Landasan Teori Proposal Gergaji
Transcript of Landasan Teori Proposal Gergaji
MESIN GERGAJI
A. Definisi Mesin Gergaji
Gergaji merupakan alat perkakas yang berguna untuk memotong benda kerja. Mesin gergaji merupakan mesin
pertama yang menentukan proses lebih lanjut. Dapat dimaklumi bahwa mesin ini memiliki kepadatan operasi
yang relatif tinggi pada bengkel-bengkel produksi.
Mesin-mesin gergaji memiliki konstruksi yang beragam sesuai dengan ukuran, bentuk dan jenis material benda
kerja yang akan dipotong. Untuk itu dibutuhkan ketelitian seseorang agar bisa mengoperasikan gergaji itu sendiri
dan dapat memotong benda kerja dengan baik dan benar .
Gergaji adalah alat yang menggunakan logam pemotong yang keras atau kawat dengan tepi kasar untuk
memotong bahan yang lebih lunak. Tepi logam pemotong terlihat bergerigi atau kasar. Gergaji dapat digunakan
dengan tangan atau didukung listrik.
B. Bagian Mesin Gergaji
Bagian-bagian mesin gergaji:
1. Tuas apit moncong untuk mengatur penjepit benda kerja
2. Moncong yang dapat digeser geserkan
3. Benda kerja yaitu logam besi
4. Daun gergaji unuk memotong benda kerja
5. Bingkai gergaji yaitu penahan daun gergaji
6. Hantaran bingkai gergaji
7. Pipa alat pendingin
8. Perkakas angkat
9. Tumpuan
10. Penampang tumpuan
11. Motor penggerak bagin ini adalah yang paling penting dikarenakan
merupakan penggerak utama pada gergaji mesin
C. Tipe Gergaji mesin
1. Mesin Gergaji Bolak-balik (Hacksaw-Machine)
Mesin gergaji ini umumnya memiliki pisau gergaji dengan panjang antara 300 mm sampai 900 mm dengan
ketebalan 1,25 mm sampai 3 mm dengan jumlah gigi rata-rata antara 1 sampai 6 gigi iper inchi dengan material
HSS. Karena gerakkan yang bolak-balik, maka waktu yang digunakan untuk memotong adalah 50%.
2. Mesin gergaji piringan (Circular Saw)
Diameter piringan gergaji dapat mencapai 200 sampai 400 mm dengan ketebalan 0,5 mm dengan ketelitian
gerigi pada keliling piringan memiliki ketinggian antara 0,25 mm sampai 0,50 mm. pada proses penggergajian ini
selalu digunakan cairan pendingin. Toleransi yang dapat dicapai antara kurang lebih 0,5 mm sampai kurang
lebih 1,5 mm. prinsip kerja gergaji circular menggunakan mata berupa piringan yang berputar ketika memotong.
3. Mesin Gergaji Ukir (Jigsaw)
Jig Saw seringkali disebut gergaji ukir, karena memang jigsaw adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk
memotong atau menggergaji (kebanyakan kayu) dengan bentuk apa saja mulai dari bentuk kurva yang
melengkung-lengkung hingga yang lurus-lurus. Jadi kelebihan Jigsaw adalah dapat memotong dengan pola yang
tidak lurus karena gergaji lain rata-rata hanya bisa memotong lurus-lurus saja. Prinsip kerjanya gergaji jigsaw
bergerak naik turun saat memotong.
4. Mesin Gergaji pita (Band Saw)
Mesin gergaji yang telah dijelaskan sebelumnya adalah gergaji untuk pemotong lurus. Dalam hal mesin gergaji
pita memiliki keunikan yaitu mampu memotong dalam bentuk-bentuk tidak lurus atau lengkung yang tidak
beraturan. Kecepatan pita gergajinya bervariasi antara 18 m/menit sampai 450 m/menit agar dapat memenuhi
kecepatan potong dari berbagai jenis material benda kerja.
D. Jenis-jenis Mesin Gergaji
1. Gergaji Tangan
Daun gergaji dibuat dari baja bermutu tinggi yang sangat keras,
sehingga ketajaman gerigi tidak selalu diruncingkan kembali. Untuk mengetahui spesifikasi gergaji, dapat dilihat
pada daun gergaji di dekat tangkai pegangan, yang menyebutkan jumlah gigi perkepanjangan 25 mm.
