Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39...

38
Laporan Akhir 2019 Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian Dalam rangka tertib administrasi dan koordinasi pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Daerah,serta mendukung mendukung pembangunan daerah maka perlu dilakukan sinegitas pengadministrasian yang terintegrasi antara Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dengan Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Banten sesuai dengan kebijakan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pedoman Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), Kemendagri, dan Pemda, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Dengan kondisi seperti itu maka Pemerintah Daerah Provinsi Banten perlu mengeluarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri, yang tujuan utamanya adalah menertibkan proses administrasi serta koordinasi pelaksanaan perjalanan dinas dilingkungan wilayah Provinsi Banten melalui Biro Pemerntahan Setda Provinsi Banten. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) Tata cara Administrasi Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Aparatur Sipil Negara di lingkungan wilayah Provinsi Banten untuk ASN, Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Walikota, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah untuk menertibkan proses administrasi serta koordinasi pelaksanaan perjalanan dinas dilingkungan wilayah Provinsi Banten. Sementara itu, tujuan dari pembuatan SOP adalah untuk meningkatkan kualitas tata cara

Transcript of Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39...

Page 1: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kajian

Dalam rangka tertib administrasi dan koordinasi pelaksanaan Perjalanan

Dinas Luar Negeri bagi kepala daerah dan wakil kepala daerah, pimpinan dan

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Aparatur Sipil Negara di

lingkungan Pemerintah Daerah,serta mendukung mendukung pembangunan

daerah maka perlu dilakukan sinegitas pengadministrasian yang terintegrasi

antara Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dengan Bupati/Walikota di

wilayah Provinsi Banten sesuai dengan kebijakan yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pedoman Izin Perjalanan Dinas Luar

Negeri bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), Kemendagri, dan Pemda, Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD.

Dengan kondisi seperti itu maka Pemerintah Daerah Provinsi Banten

perlu mengeluarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Izin Perjalanan Dinas

Luar Negeri, yang tujuan utamanya adalah menertibkan proses administrasi

serta koordinasi pelaksanaan perjalanan dinas dilingkungan wilayah Provinsi

Banten melalui Biro Pemerntahan Setda Provinsi Banten.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) Tata cara

Administrasi Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Aparatur Sipil Negara di

lingkungan wilayah Provinsi Banten untuk ASN, Bupati/Walikota, Wakil

Bupati/Walikota, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

adalah untuk menertibkan proses administrasi serta koordinasi pelaksanaan

perjalanan dinas dilingkungan wilayah Provinsi Banten. Sementara itu, tujuan

dari pembuatan SOP adalah untuk meningkatkan kualitas tata cara

Page 2: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 2

pengadministrasian Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri ASN, Bupat/Walikota dan

Wakil Bupati/Wakil Walikota, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dilingkungan wilayah Provinsi Banten.

1.3. Identifikasi Masalah

Ada beberapa permasalah dalam proses perizinan perjalanan dinas ke luar

negeri untuk ASN, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan

Anggota DPRD, yakni sebagai berikut :

1. Beberapa indikator Standar Operasional Prosedur (SOP) Izin Perjalanan

Dinas Luar Negeri di daerah Kabupaten/Kota sulit diimplementasikan dan

diukur sehingga disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia Nomor : 29 Tahun 2016 Tentang Pedoman Perjalanan

Dinas Luar Negeri Bagi Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam Negeri

Dan Pemerintah Daerah, Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah,

Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

2. Terdapat Surat Permohonan Perjalanan Dinas Luar Negeri dalam rangka

Kerjasama Luar Negeri yang ditandatangani oleh pimpinan DPRD;

3. Terdapat Surat Permohonan Ijin Perjalanan Dinas Luar Negeri yang dibuat

dan dikirim 5 hari sebelum keberangkatan;

4. Terdapat Surat Permohonan Ijin Perjalanan Dinas Luar Negeri dalam rangka

kerjasama disamakan dengan Ijin Cuti untuk perjalanan ke Luar Negeri;

5. Belum semua yang melaksanakan Perjalanan Dinas Luar Negeri membuat

dan menyampaikan Laporan Hasil Perjalanan;

6. Apakah Laporan Perjalanan Dinas Luar Negeri yang dilakukan oleh

Bupati/Walikota, Pimpinan/anggota DPRD dan ASN disampaikan juga

kepada Gubernur;

7. Kewenangan Gubernur dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan

Perjalanan Dinas Luar Negeri;

8. Proses Visa Dinas dan Visa Full Power.

Page 3: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 3

1.4. Landasan Hukum

Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai

dasar hukum pelaksanaan kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Izin Perjalalanan Dinas Luar Negeri antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan

4. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perjalanan Dinas Luar

Negeri.

5. Perpres No 12 Tahun 1961 tentang Tugas Belajar

6. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Perjalanan Dinas Luar Negeri.

7. PMK Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana telah diubah dengan PMK

Nomor 227/PMK.05/2016.

8. Permendagri 8 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kemendagri

9. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor SE.099/4995/Otda Tentang

Peyampaian Laporan Perjalanan Dinas ke Luar Negeri Bagi Gubernur

dan Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota,

Serta Pimpinan DPRD dan Anggota DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2019 Tentang Tata

Cara Perjalanan Ke Luar Negeri di Lingkungan Kementerian Dalam

Negeri dan Pemerintah Daerah

1.5. Sasaran Kegiatan

Tersususnnya dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) tata cara

administrasi Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi Aparatur Sipil Negara

(ASN), Kemendagri, dan Pemda, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,

Pimpinan dan Anggota DPRD yang sesuai dengan pedoman dan peraturan

yang ada.

Page 4: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 4

1.6. Sistematika Penulisan

Di dalam Sistematika penyusunan SOP ada beberapa hal yang akan

disusun, yakni sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang kajian, maksud dan tujuan, Identifikasi

Masalah, Landasan Hukum, keluaran (output), sistematika

penyajian laporan.

Bab 2 Gambaran Umum

Pada bagian ini membahas secara umum mengenai gambaran

SOTK Pemerintah Provinsi Banten.

Bab 3 Metode Pembuatan SOP

Pada bab ini menguraikan mengenai kerangka pendekatan

pembuatan SOP Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi Aparatur

Sipil Negara (ASN), Kemendagri, dan Pemda, Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD

Bab 4 SIstem Operasional Prosedur

Pada bagian ini diuraikan mengenai Persyaratan, prosedur

pengajuan, dan waktu pengajuan.

Page 5: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 5

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Indikator Makro Provinsi Banten

2.1.1. Potensi Daerah Provinsi Banten

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan

Provinsi Banten menjelaskan tentang luas wilayah Provinsi Banten, yaitu

sebesar 8.651,20 km². Pada akhir tahun 2015, wilayah administrasi Provinsi

Banten ditetapkan terdiri dari empat wilayah kabupaten dan empat kota.

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2008

Tentang Luas Daratan Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, yaitu

: Kabupaten Pandeglang (2.746,89 km²), Kabupaten Lebak (3.426,56 km²),

Kabupaten Tangerang (1.011,86 km²), Kabupaten Serang (1.734,28 km²), Kota

Tangerang (153,93 km²), Kota Cilegon (175,50 km²), Kota Serang (266,71 km²),

serta Kota Tangerang Selatan (147,19 km²).

Kemudian secara geografis, letak Provinsi Banten berbatasan dengan :

sebelah barat berbatasan dengan selat sunda, sebelah timur berbatasan

dengan DKI-Jakarta dan Provinsi Jawa Barat, sebelah utara dengan laut jawa,

dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra hindia.

