LAPORAN

46
LAPORAN PERMESINAN LANJUT 1 MEMBUAT BEARING TRAKER Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Permesinan Lanjut 1 Disusun oleh : 1. Sugeng Priyadi 5201411035 2. Ulinnuha musthofa 5201411036 3. Fidu Destrianto 5201411040 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

description

membuat bearing tracker

Transcript of LAPORAN

Page 1: LAPORAN

LAPORAN PERMESINAN LANJUT 1

MEMBUAT BEARING TRAKER

Laporan Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Permesinan Lanjut 1

Disusun oleh :

1. Sugeng Priyadi 5201411035

2. Ulinnuha musthofa 5201411036

3. Fidu Destrianto 5201411040

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: LAPORAN

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Akhir Praktik

Pemesinan Lanjut I” dengan baik, lancar, dan tepat waktu.

Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagaimana kewajiban praktikum dalam

penyelesaian pada praktik pemesinan lanjut I semester lima di Universitas Negeri Semarang

khususnya jurusan Teknik Mesin.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam praktikum proses produksi dan penulisan akhir ini. Semoga laporan akhir ini dapat

membantu bagi siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan dari proses produksi.

Namun demikian laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna, segala kritik dan

saran saya yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk masa yang akan datang.

Semarang, 6 januari 2014

Praktikan

Page 3: LAPORAN

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Tujuan....................................................................................................... 1

C. Manfaat..................................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Mesin Bubut ............................................................................................ 2

1. Definisi .............................................................................................. 2

2. Bagian-Bagian Mesin Bubut ............................................................. 3

3. Alat Pendukung Mesin Bubut ........................................................... 5

4. Jenis-Jenis Pekerjaan ......................................................................... 9

5. Jenis-Jenis Mesin Bubut .................................................................... 12

6. Kecepatan Potong .............................................................................. 13

B. Mesin Frais .............................................................................................. 15

1. Definisi .............................................................................................. 15

2. Prinsip Kerja ...................................................................................... 15

3. Bagian-Bagian Mesin Frais (Milling) ................................................ 16

4. Kecepatan Potong .............................................................................. 17

5. Macam-Macam Pisau Frais ............................................................... 18

6. Jenis-Jenis Mesin Frais ...................................................................... 24

C. Mesin Bor ................................................................................................ 26

1. Definisi .............................................................................................. 26

2. Prinsip Kerja ...................................................................................... 26

3. Bagian Utama Mesin Bor .................................................................. 27

4. Kecepatan Potong .............................................................................. 27

5. Pemakanan Pengebora ....................................................................... 29

6. Perawatan Mesin ................................................................................ 30

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Alat ........................................................................................................ 31

B. Bahan ..................................................................................................... 31

Page 4: LAPORAN

iii

C. Proses Pengerjaan Benda Kerja ............................................................. 32

D. Job Sheet ................................................................................................ 37

BAB IV HASIL PRAKTIKUM .............................................................................. 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 41

Page 5: LAPORAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknik mesin merupakan salah satu bidang ilmu teknik yang dapat

memberikan peluang besar untuk memajukan industri mesin baik dalam hal maintance

dan repair, perancangan/design, pembuatan/ produksi. Mahasiswa teknik mesin selain

harus dapat menguasai dasar dari ilmu pasti (matematika, fisika, kimia), mereka juga

harus memahami berbagai konsep termasuk mekanika, kinematika, termodinamika dan

energi.[4]

Bearing traker adalah salah satu benda yang dapat di buat menjadi job sheet

karena pembuatannya yang simple dan tidak terlalu rumit, bearing traker terdiri dari

beberapa komponen yang terdiri dari 4 macam komponen dengan jummah 11

komponennya terdiri dari 1 buah baut besar, 1 buah segitiga, 3 buah cakar, dan 6

buah plat yang di rangkai dengan menggunakan mur dan baut.

Bearing traker berfungsi untuk melepaskan bearing pada poros dan bisa

digunakan untuk melepas pully yang terdapat pada poros sehinnga dapat mempermudah

pekerjaan seseorang dalam melepaskan beareing atau pully dengan cepat dan tepat.

B. Tujuan

1. Dapat memnuhi kompetensi yang ada.

2. Dapat menggunakan lebih dari 1 mesin untuk membuat 1 job sheet.

3. Dapat mengembangkan kemampuan saat menggunakan mesin.

C. Manfaat

1. Memanfaatkan fasilitas yang ada untuk membuat job sheet

2. Mendapatkan pengetahuan tentang teknik – teknik baru dalam praktikum

permesinan lanjut 1

3. Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara membuat job sheet yang benar

Page 6: LAPORAN

2

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mesin Bubut

Gambar.1 Mesin Bubut

Keterangan:

a. Pengatur Kecepatan

b. Panel otomatis

c. Kepala tetap

d. Lampu

e. Eretan

f. Rumah pahat

g. Penyangga

h. Alas mesin

i. Kepala lepas

j. Stoper

1. Definisi

Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang

dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong

pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin bubut

merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk

i g f d c

c

a

b j

e h

Page 7: LAPORAN

3

benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih

dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin,

kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan.

Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan

disayatkan pada benda kerja yang berputar. Umumnya pahat bubut dalam keadaan

diam, pada perkembangannya ada jenis mesin bubut yang berputar alat

potongnynya, sedangkan benda kerjanya diam. Dalam kecepatan putar sesuai

perhitungan, alat potong akan mudah memotong benda kerja sehingga benda

kerja mudah dibentuk sesuai yang diinginkan.

2. Bagian-Bagian Mesin Bubut

a. Kepala tetap

Kepala tetap adalah bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kiri

mesin, dan bagian inilah yang memutar benda kerja yang didalamnya terdapat

transmisi roda gigi. Pada Kepala tetap ini ditempatkan berbagai bagian mesin

yang memudahkan kita melakukan pekerjaan. beberapa bagian yang ada di kepala

tetap adalah Plat mesin; engkol pengatur pasangan roda gigi;cakra bertingkat;

motor penggerak mesin.Pada kepala tetap ini pula kita memasang alat pemegang

benda kerja sehingga aman pada saat dikerjakan. Alat pemegang atau penjepit ini

disebut Cekam. Cekam ini dibedakan menjadi dua, yaitu Cekam rahang tiga dan

cekam rahang empat. Cekam rahang tiga pergerakan rahang penjepitnya adalah

serentak sehingga pada saat kita menggerakkan satu kunci penggeraknya, maka

ketiga rahang bergerak serentak. Cekam rahang empat, pada saat kita

menggerakkan kunci penggeraknya, maka rahang yang bergerak adalah satu

persatu.

Gambar.2 Kepala Tetap

b. Kepala lepas

Bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kanan dari mesin bubut,

yang berfungsi untuk menopang benda kerja yang panjang. Pada saat

mengerjakan benda berukuran panjang, kemungkinan bengkok sangat besar

Page 8: LAPORAN

4

sehingga harus ditopang pada kedua ujung, yaitu di kepala tetap dan kepala lepas

ini.

Gambar.3 kepala Lepas

c. Alas mesin

Alas mesin berfungsi untuk tempat kedudukan kepala lepas, tempat

kedudukan eretan dan tempat kedudukan penyangga diam.

Gambar.4 Alas Mesin

d. Eretan

Eretan adalah alat yang digunakan untuk melakukan proses pemakanan

pada benda kerja dengan cara menggerakkan kekiri dan kekanan sepanjang meja.

Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang dan

eretan atas dan dudukan pahat. Eretan ada tiga macam yaitu eretan memanjang,

eretan melintang dan eretan atas.

Alas Mesin

Page 9: LAPORAN

5

Gambar.5 Eretan

3. Alat Pendukung Mesin Bubut

a. Kunci chuk

Kunci chuk adalah alat yang menggerakkan rahang pada cekam

b. Kunci rumah pahat

Kunci rumah pahat adalah alat yang digunakan untuk menggerakkan baut

untuk menjepit pahat pada rumah pahat

c. Kaca Mata

Penyangga alat yang digunakan untuk membubut benda-benda yang panjang,

karena benda kerja yang panjang apabila tidak dibantu penyangga maka hasil

pembubutan akan menjadi berpenampang elip/oval, tidak silindris dan tidak

rata.[1]

Gambar.8 Kaca Mata

d. Alat potong (pahat)

Yang dimaksud dengan alat potong adalah alat/pisau yang

digunakan untuk menyayat produk/benda kerja. Dalam pekerjaan

pembubutan salah satu alat potong yang sering digunakan adalah pahat

Eretan atas

Eretan melintang

Eretan Memanjang

Page 10: LAPORAN

6

bubut. Jenis bahan pahat bubut yang banyak digunakan di industri-industri

dan bengkel-bengkel antara lain baja karbon, HSS, karbida, diamond dan

ceramik.[2]

Hal yang sangat penting diperhatikan adalah bagaimana alat

potong dapat menyayat dengan baik, dan untuk dapat menyayat dengan

baik alat potong diperlukan adanya sudut baji, sudut bebas dan sudut tatal

sesuai ketentuan, yang semua Ini disebut dengan istilah geometris alat

potong. Sesuai dengan bahan dan bentuk pisau, geometris alat potong

untuk penggunaan setiap jenis logam berbeda. Gambar 9 menunjukkan

geometris pahat bubut, dan tabel 1 menunjukkan penggunaan sudut tatal

dan sudut bebas pahat bubut. [2]

Gambar.9 Geometris Alat Potong

Page 11: LAPORAN

7

Selain itu sudut kebebasan pahat juga harus dipertimbangkan berdasarkan

penggunaan, arah pemakanan dan arah putaran mesin. Gambar 10 sampai

dengan Gambar 13 menunjukkan sudut-sudut kebebasan pahat berdasarkan

pertimbangan tersebut. [2]

1) Pahat bubut rata kanan

Pahat bubut rata kanan memilki sudut baji 80º dan sudut-sudut bebas

lainnya sebagaimana gambar10, pada umumnya digunakan untuk

pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kiri ke arah

kanan mendekati posisi cekam. [2]

