Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

9
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI Kerentanan Hubungan Otot-Saraf terhadap Kurare Disusun oleh Kelompok B4 Nama NIM Tanda tangan Keterangan Maria Natalia M.F.L. 102011052 Ketua Kelompok Kevinara Putra Lamey Anggota Margareth 102010257 Anggota Maria Anita Princella 102011138 Anggota Welly Kenniadi 102011178 Anggota Claudia Aprilia Sapulette 102011249 Anggota Maria Priscilla 102011352 Anggota S. Krissattryo Rosarianto .I 102011374 Anggota

Transcript of Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

Page 1: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Kerentanan Hubungan Otot-Saraf terhadap Kurare

Disusun oleh

Kelompok B4

Nama NIM Tanda tangan Keterangan

Maria Natalia M.F.L. 102011052 Ketua Kelompok

Kevinara Putra Lamey Anggota

Margareth 102010257 Anggota

Maria Anita Princella

102011138 Anggota

Welly Kenniadi

102011178 Anggota

Claudia Aprilia Sapulette

102011249 Anggota

Maria Priscilla 102011352 Anggota

S. Krissattryo Rosarianto .I 102011374 Anggota

Anis Adilah Izzati binti

Azizan

102011432 Anggota

Universitas Kristen Krida Wacana

2012

Page 2: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

I. Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui kerentanan otot saraf terhadap Kurare.

II. Alat- alat yang Digunakan

A. Pelat kaca, papan fiksasi, dan beberapa jarum pentul

B. Waskom besar berisi air

C. Tiga ekor katak, penusuk katak, dan benang

D. Stimulator induksi dan elektroda perangsang

E. Gelas arloji

F. Semprit 2 cc dan jarumnya

G. Larutan Ringer

H. Larutan tubo-kurarin (dicairkan 1 : 1 dalam Ringer)

I. Larutan Atropin (0,01% dalam Ringer)

J. Larutan Prostigmin (dicairkan 1 : 1 dalam Ringer)

K. Larutan tubo-kurarin 1% (dari ampul).

III. Cara Kerja

A. Percobaan I (Pengamatan sikap, gerakan, dan waktu reaksi katak terhadap

berbagai rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare) :

1. Ambil seekor katak dan letakan di plat kaca, perhatikan kegiatan binatang

tersebut (aktif atau pasif) lalu hitung frekuensi pernafasannya per menit.

2. Cobalah menelentangkan katak beberapa kali dan perhatikan reaksinya

(kembali atau tidak kembali ke posisi semula).

3. Masukan katak ke dalam waskom yang berisi air dan amati apakah bisa

berenang atau tidak.

4. Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks nosispeptif dengan cara

katak dipegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya

tergantung bebas, kemudian merangsangnya dengan menjepit salah satu

telapak kakinya dengan pinset dan tetapkan waktu reaksinya.

5. Suntikan 0,05 cc larutan tubokurarin 1 : 1 ke dalam kantong limfe iliakal

(disebelah os coccygis di bawah kulit), dalam waktu 15 – 20 menit setelah

penyuntikan tersebut ulanglah percobaan 1 – 4 dan perhatikan perbedaan

sikap reaksinya.

1

Page 3: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

6. Sebelum pernafasannya berhenti sama sekali, suntik ke dalam kantong

limfe iliakal 0,5cc larutan Atropin 0,01% dan 1cc larutan Prostigmin 1 : 1.

7. Setelah terjadi pemulihan lakukan sekali lagi langkah 1 – 4, karena waktu

pemulihan dapat memakan waktu 2-3 jam sehingga lanjutkan ke

percobaan selanjutnya.

