landasan teori sabun

download landasan teori sabun

of 10

description

gj

Transcript of landasan teori sabun

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sabun

Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik) panjang dengan jumlah atam C yang bervariasi, yaitu antara C12 C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali. Range atom C diatass mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kalarutan, proses emulsi dan pembasahan.

Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin, garam dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing, Tallow) menjadi sabun menurut cara kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (bersifat basa), hal ini telah dilakukan sejak 2300 tahun yang lalu oleh bangsa Romawi kuno.

Pengertian Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti soap making. Akar kata sapo dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun.

Reaksi asam lemak dengan NaOH/KOH biasa disebut dengan safonifikasi. Sedangkan reaksi asam lemak dengan metal/logam akan menghasilkan metallic soap.

2.2 Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol.

Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas. Beberapa lemak dan minyak yang penting antara lain :

1. Tallow

Tallow adalah lemak hewani yang paling umum digunakan dalam pembuatan sabun. Tallow merupakan produk yang didapatkan dari industri pengolahan daging yang diambil dari lemak sapi dan domba. Tallow dari sumber yang berbeda dapat berbeda warna (baik sebelum diolah atau sesudah diputihkan), titik didih, kandungan asam lemak bebas, angka penyabunan (alkali yang dibutuhkan untuk saponifikasi), dan angka iodin (pengukuran kejenuhan). Kualitas tallow yang baik dapat dilihat dari titik didih dan warna setelah pemutihan, yang digunakan sebagai bahan pembuatan sabun mandi. Tallow yang berkualitas rendah digunakan pada pembuatan sabun cuci. Lemak lembu atau lemak domba dengan titik didih sekitar 40C atau lebih dapat digolongkan sebagai tallow.2. Minyak KelapaMinyak kelapa merupakan minyak nabati terpenting yang digunakan dalam pembuatan sabun. Minyak kelapa diperoleh melalui penghancuran dan ekstraksi buah kering (kopra) dari pohon kelapa sawit. Sabun cuci biasanya tidak dibuat dari minyak kelapa dikarenakan harga bahan dasar ini (minyak kelapa) relatif mahal. Minyak kelapa memiliki panjang rantai karbon yang bervariasi, yaitu terdiri dari : C12 10-15%, C13 45-50%, C14 16-20%, C16 8-10%, dan oleat 5-6%.

3. Minyak SawitMinyak sawit diperoleh dari bubur atau daging buah pohon sawit tropis (Elacis guineensis). Minyak sawit mentah berwarna oranye-merah dan biasanya diputihkan terlebih dahulu sebelum disaponifikasi. CPO (Crude Palm Oil) yang telah dibleaching dapat digunakan untuk membuat sabun cuci dan sabun mandi. RBD palm oil dapat digunakan tanpa melalui Pretreatment terlebih dahulu. Minyak sawit yang dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50% atau lebih tergantung pada penggunaan sabun yang akan di produksi.4. Minyak Inti SawitMinyak biji sawit diekstraksi dari jantung buah yang sama dengan tandan buah menghasilkan minyak kelapa sawit. Minyak biji sawit dapat juga diperoleh dari minyak kelapa karena jenis dan jumlah komponen asam-asam lemaknya hampir sama. 5. Minyak Kulit Padi (Rice Bran Oil)

Minyak kulit padi berwarna cokelat gelap serta sulit diukur dengan menggunakan instrument standar seperti tintometer lovibond. Karena warnanya yang gelap maka perlu dilakukan bleaching terlebih dahulu baik secara kimia maupun fisika. Sabun yang dihasilkan dari minyak kulit padi adalah sabun lunak (soft soap). 6. Lard

Lard yang tidak dapat dimakan dapat digunakan sebagai pengganti tallow setelah melalui proses hidrogenasi sebagian untuk mengurangi kejenuhannya. 7. Minyak Tall (Tall Oil)

Minyak tall diproduksi dari kayu pada industri kertas. Sabun yang dihasilkan dari minyak tall digunakan dalam aplikasi industri bahan pembersih.8. Grease

Kualitas grease di bawah kualitas tallow karena memiliki warna yang lebih gelap, mengandung asam lemak bebas yang lebih banyak, dan titik didih di bawah 40oC.

9. Minyak Ikan Laut Minyak ikan laut seperti minyak ikan paus dan minyak menhaden dapat digunakan secara terbatas dalam pembuatan sabun setelah dihidrogensi sebagian.2.3 Karakteritik Bahan2.3.1 Etanol

Temperatur penyalaan : 363C Kelarutan di dalam air : (20C)tercampur sepenuhnya Titik leleh : -114.5C Massa molar : 46.07g/mol Densitas : 0.790-0.793g/cm3 (20C) Angka pH : 7.0 (10g/l, H2O, 20C) Titik didih : 78.3C (1013hPa) Tekanan uap : 59hPa (20C) Batasan ledakan : 3.5-15%(V) Titik nyala : 12C Indeks Refraktif : 1.362.3.2 NaOH

Titik leleh: 318 oC

Titik didih: 1390 oC

Densitas: 2,1 g/cm3Massa molar : 39,9971 g/mol

Kelarutan dalam air: 111 g/100 ml (20C)2.3.3 NaCl

Titik lebur: 801 oC (1074 K)Titik didih: 1465C (1738 K)Massa molar : 54.88 g/mol

Densitas : 2.16 g/cm3Kelarutan dalam air: 35.9 g/100 mL (25C)

2.3.4 Kalium Sulfat

Berat rumus : 174,27 u Titik lebur : 1342 K (1069 C) Titik didih : 1962 K (1689 C) Kepadatan : 2,66 103 kg/m3 Struktur kristal : orthorhombik Kelarutan dalam air: 11,1 g dalam 100 g air pada 20 C2.3.5 Phenolpthalein

Kelarutan di dalam air

: 3.36mg/l (20C)

Titik leleh

: 263.7C

Massa molar

: 318.32g/mol

Densitas

: 1.296g/cm3 (20C)

Bulk density

: 350-450kg/m3

Tekanan uap

: