laporan
-
Upload
achmad-haris-efendy -
Category
Documents
-
view
199 -
download
15
Transcript of laporan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran kuantitatif dalam kimia analitik secara umum dibedakan
menjadi potensiometri (berdasarkan potensial sel) dan voltametri (berdasarkan
arus sel). Berkembangnya teknik analisis, miniaturisasi, dan simplifikasi
instrumen analisisis, membawa dampak yang luar bisa pada bidang
elektroanalisisi. Salah satu contoh perkembangan yang berfokus pada indikator
elektroda adalah elektroda potensiometri. Teknik yang berkembang adalah teknik
elektroda yang dimodifikasi. Elektroda ini dibuat dengan menggabungkan
material elektroda degan zat aktif. Ini akan meningkatkan kinerja sensor dalam
hal kecepatan merespon rekasi dan selektifitas sensor dalam mendeteksi analit.
Pendeteksian potensial dengan suatu elektroda dapat dilakukan apabila
terdapat elektroda refrensi, elektroda yang dihitung dan alat pengukur voltase.
Dari dua macam elektroda logam dan membrane, yang paling maju saat ini adalah
elektroda membran. Elektroda membran secara sederhana dapat dibuat dengan
batang gelas yang diisi dengan kawat logam. Kawat logam yang digunakan sesuai
dengan larutan yang diukur potensialnya.
Pembuatan sensor merupakan langkah awal dalam perkenalan
potensiometri secara teknis. Pembuatannya tidak terlalu rumit dan bisa
menggunakan bahan – bahan yang mudah didapat. Membran yang digunakan bisa
berupa membran dari filter sebuah rokok yang diisikan dalam batang sebuah
pulpen transparan. Kemudian kawat logam dimasukkan untuk mengukur potensial
dari cairan.
1.2 Tujuan
Memiliki ketrampilan dalam mendisain sensor untuk pengukuran analit secara
potensiometri
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MSDS Bahan
CuSO4
Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah sebuah senyawa
kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam ini eksis di bumi
dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda. Bentuk anhidratnya berbentuk
bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan bentuk pentahidratnya
(CuSO4·5H
2O), berwarna biru terang.
Sifat fisika dan kimia CuSO4:
Massa molar : 159,62 g/mol
Densitas : 3,602 g/cm3
Titik lebur : 110 C (4.H2O)
Kelarutan : larut dalam air
Entropi molar : 109,05 J/K mol
Penanganan Bahaya:
Terhirup: Secepatnya diberi udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Telepon
dokter.
Tertelan: Dimuntahkan segera. Jangan pernah memberikan apapun
melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Segera panggil dokter.
Terkena kulit: Segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama
15 menit. Jika terkena pakaian, maka cuci pakaian sebelum
digunakan.
Kontak Mata: Segera siram mata dengan banyak air sedikitnya selama
15 menit. Segera mendapat perawatan medis ( Anonim, 2012).
Tembaga
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cu dan nomor atom29. Lambangnya berasal dari bahasa latin
Cuprum.Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.
Sifat fisik dan kimia tembaga:
Golongan, periode, blok : 11, 4, d
Massa atom : 63,546 g/mol
Konfigurasi elektron : [Ar] 3d10
4 s1
Fase : Padat pada 298 K
Massa jenis : 8,94 g/cm3
Titik didih : 2835 K
Titik lebur : 1357,77 K
Kalor peleburan : 13,26 kj/mol
Penanganan Bahaya:
Umumnya tidak berbahaya dalam penanganan normal. Hindari kontak
jangka panjang pada kulit atau terhirup.
Terkena Kulit: Cuci daerah yang terkena dengan sabun dan air. Jika
terjadi iritasi, dapatkan bantuan medis.
Terkena mata: Cuci mata dengan banyak air sedikitnya selama 15
menit. Mencari Bantuan Medis.
Terhisap: Segera dikasih udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
Tertelan: Berikan beberapa gelas susu atau air. Jangan pernah
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar
(Anonim, 2012).
2.2 Teori
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran
potensial suatu sensor atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran sensor atau
permukaan sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan
potensial yang sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang
dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus
melalui sel.
Pengukuran kuantitatif dalam kimia analitik secara umum dibedakan menjadi
potensiometri (berdasarkan potensial sel) dan voltametri (berdasarkan arus sel). Dasar
metode potensiometri adalah membuat sel elektrik dari analat suatu larutan sehingga
perbedaan potensial sel tersebut berkaitan dengan konsentrasi larutan(Rouessac,
2007).