Gambar.10 Pahat bubut rata kanan

Tabel.1 Penggunaan sudut tatal dan sudut bebas pahat

Page 12: LAPORAN

8

2) Pahat bubut rata kiri

Pahat bubut rata kiri memilki sudut baji 55º dan sudut-sudut bebas lainnya

sebagaimana Gambar 11, pada umumnya digunakan untuk pembubutan

rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kiri ke arah kanan

mendekati posisi kepala lepas. [2]

Gambar.11 Pahat bubut rata kiri

3) Pahat bubut muka

Pahat bubut muka memilki sudut baji 55º dan sudut-sudut bebas lainnya

sebagaimana Gambar 12, pada umumnya digunakan untuk pembubutan

rata permukaan benda kerja (facing) yang pemakanannya dapat dimulai

dari luar benda kerja ke arah mendekati titik senter dan juga dapat

dimulai dari titik senter ke arah luar benda kerja tergantung arah putaran

mesinnya. [2]

Gambar.12 Pahat bubut muka

4) Pahat bubut ulir

Pahat bubut ulir memilki sudut puncak tergantung dari jenis ulir yang

akan dibuat, sudut puncak 55° adalah untuk membuat ulir jenis

Page 13: LAPORAN

9

whitwhort. Sedangkan untuk pembuatan ulir jenis metrik sudut puncak

pahat ulirnya dibuat 60°. Gambar 13 menunjukkan besarnya sudut

potong pahat ulir metrik. [2]

Gambar.13 pahat bubut ulir matrik

Sudut potong dan sudut baji merupakan sudut yang dipersaratkan untuk

memudahkan pemotongan benda kerja, sudut bebas adalah sudut untuk

membebaskan pahat dari bergesekan terhadap benda kerja dan sudut tatal

adalah sudut untuk memberi jalan tatal yang terpotong. [2]

4. Jenis-Jenis Pekerjaan

a. Pembubutan muka (facing)

Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak lurus terhadap

sumbu benda kerja.

Gambar.14 Bubut Facing

b. Pembubutan silindris (turning)

Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik pengerjaan

tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong pahtnya harus terletak

senter terhadap garis sumbu dan ini berlaku untuk semua proses pemotongan

pada mesin bubut.

Page 14: LAPORAN

10

Gambar.15 Bubut Rata

c. Pembubutan alur (grooving)

Pembubutan yang di lakukan di antara dua permukaan.

Gambar.16 Bubut Alur

d. Pembubutan tirus (chempering)

Adapun caranya sebagai berikut : Dengan memutar compound rest, dengan

menggeser sumbu tail stock. dengan menggunakan taper attachment.

Gambar.17 Bubut Tirus

e. Pembubutan ulir (threading)

Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi bentuk yang sesuai

dengan menggunakan referensi mal ulir (thread gauge). Atau bisa juga

menggunakan pahat tertentu ukurannya yangsudah di jual di pasaran, biasanya

untuk ulir-ulir nstandar.

Page 15: LAPORAN

11

Gambar.18 Bubut Ulir

f. Drilling

Membuat lubang pada benda kerja

Gambar.19 Drilling

g. Bubut Dalam

Memperbesar lubang pada benda kerja.

Gambar.20 Bubut dalam

h. Kartel (knurling)

Membuat profil atau grif pegangan pada benda kerja seperti pada pegangan

tang,obeng agar tidak licin.

Page 16: LAPORAN

12

Gambar.21 Kartel

5. Jenis-Jenis Mesin Bubut

Dilihat dari segi dimensinya, mesin bubut konvensional dibagi dalam

beberapa kategori, yaitu : mesin bubut ringan, mesin bubut sedang, mesin

bubut standar, dan mesin bubut berat. Mesin bubut berat digunakan untuk

pembuatan benda kerja yang berdimensi besar, terbagi atas mesin bubut beralas

panjang, mesin bubut lantai, mesin bubut tegak. Adapun gambarnya dapat dilihat

sebagai berikut:

a. Mesin Bubut Ringan

Mesin bubut ringan (Gambar 21) dapat diletakan di atas meja, dan mudah

dipindahkan sesuai dengan kebutuhan, Benda kerjanya berdimensi kecil (mini).

Jenis ini umumnya digunakan untuk membubut benda-benda kecil dan biasanya

dipergunakan untuk industri rumah tangga (home industri). Panjangnya mesin

umumnya tidak lebih dari 1200 mm, dan karena bebanya ringan dapat diangkat

oleh satu orang.

Gambar.22 Mesin bubut ringan

b. Mesin Bubut Sedang

Jenis mesin bubut sedang (Gambar 22) dapat membubut diameter

benda kerja sampai dengan 200 mm dan panjang sampai dengan 100 mm cocok

untuk industri kecil atau bengkel-bengkel perawatan dan pembuatan komponen.

Umumnya digunakan pada dunia pendidikan atau pusat pelatihan, karena

harganya terjangkau dan mudah dioperasikan.