2. Gergaji Pembelah
Gergaji pembelah adalah gergaji dengan gerigi dirancang untuk membelah kayu. Gergaji pembelah digunakan
untuk menggergaji kayu searah jaringan serat kayu dan mempunyai 31/2 hingga 4 pucuk gigi pada setiap
panjang 25 mm. Panjang daun antara 500 mm hingga 70 mm.
3. Gergaji Pemotong
Gergaji pemotong adalah gergaji dengan gerigi yang dirancang untuk memotong kayu. Jenis gergaji ini
digunakan untuk menyayat/memotong melintang jaringan serat kayu dan tepi potongnya mempunyai 5 hingga 7
pucuk gigi pada setiap kepanjangan 25 mm. Panjang daun antara 550 mm hingga 700 mm.
E. Cara Kerja Mesin Gergaji
a. Mengukur benda kerja yang akan dipotong dengan menggunakan sketmatch
b. Setelah diukur benda kerja ditandai dengan penggores
c. Cek kondisi gergaji apakah masih bisa digunakan dengan baik dan aman
d. Setelah itu pasang benda kerja pada ragum gergaji mesin
e. Tepatkan bagian yang digores ada benda kerja dengan mata gergaji untuk memperoleh hasil yang diinginkan
dan diikatkan dengan pengunci
f. Atur dengan kecepatan tertentu agar hasilnya lebih baik
g. Setelah itu nyalakan mesin gergaji dengan menekan tombol ON
h. Setelah benda kerja tersebut putus matikan gergaji dengan menekan tombol OFF
i. Untuk proses finishing kita diamkan sebentar dan dicelupakan kedalam air utuk mengurangi suhu pada benda
kerja tersebut
F. Perawatan Gergaji
Pengikiran Rapi pada gergaji
a. Gunakan kikir gergaji tirus untuk merapikan gigi gergaji.
b. Lakukan pengikiran rapi, tangan kiri memegang ujung kikir dan tangan kanan memegang tangkai kikir.
c. Jepitlah daun gergaji pada ragum khusus penjepit daun gergaji.
d. Ratakan mata gergaji menggunakan kikir, dengan bantuan blok dari kayu.
e. Jika semua pucuk gigi sudah berada dalam satu garis lurus maka setiap gigi akan menunjukkan permukaan
rata pada puncaknya.
Pengasahan Gigi Gergaji
a. Jepitlah daun gergaji pada klam khusus.
b. Kikirlah gigi gergaji secara berselang-seling hingga mempunyai sudut yang tepat, diukur dari sisi daun gergaji.
Untuk gergaji pemotong sudut asah 45° dan untuk gergaji pembelah 90°.
c. Lakukan pengasahan dari tangkai pegangan menuju ujung daun gergaji.
d. Apabila setiap gigi yang berselangan sudah ditajamkan, baliklah daun gergaji dalam ragum, dan tajamkan gigi
gergaji yang belum ditajamkan dengan cara yang sama seperti pada awal pengasahan.
http://ariefsuryowibowo.blogspot.co.id/2014/05/mesin-gergaji.html
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Industri mebel Indonesia ternyata masih memiliki pamor yang mengilap di pentas
perdagangan dunia. Permintaan yang dilayangkan oleh para pembeli di ajang beberapa
pameran memang merupakan sebuah peluang emas untuk meningkatkan kinerja ekspor
mebel negeri ini. Namun demikian, untuk mewujudkan hal itu, tentu tak semudah
membalikan telapak tangan. Kemampuan produsen nasional dalam menghasilkan
produk yang berkualitas dan dalam jumlah banyak, harus benar-benar dibuktikan.
Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri mebel. Apalagi
sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan
ekspor Tanah Air. Dengan kata lain, ekspor mebel masih bisa menjadi primadona untuk
menghasilkan devisa negara.
Imdustri mebel adalah salah satu bentuk industri yang bergerak di bidang perkayuan.
Dimana dalam hal ini pasti juga akan menghasilkan berbagai jenis limbah dalam
pengolahannya.
