landasan teori

11
Perumusan Masalah Shelter merupakan salah satu fasilitas krusial dalam operasional Bus Rapid Transit (BRT). Peletakan shelter tentunya bermacam-macam letak terhadap asosiasinya, letak shelter ini tentunya mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menggunakan BRT Trans-Jogja. Pengaruhnya adalah pada jangkauan calon pengguna terhadap keberadaan lokasi shelter. Sampai saat ini, banyak shelter yang tidak berfungsi secara optimal, hal ini disebabkan karena shelter yang kurang baik peletakannya. Masyarakat harus berjalan jauh atau harus menggunakan moda transportasi lain untuk menjangkau shelter BRT Trans Jogja. Adanya gambaran dari fenomena tersebut, maka diperlukan adanya deskripsi mengenai pola persebaran calon pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jogja yang nantinya dapat mengacu kepada berapa besar daya layan jangkauan shelter yang ada pada jalur pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) dapat menjangkau dan melayani pengguna. Oleh karena itu, pertanyaan pokok penelitian yang akan dilakukan yakni terbagi menjadi 3 pertanyaan, yakni sebagai berikut : 1. Dimana lokasi shelter Bus Rapid Transit (BRT) Trans-Jogja yang ada di Kota Yogyakarta. 2. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Trans-Jogja sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan BRT. 3. Bagaimana jangkauan pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Transjogja terhadap keberadaan shelter di Kota Yogyakarta.

description

landasan teori BRT

Transcript of landasan teori

Perumusan MasalahShelter merupakan salah satu fasilitas krusial dalam operasional Bus Rapid Transit (BRT). Peletakan shelter tentunya bermacam-macam letak terhadap asosiasinya, letak shelter ini tentunya mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menggunakan BRT Trans-Jogja. Pengaruhnya adalah pada jangkauan calon pengguna terhadap keberadaan lokasi shelter. Sampai saat ini, banyak shelter yang tidak berfungsi secara optimal, hal ini disebabkan karena shelter yang kurang baik peletakannya. Masyarakat harus berjalan jauh atau harus menggunakan moda transportasi lain untuk menjangkau shelter BRT Trans Jogja.Adanya gambaran dari fenomena tersebut, maka diperlukan adanya deskripsi mengenai pola persebaran calon pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jogja yang nantinya dapat mengacu kepada berapa besar daya layan jangkauan shelter yang ada pada jalur pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) dapat menjangkau dan melayani pengguna. Oleh karena itu, pertanyaan pokok penelitian yang akan dilakukan yakni terbagi menjadi 3 pertanyaan, yakni sebagai berikut :1. Dimana lokasi shelter Bus Rapid Transit (BRT) Trans-Jogja yang ada di Kota Yogyakarta. 2. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Trans-Jogja sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas penggunaan BRT. 3. Bagaimana jangkauan pengguna Bus Rapid Transit (BRT) Transjogja terhadap keberadaan shelter di Kota Yogyakarta.

Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori1. Pendekatan Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan geosfer dengan sudut pendang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Secara mendasar, ruang lingkup ilmu geografi meliputi segala fenomena yang terjadi di permukaan bumi dengan berbagai variasi dan organsiasi keruangannya. Objek kajian geografi pada dasarnya terbagi dua, yaitu objek material berupa fenomena geosfer yang terdiri dari beberapa lapisan, yaitu litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosferm dan antroposfer. Sedangkan objek formalnya berkaitan dengan cara pandang terhadap suatu gejala keruangan di muka bumi.Pendekatan yang ada dalam kajian geografi jika menangani suatu masalah menggunakan beberapa pendekatan, pada penelitian kali ini pendekatan geografi yang digunakan yakni pendekatan kompleks wilayah.Kombinasi antara analisa keruangan dengan analisa kelingkungan disebut sebagai analisa kewilayahan atau analisa komplek wilayah. Pada analisa ini wilayah tetentu didekati atau dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya berbeda antar wilayah satu dengan wilayah lain. Pada analisa ini diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena keruangan dengan interaksi antara variabel manusia dan lingkungan untuk kemudian dipelajari kaitannya sebagai analisa lingkungan dalam hubungannya dengan analisa komplek wilayah. perancangan wilayah merupakan aspek-aspek penting dalam analisa tersebut. Perkembangan konsep regional dalam geografi banyak digunakan dalam menganalisa berbagai fenomena geosfer yang memiliki variasi keruangan yang secara kausal berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya meliputi lingkungan biotik, abiotik maupun kultural sehingga membentuk jaringan kewilayahan pendekatan wilayah.Perbedaan sumberdaya yang ada di suatu daerah dengan daerah lain mendorong masyarakat untuk melakukan mobilitas sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam proses mobilitas inilah transportasi memiliki peranan yang penting untuk memudahkan dan memperlancar proses mobilitas tersebut. Proses 9 mobilitas ini tidak hanya sebatas oleh manusia saja, tetapi juga barang dan jasa. Dengan demikian nantinya interaksi antar daerah akan lebih mudah dan dapat mengurangi tingkat kesenjangan antar daerah.Ullman (1957, dalam Pandini, 2011) mengungkapkan ada tiga syarat untuk terjadinya interaksi keruangan, yaitu : 1. Complementarity atau ketergantungan karena adanya perbedaan demand dan supply antar daerah 2. Intervening opportunity atau tingkat peluang atau daya tarik untuk dipilih menjadi daerah tujuan perjalanan 3. Transferability atau tingkat peluang untk diangkut atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain yang dipengaruhi oleh jarak yang dicerminkan dengan ukuran waktu dan atau biaya.2. Geografi TransportasiTransportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam fungsi kehidupan masyarakat. Transportasi inilah yang akan menghubungkan bagianbagian penting yang berkaitan dengan gaya hidup, jangkauan, dan lokasi dari kegiatan yang produktif serta distribusi barang-barang dan pelayanaan yang tersedia untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat.Geografi Transportasi merupakan bagian ilmu atau cabang dari Ilmu Geografi yang terfokus kepada aspek-aspek fisik maupun sosial ekonomi yang berkaitan dengan sistem transportasi tertentu. Transportasi sendiri berarti kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Definisi transportasi dipertegas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992, yakni pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Adapun kendaraan yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor. Definisi lain yang lebih menjelaskan bahwa transportasi adalah sarana manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari suatu tempat ke tempat lain, dengan 10 ataupun tanpa mempergunakan alat bantu. Alat tersebut dapat berupa tenaga manusia, binatang, ataupun benda lain baik dengan mempergunakan mesin ataupun tidak bermesin. Interelasi penelitian geografi transportasi difokuskan kepada:1. Jaringan, lokasi, struktur, dan evolusinya. 2. Arus pada jaringan. 3. Signifikansi dan pengaruh dari jaringan, serta arus pada ruang ekonomi yang mengembangkan seperangkat prinsip saling ketergantungan antara jaringan dan ekonomi, sebagai perubahan-perubahan aksesibilitas.Fasilitas transportasi pada akhirnya sangat mempengaruhi interaksi antar wilayah. Keadaan transportasi yang ada di suatu wilayah nantinya akan menjadi tolak ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan wilayah tersebut. Kondisi geografis yang beragam memerlukan pemikiran mendalam tentang terpilihnya sebuah alat transportasi yang paling efektif dan optimal untuk digunakan secara terpadu. Transportasi digunakan untuk dapat menghubungkan antara tata guna lahan yang mungkin berbeda sehingga tercipta interaksi dan interelasi antar tata guna lahan tersebut.Transportasi yang baik, akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar. Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani. Transportasi berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen dan meniadakan jarak di antara keduanya. Jarak tersebut dapat dinyatakan sebagai jarak waktu maupun jarak geografis. Jarak waktu timbul karena barang yang dihasilkan hari ini mungkin belum dipergunakan sampai besok. Jarak atau kesenjangan ini dijembatani melalui proses penggudangan dengan teknik tertentu untuk mencegah kerusakan barang yang bersangkutan.3. Peranan Transportasi dalam Mobilitas PendudukMobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu kala, kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan lain untuk mencari dan mencukupi kebutuhan, mencari tempat tinggal yang lebih baik, mengungsi dari serbuan orang lain dan sebagainya. Dalam melakukan mobilitas tersebut sering membawa barang, namun kadang kala juga tidak membawa barang apapun.Perpindahan penduduk dan barang-barang sudah seusia dengan sejarah manusia itu sendiri. Manusia zaman dahulu melakukan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dalam hal kebutuhannya mencukupi kebutuhan akan makanan dan minuman. Perpindahan yang terbatas dan primitif itu merupakan suatu awal dari cara hidup yang terjadi di zaman sekarang dimana terjadi perpindahan baik dalam hal berlayar maupun berpergian. Pada sebagian besar negara maju, sejumlah besar penduduk yang berkerja berpergian setiap hari dengan kendaraan mekanis ke dan dari tempat bekerja, di samping perjalanan untuk berbelanja maupun kegiatan sosial lainnya. Barang-barang dikirim melalui darat, laut, maupun udara untuk dikirimkan ke suatu tempat demi memenuhi kebutuhan akan barang tersebut yang merupakan suatu bagian dari standar kehidupan yang diharapkan.Pada saat yang bersamaan transportasi banyak menghabiskan sumberdaya. Waktu yang dipergunakan banyak manusia untuk membangun, memelihara, dan mengoprasikan sistem transportasi, minyak, dan material tanah. Pengeluaran sumberdaya tersebut akan sia-sia apabila tidak ada manfaat nyata yang didapatkan dari pemakaian transportasi yang luas. Tujuan yang ingin dicapai tentunya berupa peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh. Keuntungan dan kerugian yang ada akan saling bermunculan bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan akan transportasi. Dapat dipahami sepenuhnya dengan mengetahui peranan yang ada dalam sistem transportasi dalam kegiatan manusia. Hal ini dapat dengan mudah dilakukan dengan tetap memperhatikan berbagai aspek peranannya secara ekonomi, sosial, politik, dan lingkungan.4. Sistem Transportasi Massal

