Lapkas Plasenta Previa Fariz

33
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Nama : Ny. S R Umur : 28 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SLTA Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Agama : Islam Tanggal masuk RS : 09/06/2014 Alamat : RT.018 RW.019 No.29, Kel. Semper Barat Kec.Cilincing, Jakarta Utara. Dokter yang merawat : dr. Bobbin Amirul, SpOG II. Anamnesis (AutoAnamnesa) Keluhan Utama : Pasien mengeluh keluar darah dari vagina yang ke dua kalinya tanpa disertai mulas dan nyeri. Keluhan tambahan : (-)

description

lapkas

Transcript of Lapkas Plasenta Previa Fariz

Page 1: Lapkas Plasenta Previa Fariz

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. S R

Umur : 28 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SLTA

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Tanggal masuk RS : 09/06/2014

Alamat : RT.018 RW.019 No.29, Kel. Semper Barat Kec.Cilincing,

Jakarta Utara.

Dokter yang merawat : dr. Bobbin Amirul, SpOG

II. Anamnesis (AutoAnamnesa)

Keluhan Utama : Pasien mengeluh keluar darah dari vagina yang ke dua

kalinya tanpa disertai mulas dan nyeri.

Keluhan tambahan : (-)

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSIJ Sukapura mengaku hamil 34

minggu dengan perdarahan pervaginam sejak pagi hari,

sebelumnya juga mengalami hal yang sama 2 minggu

yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan USG oleh dr.

Riyady Sp.OG menunjukkan gravid tunggal, plasenta di

Page 2: Lapkas Plasenta Previa Fariz

corpus posterior sampai menutupi ostium uteri internum.

Pasien dianjurkan untuk dirawat guna mengobservasi

kondisi pasien.

Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti sekarang

sebelumnya

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat asma ( + )

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang

sama seperti pasien

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat asma (+)

Riwayat pengobatan : Tidak diketahui

Riwayat Haid : Menarche : 12 Tahun

Siklus Haid : 28 hari

Lama Haid : 7 Hari

Nyeri Haid : ( + )

Riwayat Perkawinan : Merupakan perkawinan yang ke-1, masih kawin dengan

lama perkawinan 8 tahun

Page 3: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Riwayat persalinan :

No Tempat

bersalin

Penolong Tahun Aterm Jenis

persalinan

Jenis

kelamin

BB

(gr)

Keadaan

1 2008 Aterm Spontan ♀ 3400 (+)

2 Klinik Bidan 2013 Aterm Spontan ♀ 3500 Sehat

3

4

5

Riwayat Operasi : ( - )

Riwayat Alergi : Tidak ada alergi obat, makanan, dan cuaca

Riwayat Psikososial : Pasien tidak merokok, mengkonsumi alkohol maupun

obat-obatan terlarang. Pasien sering mengkonsumsi

sayuran, buah, dan daging.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/60 mmHg

Suhu : 35,5 0C

RR : 29 x/menit. Regular

Nadi : 96 x/menit. Regular. Isi cukup. Kuat angkat

TB : 154 cm

Page 4: Lapkas Plasenta Previa Fariz

BB : 64 kg

Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva Anemis (+/+)

Sklera ikterik (-/-)

Leher : Pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-)

Jantung : I: Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus Cordis teraba pada ICS 5 linea axilaris sinistra

P: batas jantung kanan pada linea sternalis, batas jantung kiri

Pada linea midclavikula ICS 5

A: BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Paru : I: Simetris kanan dan kiri

P: Vokal Premitus Simetris

P: Sonor

A: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Vagina : Darah (+)

Ekstremitas : Superior & inferior akral hangat, CRT <2’, udema (-)

Status obstetri

Pemeriksaan luar

Page 5: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Inspeksi : abdomen cembung, linea nigra positif, striae gravidarum

positif

Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 1 jari dibawah processus xypoideus (

38 cm )

Leopold I : teraba bagian bulat, keras (kepala)

Leopold II : teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri (puki),

teraba bagian kecil (ekstremitas) di sebelah kanan

Leopold III : teraba bagian bulat lunak (bokong)

Leopold IV : Tidak dilakuukan

Denyut Jantung Janin : 120 kali per menit, regular, kuat, punctum maximum

tunggal pada kuadran abdomen kanan bawah

His : (+) 2 kali/10mnt

Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan.

III. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 16/04/2014

Pemeriksaan Hasil Normal

Hemoglobin 8.40 gr/dl 11.3-15.50 gr/dl

Leukosit 12.100 sel/mm3 4.300–10.400 /mm3

Trombosit 382 rb/mm3 132-440 rb/mm3

Hematokrit 25.4 % 38-47 %

Masa perdarahan 1 menit, 30 detik 1-3 menit

Masa pembekuan 3 menit, 30 detik 2-6 menit

HbsAG Negative Negative

Pemeriksaan Laboratorium 16/04/2014

Page 6: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Pemeriksaan Hasil Normal

Hemoglobin 8.50 gr/dl 11.3-15.50

USG

Tunggal , letak bokong, DJJ (+), Plasenta di corpus posterior sampai menutupi OUI

(Ostium Uteri Interna). Usia kehamilan 34 minggu 2 hari.

Diagnosis Kerja

G5P3A1 Gravida Aterm 34 minggu dengan plasenta previa, letak sungsang, dan riwayat

SC disertai anemia.

IV. Penatalaksanaan

- Rencana persalinan Seksio Cesarean

- Cefadroxil 3dd1

- As. Mefenamat No.X 3dd1

- Sulfa sferosus No. X

- PRC 228cc No.II [ O+]

- Ceftriaxon inj. No.II

- Pronalges Sup. No.III

- Lynoral No.X1dd1

- Wida hes 1 klf.

- Ringer Laktat

- Opsite

V. RESUME

Ny. T umur 39 tahun hamil 34 minggu datang ke IGD RSIJ Sukapura mengaku

hamil 34 minggu dengan perdarahan pervaginam sejak pagi hari, sebelumnya juga

mengalami hal yang sama 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan USG oleh

Page 7: Lapkas Plasenta Previa Fariz

dr. Riyady Sp.OG menunjukkan gravid tunggal, plasenta di corpus posterior sampai

menutupi segmen bawah rahim. Pasien dianjurkan untuk dirsawat guna mengobservasi

kondisi pasien.

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 110/80 mmHg

Suhu : 36,5 0C

RR : 20x/menit. Regular

Nadi : 88 x/menit. Regular. Isi cukup. Kuat angkat

TB : 158 cm

BB : 58 kg

TFU : 38 cm

Pemeriksaan Fisik dalam batas normal. Tidak terdapat darah dari vagina.

Pemeriksaan Penunjang :

Hemoglobin 8.4 gr/dl Hematokrit 25.4 %

Leukosit 12.100 sel/mm3

Page 8: Lapkas Plasenta Previa Fariz

VI. Laporan Pembedahan

16 april 2014 Jam 19.30

Bayi lahir secara seksio cesarean, laki-laki, Berat badan 2200 gram, Panjang badan

41 cm, Apgar score 0/0, ketuban jernih, kondisi bayi (+)

Plasenta lahir lengkap dan spontan, berat plasenta ± 500 gr

1. Pasien berbaring terlentang

2. Asepsis dan antisepsis

3. Insisi pfannenstiel ± 10 cm, insisi dilakukan 2 jari di atas segmen bawah rahim

4. Lahir bayi ♂, di awali pengeluaran bokong, badan,dan di akhiri pengeluaran kepala.

berat badan 2200 gr, panjang badan 41 cm, a/s 0/0, bayi (+)

5. Lahir plasenta. Kesan lengkap

6. Kontrol perdarahan. Perdarahan (-)

7. Bilas cvum abdomen dengan NaCl

8. Jahit dinding abdomen selapis demi lapis

9. OP selesai

Follow Up

Tanggal S O A P

Page 9: Lapkas Plasenta Previa Fariz

16/04/14 MRS dengan keluahan perdarahan pervaginam yang ke-2, perdarahan sebelumnya terjadi 2 minggu yang lalu.

Nyeri perut dirasakan hilang timbul

LI: teraba bagian bulat, keras (kepala)

LII : Puki

Leopold III : teraba bagian bulat lunak (bokong)

Leopold IV : Tidak dilakuukan

VT : tidak dilakukan

USG :gravid tunggal, plasenta di corpus posterior sampai OUI rahim.