Page 6: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 6

Gambar 2.1

Profil Geografis Provinsi Banten

Sumber : RPJMD Provinsi Banten Tahun 2017-2022

Selanjutnya akhir tahun 2015, wilayah administrasi Provinsi Banten terdiri

dari empat wilayah kabupaten dan empat kota, berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah

Administrasi Pemerintahan, luas daratan masing-masing Kabupaten/Kota, yaitu:

Kabupaten Pandeglang (2.746,89 km²), Kabupaten Lebak (3.426,56 km²),

Kabupaten Tangerang (1.011,86 km²), Kabupaten Serang (1.734,28 km²), Kota

Tangerang (153,93 km²), Kota Cilegon (175,50 km²), Kota Serang (266,71 km²),

serta Kota Tangerang Selatan (147,19 km²). Adapun jumlah kecamatan dan

kelurahan/desa pada wilayah administrasi pemerintahan di Provinsi Banten

adalah sebagaimana di bawah ini :

Page 7: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 7

Tabel 2.1

Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Kelurahan/Desa Pada Wilayah

Administrasi di Provinsi Banten Tahun 2016

Kabupaten/Kota Luas

Wilayah

(Km²)

Kecamatan Desa Kelurahan

Kabupaten

1. Pandeglang 2.746,89 35 326 13

2. Lebak 3.426,56 28 340 5

3. Tangerang 1.011,86 29 246 28

4. Serang 1.734,28 29 326

Kota

1. Tangerang 153,94 13 0 104

2. Cilegon 175,50 8 0 43

3. Serang 266,71 6 0 66

4. Tangerang

Selatan

147,19 7 0 54

9.622,92 155 1.238 313

Sumber : RPJMD Provinsi Banten 2017-2022

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Tahun 2008-2028, di wilayah

Provinsi Banten terdapat beberapa Kawasan Strategis Nasional (KSN) antara

lain, KSN Selat Sunda, KSN Ujung Kulon, KSN JABODETABEKJUR, Kawasan

Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, serta terdapat 21 Kawasan Industri di

wilayah Provinsi Banten dengan produk manufaktur unggulan : Baja, Petrokimia,

Alas kaki, Elektronik, Semen dan Makanan, yang didukung oleh keberadaan

beberapa pusat perdagangan tradisional dan modern, infrastruktur dan simpul

transportasi meliputi Bandara Internasional Soekarno Hatta, Pelabuhan Merak,

Jalan Tol Jakarta–Merak, Jalan Tol Serpong–Jakarta–Purbaleunyi, Kereta Api

Jakarta–Merak. Terdapat 39 Lokasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten Tahun 2010-2030, hal ini dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 8: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 8

Gambar 2.2

Peta Kawasan Stategis Nasional dan Provinsi Banten

Sumber : RKPD Tahun 2018 Provinsi Banten.

2.1.2. Kondisi Pembangunan Manusia Provinsi Banten

Konsep pembangunan manusia ini diprakarsai dan ditunjang oleh United

Nations Development Programme (UNDP), dengan mengembangkan Human

Development Index (HDI). HDI atau Indek Pembangunan Manusia (IPM) ini

merupakan indikator komposit yang terdiri dari 3 ukuran, yaitu kesehatan

(sebagai ukuran longevity), pendidikan (sebagai ukuran knowledge) dan tingkat

pendapatan riil (sebagai ukuran living standards). (BPS Provinsi Banten, 2016)

Dalam konteks Provinsi Banten, perkembangan capaian pembangunan

manusia di provinsi ini terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari

naiknya angka IPM secara konsisten selama periode 2010-2016. Adapun

besaran kenaikannya senilai 3,42 poin, yang setara dengan 0,49 poin per tahun.

Angka IPM Provinsi Banten pada tahun 2016 mencapai 70,96 dari kondisi

pembangunan manusia yang ideal (IPM ideal = 100). Namun demikian, dengan

Page 9: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 9

capaian sebesar itu, Provinsi Banten menempati urutan kedelapan dari 33

Provinsi di Indonesia. Hanya saja, status pembangunan manusianya belum

mengalami kenaikan, yakni masih berada pada kategori “Tinggi” (70 ≤ IPM <

80). Banten sendiri mulai menempati status pembangunan manusia kategori

“Tinggi” sejak tahun 2015, setelah sebelumnya berada pada kategori “Sedang”

(60 ≤ IPM < 70). (BPS Provinsi Banten, 2016)

Grafik 2.1

Nilai dan Pertumbuhan Indek Pembangunan Manusia Provinsi Banten

Tahun 2010-2016

Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016

Selanjutnya, dalam IPM ada dimensi yang berkontribusi didalamnya,

yakni angka harapan hidup saat lahir (AHH). AHH sendiri adalah rata-rata

perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup.

Dengan demikian, AHH juga dapat menggambarkan derajat kesehatan yang

telah dicapai oleh seseorang atau masyarakat. Semakin tinggi derajat

kesehatannya, maka kesempatan untuk bertahan hidup akan semakin besar.

Sebaliknya, tingkat kesehatan yang buruk akan cenderung memperpendek usia

hidup.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

67,54 68,22 68,92 69,47 69,89 70,27 70,96

1,01 1,03 0,8 0,6 0,55 0,98

Nilai Pertumbuhan

Page 10: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 10

Grafik 2.2

Angka Harapan Hidup (AHH) Provinsi Banten Tahun 2010-2016

Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016

AHH yang merepresentasikan aspek kesehatan, terlihat terus meningkat

selama kurun waktu 2010-2016. Meningkatnya AHH ini mengindikasikan bahwa

derajat kesehatan masyarakat di Banten sudah semakin membaik. Dengan kata

lain, kehidupan masyarakatnya secara rata-rata menjadi lebih sehat, sehingga

dapat hidup lebih lama. AHH Banten sendiri pada tahun 2016 mencapai 69,46

tahun, artinya setiap penduduk Banten yang dilahirkan pada tahun 2016, dapat

berharap untuk hidup sampai usia 69 tahun lebih. Hanya saja, jika dibandingkan

rata-rata nasional yang sebesar 70,90 tahun, Banten masih tertinggal jauh.

Selain AHH, salah satu dimensi dalam IPM adalah kualitas pendidikan.

Dimensi ini dapat diukur melalui ketersediaan akses atau kesempatan dalam

memperoleh pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu,

keberhasilan kualitas pendidikan di Provinsi Banten dapat diukur melalui Rata-

rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). RLS Banten

sendiri selama periode 2010-2016 terus mengalami peningkatan. Tetapi,

peningkatan tersebut masih terasa sangat lambat. Pada tahun 2010, rata-rata

penduduk Banten berusia 25 tahun ke atas, bersekolah hingga kelas 2 SMP.

Enam tahun kemudian, rata-rata lama sekolahnya hanya bertambah satu tahun

68

68,2

68,4

68,6

68,8

69

69,2

69,4

69,6

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

68,5

68,68

68,86

69,04 69,13

69,43 69,46

Page 11: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 11

menjadi kelas 3 SMP (belum tamat). Meskipun demikian, rata-rata lama sekolah

ini masih di atas nasional yang hanya sampai kelas 2 SMP (Grafik 4.3).

Grafik 2.3

Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah di

Provinsi Banten Tahun 2010-2016

Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016

Kemudian, HLS Banten pada periode yang sama juga terus meningkat.

Peningkatan ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam hal sarana dan

prasarana pendidikan, serta tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang

pendidikan. Adapun perbaikan ini juga menjadi penanda bahwa sistem

pendidikan di Banten selama ini sudah berjalan pada arah yang benar, hal ini

karena HLS menggambarkan rata-rata lama sekolah yang dapat ditempuh oleh

penduduk usia 7 tahun selama masa hidupnya. Nilai HLS Provinsi Banten

mencapai 12,70 tahun, yang setara dengan kuliah sampai Semester I.

Sementara pada saat yang bersamaan, penduduk Indonesia umumnya

bersekolah hingga sebulan lebih lama (Grafik 4.3). Dengan demikian, kualitas

pendidikan di Provinsi Banten harus diperbaiki agar dapat mengejar

ketertinggalannya. (BPS Provinsi Banten, 2016)

Dimensi terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia adalah

standar hidup layak. Dimensi ini direpresentasikan dengan menggunakan

indikator pengeluaran perkapita setahun yang disesuaikan. Adapun indikator

pengeluaran sendiri jelas dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan yang

0

2

4

6

8

10

12

14

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

7,92 7,95 8,06 8,17 8,19 8,27 8,37

11,02 11,41 11,79 12,05 12,31 12,35 12,7

RLS HLS

Page 12: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 12

dinikmati oleh penduduk. Selain itu berdasarkan data historis, sensitif terhadap

perubahan kondisi perekonomian, sehingga cocok untuk digunakan sebagai

proksi standar hidup layak.

Grafik 2.4

Perkembangan Pengeluaran per Kapita Setahun Disesuaikan Penduduk

Banten, 2010-2016 (ribu rupiah)

Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016

Pengeluaran per kapita setahun disesuaikan Banten selama tujuh tahun

terakhir ini, sebagaimana yang ditunjukan pada Grafik 4.4 terlihat terus

meningkat. Namun peningkatannya tidak terlalu signifikan atau berjalan lambat,

karena dalam setahun rata-rata hanya bertambah 99 ribu rupiah. Akan tetapi,

nilai pengeluarannya mencapai mencapai 11,5 juta rupiah, jauh di atas rata-rata

pengeluaran penduduk Indonesia yang hanya 10,4 juta rupiah. (BPS Provinsi

Banten, 2016)

Selanjutnya, jika dilihat dari nilai IPM di wilayah Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten masih terjadi ketimpangan. Nilai IPM tertinggi selalu berada di

wilayah Kota dan nilai terendah selalu berada di wilayah Kabupaten. Selain itu,

wilayah yang memiliki IPM tertinggi selalu di Kota Tangerang Selatan dan

wilayah yang memiliki IPM terendah selalu di Kabupaten Lebak. Untuk jelasnya

terlihat pada grafik 4.5 di bawah ini :

10,4

10,6

10,8

11

11,2

11,4

11,6

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

10,777

10,933 11,008

11,061 11,15

11,261

11,469

Page 13: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 13

Grafik 2.5

Nilai dan Pertumbuhan Indek Pembangunan Manusia (IPM)

Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2015-2016

Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2016

Data di atas menunjukkan pencapaian pembangunan manusia di seluruh

kabupaten/kota mengalami perbaikan. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka

IPM seluruh Kabupaten/Kota, yaitu dari kisaran 62,03 sampai 79,38 di tahun

2015 menjadi 62,78 sampai 80,11 pada tahun 2016.

2.2. Gambaran Pemerintahan Daerah Provinsi Banten

2.2.1. Gambaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi

Banten

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten dibentuk

sebagai konsekuensi dari pembentukan Provinsi Banten berdasarkan Undang-

undang No 23 Tahun 2000 untuk menjadi mitra kerja Pemerintah Provinsi

Banten yang sudah terbentuk. Berbeda dengan provinsi provinsi lainnya yang

dibentuk melalui Panwaslak di daerah, maka pembentukan DPRD Banten

sesuai Kepres 06 2001 dan Permendagri No.12/2000 yang dibentuk melalui

melalui sebuah panitia Pemilihan Keanggotaan (PPK). Panitia ini disusun Ti

Tujuh yang diketuai DRS. Adhi Pranoto, Kepala Badan Kesbang Provinsi

Banten dengan Wakil Ketua Kepala Biro (Karo) Pemerintahan M. Rifai dan lima

anggota, yaitu Kepala Badan Pengawas Pemda Banten Haeron Muksin, Karo

Hukum Saepudin, dan Sibli Sarjaya, seorang akademis.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kab. Lebak

Kab. Pandeglang

Kab. Serang

Kab. Tangerang

Kota Serang

Kota Cilegon

Kota Tangerang

Kota Tangerang Selatan

62,03

62,72

64,61

70,05

70,51

71,81

76,08

79,38

62,78

63,4

65,12

70,44

71,09

72,04

76,81

80,11

2016 2015

Page 14: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 14

Selanjutnya, Jai dari MUI dan Agus Najilah dari kalangan LSM. Dari Hasil

kerja tim ini kemudian keluar lima orang tokoh masyarakaat yang dianggap

mampu mengembang tugas PPK, yaitu Hasan Alidrus (Ketua), Adiwarman S.H

(Wakil ketua) dan tiga anggota yaitu, Hidayat Laksana, KH.Sya’mum Abduh dan

Prof.H.M.Tihami, M.A.

Pada pertemuan antara PPK DPRD dan utusan parpol serta Panwas

pada 17 April 2001 menetapkan jumlah kursi DPRD Provinsi Banten sebanyak

75 kursi, terbagi atas delapan kursi untuk Fraksi TNI/Polri dan 67 kursi dibagi 14

partai pemenang pemilu. Ke-14 partai pemenang itu yaitu, 24 kursi untuk PDI-P,

12 kursi untuk Golkar, kemudian PPP sebanyak 12 kursi, PAN 5 kursi, PKB 3

kursi, PBB 2 kursi, Partai Keadilan (PK) 2 kursi. Sementara 7 partai lainnya

yaitu, PNU, PKP, Partai Persatuan, PSII,PPI, Masyumi, Partai Daulat Rakyat

dan PDI, masing masing mendapat 1 kursi.

Pertemuan tesebut juga menetapkan perolehan kursi untuk setiap

kabupaten dan kota se-Provinsi Banten. Untuk Kota Tangerang 12 kursi,

Kabupaten Tangerang 22 kursi, Kabupaten Serang 13 kursi, Kabupaten Lebak 9

kursi, Kabupaten Pandeglang 8 kursi dan kota Cilegon 3 kursi. Dari 67 kursi dari

parpol ada 16 kursi yang diperuntukan bagi anggota DPRD Jawa Barat dari

daerah pemilihan Banten yaitu PDI-P 7 orang, Golkar 2 orang, PPP 4 orang,

PAN 1 orang, PBB 1 kursi dan PPII, serta Masyumi masing masing 1 kursi.

Setiap parpol kemudian mengajukan calon kepada PPK Provinsi Banten

yang kemudian daftar calon sementara (DCSB). Daftar itu kemudian

diperbanyak dan disosialisasikan kepada masyarkaat selama 14 hari untuk

menjaring berbagai masukan. Setelah melalui pembahasan, akhirnya PPK

menetapkan Daftar Calon Tetap Baru (DCTB) dan dikirim ke Mendagri untuk

disyahkan. Karena masih ada beberapa parpol yang belum sependapat tentang

susunan DCTP tersebut, maka proses pengesahan oleh Mendagri dilakukan

secara bertahap dalam tiga gelombang. Pelantikan pertama pada 6 Juli 2002

diikuti oleh 58 orang dari 45 yang sudah disetujui oleh Mendagri, sementara

yang berhalangan hadir dilantik pada gelombang berikutnya. Pelantikan kedua

pada 16 Juli 2002 diikuti 20 orang terdiri atas 12 pindahan anggota Dewan dari

DPRD Jawa Barat dan 8 calon yang telah disetujui Mendagri melalui

Page 15: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 15

rekomenasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Seharusnya 21 orang yang akan

diambil sumpahnya namun satu calon dari Partai Bulan Bintang, yaitu H. Deddy

Rahman ternyata tidak hadir. Pelantikan terakhir pada bulan Agustus 2001

diikuti oleh sembilan orang sehingga masih ada satu parpol yang belum

mempunyai kursi, yaitu Partai Persatuan. Pada rapat paripurna DPRD Banten

yang dipimpin ketua, sementara Muslim Jamaludin pada 6 Agustus 2001 di

Serang menetapkan tata tertib dewan dan 6 Fraksi, yaitu PDI-P, Golkar, PPP,

Amanat Bintang Keadilan, Al Bantani, dan TNI/Polri.

