LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70,...

152
LAMPIRAN PIDATO PERTANGGUNGAN JAWAB PRESIDEN/MANDATARIS MAJIELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DIDEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 12 MARET 1973 1. STABILISASI EKONOMI DAN PELAKSANAAN PELITA I (APRIL 1969 S/D MARET 197.3). 2. IKHTISAR PELAKSANAAN KETETAPAN-KETETAPAN MPRS DAN UNDANG-UNDANG TAHUN 1966 S/D 1 MARET 1973. REPUBLIK INDONESIA

Transcript of LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70,...

Page 1: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

LAMPIRANPIDATO PERTANGGUNGAN JAWAB

PRESIDEN/MANDATARISMAJIELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

DIDEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA12 MARET 1973

1. STABILISASI EKONOMI DAN PELAKSANAAN PELITA I (APRIL 1969 S/D MARET 197.3).

2. IKHTISAR PELAKSANAAN KETETAPAN-KETETAPAN MPRS DAN UNDANG-UNDANG TAHUN 1966 S/D 1 MARET 1973.

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai
Page 3: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

DAFTAR ISI:

STABILISASI EKONOMI DAN PELAKSANAAN PELITA I (APRIL 1969 S/D MARET 1973)

Hal. A. IKHTISAR HASIL-HASIL PELAKSANAAN STABI

LISASI EKONOMI DAN PELITA I ......................................7

B. EKONOMI DAN KEUANGAN ............................................. 81Bab I Perkembangan Harga, Jumlah Uang

Yang Beredar dan Perkreditan Bank. 83Bab II Keuangan Negara ................................... 121Bab III Penanaman Modal ................................... 179Bab IV Neraca Pembayaran dan Perdagang

an Luar Negeri ....................................... 195Bab V Pangan..................................................... 235Bab VI Produksi Pertanian, Produksd Indus

tri, Produksi Perkambangan .................... 257Bab VII Prasarana : Irigasi, Perhubungan

dan Listrik .............................................. 373Bab VIII Pembangunan Desa, Pembangunan

Daerah dan Irian Jaya ........................... 439

C. SOSIAL................................................................................ 453

Bab IX Pendidikan dan Kebudayaan ................... 455Bab X Tenaga Kerja .......................................... 489Bab XI Kesehatan ............................................... 505 Bab XII Keluarga Berencana ................................ 531Bab XIII A g a m a ................................................ 557 Bab XIV Kesejahteraan Sosial ............................... 577

3

Page 4: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Bab XV Tranamigrasi dan Koperasi ................... 599Bab XVI Perumahan dan Air Minum ................. 621

D. ADMINISTRASI, TERTIB HUKUM DAN PENE

635RANGAN ........................................................Bab XVII

Bab XVIII

Bab XIXBabXXBab XXI

Sistim Pembiayaan Pembangunandan Pengawasan .................................... 637Administrasi dan Aparatur Peme-rintah ........................................................ 655Tertib dan Pembinaan Hukum ................ 691Penerangan ................................................ 713Penelitian dan Pengembangan Sta-tistik ......................................................... 729

IKHTISAR PELAKSANAAN KETETAPAN-KETETAPAN MPRS DAN UNDANG-UNDANG TAHUN 1966 S/D 1 MARET 1973.A. IKHTISAR PELAKSANAAN KETETAPAN-KETE-

TAPAN MPRS ................................................................ 749B. DAFTAR UNDANG-UNDANG TAHUN 1966 S/D 1 MARET 1973 ......................................................................... 763

4

Page 5: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

STABILISASI EKONOMI DAN PELAKSANAAN PELITA I(APRIL 1969 S/D MARET 1973)

Page 6: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai
Page 7: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

IKHTISAR HASIL-HASIL PELAKSANAAN

STABILISASI EKONOMI DAN PELITA I

Page 8: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai
Page 9: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

A. IKHTISAR HASIL HASIL PELAKSANAAN STABI- LISASI EKONOMI DAN PELITA I.

Ikhtisar hasil-hasil pelaksanaan Stabilisasi Ekonomi dan PE-LITA I ini merupakan lampiran dari Pidato Laponan Tanggung Jawab Presiden/Mandataris didepan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat tanggal 12 Maret 1973.

Berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat Se-mentara No. XLI/MPRS/1968, maka dibentuklah Kabinet Pem-bamgunan untuk menggantikan Kabinet Ampera. Adapun tugas pokok dari Kabinet Pembangunan, adalah melanjutkan tugas-tugas Kabinet Ampera, yaitu meliputi lima pokok masalah yang kemudian dikenal dengan istidah ,,Panca Krida”.

Adapun tujuan dari pada penyampaian ikhtisar ini adalah untuk mengetahui sampai berapa jauh hasil-hasil pelak - sanaan: (1) sebagian dari krida pertama yaitu menciptakan stabilisasi ekonomi sebagai syarat untuk berhasilnya pelaksana -an Rencama Pembangunan Lima Tahun, dan (2) krida ke dua, yaitu menjusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun dan krida kelima yaitu melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan yang menyeluruh Aparatur Negara dari tingkat Pusat sampai Daerah.

Dalam rangka melaksamakan tugas pokok kedua dari Panca Krida Kabinet Pembangunan, yaitu menyusun dan melaksana -kan Rencana Pembangunan Lima Tahun, maka Pemerintah te-lah berhasil menjusun suatu rencana pembangunan. Rencana itu selanjutnya dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 319 tahun 1968 yang kemudian disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun I atau REPELITA I.

Pelaksanaan REPELITA dimulai pada tanggal 1 April 1969. Pelaksanaan tersebat setiap tahunnya disusun dalam rencana tahunan yang dituangkan dalam RAPBN. Dengan demdkian pe-laksanaan REPELITA tahun demi tahun termasuk penyediaan biayanya, telah lebih dahulu disetujui oleh DPR dalam bentuk

Page 10: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

7

Page 11: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Undang-undang. Untuk dapat medaksanakan REPELITA sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, maka usahau- saha untuk menciptakan landasan ekonomi yang memadai yaitu keadaan ekonomi yang stabil, merupakan syarat yang penting bagi berhasilnya - pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun.

Dalam tahun 1965, laju inflasi mencapai jumlah 594,4%. Dalam tahun berikutnya laju inflasi ini meningkat lagi dan men- capai puncaknya sebesar 650,0% setahun. Laju inflasi yang se -demikian besar, membawa perekonomian Indonesia kepada suatu keadaan yang disebut inflasi yang tak terkendali. Akibat dari pada ini, seluruh kegiatann perekonomian macet, tingkat pro- duksi nasional menurun, tingkat hidup rakyat juga menurun, ekspor menurun dan semuanya menuju kepada kemacetan total. Hal yang demikian ini, kalau dibiarkan berlarut larut tentulah akan membawa akibat yang lebih fatal bagi perekonomian Indonesia.

Sehubungan dengan ini, Pemerintah dalam bulan,Oktaber 1966 telah mengambil serangkaian kebijaksanaan, yang menjadi lan -dasan pokok bagi kebijaksanaan selanjutnya dibidang ekonomi, keuangan negara, perdagangan dan moneter perkreditan. Sa- saran pokok dari kebijaksanaan tersebut, terutama adalah men-stabilkan keadaan perekonomian, sehingga atas dasar kondisi yang sudah tercipta, dapatlah dilaksanakan pembangunan. Ta - hap ini dikenal dengan masa rehabilitasi dan stabilisasi.

Dalam tahun 1967 yaitu ketika kebijaksanaan rehabilitasi dan, stabilisasi baru saja berumur lima belas bulan, laju inflasi telah menurun menjadi 120,0% setahun, Proses penurunan ini, berjalan terus dari tahun ketahun hingga dalam, tahun 1971, laju inflasi hanyalah sebesar 2,5% seltahun.

Dalam tahun 1972 terjadi sedikit kegancangan dibidang sta -bilitas harga, yaitu ketika harga beras naik sebagai akibat mu- sim kemarau yang panjang dan kurangnya persediaan beras impor. Akibatnya, laju inflasi dalam tahun tersebut kembali naik lagi sehingga mancapai 25,7% setahun. Akan tetapi dalam

8

Page 12: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

periode berikutnya, Pemerintah telah berhasil melunakkan pengaruh kenaikan harga beras terhadap laju inflasi.

Dilain pihak, kestabilan harga yang telah dicapai dapat juga dilihat dari perkembangan indeks 9 macam bahan pokok. Dalam periode 1966-1971, prosentase kenaikan indeks 9 macam bahan pokok, telah menurun dengan pesat sekali.

Sementara itu, dapat pula diketahui bahwa dalam jangka waktu enam tahun yakni dari tahun 1966-1972, jumlah uang yang beredar telah naik sekitar dua puluh tiga kali. Jumlah uang beredar pada akhir tahun 1966 baru berjumlah Rp. 22,3 milyar dan kemudian menjadi Rp. 468,5 milyar pada akhir tahun 1972.

Apabila prosentase kenaikan jumlah uang beredar dibanding-kan dengan prosentase kenaikan harga, maka ternyata selama periode 1966-1972 keduanya memperlihatkan arah yang menu-run. Tapi turunnya prosentase kenaikan harga adalah lebih ce- pat dari turunnya prosentase pertambahan jumlah uang ber- edar. Hal ini adalah mungkin, apabila tingkat perputaran uang menjadi lebih lamban dan keadaan ini sekaligus mencerminkan semakin bertambah besarnya kepercayaan masyarakat terhadap uang rupiah dan lembaga perbankan.

Dilain pihak prosentase uang giral sebagai komponen jumlah uang beredar makin lama makin membesar. Dalam tahun 1966 prosentase tersebut baru berjumlah 30%, kemudian meningkat menjadi 42% dalam tahun 1972. Sejaaan dengan ini, dapat pula dilihat bahwa sebagian besar dari pertambahan jumlah uang beredar adalah berasal dari sektor kegiatan perusahaan dan tidak aagi berasal dari sektor Pemerintah seperti sebelum tahun1966.

Dalam pada itu, perkreditan bank telah naik dengan pesat se -kali. Dalam tahun 1966 perkreditan bank baru berjumlah Rp. 6,3 milyar, untuk kemudian meningkat menjadi Rp. 576,0 milyar pada akhir September 1972. Kenaikan perkreditan bank yang menyolok terjadi sebelum tahun 1969. Hal ini adalah se -bagai akibat penurunan suku bunga kredit yang dijalankan oleh Pemerintah secara drastis dalam periode tersebut. Pada tanggal

Page 13: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

9

Page 14: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

3 Oktober 1966, besarnya suku bunga kredit sekitar.6% sampai 9% sebulan untuk kemudian diturunkan menjadi sekitar 1% sampai 5% sebulan dalam bulan September 1969. Selanjutnja su- ku bunga kredit ini dalam periode 1966-1972 telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu meliputi penurunan suku bunga serta perubahan galongan barang. Suku bunga kredit bank-bank umum Pemerintah dalam tahun 1972 adalah sekitar 0,5% sam- pai 3 % sebulan.

Suku bunga kredit investasi dari sejak dimulainya gerakan ini, adalah tetap 1 % sebulan atau 12 % setahun. Dilain pihak bagi bank-bank umum swasta, suku bunga kreditnya juga me-ngalami penurunan, yaitu dari sekitar 17% dan 15% sebulan dalam tahun 1968 menjadi 2,5% sampai 6% sebulan dalam ta - hun 1971/72.

Gerakan deposito berjangka yang dimulai sejak bulan Ok- tober 1968 dan bertujuan untuk memanfaatkan kelebihan likwi -ditas yang ada dalam masyarakat untuk pembiayaan pemba- ngunan, juga memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan. Pada akhir tahun 1968 deposito berjangka baru berjumlah Rp. 4,5 milyar, kemudian meningkat terus hingga pada akhir September 1972 posisinya menjadi Rp. 146,4 milyar. Keadaan ini memperlihatkan betapa besarnya minat masyarakat terha- dap gerakan ini, meskipun suku bunganya sudah diturunkan berkali-kali.

Sementara itu, sejak bulan Pebruari tahun 1969, diadakan pula gerakan tabungan berhadiah tahun 1969. Gerakan ini ber tujuan untuk menghimpun dana yang berasal dari masya- -rakat yang rendah penghasilannya, sehingga dapat dimanfaat- kan bagi pembangunan. Dalam bulan Maret tahun 1969, tabung- an berhadiah baru sebesar Rp. 36 juta. Dalam periode berikut- nya gerakan ini meningkat terus, hingga pada akhir Juni tahun 1971 jumlahnya telah menjadi Rp. 1.497 juta. Kenaikan ini antara lain disebabkaan, karena adanya suku bunga yang me- narik disamping adanya hadiah bagi penabung yang menang undian.

Page 15: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Sejak 1 Agustus tahun 1971, penerimaam tabungan berhadiah dihentikan dan selanjutnya diganti dengan gerakan baru, yaitu Tabungan Pembangunan Nasionat (TABANAS) dan Tabungan Asuransi Berjangka (TASKA). Suku bunga TABANAS adalah 18% setahun dan suku bunga TASKA sekitar 15% setahun. Kedua gerakan ini semenjak dilaksanakan, memperlihatkan hasil-hasil yang menggembirakan. Pada akhir September tahun 1972, TABANAS telah mencapai jumlah Rp. 21.244 juta, se -dangkan TASKA sejumlah Rp. 144 juta.

Program pemberian kredit investasi dimulai bersamaan de- ngan didaksanakannya REPELITA I pada tanggal 1 April 1969. Program ini merupakan sumbangan positif dari sektor perban- kan dalam rangka meningkatkan perkembangan produksi. Pada akhir September tahun 1972, volume kredit investasi yang di -setujui bank telah mencapai jumlah Rp. 132,1 milyar, sedang- kan realisasinya adalah sebesar Rp. 87,2 milyar. Dari jumlah tersebut, baik persetujuan maupun realisasi sebagian besar untuk sektor industri, kemudian menyusul sektor perhubung - an & pariwisata dan sektor pertanian.

