laporan
-
Upload
anita-mubarokah -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of laporan
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. A / Laki-Laki / 12 tahun
b. Pekerjaan : Pelajar
c. Alamat : RT 04 Payo Lebar
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke 2 dari 2 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah Pasien :
Rumah permanen dengan beratap seng dan berlantai semen. Di dalam
rumah terdapat 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga yang bergabung dengan
dapur dan kamar mandi, 2 kamar tidur. Sumber air bersih keluarga di peroleh
dari Air PDAM. Air ini digunakan untuk mencuci pakaian, mencuci piring,
mandi, memasak dan air minum. Kamar mandi menggunakan wc jongkok.
Kondisi rumah cukup pencahayaan dan terdapat ventilasi di setiap jendela
rumah. Jarak antar rumah berdekatan, bagian depan rumah terdapat tumpukan
kayu.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga:
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak nya. Keharmonisan
keluarga pasien baik, tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain.
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama seperti ini
1
V. Keluhan Utama :
± 2 hari yang lalu timbul bintil bintil gelembung di badan, wajah, kedua
lengan dan kedua tungkai yang berisi cairan jernih.
Keluhan Tambahan :
Demam, badan terasa lesu
VI. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Simpang Kawat dengan keluhan timbul
gelembung-gelembung berisi cairan bening, sejak 2 hari yang lalu. Awalnya
berupa bintil-bintil merah, yang kemudian bintil-bintil merah tersebut
membentuk gelembung berisi cairan jernih. Awalnya di badan, kemudian
menyebar keseluruh tubuh yang lain, seperti muka, kedua lengan dan kedua
tungkai. Dan terasa gatal sehingga pasien terus menggaruk-garuk dan
gelembung tersebut menjadi pecah.
Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan pasien. Awalnya keluhan
didahului dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi sekitar 2 hari sebelum
keluhan gelembung dan gatal muncul, selain itu pasien juga mengeluhkan badan
terasa lesu, tidak ada keluhan batuk, pilek, tidak ada keluhan nyeri pada saat
BAK, dan tidak ada keluhan nyeri tenggorokan saat makan. Kebiasaan sehari-
hari pasien mandi 2x sehari dan mengganti bajunya setiap kali selesai mandi.
Pasien diketahui tidak memiliki riwayat timbulnya lepuh-lepuh setelah
mengoleskan bahan kosmetik seperti bedak, minyak rambut atau memakai
bahan logam.
Pasien tidak memiliki riwayat tergigit serangga sebelum timbulnya
keluhan. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan ataupun
makanan tertentu.
2
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
2. Tanda vital
Suhu : 37,9°C
Nadi : 93 x/menit
Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : abdominothorakal
3. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
4. Status gizi
BB : 52 kg
TB : 140 cm
Riwayat Imunisasi : Lengkap
Status Generalis
1. Kepala : Normocephale, rambut hitam.
Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-). Pupil isokor.
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : Mukosa lembab, bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan: hiperemis (-)
2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-). JVP (5-2)
3. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
3
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak Auskultasi : Suara normal BJ I, II regular, bising (-) Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi : Batas-batas jantung :
- Atas : ICS II kiri- Kanan : linea sternalis kanan- Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari
linea midclavicula kiri
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris ki/ka.
Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,
wheezing (-), ronki (-)4. Abdomen :
Inspeksi : datar, hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-) Auskultasi : bisung usus (+) normal Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : timpani
5. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Anorektal : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatan otot 5-5 Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatan otot 5-5
STATUS DERMATOLOGI :
Distribusi : Generalisata
Lokasi : wajah, badan, kedua lengan dan kedua tungkai
Lesi : Regio facialis
o Vesikel multiple milier diskret
o Papul multiple milier diskret dengan dasar eritem
4
Regio thorakalis anterior dan posterior
o Vesikel multiple milier diskret
o Papul multiple milier diskret dengan dasar eritem
Regio abdominalis
o Vesikel multiple milier diskret
o Papul multiple milier diskret dengan dasar eritem
Regio ekstremitas superior dan inferior
o Vesikel multiple milier diskret
o Papul multiple milier diskret dengan dasar eritem
VIII. Pemeriksaan Anjuran
Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapusan yang
diwarnai dengan giemsa, bahan diambil dari kerokan dasar vesikel.