Tiga fraksi merupakan fraksi bulat atau hanya satu partai, yaitu PDI-P 24

kursi, Golkar 12 kursi, dan PPP 12 kursi, sementara 2 fraksi merupakan

gabungan, yaitu Amanat Bintang dan Keadilan dengan 9 kursi merupakan

gabungan PAN, PBB dan PK. Sementara fraksi Albantani dengan Sepuluh kursi

yang merupakan gabungan dari PKB, PKP, PP, PPII, Masyumi, PNU, PDR dan

PSII.

Fraksi PDI-Perjuangan dipimpin ketua Drs. Dharmono K Lawi dan

sekretaris Iwan Rosadi SH. Fraksi PPP dipimpin Ketua H. Odih Chudori dan

sekretaris H. Syafrudin, kemudian fraksi Golkat dipimpin Ady Surya Dharma, SE

dengan sekretaris H. Makmud Soefil, fraksi Amanat Bintang Keadilan dipimpin

ketua Ahmad Firdaus, S.Ag dengan sekretaris DRS. A Bueti Nasir, sementara

fraksi Al Bantani dipimpin ketua Hj. Ratu Jaja Faija dari PKB dengan sekretaris

Irsyad dari PDI.

Kemudian pada 8 Agustus 2002, Dharmono K Lawi dari PDI-Perjuangan

terpilih menjasi Ketua DPRD Banten pertama. Dia mengumpulkan 31 Suara

menyisihkan 3 calon lainnya, yaitu Muslim Jamaludin dari Partai Golkar, Kol. inf.

Rochman dan H. Mufrodi Muchsin dari PPP. Pada sidang paripurna DPRD

Banten 3 calon lainnya ditetapkan sebagai Wakil Ketua DPRD Banten.

Selanjutnya pada tahun 2017, jumlah wakil rakyat yang duduk pada

lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak 85

orang, dengan 67 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Secara organisasi,

lembaga wakil rakyat tahun ini terdiri dari sembilan fraksi. Fraksi Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Fraksi Partai Golongan Karya merupakan

fraksi terbesar dengan anggota masing-masing sebanyak 15 orang. Sedangkan

Page 16: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 16

partai lain, seperti Partai Demokrat sebagai partai pengusung Gubernur terpilih

hanya 8 orang, dan Partai Gerindra sekitar 10 orang. Hal ini tergambar pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2.2

Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Partai Politik

dan Jenis Kelamin di Provinsi Banten, 2017

No Partai Politik Lak-laki Perempuan Total

1. Partai Demokrasi Indonesia–Perjuangan 10 5 15

2. Partai Golongan Karya 10 5 15

3. Partai Gerindra 9 1 10

4. Partai Demokrat 7 1 8

5. Partai Keadilan Sejahtera 7 1 8

6. Partai Persatuan Pembangunan 6 2 8

7. Partai Kebangkitan Bangsa 7 0 7

8. Partai Hati Nurani Rakyat 4 2 6

9. Partai Nasional Demokrat 5 0 5

10 Partai Amanat Nasional 2 1 3

Total 67 18 85

Sumber : Banten dalam Angka Tahun 2018

Selanjutnya DPRD merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat

Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah. Sebagai representasi rakyat, DPRD mempunyai fungsi legislasi,

anggaran dan pengawasan. Kemudian, DPRD mempunyai tugas dan

wewenang :

1. Membentuk Perda bersama Gubernur

2. Membahas dan memberikan persetujuan Raperda mengenai APBD yang

diajukan Gubernur

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD

4. Mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Gubernur dan/atau

Wakil Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk

mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentiannya

Page 17: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 17

5. Memilih Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil

Gubernur

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Provinsi

terhadap rencana perjanjian internasional di daerah

7. Memberikan persetujuan atas rencana kerja sama internasional

yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah

9. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah

lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

10. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

11. Melaksanakan tugas dan wewenang lain berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan

DPRD mempunyai hak interpelasi, angket dan menyatakan pendapat.

Sedangkan anggota DPRD mempunyai hak mengajukan Raperda, mengajukan

pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memimilih dan dipilih, membela

diri, imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas, hak protokoler,

keuangan dan administratif serta mempunyai ruang kerja. Selanjutnya pimpinan

dan anggota DPRD memperoleh kedudukan protokol dalam acara resmi dan

mendapat penghormatan sesuai dengan penghormatan kepada pejabat

pemerintah.

Selanjutnya alat kelengkapan DPRD terdiri dari pimpinan DPRD, Ketua

DPRD saat ini adalah Asep Rahmatullah dari Partai Demokrasi Indonesia-

Perjuangan, sedangkan Wakil Ketua DPRD ditempati oleh Ade Rosi

Khoerunnisa dari Partai Golkar, Ali Zimroni dari Partai Gerinda, Nuraeni dari

Partai Demokrat, dan Muflihah dari Partai Persatuan Pembangunan. Sedangkan

untuk alat kelengkapan lain, terdiri dari 5 komisi, pertama komisi 1 bidang

pemerintahan, komisi 2 bidang perkonomian, komisi 3 bidang keuangan dan

aset, komisi 4 bidang pembangunan, dan komisi 5 bidang kesejahtraan rakyat.

Selain itu, ada beberapa alat kelengkapan Badan Anggaran, Badan

Musyawarah, Badan Pembentukan Peraturan Daerah, dan Badan Kehormatan.

Page 18: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 18

2.2.2. Gambaran Pemerintah Daerah Provinsi Banten

Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Provinsi Banten mengalami

perubahan sesuai PP nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Adapun

ada beberapa SOTK Pemerintah Provinsi Banten sebagai berikut :

1. Sekretariat Daerah Provinsi Banten merupakan Sekretariat Daerah

Tipe A;

2. Sekretariat DPRD Provinsi Banten merupakan Sekretariat DPRD Tipe

A;

3. Inspektorat Daerah Provinsi Banten merupakan Sekretariat DPRD

Tipe A;

4. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tipe A, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang Pendidikan dan bidang Kebudayaan;

5. Dinas Kesehatan Tipe A, menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang Kesehatan;

6. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Tipe B,

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang;

7. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Tipe B,

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Perumahan dan

Kawasan Permukiman, serta bidang Pertanahan;

8. Satuan Polisi Pamong Praja Tipe A menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang ketentraman dan ketertiban umum serta

perlindungan masyarakat sub bidang ketentraman dan ketertiban

umum dan sub bidang kebakaran;

9. Dinas Sosial Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

sosial;

10. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan dan bidang

transmigrasi;

11. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dan bidang kehutanan;

Page 19: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 19

12. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,

Kependudukan dan Keluarga Berencana Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang perempuan dan perlindungan anak,

bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil serta bidang

pengendalian penduduk dan Keluarga berencana;

13. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tipe B

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa;

14. Dinas Perhubungan Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang Perhubungan;

15. Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian Tipe B

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Komunikasi

Informatika, bidang statistik, dan bidang persandian;

16. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Tipe B

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Koperasi, Usaha

Kecil dan Menengah;

17. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tipe B

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 18. Dinas Kepemudaan dan

Olahraga Tipe B menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

Kepemudaan dan Olahraga;

18. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tipe B menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang Perpustakaan dan Kearsipan;

19. Dinas Kelautan dan Perikanan Tipe A menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang Kelautan dan Perikanan;

20. Dinas Pariwisata Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang Pariwisata;

21. Dinas Pertanian Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang pertanian;

22. Dinas Ketahanan Pangan Tipe B menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang pangan;

Page 20: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 20

23. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;

24. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tipe A menyelenggarakan

urusan pemerintahan

25. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tipe A, melaksanakan

fungsi penunjang Perencanaan dan fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan;

26. Badan Pendapatan Daerah Tipe B, melaksanakan fungsi penunjang

Keuangan Sub Bidang Pendapatan Daerah;

27. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tipe B,

melaksanakan fungsi penunjang Keuangan Sub Bidang Pengelolaan

Keuangan dan Sub Bidang Aset Daerah;

28. Badan Kepegawaian Daerah Tipe B, melaksanakan fungsi penunjang

bidang kepegawaian;

29. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Tipe B,

melaksanakan fungsi penunjang bidang pendidikan dan pelatihan;

30. Badan Penghubung untuk menunjang koordinasi pelaksanaan Urusan

Pemerintahan dan pembangunan dengan Pemerintah Pusat;

31. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten

menyelenggarakan sub urusan penanggulangan bencana.

Adapun dinas yang berubah dari Tipe A ke B diantaranya :

1. Dinas Pekerjaan Umum

2. Dinas Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

3. Dinas Pemberdaya Masyarakat dan Desa

4. Dinas Komisi Informasi

5. Dinas Koperasi dan UMKM

6. Dinas Penanaman Modal dan PTSP

7. Dinas Pemuda dan Olahraga

8. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

9. Dinas Ketahanan Pangan

Page 21: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 21

BAB III

METODE PEMBUATAN SOP

3.1. Langkah Teknis Penyusunan SOP

3.1.1. Membentuk Tim dan Kelengkapan

Tugas tim mengidentifikasi kebutuhan, mengumpulkan data, melakukan

analisis prosedur, melakukan pengembangan, melakukan uji coba, melakukan

sosialisasi, mengawal penerapan, memonitor dan melakukan evaluasi,

melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, menyajikan hasil-hasil

pengembangan yang telah dilakukan.

3.1.2. Memberikan Pelatihan Bagi Anggota Tim

Agar tim dapat melakukan tugasnya dengan baik, yang tidak kalah

pentingnya seluruh anggota tim harus diberikan pembekalan yang cukup

tentang konten dan konteks Permendagri Nomor 29 Tahun 2016, kemudian

selanjutnya tentang bagaimana menyusun SOP (Petunjuk Pelaksanaan).

Petunjuk pelaksanaan penyusunan SOP ini menjadi panduan bagi anggota tim

dalam melaksanakan tugasnya.

3.1.3. Sosialisasi SOP Ke Seluruh Unit

Agar seluruh pihak dalam dalam ruang lingkup Pemerintah Provinsi

mengetahui adanya perubahan yang akan dilakukan, maka ASN di birokrasi

Pemprov, bupati/walikota beserta ASN di jajaran birokrasi Kabupaten/Kota

mengetahui hal ini. Peran top manager akan sangat menentukan dalam hal ini.

3.1.4. Prinsip Penyusunan SOP

SOP harus dirumuskan dengan memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana

diuraikan pada bab sebelumnya, yaitu : Kemudahan dan kejelasan; Efisiensi

dan efektivitas.; Keselarasan; Keterukuran; Dinamis; Berorientasi pada

pengguna (mereka yang dilayanl); Kepatuhan hukum; dan Kepastian hukum.

Hal ini terlihat pada tabel di bawah ini

Page 22: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 22

Tabel 3.1

Prinsip-prinsip Penyusunan SOP

Efektif dan

Efesien

Prosedur yang paling efektif dan efesien dalam proses

pelaksanaan tugas

Mudah dan Jelas Dapat dimengerti dan diterapkan dengan mudah oleh

semua pegawai bahkan bagi seseorang pegawai yang

sama sekali baru dalam pelaksanaan tugasnya

Selaras Selaras dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait

Terukur Hasil keluaran mengandung standar kualitas atau mutu

baku tertentu yang dapat diukur pencapaian

keberhasilannya

Dinamis Dapat disesuaikan dengan cepat dalam peningkatan

kualitas pelayanan yang berkembang

Fokus Pelanggan Memperhatikan kebutuhan pelanggan (customers needs)

sehingga dapat memberikan kepuasan pelanggan

Kapatuhan

Hukum

Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan

Kepastian Hukum Diterapkan dengan memunuhi unsur kepastian hukum

3.1.5. Penilaian Kebutuhan SOP

Penilaian kebutuhan merupakan proses awal penyusunan SOP yang

dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan SOP yang akan disusun. Bagi

Pemerintah Daerah yang sudah memiliki SOP Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri

ASN, maka tahapan ini merupakan tahapan untuk melihat kembali SOP yang

sudah dimilikinya dan mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan.

Bagi Pemerintah Daerah yang sama sekali belum memiliki SOP tersebut, maka

proses ini murni merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan SOP.

1. Tujuan Penilaian Kebutuhan

Penilaian kebutuhan SOP bertujuan untuk mengetahui tingkat kebutuhan

suatu unit kerja dalam mengembangkan SOP nya. Penilaian kebutuhan

akan sangat bermanfaat dalam menentukan ruang lingkup, jenis, dan

jumlah SOP yang dibutuhkan :

Page 23: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 23

a. Ruang lingkup SOP berkaitan dengan tugas mana yang prosedur

operasionalnya akan menjadi target untuk distandarkan;

b. Jenis SOP berkaitan dengan tipe dan format SOP yang sesuai untuk

diterapkan; dan

c. Jumlah SOP berkaitan dengan berapa banyak SOP yang akan

disusun sesuai dengan tingkat urgensinya.

Aspek yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan penilaian

kebutuhan, yaitu :

a. Lingkungan Operasional

Yang dimaksud dengan lingkungan operasional adalah lingkungan

yang harus dipertimbangkan oleh unit kerja dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya baik secara internal maupun secara eksternal.

Faktor internal antara lain struktur organisasi, jumlah pegawai,

jumlah jenis pelayanan yang dilaksanakan, sumber daya yang

dibutuhkan, tugas dan fungsi yang dijalankan, sarana dan

prasarana. Faktor eksternal antara lain tuntutan dan keinginan

pengguna layanan, hubungan antarunit kerja atau antarorganisasi

atau dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri, serta

berbagai bentuk jaringan kerja.

b. Peraturan Perundang-undangan

Keberadaan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh

dalam penyusunan SOP mulai dari Undang-Undang sampai

dengan peraturan perundang-undangan di bawah UndangUndang.

c. Kebutuhan Organisasi dan Stakeholders

Penilaian kebutuhan organisasi dan stakeholders berkaitan erat

dengan skala prioritas terhadap prosedur-prosedur yang harus

distandarkan, karena perubahan struktur organisasi dan tugas dan

fungsi, serta desakan stakeholders yang menginginkan perubahan

kualitas layanan. SOP juga harus berubah karena perubahan-

perubahan pada sarana dan prasarana dan perkembangan

teknologi informasi.

2. Langkah-langkah Penilaian Kebutuhan

Page 24: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 24

a. Menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan Pelaksanaan penilaian

kebutuhan yang menyeluruh dapat menjadi sebuah proses yang cukup

padat dan memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu perlu

disusun sebuah rencana dan target yang jelas, serta pembagian tugas

siapa melakukan apa.

b. Melakukan Penilaian Kebutuhan

Jika organisasi atau unit kerja telah memiliki SOP dan ingin melakukan

penyempurnaan terhadap SOP yang telah ada maka proses penilaian

kebutuhan dapat dimulai dengan mengevaluasi SOP yang sudah ada.

