LAP FISIO TMJ.docx
-
Upload
rizqi-apriliani -
Category
Documents
-
view
34 -
download
11
Transcript of LAP FISIO TMJ.docx
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tinjauan Pustaka
Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan
gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus
mandibula yang terletak masuk ke dalam fosa mandibula pada tulang temporal di depan
telinga. Kedua tulang ini dipisahkan oleh diskus artikularis.
Sendi temporomandibula bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan
menutup rahang, mengunyah dan berbicara. Sendi temporomandibula merupakan satu-
satunya sendi di kepala yang terletak pada dua sisi kanan dan kiri, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sisi sendi ini, maka seseorang akan mengalami masalah yang serius.
Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka dan menutup mulut, makan, mengunyah,
berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.
1.1 Anatomi Sendi Temporomandibula
Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula
secara bilateral dan pergerakan ke sisi kanan dan kiri adalah satu kesatua dan berfungsi
sebagai satu unit. Sendi temporomandibula terdiri dari artikulasi yang dibentuk oleh tulang
yaitu fosa glenoidalis pada tulang temporal dan prosesus kondiloideus pada mandibula.
1
Komponen - komponen dari artikulasi ( persendian ) yaitu ( Gambar 1 ) :
1. Prosesus kondiloideus
Prosesus ini berbentuk oval dengan aksis panjang ke arah medialateral. Lebih
konveks pada arah aksis antero – posterior daripada medialateral. Permukaan
artikularis pada kondilus mengarah ke atas dan ke depan sehingga dipandang dari
arah lateral leher kondilus berputar (membengkok) ke anterior.3 Panjang kondilus
dari aksis media lateral kira-kira 20 mm dan tebal yaitu dari aksis anteroposterior 8-10
mm. Permukaan artikulasi ditutupi selapis tipis fibrokartilago. Lapisan fibrokartilago
ini tetap ada selama hidup dan akan berkurang ketebalannya setelah pertumbuhan
mandibula terhenti. Bentuk, ukuran, dan keadaan dari prosesus kondiloideus ini
berbeda pada setiap individu. Hal ini disebabkan banyaknya kombinasi termasuk
faktor herediter dan adaptasi fungsi dari setiap individu.
2. Fosa Glenoidalis
Fosa glenoidalis merupakan cekungan pada tulang temporal yang mempunyai
bentuk lonjong. Letaknya di depan meatus auditorius. Batas bagian anterior dari
cekung ini adalah eminensia artikularis, sedang batas cekung bagian posterior adalah
tulang tipis yang merupakan dinding dari tulang temporal. Tulang tipis dari cekung
sendi ini adalah radiks media dari tulang zigomatikus.8,9 Fosa ini dilapisi oleh
jaringan ikat fibrous berwarna putih.
3. Ligamen
Fungsi dari ligamen yang membentuk sendi temporomandibula adalah sebagai
alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang
mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan
ke samping, dan gerakan lain. Ligamen yang menyusun sendi temporomandibula
terdiri dari :
a. Ligamen temporomandibular
b. Ligamen sphenomandibular
c. Ligamen stilomandibular
Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atas dari pada di bagian bawahnya.
Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum
artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolumandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral.
2
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis
os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari
foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus
eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior,
lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula.Ligamen stilomandibula bentuknya bulat
dan panjang. Ligamen ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas.
Di bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan margo posterior dari ramus
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus masseter dan kelenjar parotis
pada bagian lateral.
Di bagian dalam dari kapsula artikularis melekat suatu selaput yang tipis yang
disebut selaput sinovial. Selaput ini mengeluarkan cairan sendi yang disebut
dengansinovia. Selaput ini tidak membungkus meniskus. Cairan sendi ini bekerja
sebagaiminyak sendi yang memungkinkan meniskus dan prosesus kondiloideus
bergerakdengan halus.
