK-

II/2015tentangPedomanPenyusunanRencanaPerlindungandanPengelolaan

LingkunganHidup.

13. KeputusanMenteriLingkunganHidupNo.110Tahun2003 tentangPedoman

PenetapanDayaTampungBebanPencemarAirPadaSumberAir.

14. KeputusanMenteri LingkunganHidupNo115Tahun2003 tentang Pedoman

PenentuanStatusMutuAir.

15. PeraturanPemerintahRINo.43tentangAirTanah.

16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman

PelaksanaanKajianLingkunganHidupStrategis(KLHS).

17. PeraturanDaerahProvinsiBantenNomor10tahun2012tentangPerlindungan

danPengelolaanLingkunganHidup.

18. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2012-2017

(LembaranDaerahProvBantenTahun2012Nomor42).

19. PeraturanDaerahProvinsiBantenNomor2Tahun2011tentangRencanaTata

RuangWilayahProvinsiBantenTahun2010-2030.

20. Peraturan Gubernur Banten Nomor 63 Tahun 2014 tentang Kebijakan

PengelolaanSumberDayaAirMinumProvinsiBanten.

21. PeraturanDaerahProvinsiBantenNo1Tahun2015tentangPenyelenggaraan

PenanggulanganBencana.

22. PeraturanDaerahProvinsiBantenNomor5tahun2014tentangPerlindungan

PertanianPanganBerkelanjutan.

23. Keputusan Gubernur Banten No 672 tahun 2001 tentang Pengendalian Air

Permukaan.

24. KeputusanGubernurBantenNo672tahun2001tentangPedomanPengelolaan

AirBawahTanah.

Page 5: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB I - 4

Page 6: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 1

Bab 2 Kondisi dan indikasi daya dukung dan

daya tampung wilayah

2.1.KondisiWilayah

2.1.1.PotensidanKondisiLingkunganHidup

2.1.1.1. Air PengelolaansumberdayaairdiProvinsiBantendikelolaberdasarkanazas

kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian,

keadilan, kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas. Wewenang dan

tanggung jawab pemerintah provinsi adalah melaksanakan pengelolaan sumber

daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota dengan memperhatikan

kepentingan provinsi sekitarnya sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan peraturan tambahan

/perubahannya.Pengelolaan SDA di Provinsi Banten dititik beratkan pada

pengembangan SDAmelalui upaya konservasi sumber daya air, pendayagunaan

sumberdayaair,danpengendaliandayarusakair.

PotensisumberdayaairwilayahProvinsiBantenberasaldarisumberdaya

airtanah,sumberdayasungai,keberadaanwaduk,embungsertasitu-situ.Potensi

sumber daya air banyak ditemui di Kabupaten Lebak, sebab sebagian besar

wilayahnyamerupakankawasanhutanlindungdanhutanproduksiterbatas.

1. AirTanah

Tata air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada

sumber daya air, khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan

CekunganAirBawahTanah(CABT)yangtelahdi identifikasi,yangbersifat lintas

kabupaten maupun kota, antara lain CABT Labuan, CABT Rawadano dan CABT

Malingpingdanlintaspropinsi,meliputiCABTSerang-TangerangdanCABTJakarta

(Keputusan Menteri ESDM Nomor: 716.K/40/MEM/2003 Tentang Batas

HorisontalCekunganAirTanahPulauJawadanMadura).

Page 7: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 2

Potensidarimasing-masingcekunganairbawahtanahini,adalahsebagaiberikut:

a. SatuanCekunganAirBawahTanah(CABT)Labuan

CABT Labuan ini mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang (±93%) dan

Kabupaten Lebak (±7%) dengan luas lebih kurang 797 km. Batas cekungan air

bawah tanah di bagian barat adalah selat Sunda, bagian utara dan timur adalah

batas pemisah air tanah dan di bagian selatan adalah batastanpa aliran karena

perbedaansifat fisikbatuan. Jumlah imbuhanairbawah tanahbebas (air bawah

tanah pada lapisan akuifer tak tertekan/akuifer dangkal) yang berasal dari air

hujanterhitungsekitar515jutam3/tahun.Sedangpadatipeairbawahtanahpada

akuifer tertekan/akuifer dalam, terbentuk di daerah imbuhannya yang terietak

mulai elevasi di atas 75mdpi sampai daerah puncak CunungCondong, Gunung

PulosaridanGunungKarang.

b. SatuanCekunganAirBawahTanah(CABT)Rawadano

CABT Rawadano mencakup wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten

Pandeglang, dengan total luas cekungan lebih kurang 375 km2. Batas satuan

cekungan satuan air bawah tanah ini di bagian utara, timur dan selatan berupa

bataspemisahairbawah tanahyangberimpitdenganbatasairpermukaanyang

melewatiGunungPasirPematangCibatu (420m),Gunung Ipis (550m),Gunung

Serengean(700m),GunungPule(259m),GunungKupak(350m),GunungKarang

(1.778m),GunungAseupan(1.174m)danGunungMalang(605m).Sedangbatas

dibagianbaratadalahSelatSunda.

Berdasarkan perhitungan imbuhan air bawah tanah,menunjukkan intensitas air

hujanyangturundanmembentukairbawahtanahdiwilayahsatuancekunganini

sejumlah 180 jutam3/tahun, sebagian diantaranyamengalir dari lerengGunung

Karang menuju Cagar Alam Rawadano sekitar 79 m3/tahun. Sedang air bawah

tanahyangberupamataairpadaunitakuifervolkanikpumaDanauyangdijumpai

di sejumtah 115 lokasi menunjukkan total debit mencapai 2.185 m3/tahun.

Sementara itu pada unit akuifer volkanik Danau pada 89 lokasi,mencapai debit

367m3/tahun.Totaldebitdarimataairkeseluruhansebesar2.552m3/tahun.

c. SatuanSubCekunganAirBawahTanah(CABT)Serang–Cilegon.

Page 8: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 3

Satuan sub cekungan ini merupakan bagian dari CABT Serang-Tangerang, yang

secara administratif termasuk dalam wilayah Kota Serang, Kabupaten Serang,

KabupatenLebak,danKabupatenPandeglang,dengan luaswilayahsekitar1.200

km2. Batas satuan cekungan ini di bagian utara adalah laut Jawa, bagian timur

adalahK.Ciujung, bagian selatanmerupakan batas tanpa aliran dan bagian barat

adalahSelatSunda.

Berdasarkan hasil perhitungan neraca air menunjukkan jumlah imbuhan air

bawah tanah diwilayah satuan cekungan ini sebesar 518 jutam3/tahun, sedang

jumlah aliran air bawah tanah pada tipe lapisan akuifer tertekan sekitari

3m3/tahun,berasaldaridaerahimbuhanyangterletakdisebelahutaradanbarat

dayayangmempunyaielevasimulaisekitar50mdpl.

d. SatuanSubCekunganAirBawahTanah(CABT)TangerangSatuan sub cekungan ini mencakup wilayah Kota Tangerang, Kabupaten

Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak dan sebagian Kabupaten Bogor

(ProvinsiJawaBarat),dengantotalluassekitar1.850km2.Batassubcekunganini

di sebelah Utara adalah Laut Jawa, bagian timur adalah Kali Cisadane, bagian

Selatanyangmerupakankontakdenganlapisanakuifer,sertabagianbaratadalah

Kali Ciujung. Jumlah imbuhan air bawah tanah di seluruh sub CABT Tangerang

sekitar 311 juta m3/tahun, sedangkan jumlah aliran air bawah tanah tertekan

terhitungsekitar0,9jutam3/tahun.

2.Sungai

DefinisidariDaerahAliranSungaiadalahsuatuwilayahdaratanyangmerupakan

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung,menyimpan, danmengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke

danauataukelautsecaraalami,danbatasdilautsampaidengandaerahperairan

yangmasihterpengaruhaktivitasdaratan(UUNo.7Tahun2004).

BerdasarkanpembagianDaerahAliranSungai(DAS),ProvinsiBantenterbagi

menjadienamDAS,yaitu:

a) DASUjungKulon,meliputiwilayahbagianBaratKab. Pandeglang (Taman

NasionalUjungKulondansekitarnya).

Page 9: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 4

b) DASCibaliung-Cibareno,meliputi bagian SelatanwilayahKab. Pandeglang

danbagianselatanwilayahKabupatenLebak.DASCibaliungseluas63.669

Ha.

c) DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten

Pandeglang. Luas DAS Ciujung inimencapai 90.242 Ha dan DAS Cidurian

seluas91.127Ha.

d) DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan

KabupatenPandeglang.DASCidanauseluas22.620Ha.

e) DASTeluklada,meliputibagianBaratwilayahKabupatenSerangdanKota

Cilegon.

f) DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten

TangerangdanKotaTangerang.

Sementara itudefinisidariwilayahsungaimenurutUUNo.7Tahun2004adalah

kesatuanwilayahpengelolaansumberdayaairdalamsatuataulebihdaerahaliran

sungai (DAS) dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama

dengan2.000km2.

Untuk pengelolaan sungai sebagai sumber daya air ditetapkan 4Wilayah Sungai

(WS) yang terdapat di Provinsi Banten. Berdasarkan Keppres RI No 12 Tahun

2012, ada dua klasifikasi wilayah sungai yang ada di Provinsi Banten yaituWS

Lintas Provinsi (Cidanau-Ciujung-Cidurian dan WS Ciliwung-Cisadane) yang

dikelolaPemerintahPusat,danWSLintasKabupaten/Kota(WSCiliman-Cibungur

danWSCibaliung-Cisawarna)yangdikelolaolehProvinsiBanten.

WSCiliman-Cibungurterdiridari27DaerahAliranSungai(DAS)denganluastotal

1.750,93km2memilikipotensiairsebesar120m3/detik.SedangkanWSCibaliung-

Cisawarnaterdiridari75DASdenganluastotal2.613,37km2mempunyaipotensi

air sekitar 122.34 m3/detik. Menurut hasil analisis, potensi air di kedua WS

tersebut, dalam jangka panjang masih aman digunakan untuk memenuhi

kebutuhan air rumah tangga, perkotaan, industri dan irigasi masyarakat yang

berada di lokasiWS ini. Sumber daya air untukWS Cibungur-Ciliman berada di

Page 10: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 5

lokasi Kab. Pandeglang terdiri dari 65 sungai dan yang berada di Kab. Lebak

terdapat5 sungai. Sementara ituuntukWSCibaliung-Cisawarna,diwilayahKab.

lebakterdapat34sungaidanKab.Pandeglangterdapat31sungai.

a. SungaiCiujung

Sungai Ciujung merupakan salah satu sungai besar di Provinsi Banten yang

mengalirmelaluiwilayahKab.Bogor(Provinsi JawaBarat),Kab.Lebak,danKab.