Dalam usaha untuk memulihkan kepercayaan terhadap surat -surat berharga dan merintis pembentukan pasar uang dan mo- dal, maka sejak tanggal 1 April 1970 telah dikeluarkan Sertifikat Bank Indonesia, yang merupakan surat ber- harga jangka pendek (90 hari). Kemudian sejak bulan Januari tahun 1971, beberapa bank umum mengeluarkan sertifikat deposito, hingga sejak bulan September tahun 1971 pengeluaran Sertifikat Bank Indonesia dihentikan. Se-lanjutnya dalam rangka pembinaan lembaga keuangan sebagai penunjang pasar uang dan modal, Pemerintah telah memberi - kan persetujuan prinsip kepada beberapa bank dan perusahaan. Diharapkan dalam waktu dekat di Indonesia sudah tercipta pasar uang dan modal yang terorganisir, sehingga dapat mem-bantu kegiatan dunia usaha yang sesuai dengan prioritas pembangunan.

Pelaksanaan APBN sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1972/73 dilakukan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-

10

Page 16: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

11

Page 17: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

prinsip kebijaksanaan anggaran berimbang. Dalam rangka ang-garan berimbang tersebut, hendak diusahakan pembentukan Tabungan Pemerintah sebesar dan secepat mungkin, sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Selama sumber dari dalam negeri tersebut belum mencu-kupi, masih diperlukan bantuan luar negeri berupa bantuan program maupun bantuan proyek.

Realisasi APBN sejak tahun 1968, telah menunjukkan jumlah-jumlah yang selalu meningkat dan melampaui jumlah-jumlah yang direncanakan. Dalam tahun 1968 pengeluaran rutin telah dapat dibiayai seluruhnya dengan penerimaan dalam negeri. Selanjutnya sejak tahun 1969/70 telah dapat dibentuk Tabung- an Pemerintah yaitu sebesar Rp. 27,2 milyar dan telah mening- kat menjadi Rp. 56,4 milyar dalam tahun 1970/71, Rp. 78,9 mil- yar dalam tahun 1971/72 sedang dalam APBN 1972/73 diren -canakan Tabungan Pemerintah sebesar Rp. 136,1 milyar. Tabungan Pemerintah yang senantiasa meningkat itu, dicipta- kan melalui usaha-usaha peningkatan penerimaan dalam negeri dan program penghematan yang ketat dibidang pengeluaran rutin, akan tetapi tanpa menimbulkan hambatan-hambatan dalam tugas aparatur negara.

Penerimaan dalam negeri dalam tahun 1968 adalah sebesar Rp. 149,7 milyar yaitu sama dengan pengeluaran rutim. Dalam tahun pertama REPELITA I yaitu tahun, 1969/70, penerimaan dalam negeri dapat ditingkatkan menjadi Rp. 243,7 milyar yang berarti kenaikan sebesar 62,8%. Dalam tahun berikutnya yaitu tahun 1970/71 penerimaan dalam negeri berhasil ditingkatkan kembali menjadi Rp, 344,6 milyar, sedangkan yang direncana- kan adalah sebesar Rp. 320,6 milyar. Realisasi penerimaan dalam negeri dalam tahun 1971/72 adalah sebesar Rp. 428,0 milyar yang berarti Rp. 12,1 milyar lebih tinggi dari yang di -reneanakan yaitu Rp. 415,9 milyar dan Rp. 83,4 milyar (24,2% ) lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya. Dalam APBN 1972/73 penerimaan dalam negeri direncanakan sebesar Rp. 573,6 milyar yang berarti meningkat Rp. 145,6% milyar (34%) dari tahun sebelumnya.

Page 18: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

12

Page 19: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Kebijaksanaan dibidang penerimaan dalam negeri sejak tahun 1968, diarahkan kepada pencapaian dua tujuan secara sekali- gus. Pertama, bertujuan mengumpulkan dana sebesar-besarnya untuk membiayai tugas-tugas rutin Pemerintahan dan untuk membiayai program-program pembangunan REPELITA I di-sektor Pemerintah. Tujuan kedua, ialah mendorong gerak pembangunan dengan menciptakan iklim fiskal yang dapat merangsang sektor swasta, sehingga lebih bergairah melaku- kan kegiatan investasi dan mengembangkan usahanya dibidang -bidang yang produktif. Dengan jalan demikian, bukan saja in -vestasi nasional keseluruhan dapat ditingkatkan, tetapi pene-rimaan negara selanjutnya juga akan meningkat dengan makin meluasnya kegiatan ekonomi tersebut.

Hal-hal dan kebijaksanaan penting yang dijalankan Peme-rintah yang mempengaruhi perkembangan penerimaan negara antara lain adalah :

(a) Peyempurnaan Undang-undang Perpajakan beserta per-aturan-peraturan pelaksanaannya untuk menciptakan sis- tim perpajakan yang mengandung azas-azas keadilan, jelas dan sederhana cara pemungutannya serta mengandung unsur-unsur pendorong/perangsang bagi kegiatan usaha produktif. Dalam hubungan ini telah disahkan 5 Undang-undang, masing-masing mengenai pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak dividen, penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Juga telah dikeluar- kan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1969 tentang Pembebanan Atas Impor, yang berisikan dasar pengenaan bea masuk dan pungutan-pungutan lainnya.

(b) Penurunan tarip yang meliputi tarip pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak penjualan, pajak penjualan impor dan bea masuk serta diberikannya berbagai fasilitas pajak, keringanan dan pembebasan pajak. Tindakan-tindakan ter -sebut, juga dimaksudkan untuk menciptakan iklim fiskal yang mendorong.

13

Page 20: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

(c) Usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam pemu-ngutan pajak yang meliputi perluasan “tax base” sesuai dengan perkembangan ekonomi, perluasan jumlah wajib pajak, penyempurnaan sistim pemungutan pajak dan in-tensifikasi penagihan khususnya terhadap tunggakan pajak.

(d) Perkembangan ekonomi itu sendiri sejalan dengan pening-katan produksi dan perdagangan yang menyebabkan antara lain, bergesernya pola impor kearah impor bahan baku dan barang modal dan sebagainya.

(e) Kebijaksanaan dan peraturan-peraturan lainnya yang di -jalankan Pemerintah yang secara tidak langsung mempe-ngaruhi pelaksanaan APBN, seperti kebijaksanaan ekspor-impor, kebijaksanaan kurs devisa dan lain sebagainya.

Disamping penerimaan dalam negeri, terdapat juga penerima- an luar negeri berupa bantuan program dan bantuam proyek. Dalam tahun 1968, realisasi bantuan program adalah sebesar Rp. 35,5 milyar yang dipakai untuk membiayai seluruh penge-luaran pembangunan. Menginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai sebagian terbesar daripada pe-ngeluaran pembangunan. Selanjutnya dalam tahun 1970/71 re -alisasi bantuan program meningkat kembali menjadi Rp. 78,9 milyar dengan makin besarnya pengeluaran pembangunan, dan dalam tahun 1971/72 mencapai jumlah sebesar Rp. 90,5 mil- yar. Dalam APBN 1972/73, penerimaan luar negeri berupa bantuan program direncanakan sebesar Rp. 95,0 milyar, yang berarti lebih kecil daripada Tabungan Pemerintah yang diren-canakan sebesar Rp. 136,1 milyar. Dengan demikian dalam APBN 1972/73 penerimaan bantuan program hanya diperlu- kan untuk membiayai 41,1% dari pengeluaran pembangunan, sedang sebagian terbesar lainnya akan dibiayai oleh Tabungan Pemerintah.

Penerimaan luar negeri disamping merupakan penerimaan negara, juga sebagai alat untuk stabilisasi harga Bantuan luar

14

Page 21: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

negeri yang berupa devisa kredit, bantuan pangan dan bantuan bukan pangan tersebut, dijual kepada masyarakat yang meng-hasilkan rupiah bagi dana pembangunan. Disamping itu, ma- suknya bantuan pangan dan bukan pangan serta impor dengan devisa kredit tersebut, telah menambah arus barang yang diperlukan oleh perekonomian yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu program stabilisasi harga, khu-susnya harga bahan makanan pokok dan harga bahan baku.

Kebijaksanaan penghematan dibidang pengeluaran rutin, telah menunjukkan hasil-hasil yang positif. Dalam tahun 1968 pengeluaran rutin adalah sebesar Rp. 149,7 milyar yang selu-ruhnya dibiayai dengan penerimaan dalam negeri. Dalam tahun 1969/70 realisasinya adalah sebesar Rp. 216,5 milyar, yang sebagian terbesar digunakan untuk belanja pegawai. Selanjut- nya dalam tahun 1970/71 pengeluaran rutin meningkat pula menjadi Rp. 288,2 milyar dengan dijalankannya kebijaksanaan peningkatan gaji pegawai, meningkatnya subsidi kepada daerah otonom dan pembayaran cicilan hutang beserta bunganya, serta perlu dikeluarkannya biaya persiapan Pemilihan Umum. Dalam tahun 1971/72, realisasi pengeluaran rutin mencapai Rp. 349,1 milyar dan dalam APBN 1972/73 direncanakan sebe- sar Rp. 437,5 milyar.

Walaupun senantdasa dilakukan usaha-usaha penghematan pada setiap jenis pengeluaran rutin, tetap disadari bahwa pres- tasi kerja mempunyai hubungan erat dengan kesejahteraan pegawai serta merupakan tuntutan bagi terciptanya aparatur yang teratur, bersih dan effisien. Sejak pelaksanaan tahun per-tama Repelita I, masalah peningkatan kesejahteraan dan per -baikan mutu kerja telah mulai diatasi secara bertahap sesuai dengan batas-batas kemampuan keuangan negara. Dalam hubungan itu, program pokok dalam masa Repelita I dibidang pengeluaran rutin, adalah peningkatan gaji dan kesejahteraan pegawai negeri secara bertahap. Demikian juga dalam rangka penyempurnaan aparatur Pemerintah berupa peningkatan jum- lah dan mutu peralatannya, dibutuhkan pengeluaran belanja

Page 22: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

barang yang lebih besar pula. Walaupun demikian senantiasa dilakukan usaha kearah standardisasi peralatan peningkatan effisiensi penggunaannya serta pengawasan yang ketat atas pembeliannya.

Dalam hal subsidi daerah otonom, Pemenintah pada dasarnya berusaha agar pembiayaan daerah diperoleh dari sumber- sumber daerah sendiri. Akan tetapi oleh karena pada umumnya belum mencukupi, dan kebijaksanaan kenaikan gaji pegawai menyangkut juga pegawai daerah otonom serta perlunya mem-bantu perluasan dan penyempurnaan administrasi daerah untuk dapat menampung tugas-tugas pembangunan yang semakin berat, maka pengeluaran subsidi daerah otonom selalu mening-kat. Kebijaksanaan Pemerintah dalam hal hutang-hutang, adalah sejauh mungkin mengusahakan penundaan pembayaran hutang-hutang yang dilakukan sebelum tahun 1966. Dengan demikian, beban bunga dan cicilan hutang tidak menyebabkan terganggunya, program-program pembangunan ekonomi dan stabilisasi yang telah dicapai. Walaupun demikian, Pemerintah bertekad akan melunasi semua hutang-hutang tanpa kecuali.

Pengeluaran pembangunan yang merupakan sarana untuk memperbaiki taraf hidup rakyat, dalam tahun 1968 adalah se besar Rp. 35,5 milyar yang dibiayai seluruhnya dengan penerimaan luar negeri. Dalam tahun 1969/70 pengeluaran pembangunan sebagai pelaksanaan program-program pembangunan Repelita I mencapai jumlah sebesar Rp. 92,9 milyar yang ber- arti 260% dari pengeluaran pembangunan 1968. Realisasi pengeluaran pembangunan dalam tahun 1970/11 berjumlah Rp. 135,3 milyar, termasuk sumbangan pembangunan Dati I sebagai pengganti ADO sebesar Rp. 20,7 milyar. Jumlah ter -sebut adalah Rp. 42,4 milyar (45,6 %) lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dalam tahun 1971/72 pengeluaran pembangunan mencapai jumlah sebesar Rp. 150,9 milyar. Walaupun jumlah tersebut lebih rendah daripada yang direncanakan dalam APBN, akan tetapi, bila dibandingkan dengan realisasi tahun

15

Page 23: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

16

Page 24: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

1970/71, terdapat peningkatan sebesar Rp. 22,8 milyar atau 17,8%. Pengeluaran pembangunan dalam APBN 1972/73 di -tetapkan sebesar Rp. 231,1 milyar, yang berarti peningkatan selanjutnya sebesar Rp. 80,2 milyar (53,1%). Pengeluaran pembangunan dalam APBN 1972/73 tersebut, ditujukan untuk bidang ekonomi sebesar Rp. 184,9 milyar, bidang sosial sebe- sar Rp. 32,0 milyar serta untuk bidang umum sebesar Rp. 14,2 milyar.

Sesuai dengan garis kebijaksanaan REPELITA I yang mene-kankan sektor pertanian dan prasarana, maka sebagian ter- besar dari pengeluaran pembangunan sejak tahun 1969/70, sebagian terbesar ditujukan kepada bidang ekonomi, khususnya sektor pertanian dan irigasi, sektor perhubungan dan pariwi- sata serta sektor pembangunan daerah dan desa. Dalam hubungan ini, tidak hanya volume pembiayaannya yang perlu di -tingkatkan, akan tetapi yang penting pula adalah pengarahan penggunaannya, sehingga benar-benar sesuai dengan garis pembangunan yang telah direncanakan untuk mencapai sasar - an-sasarannya.