4. Diskus Artikularis (Meniskus)
Rongga sendi terbagi menjadi 2 bagian yaitu rongga sendi bagian atas dan rongga
sendi bagian bawah oleh tulang yang berbentuk gepeng yang disebut dengan diskus
artikularis atau meniskus. Meniskus ini mempunyai permukaan yang cekung di bagian
bawah dan pada bagian atas berbentuk sebagian cekung dan sebagian lagi cembung
(konveks-konkaf). Bentuk meniskus yang demikian ini sesuai dengan keperluannya
yaitu mengisi ruangan sendi yang terdapat antara permukaan prosesus kondiloideus
dan fosa glenoidalis. Permukaan bawah yang cekung sesuai dengan permukaan
prosesus kondiloideus sedang permukaan atas yang cembung-cekung tadi sesuai
dengan permukaan dari fosa glenoidalis.
Diskus tersusun atas 3 bagian, yaitu pita posterior dengan ketebalan sekitar 3
mm, zona intermedial yang tipis dan pita anterior dengan ketebalan sekitar 2 mm.
Bagian paling tipis terdapat pada tengah dan menebal pada bagian tepi, sementara
tonjolan besar terdapat pada perlekatan posterior, yaitu zona bilaminar. Zona
bilaminar ini sangat menonjol karena terdiri dari 2 lapisan serabut yang dipisahkan
oleh jaringan ikat renggang alveolar, yaitu bagian superior terbentuk terutama dari
serabut elastik dan bagian inferior terutama terbentuk oleh jaringan fibrous. Jaringan
pelekat bagian posterior mendapat banyak persyarafan dari nervus aurikulotemporalis.
Pada bagian anterior diskus bersambung dengan fasial pterigoid eksternus dan
3
kapsul sendi. Di sebelah posterior-anterior terhadap prosesus kondiloideus dan
anterior dari zona bilaminar. Diskus banyak mengandung pembuluh darah sehingga
disebut tonjolan pembuluh darah (vascular knee). Diskus artikularis terdiri dari sel-sel
fibroblast, sel tulang rawan dan kondrosit. Diskus ini dapat menahan tekanan yang
mengenai sendi, tanpa mengurangi kelenturannya.
1.2 Pergerakan normal sendi temporomandibula
Sendi temporomandibula merupakan sendi yang kompleks. Pergerakan normal dari
sendi ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu gerak rotasi dan gerak translasi atau meluncur.
1. Gerak rotasi
Yaitu gerakan mengelilingi rongga inferior ( ruang di antara kondilus dan diskus
artikularis) yang terjadi antara diskus artikularis terhadap permukaan artikulasi prosesus
kondiloideus sehingga diskus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior, m.
pterigoideus lateral inferior dan m. pterigoideus lateral superior berkontraksi.
2. Gerak Translasi (meluncur)
Yaitu gerakan yang kompleks dari prosesus kondiloideus dan diskus artikularis terhadap
permukaan fosa glenoidalis. Gerak translasi terjadi di dalam rongga superior sendi antara
permukaan atas diskus artikularis dan permukaan fosa glenoidalis sehingga diskus beserta
kondilus bergerak ke anterior mengikuti guiding line sampai ke eminensia artikularis. Semua
otot dalam keadaan kontraksi.
Diskus artikularis berperan sebagai tulang yang tidak terkalsifikasi pada kedua gerakan
ini. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal mempunyai kisaran 20 – 25 mm antara
gigi geligi anterior atas dan bawah. Bila dikombinasikan dengan gerak meluncur kisaran
gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 –55 mm.
Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan
rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1. Gerak membuka
2. Gerak menutup
3. Protrusi
4. Retusi
5. Gerak lateral
4
1. Gerak Membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada
kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik
prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi
muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus
medialis yang berlangsung cepat dan lancar.
Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal,
sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak
ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka
yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus
yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh
muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama
gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang
ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.
2. Gerak Menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus
pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi
protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi
paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus
medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada
gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan
muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,
sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal.
. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan
diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus
lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari
caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput
selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi
mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis
mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio
temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil
5
penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi
pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam
mekanisme stres.
3. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke
bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang
tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu
oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan
antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus
pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya
mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan
memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus
artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan
fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamencapsularis akan
berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
4. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis.
Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut.
Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga
agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan
capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada
hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke
belakang.
5. Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak
pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi
tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut
posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh
6
otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus
kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi
serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain
terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,
yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi.
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan
tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi
kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang
horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi
melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral,
dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak.
7
BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Hasil Percobaan
2.1.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi
Jenis Kelamin Orang Coba Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/......)
Pria Normal, simetri, tidak ada hambatan
Wanita Normal, simetri, tidak ada hambatan
2.1.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi
Jenis Kelamin Orang Coba Gerakan STM (sakit/krepitasil/kliking/poping/......)
Pria Tidak sakit, tidak ada bunyi
Wanita Tidak sakit, tidak ada bunyi
2.1.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Jenis Kelamin Orang Coba (A) Jarak Maksimal (mm) (B) Waktu maksimal (mnt)
Pria 56 51’
Wanita 45 1’3’’
Jenis Kelamin Orang Coba Gerakan Mandibula Perubahan Kondil
Pria
(C) Antero-posterior Gerakan proc.condiloideus
bergerak dari anterior ke
posterior secara terus menerus
(D)Lateral Proc.condyloideus bergerak ke
lateral
(E) Koordinasi Gerakan MembukaProc.condyloideus
bergerak ke bawah
Menutuo Proc.condyloideus
bergerak ke posisi awal
Tonjolan simetris
8
2.1.4 Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Jenis KelaminLamanya membuka mulut secara
maksimalWaktu sampai timbul kelelahan (menit)
Waktu maksimal 5’8’’
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maks + pemijatan 6’42’’
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maks + pajanan sinar
inframerah5’21’’
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi
Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi,kepada dua orang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan dilakukan palpasi dengan jarak 0.5-1 cm di depan
meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan
menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Baik pada orang coba laki-laki
maupun perempuan pada gerakan membuka dan menutup mulut pergerakan kondil
simetris, tidak ada rasa sakit, dan normal.
2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Operator memeriksa
dua orang coba dengan meletakkan stetoskop pada daerah STM, kemudian
mendengarkan bunyi yang timbul saat masing-masing membuka dan menutup mulut.
Kemudian dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping
yang muncul. Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, dan hasilnya tidak ada
bunyi krepitasi, clicking, maupun popping yang muncul.
3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula
a. Gerakan Membuka Mulut Maksimal
Pada pemeriksaan kali ini, dua orang coba yang sama dengan pemeriksaan
sebelumnya melakukan pemeriksaan bergantian dengan cara membuka mulut
semaksimal mungkin. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan
menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi
pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang diperoleh,
panjang jarak maksimal mandibula orang coba laki-laki adalah 56 mm dengan waktu
maksimal 55 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal mandibula orang coba
perempuan adalah 45 mm dengan waktu maksimal 1 menit 31 detik.
b. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut
10
Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin laki-laki.
Operator meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan pada kedua kondil
orang coba. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup
mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. Selanjutnya menggerakkan
mandibula ke arah (C) antero-posterior dan (D) lateral. Perubahan kondil pada saat
orang coba menggerakkan mandibula ke arah antero-posterior dan lateral berturut-
turut adalah anterior-inferior-posterior-superior dan lateral-inferior. Sedangkan (E)
koordinasi gerakan masing-masing arah pergerakan mandibula adalah simetris.
4. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan.
Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah.
Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada waktu 5 menit 8 detik. Orang coba
diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka
mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada 2 menit 56 detik setelah orang coba
diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan pada otot
pembuka mulut. Kelelahan baru timbul pada waktu 6 menit 42 detik. Selanjutnya
orang coba kembali diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, orang coba
diinstruksikan untuk melakukan hal yang sama, yaitu membuka mulut secara
maksimal sampai timbul kelelahan. Pada 3 menit 35 dilakukan pemajanan dengan
sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul
pada waktu 5 menit 42 detik.
3.2 Pertanyaan
1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi ?
Terjadinya bunyi pada sendi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan
fungsi dari komponen sendi temporomandibular. Bunyi yang dihasilkan dapat
bervariasi mulai dari bunyi yang lemah dan hanya terasa oleh si penderita sampai
yang keras dan tajam. Bunyi ini dapat terjadi pada awal, pertengahan atau akhir gerak
buka dan tutup mulut.
