Landasan Filosofis Pendidikan

19
LANDASAN KEPENDIDIKAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN Di Susun Oleh : 1.Yuli Wahyuningsih 2.Lyga Fakhin Perdana Putra 3. Fany Rosita Dewi UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

description

Materi Mata Kuliah Landasan Kependidikan - Landasan Filosofis Pendidikan

Transcript of Landasan Filosofis Pendidikan

Page 1: Landasan Filosofis Pendidikan

LANDASAN KEPENDIDIKANLANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

Di Susun Oleh :

1. Yuli Wahyuningsih

2. Lyga Fakhin Perdana Putra

3. Fany Rosita Dewi

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2014/2015

Page 2: Landasan Filosofis Pendidikan

BAB 1

PENDAHULUAN

Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik,

adapun

alasannya antara lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif,

maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif

pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain

dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat

preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang

seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam

pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya

melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja,

melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan

secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.

Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme,

Realisme,

pragmatisme, materialisme, eksistensialime, dsb. Namun demikian,

bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional

tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila.

Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita

pelajari, namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan

hendaknya tetap berlandaskan Pancasila. Pemahaman atas berbagai

aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda untuk tidak

terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Di samping itu, sepanjang tidak

bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil

hikmah dari berbagai aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka

memperkokoh landasan filosofis pendidikan kita. Dengan memahami

landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep

tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan

dalam praktek pendidikan.

Page 3: Landasan Filosofis Pendidikan

BAB II

ISI

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN INDONESIA

A.    Filsafat

1.      Definisi Filsafat

Definisi Filsafat secara Etimologis. Istilah filsafat (Inggris:

philosophy; Arab:

falsafah) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu philein

atau philos yang

berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti

kebijaksanaan Dengan

demikian, secara etimologis philosophia (filsafat) berarti cinta akan

kebijaksanaan atau

kebenaran .

Filsafat berarti pula pendirian hidup atau pandangan hidup. Secara

ilmiah definisi filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh

dari menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang

menyeluruh secara sistematis tentang alam semesta serta tempat

dilahirkannya manusia.

Definisi Filsafat secara Operasional. Ada diantara para ahli

yang

mendefinisikan filsafat dari segi proses berpikirnya, dan ada pula yang

mendefinisikan

Page 4: Landasan Filosofis Pendidikan

filsafat dari segi hasil berpikir (hasil berpikir para filsuf). Namun demikian,

dalam

rangka membangun pengertian filsafat, antara keduanya itu (filsafat

sebagai proses dan

filsafat sebagai hasil) sesungguhnya tak dapat dipisahkan.

Sebagai suatu proses berpikir, filsafat dapat didefinisikan sebagai suatu

proses

berpikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif untuk menghasilkan

sistem pikiran

atau sistem teori tentang hakikat segala sesuatu secara komprehensif.

Definisi Filsafat Secara Leksikal. Ditinjau secara leksikal,

sebagaimana

dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa filsafat berarti

sikap hidup atau

pandangan hidup (Balai Pustaka, 2005).

Karakteristik Filsafat. Dapat didentifikasi enam hal berkenaan

dengan

karakteristik filsafat, yaitu objek yang dipelajari filsafat (objek studi),

proses berfilsafat

(proses studi), tujuan berfilsafat, hasil berfilsafat (hasil studi), penyajian

dan sifat

kebenarannya.

Objek studi filsafat adalah segala sesuatu , meliputi segala sesuatu yang

telah

tergelar dengan sendirinya (ciptaan Tuhan) maupun segala sesuatu

sebagai hasil kreasi

manusia. Namun demikian dari segala sesuatu tersebut hanya yang

bersifat mendasarlah

yang dipelajari atau dipertanyakan dan dipikirkan oleh para filsuf. Pendek

kata objek

studi filsafat bersifat komprehensif mendasar.

Page 5: Landasan Filosofis Pendidikan

Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, filsafat

merupakan sumber ide paling dalam bagi segala macam ilmu

pengetahuan, sehingga filsafat disebut juga induk pengetahuan.

Berfilsafat adalah berpikir, tapi tidak semua berpikir dikatakan

berfilsafat, berpikir yang berfilsafat mengandung tiga cirri, yaitu :

Radikal          : berpkir sampai keakar akarnya.

Sistematis      : berpikir logis setahap demi setahap dengan

penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan

saling berhubungan secara teratur.

Universal       : berpikir menyeluruh.

Filsafat mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan, yaitu :

Metafisika   : Mempelajari hakekat realita, perkembangan kosmos,

alam semesta,

                           hakekat dunia, hakekat manusia termasuk hakekat

anak.