Disamping pembangunan dibidang infrastruktur, pertanian dan bidang-bidang pembangunan lainnya, maka anggaran pem-bangunan pun dipergunakan untuk membantu meningkatkan kegiatan pembangunan di daerah-daerah. Dalam tahun 1969/70 kepada tiap desa diberikan bantuan sebesar Rp. 100.000, yang dimaksudkan untuk meningkatkan potensi desa dibidang pem -bangunan, khususnya untuk mengadakan perbankan prasarana desa atau kegiatan lain yang bersifat produktif. Sejak tahun kedua REPELITA I yaitu tahun 1970/71 disamping bantuan desa, dilaksanakan juga program bantuan Kabupaten dengan dasar Rp. 50,- per-jiwa. Bantuan ini yang dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi daerah dalam kegiatan pembangunan, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian daerah, telah menunjukkan hasil-hasil yang baik. Dalam tahun 1971/72 program bantuan kabupaten tersebut ditingkatkan

17

310383-(2).

Page 25: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

dengan dasar Rp. 75,- per-jiwa, dan dalam APBN 1972/73 di -tingkatkan lagi menjadi Rp. 100,- per-jiwa.

Sehubungan dengan kebijaksanaan Pemerintah dibidang eks- por, impor dan lalu-lintas devisa yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1970, maka pengeluaran pemba-ngunan bertambah besar dengan adanya sumbangan pemba- ngunan bagi Daerah tingkat I sebagai pengganti ADO. Demikian juga dengan mulai dimasukkannya penerimaan Ipeda kedalam APBN 1972/73, maka pengeluaran pembangunan juga bertam- bah dalam jumlah yang sama, yaitu berupa pengeluaran pemba-ngunan yang dilaksanakan oleh daerah dengan memperguna- kan dana hasil Ipeda.

Didalam rangka itu semua, senantiasa dirusahakan agar penge -luaran negara dilaksanakan secara terarah, sesuai dengan prio - ritas pembangunan, effektif dan effisien, dalam arti memberi- kan hasil-hasil nyata dengan cepat dan tepat pada sasarannya, dengan tidak mengalami kebocoran-kebocoran yang berari.

Disamping pembiayaan pembangunan dengan rupiah, juga terdapat pembiayaan-pembiayaan melalui bantuan proyek yang dillaksanakan dengan mendatangkan peralatan dan mesin-mesin dari negara kreditor. Nilai dari barang modal tersebut tidak hanya tercatat sebagai penerimaan Negara, akan tetapi juga sebagai pengeluaran Negara.

Bantuan proyek pertama kali direalisir dalam tahun 1968, yaitu sebesar Rp. 22,4 milyar yang meningkat menjadi Rp. 25,3 milyar dalam tahun 1969/70. Dalam tahun 1970/71 realisasi bantuan proyek mencapai jumlah sebesar Rp. 41,5 milyar dan dalam tahun 1971/72 mencapai jumlah sebesar Rp. 45,0 milyar. Dalam APBN 1972/73 bantuan proyek direncanakan sebesar Rp. 83,0 milyar.

Bantuan proyek terutama ditujukan kepada sektor pertanian dan irigasi, sektor industri dan, pertambangan, sektor tenaga listrik serta sektor perhubungan dan pariwisata. Bantuan ini khususnya ditujukan untuk pembangunan proyek-proyek ter- tentu seperti proyek-proyek bendungan, proyek tenaga listrik,

18

Page 26: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

proyek jalan dan jembatan, proyek pelabuhan serta proyek telekomunikasi lainnya.

Oleh karena untuk melaksanakan bantuan proyek tersebut perlu ditempuh beberapa tahap dan persyaratan yang telah ditetapkan, maka kecepatan pelaksanaan lebih banyak tergan- tung kepada persyaratan yang dikehendaki oleh negara pemberi, seperti misalnya feasibility study yang memerlukan survey cu- kup lama. Oleh karena terdapat kecenderungan pada negara kroditor lebih besar memberikan proyek daripada bantuan pro -gram, maka berartm makin besar jumlah rupiah yang harus diusahakan dari sumber-sumber dalam negeri untuk melayani bantuan proyek tersebut. Hal ini menunjukkan betapa penting- nya usaha peningkatan penerimaan dalam negeri, untuk me-mungkinkan usaha peningkatan pembangunan lebih lanjut.

Setiap negara yang sedang membangun seperti Indonesia, sudah tentu membutuhkan modal. Dalam tahun 1967 telah terjadi pembentukan modal sekitar 8% dari pendapatan nasional. Jumlah ini dalam tahun-tahun berikutnya meningkat terus hingga dalam tahun 1972 menjadi 14 % dari pendapatan nasional. Pembentukan modal ini sebagian ada yang berasal dari sektor Pemerintah dan sebagian lagi dari sektor swasta. Penanaman modal yang dilakukan oleh Pemerintah adalah melalui APBN dan dalam rangka kredit investasi seperti yang telah diuraikan dimuka.

Penanaman modal swasta yang telah disetujui dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, sejak tahun 1968 memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Sampai dengan bulan Maret 1970, jumlah proyek yang telah mendapat persetujuan, baru 225 proyek dengan modal yang di -rencanakan sebesar Rp. 64,4 milyar. Dalam periode berikutnya, baik jumlah proyek yang telah mendapat persetujuan maupun jumlah modal yang direncanakan meningkat terus, sehingga sampai dengan Desember tahun 1972, jumlah proyek yang te- lah disetujui telah mencapai 1266 proyek dengan modal yang direncanakan sebesar Rp. 666,61 milyar. Jumlah proyek yang

19

Page 27: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

sudah dilaksanakan, juga selalu meningkat yaitu dari 62 proyek sampai dengan bulan Maret 1970, menjadi 734 proyek sampai dengan bulan Desember 1972.

Dilain pihak penanaman modal swasta yang telah disetudjui dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Asing, sejak tahun 1967 juga memperlihatkan kemajuan yang pesat disemua sektor. Permohonan penanaman modal asing yang telah disetujui sampai bulan Maret 1970 berjumlah 209 proyek, meliputi modal yang direncanakan sebesar US. $. 1.162,3 juta. Dalam periode berikutnya, jumlah proyek yang disetujui serta modal yang direncanakan meningkat terus, sehingga sampai akhir Desem- ber tahun 1972, jumlah proyek yang mendapat persetujuan adalah 543 proyek dengan modal yang direncanakan sebesar US. $. 2.265,0 juta.

Realisasi jumlah modal yang dilaksanakan juga selalu me-ningkat, yaitu dari US. S. 46,72 juta sampai dengan, bulan Maret 1970, menjadi US. $. 528,2 juta sampai akhir Desember tahun 1972.

Dalam periode yang sama yaitu dari tahun 1967 - tahun 1972, penanaman modal lainnya yang dilakukan oleh masyarakat termasuk pengusaha kecil, petani dan lain-lalu, diperkirakan telah meningkat pula.

Sejak tahun 1966, situasi moneter Internasional mengalami kegoncangan-kegoncangan hebat, yang ditandai dengan terjadi- nya berbagai krisis, seperti krisis poundsterling dalam tahun 1967, kemuduan diikuti oleh serangkaian krisis emas, franc, dollar dan sebagainya. Akibatnya, seluruh perkembangan ke - giatan produksi dan perdagangan dunia sejak saat itu menjadi terancam, sehingga beberapa negara merasa perlu untuk me-nyesuaikan diri dengan perubahan yang telah terjadi. Dalam hal ini, pelbagai tindakan telah dijalankan oleh negara yang sedang berkembang dalam rangka mempertahankan laju pem-bangunan dinegaranya masing-masimg.

Dalam hubungan ini, Pemerintah dalam periode yang sama telah pula mengambil pelbagai kebijaksanaan untuk

Page 28: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

menang-

20

Page 29: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

gulangi akibat-akibat krisis moneter internasional terhadap per -ekonomian kita. Dalam tahun 1966 untuk merehabilitir pereko-nomian, khususnya dibidang perdagangan luar negeri, dan aki - bat-akibat yang ditinggalkan oleh pemerintah orde lama, telah pula dikeluarkan peraturan 3 Oktober 1966. Dengan bertitik tolak kepada peraturan ini, dalam tahun-tahun selanjutnya, Pemerintah telah mengambil serangkaian kebijaksanaan-kebijaksanaan dibidang ekspor, impor dan lalu-lintas devisa. Sasaran kebijaksanaan adalah mendorong ekspor barang- barang utama dan mendorong ekspor barang lainnya. Kebijak-sanaan impor terutama diarahkam kepada penghematan devisa, memperluas kesempatan kerja dan mendorong produksi.

Dari tahun 1967 hingga tahun 1971/72, tingkat pertumbuhan ekspor berkisar antara 13,2% hngga 15,3% setahun. Ekspor minyak bumi mengalami kenaikan yang sangat menonjol setelah tahun anggaran 1970/71. Ekspor diluar minyak bumi menunjukkan naik turun dari tahun ketahun.

Jika dilihat menurut jenis barangnya, maka sejak tahun 1967 - tahun 1972, nilai ekspor barang-barang utama kecuali karet, kopi dan biji sawit pada umumnya mengalami kenaikan. Kenaikan yang menyolok diantara barang-barang ekspor diluar minyak bumi terjadi dalam ekspor kayu, yaitu dari US. $. 10,22 juta dalam tahun 1967 menjadi US. $. 227,8 juta dalam tahun 1972 atau kenaikan sebesar 2.133%.

Naik turunnya nilai ekspor diluar minyak dalam periode ter- sebut diatas, antara lain disebabkan pula oleh naik turunnya harga barang-barang ekspor Indonesia dipasaran dunia. Harga karet telah turun dengan 19,8% dalam tahun 1970 dan dengan 16,7% dalam tahun, 1971 dibandingkan de,ngan tahun-tahun sebelumnya. Dalam triwulan terakhir tahun 1972, harga mulai naik kembali dan dalam bulan Pebruari 1973, harganya telah mencapai tingkat harga tertinggi sejak tahun 1969.

Harga kopi, kopra, lada, timah, minyak sawit dan biji sa- wit dalam tahun 1970 berada pada tingkat yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dalam tahun-tahun selanjutnya yaitu tahun 1971 dan tahun 1972 harga-harga tersebut telah menu-

21

Page 30: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

run, kecuali harga kopi yang naik dalam tahun 1971 dan timah dalam tahun 1972.

Perkembangan impor mengalami kecenderungan yang me-ningkat setelah tahun anggaran 1970/71. Kecenderungan ini terutama berasal dari kenaikan impor diluar minyak bumi yang mengalami kenaikan sebesar 14,6% dam 27,1% dalam tahun 1971/72 dan tahun 1972/73. Jika dilihat menurut golongan barang, maka dari tahun 1967 - 1972 prosentase impor barang konsumsi senantiasa menurun, sebaliknya impor bahan baku dan barang modal menunjukkan prosentase yang selalu me-ningkat. Hal ini adalah sejalan dengan gerak pembangunan, dimana kebutuhan akan bahan baku dan modal seialu mening- kat.

Sejak tahun 1967, neraca pembayaran Indonesia menunjuk- kan perkembangan yang ditandai oleh makin membesarnya pembayaran untuk jasa-jasa. Selama periode tahun 1967 sam- pai tahun 1972/73, seluruh pengeluaran netto untuk jasa-jasa telah naik dengan 209,8%.

Dalam usaha untuk melengkapi kebutuhan akan devisa, ma- ka sejak tahun 1967 Indonesia telah menerima hantuan dari luar negeri. Bantuan tersebut berasal dari negara-negara kredi- tor atau badan-badan internasional, baik yang tergabung dalam Intergovernmental Group on Indonesia (IGGI) ataupun diluar itu seperti Polandia dan Rumania.

Dalam tahun 1968, jumlah bantuan luar negeri yang telah disetujui berjumlah US $ 175,9 juta. Dalam tahun-tahun beri -kutmya jumlah ini meningkat terus, hingga dalam tahun 1971/ 72 jumlah bantuan luar negeri yang sudah disetujui adalah sebesar US $ 646,3 juta. Jika dilihat menurut jenis bantuan luar negeri yang sudah diterima, maka umumnya bantuan ter - sebut dapat digolongkan dalam empat bentuk yaitu; bantuan devisa kredit, bantuan pangan, bantuan proyek dan bantuan tehnik.

Perlu pula dicatat, bahwa dalam hal penerimaian bantuan luar negeri, Pemerintah berpegang teguh kepada pendirian

22

Page 31: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

bahwa bantuan yang diterima dikemudian hari tidak akan memberati beban sebagaimana halnya dengan hutang-hutang Pemerintah lama. Karenanya sesuai dengan pendirian ini, Pe-merintah selalu berusaha agar bantuan-bantuan luar negeri diperoleh dengan syarat-syarat yang lunak, yaitu bunga antara 0 - 3% setahun, grace period antara 7 - 10 tahun dengan jangka waktu pembayaran antara 25 - 50 tahun, tidak mengikat atau kalau mungkin berbentuk sumbangan (grant).

Selanjutnya terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelesaian hutang-hutang lama serta penundaan pembayaran kembali hutang-hutang tersebut, telah dapat disele -saikan secara menyeluruh melalui kata sepakat yang tercapai dengan negara-negara anggota ”Paris Club” dalam bulan April 1970. Kata sepakat yang tercapai di Paris tersebut kemudian dituangkan dalam persetujuan-persetujuan bilateral dengan masing-masing negara. Kemudian atas dasar kata sepakat itu juga, telah pula diselesaikan secara bilateral hutang-hutang dengan Uni-Sovjet, Jerman-Timur dan Cekoslowakia.

Peranan pangan terutama beras sangatlah penting dalam perekonomian Indonesia. Kemantapan harga beras merupakan kunci penting bagi terwujudnya stabilitas ekonomi, yang me -rupakan prasyarat bagi berhasilnya pembangunan. Dilain pi- hak disadari pula bahwa produksi beras mempunyai sifat mu -siman dan mengandung unsur ketidak pastian karena sangat terpengaruh oleh iklim, cuaca, curah hujan, hama, bencana alam dan sebagainya.