2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping ?
11
a. Krepitus adalah bunyi mengeret atau gemeretak menunjukan adanya perubahan
degenerasi. Biasanya ditemukan pada pasien dengan kelainan sendi temporo-
mandibula jangka panjang .
b. Clicking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Bunyi tersebut dapat
berupa bunyi berdebuk yang perlahan, samar sampai bunyi retak yang tajam dan
keras.
c. Popping adalah bunyi letupan karena adanya keterbatasan gerakan rahang atau
atau gerakan rahang yang biasanya asimetri.
3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup
mulut?
Pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur
ke bawah sepanjang emenensia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala
kondil ke arah posterior sedangkan pada saat menutup mulut, kedudukan kepala
kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu pada bagian yang tipis.
4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinas mandibula ?
Dapat terjadi karena hilangnya kontinuitas mandibula sehingga menyebabkan
kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan inkoordinasi gerakan
mandibular.
5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pad kondisi mandibula? Jelaskan
mekanismenya !
Posisi tidur yang salah dapat mempengaruhi kondisi dari mandibula.Misalnya
kebiasaan tidur dengan memiringkan tubuh ke salah satu sisi saja dapat menyebabkan
tekanan mandibula yang berat pada salah satu sisi. Apalagi bila tidur dilakukan
selama berjam-jam dan kebiasaan itu terbawa sejak lama, hal ini dapat menyebabkan
perubahan posisi ataupun kemiringan dari mandibula yang nantinya akan berpengaruh
pula pada susunan gigi geligi.
6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri ?
Jelaskan mekanismenya !
Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-
mandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang "keluar" dari lokasi normalnya.
Sehingga menyebabkan rasa sakit dan lelah bila terus menerus dilakukan gerakan
membuka mulut secara maksimal
12
7. Apa fungsi pemijatan pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya !
Efek pijat pada syaraf mampu memberikan rangsangan dan meningkatkan
aktivitas otot, pembuluh darah, dan kelenjar yang diatur oleh otot-otot tersebut.
Karena setelah dipijat, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan
oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses
pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijat energi meningkat
dan otot dapat bekerja lebih lama. Kegiatan pijat mampu mengendurkan dan
meregangkan otot dan jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, sehingga mengurangi
ketegangan otot dan kram. Perbaikan sirkulasi darah dan getah bening di otot akan
menghasilkan sirkulasi yang lebih baik dalam tulang-tulang yang terkait.
8. Apa fungsi infra red pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya !
Pemberian infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami kelelahan, akan
mengurangi kelelahan yang dirasakan. Hal ini dapat terjadi karena sinar infra red akan
menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar
(vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen dari darah
mengalir lancar. Hal tersebut yang akan menyebabkan rasa lelah menjadi berkurang.
13
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Temporomandibula joint merupakan sendi yang dibentuk oleh kondilus
mandibula yang terletak masuk ke dalam fosa mandibula pada tulang temporal
di depan telinga
2. STM memungkinkan terjadinya gerakan membuka, menutup, gerakan anterior
posterior, serta gerakan ke lateral dari mulut dan rahang
3. Bila terjadi gangguan pada salah satu sisi sendi ini, maka seseorang akan
mengalami masalah serius seperti nyeri saat membuka dan menutup mulut,
makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci
4. Pemeriksaan yang dapat dilakukan apakah ada gangguan pada STM antara
lain dengan cara palpasi (perabaan) dan auskultasi (mendengarkan ada
tidaknya bunyi krepitasi, clicking atau poping)
5. Pemijatan dan panjaan infra-red dapat mengurangi kelelahan atau ketegangan
yang terjadi akibat aktivitas berlebihan dari sendi temporomandibula ini
14
DAFTAR PUSTAKA
Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.
Marpaung, Carolina, Laura Susanti Himawan, dkk.2003.Jurnal Hubungan Antara
Tingkat Keparahan Gangguan Sendi Temporomandibula dan Perbedaan
Karakteristik Bunyi Sendi Temporo Mandibula
15