Page 17: LAPORAN

13

Gambar.23 Mesin bubut sedang

c. Mesin Bubut Standar

Jenis mesin bubut mesin bubut standar (Gambar 23) disebut sebagai

mesin bubut standar karena disamping memiliki komponen seperti pada mesin

ringan dan sedang juga telah dilengkapi berbagai kelengkapan tambahan yaitu

keran pendingin, lampu kerja, bak penampung beram dan rem untuk

menghentikan mesin dalam keadaan darurat

Gambar.24 Mesin bubut standar

6. Kecepatan potong

Yang dimaksud dengan kecepatan potong (CS) adalah kemampuan alat

potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang

/waktu (m/menit atau feet/menit). Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan

potong (CS) adalah keliling kali putaran atau p. d. n; di mana d adalah diameter

pisau/benda kerja dalam satuan milimeter dan n adalah kecepatan putaran

pisau/benda kerja dalam satuan putaran/menit (rpm). Karena nilai kecepatan potong

untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku (Tabel 2), maka komponen

yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerja. Dengan

demikian rumus untuk menghitung putaran menjadi:

Page 18: LAPORAN

14

Karena satuan Cs dalam meter/menit sedangkan satuan diameter pisau/benda kerja

dalam millimeter, maka rumus menjadi :

Contoh: Benda yang akan dibubut berdiameter 30 mm dengan kecepatan potong

(Cs) 25 m/menit, maka besarnya putaran mesin

Dalam menentukan besarnya kecepatan potong dan putaran mesin, selain dapat

dihitung dengan rumus diatas juga dapat dicari pada tabel kecepatan potong

pembubutan (Tabel 2 dan 3) yang hasil pembacaannya mendekati dengan angka

hasil perhitungan.[3]

Tabel.2 kecepatan potong pahat HSS (high speed steel)

Page 19: LAPORAN

15

B. Mesin Frais (milling)

1. Definisi

Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja

pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat potong

bermata banyak yang berputar (multipoint cutter). Pada saat alat potong (cutter)

berputar, gigi-gigi potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada

ragum meja mesin frais sehingga terjadilah pemotongan/penyayatan dengan

kedalaman sesuai penyetingan sehingga menjadi benda produksi sesuai dengan

gambar kerja yang dikehendaki.[5]

2. Prinsip Kerja

Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah

menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut

akan diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada

Tabel.3 daftar kecepatan potong pembubutan

Page 20: LAPORAN

16

spindel mesin milling.

Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang

bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau

gerakan pemotongan.

Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang

telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan

menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena

material penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.[10]

3. Bagian-Bagian Mesin Frais (milling)

Gambar.25 Mesin Frais

a. Ram

b. Vertical head

c. Quill

d. Table

e. Saddle

Page 21: LAPORAN

17

f. Crossfeed handle

g. Vertical feed crank

h. Knee

i. Vertical positioning screw

j. Base

k. Column

l. Table handwheel

m. Table transmission

4. Kecepatan potong(Cs)

Kecepatan potong mesin frais berkaitan dengan jalan keliling pisaunya yang

dinyatakan dalam feet/menit atau meter/menit. Kecepatan potong yang ditempuh

pisau frais tergantung pada beberapa faktor di antaranya:

- Macam bahan yang dikerjakan

- Bahan pisau frais

- Ketahanan pisau di antara mata pengasahan

Faktor-faktor lain yang penting adalah pergantian kecepatan pisau

berbanding dengan pemakanan yang diperlukan, hubungan perbandingan

pemakanan dan dalamnya pemakanan juga keadaan mesin itu sendiri.[5]

Tabel.4 Kecepatan potong untuk beberapa jenis bahan

Menentukan kecepatan putaran mesin frais

Kecepatan putaran mesin frais ditentukan oleh:

- Kekerasan bahan yang dikerjakan

Page 22: LAPORAN

18

- Bahan pisau

- Diameter pisau frais yang gunakan.

Analisis dalam menentukan kecepatan putaran mesin

Besar putaran mesin dirumuskan :

Dalam Hal ini :

n = putaran mesin dalam putaran/menit

Cs = kecepatan potong dalam m/menit

D = diameter pisau dalam meter

5. Macam-Macam Pisau Frais

a. Pisau frais mantel

1. Tipe H (keras) digunakan untuk penyayatan ringan

2. Tipe N (normal) digunakan untuk penyayatan normal atau sedang

3. Tipe W (lunak) digunakan untuk penyayatan berat

Gambar.26 Pisau Mesin Frais

Page 23: LAPORAN

19

b. Pisau frais sudut

Pisau ini digunakan untuk mengefrais sudut, umumnya 30, 45 dan 60 derajat

Gambar.27 Pisau Frais Sudut

c. Pisau frais ekor burung

Pisau frais ini digunakan untuk mengefrais alur ekor burung, pada umumnya

sudut ekor burung yang dapat dibuat besarnya : 30, 45 dan 60 derajat.

Gambar.28 Pisau Frais Ekor Burung

d. Pisau frais alur melingkar

Pisau frais ini digunakan untuk mengefrais alur pasak yang terkurung.

