lansia

6
51 PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI Sry Oktaviana Br Sitepu*, Iwan Rusdi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Telepon: 0813 9654 7272 Email: [email protected] Abstrak Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai, menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 71 orang responden yang dilaksanakan pada bulan April 2012. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner sikap. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh di dalam kategori baik 60,6% , sikap keluarga tentang pencegahan. Saran yang diberikan kepada keluarga yang tinggal bersama lansia agar dapat menjaga dan merawat lansia sehingga kejadian jatuh dapat dikurangi ataupun dapat dicegah. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Keluarga, dan Jatuh PENDAHULUAN Lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah satunya yaitu jatuh. Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya (Nugroho, 2008). Kasus jatuh yang terjadi di poliklinik layanan terpadu usia lanjut RSCM pada tahun 2000 sebesar 15,53% (285 kasus). Pada tahun 2001 tercatat 15 pasien lansia (dari 146 pasien) yang dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Pada tahun 1999, 2000, dan 2001 masing-masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien, dan 42 pasien yang harus dirawat karena fraktur femur akibat jatuh (Maryam, dkk 2008). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, usaha pencegahan terjadinya jatuh pada lansia merupakan langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia (Darmojo & Martono 2004). Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan (Maryam, 2009). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai

Transcript of lansia

  • 51

    PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG

    PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI

    KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

    Sry Oktaviana Br Sitepu*, Iwan Rusdi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan

    **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas

    Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

    Telepon: 0813 9654 7272

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

    terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai

    kecenderungan untuk bertindak. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka

    pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan

    keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh

    pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai, menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive

    sampling melibatkan 71 orang responden yang dilaksanakan pada bulan April 2012. Instrument

    yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data

    demografi, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner sikap. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

    bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh di dalam kategori baik 60,6% , sikap keluarga

    tentang pencegahan. Saran yang diberikan kepada keluarga yang tinggal bersama lansia agar dapat

    menjaga dan merawat lansia sehingga kejadian jatuh dapat dikurangi ataupun dapat dicegah.

    Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Keluarga, dan Jatuh

    PENDAHULUAN

    Lansia banyak sekali masalah fisik

    yang sering terjadi salah satunya yaitu

    jatuh. Sekitar 30-50% dari populasi lanjut

    usia yang berusia 65 tahun ke atas

    mengalami jatuh setiap tahunnya

    (Nugroho, 2008). Kasus jatuh yang terjadi

    di poliklinik layanan terpadu usia lanjut

    RSCM pada tahun 2000 sebesar 15,53%

    (285 kasus). Pada tahun 2001 tercatat 15

    pasien lansia (dari 146 pasien) yang

    dirawat karena instabilitas dan sering

    jatuh. Pada tahun 1999, 2000, dan 2001

    masing-masing tercatat sebanyak 25

    pasien, 31 pasien, dan 42 pasien yang

    harus dirawat karena fraktur femur akibat

    jatuh (Maryam, dkk 2008). Dari data

    tersebut dapat disimpulkan bahwa

    kejadian jatuh pada lansia semakin

    meningkat dari tahun ke tahun. Oleh

    karena itu, usaha pencegahan terjadinya

    jatuh pada lansia merupakan langkah yang

    perlu dilakukan karena bila sudah terjadi

    jatuh, pasti akan menyebabkan

    komplikasi, meskipun ringan tetap

    memberatkan kondisi lansia (Darmojo &

    Martono 2004).

    Keluarga merupakan support system

    utama bagi lansia dalam mempertahankan

    kesehatannya. Keluarga memegang

    peranan penting dalam perawatan

    terhadap lansia oleh sebab itu keluarga

    harus memiliki pengetahuan (Maryam,

    2009). Pengetahuan merupakan hasil dari

    tahu yang terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu

    objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

    Sedangkan sikap merupakan pandangan

    atau perasaan yang disertai

    kecenderungan untuk bertindak

    (Purwanto, 1999). Apabila pengetahuan

    seseorang semakin baik maka perilakunya

    pun akan semakin baik. Akan tetapi

    pengetahuan yang baik tidak disertai

  • 52

    dengan sikap maka pengetahuan itu tidak

    akan berarti (Notoatmodjo, 2003).