Sensor elektrokimia merupakan peralatan deteksi yang bekerja berdasarkan reaksi
antara komponen sensor dengan analit yang dapat berupa gas atau ion, menghasilkan
signal elektrik yang setara dengan konsentrasi analit. Prinsip kerja sensor ini
didasarkan pada reaksi elektrokimia. Sel elektrokimia yang terdapat di dalam sensor
dapat menghasilkan arus elektrik dari energi yang dilepaskan oleh reaksi redoks
sontan. Arus inilah yang dideteksi oleh detektor dan diubah menjadi sigal analitis.
Jenis – jenis sensor, prinsip kerja serta besaran terukurnya ditunjukkan pada tabel
berikut:
Jenis Sensor Prinsip Nilai terukur
Potensiometrik EMF Tegangan
Semikonduktor Pergerakan Ion Hambatan
Voltametrik Difusi arus terbatas sebagai
fungsi voltase Arus
Amperometrik Difusi arus terbatas pada voltase
yang digunakan Arus
Tabel 1. (Romer, 2001).
Secara umum sensor terbagi menjadi dua bagian, yaitu sensor fisika dan
sensor kimia. Salah satu jenis sensor kimia yang sering digunakan untuk mendeteksi
polutan gas yaitu sensor elektrokimia. Sensor elektrokimia merupakan peralatan
deteksi yang bekerja berdasarkan reaksi antara komponen sensor dengan analit yang
dapat berupa gas atau ion, menghasilkan signal elektrik yang setara dengan
konsentrasi analit (Gunawan, 2010).
Pada sensor elektrokimia terdapat tiga bagian utama, yaitu: elektroda kerja,
elektrolit, dan elektroda pembanding. Contoh dari sensor elektrokimia dapat berupa
sensor potensiometri dan sensor amperometri. Sensor potensiometri menggunakan
jenis elektroda yang berbeda sehingga bekerja berdasarkan perbedaan beda potensial,
tanpa pengukuran arus dan yang diukur adalah voltase dari sel. Sedangkan sensor
amperometri menggunakan jenis elektroda yang sma, oleh karena itu pengukurannya
didasarkan pada prinsip pengukuran arus yang dihasilkan dari reaksi elektrokimia
yang melibatkan analit. Arus yang dihasilkan akan sebanding dengan konsentrasi
analit (Gunawan, 2010).
Adanya keberagaman material yang digunakan untuk mendeteksi gas
merupakan kelebihan sensor potensiometrik. Tetapi sensor ini mepunyai kelemahan
diantaranya sensifitsnya yang rendah untuk beberapa sensor gas (terutama yang
rekatif). Untuk menutupi kelemahan ini, maka dikembangkan sensor amperometrik.
Sensor gas amperometrik memiliki struktur yang sedeserhana, dapat diandalkan,
mudah digunakan serta murah (Miura et al, 1994).Sensor amperometrik dapat
mendeteksi oksida dan reduksi gas elektroaktif dan megukurnya dalam bentuk arus
listrik. Sensor amperometrik juga dapat digunakan dalam sistempengukuran gas
oksigen, karbon dmonoksida, hidrogen sulfida, dan gas beracun lainnya.
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
- Karet O ring
- Beker glas
- Voltmeter
- Kabel
- Labu ukur
- Pipet
- Pipet mhor
- Botol semprot
- Pisau
Bahan
- Konduktor (Kawat Cu)
- Batang gelas atau batang plastik berbentuk silinder
- Membran (filter rokok)
- Larutan standar CuSO4 0,1M; 0,05 M; 0,01M dan 0,005 M.
- Aquades
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur Disain Sensor
Disiapakan
Ditutup ujungnya dengan membran
Diikat dengan karet (O ring)
Dimasukkan kawat Cu
Diisi dengan CuSO4 0,01 Molar
Disisipkan bahan isolator di ujung tabung
Batang Gelas
Hasil
Pengujian Sensor
Disiapakan 5 – 20 mL dengan konsentrasi 0,5M
Dimasukkan dalam beker gelas
Dimasukkan sensor potensiometri dan logam Cu
pada beker gelas
Dihubungkan dengan Voltmeter
Diulangi sebanyak tiga kali
Dicatat standar defiasi dan nilai relatif satandar
defiasi
Diulangi dengan CuSO4 konsentrasi 0,5; 0,1;
0,05; 0,01 dan 0,005 M.