G5 P3 A1 Gravida Preterm 34 minggu dengan plasenta previa

Perencana SC Cito pukul 18.35 WIB

SC dilaksanakan Pukul 19.20 WIB

Pre Op. :

Ceftriaxon inj. No. I

Post Op. :

Ceftriaxon inj. No. I

Pronalges Supp.

17/04/14 Nyeri dibagian luka bekas SC,

Pusing

Mual, muntah, lemas, demam disangkal

Flatus (+)

Belum BAB.

KU: Baik

Kesadaran: C.M.

TD :110/70 mmHg

Suhu: 37,1 0C

RR :18x/menit. Regular

Nadi: 95x/menit. Regular.Isicukup. Kuat angkat

Genitalia : darah (+)

P4A1 Post sc 1 hari

Cefadroxil oral 3dd1

As. Mefenamat oral 3dd1

PRC No.II

Wida hes 1 klf.

RL

Page 10: Lapkas Plasenta Previa Fariz

18/04/14 Nyeri dibagian luka bekas SC

Mual, muntah, pusing, lemas, demam disangkal

Flatus (+)

BAB normal.

KU:Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : CM

TD :120/80 mmHg

Suhu: 36.0 0C

RR : 20x/menit. Regular

Nadi:92x/menit. Regular.Isicukup. Kuat angkat

Genitalia : darah (-)

P4A1 post SC hari 1

Cefadroxil 3dd1

As. Mefenamat 3dd1

Aff DC

Aff infus

19/04/14 Masih merasakan nyeri dibagian luka bekas SC namun sudah berkurang, disertai pusing

Keluhan lain (-)

KU: Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : CM

TD :110/70 mmHg

Suhu: 36.8 0C

RR : 20x/menit. Regular

Nadi:88x/menit. Regular.Isicukup. Kuat angkat

Genitalia : darah (-)

P4A1 post SC hari 2

Terapi lanjutkan

Pasien pulang

Page 11: Lapkas Plasenta Previa Fariz

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PLASENTA PREVIA

Perdarahan obstetrik yang yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi

setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak

mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya

adalah plasenta previa. Oleh sebab itu, keadaan ini perlu diantisipasi seawal-awalnya selagi

perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam

perawatan prenatal sangat mungkin oleh karena pada umumnya penyakit ini berlangsung

perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa

disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu,tanpa trauma. Sering disertai sering

kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk kedalam

panggul, tetapi masih mengambang diatas pintu atas panggul. Perempuan hamil yang ditengarai

menderita plasenta previa harus segera dirujuk dan diangkut ke rumah sakit terdekat tanpa

Page 12: Lapkas Plasenta Previa Fariz

melakukan periksa dalam karena perbuatan tersebut memprovokasi perdarahan berlangsung

semakin deras dengan cepat.

DEFINISI

Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium

uteri internum.

Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan, dinding belakang rahim, atau

daerah fundus uteri.

Klasifikasi

Kita membagi plasenta previa dalam 3 tingkat sebagai berikut:

1. Plasenta previa totalis: Seluruh ostium internum oleh plasenta

2. Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta

3. Plasenta previa marginalis: hanya pada pinddir ostium terdapat jaringa plasenta

Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta previa sentralis, dan istilah yang dimaksud

ialah plasenta yang terletak sentral, terhadap ostium uteri internum.

Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya pembukaan, misalnya

plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi plasenta previa lateralis pada

pembukaan 5cm. Begitu pula plasenta previa totalis pada pembukaan 3cm, dapat menjadi

lateralis pada permukaan 6cm.

Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan

mengenai besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5cm.

Terdapat satu kelompok yang tidak dimasukkan ke dalam plasenta previa, yaitu plasenta letak

rendah-plasenta yang implantasinya rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum.

Dengan kemajuan diagnostic, plasenta previa dapat dibedakan dengan jelas dari plasenta

letak rendah. Bila plasenta previa sentralis ditegakkan secara ultrasonografi pada trimester

Page 13: Lapkas Plasenta Previa Fariz

terakhir kehamilan, kita tida perlu lagi melakukan pemeriksaan klinis di kamar operasi dan

operasi dapat segera dilakukan.