    Kelurahan Pahlawan Kecamatan

    Binjai Utara memiliki jumlah penduduk

    berkisar 11.068 jiwa yang terdiri dari

    lansia berjumlah 706 jiwa dengan

    klasifikasi laki-laki berjumlah 311 dan

    perempuan berjumlah 395 baik yang

    tinggal bersama keluarga maupun tidak

    tinggal bersama keluarga. Berdasarkan

    survey awal yang dilakukan oleh peneliti

    pada bulan November 2011 di Kelurahan

    Pahlawan Binjai terhadap 5 keluarga,

    bahwa 3 dari 5 keluarga tersebut tidak

    mengetahui tentang pencegahan jatuh

    sementara 2 keluarga yang lain

    mengetahui tentang pencegahan jatuh

    tetapi 2 keluarga tersebut mengabaikan

    usaha pencegahan jatuh.

    METODE PENELITIAN

    Desain yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah deskripsi yang

    bertujuan untuk menggambarkan

    pengetahuan dan sikap keluarga tentang

    pencegahan kejadian jatuh pada lansia di

    Kelurahan Pahlawan Binjai.

    Populasi dalam penelitian ini adalah

    keluarga yang memiliki lanjut usia pria

    dan wanita yang berusia 60 tahun keatas.

    Berdasarkan data dari Kelurahan

    Pahlawan Binjai bahwa jumlah lansia

    yang tinggal di kelurahan tersebut 706

    orang. Menurut Arikunto (2006) apabila

    jumlah populasi kurang dari 100 lebih

    baik diambil semua tetapi jika jumlah

    populasi lebih dari 100 maka pengambilan

    sampel 10-15% atau 20-25%. Besarnya

    jumlah sampel pada penelitian ini yaitu

    sampel diambil sebanyak 10% dari total

    populasi sehingga sampel pada penelitian

    ini berjumlah 71. Pengambilan sampel

    dilakukan dengan menggunakan teknik

    purposive sampling yaitu responden

    dijadikan sampel sesuai dengan

    karakteristik yang telah dikenal dan telah

    memenuhi kriteria sampel yang telah

    ditentukan terlebih dahulu (Nursalam,

    2003). Penelitian ini dilakukan di

    Kelurahan Pahlawan Binjai. Waktu

    penelitian dilaksanakan pada bulan April

    2012.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Distribusi Frekuensi Karakteristik

    Responden

    Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan

    Persentase Karakteristik

    Keluarga Lansia di Kelurahan

    Pahlawan Binjai

    Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

    Usia

    < 25 Tahun 5 7,0

    25-35 Tahun 23 32,4

    > 35 Tahun 43 60,6

    Jenis Kelamin

    Pria 16 22,5

    Wanita 55 77,5

    Suku Batak 28 39,4

    Melayu 6 8,5

    Jawa 30 42,3

    Minang 4 5,6

    Aceh 3 4,2

    Agama

    Islam 48 67,6

    Kristen Protestan 18 25,4

    Kristen Katolik 5 7,0

    Tingkat Pendidikan

    SD 4 5,6

    SMP 3 4,2

    SMA 53 74,6

    Sarjana 11 15,5

    Pendapatan

    < Rp. 1.000.000 33 46,5

    Rp. 1.000.000 -

    Rp. 3.000.000 30 42,3

    >Rp. 3.000.000 8 11,3

    Hubungan dengan lansia

    Anak 67 94,4

    Keponakan 3 4,2

    Saudara 1 1,4

    Penyakit yang diderita lansia

    Maag 18 25,4

    Katarak 7 9,9

    DM 11 15,5

    Osteoporosis 9 12,7

    Asam urat 8 11,3

    Rheumatoid

    Arthritis 5 7,0

    Hipertensi 10 14,1

    TB Paru 3 4,2

  • 53

    Dari hasil penelitian dapat diketahui

    bahwa mayoritas responden berusia lebih

    dari 35 tahun, jenis kelamin responden

    mayoritas perempuan, suku responden

    mayoritas jawa, agama responden

    mayoritas islam, tingkat pendidikan

    responden mayoritas SMA, Pendapatan

    responden mayoritas Rp. 1.000.000-

    Rp.3.000.000, hubungan dengan lansia

    mayoritas anak, dan penyakit yang

    diderita lansia mayoritas maag.