B. Percobaan II (Pengaruh kurare terhadap suatu bagian lengkung refleks) :

1. Ambil katak, rusakan otaknya tetapi jangan medula spinalisnya.

2. Bebaskan n. Ischiadicus paha kanan.

3. Ikatlah seluruh paha kanan kecuali n. Ischiadicusnya.

4. Suntikan 0,5cc larutan tubokurarin 1 : 1 ke dalam kantong limfe depan

dengan membuka mulut katak cukup lebar dan menusukan jarum suntik ke

dasar mulut arah lateral. Kaki yang tidak diikat, diperiksa setiap lima

menit berkurangnya refleks nosiseptif dan timbulnya kelumpuhan umum.

Bila belum terjadi ulanglah suntikan setiap 20 menit.

5. Rangsang ujung jari kaki kanan dengan rangsang faradik yang cukup kuat

sehingga terjadi Withdrawal reflex dan catat kekuatan rangsang yang

digunakan.

6. Rangsang ujung jari kaki kiri dengan rangsang faradik yang cukup kuat

sehingga terjadi Withdrawal reflex dan catat kekuatan rangsang yang

digunakan.

7. Bebaskan n. Ischiadicus kaki kiri dan buanglah sedikit kulit yang

menutupi m. Gastrocnemius kanan dan kiri.

8. Tentukan ambang rangsang, buka untuk masing-masing n. Ishiadicus.

9. Tentukan ambang rangsnag-buka untuk masing-masing m. Gastrocnemius

yang dirangsang secara langsung.

C. Percobaan III (Tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf) :

1. Buatlah dua sediaan otot-saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan

usahakan agar didapatkan saraf yang sepanjang-panjangnya.

2. Masukan otot sediaan A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang

berisi 0,5cc larutan tubokurarin 1%

3. Selama menunggu 20 menit basahilah saraf sediaan A dan otot sediaan B

dengan larutan Ranger.

4. Berilah rangsangan dengan arus-buka pada sediaan saraf A, otot sediaan

B, otot sediaan A, saraf sediaan B.

2

Page 4: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

5. Tentukan kekuatan rangsang yang digunakan baik untuk sediaan yang

memberi jawaban maupaun yang tidak.

6. Tentukan kerja kurare.

IV. Hasil Pengamatan

A. Percobaan I

Variabel Sebelum penyuntikan

Sesudah penyuntikan

pemulihan

Kegiatan binatang aktif Pasif Tidak terlalu aktifFrekuensi pernapasan

Kuat (62/menit) Sedang (52/menit) lemah

Reaksi dalam baskom

berenang Tidak berenang Sesekali berenang

Refleks nosiseptif 23 detik Lebih dari 2 menit Sangat lambat

B. Percobaan II

KEKUATAN

RANGSANG/ VKAKI KANAN KAKI KIRI

1 Reaksi lemah Reaksi lemah

2 Reaksi lemah Reaksi lemah

3 Reaksi lemah Tiada reaksi

4 Sedikit kuat Tiada reaksi

5 Sedikit kuat Tiada reaksi

10 Sedikit kuat Tiada reaksi

20 Kuat Tiada reaksi

30 Kuat Reaksi lemah

40 Kuat Reaksi lemah

50 Lebih kuat Reaksi lemah

100 Lebih kuat Sedikit kuat

C. Percobaan III

3

Page 5: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

Sediaan yang diberi rangsang

dengan arus buka

Terendam dalam

Larutan

Keterangan

Saraf A Larutan Ringer -

Otot B Larutan Ringer +

Otot A Larutan Tubo-Kurarin +

Saraf B Larutan tubo-kurarin +

V. Pembahasan

A. Percobaan I

1. Sebelum penyuntikan

Kegiatan katak sebelum disuntik kurare masih tergolong aktif. Frekuensi

pernapasan masih tergolong kuat sebanyak 62/menit. Ketika katak

dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air, katak masih berenang-

renang seperti biasa. Reflex nosiseptif ketika kaki katak dijepit dengan

pinset, masih sangat bagus dalam waktu 23 detik katak tersebut sudah

menunjukan reaksi memberontak. Secara keseluruhan perilaku katak

tersebut masih tergolong normal.