Gambar.29 Pisau Frais Alur Melingkar

Page 24: LAPORAN

20

e. Pisau frais gigi silang (straggered tooth mill)

Pisau frais ini digunakan untuk mengefrais alur pada benda kerja.

Gambar.30 Pisau Frais Gigi Silang

f. Pisau frais sudut ganda

Pisau ini digunakan untuk mengefrais alur V.Sudut V yang terjadi besarnya 30,

45 dan 60 derajat.

Gambar.31 Pisau Frais Sudut Ganda

Page 25: LAPORAN

21

g. Pisau frais radius

Pisau ini digunakan untuk konvex dan konkav

Gambar.32 Pisau Frais Radius

h. Pisau frais alur T

Pisau alur T digunakan untuk mengefrais alur T.Seperti halnya alur T pada

meja mesin frais dan skrap.

Gambar.33 Pisau Frais Alur T

i. Pisau frais jar

1. Digunakan untuk baja normal,sudut helik dan alur giginya tidak terlalu besar.

2. Digunakan untuk baja yang keras dan ulet sudut helik kecil, gigi lebih banyak.

3. Pisau dengan sudut helik dan alur gigi besar digunakan untuk baja lunak

4. Digunakan untuk pemakanan kasar

Gambar.34 Pisau Frais Jar

Page 26: LAPORAN

22

j. Pisau frais roda gigi

Pisau ini dunakan untuk pembuatan roda gigi.

Gambar.35 Pisau Frais Roda Gigi

k. Pisau frais hobbing

Digunakan untuk menbuat gigi pada roda gigi yang dilaksanakan pada mesin

hobbing.

Gambar.36 Pisau Frais Hobbing

l. Pisau Muka (Face Mill)

Pisau muka yang ditempel dan terbuat dari bahan sementit carbide.Pisau ini

digunakan untuk mengefrais permukaan yang rata dan luas

Page 27: LAPORAN

23

Gambar.38 Pisau Muka

m. Shell End-Mill

Pisau frais ini dapat makan pada bagian samping dan muka sehingga

dapat digunakan untuk mengefrais bidang siku

Gambar.39 End-Mill

n. Side dan Face mill

Pisau frais ini digunakan untuk pemakanan kasar pada permukaan-permukaan

rata dan siku.

Page 28: LAPORAN

24

Gambar.40 Side and Face Mill

6. Jenis-Jenis Mesin Frais

a. Mesin frais vertikal, merupakan mesin frais dengan poros utama sebagai

pemutar dengan pemegang alat potong dengan posisi tegak. Mesin ini adalah

sebuah mesin ruang perkakas yang di konstruksi untuk pekerjaan yang sangat

teliti. Penampilannya mirip dengan mesin frais jenis datar. Perbedaan adalah

bahwa meja kerjanya dilengkapi gerak ke empat yang memungkinkan meja

untuk berputar horizontal.[5]

Gambar.41: Mesin fraiz vertikal

Page 29: LAPORAN

25

b. Mesin frais Horizontal, Merupakan mesin frais yang poros utamanya

sebagai pemutar dan pemegang alat potong pada posisi mendatar.

Gambar.42: Mesin frais Horizontal

c. Mesin frais universal Ini adalah mesin produksi dari konstruksi yang

kasar. Bangkunya ini adalah benda cor yang kaku dan berat serta

menyangga sebuah meja kerja yang hanya memiliki gerakan longitudinal.

Penyetelan vertikal di berikan dalam kepala spindel dan suatu penyetelan

lintang di buat dalam pena atau ram spindel.

Gambar.43 : Mesin frais Universal

Page 30: LAPORAN

26

C. Mesin Bor

1. Definisi

Bor adalah salah satu mesin perkakas, yang secara umum digunakan untuk

mengebor suatu benda kerja. Pada mesin ini juga dapat dilakukan pekerjaan –

pekerjaan yang lainnya seperti, memperluas lubang, pengeboran untuk tirus

pada bagian suatu lubang atau pembenaman. Dalam pelaksanaannya pengeboran

sesungguhnya adalah suatu poros yang berputar, dimana pada bagian

ujungnya (bagian bawah) disambungkan mata bor yang dapat mengebor terhadap

benda kerja yang di jepit pada meja mesin bor.[7]

Jadi secara umum dalam pelaksanaan pengeboran suatu lubang pada benda

kerja diperlukan suatu mesin bor yang bekerja baik dan teliti. mesin Dapat

mengebor benda kerja secara terus menerus dan mempunyai kecepatan poros yang

dapat disetel menurut kebutuhannya dan dapat dilakukan bermacam –macam

pengeboran yang sesuai kebutuhan.

Drilling adalah operasi yang menghasilkan lubang-lubang bulat pada seluruh

bahan,atau memperbesar lubang dengan mata bor (twist drill). Sedangkan yang

dimaksud dengan boring ialah operasi yang bertujuan untuk memperbesar lubang

yang telah dibor oleh alat potong yang dapat diatur.[9]

2. Prinsip kerja

Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, maka mesin bor dapat berfungsi

untuk membuat lobang silindris dan bertingkat, membesarkan lobang, memcemper

lobang dan mengetap.

