LAPKAS_PERIODONTITIS
-
Upload
anis-khoirotun-nisa -
Category
Documents
-
view
22 -
download
2
Transcript of LAPKAS_PERIODONTITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada umumnya masyarakat sekarang enggan untuk menjaga kesehatan giginya apalagi
untuk memeriksakan kesehatan giginya ke dokter gigi. Bukan hanya anak-anak tetapi juga orang
dewasa. Karena memang tidak dibiasakan dari kecil atau minimnya pengetahuan mereka
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Padahal kesehatan gigi dan mulut sangat
berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.
Salah satu masalah kesehatan mulut yang sering diabaikan olah masyarakat
adalah periodontitis atau radang yang menyerang jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal
seringkali mempunyai gejala tidak nyata. Dengan demikian pasien dengan penyakit periodontal
sering tidak peduli karena sakit giginya tidak mengganggu aktivitasnya dan baru mengetahui bila
terjadi kelainan, jika giginya sudah tanggal. Sebenarnya untuk mendeteksi secara umum cukup
mudah, jika permukaan gigi yang tampak lebih panjang dari normal, maka dapat dikatagorikan
termasuk penyakit periodontal.
Pada dasarnya penyakit ini tidak timbul jika seseorang rajin untuk menjaga kesehatan
giginya. Karena sebagian besar disebabkan sisa-sisa kotoran dalam rongga mulut yang
telahtermineralisasi bersama cairan saliva dan sulcus gingival. Kurangnya pengetahuan
masyarakatakan pentingnya menjaga kesehatan mulut merupakan factor yang menyebabkan
seseorang malas untuk menjaga kesehatan mulut. Jadi Masyarakat perlu diberi pengetahuan dan
disadarkan akan pentingnya menjaga kesehatan dan keutuhan jaringan periodontal ini. Apalagi
masyarakat sering tidak sadar sehingga biasanya masyarakat baru datang ke dokter gigi jika
1
sudah mengeluh bahwa giginya goyang atau sakit. Padahal hal tersebut merupakan kerusakan
yang paling parah terjadi,sehingga gigi seringkali sudah tidak bisa dipertahankan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jaringan periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan
periodontal yang meliputi gingiva (gusi), tulang alveolar, ligament periodontal, dan
sementum.
2.1. 1. Gingiva
Gingiva adalah salah satu jaringan lunak yang membatasi rongga mulut.
Merupakandaerah pertama yang berhubungan langsung dengan mukosa rongga mulut,
menutupi tulangalveolar serta rahang dan mengelilingi leher gigi (Tim periodonsia FKG
UNAIR, 1997).Secara anatomis jaringan gingival dibagi menjadi tiga bagian :
1. Margin gingival ( free atau unattached gingiva)
Margin gingiva adalah bagian gingival yang terletak paling koronal.
Tidak melekat pada gigi dan membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus
gingiva (ruangan dangkal antaramargin gingiva dan gigi).
Dalam keadaan sehat margin gingival mempunyai :
a. Kontur yang berpinggir tajam.
b. Konsistensi padat.
c. Tekstur halus.
d. Dibatasi oleh free gingival groove di bagian apical.
Free gingival groove adalah lekukan dangkal pada permukaan
gingivayang menggambarkan sebagai bagian paling koronal dari
3
perlekatangingiva pada gigi. Pada beberapa orang, free gingival groove
ini ada,sedangkan pada orang lain tidak ada.
2. Gingiva cekat (attached gingiva)
Attached gingiva terletak tepat di apikal dari margin gingival, yang
melekat erat pada gigi dan tulang alveolar dibawahnya. Attached gingiva
mempunyai lebar bervariasi pada daerah satu dan yang lainnya dalam mulut,
berkisar antara kurang dari 1 sampai 9 mm.
Secara anatomis attached gingiva mempunyai :
a. Tekstur yang stippled (stippling). Stippling menggambarkan
permukaan gingiva yang tidak rata.
b. Permukaan merah muda.
c. Konsistensi padat.
Attached gingiva menyebabkan jaringan gingiva dapat menahan
tekanan mekanis dari sikat gigi dan mencegah pergerakan-pergerakan gingiva
bila terdapat benturan pada alveolar mukosa. Alveolar mukosa tidak melekat
erat pada struktur dibawahnya, karena :
a. Permukaan tekstur lunak.
b. Ditutup dengan lapisan tipis epitel.
c. Tidak dapat menahan banyak gesekan seperti attached gingiva
3. Interdental papil
Interdental papil adalah bagian gingiva yang terletak di ruang
interproksimal yang dibentuk oleh kontak dengan gigi tetangga. Jika
konturnya rata dengan kontak interproksimal yang lebar, papilla akan menjadi
4
sempit dan pendek. Jika gigi-gigi “overlapping” satu dengan yang lainnya,
ruang interdental bisa kecil atau bisa tidak ada, menghasilkan papilla yang
membulat, tidak mempunyai ruang interproksimal.
2.1. 2. Tulang alveolar
Tulang alveolar adalah bagian tulang yang menopang gigi geligi.(Manson dan
Eley, 1993). Sebagian dari tulang alveolar ini bergantung pada gigi dan setelah
tanggalnya gigi akan terjadi resopsi tulang.