Dalam periode tahun 1968 - tahun 1972 dapat dikatakan bahwa stabilitas harga beras dapat dipertahankan. Gambaran umum yang terdapat pada harga beras diberbagai kota penting menunjukkan, bahwa sejak harga beras mencapai titik puncak dalam permulaan tahun 1968, maka terdapat gejala turunnya harga beras secara terus menerus hingga pertengahan tahun 1969. Penurunan ini antara lain disebabkan, karena tahun 1968 panenan padi sangat baik dan untuk pertama kali dalam se- jarah, produksi beras melebih 10 juta ton.

23

Page 32: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Selanjutnya menjeiang akhir tahun 1969 dan permulaan ta- hun 1970, harga beras meningkat lagi. Akan tetapi peningkat - an harga ini tidaklah mencapai taraf harga beras dalam per- mulaan tahun 1968. Meskipun ini merupakan gejala musiman cepatnya kenaikan harga menunjukkan bahwa ada faktor- faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu panen musim kema- rau tidak sebaik yang diharapkan, sehingga persediaan beras masyarakat berkurang. Untuk mengatasi kenaikan harga beras tersebut, maka Pemerintah telah mengimpor beras yang cukup. Kemudian setelah diadakan penjualan-penjualan beras dipa- saran umum, maka harganya mereda kembali sampai menje- lang panen raya tahun 1970.

Dalam tahun 1970, Pemerintah telah mempertegas kebijak-sanaannya dibidang pangan, yaitu dengan memberikan perin- cian-perincian mengenai tingkat harga yang layak bagi petani (harga minimum) dan tingkat harga yang layak bagi stabili- sasi ekonomi (harga maksimum). Harga minimum ditetapkan Rp. 3,20 per kg untuk padi kering lumbung didesa, sedang - kan harga maksimum ditentukan Rp. 50,- per kg untuk beras bermutu sedang. Kebijaksanaan ini dijalankan. terus oleh Pemerintah dari tahun ketahun.

Dalam periode berikutnya harga beras pada kota-kota pen- ting sampai dengan bulan September 1972 memperlihatkan harga-harga dibawah harga maksimum. Harga beras mening- kat lagi sejak bulan Oktober 1972, dan mencapai tingkat harga yang lebih tinggi dari permulaan tahun 1968. Kenaikan harga beras tersebut antara lain disebabkan, karena kurangnya pro - duksi beras dalam tahun 1972 daripada apa yang diharapkan dan terbatasnya persediaan beras yang ada dalam tangan Pe-merintah. Kurangnya produksi beras tersebut, adalah sebagai akibat musim kemarau yang sangat kering dan untuk berbagai daerah ternyata sangat panjang, disamping adanya bencana banjir yang melanda dalam permulaan tahun 1972. Untuk mengatasi masalah kenaikan harga beras tersebut, maka Pe- merintah dalam waktu berikutnya telah pula dengan segera

24

Page 33: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

mengambil langkah-langkah untuk mengimpor beras dan se- terusnya didrop keseluruh daerah di Indonesia.

Sehubungan dengan impor beras, maka Pemerintah dari sejak semula selalu berusaha agar sebagian besar dari impor tersebut berasal dari bantuan pangan, dan sedikit mungkin menggunakan impor secana komersiil.

Dengan demikian dapat dihemat devisa ; dan disamping itu impor dengan bantuan pangan juga akan menghasilkan nilai lawan dalam rupiah yang dapat digunakan sebagai dana pembangunan.

Dilain pihak, harga padi dipasar-pasar pedesaan dipulau Jawa dalam periode tahun 1969 - tahun 1972, memperlihatkan harga yang selalu meningkat. Kenaikan yang sangat menyolok terjadi dari tahun 1969 ke tahun 1970 dimana harga meningkat antara 35% dan 40%. Perlu pula dicatat bahwa tinggi rendah- nya harga padi dipasar pedesaan, pada umumnya dipengaruhi oleh besar kecilnya panen dan pembelian padi oleh Pemerintah.

Bahan makanan lain yang banyak membantu dalam memantapkan harga beras, ialah tepung terigu. Sebagaimana diketahui tepung terigu ini berasal dari impor dan sebagian besar dari impor tersebut berasal dari bantuan pangan. Dari tahun 1968 - tahun 1970 jumlah impor terigu telah mening- kat yaitu dari 367 ribu ton dalam tahun 1968 menjadi 504 ribu ton dalam tahun 1970. Dalam tahun 1971 jumlah impor tepung terigu menurun menjadi 229 ribu ton. Hal ini antara lain disebabkan karena masih banyaknja sisa persediaan tepung terigu dari tahun sebelumnya dan dimulainya impor biji gandum dengan berdirinya tiga pabrik di Indonesia.

Sektor pertanian merupakan titik sentral usaha-usaha pem-bangunan, oleh karena sebagian terbesar rakyat Indonesia hi- dup disektor pertanian, dan juga sebagian besar pendapatan nasional berasal dari sektor tersebut. Dalam hal ini, Pemerintah memberikan perhatian utama kepada masalah produksi beras

25

Page 34: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

yang merupakan bahan makanan pokok rakyat dan menyang- kut program stabilisasi harga.

Produksi beras selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1971 menunjukkan peningkatan-peningkatan yang mengesankan, yang disebabkan peningkatan luas areal panen padi dan pening-katan hasil rata-rata padi per hektar. Luas areal panen padi dalam tahun 1968 adalah sebesar 8.020 ribu hektar, sedang da - lam tahun 1971 meningkat menjadi 8.221 ribu hektar. Hasil rata-rata produksi padi per hektar juga meningkat dari 24,38 kwintal per hektar dalam tahun 1968 menjadi 28,88 kwintal per hektar dalam tahun 1971. Dengan lebih luasnya areal pa - nen padi dan naiknya hasil rata-rata produksi padi, maka pro - duksi beras telah berhasil ditingkatkan dari 10.166 ribu ton dalam tahun 1968 menjadi 12.769 ribu ton dalam tahun 1971. Angka produksi padi dalam tahun 1972 belum dapat diketahui, akan tetapi diperkirakan lebih rendah dari pada yang di- harapkan. Hal itu terutama dilsebabkan oleh karena musim kemarau yang sangat kering, dan yang untuk beberapa daerah ternyata juga sangat panjang.

Salah satu sebab utama dari peningkatan hasil rata-rata per hektar, adalah diperluasnya program intensifikasi (Bimas dan Inmas) yang dalam masa 4 tahun telah meluaskan areal de- ngan 75% yang menggunakan bibit unggul. Faktor-faktor lain yang memungkinkan meningkatnya hasil rata-rata per hektar, adalah bertambah baiknya prasarana pengairan, meluasnja penggunaan pupuk dan insektisida, serta keadaan ikim yang menguntungkan, disamping makin baiknya sistim Bimas dan Inmas, khususnya dalam sistim penyediaan sarana produksi dan sistim pemberian kredit.

Produksi palawija sangat dipengaruhi oleh bermacam-ma- cam faktor, seperti musim dan serangan hama penyakit. Se-dangkan ekspor palawija dipengaruhi oleh produksi pangan pada umumnya dan harga palawija didalam negeri. Produksi jagung menunjukkan pola pertumbuhan yang tidak teratur. Hasil rata-rata per hektar mencapai jumlah yang tertinggi da-

26

Page 35: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

lam tahun 1971, yaitu 10,06 kwintal. Akan tetapi oleh karena luas panen dalam tahun 1971 lebih rendah dari pada tahun se -belumnya, maka produksi jagung lebih rendah dari pada tahun 1970, walaupun masih lebih tinggi dari pada tahun 1969. Demi -kian juga produksi ubi kayu dan ubi jalar menunjukkan jum-lah-jumlah yang tidak terlalu berbeda, dengan sedikit penurun-an dalam tahun 1971. Dalam hal kacang tanah dan kacang ke -dele, produksinya tidak terlalu berbeda dari tahun ketahun dan tidak begitu jelas arah perkembangannya. Perkembangan produksi hortikultura, yang sebagian besar terdiri dari buah-buahan dan sayur-sayuran, dalam tahun 1971 menunjukkan sedikit penurunan dari tahun sebelumnya, walaupun luas areal panen terus meningkat. Hal itu disebabkan turunnya produksi di pulau Jawa, walaupun terdapat peningkatan produksi di luar pulau Jawa.

Fungsi utama dari pada perkebunan, adalah sebagai salah satu penghasil devisa yang utama. Dengan berbagai usaha yang dijalankan sejak tahun 1968, antara lain berupa pembinaan dan bimbingan tehnis, penyuluhan pembibitan, peremajaan dan sebagainya, maka dalam 4 tahun terakhir sub sektor perke -bunan menunjukkan adanya kemajuan-kemajuan.

Produksi karet tidak menunjukkan kenaikan yang berarti, yaitu 103 ribu ton dalam tahun 1968 menjadi 116 ribu ton da -lam tahun 1972. Hal itu disebabkan antara lain karena terus menurunnya harga karet dipasar dunia dan dikuranginya in -tensitas penyadapan dibeberapa perkebunan untuk menjamin keseimbangan persediaan kulit sadap. Volume ekspor karet sejak tahun 1968 terus meningkat, akan tetapi dengan makin turunnya harga dipasar dunia, nilai ekspor terus menurun. Meskipun demikian terlihat titik terang bagi harga karet di-pasar dunia dengan naiknya harga minyak bumi yang meng -akibatkan kenaikan pada harga karet sintetis.

Dalam hal minyak dan biji sawit, produksinya meningkat dengan meyakinkan melalui usaha-usaha peremajaan, penanam-an bibit unggul dan penggunaan tehnik bertanam yang lebih

27

Page 36: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

maju. Disamping itu, terlihat kenaikan didalam luas areal yang disebabkan usaha konversi dari karet ke kelapa sawit. Luas areal meningkat dari 80 ribu hektar dalam tahun 1968, men- jadi 92 ribu hektar dalam tahun 1972. Produksi minyak sawit meningkat dari 122 ribu - ton dalam tahun 1968 menjadi 189 ribu ton dalam tahun 1972 dan produksi intisawit dari 24 ribu ton menjadi 41 ribu ton. Dari segi volume dan nilai ekspornya, terlihat perkembangan yang menggembirakan, karena harganya yang stabil, bahkan meningkat akhir-akhir ini. Nilai ekspor minyak sawit meningkat dari US $ 18,3 juta dalam tahun 1968, menjadi US $ 30,2 juta dalam tahun 1972.

Komoditi lainnya yang menunjukkan perkembangan yang baik adalah teh. Produksinya terus meningkat dan harganya- pun sedikit meningkat. Usaha-usaha penyempurnaan terus dilaksanakan, antara lain dengan perbaikan mutu pemetikan, handling pucuk, rehabilitasi pabrik dan sebagainya.

Produksi perkebunan rakyat dalam tahun-tahun sejak di -mulainya PELITA I, pada umumnya meningkat setiap tahun- nya. Diantaranya produksi gula mangkok dan cengkeh, mem-perlihatkan kenaikan yang menonjol. Dalam tahun-tahun ter- akhir ini, perhatian masyarakat terhadap cengkeh sangat be- sar sekali.

Dilain pihak dalam rangka pemberantasan hama kelapa se- xava, terutama didaerah Sangir dan Talaut, telah pula diada- kan pemberantasan yang intensif. Pemberantasan ini ada yang melalui penyemprotan dari udara dan ada juga yang dari darat.

Sejak tahun 1968, produksi perikanan secara keseluruhan memperlihatkan suatu kenaikan, walaupun kenaikannya belum seperti yang diharapkan. Sejak tahun 1968 sampai dengan ta- hun 1972, produksi perikanan secara keseluruhan naik dengan kurang lebih 9,4% atau rata-rata 1,9% setahun. Kenaikan pro -duksi tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan produksi hasil perikanan laut, khususnya udang, ikan tuna, ikan caka - lang, ikan hias dan katak. Disamping itu, selama REPELITA

Page 37: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

telah dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi beberapa sarana perikanan.

Sebaliknya produksi perikanan darat mulai tahun 1969 sam- pai dengan tahun 1971, memperlihatkan suatu penurunan, walaupun relatif kecil ; dan tahun 1972 sudah mulai menaik lagi. Penurunan tersebut, disebabkan antara lain karena musim yang kurang menguntungkan bagi usaha perikanan darat, ha- ma ”lernea” dan adanya pergeseran lapangan usaha rakyat dari perikanan darat ke penebangan kayu didaerah Kaliman- tan.

Mengenai armada perikanan laut, jumlah kapal motor mem-perlihatkan suatu peningkatan, tetapi sebaliknya dalam tahun 1971 jumlah perahu lajar sudah mulai berkurang.

Sejak tahun 1968 hingga tahun 1972, kegiatan-kegiatan da- lam rangka penanaman modal dalam negeri bergerak dalam penangkapan dan pemasaran udang dan ikan. Untuk hal itu telah dibangun antara lain 4 buah pengawet ikan, berupa cold storage dengan jumlah kapasitas 1.200 ton. Kegiatan dalam rangka penanaman modal asing, umumnya bergerak dibidang penangkapan udang. Disamping itu, terdapat juga sebuah per -usahaan dibidang pengolahan, dan sebuah perusahaan mela- kukan pemeliharaan mutiara.