Epistemologi   : Mempelajari asal-usul, susunan, metode serta

keabsahan pengetahuan

Aksiologi        : Mempelajari masalah nilai

2.      Fungsi Filsafat

Acuan pokok fungsi filsafat antara lain :

a.       Untuk berfikir secara radikal, sistematis, dan menyeluruh tentang

segala sesuatu

b.      Membuahkan kejelasan dan pandangan yang menyeluruh tentang

masalah yang ditelaahnya.

3.      Kebutuhan Manusia Akan Filsafat

Filsafat sangat penting untuk membantu manusia mengatasi

masalah kehidupannya, manfaat filsafat bagi manusia antara lain :

a.       Manusia membutuhkan filsafat untuk mengambil keputusan dan

tindakan yang bijaksana.

b.      Keputusan yang diambil adalah keputusan sendiri tanpa paksaan /

tekanan orang lain.

Page 6: Landasan Filosofis Pendidikan

c.       Filsafat sebagai salah satu alat terbaik untuk memelihara dan

mengembangkan kebiasaan berpikir reflektif.

d.      Membantu manusia dalam menghadapi kesimpangsiuran dan

ketidakpastian dunia yang selalu berubah.

B.     LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

1. Definisi Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di

bidang pendidikan untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau

seperangkat asumsi yang bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak

dalam pendidikan.

2. Struktur Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem

gagasan tentang pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu

sistem gagasan filsafat umum (Metafisika, Epistemologi, Aksiologi) yang

dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Hal ini dapat dipahami

sebagaimana disajikan oleh Callahan and Clark (1983) dalam karyanya

“Foundations of Education”, dan sebagaimana disajikan Edward J. Power

(1982) dalam karyanya Philosophy of Education, Studies in Philosophies,

Schooling and Educational Policies. Berdasarkan kedua sumber di atas

dapat Anda pahami bahwa terdapat hubungan implikasi antara gagasan-

gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasangagasan

pendidikan.

3. Karakteristik Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan berisi tentang gagasan-gagasan atau

konsep-konsep yang bersifat normatif atau preskriptif. Landasan filosofis

pendidikan dikatakan bersifat normatif atau preskriptif, sebab landasan

filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa

adanya (faktual), melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan

yang seharusnya atau yang dicita-citakan (ideal), yang disarankan oleh

filsuf tertentu untuk dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan

dan/atau studi pendidikan.

4. Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan

Page 7: Landasan Filosofis Pendidikan

Melalui pengetahuan filsafat pendidikan para ahli teori pendidikan

dapat menyaring apa yang cocok baginya, para ilmuwan pendidikan dapat

mengadakan observasi, eksperimen dan demonstrasi pendidikan yang

dibutuhkan, sedangkan para pendidik dapat melaksanakan pilihan yang

cocok dalam mendidik.

5. Tujuan Filsafat Pendidikan

Tujuan Filsafat Pendidikan sebagaimana dikemukanan oleh Edward J.

Power dalam J.M. Daniel (1985) dapat dicirikan sebagai berikut :

a.      Inspirational, yaitu memberikan ilham pada ilmuwan dan pelaksana

pendidikan tentang model-model pendidikan tertentu.

b.      Analytical, mengacu pda tugas filsafat pendidikan untuk menemukan

dan menafsirkan makna dalam bahasa dan praktek pendidikan.

c.       Prescriptif, memberikan panduan yang jelas dan tepat bagi praktek

pendidikan dengan suatu komitmen tentang implementasinya.

d. investigasi, memeriksa atau meneliti suatu kebenaran kependidikan.

Study tentang filsafat pendidikan menurut Knight yaitu :

a.       Membantu para pendidik lebih memahami masalah-masalah mendasar

tentang pendidikan.

b.      Memungkinkan lebih mampu mengevaluasi berbagai saran yang

ditawarkan sebagai solusi untuk masalah-masalah tersebut.

c.       Membantu kejelasan berpikir tentang tujuan kehidupan dan tujuan

pendidikan.

d.      Membantu mengembangkan kedalaman sudut pandang yang konsisten

serta program yang berkaitan secara realistis dengan konteks dunia yang

lebih luas.

6. Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan

Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat

pendidikan juga terdapat berbagai aliran. Sehubungan dengan ini dikenal

adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan filosofis

pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan Pragmatisme, dsb.

a. Landasan filosofis pendidikan Idealisme

Idealisme berasal dari kata “ideal” dengan tambahan sufiks/akhiran “-

isme” yang berasal dari bahasa Yunani kuno - ισ μ ός (-ismos) yang memiliki

Page 8: Landasan Filosofis Pendidikan

fungsi membentuk kata benda abstrak terhadap suatu tindakan, keadaan,

pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri memiliki arti suatu

kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan.

Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya

keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal

yang bersifat kebendaan atau material.

Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan

itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan

yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Konsep filsafat menurut

aliran idealisme adalah: (1) Metafisika-idealisme; Secara absolut

kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan

secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah,

tetapi kenyataan rohaniah yang lebih dapat berperan; (2) Humanologi-

idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan

adanya kemampuan memilih; (3) Epistemologi-idealisme; Pengetahuan

yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui

berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang

yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia

hanya sampai pada tingkat berpendapat; (4) Aksiologi-idealisme;

Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang

diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika

Implikasi dalam pendididkan :

Tujuan pendidikan adalah pengembangan karakter, bakat insan dan

kebajikan sosial.

Isi pendidikan adalah pendidikan liberal, pendidikan karakter.

Metode pendidikan: dialogic/dialektik.

Peran pendidik: menjadi teladan bagi siswanya baik secara moral

maupun intelektual.

Peran peserta didik: bebas mengembangkan kepribadian dan

bakatnya.

b. landasan filosofis pendidikan Realisme

Page 9: Landasan Filosofis Pendidikan

Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu

adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat

menurut aliran realisme adalah:

(1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah  kenyataan

fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan

kenyataan yang terbentuk dari berbagai  kenyataan (pluralisme);

(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat

dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang

mempunyai kemampuan berpikir;

(3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak

tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan

dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui

penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan 

memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;

(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum

alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur

oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam

kehidupan.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus

universal, seragam.

Implikasi dalam pendidikan :

Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah

sebagai berikut:

Tujuan : mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu

melaksanakan tanggung jawab sosial.

Metode : Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak

langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning

(Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.

Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat

dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam

belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil

yang baik.

Page 10: Landasan Filosofis Pendidikan

Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam

teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

c. Landasan filosofis pendidikan Pragmatisme

Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang

menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak

percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang

memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal

mempergunakan segala sesuatu secara berguna.

Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti

perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran

atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang

menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang

benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar

dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat

secara praktis.

Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa

yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta

individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa

adanya dan perbedaan diterima begitu saja.

Implikasi dalam Pendidikan :

- Tujuan Pendidikan : Pendidikan harus mengajarkan seseorang

bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang

terjadi di dalam masyarakat.Pendidikan juga harus meliputi pemahaman

tentang pentingnya demokrasi. Menurut Pragmatisme,pendidikan

hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk

menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan

sosialnya (Edward and Clark, 1983).

- Metode Pendidikan : Penganut Eksperimentalisme atau Pragmatisme

mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (Problem

Solving Method) serta metode penyelidikan dan penemuan (Inquiry and

Discovery Method).

Page 11: Landasan Filosofis Pendidikan

- Peran guru dan siswa : Dalam Pragmatisme, belajar selalu

dipertibangkan untuk menjadi seorang individu. Dalam pembelajaran,

peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuannya pada siswa, sebab

ini merupakan usaha tak berbuah.

Untuk membantu siswa guru harus berperan:

a) Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.

b) Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.

c) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.

d) Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan

masalah.

e) Bersama-sama kelas mengevaluai apa yang telah dipelajari.

C.    Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia

1.      Pancasila Sebagai Konsep Filsafat

Pancasila sebagai konsep filsafat memiliki nilai-nilai luhur yang

menjiwai kehidupan bangsa Indonesia, karena didalamnya mengandung

muatan-muatan filosofis yang dapat dikaji dan diyakini kebenarannya.

a.       Pancasila dan metafisika

Bangsa Indonesia meyakini adanya Tuhan YME sebagai causa

prima. Keyakinan ini menjadi pondasi terhadap seluruh perilaku bangsa

Indonesia untuk kehidupan bernegara.

b.      Pancasila dan epistemologi

Salah satu pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 adalah

Negara hendaknya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pokok

pikiran ini mengandung makna bahwa Negara berupaya meningkatkan

keadilan, kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di segala

bidang. Semuanya harus didukung melalui pengembangan ilmu

pengetahuan

c.       Pancasila dan aksiologi

Ilmu dan teknologi merupakan pondasi suksesnya pembangunan.

Namun sukses tersebut memerlukan disiplin dari manusianya.

Nilai dasar pancasila adalah kemerdekaan seperti tercantum pada

alinea 3 pembukaan UUD 194. Nilai kemerdekaan sebagai modal dasar

Page 12: Landasan Filosofis Pendidikan

bangsa Indonesia untuk lebih maju dalam keadilan dan kemakmuran

rakyat.