Seperti tulang lainnya , tulang alveolar terus menerus mengalami remodeling
sebagai respon terhadap stress mekanis dan kebutuhan metabolisme terhadap ion fosfor
dan kalsium. Pada keadaan sehat, remodeling tulang alveolar berfungsi untuk
mempertahankan keseluruhan dari tulang dan anatomi keseluruhan relatif stabil.
2.1. 3. Ligamen periodontal
Ligament adalah suatu ikatan, biasanya menghubungkan dua buah tulang
(Manson dan Eley,1993). Serat-serat kolagen yang padat membentuk ligament
periodontal, menghubungkan akar sementum dengan soket tulang alveolar (Lawler
dkk,1992). Ligamen periodontal tidak hanya menghubungkan gigi ke tulang rahang tetapi
juga menopang gigi pada soketnya dan mengandung nutrisi yang disalurkan ke gingiva,
sementum dan tulang alveolar. Struktur ligamen biasanya menyerap beban tersebut
secara efektif dan meneruskannya ke tulang pendukung.
2.1. 4. Sementum
Sementum adalah jaringan ikat kalsifikasi yang menyelubungi dentin akar dan
tempat berinsersinya bundel serabut kolagen. Sementum terdiri dari serabut kolagen yang
tertanam didalam matriks organ yang terkalsifikasi. Hubungan dengan tepi email,
5
bervariasi dapat terletak atau bersitumpang dengan email tetapi juga terpisah dari email
oleh adanya sepotong kecil dentin yang terbuka.
2.2. Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit atau peradangan yang menyerang jaringan
periodontal atau jaringan pendukung gigi (tulang alveolar, sementum, ligamen
periodontal, dan gingiva) karena suatu proses inflamasi. Periodontitis melibatkan
hilangnya progresifitas dari tulang alveolar disekitar gigi, dan jika tidak diobati, dapat
menyebabkan berkurangnya pelekatan gigi ke tulang dan kemudian hilangnya gigi.
Penyakit periodontal adalah suatu kelainan yang mengenai jaringan periodontal
yaitu gingiva, membran periodontal, sementum dan tulang alveolar. Keradangan dimulai
dari gingiva yang disebut gingivitis, selanjutnya mengenai struktur penyangga dan
penyakit yang terjadi disebut periodontitis (Tim Periodonsia FKG UNAIR, 1997)
Periodontitis adalah suatu penyakit keradangan pada jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok mikroorganisme tertentu
yang menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar
ditandai dengan terbentuknya poket, resesi gingiva atau keduanya (Carranza et
al.,2006:104).
6
2.3. Etiologi periodontitis
Penyebab utama kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah perluasan
inflamasi marginal gingiva ke jaringan penyokong. Invasi dari inflamasi gingiva ke
permukaan tulang dan permulaan dari kehilangan tulang merupakan ciri utama transisi
dari gingivitis ke periodontitis.
Periodontitis selalu didahului oleh gingivitis, sedangkan tidak semua gingivitis
berkembang menjadi periodontitis. Faktor yang menyebabkan perluasan inflamasi ke
jaringan penyokong dan menginisiasi perubahan gingivitis menjadi periodontitis belum
diketahui, namun dikaitkan dengan komposisi bakterial yang terdapat pada plak. Pada
penyakit periodontal yang parah, kandungan bakteri yang bergerak (motile) dan
spirochaeta meningkat sedangkan bakteri kokus dan batang berkurang.
7
Perluasan inflamasi dikaitkan pula dengan potensi pathogenik dari plak,
resistensi host, termasuk pula reaksi imunologi manusia, dan reaksi-reaksi jaringan
seperti derajat fibrosis gingiva, luas attached gingiva, fibrogenesis dan osteogenesis
yang reaktif. Sistem fibrin-fibrinolitik disebut sebagai “walling off” dari peningkatan
lesi.
Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
utama terjadinya periodontitis adalah terdapatnya akumulasi plak pada gigi dan gingival.
Ada beberapa faktor yang ikut berkontribusi dalam peningkatan resiko terjadinya
penyakit, antara lain:
1) Faktor lokal.
Akumulasi plak pada gigi dan gingival pada dentogingival junction merupakan awal
inisiasi agen pada etiologi periodontitis kronis. Bakteri biasanya memberikan efek
lokal pada sel dan jaringan berupa inflamasi.
2) Faktor sistemik
Kebanyakan periodontitis kronis terjadi pada pasien yang memiliki penyakit sistemik
yang mempengaruhi keefektivan respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit
yang dapat meningkatkan keganasan penyakit ini.
3) Lingkungan dan perilaku
Merokok dapat meningkatkan keganasan penyakit ini. Pada perokok, terdapat lebih
banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman poket.
Stres juga dapat meningkatkan prevalensi dan keganasan penyakit ini.
4) Genetik
8
Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini kemungkinan
menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi periodontitis kronis ini.
2.4. Macam-macam periodontitis
2.4.1. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang lambat.
Dengan adanya faktor sistemik, seperti diabetes, perokok, atau stress, progres penyakit
akan lebih cepat karena faktor tersebut dapat merubah respon host terhadap akumulasi
plak. Karakteristik yang ditemukan pada pasien periodontitis kronis yang belum
ditangani meliputi akumulasi plak pada supragingival dan subgingival, inflamasi gingiva,
pembentukan poket, kehilangan periodontal attachment, kehilangan tulang alveolar, dan
kadang-kadang muncul supurasi.
Pada pasien dengan oral hygiene yang buruk, gingiva membengkak dan warnanya
antara merah pucat hingga magenta. Hilangnya gingival stippling dan adanya perubahan
topografi pada permukaannya seperti menjadi tumpul dan rata (cratered papila).
Periodontitis kronis dapat didiagnosis dengan terdeteksinya perubahan inflamasi kronis
pada marginal gingiva, adanya poket periodontal dan hilangnya attachment secara klinis.
Pasien memiliki kemungkinan terkena periodontitis kronis yang sama sepanjang
hidup. Kecepatan progresi biasanya lambat tetapi dapat dimodifikasi oleh sistemik,
lingkungan, dan perilaku. Awal pembentukan periodontitis dapat terjadi kapanpun, tetapi
tanda awal biasanya dapat terdeteksi selama masa remaja pada akumulasi plak dan
kalkulus. Periodontitis kronis secara klinis menjadi signifikan pada umur pertengahan-tiga
puluhan atau lebih.
9
Beberapa model yang menjelaskan tentang progres penyakit. Pada model, progresi
diukur oleh jumlah hilangnya attachment.
1. Continous model, progres dari penyakit lambat dan berkesinambungan, dengan tempat
yang terkena menunjukan adanya kecepatan progres yang konstan pada kerusakan
periodontal.
2. Random model (episodic-burst model), mengarah pada progres dari penyakit
periodontal dengan lambatnya destruksi yang diikuti oleh periode tanpa destruksi. Pola
penyakit ini adalah random.
3. Asynchronous (multiple-burst model), pada progres dari penyakit mengarah pada
destruksi periodontal yang terjadi di sekeliling gigi yang terkena selama periode burst
activity, dan akan berganti dengan periode inactivity.
2.4.2. Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif biasanya menyerang secara sistemik pada individu sehat
yang berumur kurang dari 30 tahun. Periodontitis agresif dibedakan dengan periodontitis
kronis berdasarkan onset usia, kecepatan progresi, sifat dan komposisi kumpulan
mikroflora gingiva, perubahan respon imun host dan agregasi keluarga dari penyakit
individu.
Periodontitis agresif menggambarkan tiga penyakit. Penyakit tersebut adalah
localized aggressive periodontitis, generalized aggressive periodontitis.
2.4.2.1. Localized Aggressive Periodontitis
Pada tahun 1923 Gottlieb melaporkan seorang pasien dengan kasus fatal
influenza epidemik. Gottlieb menyebut penyakit itu sebagai ‘’difuse atrophy of
10
the alveolar bone’’. Pada tahun 1928, Gottlieb mengganggap kondisi ini
disebabkan oleh inhibisi pembentukan sementum yang terus menerus.
Pada tahun 1938, Wannenmacher menyebut penyakit tersebut sebagai
‘’parodontitis marginalis progressiva’’. Pada akhirnya, tahun 1966, world
workshop in periodontics menyimpulkan konsep ‘’periodontosis’’ sebagai suatu
gambaran degeneratif yang tidak perlu dikonfirmasi dan istilah itu harus
dihilangkan dari nomenklatur periodontal.
Istilah ‘’Juvenile periodontitis’’ telah diperkenalkan oleh Chaput dan para
kolega di tahun 1967 dan oleh Butler pada tahun 1969. Pada tahun 1971, Baer
mendefinisikan ini sebagai suatu penyakit pada periodontium yang terjadi pada
remaja sehat dengan karakteristik kehilangan tulang alveolar yang sangat cepat.
Pada tahun 1989, word workshop clinical periodontics mengkategorikan penyakit
ini sebagai ‘’localized juvenile periodontitis (LPJ)’’, termasuk sub dari klasifikasi
besar dari early-onset periodontitis (EOP). Sekarang, penyakit penyakit dengan
karakteristik LPJ berubah nama menjadi localized aggressive periodontitis.
Localized aggressive periodontitis (LAP) biasanya mempunyai onset pada
usia masa pubertas atau remaja. Tanda-tanda klinisnya yaitu terlokalisasi pada
gigi molar pertama atau incisivus dan hilangnya perlekatan interproksimal paling
sedikit pada dua gigi permanen, satu pada gigi molar pertama dan melibatkan
tidah lebih dari dua gigi selain dari gigi molar pertama dan incsivus.