Pekerjaan yang banyak menuntut ketelitian yang tinggi pada

pengeboran adalah pada saat menempatkan mata bor pada posisi yang tepat di

titik senter. [8]

Page 31: LAPORAN

27

3. Bagian Utama Mesin Bor

Gambar.44 Mesin Bor

1. Motor sebagai penggerak utama menggunakan listrik.

2. Spindel pada mesin bor berfungsi untuk rumah mata bor.

3. Tuas hantaran berfungsi untuk menaik turunkan bor.

4. Tiang sebagai penyangga mesin bor

5. Dasar, bagian yang menopang seluruh bagian mesin bor.

6. Meja sebagai tempat menaruh benda kerja

4. Kecepatan potong

Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung

berdasarkan putaran mesin per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan

bahwa kecepatan potong adalah panjangnya bram yang terpotong per satuan waktu.

Setiap jenis logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan

berbeda- beda. Dalam pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan

kecepatan potong logam. Bila kecepatan potongnya tidak tepat, mata bor cepat

panas dan akibatnya mata bor cepat tumpul atau bisa patah.{8]

Kecepatan potong ditentukan oleh:

1

2 3

4 5

6

Page 32: LAPORAN

28

a. Jenis bahan yang akan di bor

b. Jenis bahan mata bor

c. Kualitas lubang yang diinginkan

d. Efisiensi Pendingin

e. Cara/teknik pengeboran

f. Kapasitas mesin bor

Tabel 5. Harga Kecepatan Mata Bor Dari Bahan HSS

BAHAN KECEPATAN POTONG (m/menit)

Alumunium Campuran

Kuningan Campuran

Perunggu Tegangan Tinggi

Besi Tuang Lunak

Besi Tuang Menengah

Besi Tuang Keras

Tembaga

Baja Karbon Rendah

Baja Karbon Sedang

Baja Karbon Tinggi

Baja Perkakas

Baja Campuran

60 – 100

30 – 100

25 – 30

30 – 50

25 – 30

10 – 20

20 – 30

30 – 50

20 – 30

15 – 20

10 – 30

15 – 25

Untuk mendapatkan putara mesin bor per menit ditentukan berdasarkan

keliling mata bor dalam satuan panjang . Kemudian kecepatan potong dalam meter

per menit dirubah menjadi milimeter per menit dengan perkalian 1000. akhirnya

akan diperoleh kecepatan potong pengeboran dalam harga milimeter per menit.

Dalam satu putaran penuh, bibir mata bor (Pe) akan menjalani jarak sepanjang garis

lingkaran (U). Oleh karena itu, maka

Page 33: LAPORAN

29

Dimana:

U = Keliling bibir mata potong bor

D = Diameter mata bor

p = 3.14

Jarak keliling pemotongan mata bor tergantung pada diameter mata bor.

Waktu pemotongan juga menentukan kecepatan pemotongan. Oleh karena itu

jarak yang ditempuh oleh bibir pemotong mata bor harus sesuai dengan kecepatan

putar mata bor. Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling bibir pemotongan mata

bor (U) selama n putaran per menit dapat dihitung dengan rumus:

U = p x d x n

Dimana:

U = keliling bibir potong mata bor

D = Diameter mata bor

N = putaran mata bor per menit

Biasanya kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam satuan

meter per menit. Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah sama dengan jarak

atau panjangnya bram yang terpotong dalam satuan panjang per satuan waktu.

Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata potong bor

(U) sama dengan panjangnya bram terpotong dalam satuan meter per menit. Berarti

kecepatan potong sama dengan jarak keliling pemotongan mata bor. Maka:

V = U

V= p x d x n

(m/menit)

5. Pemakanan Pengeboran

Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong bor ke dalam

lobang/benda kerja dalam satu kali putaran mata bor. Besarnya pemakanan dalam

pengeboran dipilih berdasarkan jarak pergeseran mata bor dalam satu putaran, sesuai

dengan yang diinginkan.

Page 34: LAPORAN

30

Pemakanan juga tergantung pada bahan yang akan dibor, kualitas lobang yang

dibuat, kekuatan mesin yang ditentukan berdasarkan diameter mata bor.

Tabel 6. Besarnya Pemakanan Berdasarkan Diameter Mata Bor

Diameter Mata

Bor (mm)

Besarnya Pemakanan Dalam Satu Kali

Putaran (mm)

- 3

3 – 6

6 – 12

12 – 25

25 – dan

seterusnya

0.025 – 0.050

0.050 – 0.100

0.100 – 0.175

0.175 – 0.375

0.375 – 0.675

6. Perawatan Mesin

Sebuah mesin dalam menjaga performa kinerjanya juga membutuhkan

perawatan yang intensif pada setiap komponen mesinnya. Hal ini juga

diperlukan untuk mesin bor [8]. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan :

a. Pelumasan secara rutin untuk menghilangkan panas dan gesekan.

b. Mesin harus dibersihkan setelah digunakan

c. Chips harus dibersihkan menggunakan kuas.

d. T-slots, grooves, spindles sleeves, belts, and pulley harus dibersihkan.

e. Mesin diolesi dengan cairan anti karat untuk mencegah dari berkarat

f. Pastikan untuk alat pemotong berjalan lurus (stabil) sebelum memulai

operasi.

g. angan menempatkan alat-alat lain di meja pemboran

h. Hindari pakaian longgar

i. Perlindungan khusus untuk mata.