Bagi masyarakat Indonesia limbah merupakan sesuatu yang sangat kurang
pengelolaannya, kesalahan dalam mengelola akan menyebabkan limbah semakin
berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat, sehingga menyebabkan kerusakan
lingkungan dan bahaya penyakit bagi masyarakat, contohnya pencemaran lingkungan
terutama pencemaran pada air yang pada akhirnya menyebabkan banjir disaat musim
penghujan tiba. Limbah yang biasanya muncul dari industri mebel antara lain adalah
limbah kayu, limbah bahan pelitur, dan limbah tiplek yang berasal dari bahan dasar
pohon.
Semakin banyak jumlah pengangguran masyarakat di Indonesia maka semakin banyak
pula muncul berbagai industri-industri rumah tangga yang dapat menyerap banyak
penganguran yang mewabah di Indonesia. Misalkan limbah tiplek, limbah industri mebel
dipandang oleh masyarakat sebagai bahan yang sudah tidak bisa dimanfaatkan,
sehingga untuk memaksimalkan pemanfaatan yang memiliki nilai jual dan seni tinggi,
diperlukan kreatifitas dalam membentuk kerajinan tangan tersebut. Atas dasar hal
tersebut, maka muncullah gagasan untuk memanfaatkan limbah tiplek yang tidak
dimanfaatkan menjadi lebih bermanfaat.
Dalam proses pembuatan kerajinan tangan berbahan limbah pabrik mebel sangatlah
mudah dan sederhana, sehingga dapat dengan mudah diproduksi dalam jumlah yang
banyak. Selama ini limbah pabrik mebel hanya dibuang atau dibakar karena dianggap
sudah tidak bermanfaat, padahal limbah pabrik mebel mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual dan seni tinggi seperti hiasan
perabotan rumah tangga, mainan anak dan lain – lain.
Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut ialah dengan memberikan kreasi pada
sisi bentuk ( form ), penampilan ( style ), dan promosi ( promotion ).
Namun hingga saat ini, pengolahan limbah mebel yang berupa potongan-potongan
kayu masih sangat sedikit meskipun sebenarnya jika diolah dengan baik, limbah
kayu tersebut dapat dirubah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis. Oleh
karena itu, pengolahan mebel dapat dijadikan sebagai peluang wirausaha. Salah satu
bentuk pemanfaatan limbah mebel menjadi produk bernilai ekonomis, yaitu dengan
pembuatan kerajinan dari potongan kayu limbah mebel. Bentuk kerajinan kayu tersebut
dapat berupa sabak, tempat pensil, piring saji, dan banyak alternatif lain.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik
pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi
mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan
saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country).
Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih
diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap
eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus
pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa,
misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap
timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk
tersebut.
Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang
menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup
sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi
masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat
merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak
diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang pendahuluan maka timbul rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh industri mebel?
2. Bagaimanakah cara pengolahan limbah industri tersebut agar tidak menimbulkan
masalah bagi lingkungan di sekitarnya?
TUJUAN
Tujuan penulisan Proposal ini adalah :
1. Mengetahui jenis-jenis limbah/produk buangan dari industri Mebel
2. Mengetahui masalah yang ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan dari industri mebel
3. Mengetahui cara penanganan limbah tersebut
4. Mengetahui cara pengolahan dan pengelolaan limbah hasil buangan industri mebel
MANFAAT
Makalah ilmiah ini disusun dengan harapan dapat memberikan salah satu solusi
penanganan limbah padat industri mebel sehingga meminimalisir terjadinya kerusakan
lingkungan oleh limbah-limbah tersebut.Lalu manfaaat penelitian ini Bagi Instansi adalah
Memahami betapa merugikannya limbah buangan yang tidak diolah lebih lanjut.
Sedangkan manfaat Bagi Pembaca dan Peneliti adalah Memahami cara pengurangan
jumlah limbah dari produksi mebel teutama limbah Triplek dan Mengetahui cara
pengolahan Limbah Mebel “ Triplek” .
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan
sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu
bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah
juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan
benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang
oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna
dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan
pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda
ekonomis.
Mebel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang seperti
kursi , meja , dan lemari . Mebel berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak.
Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah digerakkan dari batu besar,
tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture
(1520-30 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau
perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furniture punya arti yang beda, tetapi
yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya.
Dalam kata lain, mebel atau furnitur adalah semua benda yangada di rumah dan
digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil
seperti pakaian atau cangkir . Mebel terbuat dari kayu , papan , kulit , sekrup , dll.