Kemungkinan alasan batas kerusakan jaringan periodontal dan gigi yaitu :
1. Setelah melakukan kolonisasi pertama pada gigi permanen yang pertama
erupsi (gigi molar pertama dan incisivus), Actinobacillus
11
actinomycetemcomitans menghindari pertahanan host dengan mekanisme
yang berbeda, meliputi produksi polimorphonuclear leukocyte (PMN), faktor
penghambat-chemotaxis, endotoxin, kolagen, leukotoxin, dan faktor lain yang
dapat membuat bakteri berkolonisasi pada poket dan memulai perusakan
jaringan periodontal. Setelah penyerangan pertama ini, pertahanan imun
adekuat host distimulasi dengan memproduksi antibody untuk menaikan jarak
dan fagositosis serangan bakteri dan menetralisir aktifitas leukotoxin. Dengan
cara ini, kolonisasi bakteri pada tempat lain dapat dicegah. Respon antibody
yang kuat pada agen infeksi adalah karakteristik dari localized aggressive
periodontitis.
2. Bakteri yang berlawanan dengan A. actinomycetemcomitans dapat
berkolonisasi pada jaringan periodontal dan menghambat kolonisasi yang
lebih lanjut dari A. actinomycetemcomitans. Ini akan melokalisasi infeksi A.
actinomycetemcomitans dan mencegah perusakan jaringan.
3. A. actinomycetemcomitans dapat kehilangan kemampuan memproduksi
leukotoxin tanpa alasan yang jelas. Jika hal ini terjadi, progresi penyakit dapat
dicegah atau dilemahkan, dan kolonisasi pada daerah periodontal yang baru
dapat dihindari.
4. Kerusakan pada susunan sementum dapat disebabkan oleh lesi yang
terlokalisasi. Permukaan akar dari gigi yang dicabut pada pasien LAP
ditemukan adanya sementum yang hipoplastik atau aplastik. Hal ini tidak
hanya ditemukan pada permukaan akar yang terpapar langsung pada poket
periodontal tetapi juga pada akar gigi yang masih mengelilingi periodontium.
12
Karakteristik yang mencolok dari LAP adalah tidak adanya inflamasi
klinis meskipun terdapat poket periodontal yang dalam dan adanya kehilangan
tulang yang cepat. Pada beberapa kasus jumlah plak minimal yang terlihat tidak
konsisten dengan jumlah kerusakan periodontal. Plak jarang membentuk
kalkulus. Meskipun jumlah plak terbatas tetapi mengandung banyak A.
Actinomycetemcomitans dan pada beberapa pasien terdapat Porphyromonas
gingivalis.
2.4.2.2. Generalized Aggressive Periodontitis
Generalize Aggressive Periodontitis (GAP) biasanya menyerang individu
dibawah umur 30 tahun, namun pasien yang lebih tua juga dapat terserang.
Berbeda dengan LAP, individu yang terserang GAP menghasilkan respon
antibody yang rendah terhadap organisme patogen. Secara klinis, GAP
mempunyai karakteristik yaitu hilangnya perlekatan interproksimal secara
menyeluruh, sedikitnya pada tiga gigi permanen selain molar pertama dan
incisivus. Kerusakan yang timbul terjadi secara bertahap diikuti tahap quiescence
(diam) dalam periode minggu ke bulan atau tahun. Radiografi sering menunjukan
kehilangan tulang yang mempunyai progresi sejak pemeriksaan radiografi.
Seperti pada LAP, pasien GAP sering mempunyai jumlah plak kecil.
Jumlah plak nampak tidak konsisten dengan jumlah kerusakan periodontal.
Namun terdapat banyaknya bakteri P. gingivalis, A. actinomycetemcomitans dan
Tannerella forsythia.
Respon dua jaringan gingiva dapat ditemukan. Salah satu yang paling
ganas adalah jaringan yang terinflamasi akut, sering terproliferasi, terulserasi dan
13
berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi secara spontan atau dengan
stimulasi ringan. Supurasi dapat menjadi suatu karakteristik penting. Respon
jaringan ini dianggap terjadi pada tahap destruktif dimana perlekatan tulang
hilang dengan aktif. Pada beberapa kasus, jaringan gingiva dapat terlihat berwarna
pink, bebas inflamasi, kadang-kadang dengan beberapa tingkatan stippling. Poket
yang dalam dapat terlihat dengan pemeriksaan. Beberapa pasien GAP dapat
memiliki manifestasi sistemik seperti penurunan berat badan, depresi mental dan
malaise.
2.4.2.3. Periodontitis Ulseratif Nekrosis
Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP) merupakan perpanjangan dari
NUG ke struktur periodontal. Di sisi lain, NUP dan NUG merupakan penyakit
yang berbeda. Hingga perbedaan antara NUG dan NUP dapat dinyatakan
‘diterima’ atau ‘tidak diterima’ dianjurkan bahwa NUG dan NUP diklasifikasikan
bersama di bawah kategori necrotizing periodontal disease walaupun dengan
tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Secara spesifik banyak kasus NUP disebutkan pada pasien immuno-
compromised, khususnya pada mereka yang mengidap HIV positif atau yang
memiliki AIDS. Klasifikasi kembali NUP dan NUG pada tahun 1999 termasuk
pemisahan diagnosis dibawah klasifikasi Necrotizing Ulcerative Periodontal
disease. Perbedaan antara kedua kondisi tersebut sebagai penyakit yang berbeda
belum diklasifikasi. Namun mereka dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya
kehilangan attachment dan tulang.