    Deskripsi Pengetahuan Keluarga

    Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh

    Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan

    Binjai

    Tabel 2. Pengetahuan Keluarga Tentang

    Pencegahan Kejadian Jatuh

    Pada Lansia di Kelurahan

    Pahlawan Binjai

    Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

    Baik 43 60,6

    Cukup 25 35,2

    Kurang 3 4,2

    Total 100 100

    Dari hasil penelitian dapat diketahui

    bahwa pengetahuan keluarga tentang

    pencegahan kejadian jatuh di Kelurahan

    Pahlawan Binjai baik.

    Deskripsi Sikap Keluarga tentang

    Pencegahan Kejadian Jatuh Pada

    Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

    Tabel 3 Sikap keluarga tentang

    pencegahan kejadian jatuh pada

    lansia di Kelurahan Pahlawan

    Binjai

    Sikap Frekuensi Persentase (%)

    Positif 71 100

    Total 71 100

    Dari hasil penelitian dapat diketahui

    bahwa sikap keluarga tentang pencegahan

    kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan

    Pahlawan Binjai positif.

    Pembahasan

    Pengetahuan keluarga tentang

    pencegahan kejadian jatuh pada lansia

    di Kelurahan Pahlawan Binjai

    Keluarga merupakan support system

    utama bagi lansia dalam mempertahankan

    kesehatannya. Keluarga memegang

    peranan penting dalam perawatan

    terhadap lansia (Maryam, 2009). Banyak

    sekali masalah yang terjadi pada lansia

    salah satunya yaitu jatuh. Masalah seperti

    jatuh harus dicegah dengan cara merawat

    lansia tersebut secara baik. Menurut

    pendapat Siburian (2005, dalam Narayani,

    2008) menyatakan bahwa merawat lansia

    di rumah bukanlah suatu pekerjaan mudah

    karena hal ini memerlukan pengetahuan

    Pengetahuan adalah segala sesuatu

    yang diketahui seseorang setelah

    melakukan pengideraan terhadap objek

    tertentu (Notoatmodjo, 2003).

    Meningkatnya pengetahuan dapat

    menimbulkan perubahan persepsi dan

    kebiasaan seseorang karena dari

    pengalaman dan penelitian ternyata

    perilaku yang didasari oleh pengetahuan

    akan lebih bertahan lama daripada yang

    tidak didasari oleh pengetahuan

    (Notoatmodjo, 2003).

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh peneliti terhadap 71

    responden didapatkan bahwa responden

    yang memiliki pengetahuan baik

    sebanyak 43 responden (60,6%)

    pengetahuan kurang mengenai

    pencegahan jatuh. Hal ini menunjukkan

    bahwa sebahagian besar responden sudah

    mengerti dan memahami tentang

    pencegahan jatuh pada lansia. Hal ini

    menunjukkan bahwa pengetahuan

    respoden tentang pengertian jatuh dalam

    kategori baik karena hampir seluruh

    keluarga mengetahui tentang pengertian

    jatuh.

    Pada pernyataan mengenai faktor

    resiko jatuh yaitu lansia yang

    menggunakan alat bantu berjalan tidak

    beresiko jatuh ternyata didapatkan bahwa

    40 responden (56,3%) menjawab

    pernyataan dengan benar dan 31

    responden (43,7%) menjawab pernyataan

    tersebut salah serta pernyataan mengenai

    faktor resiko jatuh yaitu penurunan

    pengelihatan dan pendengaran merupakan

    salah satu resiko terjadi jatuh didapatkan

    bahwa 49 responden (69%) menjawab

    pernyataan dengan benar dan 22

    responden (31%) menjawab pernyataan

    tersbut salah. Hal ini menunjukkan bahwa

  • 54

    keluarga mengetahui faktor resiko jatuh.

    Berdasarkan Darmojo & Martono (2004)

    bahwa penggunaan alat bantu berjalan

    merupakan faktor ekstrinsik yang dapat

    membuat resiko jatuh pada lansia

    sementara penurunan pengelihatan dan

    pendengaran merupakan faktor intrinsik

    yang dapat membuat resiko jatuh pada

    lansia.