KLASIFIKASI

1. Plasenta previa totalis (komplit) plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri

internum.

2. Plasenta previa parsialis plasenta yang menutupi sebagian dari ostium uteri internum.

3. Plasenta previa marginalis plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri

internum.

4. Plasenta letak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim

demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium

uteri internum.

Jarak yang lebih dari 2 cm di anggap plasenta letak normal.

INSIDEN

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan usia diatas 30

tahun.

Lebih sering pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal.

Uterus tercatat ikut mempertinggi angka kejadiannya.

Pada beberapa RSU pemerintah di laporkan insidennya berkisar 1,7% sampai dengan

2,9%.

Page 14: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Dinegara maju insidenya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan

berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.

Dengan meluasnya penggunaan USG dalam obstetric yang memungkinkan deteksi dini,

insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.

ETIOLOGI

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui

dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah SBR tanpa

latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya

adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai mungkin sebagai akibat dari proses radang atau

atrofi.

Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas SC, kuretase, miomektomi, dan

sebagainnya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang

semuanya dapat dipandang sebagai factor risiko bagi terjadinya plasenta previa.

FAKTOR RESIKO

Riwayat plasenta previa (4-8%)

Kehamilan pertama setelah sectio caesar

Multiparitas ( 5% kejadian pada grandemultipara)

Usia ibu “tua”

Kehamilan kembar

Riwayat kuretase abortus

Merokok

PATOFISIOLOGI

Pada usia kehamilan yang lanjut,umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih

awal. Oleh karena telah mulai terbentuknya SBR, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.

Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua

basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi

Page 15: Lapkas Plasenta Previa Fariz

segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami

laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks

mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada

tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan

intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan SBR itu perdarahan pada plasenta

previa betapapun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relative

dipermudah dan diperbanyak oleh karena SBR dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan

kuat, karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada

tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna.

Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan, kecuali jika ada laserasi mengenai

sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih

lama. Oleh karena pembentukan SBR itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi

baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu

sebab lain (causeless). Darah yang akan keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada

plasenta yang menutupi seluruh OUI perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena

SBR terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu OUI. Sebaliknya,pada plasenta previa

parsialis atau letak rendah,perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.

Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.

GAMBARAN KLINIK

Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina

tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan

pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali tanpa sesuatu sebab

yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi

perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.

Pada Plasenta Letak Rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan :

perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada Solusio Plsenta. Perdarahan diperhebat

berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan

demikian perdarahan, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa

juga bertambah disebabkan serviks dan SBR pada Plasenta Previa lebih rapuh dan mudah

Page 16: Lapkas Plasenta Previa Fariz

mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan

tangan misalnya pada Retensio Plasenta sebagai komplikasi Plasenta akreta.

Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering

ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak

memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.

Bahaya untuk ibu pada plasenta previa, yaitu:

1. Syok hipovolemik

2. Infeksi-sepsis

3. Emboli udara (jarang).

4. Kelainan koagulopati sampai syok

5. Kematian

Bahaya untuk anak, yaitu:

1. Hipoksia

2. Anemi

3. Kematian

BAHAYA-BAHAYA PEMERIKSAAN

Perdarahan yang terjadi pada seorang wanita hamil trimester ketiga harus dipikirkan

penyebabnya, yaitu: plasenta previa atau solusio plasenta. Bila ditemukan, dokter atau bidan

harus segera mengirim pasien tersebut selekas mungkin ke rumah sakit besar tanpa terlebih dulu

melakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua tindakan ini hanya akan

menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi

Karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh varises yang pecah

dan kelainan serviks (polip, erosi, ca), di rumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih

dulu untuk menyingkirkan kemungkinan ini. Pada plasenta previa akan terlihat darah yang keluar

dari ostium uteri eksternum.

Sebelum tersedia darah dan kamar operasi siap, tidak boleh dilakukan pemerksaan dalam

karena pemeriksaan dalam ini dapat menimbulkan perdarahan yang membahayakan .