Serang.SungaiiniberhuludiG.Karang(+1778m)diKab.SerangdanG.Halimun

(+1929m)diKab.Bogor,memilikipanjangsungai+84,8kmdenganluasdaerah

aliransungai(DAS)seluas+1.858km2,memilikiduaanaksungaiyangbesaryaitu

S.Cisimeut(DAS=458km2)danS.Ciberang(DAS=305km2).Keduaanaksungai

ini menyatu di sebelah selatan kota Rangkasbitung dan mengalir ke utara

bermuaradilautJawa.

KualitasairsungaiyangterdapatpadaprovinsiBantentidakterlepasdariadanya

pencemaranair,sebagaiakibatadanyakegiatanatauaktivitasyangdilakukanoleh

masyarakat dan industri. Adanya pencemaran air pada sungai menjadikan

beberapaparameterkualitasairmenurundanberadadi luarbakumutuyangdi

telah ditetapkan. Penurunan parameter kualitas air menyebabkan fungsi sungai

menjadi berkurang, sehingga kebutuhan masyarakat akan air yang baik akan

semakinberkurang.

b. SungaiCiliman

Sungai Ciliman dengan luas DAS+500 km2mengalir sepanjang 55 km melalui

kabupatenLebakdanPandeglang,berhuludiGunungLiman,GunungKencana,dan

GunungKendengsertabermuaraditelukLada.Anak-anaksungaiCilimanadalah:

Sungai Cidima, Cicaringin, Citeureup, Cipendeuy dan Ciseuleuhdeungen. Bentuk

DAS berbentuk cabang pohon, sungai induknya memanjang dengan anak-anak

sungailangsungmengalirmasukkesungaiinduk.

c. SungaiCidanau

SungaiCidanaumengalirdariRawaDanaukearahBaratdanbermuarake selat

Sunda, sehingga Cidanau merupakan aliran keluar(outflow)dari air di rawa

Danau.KarenasungaiinimenyatudenganRawaDanau,makadaerahresapannya

jugamerupakandaerahresapanRawaDanau.

Page 11: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 6

d. SungaiCibanten

SungaiCibantenmengalirmelaluikotaSerangdanbermuaraditelukBanten.

3. Situ/Rawa

Potensi airpermukaanyang tersimpandalambentuk situ/ rawaadalah sebagai

berikut:

• Volumesitu/rawadiSWSCiujung-Ciliman1.841.700m3

• Volumesitu/rawadiSWSCisadea-Cikuning150.000m3

Gambar2.1.GambarInventarisasiSitu,Rawa,danDanaudiProvinsiBantenSumber:BLHDProv.Banten,2015

Page 12: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 7

4.MataAir

• JumlahmataairdiSWSCiujung-Cilimanberjumlah337buah

• Jumlahdebit(>1lt/dt)=2,771lt/dt

• Jumlahdebit(>100lt/dt)=102-447

KualitasAirdiProvinsiBanten

DiProvinsiBanten terdapat4WilayahSungai (WS),2diantaranyamenjadi

kewenangan Pemerintah Provinsi Banten, yaitu WS Cilim an-Cibungur dan WS

Cibaliung-Cisawarna sedangkan 2 WS lainnya menjadi kewenangan Pemerintah

Pusat,yaituWSCidanau-Ciujung-CiduriandanWSCiliwung-Cisadane.

Pemerintah Provinsi Banten memiliki kewenangan terhadap 102 Daerah

AliranSungai(DAS),dimana75DASberadapadaWSCibaliungCisawarnadan27

DASberadadiWSCilimanCibungur.

Daerah Aliran Sungai (DAS) besertaWilayah Sungai di Provinsi Banten, sebagai

berikut:

1. Wilayah Sungai Cibaliung Cisawarna (Kewenangan Pemerintah Provinsi

Banten)

2. Wilayah Sungai Ciliman Cibungur (Kewenangan Pemerintah Provinsi

Banten)

3. WilayahSungaiCidanauCiujungCidurian(KewenanganPemerintahPusat)

4. WilayahSungaiCiliwungCisadane(KewenanganPemerintahPusat)

Tabel2.1.NamaSungaiBerdasarkanKabupaten/Kota

diProvinsiBantenNo Kabupaten/Kota NamaSungai Panjang(Km)1 KabupatenPandeglang 1. Cikupa

2. Cimasayang3. Cisangu4. Cihaseum5. Cipanas6. Cinunggal7. Cibali8. Cijebuh9. Cilemer10. Cilancar

155591215151794

Page 13: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 8

No Kabupaten/Kota NamaSungai Panjang(Km)11. Cikoleang12. Cikadueun13. Cimoyang14. Ciandur15. Cilemer16. Cikarungkang17. Cisata18. Cikadue19. Cimoyang20. Ciandur21. Cimanunjang22. Cikembang23. Ciwates24. Cikadueun25. Cilemer26. Cijakan27. CibimaHulu28. Cipurang29. Cigondang30. Cisiwuwuk31. Cisata32. Cisitugunungg33. Cibama34. Ciwates35. Cikadueun36. Cillemer37. Cijakan38. CibamaHulu39. Cipurang40. Cigondang41. Cisuwuk42. Ciasata43. Cikembang44. Cikuncil45. Cisitugunung46. Cibama47. Ciwates48. Ciatuy49. Cikadubuluh50. CipuntenAgung51. Cimala52. Cibama53. Ciletik54. Cicarita55. Cibeureum56. Cikoreng57. Citajur58. Cilurah59. Cibungur60. Ciliman61. Cisurineun62. Cisolodengeun63. Ciseukeut64. Cikeruh65. Cilamis66. Cibaliung

410815559121592018182515623771025201314108121381512366445201512366445201512366445

Page 14: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 9

No Kabupaten/Kota NamaSungai Panjang(Km)67. Cikeusik68. Cilarajang69. Cihandoyan70. Cihonje71. Cijengkol72. Cicibaliung73. Cinimbang74. Cicorogol75. Cikolenag76. Cileutik77. Ciliman

201512366445206

2 KabupatenLebak 1. Cibareno2. Cikidang3. Sawarna4. Cimanumbulan5. Cidikit6. CidikitLeutik7. Cimandur8. Cimancak9. Cisiih10. CisiihLeutik11. Cimandiri12. Cihara13. Cimasuk14. Cilangkahan15. Cipeucangpari16. Cibinuangeun17. Ciliman18. Cilemer19. Cimalur20. Ciujung21. Cimangeunteung22. Cimaur23. Ciberang24. Cisimeut25. Cilaki26. Ciminyak27. Cicinta28. Cibeureum29. Cidurian

421030104520551540101041820153835151058101050302525151525

3 KabupatenTangerang 1. Cisadane 314,34 KabupatenSerang 1. Teneng

2. Cisaat3. Ciujung4. Kalimati5. Ciwaka6. Cibanten7. Cisangu8. Dahu9. Cibango

584044242520482539

5 KotaTangerang 1. Cisadane 100

Sumber:BantenDalamAngka,2018

Page 15: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 10

Untuk menjaga kualitas air permukaan di wilayah Provinsi Banten, dilakukan

upaya pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan

Hidup dan Kehutanan. Pemantauan air sungai sebagai badan air dimaksudkan

sebagai upaya pencegahan terhadap penurunan kualitas air sungai sehingga air

sungaitersebutdapatdimanfaatkansesuaidenganperuntukannya

Pemantauan kualitas air sungai di Provinsi Banten, dilakukan di 5 sungai

(S.Cisadane,S.Cidurian,S.Ciujung,S.CirarabdanS.Cibanten)padatahun2018dan

7 sungai (S.Cisadane, S.Cidurian, S.Ciujung, S.Cirarab, S.Cibanten, S.Cilemer, dan

S.Cimanceuri) pada tahun 2017. Setiap sungai memiliki minimal 6 titik pantau

yang diambil sampelnya minimal 2 kali dalam setahun. Parameter yang dinilai

dalam indeks kualitas air yaitu TSS,DO, COD, BOD, Fosfat, Total Coliform dan

E.Coli/FecalColi.

2.1.1.2. UdaraUdara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk hidup dan

kehidupanmanusiadanmaklukhiduplainnya.Udaramempunyaiartiyangsangat

penting di dalam kehidupan makhluk hidup dan keberadaan habitatnya. Oleh

karena itu pemanfaatannya harus dilakukan secara bijaksana dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk

mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan maka

pengendalianpencemaranudaramenjadisangatpentinguntukdilakukan

2.1.1.3. LahandanHutanLuas lahan sawah di Provinsi Banten pada tahun 2017 tercatat sebesar

204.539 hektar, dimana 94,74 persen diantaranya terletak di 4 kabupaten yaitu

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak Kabupaten Tangerang dan Kabupaten

Serang. Kabupaten Pandeglangmerupakanwilayah yangmemiliki luas lahannya

terbesaryaitumencapai54.768hektaratau26,78persendari total luas lahandi

Banten, disusul oleh Kabupaten Lebak sebesar 53.946 hektar (26,37 persen)

kemudianKabupatenSerangsebesar48.011hektar(23,47persen)danKabupaten

Tangerang sebesar 37.073 hektar (18,13 persen), sedangkan luas lahan sawah

sisanyasebesar5,25persenberasaldariKotaTangerangsebesar706hektar(0,35

Page 16: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 11

persen), Kota Cilegon sebesar 1.611 hektar (0,79 persen), Kota Serang sebesar

8.325 hektar (4,07 persen) dan terakhir Kota Tangerang Selatan adalah

kabupaten/kotadiProvinsiBantenyangmemilikiluaslahansawahterkecilyaitu

hanyasebesar99hektaratau0,05persendaritotallahansawahdibanten.

Sebesar203.123hektaratau99,31persenlahansawahdiProvinsiBanten

ditanami padi, sedangkan sisanya sebesar 0,69 persen tidak ditanami padi, dari

sekitar 1.416 hektar lahan sawah yang tidak ditanami padi, 969 hektar (68,43

persen) ditanami tanaman lainnya selain padi, sedangkan sisanya sebesar 447

hektar(31,57persen)tidakditanamiapapun.Sebesar64,10persendariluaslahan

yang ditanami padi atau sekitar 130.198 hektar lahan sawah ditanami padi

sebanyak dua kali dalam setahun, sisanya sebesar 33.115 hektar (16,30 persen)

hanya ditanami padi sebanyak satu kali dalam setahun dan selebihnya sekitar

39.810hektar(19,60persen)ditanamipadilebihdaritigakalidalamsetahun.

