Landasan Filosofis Pendidikan
-
Upload
umar-al-faruq -
Category
Education
-
view
11.116 -
download
5
description
Transcript of Landasan Filosofis Pendidikan
LANDASAN KEPENDIDIKANLANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
Di Susun Oleh :
1. Yuli Wahyuningsih
2. Lyga Fakhin Perdana Putra
3. Fany Rosita Dewi
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2014/2015
BAB 1
PENDAHULUAN
Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik,
adapun
alasannya antara lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif,
maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif
pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain
dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat
preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang
seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam
pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya
melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja,
melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan
secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.
Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme,
Realisme,
pragmatisme, materialisme, eksistensialime, dsb. Namun demikian,
bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional
tersendiri, yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila.
Sehubungan dengan hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita
pelajari, namun demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan
hendaknya tetap berlandaskan Pancasila. Pemahaman atas berbagai
aliran filsafat pendidikan akan dapat membantu Anda untuk tidak
terjerumus ke dalam aliran filsafat lain. Di samping itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, kita pun dapat mengambil
hikmah dari berbagai aliran filsafat pendidikan lainnya, dalam rangka
memperkokoh landasan filosofis pendidikan kita. Dengan memahami
landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep
tentang pendidikan yang akan mengakibatkan terjadinya kesalahan
dalam praktek pendidikan.
BAB II
ISI
LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN INDONESIA
A. Filsafat
1. Definisi Filsafat
Definisi Filsafat secara Etimologis. Istilah filsafat (Inggris:
philosophy; Arab:
falsafah) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu philein
atau philos yang
berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti
kebijaksanaan Dengan
demikian, secara etimologis philosophia (filsafat) berarti cinta akan
kebijaksanaan atau
kebenaran .
Filsafat berarti pula pendirian hidup atau pandangan hidup. Secara
ilmiah definisi filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh
dari menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang
menyeluruh secara sistematis tentang alam semesta serta tempat
dilahirkannya manusia.
Definisi Filsafat secara Operasional. Ada diantara para ahli
yang
mendefinisikan filsafat dari segi proses berpikirnya, dan ada pula yang
mendefinisikan
filsafat dari segi hasil berpikir (hasil berpikir para filsuf). Namun demikian,
dalam
rangka membangun pengertian filsafat, antara keduanya itu (filsafat
sebagai proses dan
filsafat sebagai hasil) sesungguhnya tak dapat dipisahkan.
Sebagai suatu proses berpikir, filsafat dapat didefinisikan sebagai suatu
proses
berpikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif untuk menghasilkan
sistem pikiran
atau sistem teori tentang hakikat segala sesuatu secara komprehensif.
Definisi Filsafat Secara Leksikal. Ditinjau secara leksikal,
sebagaimana
dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa filsafat berarti
sikap hidup atau
pandangan hidup (Balai Pustaka, 2005).
Karakteristik Filsafat. Dapat didentifikasi enam hal berkenaan
dengan
karakteristik filsafat, yaitu objek yang dipelajari filsafat (objek studi),
proses berfilsafat
(proses studi), tujuan berfilsafat, hasil berfilsafat (hasil studi), penyajian
dan sifat
kebenarannya.
Objek studi filsafat adalah segala sesuatu , meliputi segala sesuatu yang
telah
tergelar dengan sendirinya (ciptaan Tuhan) maupun segala sesuatu
sebagai hasil kreasi
manusia. Namun demikian dari segala sesuatu tersebut hanya yang
bersifat mendasarlah
yang dipelajari atau dipertanyakan dan dipikirkan oleh para filsuf. Pendek
kata objek
studi filsafat bersifat komprehensif mendasar.
Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, filsafat
merupakan sumber ide paling dalam bagi segala macam ilmu
pengetahuan, sehingga filsafat disebut juga induk pengetahuan.
Berfilsafat adalah berpikir, tapi tidak semua berpikir dikatakan
berfilsafat, berpikir yang berfilsafat mengandung tiga cirri, yaitu :
Radikal : berpkir sampai keakar akarnya.
Sistematis : berpikir logis setahap demi setahap dengan
penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan
saling berhubungan secara teratur.
Universal : berpikir menyeluruh.
Filsafat mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan, yaitu :
Metafisika : Mempelajari hakekat realita, perkembangan kosmos,
alam semesta,
hakekat dunia, hakekat manusia termasuk hakekat
anak.