Page 35: LAPORAN

31

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Dalam pembuatan benda kerja “bearing traker” membutuhkan alat-alat dan

bahan yang akan dituliskan sebagai berikut :

A. Alat

1. Mesin Bubut

2. Pahat rata kanan

3. Ganjal pahat

4. Kunci kepala tetap

5. Kunci tool post

6. Center kepala lepas

7. Bor center

8. Center diameterrill

9. Kunci chuck

10. Kunci pas 14

11. Bor 5, 10,5 mm

12. Mesin Frais

13. Kunci cekam

14. End mill diameter 12 mm diameteran 15 mm

15. Kunci Arbor

16. Arbor

17. Ganjal Bendiametera Kerja

18. Mesin Bor

19. Kunci chuck

20. Bor 5, 10 mm

B. Bahan

1. Alumunium diameter 1 inch diameterengan panjang 157 mm sebanyak 1 buah

2. Alumunium diameter 3,5 inch diameterengan panjang 22 mm sebanyak 1 buah

3. Alumunium diameter 1 inch diameterengan panjang 182 mm sebanyak 3 buah

4. Alumunium diameter 1 inch diameterengan panjang 56 mm sebanyak 3 buah

Page 36: LAPORAN

32

C. PROSES PENGERJAAN BENDA KERJA

Page 37: LAPORAN

33

No Gambar bagian Nama

Bagian Proses Pengerjaan Perhitungan Mesin

1.

Baut 1. Memotong bahan

alumunium dengan

besar 1” dan panjang

183 mm

2. Perhitungan kecepatan

putaran mesin bubut

3. Pemasangan pahat dan

benda kerja pada

pencekam

4. Membubut facing

sampai dengan panjang

bahan 181 mm

5. Membuat lubang untuk

senter putar

menggunakan senter

bor

6. Membubut rata sampai

dengan besar diameter

bahan menjadi 12

dengan panjang 160

mm

7. Bentuk kepala baut

dengan menggunakan

mesin frais

menggunakan end mill

15 mm

8. Membuat drat dengan

menggunakan snei

ukuran m 12 x 1,5

dengan panjang 151

mm

9. Lakukan finishing

dengan cara diamplas

1. Rumus perhitungan

kecepatan mesin

bubut n=

2. Pada saat facing

menggunakan

kecepatan

n=

jadi kecepatan yang

digunakan 900 rpm

3. Membubut rata

dengan kecepatan 900

rpm sama dengan

facing karena

diameter awal benda

yang dibubut sama.

4. Rumus membuat

kepala baut

nk=

Nk= = 7 ,jadi

putaran tiap 7 lubang

Page 38: LAPORAN

34

2.

Cakar 1. Memotong bahan

alumunium dengan

besar 1” dan panjang

176 mm

2. Pasang end mill 12

mm pada arbor dan

pasang benda kerja

pada pencekam

3. Frais benda kerja

dengan kedalaman 7

mm sepanjang 176

mm

4. Frais benda kerja

dengan kedalaman 2

mm sepanjang 124

mm

5. Benda kerja dibalik

180˚ kemudian

lakukan pekerjaan yg

sama dengan nomor 2

dan 3

6. Benda kerja dibalik

90˚ kemudian frais

benda kerja dengan

kedalaman 2 mm

sepanjang 176 mm

7. Benda kerja dibalik

180˚ kemudian frais

dengan kedalaman 8

mm sepanjang 166

mm

8. Bor benda kerja

diameter 10 mm

dengan jarak 45 mm

dan 95 mm

9. Buat radius 6 mm

pada ujung cakar

dengan menggunakan

kikir rata

10. Lakukan finishing

dengan cara diamplas

Perhitungan kecepatan

putaran mesin

n=

=

= 199,04

Jadi kecepatan putaran

mesin 200 rpm

Page 39: LAPORAN

35

3.

Plat 1. Memotong bahan

alumunium dengan

besar 1” dan panjang

56 mm

2. Pasang end mill 12

mm pada arbor dan

pasang benda kerja

pada pencekam

3. Frais benda kerja

dengan kedalaman 7,5

mm dengan panjang

56 mm

4. Kemudian dibalik

180˚ dan frais dengan

kedalaman 7,5 mm

dengan panjang 56

mm

5. Putar 90° dan frais

dengan kedalaman 5

mm kemudian dibalik

frais kedalaman

dengan 5 mm

6. Bor benda diameter

10 mm dengan jarak 7

mm pada sisi kiri dan

sisi kanan

7. Buat radius 2 mm

dengan menggunakan

kikir

8. Potong benda kerja

jadi 2 menggunakan

gergaji

9. Kemudian frais lagi

jadikan lebar 4 mm

dengan panjang 56

mm

10. Lakukan finishing

dengan amplas

Perhitungan kecepatan

putaran mesin

n=

=

= 199,04

Jadi kecepatan

putaran mesin 200

rpm

Page 40: LAPORAN

36

4.