Berdasarkanjenispengairan,106.403hektaratau52,02persenluaslahan

sawah diantaranya adalah lahan sawah irigasi. Jenis lahan sawah irigasi yang

terluas terdapat di Kabupaten Serang (27.516 hektar atau 25,86 persen),

kemudian diikuti oleh Kabupaten Lebak (25.909 hektar atau 24,35 persen),

KabupatenTangerang(24.805hektaratau23,31persen),KabupatenPandeglang

(22.674 hektar atau 21,31 persen), sedangkan Kota Serang dan Kota Tangerang

masih dibawah 5 persen dari total luas lahan sawah irigasi di provinsi banten.

Berdasarkan luasnya berturut-turut adalahKota Serang (4.993 hektar atau 4,69

persen) dan Kota Tangerang (506 hektar atau 0,48 persen) sedangkan di Kota

Tangerang Selatan dan dan Kota Cilegon tidak terdapat lahan sawah irigasi.

Hampir seluruh luas lahan sawah irigasi ditanami padi, sebesar 105.459 hektar

atau99,11persenlahansawahirigasidiProvinsiBantenditanamipadi,sedangkan

sisanya sebesar 0,89 persen tidak ditanami padi, dari sekitar 944 hektar lahan

sawah irigasi yang tidak ditanami padi, 605 hektar (64,09 persen) ditanami

tanamanlainnyaselainpadi,sedangkansisanyasebesar339hektar(35,91persen)

tidak ditanami apapun. Sebesar 65,92 persen dari luas lahan sawah irigasi yang

ditanami padi atau sekitar 69.521 hektar lahan sawah irigasi ditanami padi

sebanyak dua kali dalam setahun, sisanya sebesar 26.435 hektar (25,07 persen)

ditanami padi lebih dari atau sampai dengan tiga kali dalam setahun dan

Page 17: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 12

selebihnyasekitar9.503hektar(9,01persen)hanyaditanamipadisebanyaksatu

kalidalamsetahun.

2.1.1.4. KeanekaragamanHayatiProvinsiBantensebagaidaerahdatarantropisyangterletakdiujungBarat

Pulau Jawamemiliki kekayaan dan kekhasan keanekaragamanhayati. Salah satu

kekayaan dan kekhasan keanekaragaman hayati Provinsi Banten yang menjadi

bagian dari perlindungan dan kekayaan alam dunia(the world heritage)adalah

BadakJawa(Rhinocerosnsondaicus).SelainBadakJawa,CagarAlamRawaDanaudi

KabupatenSerangdanTamanNasionalGunungHalimun–SalakdiperbatasanJawa

Barat dengan Banten Selatan,merupakan kawasan–kawasan endemis yang kaya

dengan keanekaragaman hayati. Cagar Alam Rawa Danau memiliki ±131 jenis

keanekaragaman hayati, yang beberapa diantaranya secara internasional

disepakati sebagai flora dan fauna yang mutlak harus dilindungi, flora endemis

yang ada di kawasan tersebut antara lain;Derris danauensis(Backer dan

Bakhuizen van den Brink; 1963);Glochidion palustre,Coix palustrisdanAlocasia

bantemensis (Kooders, 1892 dan 1912; dan Endert, 1932). Sementara Taman

Nasional Gunung Halimun–Salak merupakan pusat habitat Owa jawa atau Owa

Abu–Abu(Hylobates moloch), yang juga fauna endemis yang yang mutlak harus

dilindungi.

Disampingcagaralamdantanamannasionaltersebutdiatas,Bantenmasih

memiliki banyak kawasan–kawasan lindung baik untuk kepentingan pelestarian

keanekaragamanhayati, seperti; burung (CagarAlamPulauDua),penyu (Taman

NasionalUjungKulon danTamanWisataAlamPulau Sanghyang), jugamemiliki

keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomis dan menjadi unggulan

kabupaten/kotadiProvinsiBanten.

2.1.1.5. LautPerairan laut ProvinsiBanten terbagi ke dalam tigawilayah perairan laut

yaituSamuderaIndonesia,LautJawadanSelatSunda.Ketigawilayahperairanlaut

tersebut terbentang di Wilayah Provinsi Banten bagian utara, bagian barat dan

bagian selatan dan memiliki luas perairan laut secara keseluruhan sekitar

Page 18: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 13

11.486,72 km2.. Masing-masing luas wilayah perairan laut tersebut adalah luas

Samudera Indonesia seluas 3.077,36 km2, luas perairan Laut Jawa 2.797,20 km2

danluasperairanSelatSunda5.612,16km2.

WilayahlautBantenmerupakansalahsatujalurlautpotensialyangcukup

padat.SelatSundamerupakansalahsatujaluryangdapatdilaluikapal-kapalbesar

yang menghubungkan Eropa, Asia Selatan, Australia dan Selandia Baru dengan

kawasanAsiaTenggarasepertiThailand,MalaysiadanSingapura.PerairanBanten

ini juga merupakan jalur utama perlintasan/penghubung dua pulau besar di

Indonesia yaitu Jawa dan Sumatera. Gambaran rinci luas wilayah perairan laut

ProvinsiBantendijelaskanpadaTabelberikutini.

Tabel2.2.LuasPerairanLautProvinsiBanten

No. Kabupaten/Kota

LuasPerairan(Km2)

Samudera

HindiaLautJawa

Selat

SundaTotal

1. Kab.Lebak 676,51 - - 676,51

2. Kab.Pandeglang 349,28 - 1.352,72 1.702,00

3. Kab.Serang - 481,00 333,00 814,00

4. Kab.Tangerang - 377,40 - 377,40

5. KotaCilegon - - 185,00 185,00

6. KotaSerang - 74,00 - 74,00

Provinsi 3.077,36 2.797,20 5.612,16 11.486,72

Sumber:KelautandanPerikananDalamAngka2017

2.1.1.6. PesisirdanPantaiBerdasarkan sebaran wilayah administrasi Kec. pesisir dan Pulau-Pulau

kecilbahwaProvinsiBantenmempunyai luasanwilayahpesisirdanPulau-Pulau

kecil3.224Km²atau32.243.700Ha.Rincianmasing-masingluasanKec.pesisirdan

Pulau-PulaukecildijelaskanpadaTabeldibawahini.

Page 19: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 14

Tabel2.3.LuasWilayahPesisirdanPulau-PulauKecilProvinsiBanten

No. Kabupaten/KotaLuasWilayah

(Km2)LuasDarat(Km2) LuasLaut(Km2)

1 KabupatenPandeglang 4.448,89 2.746,89 1.702,00

2 KabupatenLebak 3.721,96 3.044,72 677,24

3 KabupatenTangerang 1.337,01 959,61 377,40

4 KabupatenSerang 2.148,15 1.467,35 680,80

5 KotaTangerang 164,55 164,55 -

6 KotaCilegon 360,51 175,51 185,00

7 KotaSerang 340,74 266,74 74,00

8 KotaTangerangSelatan 150,78 150,78 -

ProvinsiBanten 12.672,59 8.976,15 3.696,44

Sumber:KelautandanPerikananDalamAngka2017

Provinsi Banten merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah

pesisir, laut dan Pulau-Pulau kecil, sesuai dengan amanat UU Nomor 27 Tahun

2007diwajibkanmenyusunrencanapengelolaanwilayahpesisirdanPulau-Pulau

kecil berdasarkan hirarki yang telah ditetapkan. Beberapa tahun belakangan ini

terdapatbanyakisu-isudanpermasalahanyangmenyangkutpemanfaatanwilayah

pesisir, laut dan Pulau-Pulau kecilnya. Isu-isu strategis dan permasalahan

ekosistempesisirdanlautantaralainkerusakandanpenurunanhabitatterumbu

karang, penangkapan ikan dengan bahan peledak, kerusakan dan penurunan

habitat hutan mangrove, padang lamun dan biota laut, gangguan daerah aliran

sungai, kerusakan ekosistem dan biota di kawasan konservasi, konflik

pemanfaatanruangdansumberdayadanlain-lain.

Untukmenghindari laju kerusakan dan penurunan ekosistempesisir, laut

dan Pulau-Pulau kecil, konflik serta meminimalkan dampak dari penggunaan

terhadap berbagaiwilayah pesisir dan laut,maka perlu disusunRencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K-Provinsi Banten). RZWP-3-K-

ProvinsiBantenadalahrencanayangmenentukanarahpenggunaansumberdaya

tiap-tiapsatuanperencanaandisertaidenganpenetapanstrukturdanpolaruang

padakawasanperencanaanyangmemuatkegiatan-kegiatanyangbolehdilakukan

Page 20: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 15

dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah

memperoleh izin.Dengan demikian pengelolaanwilayah pesisir, laut dan Pulau-

Pulaukecildapatterencanadenganbaikdanterukur.

2.1.1.7. PertambanganPada tahun 2016, jumlah perusahaan pertambangan di Provinsi Banten

sebanyak 140 perusahaan, dimana yang terbanyak adalah perusahaan

pertambangan pasir darat, andesit, dan pasir laut. Dilihat dari luas wilayah

penambangannya,bahantambang jenispasir lautmemilikiwilayahterluas,yaitu

sebesar 21.304,29 ha. Sementara itu, dari jumlah produksinya, pasir laut juga

memilikiproduksiterbesaryaitu7.902.666m3.