Epistemologi : Mempelajari asal-usul, susunan, metode serta
keabsahan pengetahuan
Aksiologi : Mempelajari masalah nilai
2. Fungsi Filsafat
Acuan pokok fungsi filsafat antara lain :
a. Untuk berfikir secara radikal, sistematis, dan menyeluruh tentang
segala sesuatu
b. Membuahkan kejelasan dan pandangan yang menyeluruh tentang
masalah yang ditelaahnya.
3. Kebutuhan Manusia Akan Filsafat
Filsafat sangat penting untuk membantu manusia mengatasi
masalah kehidupannya, manfaat filsafat bagi manusia antara lain :
a. Manusia membutuhkan filsafat untuk mengambil keputusan dan
tindakan yang bijaksana.
b. Keputusan yang diambil adalah keputusan sendiri tanpa paksaan /
tekanan orang lain.
c. Filsafat sebagai salah satu alat terbaik untuk memelihara dan
mengembangkan kebiasaan berpikir reflektif.
d. Membantu manusia dalam menghadapi kesimpangsiuran dan
ketidakpastian dunia yang selalu berubah.
B. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
1. Definisi Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan di
bidang pendidikan untuk menelaah masalah-masalah pendidikan atau
seperangkat asumsi yang bersumber dari filsafat yang dijadikan titik tolak
dalam pendidikan.
2. Struktur Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem
gagasan tentang pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan dari suatu
sistem gagasan filsafat umum (Metafisika, Epistemologi, Aksiologi) yang
dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Hal ini dapat dipahami
sebagaimana disajikan oleh Callahan and Clark (1983) dalam karyanya
“Foundations of Education”, dan sebagaimana disajikan Edward J. Power
(1982) dalam karyanya Philosophy of Education, Studies in Philosophies,
Schooling and Educational Policies. Berdasarkan kedua sumber di atas
dapat Anda pahami bahwa terdapat hubungan implikasi antara gagasan-
gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasangagasan
pendidikan.
3. Karakteristik Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan berisi tentang gagasan-gagasan atau
konsep-konsep yang bersifat normatif atau preskriptif. Landasan filosofis
pendidikan dikatakan bersifat normatif atau preskriptif, sebab landasan
filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa
adanya (faktual), melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan
yang seharusnya atau yang dicita-citakan (ideal), yang disarankan oleh
filsuf tertentu untuk dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan/atau studi pendidikan.
4. Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan
Melalui pengetahuan filsafat pendidikan para ahli teori pendidikan
dapat menyaring apa yang cocok baginya, para ilmuwan pendidikan dapat
mengadakan observasi, eksperimen dan demonstrasi pendidikan yang
dibutuhkan, sedangkan para pendidik dapat melaksanakan pilihan yang
cocok dalam mendidik.
5. Tujuan Filsafat Pendidikan
Tujuan Filsafat Pendidikan sebagaimana dikemukanan oleh Edward J.
Power dalam J.M. Daniel (1985) dapat dicirikan sebagai berikut :
a. Inspirational, yaitu memberikan ilham pada ilmuwan dan pelaksana
pendidikan tentang model-model pendidikan tertentu.
b. Analytical, mengacu pda tugas filsafat pendidikan untuk menemukan
dan menafsirkan makna dalam bahasa dan praktek pendidikan.
c. Prescriptif, memberikan panduan yang jelas dan tepat bagi praktek
pendidikan dengan suatu komitmen tentang implementasinya.
d. investigasi, memeriksa atau meneliti suatu kebenaran kependidikan.
Study tentang filsafat pendidikan menurut Knight yaitu :
a. Membantu para pendidik lebih memahami masalah-masalah mendasar
tentang pendidikan.
b. Memungkinkan lebih mampu mengevaluasi berbagai saran yang
ditawarkan sebagai solusi untuk masalah-masalah tersebut.
c. Membantu kejelasan berpikir tentang tujuan kehidupan dan tujuan
pendidikan.
d. Membantu mengembangkan kedalaman sudut pandang yang konsisten
serta program yang berkaitan secara realistis dengan konteks dunia yang
lebih luas.
6. Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan
Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat
pendidikan juga terdapat berbagai aliran. Sehubungan dengan ini dikenal
adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan filosofis
pendidikan Realisme, landasan filosofis pendidikan Pragmatisme, dsb.
a. Landasan filosofis pendidikan Idealisme
Idealisme berasal dari kata “ideal” dengan tambahan sufiks/akhiran “-
isme” yang berasal dari bahasa Yunani kuno - ισ μ ός (-ismos) yang memiliki
fungsi membentuk kata benda abstrak terhadap suatu tindakan, keadaan,
pemahaman/doktrin. Sedangkan kata ‘ideal’ sendiri memiliki arti suatu
kondisi paling wajar yang dikehendaki atau diinginkan.
Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal
yang bersifat kebendaan atau material.
Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan
itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan
yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Konsep filsafat menurut
aliran idealisme adalah: (1) Metafisika-idealisme; Secara absolut
kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan
secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah,
tetapi kenyataan rohaniah yang lebih dapat berperan; (2) Humanologi-
idealisme; Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan
adanya kemampuan memilih; (3) Epistemologi-idealisme; Pengetahuan
yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui
berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang
yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang; sebagian besar manusia
hanya sampai pada tingkat berpendapat; (4) Aksiologi-idealisme;
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang
diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika
Implikasi dalam pendididkan :
Tujuan pendidikan adalah pengembangan karakter, bakat insan dan
kebajikan sosial.
Isi pendidikan adalah pendidikan liberal, pendidikan karakter.
Metode pendidikan: dialogic/dialektik.
Peran pendidik: menjadi teladan bagi siswanya baik secara moral
maupun intelektual.
Peran peserta didik: bebas mengembangkan kepribadian dan
bakatnya.
b. landasan filosofis pendidikan Realisme
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu
adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat
menurut aliran realisme adalah:
(1) Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan
fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan
kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme);
(2) Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat
dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang
mempunyai kemampuan berpikir;
(3) Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak
tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan
dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan
memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;
(4) Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum
alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur
oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam
kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus
universal, seragam.
Implikasi dalam pendidikan :
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah
sebagai berikut:
Tujuan : mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu
melaksanakan tanggung jawab sosial.
Metode : Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak
langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning
(Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.
Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil
yang baik.
Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam
teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
c. Landasan filosofis pendidikan Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang
memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal
mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti
perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran
atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang
benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat
secara praktis.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa
adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Implikasi dalam Pendidikan :
- Tujuan Pendidikan : Pendidikan harus mengajarkan seseorang
bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat.Pendidikan juga harus meliputi pemahaman
tentang pentingnya demokrasi. Menurut Pragmatisme,pendidikan
hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk
menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya (Edward and Clark, 1983).
- Metode Pendidikan : Penganut Eksperimentalisme atau Pragmatisme
mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (Problem
Solving Method) serta metode penyelidikan dan penemuan (Inquiry and
Discovery Method).
- Peran guru dan siswa : Dalam Pragmatisme, belajar selalu
dipertibangkan untuk menjadi seorang individu. Dalam pembelajaran,
peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuannya pada siswa, sebab
ini merupakan usaha tak berbuah.
Untuk membantu siswa guru harus berperan:
a) Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi.
b) Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
c) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok.
d) Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan
masalah.
e) Bersama-sama kelas mengevaluai apa yang telah dipelajari.
C. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia
1. Pancasila Sebagai Konsep Filsafat
Pancasila sebagai konsep filsafat memiliki nilai-nilai luhur yang
menjiwai kehidupan bangsa Indonesia, karena didalamnya mengandung
muatan-muatan filosofis yang dapat dikaji dan diyakini kebenarannya.
a. Pancasila dan metafisika
Bangsa Indonesia meyakini adanya Tuhan YME sebagai causa
prima. Keyakinan ini menjadi pondasi terhadap seluruh perilaku bangsa
Indonesia untuk kehidupan bernegara.
b. Pancasila dan epistemologi
Salah satu pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 adalah
Negara hendaknya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pokok
pikiran ini mengandung makna bahwa Negara berupaya meningkatkan
keadilan, kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di segala
bidang. Semuanya harus didukung melalui pengembangan ilmu
pengetahuan
c. Pancasila dan aksiologi
Ilmu dan teknologi merupakan pondasi suksesnya pembangunan.
Namun sukses tersebut memerlukan disiplin dari manusianya.
Nilai dasar pancasila adalah kemerdekaan seperti tercantum pada
alinea 3 pembukaan UUD 194. Nilai kemerdekaan sebagai modal dasar
bangsa Indonesia untuk lebih maju dalam keadilan dan kemakmuran
rakyat.