2.      Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia

Pancasila sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia ditegaskan dalam TAP MPR RI No. 11/MPR/1988 bahwa dasar

pendidikan adalah Pancasila.juga ditegaskan dalam UUSPN No.2 Tahun

1989, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan yang diselenggarakan atas dasr falsafah hidup bangsa dikenal

sebagai pendidikan nasional.

3.      Implikasi Filsafat Pancasila bagi Pendidikan

Tujuan hidup bangsa Indonesia adalah hidup kemanusiaan yang

memiliki ciri-ciri nilai luhur pancasila. Ciri-ciri kemanusiaan yang terlihat

dari pancasila adalah ;

a.       Integral

Kemanusiaan yang diajarkan pancasila adalah kemanusiaan yang

mengakui manusia seutuhnya, hakekat ini merupakan hakekat manusia

sebagai subyek didik.

b.      Etis

Pancasila mengandung nilai-nilai moral yang menjadi pedoman

tindakan dalam setiap bidang kehidupan. Jadi, pendidikan harus selasar

dengan nilai-nilai pancasila.

c.       Religius

Pancasila mengakui Tuhan sebagai Maha Pencipta dan sumber

eksistensi.

Filsafat pancasila mengimplikasikan bahwa kegiatan pendidikan

harus menumbuh kembangkan nilai-nilai moral dari 5 sila pancasila pada

diri subjek didik melalui berbagai kegiatan.

Page 13: Landasan Filosofis Pendidikan

Glosarium

Aksiologi, cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat nilai.Deduktif, cara berpikir untuk memperoleh kesimpulan tentang sesuatu yang bersifatkhusus yang diturunkan dari sesuatu (pernyataan) yang bersifat umum yang telahditerima kebenarannya.Entity, adalah wujud.Epistemologi, cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat pengetahuan.Esensi (esensial), sesuatu yang bersifat inti atauhakikat fundamental, atau unsur-unsurmutlak yang menentukan keadaan sesuatu; wujud suatu realita yang membedakanrealita tersebut dari jenis yang lainnya.Induktif, cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dengan bertolak daripernyataan-pernyataan (bukti-bukti empiris) yang bersifat khusus (particular).Metafisika, cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas.Ontologi, adalah cabang filsafat (cabang Metafisika) yang mempelajari tentanghakikat ada-nya segala sesuatu.Realitas (Reality), Kenyataan sebagaimana adanya.Self-evidence, suatu asas bahwa kebenaran atau pengetahuan buktinya berada didalam kebenaran atau pengetahuan itu sendiri.Substansi, ada yang mandiri, pengemban sifat-sifat; bentuk ada yang untuk beradatidak memerlukan pengada lain.

Page 14: Landasan Filosofis Pendidikan

Subject Centered (kurikulum), suatu model pengorganisasian kurikulum yangberpusat pada bahan ajar. Adakalanya orang menggunakan istilah subject mattercentered, yaitu kurikulum yang diorganisasi dengan berpusat kepada mata pelajaran.Tabula rasa, meja berlapis lilin yang pada zaman dulu digunakan sebagai alat untukmenulis, zaman sekarang identik dengan kertas kosong yang belum ditulisi.

Daftar Pustaka

Amien, A. M., (2005), Pendidikan dari Persfektif Sains Baru: Belajar Merajut realitas,Lembaga Penerbitan Unhas.Callahan J. F., Clark, L.H., (1983), Foundation of education, Macmillan Publishing Co.Inc., New York.Henderson, S. van P., Introduction to Philosophy of Education, The University ofChicago Press, Chicago.Kneller, G., (Ed.), (1971), Foundations of Education, John Wiley and Sons, New York.Noor, M., (Ed.), (1987), Filsafat dan Teori Pendidikan: Jilid I Filsafat Pendidikan, SubKoordinator Mata kuliah filsafat dan Teori Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Page 15: Landasan Filosofis Pendidikan

IKIP Bandung.Oesman O,. Alfian, (Penyunting) (1992), Pancasila sebagai Ideologi dalam BerbagaiBidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP 7 Pusat.Power, Edward, J., (1982), Philosophy of education: Studies in Philosophies, Schooling,and Educational Policies, Prentice-Hall, Inc., Englewood Clifs, New Jersey.Syaripudin, T. dan Kurniasih, (2008), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, PercikanIlmu.Syam, M. N., (1984), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,Usaha Nasional, Surabaya.Suparno, P., (1997), Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta.Titus, H.H., Living Issues in Philosophy, American Book Company, New York.Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”.