Tabel2.4.LuasWilayahPertambanganBerdasarkanJenisBahanTambang

diProvinsiBantenTahun2014-2016No JenisBahanTambang Luas

(Ha)

2014 2015 2016

1. BatuBara 6.101 12,53 5.611

2 Emas 13.987 438,98 15.327

3. Perak - - -

4. Andesit 244 340,28 1.293

5. Zeolit 1.005 - 1.005

6. Galena 18 0,14 18

7. PasirDarat 163,20 30 308,50

8. PasirKuarsa 555 0,02 453

9. PasirKali - - -

10 Bentonit - 56 40

11. TanahLiat 698,26 1,02 500

12. TanahUrug - - -

13. BatuGamping 7.442,31 439 7.054

14. Tras 105 49,04 134

15. PasirBesi - 30 10

16. PasirLaut 15.735,36 76.822,70 304,29

17. Feldspar 5 - 5

18 Seng/Zn 435 - -

Total 32.063

Sumber:BantenDalamAngka,2017

Page 21: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 16

Bahan galian logam terutama logam mulia terbukti terdapat di wilayah

Kabupaten Lebak dan Pandeglang serta terindikasi di wilayah Kabupaten

Serang.Wilayah Cikotok dan sekitarnya berada di Kecamatan CibeberKabupaten

Lebak, sejakzamanpenjajahanBelandamerupakanwilayahpertambanganemas

danbahangalianlainpengikutnyasepertiperak.Meskipunsaatinipenambangan

yang dikelola PT Aneka Tambang Tbk. sudah mulai menghentikan kegiatan

eksploitasinya namun potensinya masih tersedia dan terbukti dengan masih

dilakukannya penambangan oleh rakyat. Potensi tersebut berada di wilayah

TamanNasional Gunung Halimun serta di daerah Cipanas dan Panggarangan.Di

KabupatenPandeglang,kegiatanpenambanganemassedangdipersiapkanolehPT

AnekaTambangTbk.bekerjasamadenganPT.CibaliungSumberDaya.

Potensi lainnya terindikasi di wilayah Kecamatan Cigeulis.

DiKabupatenSerang,emasterindikasidiwilayahKecamatanPadarincang,Anyer

dan Mancak.Bahan galian logam lainnya adalah Galena yang merupakan bijih

timahhitam(Pb).Mineralisasigalenaterkaitdenganmineralisasiemastersebardi

kecamatanCibeber,Cipanas,PanggarangandanMalingping.

Bahangaliannonlogammempunyaipenyebaranhampirdiseluruhwilayah

Provinsi Banten dengan kecenderungan sebaran terbanyak menepati wilayah

Provinsi Banten bagian selatan yang meliputi Kabupaten Lebak dan Kabupaten

Pandeglang. Di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon bahan galian yang bernilai

ekonomiadalahAndesit,basalt,trasdanbatuapungyangterdapatdalamtufa.Di

KabupatenLebak,bahangaliannonlogamyangbernilaiekonomisadalahberbagai

jenis bahan galian industri seperti zeolit, felspar, bentonit, batugamping, pasir

kuarsa,batusempur,batumuliasertabatubara.

Page 22: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 17

Gambar2.4.AreaPertambangandiKabupatenLebak

Sedangkan di Kabupaten Pandeglang terdapat potensi batumulia yang

dapat bernilai ekonomis selain batubelah, tras dan pasir.

Dalam rangka lebih memfokuskan usaha pertambangan di Provinsi Banten ada

beberapajenisbahangalianyangmenjadiunggulan,antaralainemas,pasirkuarsa,

zeolith, batu sempur, batu gamping, batu apung dan batubara. Untuk potensi gas

danminyak bumi, Pemerintah Pusat telahmenyerahkan Blok Ujung Kulon untuk

kegiataneksplorasidanpadasaatinitengahmenawarkanBlokRangkasbitungdan

BlokBanten.

Berikut adalah data daftar Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi

ProvinsiBantenTahun2017:

Tabel2.5.DaftarIUPEksplorasiLogamProvinsiBantenTahun2017NO NAMA

PERUSAHAANKABUPATEN/KOTA LUAS

(HA)TAHAPANKEGIATAN

KOMODITAS

1 2 3 4 5 61 PT.GrahaMakmur

CoalindoLEBAK 1972 EKSPLORASI PasirLaut(Emas

dmp)

2 PT.FinoBersaudara

LEBAK 7933 EKSPLORASI Emas

3 PT.SoutheastAsiaResources

LEBAK 600 EKSPLORASI Emasdmp

4 PT.SumberAlamCiptaNusantara

LEBAK 1000 EKSPLORASI Emasdmp

Sumber:ESDMProvinsiBanten,2017

Page 23: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 18

Tabel2.6.DaftarIUPEksplorasiBatubaraProvinsiBantenTahun2017NO NAMA

PERUSAHAANKABUPATEN/KOTA LUAS

(HA)TAHAPANKEGIATAN

KOMODITAS

1 2 3 5 6 7

1 PT.AlamSinsegyeTanahBanten

LEBAK 1971,80 EKSPLORASI BATUBARA

Sumber:ESDMProvinsiBanten,2017

Tabel2.7.DaftarIUPEksplorasiNonLogamProvinsiBantenTahun2017

NO NAMAPERUSAHAAN

KABUPATEN/KOTA

LUAS(HA)

TAHAPANKEGIATAN KOMODITAS

1 2 3 4 5 6

1 CV.ArifJayaUtama SERANG 5 EKSPLORASI BatuAndesit

2 PT.BantenBaruPerkasa SERANG 721 EKSPLORASI PasirLaut

3 PT.BayahPrimaPerkasa LEBAK 5,2 EKSPLORASI PasirKuarsa

4 PT.FajarAngkasaMandiri SERANG 6,4 EKSPLORASI BatuAndesit

5 PT.Gahanalautanprima SERANG 998 EKSPLORASI PasirLaut

6PT.KaosaAnugerahSentosaMandiri

SERANG 977 EKSPLORASI PasirLaut

7 PT.DayaSwahastaCipta SERANG 1.830 EKSPLORASI PasirLaut

8PT.Krakataubantensejahtera(BLOK2)

SERANG 981 EKSPLORASI PasirLaut

9 PT.MuaraSuksesMakmur SERANG 992 EKSPLORASI PasirLaut

10 PT.PutraLebakPerkasa LEBAK 10 EKSPLORASI BatuAndesit

11 PT.RajawaliBerkahAbadi PANDEGLANG 15 EKSPLORASI BatuanAndesit

12PT.ResourcesCelebesInternational

SERANG 720 EKSPLORASI PasirLaut

13 a.n.RoisBahtiar LEBAK 5 EKSPLORASI PasirKuarsa

14 a.n.Sugianto LEBAK 5 EKSPLORASI PasirDarat

15 PT.SegaraBantenSamudera SERANG 996.38 EKSPLORASI PasirLaut

16 PT.SamudraArthaMara SERANG 967.9 EKSPLORASI PasirLaut

17 PT.PatihSamudraJaya SERANG 992.2 EKSPLORASI PasirLaut

18 PT.AldoHSSejahtera SERANG 14 EKSPLORASI Andesit

Page 24: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 19

19 PT.MasAryaTunggalAbadi LEBAK 5 EKSPLORASI PasirKuarsa

20 PT.AdnisGlobalMandiri LEBAK 5 EKSPLORASI PasirKuarsa

21PT.BatuBuanaMakmurIndonesia

CILEGON 20 EKSPLORASI Andesit

22 PT.PutraBangsaMandiri SERANG 1216,1 EKSPLORASI PasirLaut

23 PT.RizkiBahteraJaya SERANG 1,025 EKSPLORASI PasirLaut

24 PT.KaryaKarsaBersama SERANG 2949,9 EKSPLORASI PasirLaut

25 PT.BiruSamuderaRaya SERANG 902,7 EKSPLORASI PasirLaut

26 PT.CitraPuteriBahari SERANG 2520,54 EKSPLORASI PasirLaut

27 PT.RajawaliOctorysSundari LEBAK 5.1 EKSPLORASI Andesit

28 CV.BERLIANQUARRINDO CILEGON 5 EKSPLORASI Andesit

29 a.n.MUHIBINH.SANUKRI LEBAK 5 EKSPLORASI PasirDarat

30 a.n.BADARUDIN LEBAK 5 EKSPLORASI Bentonit

31 PT.DollarRizkySejahtera PANDEGLANG 49,53 EKSPLORASI Andesit

32 a.n.Citra LEBAK 6,5 EKSPLORASI Bentonit

33 PT.BatuAnugrahPerkasa SERANG 5 EKSPLORASI Andesit

34 PT.SaranaIntiTambang SERANG 997,32 EKSPLORASI PasirLaut

35 PT.DelimasLestariJaya CILEGON 24 EKSPLORASI Andesit

36 PT.GamaBojonegaraJaya SERANG 50,86 EKSPLORASI Andesit

37 PT.AlfaGranitama(Blok2) SERANG 159 EKSPLORASI Andesit

38 a.n.AtiTriwahyuni CILEGON 5,6 EKSPLORASI Andesit

39 PT.RizkyBantenBerlian PANDEGLANG 50 EKSPLORASI Andesit

40 a.n.H.Basri SERANG 5 EKSPLORASI Andesit

Sumber:ESDMProvinsiBanten,2017DalamrangkalebihmemfokuskanusahapertambangandiProvinsiBanten

ada beberapa jenis bahan galian yangmenjadi unggulan, antara lain emas, pasir

kuarsa, zeolith, batu sempur, batu gamping, batu apung dan batubara.Untuk

potensi gas danminyak bumi, Pemerintah Pusat telahmenyerahkan Blok Ujung

Page 25: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB II- 20

Kulon untuk kegiatan eksplorasi dan pada saat ini tengah menawarkan Blok

Rangkasbitung.

Keberadaan berbagai jenis bahan galian yang ada di Provinsi Banten,

mempunyai perkiraan cadangan, luas wilayah dan kualitas yang berbeda-beda,

olehkarenaitudalamrangkalebihmemfokuskanusahapertambangandiProvinsi

Banten ada beberapa potensi bahan galian yang dapatmenjadi unggulan, antara

lain pasir kuarsa, batu sempur, bentonit, trass, zeolit, emas, batu gamping,

batuapung,feldsfar,batubaradankaolin.Kebijakandidalammasalahdiversifikasi

energi yang dicanangkan pemerintah pada hakekatnya menuntut berbagai

penelitiandanpenangananyangsungguh-sungguhmelaluikegiatan-kegiatanyang

terkaitdidalamnya.

Batubara sebagai salah satu alternative sumber energi memang bukan

suatuhalyangbaru,namunpenelitiandanpenyelidikanyanglebihseksamaserta

informasidarihasilpenelitiandanpenyelidikanyangtelahdilakukantampaknya

merupakan suatu tuntutan utama agar hasil kerja tersebut dapat termanfaatkan

dengantepatdanberhasilguna.