    Pada pernyataan mengenai penyebab

    jatuh pada lansia yaitu pada saat lansia

    berjalan dapat jatuh karena terlalu lama

    berbaring didapatkan bahwa 49 responden

    (69%) menjawab pernyataan dengan

    benar dan 22 responden (31%) menjawab

    penyataan salah serta pada pernyataan

    mengenai penyebab jatuh pada lansia

    yaitu sakit kepala tidak dapat

    menyebabkan jatuh pada lansia

    didapatkan bahwa 55 responden (77,5)

    menjawab pernyataan dengan benar dan

    16 responden (22,5%) menjawab

    pernyataan salah. Hal ini menunjukkan

    bahwa keluarga mengetahui penyebab

    jatuh pada lansia. Berdasarkan Darmojo

    & Martono (2004) bahwa penyebab jatuh

    pada lansia biasanya merupakan

    gabungan beberapa faktor antara lain

    hipotensi orthostatic, kecelakaan seperti

    terpeleset, sakit kepala, obat-obatan dan

    sinkope. Dimana hipotensi orthostatic

    dapat disebabkan oleh terlalu lama

    berbaring sehingga dapat

    menyebabkanlansia terjatuh dan juga

    karena sakit kepala dapat menyebabkan

    lansia jatuh.

    Pada pernyataan mengenai faktor

    lingkungan yang sering dihubungkan

    dengan kecelakaan lansia yaitu

    penggunaan WC jongkok sangat baik bagi

    lansia ternyata didapatkan bahwa 34

    responden (47,9%) menjawab pernyataan

    dengan benar dan 37 responden (52,1%)

    menjawab pernyataan salah. Dari data ini

    peneliti menyatakan bahwa keluarga dari

    lansia yaitu sebanyak 37 responden

    (52,1%) tidak mengetahui tentang

    penggunaan WC yang cocok dan aman

    digunakan bagi lansia. Berdasarkan

    Darmojo & Martono (2004) bahwa WC

    yang cocok dan aman bagi lansia adalah

    WC yang menggunakan kloset duduk.

    Pada pernyataan mengenai faktor

    situasional yang mempresipitasi jatuh

    yaitu kejadian jatuh tidak akan terjadi

    pada lansia yang dapat berjalan tanpa alat

    bantu berjalan ternyata didapat bahwa 36

    responden (50,7) menjawab dengan benar

    dan 35 responden (49,3%) menjawab

    pernyataan salah serta pernyataan

    mengenai faktor situasional yang

    mempresipitasi jatuh yaitu lampu di

    rumah sebaiknya menyilaukan untuk

    mencegah jatuh pada lansia ternyata

    didapat bahwa 45 responden (63,4%)

    menjawab dengan benar dan 26 responden

    (36,6) menjawab pernyataan salah. Hal ini

    menunjukkan bahwa keluarga mengetahui

    mengenai faktor situasional. Berdasarkan

    Darmojo & Martono (2004) bahwa

    kejadian jatuh tidak hanya terjadi pada

    lansia yang menggunakan alat bantu tetapi

    jatuh juga dapat terjadi pada lansia yang

    dapat berjalan tanpa menggunakan alat

    bantu. Selain itu jatuh pada lansia dapat

    terjadi karena faktor lingkungan seperti

    lantai yang licin, penerangan yang

    menyilaukan serta penerangan yang

    kurang terang.

    Pada pernyataan mengenai

    komplikasi jatuh yaitu jatuh pada lansia

    akan menimbulkan komplikasi seperti

    kematian ternyata didapat 60 responden

    (84,5%) menjawab pernyataan dengan

    benar serta 11 responden (15,5) menjawab

    pernyataan salah. Hal ini menunjukkan

    bahwa keluarga mengetahui tentang

    komplikasi jatuh. Berdasarkan Darmojo &

    Martono (2004) bahwa jatuh pada lansia

    menimbulkan komplikasi-komplikasi

    seperti patah tulang, hematoma,

    kecacatan, dan kematian.

    Pada pernyataan mengenai usaha

    pencegahan jatuh yaitu membuat

    pegangan pada kamar mandi merupakan

    salah satu upaya pencegahan jatuh

    ternyata didapat 68 orang responden

    (95.8%) menjawab pernyataan dengan

    benar dan 3 responden (4,2%) menjawab

    pernyataan salah. Hal ini menunjukkan

    bahwa keluarga mengetahui tentang usaha

    pencegahan jatuh. Berdasarkan Darmojo

    & Martono (2004) bahwa keadaan

    lingkungan rumah yang berbahaya dan

    dapat menyebabkan jatuh pada lansia

  • 55

    harus diminimalkan dan dihilangkan.