2. Pancasila Sebagai Landasan Filosofis Pendidikan di Indonesia
Pancasila sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia ditegaskan dalam TAP MPR RI No. 11/MPR/1988 bahwa dasar
pendidikan adalah Pancasila.juga ditegaskan dalam UUSPN No.2 Tahun
1989, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan yang diselenggarakan atas dasr falsafah hidup bangsa dikenal
sebagai pendidikan nasional.
3. Implikasi Filsafat Pancasila bagi Pendidikan
Tujuan hidup bangsa Indonesia adalah hidup kemanusiaan yang
memiliki ciri-ciri nilai luhur pancasila. Ciri-ciri kemanusiaan yang terlihat
dari pancasila adalah ;
a. Integral
Kemanusiaan yang diajarkan pancasila adalah kemanusiaan yang
mengakui manusia seutuhnya, hakekat ini merupakan hakekat manusia
sebagai subyek didik.
b. Etis
Pancasila mengandung nilai-nilai moral yang menjadi pedoman
tindakan dalam setiap bidang kehidupan. Jadi, pendidikan harus selasar
dengan nilai-nilai pancasila.
c. Religius
Pancasila mengakui Tuhan sebagai Maha Pencipta dan sumber
eksistensi.
Filsafat pancasila mengimplikasikan bahwa kegiatan pendidikan
harus menumbuh kembangkan nilai-nilai moral dari 5 sila pancasila pada
diri subjek didik melalui berbagai kegiatan.
Glosarium
Aksiologi, cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat nilai.Deduktif, cara berpikir untuk memperoleh kesimpulan tentang sesuatu yang bersifatkhusus yang diturunkan dari sesuatu (pernyataan) yang bersifat umum yang telahditerima kebenarannya.Entity, adalah wujud.Epistemologi, cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat pengetahuan.Esensi (esensial), sesuatu yang bersifat inti atauhakikat fundamental, atau unsur-unsurmutlak yang menentukan keadaan sesuatu; wujud suatu realita yang membedakanrealita tersebut dari jenis yang lainnya.Induktif, cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dengan bertolak daripernyataan-pernyataan (bukti-bukti empiris) yang bersifat khusus (particular).Metafisika, cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas.Ontologi, adalah cabang filsafat (cabang Metafisika) yang mempelajari tentanghakikat ada-nya segala sesuatu.Realitas (Reality), Kenyataan sebagaimana adanya.Self-evidence, suatu asas bahwa kebenaran atau pengetahuan buktinya berada didalam kebenaran atau pengetahuan itu sendiri.Substansi, ada yang mandiri, pengemban sifat-sifat; bentuk ada yang untuk beradatidak memerlukan pengada lain.
Subject Centered (kurikulum), suatu model pengorganisasian kurikulum yangberpusat pada bahan ajar. Adakalanya orang menggunakan istilah subject mattercentered, yaitu kurikulum yang diorganisasi dengan berpusat kepada mata pelajaran.Tabula rasa, meja berlapis lilin yang pada zaman dulu digunakan sebagai alat untukmenulis, zaman sekarang identik dengan kertas kosong yang belum ditulisi.
Daftar Pustaka
Amien, A. M., (2005), Pendidikan dari Persfektif Sains Baru: Belajar Merajut realitas,Lembaga Penerbitan Unhas.Callahan J. F., Clark, L.H., (1983), Foundation of education, Macmillan Publishing Co.Inc., New York.Henderson, S. van P., Introduction to Philosophy of Education, The University ofChicago Press, Chicago.Kneller, G., (Ed.), (1971), Foundations of Education, John Wiley and Sons, New York.Noor, M., (Ed.), (1987), Filsafat dan Teori Pendidikan: Jilid I Filsafat Pendidikan, SubKoordinator Mata kuliah filsafat dan Teori Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
IKIP Bandung.Oesman O,. Alfian, (Penyunting) (1992), Pancasila sebagai Ideologi dalam BerbagaiBidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, BP 7 Pusat.Power, Edward, J., (1982), Philosophy of education: Studies in Philosophies, Schooling,and Educational Policies, Prentice-Hall, Inc., Englewood Clifs, New Jersey.Syaripudin, T. dan Kurniasih, (2008), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, PercikanIlmu.Syam, M. N., (1984), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,Usaha Nasional, Surabaya.Suparno, P., (1997), Filsafat Konstrukstivisme dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta.Titus, H.H., Living Issues in Philosophy, American Book Company, New York.Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”.