Hasil
CuSO4
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Desain elektroda yang telah dibuat dari batang gelas berisi larutan CuSO4 0,01
Molar, kemudian diujikan pada larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,5 M; 0,1 M;
0,05 M; 0,01 M; dan 0,005 M. Berdasarkan prcobaan yang telah dilakukan, didapat
data sebagai berikut:
Konsentrasi
Analit
Percobaan Rata – rata
“X” SD RSD
1 2
0,5 M 38,6 69,8 54.2 7,42 0.137%
0,1 M 44,4 46,1 45.25 1,53 0.034%
0,05 M 53,6 48,6 51.1 4,32 0.084%
0,01 M 42,9 38,6 40.75 6,03 0.148%
0,005 M 46,0 39,2 42.6 4,58 0.107%
Rata – rata 46.78 4,77 0,102%
Dari data yang telah diperoleh juga dapat dibuat perbandingan antara
konsentrasi analit yang digunakan dan potensial yang dihasilkan. Percobaan
dilakukan sebanyak dua kali pengulangan. Sehingga didapat grafik hubungan antara
konsentrasi dengan potensial sebagai berikut:
Percobaan Pertama
0
10
20
30
40
50
60
0.5 0.1 0.05 0.01 0.005
po
ten
sial
mV
Konsentrasi Analit
konsentrasi vs potensial
Percobaan Kedua
4.2 Pembahasan
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran
potensial suatu sensor atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran sensor atau
permukaan sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan
potensial yang sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang
dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus
melalui sel.
Elektroda membran adalah elektroda yang sekarang berkembang dan umum
digunakan dalam pengukuran potensial secara potensiometri. Secara sederhana,
elektroda ini dapat dengan mudah dibuat dengan cara membuat desain potensiometri.
Desain menggunakan batang gelas atau batang bolpoin yang transparan dan membran
berasal dari filter rokok. Pada dasar batang gelas disumbat dengan membran. Didalam
batang gelas dimasukkan kawat Cu yang kemudian diisi dengan liquid membran
yakni CuSO4 0,5 M; 0,1 M; 0,05 M; 0,01 M dan 0,005 M, dan pengujian dilakukan
sebanyak dua kali.
Pengukuran beda potensial menggunakan alat voltameter. Dari kurva
pengulangan pertama menunjukkan kecenderungan beda potensial yang naik dengan
berkurannya kosentrasi. Kurva pengulangan pertama mengartikan bahwa konsentrasi
yang besar memberikan data beda potensial yang rendah. Padahal menurut teori,
semakin besar konsentrasi maka semakin besar beda potensial. Hal ini dikarenakan
kerapatan massa jenis yang semakin rapat apabila konsentrasinya semakin bertambah.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0.5 0.1 0.05 0.01 0.005
Po
ten
sial
mV
Konsentrasi Analit
konsentrasi vs potensial
Grafik pengulangan kedua menunjukkan data yang cukup signifikan. Secara
umum grafik yang dihasilkan mengalami penurunan dengan berkurangnya
konsentrasi. Pada pengulangan kedua ini konsentrasi analit yang besar memberikan
potensial yang besar pula. Kecenderungan adanya penurunan terlihat dengan jelas
dari konsentrasi 0,5 M sampai konsentrasi 0,1 M.
Desain sensror atau elektroda yang telah dirancang bisa memberikan data
yang kurang tepat atau dari alat voltmeternya yang keakuratannya meragukan. Maka
perlu menghitung SD (Standar Deviasi) dan RSD ( Relatif Standar Deviasi) dari
pengukuran menggunakan desain sensor tersebut. deviasi standar adalah ukuran
sebaran statistik yang paling lazim. SD mengukur bagaimana nilai-nilai data tersebar.
Rumus untuk mengitung SD dan RSD adalah:
𝑆𝐷 = (𝑋𝑖−𝑋)2
𝑛−1 RSD = SD / Rata – rata x 100 %
Dimana :
- Xi = Rata – rata potensial dari rata – rata potensial tiap konsentrasi
- X = Rata – rata potensial yang terukur dari hasil pegulangan
- n = Banyaknya pengulangan
SD yang diperoleh dari percobaan sebanyak lima standar deviasi, ini
dikarenakan terdapat lima konsentrasi berbeda dari analit yang diukur potensialnya.