Proses evaluasi antara lain akan memberikan informasi mengenai

mana SOP yang tidak dapat dilaksanakan atau sudah tidak lagi

relevan, mana SOP baru yang mungkin diperlukan, dan mana SOP

yang perlu disempurnakan.

Dengan meneliti hasil-hasil evaluasi akan memperdalam pemahaman

yang menyeluruh terhadap SOP yang ada sehingga tidak hanya dapat

dilakukan identifikasi berbagai permasalahan yang sering terjadi, tetapi

juga secara garis besar tim penilai kebutuhan akan memiliki informasi

sementara mengenai SOP mana yang harus disempurnakan. SOP

mana yang harus dibuat ulang, atau SOP baru yang harus dibuat.

Untuk unit kerja yang telah memiliki SOP, harus melakukan

penyempurnaan secara berkesinambungan, dimulai dengan :

1) melihat kembali informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi,

terutama terhadap hal yang tidak relevan dari SOP tersebut.

2) melakukan identifikasi terhadap kegiatan yang belum tercakup

SOP baik karena perubahan struktur maupun karena

terlewatkan.

Unit kerja yang belum memiliki SOP, penilaian kebutuhan dimulai

dengan :

1) mempelajari aspek lingkungan operasional, peraturan

perundang-undangan, petunjuk teknis maupun dokumen-

dokumen internal organisasi yang memberikan pengaruh

Page 25: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 25

terhadap proses organisasi. Proses akan menghasilkan

kebutuhan sementara mengenai SOP apa yang perlu dibuat.

2) membuat daftar SOP yang akan dikembangkan. Untuk

memudahkan penilaian kebutuhan, SOP juga dapat

dikelompokkan atas dasar level unit kerja pada instansi, mulai

pada tingkatan organisasi secara keseluruhan, unit eselon

tertinggi sampai dengan unit eselon yang terendah.

3.2. Pengembangan SOP Pengembangan SOP pada dasarnya meliputi lima tahapan proses

kegiatan secara berurutan yang dapat dirinci sebagai berikut:

1. Pengumpulan Informasi dan Identifikasi Alternatif

Tim dalam mengembangkan SOP setelah melakukan penilaian

kebutuhan (need assessment) adalah mengumpulkan berbagai informasi yang

diperlukan untuk menyusun SOP. Identifikasi informasi dapat dilakukan dengan

teknik pengumpulan data seperti brainstorming, FGD (Focus Group Discussion),

wawancara, survey, benchmark, dan telaahan dokumen.

2. Analisis dan Pemilihan Alternatif

Setelah berbagai informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis terhadap alternatif-alternatif prosedur yang berhasil

diidentifikasi untuk dibuatkan standarnya. Prinsip-prinsip penyusunan SOP

sebagaimana diuraikan dalam sub bab sebelumnya dapat digunakan sebagai

acuan untuk menentukan mana alternatif prosedur yang akan dipilih untuk

distandarkan antara lain, yaitu a) Kemudahan dan kejelasan. c)Efisiensi dan

efektivitas. d) Keselarasan. e) Keterukuran. f) Dinamis. g) Berorientasi pada

pengguna/mereka yang dilayani. h) Kepatuhan hukum. g) Kepastian hukum

3. Penulisan SOP

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penulisan SOP, antara lain:

a. Tipe SOP

Sebagaimana dibahas pada sub bab sebelumnya, terdapat dua tipe SOP

yang dapat digunakan, yaitu technical SOP (Teknis) atau administratif

SOP (Administratif).

b. Format SOP

Page 26: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 26

Mengenai format SOP juga telah dibahas pada bab sebelumnya,

yaitu: Simple steps, Hierarchical steps, Graphic, dan Flowcharts.

c. Tingkatan kerincian/detail

Jenis pekerjaan akan memberikan pengaruh pada tingkatan kerincian

SOP yang akan dibuat.

d. Prinsip-prinsip penyusunan SOP

SOP harus dirumuskan dengan memenuhi prinsip-prinsip sebagaimana

diuraikan pada sub bab sebelumnya, yaitu : Kemudahan dan kejelasan;

Efisiensi dan efektivitas.; Keselarasan; Keterukuran; Dinamis;

Berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayanl); Kepatuhan hukum;

dan Kepastian hukum.

e. Anatomi SOP dan pendokumentasian SOP, sebagaimana diuraikan

sebelumnya

4. Pengujian dan Review SOP

Untuk memperoleh SOP yang memenuhi aspek - aspek sebagaimana

telah diuraikan di atas, SOP yang dirumuskan oleh tim SOP harus melalui

tahapan pengujian dan review.

Proses pengujian dan review kemungkinan akan memaksa tim untuk

kembali pada proses-proses pengumpulan data dan analisis, karena masih

memerlukan informasi-informasi terbaru/tambahan yang sebelumnya tidak

terpikirkan sebelumnya.

5. Pengesahan SOP

Proses pengesahan dokumen SOP, merupakan tindakan pengambilan

keputusan oleh pimpinan Kementerian /Pemerintah Daerah. Efektivitas kerja tim

sangat tergantung dari tingkat keterlibatan pimpinan. Keterlibatan pimpinan

dalam membenkan arahan kepada tim sejak permulaan tim dibentuk, akan

sangat memudahkan proses pengesahan. Jika keterlibatan pimpinan sangat

terbatas, maka tim harus secara aktif memberikan informasi kemajuan sampai

akhirnya informasi mengenai hasil final yang telah diperoleh tim.

Page 27: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 27

Gambar 3.1

Tahapan Pengembangan SOP

Pengumpulan Informasi

dan Identifikasi Alternatif

Analisis dan

Pemilihan Alternatif

Penulisan

SOP

Pengujian dan

review SOP

Pengesahan

SOP

Page 28: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 28

BAB IV

SISTEM OPERASIONAL PROSEDUR IZIN PERJALANAN DINAS

LUAR NEGERI

4.1. Mekanisme Perjalanan Dinas Luar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai di

Lingkup Pemerintahan Daerah

Perjalanan dinas luar negeri untuk pejabat/pegawai pemerintah daerah

diatur tersendiri dalam Permendagri Nomor 29 Tahun 2016 tentang Pedoman

Perjalanan Dinas Luar Negeri Bagi Aparatur Sipil Negara Kementerian Dalam

Negeri dan Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,

Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Permendagri

tersebut hanya mengatur tentang perjalanan dinas jabatan, yaitu kegiatan

perjalanan/kunjungan kerja ke negara yang memiliki hubungan diplomatik yang

dilakukan oleh ASN Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD.