Sebagai akibat perkembangan diatas, volume dan nilai ekspor hasil-hasil perikanan meningkat dengan cukup besar dari tahun ketahun. Volume ekspor dalam tahun 1968, se- besar 19.717 ton meningkat menjadi 23.387 ton dalam tahun 1972. Nilai ekspor meningkat dari US $ 1,8 juta dalam tahun 1968 menjadi US $ 19,5 juta dalam tahun 1972. Angka-angka untuk tahun 1972 tersebut, hanyalah sampai dengan bulan Agustus 1972.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, tampak bahwa peranan sek- tor kehutanan dalam pembangunan ekonomi terus meningkat dengan pesat. Devisa negara yang berasal dari sektor kehu- tanan telah menduduki tempat ketiga, sebagai sumber ter-

28

Page 38: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

29

Page 39: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

besar sesudah minyak bumi dan hasil pertanian. Produksi hasil hutan, khususnya kayu, telah mengalami kenaikan yang cepat sejak tahun 1968, terutama dengan dibukanya kesem- patan bagi modal asing memasuki kegiatan pengusahaan hutan.

Produksi kayu menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 41% tiap tahun dalam lima tahun terakhir, sedang kenaikan ekspor kayu rata-rata 45% setahun. Produksi kayu dalam tahun 1968 adalah sebesar 5.251 ribu m3 r.e. yang meningkat menjadi 16.225 ribu m3 r.e. dalam tahun 1972. Ekspor kayu meningkat dari 1.240 ribu m3 r.e. dalam tahun 1968 menjadi 13.520 ribu m3 r.e. Lebih kurang 80% dari ekspor kayu ter - sebut, ditujukan kenegara Jepang. Nilai devisa yang dihasil- kan dari ekspor kayu tersebut, juga terus meningkat yaitu dari US $ 12,5 juta dalam tahun 1968, menjadi US $ 220,9 juta dalam tahun 1972.

Untuk mengatai meluasnya tanah-tanah kosong sebagai akibat perladangan liar, penebangan liar dan kebakaran, maka telah diambil beberapa tindakan seperti gerakan penghijau- an, menghentikan pemberian areal-areal konsesi, meningkat - kan penyuluhan kepada rakyat dan sebagainya. Selama masa tahun 1969 sampai tahun 1972, telah dilaksanakan reboisasi seluas 76.000 hektar dan rehabilitasi hutan seluas 470.000 hektar, yang merupakan usaha-usaha kearah peningkatan potensi hutan dalam produksi kayu dan non-kayu, dan secara tidak langsung sebagai usaha pengurangan bahaya banjir dan kekeringan.

Pembangunan sub sektor peternakan sangat.penting dalam rangka memperbesar penyediaan bahan makanan yang mem- punyai nilai gizi yang tinggi, meningkatkan penghasilan de- visa dan meningkatkan pendapatan rakyat. Produksi daging dan telor, menunjukkan perkembangan yang mgnggembirakan sejak tahun 1968 hingga tahun 1972. Produksi daging dalam tahun 1968 adalah sebesar 305.095 ton, sedang dalam tahun 1972 produksi daging mencapai jumlah sebesar 354.251 ton.

Page 40: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Produksi telur juga mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu dari 1,2 milyar butir dalam tahun 1968 menjadi 1,7 milyar butir dalam tahun 1972. Sebaliknya produksi susu menunjukkan pola yang tidak menentu. Produksi tertinggi dalam lima tahun terakhir, adalah dalam tahun 1971 yaitu sebesar 67,1 juta liter.

Walaupun demikian, bidang peternakan masih menghadapi berbagai kesulitan, seperti tingginya biaya pemasaran, ter -batasnya bibit-bibit unggul yang mempunyai produktivitas tinggi, penyakit ternak dan sebagainya. Usaha-usaha Peme- rintah dalam. hal ini, adalah dengan mengadakan suntikan ternak, penyuluhan dalam hal cara-cara berternak yang pro- duktif dan effisien, penyebaran bibit ternak dan sebagainya.

Sub sektor peternakan menghasilkan devisa dari ekspor kulit, tulang, sapi dan kerbau. Ekspor sapi dan kerbau dalam tahun 1968 menghasilkan devisa sebesar US $ 952 ribu, yang meningkat menjadi US $ 1.662 ribu dalam tahun 1972. Meski- pun nilai ekspor ternak tidak terlalu besar, peranannya sebagai penyumbang dalam usaha peningkatan pendapatan petani ada- lah sangat penting. Oleh karena itu, segala usaha akan di- jalankan untuk memperbesar ekspor ternak dimasa mendatang.

Dibidang industri, selama periode tahun 1968 sampai tahun 1972 terlihat adanya kemajuan-kemajuan. yang menggembira- kan, yang nampak erat hubungannya dengan iklim perekono- mian yang semakin mantap. Disamping itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah antara lain dibidang perkreditan, perpajakan dan penanaman modal, telah secara langsung mau- pun tidak langsung meningkatkan kegairahan berusaha.

Produksi beberapa sektor industri telah melampaui sasaran produksi yang telah ditetapkan sampai akhir PELITA I se - perti industri tekstil, industri ringan dan kerajinan rakyat serta industri logam, mesin, peralatan dan prasarana perhu-bungan. Demikian pula halnya dengan industri pupuk, semen dan industri kimia lainnya, produksinya selalu meningkat dari tahun ketahun.

30

Page 41: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

31

Page 42: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Pada dasarnya sifat pertumbuhan dan perkembangan sektor industri selama periode tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut : (1) kenaikan volume produksi yang disertai pula de- ngan perbaikan-perbaikan mutu, penambahan jenis produksi baru dan modernisasi hasil-hasil produksi dalam negeri; (2) semakin bertambah besarnya barang-barang buatan dalam negeri yang diekspor; (3) meningkatnya jumlah penanaman modal swasta baik asing maupun domestik; (4) adanya pero- bahan komposisi impor : impor barang konsumsi menurun, se-dang impor bahan-bahan baku dan penolong menaik.

Dalam awal PELITA I, produksi pupuk dalani negeri hanya berasal dari pabrik pupuk Pusri (I) dengan kapasitas design 100.000 ton pupuk urea atau 46.500 ton pupuk N setahun. Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi pupuk antara lain .dilakwkan dengan pembangunan pabrik Petrakimia Gresik, de-ngan design kapasitas 45.000 ton pupuk urea dan 150.000 ton pupuk Z.A. setahun atau 52.200 ton pupuk N setahun. Pabrik ini, telah dapat diselesaikan pembangunannya pada akhir Mei tahun 1972, dan pada waktu ini sudah mulai menghasilkan pupuk-pupuk urea dan Z.A. Disamping itu, diusahakan pula perluasan pabrik pupuk PUSRI, yaitu dengan meningkatkan kapasitas menjadi 480.000 ton setahun pupuk urea atau 223.800 ton setahun pupuk N. Perluasan pabrik ini, diperkira- kan selesai dalam tahun 1974, Produksi pupuk pada tahun 1972 mencapai 114.800 ton urea dan 26.700 ton Z.A. Dalam tahun 1968, produksi pupuk, baru satu jenis saja, yaitu pupuk urea sejumlah 96.000 ton. Dalam tahun 1971/72, telah selesai dilak -sanakan Survey Nasional Pupuk dengan bantuan biaya dari Bank Dunia. Sebagai kelanjutan dari Survey ini, telah diper -siapkan feasibility study untuk pembangunan pabrik pupuk baru, dengan penggunaan bahan baku gas alam.

Dalam tahun 1968, produksi semen mencapai jumlah 410 ribu ton, kemudian meningkat menjadi 609,3 ribu ton dalam tahun 1972. Pada awal tahun Pelita I, industri semen di Indonesia memiliki kapasitas potensiil sejumlah 615.000 ton. Kemudian dengan akan selesainya perluasan pabrik semen Gresik pada

32

Page 43: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

akhir tahun 1972/73 serta peningkatan produksi di Padang, maka kapasitas industri semen di Indonesia akan meningkat menjadi 770.000 ton setahun.

Produksi industri kimia lainnya selama periode tersebut, menunjukkan perkembangan yang cukup memuaskan. Produk- si ban kendaraan bermotor meningkat setiap tahunnya. Da- lam tahun 1972 produksi ini mencapai jumlah 732.500 ton, yang berarti suatu kenaikan sebesar 58% terhadap tahun se -belumnya, atau kenaikan sebesar 205,2% terhadap produksi tahun 1968. Hal ini disebabkan antara lain, karena telah dise -lesaikannya perluasan tahap pertama P.T. Good Year dan Pa- brik Ban Palembang. Dalam tahun 1972, produksi soda men- capai jumlah 2.740. ton, dibandingkan dengan 500 ton dalam tahun 1968. Produksi garam telah mengalami peningkatan se - telah mengalami penurunan dalam tahun-tahun sebelumnya. Produksi garam pada tahun 1972 telah mencapai 175.000 ton. Kenaikan ini dimungkinkan, karena telah dilaksanakannya pe-nyehatan perusahaan secara bertahap/disamping adanya mu- sim kemarau yang panjang.

Produksi zat asam sebesar 1.803.000 ton dalam tahun 1968 telah meningkat menjadi 3.540.200 ton pada tahun 1972. Se- dang produksi asam arang pada tahun 1972 mencapai 825 ton dibandingkan dengan 361 ton dalam tahun 1968.

Industri tekstil mengalami kemajuan yang pesat sejak tahun 1968. Dalam periode tahun 1968 - tahun 1971, produksi be- nang tenun berhasil meningkat dengan menyolok, yaitu 130.000 bales dalam tahun 1968 menjadi 278.000 bales dalam tahun 1972, yang berarti kenaikan sebesar 26,4% dibandingkan dengan tahun 1971 dan 114,15% dibandingkan dengan tahun 1968. Dibandingkan dengan sasaran-sasaran produksi yang ditetap- kan dalam REPELITA I, maka sasaran tersebut telah dapat dilampaui. Produksi tekstil dalam tahun 1972 mencapai 816 juta meter, yang berarti suatu kenaikan sebesar 25,6% dari tahun sebelumnya atau 157,4% dari tahun 1968.

33

Page 44: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

310383-(3).

Page 45: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Dalam bulan Mei 1970, telah pula diselesaikan rehabilitasi dan perluasan pabrik-pabrik kertas Leces dari kapasitas design 3.000 ton menjadi 9.000 ton setahun. Sedangkan pabrik kertas Padalarang telah pula ditingkatkan kapasitasnya dari 3.000 ton menjadi 3.600 ton dalam bulan Januari 1970. Selanjutnya per -luasan untuk meningkatkan kapasitas pabrik tersebut menjadi 4.000 ton setahun, sudah mendekati penyelesaian. Demikian pula Pabrik Kertas Gowa telah menyelesaikan prcigram reha-bilitasi peralatannya dalam bulan Oktober 1971 dan selanjut - nya diusahakan untuk dapat mencapai design kapasitasnya.

Produksi kertas dalam tahun 1972 mencapai 37.900 ton, yang berarti kenaikan sebesar 47,2% dari tahun 1971, atau 244,5% dari tahun 1968. Suatu usaha penting untuk mendapatkan lan-dasan bagi pengembangan industri kertas dan pulp, ialah di -selesaikannya Survey Nasional Kertas & Pulp oleh Konsultan dari Kanada dalam tahun 1972 dengan bantuan Pemerintah Kanada.

Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam industri farmasi sejak dilaksanakannya PELITA I, baik dalam sarana maupun produksi cukup memuaskan. Sehubungan dengan ini, untuk perbaikan mutu telah dilakukan usaha-usaha, antara lain de- ngan lebih memperketat syarat-syarat bagi pendirian sebuah pabrik, dengan mengharuskan adanya laboratorium khusus, lengkap dengan peralatannya.

Program industri dasar, yang meliputi program pengem- bangan industri logam, industri mesin, industri alat-alat listrik dan transport sejak dilaksanakannya PELITA I, pada umum- nya berkembang dengan baik. Hampir disemua bidang industri ini terdapat peningkatan produksi, baik mutu, jenis maupun jumlah dan ekspornya. Dalaam hubungan ini dapat dicatat, bahwa peningkatan yang pesat, antara lain terdapat pada industri pipa baja dan besi beton. Dalam tahun 1972, pro- -duksi pipa baja mencapai 34.000 ton, sedang produksi besi beton dalam tahun 1972 mencapai jumlah 36.000 ton. Disam- ping itu, industri assembling didalam negeri yang meliputi

34

Page 46: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

assembling mobil, sepeda motor dan mesin jahit mengalami kemajuan yang pesat.

Peningkatan-peningkatan produksi disektor industri antara lain disebabkan karena adanya kemajuan, yang pesat dibidang penanaman modal, baik domestik maupun asing. Sejak dikeluar -kannya Undang-undang Penanaman Modal Asing pada tahun 1967 dan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri pada tahun 1968, telah mulai berproduksi 111 proyek P.M.A. dan 355 proyek P.M.D.N. Perkembangan proyek-proyek tersebut telah memberikan sumbangan yang berarti, khususnya dalam pening-katan hasil-hasil produksi dalam negeri serta menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kegiatan-kegiatan, ekonomi pada umumnya. Sejak bulan Nopember 1968 sampai dengan tahun 1972, penanaman modal dalam negeri dibidang industri mencapai 926 proyek, dengan nilai investasi Rp. 367.606 juta. Fenanaman modal tersebut terutama terbesar di Jakarta, Jawa-Barat, Jawa-Timur dan Jawa-Tengah.

Penanaman modal asing dibidang industri selama priode tahun 1967 sampai dengan tahun 1972 telah mencapai jumlah 257 proyek dengan investasi sebesar US $ 489.9 juta. Menurut jenis proyek-proyek penanaman modal asing tersebut, bidang lo- gam, mesin dan listrik menduduki tempat pertama, kemudian diikuti oleh bidang makanan, minuman, tekstil dan industri kimia lainnya. Akan tetapi menurut jumlah investasi, bidang industri tekstil tetap memegang kedudukan yang teratas.

Sejak tahun 1968, sektor pertambangan secara umum telah menampakkan peningkatan yang terus menerus, badk dalam volume praduksi, nilai ekspor maupun jumlah-jumlah penanam- an modal.

