Lapak Eksper M-7
-
Upload
gerry-ananda -
Category
Documents
-
view
20 -
download
2
description
Transcript of Lapak Eksper M-7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya adalah gerakan gelombang yang dipancarkan sumber cahaya ke
segala arah. Cahaya terdiri dari korpuskul (benda-benda kecil) dipancarkan oleh
sumber cahaya secara garis lurus. Kita telah mempelajari bahwa secara
fundamental cahaya adalah gelombang dan dalam beberapa situasi kita harus
meninjau sifat-sifat gelombang secara eksplisit.
Bidang prisma adalah salah satu bidang yang dilalui cahaya yang terbuat dari
bahan gelas yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut
tertentu. Bidang permukaan ini disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk
disebut sudut pembias.
1.2 Identifikasi Masalah
Bagaimana peristiwa pembiasan yang terjadi pada prisma. Pada keadaan
bagaimana dapat menghasilkan sudut deviasi minimum pada prisma, dan
bagaimana mengukur indeks bias prisma dan beberapa cairan goniometer.\
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mengatur spektrometer dan goniometer
2. Menentukan refraktif indeks dari berbagai cairan dalam prisma berongga
3. Menentukan indeks bias berbagai prisma gelas
4. Menentukan garis spektrum air raksa (mercury)
5. Menunjukkan hubungan antara indeks bias dengan panjang gelombang (kurva
dispersi)
BAB II
TEORI DASAR
Salah satu sifat gelombang adalah dapat dibiaskan, karena cahaya juga
berprilaku seprti gelombang maka cahaya dapat dibiaskan. Pembiasan adalah
peristiwa pembelokan sehubungan dengan perubahan kecepatan rambat dari suatu
medium ke medium lain.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya kekita berkas cahaya melawati
bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu
bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan
cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relative merupakan perbandingan indeks
bias dua medium berbeda. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan
pemantulan sempurna.
Indeks bias suatu medium:
c = laju cahaya di hampav= laju cahaya di mediumλo= panjang gelombang di hampaλ= panjang gelombang di medium
Indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
Hukum Pembiasan
Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada suatu bidang datar.
Sesuai dengan hukum Snellius.
Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma adalah sebuah benda bening yang terbuat dari kaca dan tembus
cahaya yang dibatasi oleh dua bidang segitiga yang sejajar dan tiga bidang persegi
panjang yang membentuk sudut satu sama lain (gambar dibawah ini). Kedua
bidang permukaan yang digunakan untuk membias disebut sudut pembias (β).
Jika seberkas cahaya menembus bidang batas dua medium yang berbeda (dari
udara ke kaca atau sebaliknya), cahaya dari medium satu ke medium lainnya akan
mengalami pembiasan. Besar sudut datang dan sudut pembiasan cahaya akan
memenuhi Hukum Snellius I dimana .
Apabila cahaya monokromatis (cahaya yang tidak dapat diuraikan dan hanya
mempunyai satu gelombang tertentu) datang pada bidang pembias prisma sebelah
kiri seperti diperlihatkan gambar di bawah ini.
Cahaya yang masuk ke dalam prisma mengalami pembiasan yang didasarkan
pada Hukum II Snellius dimana cahaya yang masuk tersebut mengalami
pembiasan yang arahnya mendekati garis normal. Adapun cahaya yang keluar dari
prisma ke udara melalui bidang pembias sebelah kanan, akan mengalami
pembiasan yang arahnya menjauhi garis normal.
Perpotongan garis perpanjangan sinar masuk dan sinar yang keluar dari
prisma akan membentuk sebuah sudut yang disebut sudut deviasi (D). Jadi. sudut
deviasi (D) adalah sudut apit yang terbentuk dari perpanjangan sinar datang dan
sinar bias. N1 adalah garis normal yang tegak lurus pada bidang pembias sebelah
kiri dan N2 garis normal yang tegak lurus pada bidang pembias sebelah kanan.
Adapun dan merupakan sudut datang dan sudut bias pada bidang pembias
sebelah kiri sedangkan dan merupakan sudut datang dan sudut bias bidang
pembias sebelah kanan. Menurut fungsi trigonometri sudut deviasi dapat
ditentukan sebagai berikut:
β = D =
Karena = + dan = + , sehingga
= - dan = - , maka
D = ( - ) + ( - )
= ( + ) – ( + )
Apabila kita tinjau segitiga OPQ maka
POQ + PQO + A = 180°
(90° - ) + (90° - ) + A = 180°
180° - - + A = 180°
A = +
Sehingga D = + - A
Deviasi minimum (Dm) terjadi jika sinar yang di dalam prisma sejajar dengan
bidang alas atau = dan = , maka:
Dm = 2 - A dan A = 2 , Sehingga:
= ½ (A + Dm) dan = ½ A
Dengan menggunakan Hukum Snellius di titik O:
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
1. Spektrometer / goniometer. W. vernier
2. Power supply untuk spectral lamps
3. Lampu Hg Spektral 100, pico 9 base
4. Prisma 60 derajat, h 30 mm, crown
5. Prisma berongga
6. Glycerol 250 ml dan Methanol 500 ml
3.2 Prosedur Percobaan
1. Menyusun alat percobaan sesuai pada gambar.
2. Mengatur spektrometer-goniometer dan grating sesuai dengan instruksi
operasi, berkas sinar sejajar akan melewati prisma bila pengaturan alat-alat
tersebut benar.
3. Memproyeksikan aperture atau celah ke dalam bidang dari kawat menyilang
dengan pergeseran teleskop tak hingga dan mengamatinya dengan lensa mata
yang digunakan sebagai pembesar.
4. Mengatur prisma agar menghasilkan deviasi minimum dengan posisi anguler
f1 dari teleskop dan membaca off pada vernier untuk masing-masing garis
spektrum.
5. Memutar prisma sehingga cahaya jatuh pada permukaan terdekat dan cahaya
dideviasikan ke arah sebaliknya, sudut f2 tidak membaca off pada masing-
masing garis spectral pada deviasi minimum.
6. Memberikan sebuah grating ruled yang diamankan di dalam sebuah holder
sejajar terhadap sumbu kolimator.
7. Mengukur sudut dari garis yang terdifraksi orde pertama terhadap bagian
kanan dan kiri gambar dari celah yang tidak terdeviasi.
8. Memastikan bahwa udara dapat bersikulasi melalui celah ventilasi pada
housing lampu tanpa hambatan saat menseting lampu.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Data Pengamatan
Tabel 4.1.1 Prisma Segitiga Sama Sisi
Tabel 4.1.2 Prisma Berongga Gliserin
Tabel 4.1.3 Prisma Berongga Methanol
CahayaSudut Deviasi
KIRI KANAN
Hijau 80°16" 345.5°16"
Ungu 76.5° 18" 345° 16"
CahayaSudut Deviasi
KIRI KANAN
Merah 326° 20" 334° 20"
Kuning 326° 24" 334° 18"
Hijau 326° 28" 333.5° 6"
Nila 327° 20" 333.5° 19"
Ungu 328° 10" 335.5° 10"
CahayaSudut Deviasi
Kiri Kanan
Kuning 298° 15" 250° 1"
Biru 298.5° 5" 253° 6"
Ungu 298° 252.5° 5"
Tabel 4.1.4 Prisma Kecil
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Konversi Sudut Dalam Satuan ( °)
1° = 60'
Prisma Gelas
Prisma Berongga Gliserin
Prisma Berongga Methanol
CahayaSudut Deviasi
KIRI KANAN
Jingga 54.5° 301° 15"
Kuning 55° 301° 12"
Hijau 56° 1" 300° 9"
Biru 56° 10" 299° 1"
Ungu 58° 2" 297° 10"
CahayaSudut Deviasi
A B
Kuning 145.22° 138.38°
Hijau 145° 138.08°
Ungu 145.32° 137.03°
CahayaSudut Deviasi
A B
Kuning 14.57° 26.72°
Hijau 15.17° 27.08°
Ungu 15.33° 28.58°
Biru 15.88° 27.5°
4.2.2 Menghitung Sudut Deviasi Minimun dan Indeks Bias Prisma
Dari hasil percobaan pada tabel di atas, diperoleh sudut deviasi minimum
dengan rumus Dm = | A – B |, dan dengan menggunakan rumus indeks bias yaitu
Pada Prisma Gelas
Pada Prisma Berongga Gliserin
CahayaSudut Deviasi
A B
Kuning 4.2° 15.6°
Hijau 4.3° 15.73°
Ungu 4.55° 16.23°
Jingga 4.08° 15.62°
CahayaSudut Deviasi
nA B Dm
Kuning 145.22° 138.38° 12.15° 1.101
Hijau 145° 138.08° 6.92° 1.103
Ungu 145.32° 137.03° 8.28° 1.122
CahayaSudut Deviasi
nA B Dm
Kuning 14.57° 26.72° 12.15° 1.178
Hijau 15.17° 27.08° 11.92° 1.174
Ungu 15.33° 28.58° 13.25° 1.93
Biru 15.88° 27.5° 11.62° 1.17
Pada Prisma Berongga Methanol
4.2.3 Menghitung Indeks Bias Rata-rata
=
Prisma Gelas
= = 1.108
Prisma Berisi Gliserin
= = 1.363
Prisma Berisi Methanol
= = 1.169
4.2.4 Menghitung Kesalahan Relatif (KSR) Indeks Bias
KSR = | | x 100%
Indeks bias prisma gelas
CahayaSudut Deviasi n
A B Dm
Kuning 4.2° 15.6° 11.4° 1.167