Tahap-tahap aktifitas produksi pada industri mebel adalah persiapan bahan baku,
proses produksi, dan pengemasan produk.
Tahap persiapan bahan baku meliputi pembersihan material dari kotoran, pembuangan
kulit(pada industri gelondongan), pemotongan menjadi ukuran yang lebih kecil serta
penghalusan sehingga kayu siap digunakan. Proses produksi adalah proses
pembentukan bahan baku menjadi produk yang diinginkan. Tahap akhir adalah
pengemasan produk yang meliputi penghalusan, pewarnaan(pengecatan), proses
finishing dan pengepakan.
Limbah utama dari industri kayu yang jelas adalah potongan – potongan kecil dan
serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut
sangat sulit dikurangi, hanya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain
yang memiliki nilai ekonomis. Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture
sebenarnya memiliki peran yang besar pada sebuah ‘costing’ serta dampak lingkungan
sehingga akan sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi. Limbah utama industri kayu:
1. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot kayu.
Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada umumnya
dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk membuat plywood, MDF
(medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan dengan skala kecil
dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai
bahan tambahan pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu
bata, kermaik atau dapur rumah tangga.
2. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya. Ini limbah terbanyak kedua
setelah kayu dan pada kenyataannya (di Indonesia) belum begitu banyak perusahaan
yang menyadari dan memahami betul tentang tata cara penanganan limbah tersebut.
Beberapa masih melakukan pembuangan secara tradisional ke sungai dan ke dalam
tempat pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa mempertimbangkan
dampak lingkungannya.
Bahkan ada beberapa perusahaan yang ‘menjual’ thinner bekas kepada penduduk yang
tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk keperluan lain yang kurang jelas.
Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung jawab
untuk mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri)
adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun).
C. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu misal:
accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. Limbah ini
belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik.
Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar2 ‘membuang’ limbah ini keluar dari
pabrik. Kadang – kadang hanya disimpan di sebuah area engineer atau gudang barang
bekas dan ditumpuk bersama – sama dengan peralatan bekas yang lain. Mereka hampir
tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan limbah tersebut.
1. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas bekas, kain
bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lainnya. Dari sekian
limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis hanya limbah pertama yang benar
– benar dipahami oleh beberapa industri kayu bagaimana cara penanganannya yang
baik dan sesuai. Sedangkan limbah utama lainnya masih menjadi sebuah tanda tanya
yang tidak jelas atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir setelah pemikiran
tentang pembaharuan mesin dan investasi baru di dalam pabrik.
BAB III
PEMBAHASAN
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat
menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan.
Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu
pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan
pengolahan.
Tempat disekitar pabrik limbah mebel merupakan tempat yang mudah untuk
memperoleh limbah mebel, karena setiap harinya pabrik tersebut selalu membuang
limbah mebel dalam jumlah yang banyak, maka dari itu untuk membantu proses
pengelolaan limbah mebel yang hanya akan di bakar maka limbah tersebut dapat di olah
untuk dijadikan sebuah barang yang mempunyai nilai jual dan seni tinggi. Selain itu juga
dapat mengurangi pencemaran lingkungan baik pada tanah, air dan udara.
Proses pemanfaatan limbah mebel ini sangatlah mudah baik dari segi pengumpulan
bahan, peralatan–peralatan yang digunakan, hingga pada proses pembuatannya. Dalam
pengumpulan bahan masih dapat digolongkan mudah karenalimbah ini masih jarang di
manfaatkan oleh masyarakat, peralatan–peralatan yang digunakan dapat dijumpai di
toko–toko terdekat, sedangkan untuk proses pembuatannya dari awal hingga akhir
hanya membutuhkan ketelitian saat proses pengemalan, pemotongan dan
pengecatannya.
Kini limbah mebel yang berbahan dasar tiplek tidak akan lagi berada di tempat sampah
untuk di bakar, melainkan akan dijadikan sebuah hiasan di rumah-rumah, sehingga
rumah akan terlihat menjadi lebih baik.
Bagi pengrajin, limbah mebel itu limbah. Kalo kita mau lebih kreatif, inovatif dan sering
bereksperimen untuk menghasilkan barang bagus, mungkin tidak akan muncul istilah
limbah mebel.