Produksi minyak mentah telah menunjukkan kenaikan yang terus menerus sejak tahun 1968/69, yaitu ± 229 juta barrel menjadi±395,5 juta barrel dalam tahun 1972/73, yang berarti suatu kenaikan ± 75% atau rata-rata kenaikan ± 15% tiap tahun. Hal ini dapat dicapai antara lain karena berhasilnya pe -nemuan baru sumber-sumber minyak didaratan maupun dilepas

Page 47: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

35

Page 48: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

pantai. Sebagian dari penemuan itu ada yang dilakukan Perta-mina sendiri, maupun oleh perusahaan asing. Dewasa ini terdapat 47 kontraktor asing atas dasar productionn sharing dan dua perusahaan atas dasar kontrak karya, yaitu Caltex dan Stanvac. Ekspor minyak mentah dan minyak hasil pengilangan meningkat dari US $ 274.6 juta pada tahun 1968 menjadi US $ 979.3 juta pada tahun 1972.

Dalam tahun 1971 sebanyak 29 perusahaan telah melaksana- kan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, dimana sebanyak 164 sumur eksplorasi dan 298 sumur eksploitasi dibor, diantaranya 26 sumur diselesaikan sebagai sumur minyak dan 5 sebagai sumur gas. Sementara itu dalam tahun 1972, baik didaratan maupun dilepas pantai ditemukan cadangan-cadangan minyak baru.

Produksi timah sejak tahun 1968 sampai dengain tahun 1972, telah menunjukkan penin.gkatan yang terus menerus, yaitu dari produksi sebesar 16.938 ton, menjadi sebesar ± 21.000 ton dalam tahun 1972 atau kenaikan rata-rata tiap tahun seki- tar 9%. Hal ini disebabkan antaxa lain karena adanya rehabi- litasi pada, unit-unit produksi, pembukaan lapangan-lapangan penambangan baru dan peraturan-peraturan baru yang me-nguntungkan.

Produksi bauksit dalam tahun 1968 berjumlah sekitar 879.000 ton dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1.276.000 ton, dalam tahun 1972/73 yaitu suatu peningkatan sekitar 45%.

Jumlah dan nilai ekspor bauksit tiap tahun selalu meningkat yaitu dari jumlah sebesar 814.360 ton selain US $ 4,037,821 dalam tahun 1968 menjadi 1.162.692 ton dengan nilai US $ 5,950,205 dalam tahun 1972, suatu kenaikan ± 47% atau kenaikan rata-rata ± 9,5% per tahum.

Produksi nikkel sejak tahun 1968 selalu meningkat, yaitu dari ± 262 ribu ton menjadi sekitar 935 rvbu ton dalam tahun 1972.

Demikian pula ekspor nikkel telah memperlihatkan kenaikan terus menerus tiap tahun. Dalam tahun 1968 ekspor nikkel

Page 49: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

ber-

36

Page 50: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

jumlah ± 232 ton dengan nilai US $ 2,280,000 dan dalam tahun 1972 menjadi 838 ribu ton dengan nilai US $ 11,770,000. Keada-an ini memperlihatkan, bahwa dalam periode tersebut terdapat suatu kenaikan, yang cukup besar.

Dalam permulaan tahun 1971, telah diekspor pasir besi ke Jepang, sesuai dengan kontrak yang telah ditandatangani untuk jangka waktu selama 10 tahun. Jumlah ekspor dalam tahun 1971 sebesar 243.000 ton dengan nilai US $ 1,162,000. sedang dalam tahun 1972 volume ekspor meningkat menjadi 276.000 ton dengan nilai US $ 1,150,000. Penurunan nilai ini, satu dan lain hal disebabkan karena perubahan kwalitas.

Sejak pertengahan tahun 1967, telah dilakukan eksplorasi tem-baga dipegunungan tengah Irian-Jaya oleh Freeport Indonesia Inc. Pada saat ini usaha tersebut telah mendekati penyelesaian konstruksinya. Rencana biaya seluruhnya adalah sekitar US $ 146 juta. Jumlah tenaga kerja pada saat ini adalah 1.525 orang termasuk didalamnya 477 tenaga asing. Dalam tahun 1972 telah diekspor untuk pertama kalinya tembaga ke Jepang sebanyak 9.000 ton dengan nilai US $ 4 juta. Adapun rencana ekspor per tahun adalah sekitar 225 ribu ton, dengan nilai US $ 76 juta.

Sejak bulan Maret 1972, telah diekspor batuan granit se-jumlah 80.000 ton dengan nilai US $ 250,000 dan diharapkan produksi untuk tahun mendatang dapat ditingkatkan. Semen- tara itu, untuk mengeksplorasi endapan granit dikepulauan Karimun Besar, maka dalam bulan Oktober 1972, Pemerintah telah mengadakan kontrak karya dengan P.T. Karimun Granit dan sekarang telah dikerjakan 171 orang tenaga, termasuk diantara -nya tenaga asing.

Sebelum pelaksanaan Repelita I, keadaan prasarana pengairan baik jaringan-jaringan maupun bangunan-bangunan pengatur banjir pada umumnya tidak menggembirakan. Sekitar 60% dari prasarana irigasi tidak berfungsi lagi dan memerlukan rehabi litasi serta perbaikan. Disamping itu, sekitar 250 ribu ha sawah selalu terserang banjir.

37

Page 51: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Berdasarkan kepada kenyataan tersebut diatas, maka sejak pelaksanaan Repelita I, pembangunan yang dilaksanakan di- sektor irigasi, terutama adalah untuk menunjang usaha pening- katan produksi pangan, dengan dititik beratkan pada program rehabilitasi tanpa meninggalkan program perluasan. Sebagai hasil dari program tersebut, antara lain sampai Desember 1972 telah diperbaiki sistim irigasi yang meliputi areal seluas 688.780 hektar. Kemudian sehubungan dengan program perluasan iri- gasi, maka sampai Desember 1972 telah berhasil disiapkan areal pengairan yang dapat mengairi areal seluas 125.934 hektar. Kedua program tersebut, baik perbaikan maupun perluasan iri - gasi adalah terdiri dari proyek-proyek yang tersebar diseluruh daerah Indonesia.

Sehubungan, dengan usaha untuk mencegah dan menang- gulangi banjir serta pengamanan daerah-daerah produksi pangan, maka sejak Repelita I Pemerintah telah menjalankan program perbaikan dan pengamanan sungai. Program ini me- liputi pekerjaan-pekerjaan perbaikan dan penguatan tanggul- tanggul sungai, pembuatan coupure, pengerukan, sungai dan pekerjaan lainnya. Sampai denglan bulan Desember 1972, pro- gram ini telah dapat menyelamatkan areal seluas 200.177 hektar.

Disamping itu dalam Peliita I disektor irigasi, telah pula dilaksanakan program pembangunan pengairan lainnya. Ter- masuk dalam program ini, adalah proyek-proyek yang bersifat jangka panjang dimana pelaksanaannya merupakan proyek-pro- yek lanjutan, seperti proyek persawahan pasang surut, proyek perbaikan keadaan danau, proyek pengembangan wilayah su- ngai dan lain sebagainya. Sampai dengan bulan Desember 1.972, program ini telah berhasil membuka areal persawahan seluas kurang lebih 66.046 hektar. Dilain pihak sampai bulan Desem- ber 1972, telah pula dilaksanakan pelbagai kegiatan survey dan penelitian untuk menunjang program irigasi, seperti penyeli - dikan dan perencanaan sumber-sumber air, feasibility study pengembangan wilayah sungai, areal photo dan photogrametris daerah pengairan sungai dan lain sebagainya.

38

Page 52: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Sektor perhubungan memegang peranan yang menentukan dalam melancarkan arus barang dan jasa. Dalam permulaan tahun 1968, sektor ini belum menampakkan hasil yang meng -gembirakan. Akibatnya ongkos angkutan, telah meningkat jauh melebihi batas yang wajar.

Sehubungan dengan ini, dalam tahun 1968 Pemerintah telah berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan menitik beratkan kepada rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan-jaringan serta peralatan yang sudah ada. Kemudian dalam pelaksanaan PE-LITA I, usaha tersebut tetap diperhatikan, akan tetapi dalam batas-batas tertentu telah pula dilakukan usaha-usaha moderni -sasi peralatan serta pembangunan jaringan-jaringan yang baru. Pembangunan disektor perhubungan ini meliputi semua bagian -bagian perhubungan, seperti jalan raya, angkutan kereta api, angkutan sungai, ferry dan terusan ungkutan udara, angkutan laut, perhubungan pos dan telekomunikasi.

Usaha rehabilitasi jalan-jalan agak luas, baru dimulai sejak dilaksanakannya REPELITA I. Usaha ini ditekankan kepada ja -ringan jalan-jalan yang mempunyai nilai ekonomi yang penting bagi pembangunan.

Rehabilitasi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mengem-balikan kondisi jalan kepada keadaannya semula, tanpa menaik-kan kapasitas daya dukung dan geometrisnya. Sampai dengan akhir tahun 1972 dibidang jalan telah dicapai hasil-hasil antara lain: pemeliharaan jalan sepanjang 64.881 km, rehabilitasi jalan sepanjang 4.609,5 km, upgrading jalan sepanjang 2.284,5 km, pembangunan jalan sepanjang 126 km, rehabilitasi jembatan sepanjang 14.579 km, upgrading/pembangunan jembatan sepan-jang 8.199 meter dan lain sebagainya.

Angkutan kereta api tetap mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Sejak dimulainya Pelita I, sarana dan prasarana angkutan kereta api telah diper -baiki secara bertahap. Sasaran pokok dari program peningkatan angkutan kereta api, adalah dititik beratkan kepada usaha reha

39

Page 53: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

bilitasi dan upgrading meliputi fasilitas jalan dan jembatan, bangunan operasionil, sinyal telekomunikasi, gerbong barang, gerbong penumpang dan lain-lain. Sampai dengan akhir tahun. 1972 telah berhasil direhabilitr rel sepanjang 486,9 kilometer, lok uap 27 buah, lok diesel 36 buah, kereta 229 buah, gerbong barang 842 buah dan lain-lain. Akibatnya kapasitas perkereta- apian telah meningkat dengan cepat dan seirama dengan itu telah pula dapat ditingkatkan jasa-jasa kereta api dengan frek -wensi yang lebih teratur, baik untuk angkutan barang mau- pun penumpang.

Angkutan sungai menunjukkan peranannya yang bertambah lama bertambah penting bagi peningkatan volume ekspor dan pembangunan daerah, terutama di Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Begitu pula dengan angkutan air melalui danau dan hubungan ferry antara pulau-pulau yang tersebar diseluruh In-donesia.

Program peningkatan lalu-lintas di sungai dimulai dalam ta- hun 1970, dengan titik berat pada pemanfaatan sungai dan da - nau yang sudah dilayari. Sampai dengan tahun ke-4 Repelita I, telah berhasil dibangun dermaga-dermaga sungai dan danau hampir disemua pusat-pusat kegiatan perhubungan yaitu seba- nyak 24 buah, penambahan kapal kerja/inspeksi 24 buah, pe -ningkatan keamanan pelayaran sungai berupa pemasangan rambu-rambu sebanyak 789 buah dan lain sebagainya. Dibidang angkutan ferry telah berhasil dibuka hubungan-hubungan ferry antara beberapa daerah yang penting seperti antara Lombok (Ampenan) dan Bali ( Pd. Besi) ; Banda Aceh - Sabang; Belawan - Penang dan lain-lainnya.

Sementara itu untuk mejamin kelancaran perhubungan laut, maka perlu dilakukan peningkatan fasilitas-fasilitas yang meli- puti armada niaga, pelabuhan-pelabuhan, pengerukan alur pe -layaran, fasilitas keselamatan pelayaran, industri maritim dan lain sebagainya.

Dalam pertengahan tahun 1968, Armada Pelayanan Naga Nusantara hanya meliputi 221 buah kapal, dengan kapasitas angkutan sekitar 306.250 dwt. Kemudian dalam tahun 1969,

40

Page 54: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

telah dimulai program Regular Liner Service (RLS) dalam usaha menghidupkan kembali kegiatan pelayaran Nusantara antara seluruh pelabuhan penting di Indonesia. Sebagai akibat dari adanya program tersebut, jumlah kapal yang beroperasi telah meningkat terus sehingga dalam tahun 1972, jumlahnya adalah 282 buah kapal dengan kapasitas 321.699 dwt. Dilain pihak telah pula berhasil ditingkatkan jumlah pelabuhan yang termasuk dalam jaringan RLS yaitu dari 86 pelabuhan dalam tahun 1969 menjadi 105 pelabuhan dalam tahun 1972.

Kegiatan Armada Pelayaran Samudra bertujuan untuk me-ningkatkan partisipasi kapal-kapal perusahaan Nasional dalam pengangkutan barang-barang impor dan ekspor ke dan dari In-donesia. Dalam tahun 1968 jumlah kapal armada adalah 39 buah, dengan kapasitas angkut sekitar 354.400 dwt. Jumlah ka -pal armada ini, dari tahun ketahun selalu ditingkatkan hingga dalam tahun 1972, terdapat 53 kapal armada samudra yang terdiri dari 18 kapal milik dengan kapasitas 165.714 dwt dan 19 kapal sewa beli dengan kapasitas 162.866 dwt dan 16 kapal charter dengan kapasitas 143.710 dwt.