    Membuat pegangan pada kamar mandi

    dan membuat penerangan rumah cukup

    terang tetapi tidak menyilaukan

    merupakan usaha yang dilakukan untuk

    mencegah jatuh pada lansia. Selain itu

    pengetahuan baik ini juga sesuai dengan

    hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Susanti Tri pada 30 keluarga di dusun

    Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman

    Yogyakarta pada tahun 2009 yang

    menyatakan bahwa sebagian besar

    keluarga yang ada di dusun gamping kidul

    ambar ketawang sleman yogyakarta

    memiliki pengetahuan baik.

    Meskipun latar belakang pendidikan

    keluarga yang menjadi responden peneliti

    sebahagian besar Sekolah Menengah Atas

    (SMA) yaitu 53 responden (74,6) ternyata

    tidak menutup kemungkinan bahwa

    seluruh keluarga yang memiliki lansia

    serta tinggal bersama dengan lansia di

    Kelurahan Pahlawan Binjai memiliki

    pengetahuan yang baik mengenai

    pencegahan jatuh.

    Sebagian besar pengetahuan

    diperoleh melalui pendidikan formal

    maupun non formal dan semakin tinggi

    pendidikan maka semakin luas

    pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,

    2003).

    Sikap keluarga tentang pencegahan

    kejadian jatuh pada lansia di

    kelurahan Pahlawan Binjai

    Usaha pencegahan merupakan

    langkah yang harus dilakukan karena bila

    sudah terjadi jatuh pasti akan terjadi

    komplikasi, meskipun ringan tetap

    memberatkan. Oleh karena itu untuk

    mencegah jatuh, keluarga harus memiliki

    pengetahuan tentang pencegahan jatuh

    (Darmojo & Martono, 2004).

    Menurut pendapat Niven (2002,

    dalam Harahap, 2006) menyatakan bahwa

    pengetahuan tentang suatu objek akan

    menjadi sikap bila pengetahuan itu

    disertai dengan suatu kesiapan bertindak

    Berdasarkan hasil penelitian dapat

    diketahui bahwa 71 responden (100%)

    memiliki sikap yang positif tentang

    pencegahan kejadian jatuh di Kelurahan

    Pahlawan Binjai. Hal ini sesuai dengan

    data penelitian yang dilakukan oleh

    peneliti ternyata didapat 57 responden

    (80,3%) menjawab sangat setuju dalam

    hal mengidentifikasi faktor resiko jatuh

    mengenai menyikat kamar mandi agar

    tidak licin sementara yang menjawab

    setuju 13 responden (18,3%) dan 1

    responden (1,4%) menjawab sangat tidak

    setuju. Hal ini menunjukkan bahwa

    keluarga siap dalam bertindak untuk

    mencegah kejadian jatuh. Berdasarkan

    Darmojo & Martono (2004) bahwa

    dengan menyikat kamar mandi agar tidak

    licin dapat mencegah terjadinya jatuh

    pada lansia. Oleh sebab itu sebagai

    keluarga lansia sebaiknya memiliki

    kesiapan dalam hal mencegah jatuh

    dengan cara menghilangkan keadaan

    lingkungan rumah yang berbahaya. Selain

    itu sikap positip ini tidak sesuai dengan

    hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Susanti Tri pada 30 keluarga di dusun

    Gamping Kidul Ambar Ketawang Sleman

    Yogyakarta yang menyatakan bahwa

    sebagian besar keluarga yang ada di

    dusun gamping kidul ambar ketawang

    sleman yogyakarta memiliki sikap yang

    cukup.

    Menurut Notoatmodjo (2003) suatu

    sikap belum tentu otomatis terwujud

    dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan

    sikap yang positif menjadi suatu

    perbuatan nyata diperlukan faktor

    pendukung seperti faktor fasilitas serta

    faktor dukungan (support) dari keluarga.

    Dalam memenuhi fasilitas untuk

    mencegah jatuh seperti membuat

    pegangan pada kamar mandi maka

    keluarga membutuhkan biaya.