Page 26: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 1

Bab 3 PERMASALAHAN DAN TARGET

LINGKUNGAN HIDUP

3.1.PermasalahanLingkunganHidup

3.1.1.IsuPokokPermasalahan

WilayahBantenmengalamikrisislingkunganyangluarbiasa,diantaranya

adalah persoalan pencemaran lingkungan, sampah, air,kerusakan hutan,banjir,

polusi, tanah longsor dan sebagainya. KondisiLingkungan hidup dan sumber-

sumberkehidupanberadadi ambangkehancuranakibatover-eksploitasi selama

ini. Berlakunya otonomi daerah dengan tidak disertai tanggung jawab dan

tanggunggugatdaripelaksanaNegarajugamerupakansalahsatufaktorpenyebab

terjadinyakrisislingkunganselamaini,sehinggarakyatsemakinterpinggirkandan

termarjinalkan hak-haknya, sementara perusakan lingkungan dan sumber

kehidupanberlangsungdidepanmata.

AlihfungsiwilayahterjadidibeberapawilayahdiBanten,selainCilegondan

Tanggerang yang memang sejak semula sudah menjadi kawasan Industri, kini

giliranwilayah serangUtara jugadisulapmenjadiKawasan industri. Sejak tahun

90-an, telah didirikan sekitar sebelah kawasan industri yang tentunya sedikit

banyak akan mengakibatkan permasalahan lingkungan dan pada gilirannya

melanggar Hak-hak Azasi masyarakat. Kerusakan, pencemaran lingkungan,

kualitas dan kuantitas air yang menurun adalah konsekwensi yang dialami

masyarakat bersamaan dengan perkembangan industri. Pada prosesnya juga

melanggarHak-hakMasyarakatuntukmendapatkankehidupandanpenghidupan

yanglayak.

Dampaknyata kebijakan-kebijakanpembangunanyang tidakberwawasan

lingkungan adalah rusak dan tercemarnya sejumlah DAS yang ada di Banten;

menurunnya Kuantitas dan kualitas air, sehingga tidak lagi layak konsumsi. Di

sejumlah daerah di sepanjang pantai utara Kabupaten Serang telah merasakan

imbasnya,diantaranyapetanigagalpanendanatauproduksinyamenurun,begitu

jugayangdirasakanpetanipetambakdannelayan.Semenjakberdirinyakawasan

Page 27: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 2

industri di wilayah Serang Timur, hasil produksi tambak terus mengalami

penurunan dari tahun ke tahun, hasil tangkapan ikan juga terus mengalami

penurunan.

Untuk menghadapi permasalahan tersebut, salah satu upaya yang harus

dilakukan antara lain adalah Pemerintah harus melakukan penertiban wilayah

sesuai dengan peruntukannya, pembangunan industri yang ramah lingkungan

harus menjadi kewajiban, dan masyarakat harus senantiasa melakukan

pengawasanterhadapaktivitasindustritersebut.

Selain potensi wilayah, Provinsi Banten juga memiliki potensi penduduk

yang cukup besar. Dengan adanya jumlah penduduk yang cukup tinggi tersebut

mengakibatkan tuntutan terhadap kebutuhan pangan, papan dan sandang juga

terusmeningkat, dan seiring dengan hal tersebut akan timbul tekanan terhadap

lingkungan yang berdampak pencemaran dan kerusakan lingkungan. Konsumsi

masyarakatterhadapkebutuhanhidupnyayangtinggisecaraotomatismendorong

kegiatanproduksiyangtinggipula.

Berdasarkan kondisi dan beberapa permasalahan lingkungan yang terjadi

diProvinsiBanten,makatelahdilakukanperumusanisu-isulingkunganmulaidari

penyaringan isu sampai penetapan isu pokok permasalahan. Berdasarkan

inventarisasi permasalahan lingkungan hidup yang ada di Provinsi Banten

beberapaisulingkunganhidupyangdiprioritaskanadalahIsuprioritaslingkungan

hidupProvinsiBantenTahun2018dapatdirumuskansebagaiberikut:

1. KerusakanSumberDayaAlamdiProvinsiBanten

Provinsi Banten dengan luas daratan 8.800,83 km2menyimpan kekayaan

dankeanekaragamansumberdayaalam.Potensisumberdayaalamkehutanandi

wilayah daratan seluas 208.161,27 Ha, sedangkan luas kawasan hutan dan

perairannya adalah seluas ±253.218,27 Ha. Pertumbuhan jumlah penduduk

diiringi dengan semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan yang merusak

sumberdaya hutan seperti penebangan, perambahan, dan pencurian yang

dilakukan oleh penduduk karena tuntutan ekonomi menyebabkan pemanfaatan

sumberdayaalamtersebuttidakterkendali.

Page 28: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 3

Kerusakanhutanakibatpenebanganhutansecaraliarterjadididaerahhulu

sungai. Daerah hulu sungai merupakan bagian dari ekosistem Daerah Aliran

Sungai(DAS).Peningkatanbuangansedimenkedalamekosistemperairanakibat

semakin tingginya laju erosi tanah yang disebabkan oleh perusakan hutan,

kegiatan pertanian, dan pembangunan sarana dan prasarana di daerah aliran

sungai. Kerusakan yang diakibatkan oleh rusaknya hutan di daerah hulu

diindikasikan oleh meluapnya sungai di musim hujan yang berpotensi

menimbulkan banjir di daerah hilir dan keringnya sungai di musim kemarau

karenatidakadanyavegetasiyangmenyimpanair.Tidakadanyavegetasipenutup

tanahdidaerahaliransungaijugamenyebabkantopsoilakanikuttercucibersama

denganairhujan.

Selain permasalahan sedimentasi, abrasi pantai juga terjadi di beberapa

titiklokasidiProvinsiBanten.Abrasiyangterjadisebagianbesardiakibatkanoleh

faktor alam dan kegiatan manusia seperti kegiatan pertambakan, penebangan

hutanmangrove,penggalianpasirpantai,maupunreklamasi.Kerusakanterumbu

karang mengakibatkan hilangnya areal nursery ground dan feeding ground bagi

berbagaibiotalaut.Halinimengakibatkanmenurunnyaproduksiikan-ikankarang

dan menghilangkan fungsi terumbu karang sebagai pelindung pantai terhadap

gempurantekanangelombangdanbadaiyangmengakibatkanabrasipantai

2. PencemaranAir,Udara,danTanah

a. PencemaranAir

Berdasarkan hasil identifikasi, permasalahan lingkungan yang terkait

dengan sumberdaya air di wilayah kota/kabupaten di provinsi Banten dapat

dikatakan beragam sesuai dengan karakteristik daerah dan aktifitas

pembangunannya.PenyebaransumberdayaairdiProvinsiBantensecaraalamiah

tidakmerata,adadaerahyangmemilikipotensisumberaircukuptinggitetapiada

jugadaerahyangminimsumberair.Potensi sumberdayaairdiwilayahProvinsi

Bantendigambarkanmelaluikondisisumberairpermukaandanairtanah.

Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun terjadi fluktuasi debit

aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau, sedangkan

kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di beberapa sungai.

Page 29: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 4

Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan dan jumlah

pendudukProvinsiBanten.Kebutuhan iniharustetapbisadipenuhidarisumber

sumber air yang ada, sehingga diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air,

baik air permukaanmaupun air tanah.Mengantisipasi kebutuhan air yang terus

meningkat,perludilakukan identifikasidan inventarisasiseluruhsumberdayaair

yangada,termasukkemungkinanpemanfaatanteknologidibidangpemurnianair

(daurulang,desalinasiairlaut).

Air tanah secara umummemiliki potensi yang cukup tinggi,meskipun di

beberapa daerah terindikasi intrusi air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah

yang cukup tinggi untuk kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air

permukaan.WilayahdiProvinsiBantenyangminimsumberdayaairialahwilayah

KotaCilegon,sehinggasuplaiairbersihCilegonbergantungpadasumberairdari

KabupatenSerang(RawaDanau)yangdisalurkanolehPT.KTI.Kalanganindustri

danwisata(terutamahotel)mengambilairtanahuntukmemenuhikebutuhannya.

Perkembangankegiatanindustrimeningkatkantekananterhadapsumberdayaair

dalamhalpenurunankualitasair(terjadipencemaranair),demikianjugabuangan

limbahdomestik(rumahtangga)ikutmemberiandilterhadappenurunankualitas

air.Tabel 3.1 Indeks Kualitas Air Provinsi Banten Tahun 2018

No Status Jumlah Persen Bobot Nilai 1 Memenuhi 6 0,076923 70 5,384615 2 Ringan 46 0,589744 50 29,48718 3 Sedang 26 0,333333 30 10 4 Berat 0 10 0

78 44,87179

b. PencemaranUdara

KualitasudaraambientdiProvinsiBantensangatdipengaruhiolehkegiatan

transportasi.Sumberpencemaranudaraperkotaanberasaldarisumberbergerak

yang sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan pembakaran mesin.

Polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor berupa senyawa CO, HC, SO2,

NO2danpartikulat.Hal inidikarenakanpeningkatan jumlahkendaraanbermotor

baikroda2maupunroda4diBanten.

Page 30: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 5

Pencemaran udara di Propinsi Banten terutamadi daerah perkotaan dari

waktu ke waktu diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan laju

pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor seperti sektor industri,

perhubungan/transportasi dan pariwisata. Hal ini perlumendapatkan perhatian

secara serius dan perlu penanganan atau pengendalian secara baik dan

komprehensifantarinstansiterkait.

Sumber pencemaran udara juga dapat dikategorikan menjadi dua yaitu

sumberyangbersifatbergerakyaituyangberasaldaripengoperasiankendaraan

darat dan udara dan sumber tidak bergerak yaitu dari kegiatan industri, rumah

tanggadanpersampahan.Pencemaranudarasebagaiakibatkegiatantransportasi

disebabkan oleh pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang

menghasilkan gas buang atau emisi, sedang pencemaran udara karena kegiatan

atau proses industri disebabkan oleh penggunaan energi seperti batu bara dan

pembakaranbahanbakaruntukgeneratordanpenggunaanAC.

Pencemaran udara yang berasal dari kegiatan rumah tangga pada

umumnyaterjadididaerahpedesaankarenapenggunaanbahanbakaryangtidak

diprosesterlebihdahuluyaitubahanbakardarikayu, sedangpencemaranudara

dari kegiatan persampahan disebabkan oleh proses pembakaran sampah akan

menghasilkan partikel debu. Sumber–sumber lain yang juga akan menyumbang

terjadinya pencemaran udara antara lain adalah kebakaran hutan dan kegiatan

pembangunan.