Dalam hubungannya dengan program perbaikan dan pening-katan perhubungan laut disamping usaha perbaikan armada, ju -ga dilaksanakan penambahan fasilitas pelabuhan dan pengeruk -an. Dibidang pelabuhan diutamakan usaha-usaha rehabilatasi/ upgrading dermaga dan gudang, fasilitas air/listrik, peralatan pengangkutan, fasilitas kepanduan, alat-alat bongkar muat dan lain sebagainya. Dilain pihak, dibidang produksi jasa dan in -dustri maritim antar-pulau, telah pula dilakukan kegiatan kegiatan menunjang perhubungan laut, seperti modernisasi ar -mada rakyat, rehabilitasi dok terutama untuk menampung kapal-kapal yang termasuk dalam program RLS dan lain-seba-gainya. Demikian pula halnya dibidang keselamatan pelayaran, juga dilakukan usaha-usaha untuk lebih menjamin pelayaran, keselamatan atas jiwa, harta benda dan keselamatan atas kapal. Kegiatan tersebut, meliputi rehabilitasi/upgrading menara suar, lampu suar, rambu suar, telekomunikasi, armada perambuan, gudang perambuan dan perumahan operasionil.

Page 55: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

41

Page 56: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Sektor perhubungan udara sejak tahun 1968 masih agak ter-kebelakang, baik dalam prasarana maupun armadanya. Dengan diberikannya kesempatan bagi usaha-usaha swasta yang didorong oleh perkembangan ekonomi yang meningkat, maka kenaikan dalam kapasitas penerbangan dalam negeri menjadi pesat sekali. Sampai dengan akhir tahun 1972 telah ada 19 peru-sahaan penerbangan yang teratur, seperti P.N. Garuda, P.N. Merpati Nusantara dan sebagainya. Sejalan dengan itu, pesawat terbangpun bertambah, yang dikuti dengan penyempurnaan pra-sarana. Sampai dengan tahun 1972, pesawat terbang Sipil yang beroperasi di Indonesia telah mencapai 272 buah yang terdiri dari berbagai-bagai type seperti F-27; F-28; DC-8; YS-11 dan lain sebagainya.

Perkembangan yang cepat dibidang pos dan giro terlihat, semenjak dilaksanakannya REPELITA I. Pembangunan kantor-kantor pos pembantu/kantor pos pedesaan semakan bertambah, disamping itu diadakan pula kegiatan pos, pos keliling, pela -yanan pos kilat, pos kilat khusus dan jasa-jasa pos lainnya.

Dibidang telekomunikasi, juga terlihat adanya kemajuan-ke-majuan yang pesat antara lain disebabkan karena penambahan unit-unit telepon dalam rangka otomatisasi sentral-sentral oto -mat. Kemajuan ini, menjadi lebih cepat lagi dengan diberikan nya beberapa jaringan microwave dalam negeri antara Jakar- ta - Bandung - Cirebon - Semarang dan Yogyakarta.

Sementara itu, sektor pariwisata kelihatannya mempunjai prospek yang menggembirakan. Sektor ini berkembang dengan pesatnya sejak tahun 1968. Sehubungan dengan ini, prasarana/ fasilitas yang terdapat pada beberapa daerah utama wisata seperti Bali, Jakarta, Medan dan Yogyakarta senantiasa di -tingkatkan. Demikian pula untuk menyongsong konperensi P A T A yang akan diselenggarakan di Indonesia, telah pula dimulai persiapan-persiapan seperti akomodasi hotel, transport, guide, tempat-tempat rekreasi dan fasilitas-fasilitas lainnya.

Pembangunan dibidang listrik sejak tahun 1968 - tahun 1972, telah memperlihatkan hasil-hasil yang meningkat. Hasil

Page 57: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

tersebut antara lain adalah rehabilitasi dan pembangunan pusat

42

Page 58: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

pembangkit sejumlah 156.66 MW; jaring transmissi sepanjang 292,9 km; gardu induk sejumlah 141.213 MVA, jaringan te -gangan tinggi sepanjang 809,99 km, gardu distribusi 830 buah dan jaring tegangan rendah sepanjang 979,49 km. Sasaran utama dari usaha rehabilitasi dan pembangunan kelistrikan adalah peningkatan daya terpasang dan memperbaiki keseim-bangan antara daya terpasang dan jarungan listrik, baik trans -missi maupun distribusinya.

Disamping itu, perlu pula dicatat bahwa baik rehabilitasi mau-pun peningkatan daya listrik proyeknya tersebar diseluruh Indonesia, sebagian ada yang menggunakan bantuan luar negeri dan sebagian lagi dibiayai sendiri oleh Pemerintah. Dilain pihak penyedaaan tenaga bistrik PLN menunjukkan peningkatan, yaitu dari kenaikan sekitar 6% dalam kwh setahun dalam tahun 1968, menjadi 11% dalam tahun 1971. Demikian pula halnya dalam periode tahun 1969 - tahun 1972, telah pula dapat dilakukan rehabilitasi distribusi gas sepanjang 107 km, penggantian meter distribusi sebanyak 5.100 buah dan rehabilitasi generator gas batubara/minyak berat beserta perlengkapannya dengan total kapasitas 88.000 m3 gas per hari.

Usaha perbaikan ekonomi dan pembangunan pada umumnya ditujukan pula pada sektor daerah dan pedesaan, karena se-bagian besar penduduk Indonesia hidup disektor tersebut. Da- lam hubungan ini, maka mulai tahun 1969/70 mulai dilaksa -nakan program bantuan Desa yang dimaksudkan untuk mem-berikan perangsang bagi usaha desa yang produktif dengan memanfaatkan potensi kegotong-royongan yang hidup didaerah pedesaan. Program bantuan desa berbentuk bantuan keuangan sebesar Rp. 100.000,- tiap desa.

Prosedur pelaksanaan pemberian bantuan diberikan langsung pada Kepala Desa melalui cabang-cabang Bank Rakyat Indo-nesia, yang terdekat, sedangkan pemilihan proyek pembangunan desa serta pelaksanaannya, dilaksanakan sepenuhnya oleh desa sendiri. Sasaran kegiatan pembangunan desa, tidak hanya mencakup proyek-proyek dibidang ekonomi tetapi juga menca-

43

Page 59: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

kup proyek-proyek dibidang sosial dan perbaikan kemampuan organisasi Pemerintahan Desa.

Selama tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1971/72, Peme- rintah telah menyediakan dana untuk program bantuan desa sebesar Rp. 15,45 milyar. Bersamaan dengan bantuan dari Pe -merintah tersebut, melalui usaha-usaha swadaya dan kego- tong-royongan masyarakat, desa-desa yang bersangkutan se - cara keseluruhan telah berhasil mengerahkan dana dan daya pembangunan yang mempunyai nilai sebesar Rp. 36,8 milyar. Proyek-proyek yang dibangun melalui program bantuan desa, terdiri dari prasarana produktif desa, prasarana perhubungan desa, prasarana pemasaran hasil-hasil produksi dan proyek- proyek lain yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat desa seperti balai pengobatan. Selama tiga tahun pertama pe-laksanaan PELITA I, jumlah proyek yang telah diselesaikan adalah sebanyak 231.800 proyek. Disamping itu, dalam rang- ka pembinaan desa telah dilakukan penelitian yang menyeluruh mengenai daerah pedesaan, ,,perlombaan desa” untuk mengge-rakkan pembangunan desa secara Iebih intensif, serta usaha pembangunan desa-desa baru (resettlement desa) untuk me- ngisi desa-desa yang relatif kurang padat penduduknya dan menampung penduduk yang cara hidupnya masih berpindah-pindah.

Sebagai salah satu usaha penting untuk meningkatkan per- luasan kesempatan kerja dan meningkatkan ketrampilan me-rencanakan dan melaksanakan proyek-proyek pembangunan bagi Daerah-daerah tingkat II, maka mulai tahun 1970/71, Pemerintah telah memberi sumbangan pembangunan kepada tiap-tiap Kabupaten dan Kotamadya (Daerah tingkat II) sebe- sar Rp. 50,- per kapita. Maksud program bantuan Kabupaten dan Kotamadya tersebut, ialah untuk meningkatkan partisi- pasi Daerah dalam usaha pembangunan, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kegiatan perekonomian daerah. Da- lam hubungan ini yang menjadi sasaran pokok ialah pemba-

44

Page 60: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

ngunan/rehabilitasi dan perbaikan prasarana perekonomian didaerah, terutama jalan, jembatan, irigasi serta usaha-usaha lain yang bertujuan kearah pengawetan tanah dan air, seperti penghijauan, penghutanan kembali dan pencegahan banjir.

Jumlah sumbangan Kabupaten/Kotamadya telah ditingkat - kan menjadi Rp. 75,- per kapita pada tahun 1971/72 dan Rp. 100,- per kapita dalam tahun 1972/73. Jumlah seluruh sumbangan ini adalah Rp. 5,7 milyar untuk tahun 1970/71, Rp. 8,823 milyar untuk tahun 1971/72 dan Rp. 12,8 milyar un -tuk tahun 1972/73. Selain bantuan yang diberikan atas dasar perhitungan Rp. 100,- per kapita, dalam tahun 1972/73 kepada Kabupaten dan Kotamadya tertentu, diberikan mesin giling jalan sebagai insentif khusus.

Ikhtisar pelaksanaan dan hasil-hasil yang dicapai selama ti - ga tahun adalah sebagai berikut: Panjang jalan dan jembatan yang dibangun dan luas sawah yang dapat diairi, telah me-ningkat dari tahun ketahun dan meliputi jumlah seluruhnya lebih dari 11.000 km jumlah jalan, ± 40.000 m jembatan dan+ 222.000 ha sawah yang dapat diairi. Jumlah proyek-proyek lainnya juga telah meningkat dan selama tiga tahun terakhir, jumlah ini telah mencapai 1.345 proyek. Proyek-proyek lain- nya ini mencakup pasar, riool, penghijauan dan lain-lain. Dari seluruh proyek sebanyak 7.134 buah, 3.254 proyek terdapat di Jawa-Timur, Jawa-Tengah dan Jawa-Barat. Selebihnya terda- pat didaerah-daerah lain Indonesia.

Sejak tahun 1969/70 sampai tahun 1972/73, untuk keperlu- an pembangunan daerah Irian-Jaya disediakan biaya sebesar Rp. 3,5 milyar tiap tahun. Disamping itu, tersedia pula bantuan PBB (FUNDWI) sebesar US $ 30 juta yang berupa bantuan proyek dan bantuan tehnis yang diperlukan untuk memper -siapkan proyek-proyek pembangunan di Irian - Jaya. Bantuan proyek dalam rangka FUNDWI yang telah dimulai, sejak tahun 1969 ini, meliputi terutama proyek-proyek perhu- bungan laut, darat, udara, pertanian, kehutanan, tenaga listrik, telekomunikasi, pendidikan dan tenaga kerja. Sementara itu

45

Page 61: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Pemerintah Belanda telah menyediakan US$ 5 juta melalui Bank Pembangunan Asia untuk dipergunakan bagi pemba- ngunan Irian-Jaya.

Hasil-hasil yang telah dicapai selama tiga tahun pelaksana - an pembangunan daerah Irian-Jaya, meliputi proyek-proyek pembangunan dibidang prasarana perhubungan udara, perhu- bungan laut, perhubungan darat, listrik, perumahan dan air minum, pertanian, kehutanan, peternakan, pendidikan dan se -bagainya.

Beberapa hasil penting pembangunan daerah Irian-Jaya ter - sebut adalah sebagai berikut: Telah selesai di-upgrade landas- an kapal terbang Sentani (Jayapura), Wamena, Rindani, Jef - man (Sorong), Mapah dan Nabirih. Upgrading untuk landasan kapal terbang yang lain seperti Kaimana, Enarotali, Manok- wari, Merauke dan Wagete, masih dalam taraf penyelesaian.Dibidang perhubungan laut dapat dikemukakan bahwa telah direhabilitir tiga buah galangan kapal masing-maping di Ma -nokwari, Sorong dan Merauke untuk memperbaiki 50 kapal- kapal Pemerintah Daerah yang sebagian besar tidak jalan ka - rena rusak. Disamping itu, telah selesai direhabilitir dermaga di Jayapura dan Sorong, sedang dermaga Merauke masih da- lam taraf penyelesaian. Dibidang perhubungan darat, telah di -selesaikan perbaikan jalan dan jembatan antara Jayapura - Sentani sepanjang 35 km, antara Biak dan Bosnik sepanjang 7 km, jalan-jalan dikota-kota dan penambahan jumlah alat- alat pengangkutan Beberapa proyek pembangunan dibidang listrik, perumahan dan air minum dibeberapa kota, telah da- pat diselesaikan. Dengan selesainya pemasangan measin-mesin diesel baru, maka sudah dapat dipenuhi kebutuhan akan listrik selama 24 jam di Jayapura, Biak, Sorong, Merauke dan Ma-nokwari. Disamping itu, perumahan-perumahan pegawai nege- ri telah selesai dibangun di Jayapura, Manokwari, Sorong, Se- rui dan Biak. Penyediaan air minum ditingkatkan dengan pe -nambahan pemasanganpipa-pipa saluran di Biak dan Jayapura, sedang pada akhir tahun ini diharapkan kebutuhan air minum

46

Page 62: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

untuk kota-kota Nabire dan Wamena dapat terpenuhi. Dibidang pendidikan, telah selesai dibangun gedung-gedung sekolah da- sar, sekolah teknik dan beberapa sekolah teladan serta sekolah -sekolah kejuruan, sedang gedung-gedung kuliah, laboratorium dan perpustakaan universitas Cenderawasih, telah selesai pula dibangun. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga-tenaga terdidik, telah diselesaikan pembangunan gedung Pusat Latihan Tenaga Kerja/Vocational Training Center (V.T.C.). Jurusan yang di- ajarkan oleh Pusat Latihan Tenaga Kerja tersebut ada lima: pertukangan bangunan, pertukangan kayu, mesin, listrik, auto -diesel. Masing-masing kursus lamanya 2 tahun dan telah di- mulai sejak tanggal 15 Maret 1971.