14
Sama dengan NUG, kasus klinis NUP ditunjukan oleh nekrosis dan
ulserasi pada bagian mahkota dari papila interdental dan margin gingival dengan
rasa nyeri dan mudah berdarah. Ciri khas yang membedakan NUP yaitu progresi
kerusakan penyakit termasuk hilangnya periodontal attachment dan tulang. Akan
tetapi poket periodontal dengan pemeriksaan yang dalam tidak ditemukan
dikarenakan ulseratif dan nekrosis pada lesi gingival menghancurkan epitelium
marginal dan jaringan ikat, yang menghasilkan resesi gingiva. Lesi NUP yang
berkelanjutan mengakibatkan hilangnya tulang, pergerakan gigi, dan akhirnya
kehilangan gigi. Manifestasi intraoral pada kasus ini biasanya adalah demam, oral
malodor, malaise, atau lymphadenopathy.
Etiologi dari NUP belum ditentukan, walaupun campuran bakteri
fusiform-spirochete dianggap memegang peran utama. Banyak faktor predisposisi
yang menyebabkan NUG, termasuk kebersihan oral yang rendah, penyakit
periodontal sebelumnya, merokok, infeksi virus, status immunocompromised,
stress psikososial dan malnutrisi.
2.5. Pathogenesis Periodontitis
Periodontitis selalu diawali dengan gingivitis, akan tetapi tidak semua gingivitis
berkembang menjadi periodontitis. Periodontitis merupakan hasil perluasan dari
keradangan gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam, yang disebabkan oleh
perubahan komposisi plak bakteri yang semula sebagian besar adalah bakteri aerob Gram
positif yang berhubungan dengan gingivitis menjadi flora bakteri yang kompleks dan
lebih spesifik bakteri anaerob Gram negatif subgingiva (socransky dan haffajee dalam
Breivik dan Rook, 2000:464). Jadi pathogenesisnya dimulai dari awal gingivitis sampai
15
kelanjutan dari gingivitis karena tidak mendapatkan perwatan dengan baik, dimana tahap-
tahapnya sebagai berikut :
a. Lesi Awal
Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada
tahap ini hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi
superfisial. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat meyerang
jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang
reaksi imun dan inflamasi. Plak yang terakumulasi secara terus menerus
khususnya diregio interdental yang terlindung mengakibat inflamasi yang
cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan meneyebar dari daerah ini
kesekitar leher gigi.
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang
kecil, disebelah apikal dari epitelium jungtion. Pembuluh ini mulai bocor dan
kolagen perivaskular mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel
inflamasi, sel plasma dan limfosit-terutama limfosit T-cairan jaringan dan protein
serum. Disini terlihat peningkatan migrasi leukosit melalui epitelium fungsional
dan eksudat dari cairan jaringan leher gingiva. Selain meningkatnya aliran
eksudat cairan dan PMN, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dario perubahan
jaringan pada tahap penyakit ini.
b. Gingivitis Dini
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan
berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi PMN.
Perubahan yang terjadi baik pada epithekium jungtion maupun pada epithelium
16
krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa proleferasi dari sel
basal. Fibroblas mulai berdegenerasi dan bundel kolagen dari kelompok serabut
dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff marginal gingiva menjadi lemah. Pada
keadaan ini terlihat peningkatan jumlah sel-sel inflmasi, 75 % diantaranya terdiri
dari limfosit. Juga terlihat beberapa sel plasa dan magrofag. Pada tahap ini tanda-
tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papila interdental menjadi lebih
merah dan bangkak serta mudah berdarah pada saat penyondean.
c. Gingivitis tahap lanjut
Dalam waktu2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasma
terlighat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat.
Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan
di daerah epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah,
bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen
dan pembengkakan inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari
permukaan gigi, memperbesar kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket
Palsu (’false pocket’). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup
besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah
terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa berproliferasi dari
lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini belum terlihat
adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan
terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel
17
terutama dalam hubungan \nya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda
penting dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium
maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi
aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa
dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni
merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan
iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi
komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan
berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi
warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah,
lunak dan mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva
akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan
kurng , bahkan tidak ada.