Untuk Pemerintah Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,

Pimpinan dan Anggota DPRD yang akan melakukan perjalanan dinas ke luar

negeri dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani

kerjasama luar negeri. Lingkup pelaksanaan perjalanan dinas luar negeri yang

dilakukan oleh pejabat/pegawai Pemerintah Daerah dibatasi hanya dalam

rangka :

a. Penjajakan kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar negeri;

b. Tindak lanjut kerjasama pemerintah daerah dengan pihak luar

negeri

c. Pendidikan dan pelatihan;

d. Studi banding;

e. Seminar;

f. Lokakarya;

g. Konferensi;

h. Promosi potensi dan budaya daerah;

Page 29: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 29

i. Kunjungan persahabatan;

j. Pertemuan internasional;

k. Penandatanganan naskah kerjasama;

l. Narasumber

Mekanisme pelaksanaan perjalanan dinas ke luar negeri dimulai dari

proses pengajuan permohonan untuk mendapatkan Surat Persetujuan

Perjalanan Dinas Luar Negeri dan pengajuan dokumen lainnya, yaitu Paspor

Dinas (Service Passport), Izin Keluar Negeri (Exit Permit), dan Visa. Disamping

dokumen tersebut, untuk perjalanan dinas dalam rangka tujuan tertentu

diperlukan dokumen tambahan lainnya, yaitu:

a. Untuk perjalanan dinas dalam rangka kerjasama dan perjalanan dinas

dalam rangka penandatanganan perjanjian internasional ditambah

dengan naskah kerjasama berupa Letter of Intent (LoI) dan Memorandum

of Understanding (MoU), Surat Kuasa Penuh dalam rangka kerjasama

dari Kementerian Luar Negeri dan Surat Konfirmasi Perwakilan Republik

Indonesia di negara tujuan.

b. Untuk perjalanan dinas dalam rangka pendidikan dan pelatihan, ditambah

dengan dokumen surat keterangan beasiswa.

c. Perjalanan dinas dalam rangka promosi potensi daerah atau kunjungan

persahabatan/kebudayaan, ditambah dengan dokumen surat konfirmasi

Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

d. Perjalanan dinas dalam rangka kunjungan persahabatan atau

kebudayaan, ditambah dengan surat konfirmasi Perwakilan Republik

Indonesia.

Sebelum pelaksanaan perjalanan dinas, seluruh dokumen harus sudah

lengkap. Apabila sampai dengan tanggal keberangkatan dokumen belum

lengkap/diterbitkan, maka perjalanan dinas ke luar negeri dijadwalkan kembali

sampai dokumen perjalanan dinas dilengkapi. Pelaksanaan perjalanan dinas ke

luar negeri oleh pejabat/pegawai Pemerintah Daerah dapat dilakukan secara

rombongan dengan ketentuan paling banyak 5 (lima) orang dalam satu

rombongan, termasuk pemimpin rombongan. Akan tetapi dikecualikan terhadap

ketentuan tersebut apabila rombongan melaksanakan perjalanan dinas dalam

Page 30: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 30

rangka pendidikan dan pelatihan, perundingan dalam rangka kerjasama dengan

pihak luar negeri, dan delegasi kesenian dalam rangka promosi potensi daerah.

Jangka waktu pelaksanaan perjalanan dinas dibatasi paling lama 7 (tujuh) hari

kecuali untuk keperluan yang sifatnya khusus.

4.2. Ketentuan Umum

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan administrasi

perjalanan dinas luar negeri adalah sebagai berikut :

1. Perjalanan dinas luar negeri terlebih dahulu memerlukan izin dari

Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat

2. Izin diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris

Jenderal Kementerian Dalam Negeri

3. Permohonan izin perjalanan dinas luar negeri diajukan paling lambat 15

hari kerja sebelum keberangkatan

4. Jangka waktu perjalanan dinas tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kecuai untuk

hal yang sangat penting dan tidak memungkinkan untuk ditinggalkan

5. Pejabat/Pegawai yang telah melakukan perjalanan dinas luar negeri

wajib menyampaikan laporan tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kerja

setelah melakukan perjalanan dinas luar negeri ke Gubernur

6. Gubernur bisa menolak surat permohonan ijin keluar negeri jika tujuan

dan manfaat dari kegiatan kunjungan tersebut tidak memberikan

manfaat yang signifikan dalam pembangunan di Provinsi Banten serta

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dengan menerbitkan surat penolakan rekomendasi dengan waktu 5 hari

kerja

7. Penyampaian permohonan perjalanan dinas yang dibiayi oleh Pihak

Ketiga disertai dengan surat pernyataan dibiayai Pihak Ketiga. Dan surat

permohonan tersebut ditembuskan ke Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK).

4.3. Persyaratan

Dalam memenuhi sistem operasional prosedur izin perjalanan dinas bagi

ASN, Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota, Pimpinan dan Anggota

Page 31: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 31

DPRD di wilayah Provinsi Banten maka ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, yakni :

1. Surat permohonan izin perjalanan dinas ke luar negeri dilengkapi

dengan :

Nama dan Jabatan yang akan melakukan perjalanan dinas luar

negeri

NIP atau nomor identitas lainnya

Tujuan kegiatan perjalanan dinas luar negeri

Manfaat kunjungan

Kota dan Negara tujuan

Agenda perjalanan

Jangka waktu perjalanan dinas luar negeri

Sumber pendanaan

Jumlah orang yang berangkat

2. Surat permohonan perjalanan dinas luar negeri dilengkapi dengan :

Surat undangan atau pemberitahuan penyelenggaraan

kegiatan/mitra kerjasama diluar negeri atau suarat balasan

kunjungan dari tempat yang dituju atau surat konfirmasi dari

perwakilan dari Negara yang akan dituju (KBRI)

Dokumen/surat resmi menerangkan sumber pembiayaan (antara

lain DIPA, surat dari donor/perjanjian/MoU, atau surat pernyataan

biaya sendiri yang ditandatangani di atas materai)

Jadwal dan agenda kegiatan di luar negeri

Penjelasan mengenai relevansi, urgensi/alasan perjalanan dan

rincian programnya dengan menyertakan dokumen yang

berkaitan

Surat keterangan keabsahan dokumen dari unit kerja

Izin tertulis dari instansi untuk ASN di lingkungan pemerintah

daerah Provinsi Banten,Kabupaten/Kota, dan Anggota DPRD

Provinis/Kabupaten/Kota

3. Ketentuan-ketentuan yang meliputi:

Sumber pembiayaan perjalanan dinas luar negeri;

Page 32: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 32

Kewajiban untuk menghubungi dan menyampaikan maksud

kedatangan kepada Perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di

negara yang dituju;

Kewajiban untuk menyampaikan laporan setelah selesai

melakukan perjalanan dinas luar negeri;

Perjalanan dinas luar negeri dengan biaya donor luar/dalam

negeri tidak menimbulkan ikatan apapun terhadap Pemerintah;

Kewajiban untuk menggunakan perusahaan penerbangan

nasional, sepanjang jalurnya memungkinkan (untuk perjalanan

dinas yang biaya transportasinya berasal dari APBN/APBD);

Pemberlakuan ketentuan keberangkatan ke luar negeri bukan

Pegawai Negeri (untuk perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh

Tenaga Indonesia).

3.4. Prosedur Pengajuan

Ada beberpa proses perosedur yang harus dilakukan kepada ASN

Pemerintah Daerah, Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota, Pimpinan

dan Anggota DPRD untuk Izin Dinas Luar Negeri, yakni sebagai berikut :

1. Prosedur Ijin ke Luar Negeri untuk Aparatur Sipil Negara (ASN)

Pemerintah Provinsi Banten

a. Kepala OPD pemohon membuat surat permohonan ijin ke Gubernur

dengan tembusan ke Biro Pemerintahan Provinsi Banten

b. Gubernur mendisposisikan kepada Biro Pemerintahan

c. Biro Pemeritahan membuat surat yang akan ditanda tangani oleh Gubernur

yang ditunjukan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal

Kementerian Dalam Negeri

d. Sebelum ditandatangani oleh Gubernur surat akan melalui proses paraf

dari Asda I (Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat), Sekda, dan

Wagub. Setelah itu, Gubernur menandatangani surat permohonan ijin. Jika

Gubernur berhalangan maka dapat didelegasikan kepada Wakil

Gubernur/Sekda/Asda Pemerintahan dan Kesra.

e. Setelah ditandatangani oleh Gubernur, surat disampaikan oleh Biro

Pemerintahan untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negari melalui