Permasalahan pencemaran udara juga terjadi pada lokasi tempat

pembuangan akhir (TPA) sampah.Pengelolaan TPA yang kurang optimal dan

adanyakesalahancarapenanganansampahmemicutimbulnyapenurunankualitas

udarapadalingkunganyangadadisekitarnyakarenaadanyapembakaransampah

padaTPAdan terdekomposisikannya sampahsehinggamengeluarkangasmetan

danH2S.Tabel 3.2 Kualitas Udara Tahun 2018

Kab/Kota

Kadar SO2 Kadar NO2 Rata-rata

Rata-rata IPU

µg/Nm3 µg/Nm3 Kadar SO2

Kadar NO2

A B C1 C2 A B C1 C2 µg/Nm3 µg/Nm3 µg/Nm3

Page 31: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 6

Kab.Pandeglang 29,54 25,86 21,94 13,39 41,7 12,9 17,1 25,5 11,34 12,15 11,75 Kab Lebak 57,22 33,43 6,68 8,58 36 25 16,2 16,3 13,24 11,69 12,47

Kab.Tangerang 46,47 37,25 17,42 15,96 62,3 73,4 36,2 32 14,64 25,49 20,07 Kab.Serang 24,49 26,02 10,08 24,86 56,1 44,5 39,4 28 10,68 21,00 15,84 Kota Serang 25,49 24,64 35,76 62,97 35,5 44,09 18,8 35,02 18,61 16,68 17,65

Kota Tangerang 28,12 44,05 41,71 69,86 24,3 48,4 12,2 18,92 22,97 12,98 17,98 Kota Cilegon 26,14 24,54 27,56 37,66 38,2 44,22 34,98 40,98 17,76 18,02 17,89 Kota Tangsel 10,84 48,74 30,92 71,55 62,45 57 62,6 56,9 12,26 29,87 21,07

Nilai Indeks Rata-rata 15,19 18,49 16,84 Sumber : Hasil Perhitungan, 2018

Tabel 3.3 Indeks Kualitas Udara Provinsi Banten Tahun 2018

Kab/Kota Ieu Indeks IKU

Kab.Pandeglang 0.4354 81,37 Kab Lebak 0,4770 79,05

Kab.Tangerang 0,6845 67,53 Kab.Serang 0,5295 76,14 Kota Serang 0,6736 68,13

Kota Tangerang 0,7364 64,64 Kota Cilegon 0,6691 68,38

Kota Tangerang Selatan 0,6797 67,75 Rata-rata 0,477 72,36

Sumber : Analisis Data

Dari tabel Perhitungan Indeks Kualitas Udara Tahun 2018 di Provinsi Banten

menunjukkan angka 72,63 yang berarti indeks kualitas udara Provinsi Banten berada pada

kondisi baik. Kualitas udara yang sudah berada dalam kondisi baik ini harus

dipertahankan dengan mengontrol peningkatan jumlah kegiatan transportasi, industri,

perkantoran, dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap

pencemaran udara.

c. Kerusakan/PencemaranTanah

Kerusakan tanah di Provinsi Banten antara lain akibat dari kegiatan

Penambangan bahan galian C terutama pasir, tanah dan batu secara tidak

terkendali mengakibatkan kerusakan lahan produktif disekitarnya. Dari sekian

banyak pelaku usaha penambangan bahan galian C yang belummelengkapi dan

melaksanakan usahanya dengan program perencanaan penambangan dan

programreklamasimasihsedikit.Rusaknya lahanhutandantingginya luaslahan

terbangun menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan (banjir) dan

Page 32: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 7

semakin rendahnya proses “recharge” air tanah. Dengan demikian diperlukan

usahaterpaduuntukmengatasibencanabanjirdantanahlongsor.

3. KetidaksesuaianTataGunaLahan

Pembangunan di wilayah perkotaan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan

prasarana kota. Perkembangan kotamenyebabnya terjadinya perubahan kondisi

ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas

lingkungan.PerkembanganperkotaandiProvinsiBantenmeningkatdaritahunke

tahun dan mempengaruhi jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan

menyebabkan permintaan akan kebutuhan ruang dan lahan mengalami

peningkatan baik untuk daerah pemukiman maupun lahan bisnis dan industri.

Pembangunan perkotaan yang mengarah pada sektor ekonomi dimana usaha

untuk pemenuhan lahan yang menguntungkan dilihat dari sisi sektor ekonomi

tentu akan memberikan dampak nyata bagi kualitas lingkungan, terlebih bagi

pembangunanyangkurangmengedepankanaspek lingkungan.Hal tersebutpada

akhirnyaakanmenyebabkanterjadinyadegradasilingkungan.

3.1.2.AnalisisDPSIR(Driver,Pressure,StateandResponse)

Pertumbuhanpenduduk,kepadatanpenduduk,danlajuurbanisasimenjadi

pendorong perkembangan wilayah perkotaan khususnya di sejumlah kota.

Pertumbuhanpendudukyangtinggisebenarnyamembawabeberapakeuntungan,

di antaranya adalah ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. Namun, jika

pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak didukung oleh kebijakan pemerintah

yang baik dalam menghadapi masalah ini, maka pertumbuhan penduduk yang

tinggihanyaakanmembawadampakyangburukbagisuatukota.

Darisegiekonomi, jumlahpendudukyangtinggiyangtidaksesuaidengan

lapangankerjayangcukuphanyaakanmenimbulkanmasalahkriminalitas.Orang

yangtidakmempunyaipekerjaanbisasajaberalihmenjadikriminal.Bukanhanya

itu, dari segi sosial ekonomi, jumlah pertumbuhan penduduk yang tinggi yang

tidak disertai pendistribusian fasilitas yang merata akan mendorong terjadinya

Page 33: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 8

urbanisasiyangpadaakhirnyaakanmemunculkankelassosialbarudimasyarakat

kota.Adanyaperumahankumuhadalahcontohkonkritdarimasalahini.

Dari segi pendidikan dan kesehatan sebagian besar penduduk tidak akan

mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. Rendahnya

kualitas pendidikan adalah salah satu faktor yang menyebabkan suatu negara

rendah akan sumber daya manusianya. Dampak dari kemiskinan adalah

ketidakmampuan untukmemperoleh pendidikan yang lebih baik, tidakmampu

untukmendapatkanpelayanankesehatanyangmemadai,kebutuhanpanganyang

tidaktercukupiyangmenyebabkankebutuhangizitidakterpenuhi,dayabeliyang

rendah. Ancaman terhadap keberlanjutan penghidupan masyarakat tergambar

padapeningkatanangkapengangguranyangmerupakankorelasidarikemiskinan

masyarakat.

Angka jumlah penduduk terbuka pengangguran berdasarkan Data BPS

Tahun2016diProvinsiBantenberjumlahkurang lebih509.383 jiwa, Ini artinya

kondisi ketenagakerjaan Banten masih belum memiliki kinerja yang baik. Ini

sangatironismengingatBantenmerupakanwilayahyangsangatprospektusuntuk

berinvestasi.

Jumlahpendudukharusberbandinglurusdenganluaspemukiman.Masalah

terjadi ketika lahan untuk pemukiman tidak cukup lagi untuk menampung

banyaknya penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, penduduk pun mengubah

lahanpertanianatauhutanmenjadiarealpemukimanbaru.Masalahtidaksampai

disitusaja,membuka lahanpertanianatauhutanmenjadi lahanpertanian justru

menimbulkanmasalahlingkungan.

Lahan pertanian atau hutan yang di sulap menjadi areal pemukiman

mengakibatkan hilangnya daerah resapan air. Sebab, lahan yang semula jadi

resapan air kini di poles dengan semen dan beton. Sehingga air tidak dapat

meresap.Banjirpuntidakterhindarkan.Selainitu,ketikamembukahutanmenjadi

areal pemukiman, penduduk biasanya membakar hutan tersebut, sebagai

akibatnya timbullah polusi udara yang disebabkan oleh hutan yang terbakar.

Eksisting hutan sebagaibuffer zone dan kawasan lindung telah terjadi degradasi

lahan yang dikarenakan banyaknya perambahan hutan dan illegal logging yang

Page 34: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 9

bisamenimbulkanpotensibencanatanahlongsor,bencanabanjirbandangseperti

yangterjadidiKecamatanSobangKabupatenLebak.

Kegiatan penambangan emas di Cisoka yang dilakukan oleh masyarakat,

sebagian besar merupakan kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI) yang

mengakibatkankerusakan lingkunganberupakerusakanbentangalam,erosidan

pendangkalan sungai. Merkuri yang digunakan dalam proses pengolahan emas

dapatterlepaskealamyangmengakibatkanterjadinyapencemaranDaerahAliran

Sungai(DAS)Ciberang(wilayahekoregion32,6,37,26)bagianhulu.

Tailing pengolahan amalgamasi menunjukkan kandungan merkuri (Hg)

sangat tinggi berkisar antara 11.500-23.700 ppb akibat proses amalgamasi yang

tidak sempurna. Kondisi ini perlu dicermati dan dilakukan pemantauan khusus,

mengingat sisa tailing tersebut diproses lagi dengan cara sianidasi dan tidak

dikeloladenganbaiklaluterbuangkebadanair.

Kandunganmerkuridalamendapansungaiyangsangattinggi(lebihbesar

dari 1000 ppb), berkaitan erat dengan adanya aktifitas penambangan dan

pengolahan emas yang tersebar di daerah penelitian sehingga berpotensi

menyebabkan terjadinya pencemaran air sungai, karena pada kondisi tertentu

merkuritersebutdapatlarutkedalamair.

TingginyakadarHgdalamtanah(lebihdari1000ppb)diKampungCisoka,

LebakSampaidandiMuarasangatberkaitaneratdenganaktifitaspengolahandan

penggarangan bullion yang dilakukan di ruang terbuka dan berpotensi

menyebabkanpencemaranmerkurikedalamairsumur,sungai,dantumbuhan.

Kandungan unsur Hg dan logam berat lainnya dalam air secara umum

masihdibawahbakumutuKriteriaMutuAirBerdasarkanKelas(PPNo.82Tahun

2011),hanya3lokasiyangberadadiatasbakumutu,yaitudisekitardaerahzona

penambangandanpengolahanemasCisokadanHuluCiupih.

Kerusakanhutanmangrovedankonversihutanmangrovedipantaiutara,

selatan dan barat khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek

produksiyangtidakramahlingkungandapatmengakibatkanabrasipantaiseperti

yang terjadi di Kabupaten Serang, Tangerang dan Kecamatan Panimpang

KabupatenPandeglang.