d. Periodontitis
Bila iritasi plak dan inflamsi terus berlanjut, integritas dari epithelium
jungtion akan semakin rusak. Sel-sel epithelial akan berdegenarasi dan terpisah,
perlekatannya pada permukaan gigi akan terlepas sama sekali. Pada saat
bersamaan, epithelium jungtion akan berproliferasi ke jaringan ikat dan ke bawah
pada permukaan akar bila serabut dentogingiva dan serabut puncak tulang
alveolar rusak. Migrasi ke apikal dari epithelium jungtion akan terus berlangsung
dan epithelium ini akan terlepas dari permukaan gigi, membentuk poket
periodontal atau pokel asli. Keadaan ini tampaknya merupakan perubahan
Irreversibel. Bila poket periodontal sudah terbentuk plak berkontak dengan
18
sementum. Jaringan ikat akan menjadi oedem; pembuluh darah terdilatasi dan
trombosis dinding pembuluh pecah disertai dengan timbulnya perdarahan ke
jaringan sekitarnya. Disini terlihat infiltrat inflamasi yang besar dari sel-sel
plasma, limfosit dan magrofag. IgG merupakan imunoglobulin yang dominan
tetapi beberapa IgM dan IgA juga dapat di temukan disini. Epitelium dinding
poket mungkin tetap utuh atau terulserasi. Disini tidak terlihat adanya perbedaan
karena produk-produk plak berdifusi melalui epitelium. Aliran cairan jaringan dan
imigrasi dari PMN akan berlanjut dan agaknya aliran cairan jaringan ini ikut
membantu meningkatkan deposisi kalkulus subgingiva. Penyebaran inflamasi ke
puncak tulang alveolar. Ditandai dengan adanya infiltrasi sel-sel ke ruang-ruang
trabekula, daerah-daerah resorbsi tulang dan bertambah besarnya ruang trabekula.
Ada kecenderungan resorbsi tulang di imbangi oleh deposisi yang semakin
menjauhi daerah inflamasi. Sehingga tulang akan diremodelling, namun tetap
mengalami kerusakan. Resorbsi tulang dimulai dari daerah interproksimal
menjadi lebar misalnya atara gigi-gigi molar, suatu krater interdental akan
terbentuk dan kemudian bila proses resorbsi makin berlanjut, resorbsi akan
meluas ke lateral, sehingga semua daerah puncak tulang alveolar akan teresorbsi.
Kesimpulannya, Perbedaan secara histologis yang paling penting antara
gingivitis dan periodontitis adalah adanya resorbsi tulang alveolar, proliferasi
epitel kearah apikal dan ulserasi junctional epithelium serta bertambahnya
kehilangan perlekatan jaringan ikat. Pada fase akut kemungkinan adanya invasi
bakteri kedalam jaringan yang menyebabkan terbentuknya abses. Pada
19
periodontitis ringan kehilangan perlekatan sudah terjadi pada seperempat sampai
dengan sepertiga panjang akar.
2.6. Pencegahan Periodontitis
Terdapat beberapa langkah-langkah preventif terhadap penyakit periodontal
sebagai berikut :
1. Perlunya mengenal kelainan-kelainan periodontal seperti gingivitis marginal yang
sering terjadi maupun bentuk lainnya seperti gingivitis atrofi/deskuamatif. Bahkan
penanganan harus segera diberikan apabila Acute Necrotizing Ulcerative
Gingivostomatitis ( ANUG) dikarenakan kelainan ini memiliki tingkat destruktif
yang tinggi. Kelainan periodontal lanjut juga harus dikenali seperti sudah
terbentuknya true pocket, periodontitis marginal maupun abses periodontal.
Walaupun pada kelainan-kelainan lanjut ini gigi masih mungkin vital tetapi
resorpsi tulang alveolar umumnya sudah berlangsung dan penanganan lebih lanjut
diperlukan.
2. Mengenal faktor-faktor lokal terkait seperti calculus/tartar/karang gigi , material
alba, food impact dan tentunya dental plak. Dengan demikian pembersihan dan
eliminasi factor-faktor tersebut dapat segera dilakukan. Calculus merupakan
deposit keras karena mengalami kalsifikasi , keberadaannya terutama pada daerah
servikal gigi akan menjadi iritan kronis terhadap gingival sehingga proses
peradangan cepat atau lambat akan terjadi. Masih ada faktor lokal yang harus
dikenal dan ditangani seperti trauma oklusal misal karena gigi yang impacted dan
malposisi, kebiasaan-kebiasaan jelek seperti bruxism-clenching dan bernapas
dengan mulut. Pengenalan cara sikat gigi yang tepat juga diperlukan karena cara
20
sikat gigi yang salah seperti arah horizontal akan menimbulkan abrasi maupun
resesi gingival.
3. Oral Hygiene Instruction (OHI)
Merupakan pesan-pesan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Pasien perlu
dijelaskan mengenai pentingnya menjaga oral hygiene sehingga mereka dapat
menyadari sendiri kegunaan bagi dirinya.Kesadaran sendiri itu sangat perlu,
merupakan obat pencegah yang paling manjur. Salah satu cara pendekatan yang
baik dan mudah dilakukan adalah dengan menunjukkan dengan kaca saat
pemeriksaan gigi dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien itu sendiri, dengan
demikian mereka dapat melihat sendiri seberapa ‘menakutkan’ gambaran penyakit
gigi yang mereka derita sambil dijelaskan komplikasi dan bahaya-bahaya yang
dapat menyertai kelainan tersebut kemudian. Penjelasan bahwa kebanyakan
penyakit-penyakit tersebut berawal mula dari pembentukan dental plak perlu pula
dijelaskan dengan demikian mereka pun dapat mengetahui pentingnya upaya
eliminasi dari plak yang sudah terbentuk dan upaya-upaya pencegahan
pembentukannya lebih lanjut.