Industri mebel dan ukir ini menggunakan material kayu sebagai bahan utama, sehingga
kegiatan industri ini dapat menghasilkan limbah kayu seperti: limbah akar pohon, ranting
kayu (cabang), hasil potongan penggergajian, serbuk gergaji, dan kulit kayu. Sisa-sisa
kayu oleh masyarakat setempat biasanya dibiarkan dimakan rayap, sering digunakan
untuk bahan kayu bakar, bahan bakar industri batu bata, dan keramik. Padahal apabila
dilakukan pemanfaatan limbah kayu ini atau material kerajinan seni maka dapat
memperoleh nilai tambah dan nilai ekonomis. Dengan memanfaatkan disiplin ilmu
desain, maka bahan kayu limbah tadi dapat dibuat menjadi alternatif desain aneka
produk. Misalnya: produk dalam bentuk souvenir, pewadahan, dan bentuk karya seni
lainnya seperti patung, mainan anak-anak, alat olah raga, alat terapi kesehatan dan
sebagainya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimentatif dengan
membuat berbagai alternatif aneka produk dengan menggunakan bahan limbah kayu
dengan
pertimbangan pada aspek-aspek dalam desain, misalnya bentuk, ukuran, fungsi, tekstur,
finishing, dll. Pendekatan penelitian dilakukan dengan pendekatan lingkungan dan
sejarah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sejarah sosial masyarakat
terhadap kegiatan industri mebel dan ukir di Jepara. Analisis data digunakan format
analisis kusioner dari beberapa pertanyaan baik wawancara, observasi, rekaman visual,
maupun penyebaran angket. Analisa data yang lain digunakan adalah teknik
perencanaan strategi SWOT dengan pertimbangan kekuatan (strenght), kelemahan
(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Apabila terdapat data yang
masih kurang dicarikan tambahan data untuk melengkapi baik dalam bentuk naratif,
tabel gambar, serta rekaman visual, selanjutnya diinterprestasikan dalam penarikan
kesimpulan.
Pada hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa limbah kayu yang selama ini
dibiarkan oleh masyarakat di Jepara dapat mempunyai nilai ekonomis apabila dibuat
dalam
alternatif desain aneka produk, misalnya: pewadahan, dudukan lampu, mainan anak-
anak, alat olah raga, alat terapi kesehatan, dll. Pemberdayaan masyarakat melaui
pendidikan dan pelatihan adalah merupakan strategi yang tepat dalam memanfaatkan
limbah kayu ini menjadi aneka produk sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan turut mengurangi pengangguran.
Sebagaimana diketahui, limbah kayu adalah bahan organik yang terbentuk dari
senyawa-senyawa karbon seperti hollo sellulose (sellulose dan hemi sellulose), lignin
dan sedikit senyawa karbohidrat, sehingga sangat berpotensi dijadikan sumber energi.
pada sesi ini pengolahan limbah padat lebih difokuskan pada proses pemanfaatannya
baik secara langsung maupun setelah melalui proses daur ulang.
1. pemanfaatan sebagai kayu bakar
Secara tradisional sejak dahulu, limbah kayu sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar
di rumah-rumah tangga untuk keperluan memasak. limbah kayu berupa serpihan dapat
langsung dijadikan kayu bakar, sedangkan limbah kayu berupa serbuk biasanya
dijadikan bahan bakar setelah dipadatkan menjadi “angklo”. Caranya, serbuk kayu
setelah dikeringkan dimasukkan kedalam cetakan berupa tunggu, kemudian dipadatkan
dan langsung dapat dibakar.
2. pemanfaatan sebagai bahan baku pupuk organik
Limbah industri kayu, terutama yang berbentuk serbuk dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk kompos, setelah dicampur dengan limbah – limbah lain
seperti sampah organik, daun – daunan, sisa – sisa makanan dan lumpur organik pada
unit pengolahan limbah. Umumnya bahan – bahan pencampur di atas mempunyai kadar
air cukup tinggi, sehingga serbuk kayu dismping berfungsi sebagai sumber karbon juga
sebagai media penyerap air. Bagan pembuatan kompos dari bahan baku campuran
limbah – limbah organik termasuk limbah industri perkayuan adalah seperti gambar di
bawah ini.