Page 35: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 10

Wilayah pesisir di Provinsi Banten tidak lepas dari eksploitasi manusia.

Kerusakan ekosistem terumbu karang secara umum disebabkan oleh aktifitas

manusia,sepertikegiatanpenangkapan ikandenganbahanpeledak,bahankimia

(potassium cyanida), penangkapan ikan dengan jaring jodang dan jaring bloon

(semacam pukat harimau), penangkapan ikan hias, kegiatan industri di pesisir

Cilegon, kegiatan pelabuhan, penambangan/pengambilan karang, termasuk

kegiatan wisata seperti pelepasan jangkar sembarangan dan

penyelaman/snorkling yang tidak benar (Profil kelautan dan perikanan Prov

Banten,2013).

Tabel3.4.LuasTerumbuKarang(Ha)BerdasarkanKabupatenKotaDiProvinsiBantenTahun2014

Sumber:SLHD,2014

Terumbu karang banyak ditemui di kabupaten Serang, Kabupaten

Pandeglang dan Kabupaten Lebak, dari data dapat dilihat seluas 702,34 Ha

terumbu karang yang terdapat di Provinsi Banten dalam keadaan rusak.

Sementara itu keberadaan terumbu karang dalam perairan sebagai tempat

berlindung ikan-ikan dan invertebrate dan sangat penting untuk melindungi

wilayah pesisir dari abrasi. Manfaat lain dari terumbu karang adalah sebagai

sumber makanan, sumber obat-obatan, pelindung pantai dari erosi serta fungsi

ekonomi dan sosial lainnya. Terumbu karang dapat rusak karena dampak dari

pariwisatayang tidak terkendali, adanya limbah industri,maupunbencanaalam,

sementarauntukmemperbaikinyamembutuhkanwaktupuluhansampairatusan

tahun.

Jenis Ekosistem

Cilegon Serang Pandeglang Tangerang Kota Serang

Lebak

Luas Total=1.63

5

Luas Total= 140,05 ha

Rusak= 679,34

Rusak= 23

Sedang= 304,888

Sedang=21

Baik= 364,605

Baik= 98

Sangat Baik= 86,16

Kabupaten/Kota

Terumbu Karang

- 250 - -

Page 36: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 11

Pemerintah Provinsi Banten melakukan kebijakan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yaitu dengan carameningkatkan industrialisasi. Provinsi

Bantenmengalami pergeseran sektoral dari sektor pertanian ke sektor industri.

Pergeseran ke sektor industri ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Banten menjadi meningkat. Saat ini industri yang berada di Banten

memilikiperananyangpentinguntukmenunjangperekonomianmasyarakatyang

beradadiBanten.PesatnyaindustrialisasidiBantenterlihatdaripeningkatannilai

produkdomestikregionalbruto(PDRB).

Pada 2010, PDRB Banten mencapai Rp.16.068.295,79 jumlahnya terus

meningkatsampaiRp21.353.253,70padatahun2013.Bahkanpadatahun2013,

nilai PDRB mengalami peningkatan yang sangat signifikan hingga

Rp21.353.253,70. Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

ProvinsiBanten,sektorindustripengolahanmemilikikontribusiterbesarterhadap

PDRB.Setiaptahun,sektorindustripengolahanmenyumbang49,28persenPDRB.

Sumbangan PDRB itu berasal dari pendapatan yang dihasilkan lebih dari 1.500

pabrik di sepanjang pantai barat hingga pantai utara Banten. Pabrik-pabrik

tersebuttersebardi18kawasanindustriyangmembentangdariAnyer,Ciwandan,

Kragilan,Cikande,Balaraja,hinggaCikupa.

Pengembangan industri di Banten mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

khususnya PDRB. Industri memiliki pengaruh positif karena naiknya jumlah

industriberbadinglurusdengannaiknyaPDRB.Makadapatdisimpulkanpengaruh

perkembanganindustrisangatbesarsekaliterhadappertumbuhanperekonomian

di Banten. Industri memegang peranan yang menentukan dalam pertumbuhan

perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan

pengembangannya.Berkaitandenganpabrik-pabrikatauindustri,ProvinsiBanten

dapatdijadikancontohakanhaltersebut.KarenaProvinsiBantentermasuksalah

satuProvinsidiIndonesiayangmemilikibanyakindustriyangberkembangsangat

pesat.DiCilegonterdapatlebihdari40perusahaanbesaryangbergerakdibidang

IndustriKimiaselainKrakatauSteelyangkitakenaldenganprodukbajanya.

Hal-hal negatif yang timbul adalah banyaknya polusi yang berasal dari

kegiatan perindustrian. Baik polusi yang berasal dari buangan industrimaupun

alat transportasi yang berguna untukmengangkut bahan dan hasil industri. Alat

Page 37: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 12

transportasi yang digunakan untukmengangkut bahan dan hasil industri adalah

truk-truk besar yang tentunya jumlah zat-zat hasil buangan knalpotnya tidaklah

sedikit.

DiwilayahProvinsiBantentidaklahsedikitmasalahyangberkaitandengan

polusi yang sering dirasakan dampaknya olehmasyarakat, terutamamasyarakat

yang berlokasi di dekat pabrik. Beberapa kecelakaan yang tejadi di pabrik,

misalnya kebocoran pipa, tumpahan tangki dari bahan kimia, bahkan kebakaran

pabrik. Tentunya hal ini menghasilkan dampak yang mengkhawatirkan untuk

kesehatan masyarakat sekitar. Cara penanggulangan serta pencegahannya

sangatlahpenting.Peranpihakterkaitsepertipihakpenanggungjawabdaripabrik

sertapemerintah setempatperludiperhatikankarena sudahbanyak sungaiyang

ada di Provinsi Banten mengalami penurunan kualitas air diantaranya Sungai

Cirarab, Cibanten, Cisadane, dan Ciujung yang kondisinya kini kritis akibat

pencemaran.

IsupermasalahanlingkungandiProvinsiBantenjugadianalisisdengan

metodeDPSIR,sepertiyangdimuatdalamTabel3.5.

Tabel3.5.AnalisisDPSIRuntukPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidupProvinsiBanten

Pendorong(Driver)

Tekanan(Pressure) KondisiLingkungan(State)

Dampak(Impact)

Pertumbuhanpendudukdiperkotaan

• Pemekaranperkotaanmenyebabkanalihfungsilahanpertanian

• KebutuhanairbakudanSDAmeningkat

• Rusaknyakemampuandayatampungairdidataranfluvial• Subsidendipesisir

• Turunnyakemampuanproduksipangan

• Turunnyadayadukungpenyediaanair

Kebijakanpemerintahuntukindustrialisasidanpemberianizintambang

• Alihfungsilahanbudidayapertaniansekitarperkotaanmenjadikawasanindustridanlahanbudidaya

• Kebutuhanair,SDA,danenergi

• Urubanisasiuntuk

• Indekspencemarandiatasambangbatasdiwilayahperkotaan

• Banyakkasuspenyakitakibat

• Turunnyakemampuanproduksipangan

• Turunnyadayadukungpenyediaanair

• Hilangnyacadangan

Page 38: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 13

bekerjadisektorindustrisekunderdantersier

pencemaran• Kualitasairbakumenurun

• Subsidenakibateksploitasitanah

karbon

Pembangunaninfrastruktur

• Kebutuhansemen,pasir,danbatu

• Pembukaankawasanhutanyangmerupakancatchmentareamenjadiareapertambangan

• Kejadianbanjirdiwilayahperkotaandanpesisir

• Kelangkaanairbersihdiwilayahperkotaan

• Turunnyakemampuanjasalingkungandalammenahanairhujan

• MerosotnyaketersediaanSDA

Tekananekonomimasyarakatpedesaandanpermintaanpasar

• Alihfungsihutanmenjadilahanbudidayapertanian

• Turunnyakemampuanjasalingkungandalammenahanairhujan

Sumber:HasilAnalisis,2018

3.1.3.PenentuanIsu-IsuStrategis

Penentuan isu-isu strategis didasarkan pada hasil analisis SWOT (faktor

internal, kekuatan dan kelemahan) berdasarkan fungsi dan tugas SKPD/OPD

sebagaiberikut:

Tabel3.6.Penentuanisu-isustrategis

No ObjekTelaah AnalisisKebutuhan Isu-isuStrategis

1 IdentifikasipermasalahanberdasarkantugasdanfungsipelayananSKPD/OPD

• PenyusunanRPPLH,KLHS,danKRP

• Penyusunanrencanapencegahan,penanggulangandanpemulihanpencemarandan/ataukerusakanlingkungan

• PenyusunanrencanapengelolaanlimbahB3

• InventarisasiizinPPLH• InventarisasidanpenetapanMHAdanpengakuankearifanlokal

• Kualitaslingkunganhidup• SDMdaninfrastruktur• Konflikkawasanhutan• Keanekaragamanhayati• Masyarakathukumadat(MHA)

Page 39: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 14

• Inventarisasidanpenyelesaianpengaduandankonflikterkaitlingkunganhidup

• PenyelenggaraanDiklatdanpenyuluhan

• InventarisasidanpemberianpenghargaanLingkunganHidup

• PengelolaansampahdanpenetapanTPA

• ImplementasiKEHATI• Peningkatanprogramrehabilitasi

• Peningkatanprogramperlindungantumbuhan

• PeningkatankapasitasSDM• Peningkatanprogrampemberdayaanmasyarakat

• InventarisasidanpenetapanMHAdanpengakuankearifanlokal

• PeningkatankapasistaskelembagaanSKPD/OPD

• Peningkatankapasitasmasyarakatdalampengelolaanlingkunganhidupdankehutanan

2 Telaahanvisi,misi,danprogramkepaladaerahdanwakilkepaladaerahterpilih

• PeningkatanSDM• Peningkatankapasitaskelembagaan/OPD

• Peningkataninfrastruktur• Peningkatanaksespendidikan

• Peningkatanakseskesehatan• Peningkatanpertumbuhanekonomi

• SDM,kapasitaskelembagaandaninfrastruktur

• Aksespendidikan,kesehatandanekonomi

3 TelaahanrenstraKLHK

• Peningkatansaranaprasaranapengukurandanpemantauankualitaslingkungan(digitalequipments)

• Peningkatanjumlahdankapasitastenagasurveyordanlaboranterkaitpengukurandanpemantauankualitaslingkungan

• Peningkatankapasitaskelembagaan/OPDterkait

• Saranaprasaranapengukuradanpemantauankualitaslingkungan(digitalequipments)

• SDMdankapasitaskelembagaan

Page 40: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 15

pengukurandanpemantauankualitas

4 TelaahanRTRWdanKLHS

• Peningkatanperizinanpermukimandanjaringan

• Peningkatanpengawasanpengelolaanlingkungankhususnyapermukimandanjaringan

• Peningkatanperalatanpengukurandanpemantauankualitaslingkungan(air,udara,tanahdanvegetasi)

• PeningkatankeahlianSDMkhususnyaterkaitpengukurandanpemantauankualitaslingkungan(air,udara,tanahdanvegetasi)

• Peningkatankualitaslingkungandanpelestariankeanekaragamanhayati

• Peningkatannilaikawasan• Peningkatannilaiekonomimasyarakatdisekitarkawasan

• Perizinandanpengawasanperlindungandanpengelolaanlingkunganhidup

• Peralatanpengukuran(digitalequipment)

• Nilaiekonomikawasanhutan

3.2.TargetPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup

TargetPengelolaanLingkunganHidupProvinsiBantendidasarkanMisike-

5 ‘Pembangunan Ekonomi’ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD)ProvinsiBantenTahun2017-2022.

Misi5:MeningkatkanKualitasPertumbuhandanPemerataanEkonomi

Tujuan:MenjagakualitasLH,pengendalianpemcemaran,keanekaragamanhayati,

pengendalian perubahan iklim, menjaga luasan dan fungsi hutan, menyediakan

hutan untuk sosial dan ekonomi masyarakat serta merawat keseimbangan

ekosistem

Sasaran:

1.Meningkatnyapengendalianpencemaranlingkunganhidup

Strategi:

1.a.MendorongPeningkatankualitaslingkunganhidup

ArahKebijakan:

Page 41: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB III- 16

1.a.Mendorong peningkatan kualitas airdanudaramelalui pengelolaan sampah

dan limbah B3, pengendalian pencemaran dan kerusakan, pemeliharaan

lingkungan hidup, perencanaan dan pengkajian dampak lingkungan hidup,

pengaduandanpenegakanhukum.

Sasaran:

2.Meningkatnyakualitasperencanaan,pengendalian,danperlindunganhutan

Strategi:

2.a. Mendorong peningkatan fungsi hutan dan kawasan lindung melalui

perencanaan dan penatagunaan hutan, pemanfaatan dan penatausahaan hasil

hutan, pengembangan aneka usaha dan promosi kehutanan serta peningkatan

pengelolaanTahuraBanten.

2.b.Meningkatkanfungsihutandankawasanlindung

ArahKebijakan:

2.a. Peningkatan konservasi DASmelalui penigkatan fungsi hutan dan kawasan

lindung, perencanaan dan penatagunaan, pemanfaatan dan penatausahaan hasil

hutan, aneka usaha dan promosi kehutanan, rehabilitasi hutan dan lahan, serta

pemberdayaanmasyarakat.

2.b. Peningkatan fungsihutandankawasan lindung sertakesadaranmasyarakat

pedulihutan.

Secara garis besar Indikator target Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup terbagi menjadi 7 (tujuh): (1) Peningkatan indeks kualitas

lingkungan hidup (IKLH), (2) peningkatan indeks kualitas air (IKA), (3)

peningkatan indeks kualitas udara (IKU), (4) peningkatan indeks tutupan hutan

(ITH), (5) peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan

pengelolaanlingkunganhidup,(6)peningkatanluaslahankritisyangterehabilitasi

dan peningkatan fungsi hutan bagi masyarakat serta (7) indeks kepuasan

masyarakat.

Sasaran

3. PembangunanRendahKarbon

Strategi

PerwujudanPembangunanEkonomiBerkelanjutanBerbasisRamahLingkungan

Page 42: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB IV - 1

Bab 4 Review rencana pengelolaan dan

perlindungan lingkungan hidup

Berdasarkandatainventarisasisumberdayaalam,profilekoregion,danisu

permasalahan lingkungan hidup yang ada di Provinsi Banten, maka review

rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Provinsi Banten dapat

dilihatpadatabelberikut:

Page 43: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB V- 1

Bab 5 Kesimpulan dan rekomendasi

5.1. Kesimpulan

Dialog berbagai pihak perlu segera dilakukan secara terus menerus agar dapat

dihasilkan sebuah produk kebijakan yang “legitimate” dan dapat dipertanggung

jawabkan dihadapan publik Provinsi banten. Secara substansif, dalamRPPLH ini

jugatidakdapatmenjawabpersoalanpokokdalampengelolaansumberdayaalam

diProvinsiBanten,yakni:Kerusakansumberdayaalamyangtelahmelampauidaya

dukung lingkungan,konflikpemanfaatansumberdayaalamberbasis lahanakibat

belum selesainya urusan kepastian hak-hak atas tanah maupun penguasaan

sumberdaya alamoleh negara serta ketidak-adilan alokasimanfaat sumberdaya

alam. Selain itu banyak dan luasnya keterlanjuran izin-izin yang tidak sesuai

dengan lokasinya,misalnya pertambangan, tumpang-tindih izin, investasi usaha

besar dan pengembangan ekonomi yang tidak dikaitkan dengan kapasitas

masyarakatlokal.

5.2.Rekomendasi

penyusunandanpembahasansertasubstansiRPPLHmemperhatikanhal-hal

sebagaiberikut:

1. RPPLH Provinsi Banten harus disusun dan dibahas berdasarkan prinsip

keterbukaandanpartisipasipublikagarmasyarakatluasdapatikutterlibat

secara aktif dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

ruangdiProvinsiBanten

2. RPPLHProvinsiBantenharusmenjawabpersoalankerusakansumberdaya

alam yang telah melampaui daya dukung lingkungan dengan pendekatan

pengelolaankawasanberbasiseco-region.

3. RPPLH Provinsi Banten harusmengaturmekanismemitigasi dan resolusi

konflik pemanfaatan sumberdaya alam berbasis lahan akibat belum

selesainya urusan kepastian hak-hak atas tanah maupun penguasaan

Page 44: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten BAB V- 2

sumber daya alam oleh negaraserta ketidak-adilan alokasi manfaat

sumberdayaalam.

4. RPPLH Provinsi Banten harus mengatur mekanisme penyelesaian

keterlanjuranizin-izinyangtidaksesuaidenganlokasinya,misalnyakebun

dan tambang di hutan konservasi, tumpang-tindih izin, serta izin di

wilayah-wilayahtanahadatdenganpendekatansanksiyangtegas.

Page 45: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten i

KataPengantar

PenyusunanReviewRencanaPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup(RPPLH)

Provinsi Banten Tahun 2019 merupakan kegiatan lanjutan dari Pemantapan Rencana

PerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup(RPPLH)ProvinsiBantenTahun2018.

PenyusunanReviewRPPLHdidasarkanpadaUndang-UndangNo.32Tahun2009tentang

PerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup.

Arahan Kebijakan RPPLH memuat rencana-rencana perlindungan dan pengelolaan

lingkunganhidupdiProvinsiBanten,yangdidasarkanpadapotensi-potensisumberdaya

alam dan lingkungan hidup, yaitu (1) kehutanan dan perkebunan, (2) kelautan dan

perikanan,(3)air,(4)pertambangandanenergi,(5)pariwisata,dan(6)keanekaragaman

hayati.

PenyusunanReviewRPPLHakanmenjadidasarbagipenyusunanRencanaPembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Provinsi Banten. RPPLH diharapkan dapat menjadi acuan pengelolaan

lingkungan hidup dalam setiap proses pembangunan di Provinsi Banten, baik itu oleh

stakeholder,swasta,danmasyarakat.Dengandemikian,pembangunanberkelanjutanyang

berwawasanlingkungandiProvinsiBantendapatterlaksanadenganbaik.

KepalaDLHKProvinsiBanten

Ir.H.M.HusniHasan.,CES

Page 46: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten ii

DaftarIsi

KataPengantar.......................................................................................................................................................i

DaftarIsi.....................................................................................................................................................................ii

BABIPendahuluan.................................................................................................................I-11.1. PosisidanPeranRPPLH................................................................................................................ I-1

1.2. TujuandanSasaranRPPLH............................................................................................ ............. I-2

1.3. KerangkaHukum.............................................................................................................................. 1-2

BABIIKondisidanIndikasiDayaDukungdanDayaTampungWilayah...............II-1

2.1 Kondisiwilayah...........................................................................................................................................II-1

2.1.1.PotensidanKondisiLingkunganHidup...............................................................................II-1

2.1.2.UpayaPengelolaanLingkunganHidup................................................................................II-64

2.1.3.ResikoBencana..................................................................................................................................II-94

2.2.KependudukandanKegiatannya......................................................................................................II102

2.2.1.JumlahPendudukLaki-LakidanPerempuan..................................................................II103

2.2.2.JumlahPendudukmenurutTingkatPendidikan...........................................................II104

2.3.IndikasiDDdanDTLHBerbasisJasaEkosistem.......................................................................II-108

2.3.1.SektorKehutanan...........................................................................................................................II-112

2.3.2.SektorPertanian.............................................................................................................................II-121

2.3.3.SektorIndustri................................................................................................................................II-125

BABIIIPermasalahandanTargetLingkunganHidup.................................................III-1

3.1.PermasalahanLingkunganHidup......................................................................................................III-1

3.1.1.IsuPokokPermasalahan............................................................................................................III-1

3.1.2.AnalisisDPSIR..................................................................................................................................III-6

3.1.3.PenentuanIsu-IsuStrategis......................................................................................................III-14

3.2.TargetPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup...................................................III-16

BABIVReviewRencanaPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup..........IV-1

4.1.ReviewRencanaPemanfaatandan/atauPencadanganSumberDayaAlam(SDA).IV-2

Page 47: LAPORAN AKHIR - dlhk.bantenprov.go.id · Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Laporan Akhir Laporan Akhir Review RPPLH Provinsi Banten Tahun 2019

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten iii

4.2.ReviewRencanaPemeliharaandanPerlindunganKualitasdan/FungsiLH................IV-4

4.3.ReviewRencanaPengendalian,Pemantauan,sertaPendayagunaandanPSDA.........IV-7

5.4.ReviewRencanaAdaptasidanMitigasiPeruabahanIklim....................................................V-11

BABVKesimpulandanRekomendasi...............................................................................V-1