IX. Diagnosis :
Varicella Zooster
X. Differential Diagnosis :
Herpes Zoster
Impetigo vesikobulosa
XI. Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
XII. Manajemen
a. Promotif :
- Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular lewat droplet dan
kontak dengan lesi kulitnya langsung sehingga pasien sebaiknya dijauhkan
dari orang-orang sekitarnya hingga sembuh.
5
b. Preventif :
Tidak keluar rumah, terutama bila cuaca sedang tidak bagus misalnya
terlalu panas atau dingin. Karena hal ini bisa menimbulkan alergi pada
cacar sehingga penyakit cacar air ini bisa membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk penyembuhannya.
Bila harus keluar rumah gunakan pelindung tubuh atau jaket. Perhatikan
pula bila ada angin yang berhembus. Karena angin yang bertiup mampu
membawa virus penyebab penyakit cacar ke tempat lain, sehingga bisa
menular pada orang yang sebelumnya sehat.
Menganjurkan pasien untuk menjaga gelembung yang masih utuh agar
tidak pecah dan menghindari penggarukkan.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya
kulit dikompres dingin.
Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya
yang mengandung mentol atau fenol.
Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun
dan memotong kuku yang panjang
Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman
Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman
dipakai
Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memperkuat
imunitas tubuh.
Farmakologi
Topikal :
Salep asiklovir 5 % dioleskan pada lesi-lesi tiap 3 jam selama 7 hari.
Sistemik :
- Parasetamol tablet 500 mg 3 x 1 tablet bila demam.
- Asiklovir tablet 200 mg, 4 x 4 tablet
6
- Cetrizin tab 10 mg 1X1 tablet
- Vitamin C 2x1 tablet
d. Rehabilitatif
Menerangkan kepada orang tua pasien bahwa lesi-lesi di kulit akan
hilang dalam 7–14 hari bila tidak terjadi infeksi sekunder akibat
penggarukan.
Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat
pemulihan daya tahan tubuh.
Jika keluhan tidak membaik dan semakin bertambah berat, maka
segera berobat ke puskesmas atau RS terdekat.
7
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang Kawat
Dokter : dr. Anita Mubarokah
Agustus 2015 R/ Asiklovir salep 5 % No I ∫ u. E R/ Paracetamol tab 500mg No X ∫ 3 dd tab 1 R/ Asiklovir tab 200 mg No LXXX ∫ 4 dd tab 4 R/ Cetrizin tab 10 mg No V ∫ 1 dd tab I R/ Vit C tab No X ∫ 2 dd 1
Pro : An. AUmur : 12 tahun
Dinas Kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang Kawat
Dokter : dr. Anita Mubarokah
Agustus 2015 R/ Asiklovir salep 5 % No I ∫ u. E R/ Paracetamol tab 500mg No X ∫ 3 dd tab 1 R/ Asiklovir tab 800 mg No LXXX ∫ 5 dd tab 1 R/ Cetrizin tab 10 mg No V ∫ 1 dd tab I
Pro : An. AUmur : 12 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi
pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster.
Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang
pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul,
vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kulit yang
tidak berkembang sampai vesikel.1,2,3
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius
biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler,
dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala
8
konstitusional bera dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi
antivirus yang diberikan.1,2,3
Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang
sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya
mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan
vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah.
Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang
oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi
yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari
satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen,
terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada
pasien dengan immunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa dari
pada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit.4
2.2 Epidemiologi
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit
infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur
15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella
terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000
rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius
dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada balita, dewas dan dengan
orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi penularan dari virus ini
berkisar 65%-86%.4,5
2.3 Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk
kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut
capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai
rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis
9
dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat
infeksius.4,5
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella
dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam
bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah
Herpes Zoster.
2.4 Patogenesis
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe (viremia pertama)
kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui
pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.1,4,5
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan
glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya
makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel dan akhirnya menjadi crusta.
Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan
berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum
dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.1,2,4
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak,
dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A.
Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf.
Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
2.5 Gejala Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak
yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan
rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang
10
lebih muda. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat
merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus
yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari
kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali
ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota
gerak dan wajah.1,2,4
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat
tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak
di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar
sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. Lain halnya
jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam
sehingga akan mengering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi
pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau
dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.1,2,4
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata,
saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. Papula pada pita suara dan
saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air jarang
menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil
di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan
oleh staphylococcus. Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah.
Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini
bisa berat atau bahkan berakibat fatal.
2.6 Differensial Diagnosis
11
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang
dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-
foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia
merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang
ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi,
dan tes immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu
membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthema lainnya dengan
memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes zoster.6
2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Untuk
pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan atau
apusan dan dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel
raksasa (giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic
Inclusion Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan
imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus intrasel.
Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio
manusia. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation
Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA.6,7
2.8 Pengobatan
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit
dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen
lainnya yang mengandung mentol atau fenol. Untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun,
menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap kering dan bersih.
Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi
bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti virus
asiklovir.2,6,7
12
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin.
Karena aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak anak Obat
anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir
biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat.
Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam
setelah munculnya ruam yang pertama. Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.6,7
2.9 Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:1,2
- Pneumonia karena virus
- Peradangan jantung
- Peradangan sendi
- Peradangan hati
- Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
- Ensefalitis (infeksi otak).
2.10 Prognosis
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan
prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Angka
kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella. Pada
neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan
komplikasi dan angka kematian yang meningkat. Angka kematian pada penderita
yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan
pengobatan antivirus antar 7–27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah
akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.2,4
2.11 Pencegahan
1. Vaksinasi
13
Vaksin varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5 hari
setelah kontak. vaksin varisela semula berasal dari virus hidup yang telah dilemahkan
(live attenuated). mengingat harga vaksin varisela yang cukup mahal, sehingga
cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan vaksin hanya selama
10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak dengan usia kurang dari 12 tahun
dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat dewasa anak yang telah
divaksinasi ini akan menderita varisela, ini menyebabkan bertambahnya jumlah orang
dewasa yang menderita varisela. Karena varisela pada ibu hamil cenderung menjadi
berat dan beresiko terhadap anaknya maka imunisasi varisela dianjurkan untuk
diberikan saat anak berusia 12 tahun.8
Di negara barat vaksinasi varisela diberikan pada usia 1-1,5 tahun, atau pada
umur berapapun jika mereka belum pernah menderita varisela. Orang-orang yang
tidak mendapatkan vaksin sampai usia 13 tahun akan mendapatkan vaksinasi sebayak
2 dosis, dengan selang waktu 4-8 minggu8.
Orang-orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi varisela
adalah:
Jika mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin, riwayat
terjadinya reaksi terhadap vaksinasi varisela.
Orang-orang yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda vaksinasi
varisela sampai mereka sembuh
Wanita hamil harus menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka
melahirkan. Wanita yang baru saja melaksanakan vaksinasi sebaiknya
menunggu sampai 1 bulan sebelum terjadinya kehamilan.
Beberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana vaksinasi
varisela yang ingin dilakukan, orang-orang ini diantaranya adalah;
Orang yang terkena virus HIV/IDS, atau penyakit lain yang
mempengaruhi status imunitasnya.
Orang-orang yang sedang mendapatkan terapi obat-obatan yang
mempengatuhi status imunitasnya, seperti steroid selama 2 minggu
14
Orang yang menderita kanker
Orang-orang yang sedang diterapi dengan sinar-x atau obat sitostatik
Orang-orang yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk-
produk darah lain8 .
Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah :
1. Ringan- Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)- Demam (1:10)- Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien ini
dapat menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya, namun hal ini jarang terjadi.
2. Sedang- Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak
bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000)
3. Berat- Pneumonia (sangat jarang).- Reaksi serebral8 .
Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sulit sesak napas, serak, mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan perubahan perilaku8 .
2. Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika
diberikan 8-9 hari setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela sebaiknya
diberikan sebagai imunisasi wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang
beresiko tinggi untuk terkena varisela.
3. VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya
dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena,
dan pada pasien yang jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat.
Termasuk didalamnya anak-anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang
15
belum pernah terkena varisela, bayi-bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela
kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah kelahirannya, bayi
prematur berusia lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela, atau bayi
kurang dari 28 minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak
erat dengan penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan
penderita varisela misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah
sakit. Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat
infeksi telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak terbukti dapat
mencegah memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin tidak
bermanfaat digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG
0-10 kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40
k5=625 IU. Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar
mencegah terjadinya penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa
inkubasi 28 hari menjadi 35 hari.8
BAB III
ANALISA KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar
Rumah permanen dengan beratap seng dan berlantai semen. Di dalam rumah
terdapat 1 ruang tamu sekaligus ruang keluarga yang bergabung dengan dapur
dan kamar mandi, 2 kamar tidur. Sumber air bersih keluarga di peroleh dari Air
PDAM. Air ini digunakan untuk mencuci pakaian, mencuci piring, mandi,
memasak dan air minum. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Kondisi
rumah cukup pencahayaan dan terdapat ventilasi di setiap jendela rumah. Jarak
antar rumah berdekatan, bagian depan rumah terdapat tumpukan kayu.
16
Tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan rumah dan
lingkungan sekitar
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakak nya. Keharmonisan
keluarga pasien baik, tidak ada masalah dalam hubungan satu sama lain.
Tidak ada hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan keluarga dan
hubungan keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
Pasien datang ke Puskesmas Simpang Kawat dengan keluhan timbul
gelembung-gelembung berisi cairan bening, sejak 2 hari yang lalu. Awalnya
berupa bintil-bintil merah, yang kemudian bintil-bintil merah tersebut
membentuk gelembung berisi cairan jernih. Awalnya di badan, kemudian
menyebar keseluruh tubuh yang lain, seperti muka, kedua lengan dan kedua
tungkai. Dan terasa gatal sehingga pasien terus menggaruk-garuk dan
gelembung tersebut menjadi pecah.
Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan pasien. Awalnya keluhan
didahului dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi sekitar 2 hari sebelum
keluhan gelembung dan gatal muncul, selain itu pasien juga mengeluhkan badan
terasa lesu, tidak ada keluhan batuk, pilek, tidak ada keluhan nyeri pada saat
BAK, dan tidak ada keluhan nyeri tenggorokan saat makan. Kebiasaan sehari-
hari pasien mandi 2x sehari dan mengganti bajunya setiap kali selesai mandi.
Pasien diketahui tidak memiliki riwayat timbulnya lepuh-lepuh setelah
mengoleskan bahan kosmetik seperti bedak, minyak rambut atau memakai
bahan logam.
Pasien tidak memiliki riwayat tergigit serangga sebelum timbulnya
keluhan. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan ataupun
makanan tertentu.
Dari anamnesis disimpulkan ibu pasien memiliki kesadaran untuk membawa
anaknya berobat ke pusat kesehatan masyarakat.
17
d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini.
Dari anamnesis, pasien mendapat penyakit ini bisa dari lingkungan sekitar
rumah atau sekolah
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan
factor risiko atau etiologi pada pasien ini.
Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular lewat droplet dan
kontak dengan lesi kulitnya langsung sehingga pasien sebaiknya dijauhkan
dari orang-orang sekitarnya hingga sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2005
2. Handoko RP. Penyakit Virus Dalam: Djuanda A, dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010; 107-115
3. Harahap M. Varicella Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Gramedia. 1990: 127-
129
4. Lndow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam: Kaita Selekta
Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC, 2004: 31-61
5. Martodiharjo S. Penatalaksanaan Klinik Herpes Zoster dan Varicella. Berkala
18
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 2003: 45-53
6. Mitaart AH. Penyakit Kulit karena Virus. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta. EGC. 2005: 174-184
7. Siregar R.S. Saripati Penyakit Kulit, Atlas Berwarna. EGC. 2000
8. Wilmana Freddy. Antivirus dan Interferon. Editor : Ganiswarna G. Sulistia.
Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Balai Penerbit FK UI.2003. Hal
616-621.
19