Segitiga 1. Memotong benda

kerja dengan besar

3.5” dengan panjang

22 mm

2. Pasang pahat pada

rumah pahat dan

pasang benda kerja

pada cekam

3. Bubut facing jadikan

20 mm dan bubut rata

83 mm

4. Benda kerja bor

dengan 5 mm

kemudian 10,5 mm

5. Lanjutkan bubut tirus

74,39°

6. Tab lubang tersebut

dengan tab M 12x1,5

7. Lanjut membuat

segitiga menggunakan

mesin frais

8. Gambar dahulu di

benda kerja sesuai

ukuran segitiga

mengguakan

penggores atau

bolpoin

9. Pasang benda kerja

pada pencekam

10. Lakukan pengefraisan

sesuai dengan

gambar,lakukan

berkali-kali sesuai

dengan bentuk yang

diinginkan

11. Bor pada 3 sisi

segitiga dengan

ukuran pada job sheet

dengan bor 5 mm

kemudian 10 mm

12. Melakukan finishing

dengan cara diamplas.

1. Rumus perhitungan

kecepatan mesin

bubut n=

n= = 255,5

2. Pada saat facing dan

membubut rata

dengan kecepatan

300 rpm

3. Perhitungan

membubut tirus

4. Perhitungan

kecepatan putaran

mesin

n=

=

= 199,04

5. Jadi kecepatan

putaran mesin 200

rpm

Page 41: LAPORAN

37

5.

Mur dan

Baut

1. Membeli baut ukuran

10 mm dengan ukuran

kepala 12 mm

sebanyak 6 buah serta

mur pasangannya

sebanyak 6 buah

Page 42: LAPORAN

38

D. Joob Sheet

Page 43: LAPORAN

39

Page 44: LAPORAN

40

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

BAUT

CAKAR

PLAT

SEGITIGA

MUR &

BAUT

Page 45: LAPORAN

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari permesinan lanjut 1 ini mendapatkan ilmu yang baru yaitu cara membuat

job sheet,perhitungan waktu mengerjakan job sheet. Memperoleh cara-cara pengerjaan 1

benda kerja menggunakan 3 mesin yang berbeda. Pada mata kuliah ini dapat memacu

mahasiswa agar lebih kreatif dalam manyampaikan pemikirannya.

Mahasiswa dapat menerapkan ilmu permesinan di dalam industri dan sekolah

saat PPL ( Praktik Pengalaman Lapangan )atau menjadi seorang guru nantinya dalam

membuat job sheet untuk anak didiknya.

Hasil pekerjaan dari permesinan lanjut 1 dapat digunakan sebagai alat peraga

saat proses KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar ), tidak dapat digunakan sebagaimana

fungsinya karena terbuat dari aluminium.

B. SARAN

Saran untuk kedepannya peralatan penunjang praktikum agar

dilengkapi,misalnya mesin untuk mengasah end mill mesin frais. End mil itu sering sekali

tumpul,jadi kalau tumpul pengerjaan benda kerja tidak bisa maksimal. Mesin bor sering

sekali digunakan dalam praktikum tetapi mata bornya selalu oleng jadi alangkah baiknya

diperbaiki. Kemudian untuk tab dan snei maksimal ukuran M12 x 1,5,kemarin kami

seharunya menggunakan tab dan snei ukuran M15 x 1,5 akan tetapi tidak ada sehingga

kami kurangi lagi porosnya menjadi ukuran 12 mm dan untungnya lubang belum di bor

untuk tab M15 x 1,5 itu mohon dilengkapi.

Page 46: LAPORAN

42

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sumbodo.Wirawan,(2008),Teknik Produksi Mesin Industri Jilid 2,Depdikbud,Jakarta,hal

249

[2] Sumbodo.Wirawan,(2008),Teknik Produksi Mesin Industri Jilid 2,Depdikbud,Jakarta,hal

253-256

[3] Sumbodo.Wirawan,(2008),Teknik Produksi Mesin Industri Jilid 2,Depdikbud,Jakarta,hal

260-262

[4] www.engineeringtown.com

[5] Sumbodo.Wirawan,(2008),Teknik Produksi Mesin Industri Jilid 2,Depdikbud,Jakarta,hal

278-320

[6] .http://doddi_y.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27226/Mesin+Frais.pdf.

[7] http://psbtik.smkn1cms.net/multi_media/permesinan/modul06/ch1/05/index.htmm

[8] http://doddi_y.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27224/Mesin+Bor.pdf

[9] http://dionfredi.blogspot.com/2011/04/proses-drilling-dan-boring.htmm

[10] http://www.kutembak.com/2013/10/mesin-frais-prinsip-kerja.htmm