Hijau 4.3° 15.73° 11.43° 1.168
Ungu 4.55° 16.23° 11.68° 1.171
Jingga 4.08° 15.62° 11.53° 1.169
KSR = | | x 100%
= 27.1 %
Indeks bias prisma berisi gliserin
KSR = | | x 100%
= 7.461 %
Indeks bias prisma berisi methanol
KSR = | | x 100%
= 11.972 %
4.2.5 Grafik hubungan indeks bias dengan panjang gelombang (Kurva
Dispersi)
Prisma gelas
Cahaya Indeks Bias Panjang Gelombang
Kuning 1.101 570
Hijau 1.103 495
Ungu 1.122 380
Prisma Berisi Gliserin
Prisma Berisi Methanol
Cahaya Indeks Bias Panjang Gelombang
Kuning 1.178 570
Hijau 1.174 495
Ungu 1.93 380
Biru 1.17 450
Cahaya Indeks Bias Panjang Gelombang
Kuning 1.167 570
Hijau 1.168 495
Ungu 1.171 380
Jingga 1.169 590
4.3 Analisa Data
Pada praktikum “Dispersi dan Daya Prisma kita mencari nilai indeks bias
prisma gelas dan prisma berrongga. Pada prisma berongga kita menggunakan
cairan methanol dan gliserin. Dengan mengamati cahaya monokromatik pada
spektrometer, yang diamati tidak semua warna tapi hanya beberapa saja, hal itu
dapat disebabkan oleh ketidaktepatan posisi prisma, keadaan prisma dan intensitas
sinar yang datang pada prisma. Cahaya yang ditembakkan ke prisma dari dari
lampu diuraikan oleh prisma menjadi warna-warna pelangi dengan melihat dari
spektrometer-goneometer. Setelah semua sudut dari warna-warna tersebut
diketahui maka kita mendapatkan deviasi minimumnya dengan menggunakan
selisih antara sudut perpanjangan sinar datang dan sudut sinar bias yang kita amati
dalam satu warna yang sama.
Pada saat praktikum mendapatkan sudut pada pembacaan spektrometer-
goniometer. Data yang didapat dalam derajat dan menit sehingga harus
dikonversikan ke dalam derajat dengan satuan 1° = 60'. Indeks bias didapatkan
dengan hukum snellius yaitu n = dengan A = sudut prisma yaitu 60
derajat (karena prisma sama sisi). Rumus tersebut kita dapat mencari nilai indeks
bias pada prisma gelas dan prisma berrongga, pada prisma gelas diperoleh indeks
bias sebesar 1,108; pada prisma berongga cairan gliserin sebesar 1,363 dan pada
prisma berrongga methanol 1,169. Hasil indeks bias dibandingkan dengan indeks
bias literatur prisma gelas yaitu 1.52, prisma gliserin 1.4729 dan prisma metanol
1.328 diperoleh nilai kesalahan relatif (KSR) yaitu masing pada prisma gelas
sebesar 27.1% ; prisma berongga gliserin 7.46 % dan prisma berongga metanol
11.97 % .
Pada kurva yang dihasilkan indeks bias pada panjang gelombang cahaya
monokromatik, seharusnya indeks bias yang dihasilkan menurun seiring dengan
kenaikan panjang gelombang. Tetapi hasil yang didaptkan dari grafik tidak
semuanya sesuai dengan teori, ada beberapa yang naik di tengah-tengah. Hal itu
disebabkan oleh sudut yang didapatkan pada saat mengambil data cahaya
monokromatik berjarak tidak konstan dan tidak semua warna yang dapat terlihat
dari teleskop sehingga data yang didapatkan tidak akurat.
BAB V
Kesimpulan
1. Praktikan dapat mengatur spektrometer dan goniometer
2. Praktikan telah menentukan refraktif indeks dari berbagai cairan dalam prisma
berongga
3. Praktikan telah menentukan indeks bias berbagai prisma gelas.
4. Praktikan dapat menunjukkan hubungan antara indeks bias dengan panjang
gelombang (kurva dispersi)
Daftar Pustaka
Halliday,Resnick. 1997. Fisika jilid 2 edisi ketiga , Jakarta : Erlangga.
Sutrisno. 1984. Fisika Dasar Gelombang dan Optik. Bandung: ITB.
http://www.mirror.unpad.ac.id/bse/12%20SMA/
kelas_3_sma_fisika_joko_budiyanto.pdf