2. Sesudah penyuntikan

Perilaku katak sesudah disuntikan kurare, menunjukkan perubahan yang

signifikan dibanding perilaku katak sebelum penyuntikan. Pada kondisi ini

katak terlhat lebih pasif dibandingkan sebelumnya. Frekuensi

pernapasannya juga menurun sekitar 52 kali permenit. Ketika katak

dimasukkan dalam baskom, katak tidak berenang tetapi kepalanya

mengapung di permukaan air. Reflex nosiseptif katak juga menurun ketika

kaki katak dijepit dengan pinset, katak butuh waktu sekitar lebih dari 2

menit untuk menunjukkan refleksnya.

3. Pemulihan

Proses pemulihan pada katak ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Perilaku katak menjadi tidak aktif, tetapi ketika dimasukkan ke dalam air

katak sesekali berenang. Frekuensi pernapasan katak sangat lemah

dibandingkan dengan dua keadaan sebelumnya, sedangkan untuk refleks

4

Page 6: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

nosiseptif membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dua keadaan

sebelumnya.

B. Percobaan II

Pada awal penyuntikan kurare, katak masih dapat merespon rangsangan seperti

menggerakan kaki (gerakan kecil). Setelah 5 menit, katak tidak bergerak sama sekali.

Hal ini dipengaruhi oleh kurare yang telah menyebar ke seluruh tubuh katak. Ketika

diberi rangsangan pada kaki kiri (bagian kaki yang tidak diikat), kaki katak tidak

bergerak. Ketika diberi rangsangan pada kaki kanan (bagian kaki yang diikat), kaki

katak memberi respon, yaitu dengan hentakan kecil. Kekuatan ransangan (V)

ditinggikan hingga kaki kaki katak memberi respon. Selama ransangan ditinggikan

diperlihatkan bahawa bagian kaki kanan katak lebih memberi respond refles yang

lebih kuat daripada kaki yang diikat. Selain itu, ransangan turut diberikan kepada

neuron Ischiadicus dan didapati reflex yang diperoleh lebih kuat berbanding dengan

respond daripada ransangan pada otot gastrocnemius dan peroneus. Suntikan tubo-

kurarin menyebabkan aktifitas katak menurun, disebabkan kelumpuhan otot yang

terjadi. Bagian lengkung reflex yang dilalui oleh tubo-kurarin mengalami

kelumpuhan menyebabkan hanya bagian kaki kanan kurare yang memberi respon

manakala kaki kiri yang tidak diikat tidak memberi respond. Hal ini jelas

menunjukkan bahawa larutan tubo-kirarin yang di suntik kedalan limfe kureare

menular masuk ke dalam pembuluh darah dan melumpuhkan segala reseptor pada

otot sehingga otot pada kaki kurare tidak mampu untuk berespons. Bagian kaki kanan

kurare yang diikan telah menghalang perjalanan darah ke bagian ekstremitas inferior

lalu menyebabkan bagian tersebut masih mampu memberikan berespon.

C. Percobaan III

Sambungan saraf-otot akan mengalami kerusakan ketika berada di larutan Tubo-

Kurarin, karena ketika terkena Turbo-Kurarin, reseptor Asetilkolin pada otot

terganggu, karena reseptor tersebut, malah berikatan dengan Turbo-Kurarin bukan

dengan asetil kolin dari saraf. Sehingga ketika otot yang berada pada larutan Kurare

dirangsang bagian saraf, tidak akan bereaksi. Tetapi apabila dirangsang langsung

pada ototnya, akan terjadi kontraksi. Fungsi larutan ringer adalah memberi nutrisi

serta mempertahankan sel tetap hidup.

5

Page 7: Lap. Fisiologi - Kurare Pada Katak

VI. Kesimpulan

Larutan Kurare mengikat reseptor asetilkolin pada otot, sehingga neurotransmiter

atau asetil kolin dari saraf tidak mampu berikatan dengan reseptornya. Hal ini

menyebabkan otot menjadi tidak bisa berkontraksi.

6