Pengenalan cara-cara sehari-hari yang efektif dalam menjaga oral hygiene
seperti:
a. Sikat gigi : semua orang sudah tahu tentunya cara ini, mungkin juga sudah
dilakukan setiap hari. Jadi yang penting disini adalah pengenalan teknik
sikat gigi yang tepat, memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan
pemilihan pasta gigi dengan tepat. Teknik sikat gigi yang secara horizontal
adalah lazim dikenal umum, dan itu merupakan suatu kesalahan karena
21
dengan cara demikian lambat laun dapat menimbulkan resesi gingival dan
abrasi gigi. Lebih lanjut lagi, penyakit-penyakit periondontal akan lebih
mudah terjadi.
Pemilihan bulu sikat yang halus juga penting supaya tidak melukai
gusi. Hendaknya sikat gigi diganti sekurang-kurangnya tiap sebulan sekali,
dengan demikian bulu sikat masih tetap efektif dalam membersihkan gigi.
Pasta gigi berfluoride selayaknya dipilih karena dari penelitian kandungan
fluoride tersebut mampu menurunkan angka karies melalui 2 hal ;
mengeliminasi dental plak yang merupakan cikal bakal karies serta
suplemen topikal fluoride bagi gigi sebagai mineral protektif penting
terhadap karies.
b. Kumur-kumur antiseptik( Oral Rinse) : terdapat berbagai bahan aktif yang
sering digunakan sebagai kumur-kumur. Yang dijual bebas umumnya
berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti metal salisilat ( seperti pada
produk Listerine ), sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah
chlorhexidine 0.20 % ( seperti pada produk minosep) dan H2O2 1.5 % atau
3.0 %. Kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan
air garam hangat.
Sebenarnya kumur-kumur lebih diperlukan pada penyakit-penyakit
gusi dan periodontal sedangkan dalam penggunaan sehari-hari tidak
terbukti dalam mencegah karies,apalagi jika penggunaannya tidak diawali
dengan sikat gigi. Jadi penting untuk diketahui bahwa kumur-kumur
bukanlah pengganti sikat gigi dan sikat gigi masih menjadi upaya
22
pencegahan terpenting dari penyakit-penyakit gigi, khususnya karies.
Bahkan jika kumur-kumur terlalu sering digunakan akan menyebabkan
flora normal mulut akan mati dan merangsang pertumbuhan candida serta
juga membuat mulut dan menjadi kering seperti terbakar.
c. Dental floss atau benang gigi : akhir-akhir ini cara ini mulai banyak
diperkenalkan , dan cukup ampuh untuk membersihkan di sela-sela gigi.
Tapi teknik harus dimengerti dengan tepat karena jikalau tidak, alih-alih
mencegah penyakit periodontal, yang terjadi malah melukai gusi dan
membuat radang.
d. Pembersih lidah : juga mulai banyak digunakan, baik untuk membersihkan
dorsum lingual yang seringkali luput kita bersihkan saat sikat gigi.
Tumpukan debris di dorsum lidah penuh dengan kuman-kuman oportunis
serta candida yang bermukim sebagai flora normal maupun transient.
Penjelasan mengenai cara lagi-lagi diperlukan.
4. Kontrol ke dokter gigi secara teratur diperlukan sebagai salah satu upaya
preventif, karena merekalah ahlinya dan terkadang kita sendiri seringkali luput
mengamati perubahan pada gigi dan gusi yang masih kecil. Bagi mereka yang
pernah menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara teratur ke
dokter gigi setiap 3 bulan sekali.
23
BAB III
DESKRIPSI KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny Tarni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Tempat Tinggal : Lamper Tengah Rt 02 Rw 01 Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
No CM : 90.36.002.01
2. DATA SUBYEKTIF
Anamnesa dilakukan pada tanggal 23 september 2011 secara Autonamanesa di poli Gigi
Puskesmas Pandanaran.
Keluhan Utama : Gigi terasa cekot-cekot sebelah kanan rahang atas.
I. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli gigi dan mulut dengan keluhan cekot-cekot, cekot-
cekot pada gigi rahang kanan atas sudah dirasakan ± 3 hari, kadang dengan
sendirinya gigi yang cekot-cekot bertambah berat, sehingga gigi yang sakit jarang
di buat untuk menguyah, dengan minum obat warung keluhan cekot-cekot agak
berkurang. Saat pasien datang untuk periksa, pasien tidak minum obat warung
tersebut, gigi yang sakit tidak pernah diperiksakan ke dokter gigi sebelumnya dan
belum pernah mendapatkan perawatan di tambal.
24
II. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi disangkal,
- Riwayat diabetes melitus disangkal,
- Riwayat trauma dan pernah jatuh disangkal
- Riwayat alergi terhadap makan atau obat-obatan di sangkal oleh pasien.
III. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang sakit seperti yang di derita pasien sekarang.
IV. Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien tinggal serumah dengan suami dan 2 anak, suami bekerja sebagai
wiraswasta, dan ke-dua anaknya masih sekolah. Rumah keluarga pasien adalah
rumah dengan lantai keramik, kamar mandi luar sedangkan jarak sumur sekitar 3
m dari kamar mandi, hubungan dalam keluarga baik.