Transportasi massal merupakan salah satu solusi kemacetan di beberapa kota besar baik di Indonesia maupun negara lain. Transportasi massal ini identik dengan angkutan umum yang merupakan inti dari pergerakan ekonomi di perkotaan. Banyak moda transportasi muncul sebagai anggapan solusi permasalahan transportasi di perkotaan dengan berbagai karakteristik dan tingkat pelayanan yang diberikan mewarnai perkembangan sistem angkutan umum kota yang berorientasi kepada kenyamanan dan keamanan sehingga dapat bersaing dengan angkutan pribadi. Dari berbagai macam moda transportasi berupa angkutan umum bus, baik berskala besar, menengah, maupun kecil tetap menjadi angkutan yang dekat dengan masyarakat.

Faktor keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu sering terabaikan dalam proses perjalanan operasional angkutan bus yang akhirnya berdampak kepada penurunan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi tersebut. Hal inilah yang sebenarnya akan sedikit menghalangi perkembangan sistem angkutan kota massal yang berbasiskan Bus rapid Transit (BRT).

Konsep Bus rapid Transit (BRT) terus mengalami perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu sebagai salah satu solusi permasalahan transportasi terutama tentang kemacetan yang paling efektif dalam permasalahan sistem angkutan massal bagi wilayah perkotaan. Dalam sejarahnya, BRT lahir di wilayah Amerika latin yang saat itu tidak memiliki dana dalam mengembangkan infrastruktur yang berbasis kendaraan (carbased infrastructure), sehingga perencanaan kota tersebut tertantang untuk membuat paradigma baru dalam transportasi kotanya. Secara umum, BRT memiliki kualitas yang baik dalam melayani penumpang dengan berorientasi pada kecepatan, kenyamanan, dan efektifitas biaya perjalanan penduduk. Dalam perjalanannya, BRT memiliki nama-nama lain pada berbagai tempat seperti High-Capacity Bus System, HighQuality Bus System, Metro-Bus, Express Bus System, dan Busway System (Duarte, 2012).

Karakteristik suatu sistem transportasi tergantung dengan lokasi dibangunnya sistem transoirtasi yang terkait dengan aspek kondisi geografis, lingkungan, sosial, maupun ekonomi.

5.Bus Rapid Transit (BRT)

Menurut World Bank (2011, dalam Duarte, 2012), Bus Rapid Transit (BRT) adalah alat transportasi ma ssal yang dapat dijangkau siapapun, dengan adanya moda transportasi ini dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi kecelakaan, memiliki akses yang mudah dijangkau, sebagai transportasi publik yang dapat dipercaya dalam berbagai hal, serta memperhatikan kelestarian lingkungan terkait polusi.

Negara yang pertama kali mengoperasikan Bus Rapid Transit (BRT) adalah Kota Curitiba yang berada di Brazil pada tahun 1974. Konsep bus ini adalah bus cepat yang dapat mengantarkan sekelompok yang dengan kapasitas yang besar dengan kenyamanan serta keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengutamakan ketepatan waktu. Kemudian telah menyebar di negara-negara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan pada tahun 1970-an. Di Asia sendiri sebelum tahun 2000 pengembangan sistem Bus Rapid Trans sangat terbatas. Sistem BRT di Nagoya-Jepang dan di Taipe-China adalah sistem BRT yang relatif lengkap di negara-negara di kawasan Asia. Sistem Bus Rapid Transit (BRT) telah Indonesia diimplementasikan di Kota Jakarta yang lebih dikenal dengan Trans-Jakarta pada tahun 2004. Tujuan awal dibentuk Bus Rapid Transit (BRT) ini adalah sebagai salah satu pilihan dan langkah yang baik untuk dapat mengurangi kemacetan di Kota Jakarta itu sendiri (Wright, 2005 dalam Firmanda, 2013).

6. Lokasi Shelter Bus

Posisi shelter dalam operasional bus sangat penting, penempatan posisi shelter sebisa mungkin dapat dijangkau oleh rata-rata daya jangkau perjalanan para penggunanya, daya atau kemampuan penumpang menjangkau shelter sangat penting untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan shelter, karena ketidakmampuan menjangkau shelter akan berdampak pada tidak maksimalnya fungsi shelter dalam operasional bus (Hasrul, 2011). Giannopoulos (1989) dalam Hasrul (2011) mengatakan bahwa beberapa kriteria umum dalam menentukan posisi shelter, hal utama dalam menentukan lokasi shelter adalah bagaimana melihat kaitan antara tipe dan kepadatan penggunaan lahan di sekitar daerah operasional bus, yang dari pengamatan tersebut akan dapat diidentifikasi daerah mana yang memiliki konsentrasi lebih tinggi terhadap permintaan bus. Beberapa pedoman dalam menentukan lokasi shelter menurut Giannopoulos (1989) dalam Hasrul (2011) adalah sebagai berikut:a) Pemilihan pertama dalam menentukan lokasi shelter adalah dengan mengutamakan konsentrasi dari pergerakan penumpang (pusat perbelanjaan, rumah sakit, sekolah, juga di sekitar pertemuan antara beberapa jalur transportasi publik lainnya).b) Memeriksa lokasi yang diusahakan menjadi daerah lokasi shelter yakni dengan melakukan beberapa hal, seperti: Mengidentifikasi area sepanjang rute bus, daerah mana yang terlihat potensial sebagai pusat konsentrasi penumpang. Mengidentifikasi lokasi potensial shelter bus sepanjang rute, dengan menerapkan beberapa keriteria seperti daya jangkau, jarak maksimal pejalan kaki, dan kriteria lainnya. Menentukan tipe dan shelter sesui dengan karakteristik geometrik lokasi. Memilih jenis bahan dan perabotan dalam shelter seperti tampilan informasi, peta, dan lainnya.c) Menghubungkan jarak maksimal berjalan kaki, adapun saran atau jarak ratarata yang disarankan adalah sebagai berikut: 150 250 meter dari pusat kota atau dari daerah yang berpopulasi tinggi 200 350 meter dari wilayah dengan populasi sedang dengan area kepadatan 2000 orang/km 250 500 meter di daerah pinggiran dan area kepadatan rendah.