    Berdasarkan hasil penelitian didapat

    bahwa sebanyak 33 responden (46,6%)

    berpenghasilan kurang dari

    Rp.1.000.000,-. Hal ini menunjukkan

    bahwa pendapatan perbulan responden

    masih tergolong rendah karena tidak

    sesuai dengan Upah minimum regional

    (UMR) untuk propinsi Sumatera Utara

    yaitu Rp. 1.200.000,-. Berdasarkan asumsi

    peneliti apabila penghasilan keluarga

    tinggi maka keluarga lebih siap untuk

    memfasilitasi lansia dalam pencegahan

    terjadinya jatuh. Berdasarkan

  • 56

    karakteristik hubungan responden dengan

    lansia terlihat bahwa 67 responden

    (94,4%) merupakan anak dari lansia.

    Anak merupakan bagian dari keluarga.

    Sebagai bagian dari keluarga seorang

    anak memiliki tugas dan kewajiban yaitu

    merawat orangtua yang sudah lanjut usia

    baik yang sakit maupun yang tidak sakit

    dengan cara menjaga kesehatan orangtua

    yang sudah lanjut usia (Setiawati, 2009).

    Sikap dapat berubah kapan saja.

    Walaupun sikap keluarga pada saat ini

    positip, tidak menutup kemungkinan

    kalau kesiapan bertindak keluarga dalam

    pencegahan jatuh dapat berubah.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian

    mayoritas responden memiliki

    pengetahuan yang baik dalam mencegah

    kejadian jatuh pada lansia. Sedangkan

    sikap keluarga tentang pencegahan

    kejadian jatuh seluruh keluarga memiliki

    sikap positif dalam pencegahan jatuh. Hal

    ini menunjukkan bahwa keluarga siap

    dalam bertindak untuk mencegah kejadian

    jatuh. Pada praktek keperawatan

    diharapkan kepada perawat untuk

    memberikan perhatian kepada keluarga

    dan menganjurkan keluarga memodifikasi

    lingkungan agar lansia tidak jatuh serta

    perawat tetap efektif dan aktif dalam

    memberikan pendidikan dan penyuluhan

    kepada keluarga mengenai pengetahuan

    tentang pencegahan kejadian jatuh.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian

    suatu pendekatan praktik. Jakarta:

    Rineka Cipta

    Darmojo, B.R, & Martono, H.H. (2004).

    Buku ajar Geriatrik; Ilmu

    kesehatan lanjut usia, Jakarta: Balai

    Penerbit Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia.

    Harahap, M.H. (2006). Pengetahuan dan

    sikap remaja tentang HIV/ AIDS di

    Lingkungan XI Kelurahan

    Harjosari II Kecamatan Medan

    Amplas Sumatera Utara. Laporan

    Penelitian Fakultas Keperawatan

    Universitas Sumatera Utara.

    Maryam, S.M. (2009). Pengaruh

    keseimbangan fisik terhadap

    keseimbangan tubuh lansia di Panti

    Sosial Tresna Werdha Wilayah DKI

    Jakarta. Diakses pada tanggal 04

    Oktober 2011 dari

    http://digilib.ui.ac.id Maryam, S.R., dkk (2008). Mengenal

    usia lanjut dan perawatannya.

    Jakarta: Salemba Medika.

    Narayani, I. (2008). Hubungan tingkat

    pengetahuan keluarga terhadap

    sikap keluarga dalam pemberian

    perawatan activities daily living

    (ADL) di rumah desa Tanjungrejo

    Margoyoso Pati. Diakses tanggal

    04 Oktober 2011 dari

    http://etd.eprints.ums.ac.id Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan

    perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Nugroho, W. (2008). Gerontik &

    Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Nursalam, (2003). Konsep & penerapan

    metodologi penelitian ilmu

    keperawatan : Pedoman skripsi,

    tesis dan instrumen penelitian

    keperawatan. Jakarta: Salemba

    Medika.

    Purwanto, H. (1999). Pengantar

    perilaku manusia untuk

    keperawatan. Jakarta: Penerbit

    Buku Kedokteran EGC. Setiawati, B. (2009). Kesabaran anak

    dalam merawat orangtua yang

    sakit kronis. Diakses pada tanggal 4

    Juli 2012 dari

    http://etd.eprints.ums.ac.id.