Page 33: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 33

Sekretaris Jenderal Kementrian Dalam Negari untuk diproses apakah

disetujui atau tidak

f. Biro Pemerintahan akan menkoordinasikan terkait penerbitan surat

rekomendasi dan pengambilan.

g. Jika Gubernur menolak maka Gubernur menerbitkan surat penolakan

dengan waktu 5 hari kerja

2. Ijin ke Luar Negeri untuk Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Banten

a. Pimpinan DPRD membuat surat permohonan ijin ke luar negeri kepada

Gubernur dengan tembusan ke Biro Pemerintahan Provinsi Banten (untuk

pimpinan dan anggota DPRD

b. Gubernur mendisposisikan kepada Biro Pemerintahan

c. Biro Pemeritahan membuat surat yang akan ditanda tangani oleh Gubernur

yang ditunjukan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal

Kementerian Dalam Negeri

d. Sebelum ditandatangani oleh Gubernur surat akan melalui proses paraf

dari Asda I (Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat), Sekda, dan

Wagub. Setelah itu, Gubernur menandatangani surat permohonan ijin. Jika

Gubernur berhalangan maka dapat didelegasikan kepada Wakil

Gubernur/Sekda/Asda Pemerintahan dan Kesra.

e. Setelah ditandatangani oleh Gubernur, surat disampaikan oleh Biro

Pemerintahan untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negari melalui

Sekretaris Jenderal Kementrian Dalam Negari untuk diproses apakah

disetujui atau tidak

f. Biro Pemerintahan akan menkoordinasikan terkait penerbitan surat

rekomendasi dan pengambilan.

g. Jika Gubernur menolak maka Gubernur menerbitkan surat penolakan

dengan waktu 5 hari kerja

Page 34: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 34

3. Ijin ke Luar Negeri untuk Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Wakil Walikota,

Pimpinan dan Anggota DPRD Kabuaten/Kota serta Aparatur Sipil

Negara Pemerintah Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Banten

a. BupatiWalikota mengajukan surat permohonan ijin ke luar negeri kepada

Gubernur dengan tembusan ke Biro Pemerintahan Provinsi Banten

b. Gubernur mendisposisikan kepada Biro Pemerintahan

c. Biro Pemeritahan membuat surat yang akan ditanda tangani oleh

Gubernur yang ditunjukan kepada Menteri Dalam Negeri melalui

Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri

d. Sebelum ditandatangani oleh Gubernur surat akan melalui proses paraf

dari Asda I (Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat), Sekda,

dan Wagub. Setelah itu, Gubernur menandatangani surat permohonan

ijin. Jika Gubernur berhalangan maka dapat didelegasikan kepada Wakil

Gubernur/Sekda/Asda Pemerintahan dan Kesra.

e. Setelah ditandatangani oleh Gubernur, surat disampaikan oleh Biro

Pemerintahan untuk disampaikan kepada Menteri Dalam Negari melalui

Sekretaris Jenderal Kementrian Dalam Negari untuk diproses apakah

disetujui atau tidak

f. Biro Pemerintahan akan mengkoordinasikan terkait penerbitan surat

rekomendasi dan pengambilan.

g. Jika Gubernur menolak maka Gubernur menerbitkan surat penolakan

dengan waktu 5 hari kerja

Page 35: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 35

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BIRO PEMERINTAHAN

Nomor 120- 57- Pem/2019

Tanggal Pembuatan 03 Oktober 2019

Tanggal Revisi 07 November 2019

Tanggal Pengesahan 21 November 2019

SUB BAGIAN KERJASAMA LUAR NEGERI Disahkan Oleh

Nama SOP Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan

Luar Negeri.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan

4. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 tentang

Perjalanan Dinas Luar Negeri.

5. Perpres No 12 Tahun 1961 tentang Tugas Belajar

6. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 11 Tahun

2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Administrasi

Perjalanan Dinas Luar Negeri.

7. PMK Nomor 164/PMK.05/2015 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri sebagaimana

telah diubah dengan PMK Nomor 227/PMK.05/2016.

8. Permendagri 8 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata

1. Minimal S1 Administrasi Publik/Pemerintahan/Hukum

2. Memahami Tupoksi Bidang Kerjasama Luar Negeri

3. Memahami SOP Izin Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri

Page 36: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 36

Kerja Kemendagri

9. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

SE.099/4995/Otda Tentang Peyampaian Laporan

Perjalanan Dinas ke Luar Negeri Bagi Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota dan Wakil

Walikota, Serta Pimpinan DPRD dan Anggota DPRD

Provinsi/Kabupaten/Kota

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2019

Tentang Tata Cara Perjalanan Ke Luar Negeri di

Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah

Daerah

Keterkaitan Peralatan / Perlengkapan

1. SOP Kerjasama Luar Negeri

2. SOP Izin Berobat dan Kegiatan Keagamanan ke luar negeri

1. Perlengkapan Form

2. Komputer

3. Printer

Peringatan Ketentuan Umum

1. Jika Prosedur tidak dilaksanakan dapat mengakibatkan

proses perizinan tidak direkomendasikan

2. Perlu kerjasama dengan stakeholder lain

1. Perjalanan dinas luar negeri terlebih dahulu memerlukan izin dari Gubernur

sebagai wakil pemerintah pusat

2. Izin diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jendral

Kementerian Dalam Negeri

3. Permohonan izin perjalanan dinas luar negeri diajukan paling lambat 15 hari

kerja sebelum keberangkatan

4. Jangka waktu perjalanan dinas tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kecuai untuk hal

yang sangat penting dan tidak memungkinkan untuk ditinggalkan seperti

pendidikan dan pelatihan.

5. Pejabat/Pegawai yang telah melakukan perjalanan dinas luar negeri wajib

menyampaikan laporan tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah

melakukan perjalanan dinas luar negeri ke Gubernur

6. Gubernur bisa menolak surat permohonan ijin keluar negeri jika tujuan dan

manfaat dari kegiatan kunjungan tersebut tidak memberikan manfaat yang

signifikan dalam pembangunan di Provinsi Banten serta tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 37: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 37

No Uraian Prosedur Pelaksana Mutu Baku Ket

Kemendagri Gubernur Biro

Pemerintahan

Pimpinan Instansi (Bupati/Walikota, Pimpinan DPRD,

Kepala OPD)

Pemohon Waktu Persyaratan/ Perlengkapan

Output

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Pimpinan Instansi (Bupati/Walikota) mengajukan surat permohonan kepada Gubernur dengan tembusan ke Biro Pemerintahan Provinsi Banten

1 hari Surat rekomendasi Izin Perjalanan Dinas

Surat persetujuan Pejalanan Dinas

Paspor Dinas yang masih berlaku

Exit Permit

Visa untuk Negara tertetu

Surat permohonan ijin yang ditunjukan kepada Gubernur

2 Gubernur mendisposisikan kepada Biro Pemerintahan unuk membuat draft surat permohonan ijin keluar negeri yng ditunjukan kepada Kemendagri

2 hari Draft Surat permohonan ijin yang ditunjukan Kemendagri melalu sekjen

3 Surat ditandatangani oleh Gubernur setelah mendapatkan paraf Asda I Bidang Pemerintahan dan

3 hari Surat permohonan ijin

Page 38: Laporan Akhir 2019 · Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 39 tentang Izin, Disepensasi, dan Konsesi, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Laporan Akhir 2019

Standar Operasional Prosedur Izin Perjalanan Dinas Luar Negeri Pemprov Banten Hal 38

Kesra, Sekda, dan Wagub. Jika Gubernur berhalangan maka dapat didelegasikan kepada Wakil Gubernur/Sekda, atau Asda I Bidang Pemerintahan dan Kesra