7. Konsepsi Pelayanan Transportasi

Transportasi adalah faktor kekuatan pembentuk pertumbuhan. Penyelenggaraan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien diperlukan peranan pemerintah yang proaktif, sebagai regulator dan fasilitator serta sebagai operator. Transportasi dan pembangunan merupakan proses interaksi dua arah. Penyelenggaraan pelayanan transportasi diarahkan untuk meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, menggerakkan dinamika pembangunan, dan mendukung pengembanganwilayah (Adisasmita, 2011).

Mobilitas manusia sudah dimulai sejak jaman dahulu kala, kegiatan tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain untuk mencari makan, mencari tempat tinggal yang lebih baik, mengungsi dari serbuan orang lain dan sebagainya. Oleh karenanya diperluhkan alat sebagai sarana transportasi.Beberapa konsep dan cara yang dapat ditempuh dalam meningkatkan pelayanan angkutan umum (Warpani, 1990), yakni : Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada; Menawarkan pilihan moda, dengan sendirinya menyangkut alternatif lintasan; Mengatur pembagian waktu pelayanan; Mengurangi permintaan, misalnya dengan biaya tinggi; Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak permintaan, termasuk mendorong permintaan ke jenis pelayanan tertentu dengan menurunkan biayanya, dan upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan meningkatkan biaya.

8. Ulasan Penelitian Sebelumnya.

a) Intan Pandini (2011) Penelitian Pandini (2011) berjudul Daya Layan Halte Batik Solo Trans di Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo. Penelitian Pandini (2011) menggunakan Willingness to Walk sejauh 300 meter sebagai batasan yang mengasumsikan bahwa 300 meter adalah jarak maksimum yang dapat dijangkau calon pengguna dengan berjalan kaki untuk dapat menjangkau keberadaan halte. Tujuan utama penelitian Pandini (2011) adalah mengetahui lokasi eksisting halte serta mendeskripsikan area cakupan halte. Metode yang digunakan adalah teknik survei lapangan dan menggunakan analisis deskriptif dan analisa peta.

b.) Dhanisa Rifky Firmanda (2013) Firmanda melakukan penelitiannya pada tahun 2013 dengan judul Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi Lokasi Shelter Bus Trans-Semarang. Penelitian ini menggunakan Citra QuickBird Kota Semarang dengan mendeliniasi bangkitan dan tarikan yang akan mempengaruhi keefektivitasan keberadaan shelter Trans-Semarang. Analisis menggunakan Sistem Informasi Geografis juga digunakan pada penelitian Firmanda (2013) dengan harapan dapat mengetahu persebaran serta mengevaluasi lokasi shelter Trans Semarang berdasarkan potensi bangkitan dan tarikan penumpang.

Daftar PustakaAtmaja, Eka, 2011. Pengaruh Sikap Dan Promosi Terhadap Peningkatan Jumlah Penumpang Bus Rapid Transit (Brt) Trans Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Buana, Cahya. 2007. Analisa Bangkitan Perjalanan Kawasan Pendidikan Studi Kasus Sekolah Petra dan ST. Carolus di Jalan Jemur Andayani Surabaya. Simposium X FSTPT Universitas Tarumanegara. Jakarta.

Miro, Fidel. 2002. Perencanaan Transportasi. Erlangga. Jakarta.

Nurvia P, Indri. 2007. Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Tingkat Pelayanan Bus Way. Tesis Magister. Universitas Diponegoro. Semarang.

Rahmawati, Mardiana 2009. Penentuan Jumlah Dan Lokasi halte rute i bus rapid Transit(Brt) Di Surakarta Dengan Model Set Covering Problem. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Siswoyo, M.P. 2008. Kebijakan dan Tantangan Angkutan Umum. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Negeri Semarang.

Utoyo, Bambang dan Novita Tresiana. 2004. Buku Ajar Manajemen Pelayanan Publik. Prodi Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila. Bandar Lampung. Zulhida, A.D. 2012. Makalah Transportasi di Indonesia. http://auliadwizulhida.blogspot.com/2012/06/makalah-transportasi-massal.html diakses tanggal 6 April 2012 pukul 22:30