Dimulai dari konsentrasi 0,5; 0,1; 0,05; 0,01; dan 0,005 M berturut – turut didapat
data sebagai berikut SD1; SD2; SD3; SD4; SD5 adalah 7,42; 1,53; 4,32; 6,03; 4,58.
Jika dibuat grafik antara SD dengan konsentrasi analit, maka didapat grafik sebagai
berikut:
Nilai SD yang terlihat tidak bisa memberikan kesimpulan yang tepat
mengenai kerja dari desain sensor tersebut. Demikian pula dengan relative standar
deviasinya yang secara keseluruhan dibawah 0,1 persen. Kesalahan data tidak pasti
hanya pada sensor yang telah dibuat, tetapi bisa dari alat pengukur potensialnya.
0
2
4
6
8
0.5 0.1 0.05 0.01 0.005
Stan
dar
De
vias
i
Konsentrasi Analit
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Potensiometri didasari oleh pengukuran potensial suatu sensor atau elektroda.
Elektroda indikator dapat didesain dan dirancang dengan teknik yang sangat
sederhana.
Desain sensor yang berhasil dibuat dapat dipergunakan untuk mengukur
potensial analit sekaligus menguji kerja sensor.
Standar Deviasi yang sangat kecil menunjukkan adanya kesalahan dalam
perhitungan.
Kesalahan disebabkan oleh sensor itu sendiri ataupun oleh alat pengukur beda
potensial.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian dengan sensor yang dibuat, ada baiknya
diperiksa terlebih dahulu kelayakan dari alat pengukur beda potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://www.sciencestuff.com/msds/C1613.html diakses pada 02
April 2012.
Anonim. 2012. www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923597 diakses pada 02
April 2012.
Gunawan, Malvino Hanapi. 2010. Prinsip-prinsip Elektronika. Jakarta : Erlangga.
Miura J. Tamaki, Z. Zhang, K. Fujimori, M. Akiyama, T. Harada,, Yamazoe,.
1994. Grain-size effects in tungsten oxide-based sensor for nitrogen
oxides. Jurnal Elektrokimia. Soc. 141.
Rouessac, Francis and Annick Rouessac. 2007. Chemical Analysis: Modern
Instrumentation Methods and Techniques. Second Edition. West Sussex:
John Wiley & Sons, Ltd.
Tim Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember : Laboratorium
Kimia Analitik
Lampiran
Menghitung SD (Standar Deviasi)
1. Konsentrasi CuSO4 0,5 M
𝑆𝐷 = (46,78 − 𝑋)2
2 − 1
𝑆𝐷 = (46,78 − 54,2)2
2 − 1
= 7,42
2. Konsentrasi CuSO4 0,1 M
𝑆𝐷 = (46,78 − 𝑋)2
2 − 1
𝑆𝐷 = (46,78− 45,25)2
2− 1
= 1,53
3. Konsentrasi CuSO4 0,05 M
𝑆𝐷 = (46,78 − 𝑋)2
2 − 1
𝑆𝐷 = (46,78 − 51,1)2
2 − 1
= 4,32
4. Konsentrasi CuSO4 0,01 M
𝑆𝐷 = (46,78 − 𝑋)2
2 − 1
𝑆𝐷 = (46,78− 40,75)2
2− 1
= 6,03
5. Konsentrasi CuSO4 0,005 M
𝑆𝐷 = (46,78 − 𝑋)2
2 − 1
𝑆𝐷 = (46,78 − 42,2)2
2 − 1
= 4,58
(SD1 + SD2 + SD3 + SD4 + SD5):5 = ….
( 7,42 + 1,53 + 4,32 + 6,03 + 4,58 ) : 5 = 4,77
SD rata – rata yang diperoleh adalah sebesar = 4,77
Mengitung RSD (Relatif Standar Deviasi)
RSD = SD/X . 100%
1. Konsentrasi Analit 0,5 M
RSD = 7,42/54,2 . 100%
= 0,137%
2. Konsentrasi Analit 0,1 M
RSD = 1,53/45,25 . 100%
= 0,034%
3. Konsentrasi Analit 0,05 M
RSD = 4,32/51,1 . 100%
= 0,084%
4. Konsentrasi Analit 0,01 M
RSD = 6,03/40,75 . 100%
= 0,148%
5. Konsentrasi Analit 0,005 M
RSD = 4,58/42,6 . 100%
= 0,107%