Tahap – tahap Produksi Kompos Dari Limbah Organik
Bahan baku –> fermentasi tahap I –> fermentasi tahap II –> sizing & packaging — >
kompos
Pertama, campuran bahan baku ditumpuk dalam ruangan yang diberi atap agar tidak
terkena hujan. Kemudian membiarkan selama sekitar 3 minggu sampai terjadi proses
penguraian senyawa – senyawa komplek berantai panjang menjadi senyawa sederhana
oleh mikroba yang ada didalam limbah tersebut. Selama proses fermentasi suhu akan
naik sampai mencapai 70oC.
Secara periodik,bahan- bahan kompos tersebut diaduk guna membebaskan panas yang
tersimpan, disamping itu fungsi lainnya adalah untuk homogenisasi campuran. Proses
ini disebut fermentasi tahap I. Selanjutnya kompos setengah jadi hasil tahap I
dipindahkan keruangan lain untuk proses lanjutan pada fermentasi tahap II. Disini akan
terjadi reaksi penyempurnaan, bahan – bahan yang belum sempat terurai pada tahap I
akan didegradasi lagi.
Proses tahap II berlangsung selama 2-3 minggu, dan suhunya berkisar antara 40 –
45 oC. Setelah proses komposting selesai, kompos hasil fermentasi tahap II yang
banyak mengandung mikroba aktif, sebagai dicampur dengan bahan baku segar.
Dengan demikian proses komposasi selanjutnya akan berlangsung lebih cepat lagi.
Pada tahap pengayakan ( sizing ) dan pengemasan ( packaging ), pupuk kompos
dibersihkan dari kotoran – kotoran yang mungkin masih terikut, kemudian dihaluskan
sampai ukuran yang diinginkan. Produk yang sudah bersih dan halus ditimbang,
selanjutnya dimasukkan ke dalam karung dan siap untuk dipasarkan.
3.Pemanfaatan sebagai bahan baku produksi etanol
Sebagaimana telah diuraikan di atas, limbah pada industri perkayuan merupakan bahan
organik yang komponen utamanya adalah senyawa sellulose yang sangat berpotensi
dijadikan bahan baku pada industri etanol (alkohol) substitusi bahan bakar.
Pertama, senyawa sellulose dikoversi menjadi sakarida atau gula melalui proses
sakarifikasi dengan asam pekat. Padatan yang tidak terdekomposisi yaitu senyawa
lignin, dipisahkan dari larutan sakarida pada unit filtrasi, selanjutnya lignin dijadikan
bahan bakar padat. Asam yang terikut bersama larutan sakarida diambil pada unit
rekoveri asam, kemudian dikembalikan ke tangki sakarifikasi untuk digunakan lagi.
Larutan sakarida hasil proses sakarifikasi dimana komponen utamanya adalah glukosa,
selanjutnya difermentasi menjadi etanol pada bioreaktor.
Air limbah ini kemudian digunakan lagi pada proses produksi setelah diolah melalui
beberapa tahapan proses penetralan asam, penguraian polutan-polutan karbon organik
dan senyawa-senyawa ammonia.
BAB IV
KESIMPULAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa Limbah pada industri mebel ada
bermacam-macam, yaitu :
1. Potongan kayu dan serbuk gergaji
2. Limbah bahan finishing
3. Limbah kimia sekunder
Dan untuk mengurangi bahaya yang diakibatkan oleh limbah maka dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu :
1. Pemanfaatan sebagai kayu bakar
2. Pemanfaatan sebagai bahan baku pupuk organik
3. Pemanfaatan sebagai bahan baku produksi etanol
1. SARAN
Perbandingan antara Limbah yang diolah dengan limbah yang tidak diolah/dibiarkan
saja, jumlahnya sangan jauh sekali. Sehingga sebisa mungkin kita haarus menjaga
lingkungan dengan memperkecil penggunaan limbah dengan cara
4R(Reuse,Recycle,Reduce dan Replace)
Sumber:
http://modifer22.blogspot.com/2011/12/blog-post.html
https://alimudinharahap.wordpress.com/2014/12/28/proposal-pengolahan-limbah-mebel/
pengolahan limbah serbuk kayu dengan menerapkan sistem waste to product
Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi. Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat.
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu bulat diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit sebesar 45 juta m3 (Priyono,2001). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam menjadi lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek pemanenan yang tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti oleh perambahan hutan. Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain melalui konsep the whole tree utilization, disamping meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu.
Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat.
Pengolahan waste to product merupakan pengolahan limbah menjadi bahan baku atau produk baru yang bernilai ekonomis. Dalam pengelolaannya, waste to product harus menerapkan prinsip-prinsip:
1. Reduce;
Reduce artinya mengurangi. Dalam hal ini, diharapkan kita dapat mengurangi penggunaan material kayu yang dapat menambah jumlah limbah serbuk kayu, serta dapat mengurangi dan mencegah kerusakan hutan akibat penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.
2. Reuse;
Reuse artinya pemakaian kembali. Dalam pengolahan limbah serbuk gergaji ini, maksudnya adalah menggunakan kembali serbuk gergaji menjadi bahan baku untuk membuat briket arang yang bernilai ekonomis.
3. Recycle;
Recycle artinya mendaur ulang. Dalam pengolahan limbah serbuk gergaji ini, maksudnya adalah mendaur ulang serbuk gergaji menjadi produk baru, yaitu briket arang.
4. Dapat mengurangi biaya;
Seperti telah diketahui, saat ini sedang terjadi krisis energi bahan bakar. Saat ini minyak tanah telah langka, dan harga gas LPG melonjak. Banyak rakyat kecil yang merasa terbebani
dengan adanya kenaikan harga gas LPG tersebut. Dengan adanya briket arang, diharapkan hal tersebut dapat teratasi dan mampu menolong rakyat kecil. Pengolahan limbah serbuk kayu menjadi briket arang sangat mudah dan biaya produksinya pun sedikit, karena bahan bakunya berasal dari limbah yang dengan mudah dapat kita peroleh dimana-mana. Selain itu pengolahan limbah ini juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanjutnya briket arang dijual. Bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk kayu gergajian.
5. Mampu menghemat energi;
Pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi briket arang terbukti mampu menghemat penggunaan energi. Pada tahun 1990 berdiri pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa Barat dan Jawa Timur yang menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku utamanya.
Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor kurang dari 7000 kal/g yaitu sebesar 6341 kal/g dan kadar karbon terikatnya sebesar 74,35 %. Namun demikian studi yang dilaksanakan di Jawa Barat menunjukkan bahwa pabrik briket arang dengan kapasitas sebanyak 260 kg briket arang/hari dapat menguntungkan. Di pasar swalayan sekarang dapat dibeli briket arang dari kayu dengan dengan harga jual Rp 12.000/2,5 kg.
Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif baik sebagai pengganti minyak tanah maupun kayu bakar maka akan dapat terselamatkan CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia, sedangkan untuk dunia karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000 diperkirakan sebanyak 1,70 x 109 m3 (Moreira (1997) maka jumlah CO2 yang dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton CO2/th.
6. Eco-efisiensi;
Eco-efisiensi disini maksudnya pengolahan limbah serbuk gergaji diharapkan dapat berimbas positif terhadap lingkungan. Dengan penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.
Sebagai informasi tambahan, berikut merupakan cara pembuatan briket arang dari limbah serbuk gergaji.
1. Peralatan
▪ Ayakan ukuran lolos 50 mesh dan 70 mesh
▪ Cetakan briket
▪ Oven.
2. Bahan
▪ Serbuk gergaji
▪ Tempurang kelapa
▪ Lem kanji
3. Tahapan pembuatan
a. Pengarangan
Serbuk gergaji dan tempurung kelapa dibuat arang dengan pengarangan manual (dibakar).
b. Pengayakan
Pengayakan maksud untuk menghasilkan arang serbuk gergajian dan tempurung kelapa yang lembut dan halus. Arang serbuk gergaji diayak dengan saringan ukuran kelolosan 50 mesh dan arang tempurung kelapa dengan ukuran 70 mesh.
c. Pencampuran media
Arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa yang telah disaring selanjutnya dicampur dengan perbandingan arang serbuk gergaji 90 % dan arang tempurung kelapa 10 %. Pada saat pencampuran ditambah dengan lem kanji sebanyak 2,5 % dari seluruh campuran arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa.
d. Pencetakan Briket Arang
Setelah bahan-bahan tersebut dicampur secara merata, selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan briket dan dikempa
http://onlinebuku.com/2009/04/07/pengolahan-limbah-serbuk-kayu-dengan-menerapkan-sistem-waste-to-product/