Page 17: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Dapat juga dilakukan pemeriksaan fornises dengan hait-hati. Jika tulang kepala dapat

teraba dengan mudah, kemungkinan plasenta previa kecil. Sebaliknya, jika antara jari-jar kita

dan kepala teraba bantalan luna (jarngan plasenta), kemungkinan plasenta previa besar sekali.

Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak

sungsang bagian terendahnya luna (bokong) hingga sukar memberdakannya dar jareinga lunak

plasenta

DIAGNOSIS

Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut biasanya

menderita Plasenta Previa atau Solusio Plasenta. Gambaran klinik yang klasik sangat menolong

membedakan antara keduanya. Dahulu untuk kepastian diagnosis pada kasus dengan perdarahan

banyak, pasien dipersipakan dikamar bedah demikian rupa segala sesuatunya termasuk staf dan

perlengkapan anastesi semua siap untuk tindakan bedah sesar. Dengan pasien dalam posisi

litotomi diatas meja operasi dilakukan periksa dalam (Vaginal Toucher) dalam lingkungan

disinfeksi tingkat tinggi (DTT) secara hati-hati dengan dua jari telunjuk dan jari tengah meraba

forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak ada bantalan antara jari dengan bagian

tebawah janin. Peralahan jari-jari digerakkan menuju pembukaan serviks untuk meraba jaringan

plasenta. Kemudian jari-jari digerakkan mngikuti seluruh pembukaan untuk mengetahui derajat

atas klasifikasi plasenta. Jika Plasenta Lateralis atau Marginalis dilanjutkan dengan amniotomi

dan diberi oksitosin drip untuk mempercepat persalinan jika tidak terjadi perdarahan banyak

untuk kemudian pasien dikembalikan dikamar bersalin. Jika terjadi perdarahan banyak atau

ternyata Plasenta Previa Totalis, langsung dilanjutkan dengan Seksio sesarea. Persiapan yang

demikian dilakukan bila ada indikasi penyelesaian persalinan. Persiapan yang demikian disebut

dengan Double Set Up Examination. Perlu diketahui tindakan periksa dalam tidak

boleh/kontraindikasi dilakukan diluar persiapan Double Set-up Examination. Periksa dalam

sekalipun yang dilakukan dengan sangat lembut dan hati-hati tidak menjamin tidak akan

menyebabkan perdarahan yang banyak. Jika terjadi perdarahan banyak diluar persiapan akan

berdampak pada prognosis yang lebih buruk bahkan bisa fatal.

Dewasa ini Double Set-Up examination pada banyak RS sudah jarang dilakukan

berhubung telah tersedia alat USG. Transabdominal USG dalam keadaan kandung kemih yang

dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis Plasenta Previa dengan ketepatan tinggi sampai

Page 18: Lapkas Plasenta Previa Fariz

96-98 %. Walaupun lebih superior jarang diperlukan USG Transvaginal untuk mendeteksi

keadaan Ostium Uteri Internum. Ditangan yang tidak ahli pemakaian USG transvaginal bisa

memprovokasi perdarahan lebih banyak. Di tangan yang ahli USG transvaginal dapat di capai

98% positif predictive value dan 100% negative predictive value pada upaya diagnosis plasenta

previa. USG transperineal dapat mendeteksi OUI dan segmen rahim,dan tehnik ini dilaporkan

90% positive predictive value dan 100% negative predictive value dalam diagnosis plasenta

previa. MRI juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk

plasenta previa. MRI kalah praktis dengan jika di bandingkan dengan USG, terlebih dalam

suasana yang mendesak.

KOMPLIKASI

Ada beberapa yang komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita

plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan

fatal.

1. Oleh karena pembentukan SBR terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari

tempat melekatnya uterus dapat berulang dan semakin banyak,dan perdarahan yang

terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.

2. Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada SBR dan sifat segmen ini yang tipis

mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam

miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta

inkerta dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang

perlekatanya lebih kuat tetapi villinya msih belum masuk kedalam miometrium.

Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal plasenta mengalami akerta atau

inkerta akan tetapi dengan demikian terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta

yang sudah terlepas timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering

terjadi pada uterus yang pernah seksio sesarea.

3. Serviks dan SBR yang rapuh kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai

oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu ,harus sangat berhati hati pada semua

tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi

pada SBR ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.

Page 19: Lapkas Plasenta Previa Fariz

4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih

sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.

5. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagai oleh karena

tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa di lakukan dalam kehamilan belum aterm.

Pada kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui

kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat kematangan

paru janin sebagai upaya antisipasi.

PENANGANAN

• Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester 2 dan 3 harus di

rawat di rumah sakit.

• Pasien di minta istirahat baring dan di lakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk

golongan darah dan faktor Rh.

• Pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu di berikan steroid dalam perawatan

antenatal untuk pematangan paru janin.

• Jika perdarahan terjadi dalam trimester 2 perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan

lebih banyak.

• Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi dan takikardia, pasien tersebut mungkin

telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada penampakkannya

secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.

• Pada keadaan yg kelihatan stabil dalam perawatan di luar rumah sakit hubungan suami

istri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah pemeriksaan USG ulang.

• Dianjurkan minimal setelah 4 minggu,

• Memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi Ostium Uteri Internum.

• Perdarahan dalam trimester 3 perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang

lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan serius cukup alasan untuk merawatnya

sampai melahirkan.

• Jika pada waktu masuk terjadi perdarahan yang banyak perlu segera dilakukan terminasi

bila keadaan janin sudah viable.

• Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.

1. Penanganan Ekspektif

Page 20: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Kriteria : - Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

- Perdarahan sedikit

- Belum ada tanda-tanda persalinan (His)

- Keadaan umum ibu dan janin baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih

Rencana Penanganan :

1) Istirahat baring mutlak

2) Infus D 5% dan elektrolit

3) Tokolitik (jika ada kontraksi)

4) Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah

5) Pemeriksaan USG

6) Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.

7)Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu sampai

kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif

2. Penanganan aktif

Kriteria :

• Umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram

• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih

• Ada tanda-tanda persalinan

• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%

Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginam, dilakukan

pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.

Page 21: Lapkas Plasenta Previa Fariz

Partus per vaginam :

Cara ini bermaksud untuk memberi penekanan pada plasenta yang dengan demikian menutup

pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada plasenta) dilakukan pada:

- Plasenta letak rendah

- Plasenta previa marginalis

- Plasenta previa lateralis anterior dengan anak letak kepala

1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) Cara ini

dapat menghentikan perdarahan karena:

Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala akan

menekan pada plasenta

Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding

rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim

jika his lemah, diberikan oksitosin drips

2. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi

atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan

darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi

3. Cunam Willet Gauss

4. Jika perdarahan masih berlangsung dilakukan SC

Cara 2 dan 3 sekarang hampir tidak pernah dilakukan lagi

Persalian per abdominam (SC)

Cara ini bermaksud untuk mengkosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan

menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya robekan serviks yang

merupakan komplikasi serius persalian pervaginam pada plasenta previa totalis dan lateralis.

Dilakukan pada :

- Plasenta previa dengan perdarahan banyak

- Plasenta previa totalis

Page 22: Lapkas Plasenta Previa Fariz

- Plasenta previa lateralis di posterior

- Plasenta letak rendah dengan letak sungsang atau lintang

- Plasenta previa pada primigravida

- Plasenta previa lateralis jika :

• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior)

Tatalaksana (Menurut Prof. Ida Bagus Manuaba Sp.OG)

Page 23: Lapkas Plasenta Previa Fariz

PROGNOSIS

Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik dari pada masa lalu.

Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di samping ketersediaan

transfusi darah dan infuse cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten.

Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karana plasenta previa

rendah sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun

1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini

kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.

Page 24: Lapkas Plasenta Previa Fariz

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, et al. 2005. Williams Obstetrics 19nd. USA : McGraw-Hill comp.inc.

De Cheney, Alan et al. Current Obstetrics & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th

edition. 2003 McGraw-Hill.

Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Pedoman Diagnosis dan Therapi Obstetri- Ginekologi RS. Hasan Sadikin, Bagian

Obstetri dan Ginekologi RS. Hasan Sadikin Bandung 2005.

Obstetri Patologi. 2003. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

James, D.K. et al. High Risk Pregnancy Management Options. 2nd edition. 2001. United

Kingdom: WB Saunders