- Kesan : keadaan ekonomi cukup.
3. DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
I. Status generalis
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : baik
Kepala/leher : dalam batas normal
Thorak Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
25
II. Status present
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x / min
Respiratory Rate : 28 x / min
Suhu : 36,5 °C
III. Status lokalis
Nomenklatur Gigi (WHO)
1 5 6 2
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
4 8 7 3
Elemen : 1.6
Ekstra Oral :
- Pipi : kanan = kiri (simetris), tak ada kelainan
- Bibir : kanan = kiri (simetris), tak ada kelainan
- Wajah : simetris, pembengkakan (-)
- Kelenjar Sub mandibula :
o Kanan : tak ada pembesaran
o Kiri : tak ada pembesaran
26
6
Intra Oral :
- Jaringan Lunak :
o Mukosa : tak ada kelainan
o Lidah : tak ada kelainan
o Ginggiva : ginggiva 1.6 hiperemis
o Palatum : tak ada kelainan
- Jaringan Keras :
o Tulang rahang / alveolar : tak ada kelainan, tepi teraba
o Gigi Geligi :
Inspeksi : tampak gangren radix 1.6
Sondage : (-)
Perkusi : (+)
Tekanan : (+)
Palpasi : (+)
Thermal test : (-)
4. RESUME
Anamnesa :
- cekot-cekot pada gigi rahang kanan atas sudah dirasakan ± 3 hari,
- kadang dengan sendirinya gigi yang cekot-cekot bertambah berat, sehingga
gigi yang sakit jarang di buat untuk menguyah, dengan minum obat warung
keluhan cekot-cekot agak berkurang.
- Saat pasien datang untuk periksa, pasien tidak minum obat warung tersebut,
gigi yang sakit tidak pernah diperiksakan ke dokter gigi sebelumnya dan
27
belum pernah mendapatkan perawatan di tambal.
Status lokalis
Elemen : 1.6
Intra Oral :
- Jaringan Lunak :
o Ginggiva : ginggiva 1.6 hiperemis
- Jaringan Keras :
Inspeksi : tampak gangren radix 1.6
Perkusi : (+)
Tekanan : (+)
Palpasi : (+)
5. DIAGNOSIS KERJA
Periodontitis Akut e.c gangren radix
6. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
- Jika makan, menguyah makanan dengan gigi yang tidak sakit dulu.
- Setelah keluhannya hilang, kontrol ulang untuk pengobatan selanjutnya
- Di sarankan untuk ke dokter gigi agar gigi bisa di cabut.
b. Medikamentosa
o Amoxilin 500mg 3x1
o Paracetamol 500mg 3x1
o Dexamethasone 0,5mg 3x1
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Pasien ini menderita periodonitis akut karena gangren radix pada gigi 1.6,
penatalaksanaan pada periodonitis akut karena gangren radix adalah mengatasi rasa sakitnya
terlebih dahulu dengan medikamentosa (Amoxilin 500mg, Paracetamol 500mg, Dexamethasone
0,5mg). setelah nyeri diatasi terapi yang tepat adalah mengekstraksi gigi karena kondisi gigi ini
sudah menjadi nonvital sehingga dapat menjadi sumber infeksi yang dapat menyebabkan suatu
penyakit.
BAB V
KESIMPULAN
29
Jaringan periodontal merupakan jaringan pendukung gigi. Yang merupakan jaringan
periodontal meliputi gingiva (gusi), tulang alveolar, ligament periodontal, dan sementum. Jadi
Periodontitis adalah penyakit atau peradangan yang menyerang jaringan periodontal atau
jaringan pendukung gigi (tulang alveolar, sementum, ligamen periodontal, dan gingiva) karena
suatu proses inflamasi. Periodontitis melibatkan hilangnya progresifitas dari tulang alveolar
disekitar gigi, dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan berkurangnya pelekatan gigi ke tulang
dan kemudian hilangnya gigi.
Penyebab utama kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah perluasan inflamasi
marginal gingiva ke jaringan penyokong. Invasi dari inflamasi gingiva ke permukaan tulang dan
permulaan dari kehilangan tulang merupakan ciri utama transisi dari gingivitis ke
periodontitis.Periodontitis selalu didahului oleh gingivitis, sedangkan tidak semua gingivitis
berkembang menjadi periodontitis.
Periodontitis dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu rajin menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulut yang meliputi sikat gigi minimal dua kali sehari pagi dan malam,
menggunakan dental floss, bila perlu menggunakan obat kumur. Dan melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi 3 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
30
Eley, M. 1991. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates.
Carranza JR., F.A. 1990. Glickman’s Clinical Periodontology. Seventh Edition. W.B. Sounders
Company Philadelphia. Toronto. London.
Manson J.D., Eley B.M., 1989, Outline of Periodontics, Butterworth-Heinemann Ltd,Surrey.
Bianucci Henry. 1999. Literature Review. http://www.perio.org. Diakses tanggal 18 agustus
2010.
Wibowo Djajadi, 1991, Survey Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut. Dep. Kes RI Direktorat Jendral
Pelayanan Medik, Jakarta.
31