Dalam pelaksanaan program proyek kemanusiaan, sampai akhir tahun 1972, jumlah seluruh anak asuhan putera-puteri Irian Jaya ialah 6.000 orang. Kepada mereka telah diberikan bantuan-bantuan berupa pakaian seragam pramuka, pakaian-pakaian, alat-alat tulis-menulis, alat-alat pertukangan, bibit- bibit tanaman dan ternak. Disamping itu, dalam rangka me-ningkatkan kegiatan pembangunan di Irian-Jaya dan sebagai kelanjutan dari kerja sama antara Pemerintah dan FUNDWI, maka telah dibentuk suatu Yayasan Kerjasama Pembangunan Irian-Jaya (WIJDF). Tugas pokok daripada yayasan tersebut, ialah membentuk badan-badan usaha dalam bentuk pinjaman dan penyertaan modal. Disamping itu, yayasan tersebut juga dapat memberikan bantuan management serta bantuan tehnik pada badan-badan usaha yang memerlukannya.

Dibidang pendidikan dan kebudayaan, dalam jangka waktu antara tahun 1968 hingga tahun 1972 terdapat berbagai per-kembangan. Jumlah keseluruhan anak didik (negeri dan swas- ta) yang pada tahun 1968 berjumlah 16 juta, dalam tahun 1972 telah meningkat menjadi 19,2 juta, yang berarti suatu kenaikan sebesar 20%. Walawpun demikian, oleh karena dalam jangka waktu tersebut jumlah anak berusia sekolah juga meningkat dengan cepat bersamaan dengan perkembangan jumlah pendu- duk, maka persoalan ketidak seimbangan antara permintaan me-

47

Page 63: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

masuki sekolah dengan jumlah tempat yang tersedia, tetap me-rupakan masalah yang belum terpecahkan.

Disamping itu terdapat pula perkembangan perbandingan an- tara jumlah murid pada sekolah-sekolah umum dan sekolah- sekolah kejuruan & teknik. Kalau dalam tahun 1967/1968 pro -sentase jumlah anak pada sekolah umum (tingkat SLTA) di -bandingkan dengan jumlah anak pada sekolah-sekolah kejuruan & teknik (tingkat menengah atas) adalah 54,5% berbanding 45,5% maka pada tahun 1971/72 telah berubah menjadi 44,7% berbanding 55,3%.

Walaupun angka yang pasti tentang situasi dan kekurangan tenaga dibidang pendidikan belum dapat disajikan, namun ter-dapat perkembangan jumlah tenaga edukatif maupun adminis -tratif, yakni suatu peningkatan dari jumlah sebesar 164.148 orang pada tahun 1968 menjadi 169.567 orang pada tahun 1972. Untuk mempertinggi mutu tenaga-tenaga tersebut dari tahun 1969 hingga tahun 1972, sejumlah 15.986 orang telah mengikuti penataran baik didalam maupun diluar negeri.

Salah satu masalah yang dirasakan dibidang penyelenggara - an pendidikan sebelum Repelita I adalah kurangnya atau bahkan tidak tersedianya buku-buku pegangan (teks).

Dalam hubungan ini, maka dalam rangka pelaksanaan Repe- lita I, yakni antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah berhasil diprodusir 41,4 juta buah buku teks yang telah disebarkan ke -daerah-daerah.

Mengenai peningkatan fasilitas belajar, dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah berhasil direhabili- tir (beberapa buah gedung, diantaranya dibangun gedung baru), fasilitas-fasilitas belajar yang keseluruhannya meliputi luas bangunan sekitar 1,4 juta m2. Angka-angka ini belum termasuk kegiatam pembangunan. fasilitas belajar yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta masyarakat. Walaupun demikian, ka-rena besarnya ,,jurang perbedaan” antara kebutuhan dengan tersedianya fasilitas-fasilitas pendidikan, dalam tahun-tahun

48

Page 64: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

pelaksanaan Repelita I dan bahkan dalam tahun-tahun men-datang, maka masalah ini tetap merupakan persoalan yang te-rus menerus memerlukan tindakan-tindakan pemecahan.

Disamping perkembangan-perkembangan umum dibidang pendidikan tersebut diatas, berbagai kegiatan telah dilakukan unltuk mengatasi masalah-masalah didalam pembangunan bi-dang pendidikan dan kebudayaan.

Dalam lapangan pendidikan Sekolah Dasar kegiatan dalam rangka pelaksanaan Repelita I terutama dipusatkan kepada usaha pembaharuan kurikulum, penyediaan paket buku dan pe-nataran guru-guru SD. Untuk itu melalui 6 proyek pembaharu-an kurikulum dan metode mengajar, telah berhasil disusun ku-rikulum SD yang diperbaharui. Demikian pula antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilaksanakan penyediaan 36.791.000 buah buku-buku teks serta penataran 5.553 orang guru-guru Sekolah Dasar.

Dalam rangka penambahan pendidikan kejuruan pada se-kolah-sekolah umum, sejak dimulainya pelaksanaan Repelita I (tahun 1969) telah dipersiapkan pembangunan Tempat-tempat Pembinaan Ketrampilan (T.P.K.), yang ditujukan untuk menye-diakan fasilitas latihan praktek dan ketrampilan terutama bagi murid-murid sekolah umum. Sejak tahun 1971/72 delapan buah TFK telah dialihkan fungsinya dan ditetapkan menjadi perintis sekolah pembangunan, yang pembinaannya diserahkan kepada 8 buah IKIP. Kecuali itu, untuk meningkatkan mutu sekolah-sekolah lanjutan umum telah dicetak dan didistribusikan 3.030.000 buah buku teks dan penataran 1.680 orang guru se -kolah lanjutan umum.

Untuk peningkatan pendidikan teknik, dari 12 buah proyek peningkatan pendidikan teknik (instalasi pendidikan tek- nik) yang telah dimulai persiapan pembangunannya sejak 1969/1970, tiga buah diantaranya telah selesai dibangun dalam tahun 1972 dan telah ditetapkan menjadi/perintis Sekolah Teknik Menengah (STM) Pembangunan. Kecuali

49

310383-(4).

Page 65: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

itu dengan bantuan Bank Dunia akan dibangun 5 buah pusat latihan teknik, yang persiapan pembangunannya direncanakan dapat diselesaikan pada tahun 1973. Untuk meningkatkan mutu guru-guru teknik dan kejuruan antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilaksanakan penataran 1.989 orang guru-guru pen-didikan menengah kejuruan dan teknik. Dalam jangka waktu yang sama, telah berhasil pula direhabilitir 380 SMEP, 198 SMEA, 46 SKKP, 38 SKKA, 8 SPSA, 4 SPIK dan 55 STM.

Mengenai pendidikan guru, kegiatan dalam rangka pelaksana-an Repelita I terutama dipusatkan kepada rehabilitasi lembaga -lembaga pendidikan guru (SPG, SGPLB), penyediaan buku- buku teks dan penataran guru-guru SPG. Antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilaksanakan rehabilitasi (penambah-an/perluasan ruangan-ruangan) 140 buah SPG dan 2 buah SGPLB, pencetakan dan pendistribusian 612.031 buah buku-buku teks serta penataran 325 orang guru SPG.

Usaha-usaha pembinaan pendidikan tinggi dalam rangka pe -laksanaan Repelita I terutama ditujukan untuk meningkatkan mutu fakultas-fakultas pembina jurusan eksakta maupun non -eksakta sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang dipri-oritaskan. Dalam hubungan ini antara tahun 1969 hingga ta- hun 1972 telah direhabilitir/dibangun ruangan-ruangan labo-ratorium dan perpustakaan serta ruang kuliah, yang keselu-ruhannya meliputi luas 221.879 m2 ditambah lagi dengan per-lengkapan labaratorium-laboratorium. Juga telah diterjemahkan buku-buku ilmiah meliputi 48 lapangan keilmuan, disamping penulisan 9 buah naskah buku ilmiah. Sejak tahun 1970 hingga tahun 1972 telah diiselenggarakan penataran terhadap 1.124 orang dosen dari berbagai fakultas, mengirimkan 1.226 orang dosen untuk pendidikan diluar negeri, mengikutsertakan 69 orang dalam berbagai seminar, serta penataran 635 orang tenaga administrasi perguruan tinggi. Disamping kegiatan- kegiatan tersebut diatas, telah dilakukan pula 1angkah-langkah untuk meningkatkan effisiensi pengolahan lembaga-lembaga pendidikan tinggi.

50

Page 66: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Untuk kebutuhan pengembangan pendidikan telah dibentuk bank data, penyusunan modal kwantitatif perkembangan pen-didikan serta langkah-langkah pengembangan statistik pendi- dikan lacnnya.

Dalam rangka pembinaan kebudayaan, kegiatan-kegiatan Repelita I terutama dipusatkan kepada pengembangan pusat- pusat kesenian, konservatorium, rehabilitasi dan perluasan musium, serta inventarisasi dan dokumentasi kebudayaan. Apreaiasi seni budaya antara lain diusahakan memperkem-bangkannya melalui perlombaan kesenian pelajar tingkat pro -pinsi, mengirimkan missi kesenian pelajar antar propinsi, pe -mentasan dan pameran, penataran guru-guru kesenian, pem-baharuan kurikulum pendidikan kesenian serta berbagai ke- giatan lainnya. Dibidang pengembangan bahasa, sejak Agustus 1972 telah mudai dipergunakan ejaan yang disempurnakan.

Dilapangan olah raga, usaha pembangunan dilakukan antara lain berupa peningkatan sarana perkuliahan sekolah-sekolah olah raga (STO, SMOA), up-grading pelatih-pelatih dan turut serta dalam pertandingan-pertandingan internasional. Kecuali itu juga telah disiapkan 135 naskah buku-buku olah raga, 1.000 buah buku tentang prinsip-prinsip coaching, 50.000 buah buku pegangan mengajar olah raga pada sekolah dasar, serta 1.000 buah buletin ilmiah olah raga.

Guna meningkatkan pendidikan masyarakat dan orang dewasa, antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilang- sungkan berbagai kursus, yakni antara lain kursus PBH fungsionil, pengantar pembangunan, swadaya masyarakat, kejuruan masyarakat, pembimbing/kader masyarakat, kese-jahteraan keluarga, kejuruan wanita, kader perpustakaan masyarakat, panti karya pembangunan dan latihan-latihan melalui Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat (PLPM). Pengembangan kurikulum pendidikan diluar sekolah (non- formil) diarahkan kepada pembuatan paket-paket pendidikan. Demikian pula telah diusahakan penyusunan pola-pola penye -lenggaraan kegiatan pembinaan pemuda, termasuk masalah pengisian waktu terluang dan latihan-latihan ketrampilan.

Page 67: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

51

Page 68: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 berbagai usaha untuk mengembangkan serta menyempurnakan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat terhadap pendidikan telah pula dilakukan, antara lain dengan dilaksanakan- nya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)I sejak tahun 1972. Usaha-usaha ini terus akan disempurnakan dalam tahun-tahun mendatang, termasuk pula pengembangan administrasi dan pengelolaan pendidikan serta berbagai masalah khusus lainnya.

Dalam rangka pelaksanaan Repelita I telah dilakukan ber- bagai usaha jangka-pendek dibidang tenaga kerja dan pen- ciptaan kesempatan kerja yang sekaligus merµpakan pelak- sanaan Ketetapan MPRS No. XXVIII tahun 1966. Penciptaan kesempatan kerja selama Repelita I sebanyak lebih dari 1,8% per tahun dan penurunan pengangguran terbuka dari 5,4% pada tahun 1961 menjadi 2,2% pada tahun 1971 adalah meru- pakan salah satu hasil yang langsung dari pemberian prioritas pada pembangunan sektor pertanian, program-program pem-bangunan prasarana seperti jalan-jalan, pengairan dan lain- lain, disamping pengembangan disektor industri, termasuk pariwisata, serta hasil kebijaksanaan dibidang perkreditan dan penanaman modal.

Khususnya proyek Padat-Karya telah berhasil meningkat - kan pemanfaatan tenaga penganggur dan setengah pengang- gur dalam usaha-usaha perbaikan dan peluasan sarana-sarana ekonomi masyarakat pedesaan, seperti perbaikan terasering, penghijauan, jalan desa dan saluran tertier. Peningkatan pelaksanaan proyek Padat Karya tersebut meliputi, baik jum- lah pengerahan tenaga-kerja perhari, maupun hasil-hasil phisik yang telah dicapai.

Demikian pula, bantuan untuk pembangunan Kabupaten/ Kotamadya (yang telah dinaikkan menjadi Rp. 75 dan Rp. 100,- masing-masing per jiwa pada tahun 1971/72 dan 1972/73) telah dapat menimbulkan partisipasi masyarakat

52

Page 69: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

di daerah-daerah dengan diciptakannya proyek-proyek pro- duktif (seperti jalan, jembatan, dan pengairan) yang secara langsung berdaya-tampung terhadap tenaga kerja. Hal ini antara lain ternyata dari catatan-catatan bahwa 80% dari se- luruh biaya dipergunakan untuk membayar upah dan dengan demikian menciptakan kesempatan kerja secara langsung.

Program bantuan kepada Desa, sebesar Rp. 100.000,- untuk setiap Desa sejak tahun 1970/71, yang dipergunakan terutama untuk pembelian bahan-bahan yang diperlukan bagi proyek-proyek yang ditentukan sendiri oleh dan untuk masyarakat desa sendiri, ternyata selalu diimbangi oleh sumbangan masyarakat desa berupa tenaga-tenaga maupun bahan-bahan yang nilainya dua sampai tiga kali lebih besar dari pada jumlah bantuan yang diberikan.

Selanjutnya, peningkatan mutu pimpinan serta mutu ketram-pilan tenaga kerja diusahakan melalui Pusat-pusat Latihan Kerja (PLK) dibidang Industri dan dibidang Pertanian serta dalam bidang Management melalui Pusat-pusat Latihan Mana -gement. PLK-PLK (Industri dan Pertanian) serta PI-PL Management tersebut (18 PLK dan 5 Pusat Latihan Mana- gement) yang direhabilitir/dibangun dalam masa tahun 1969/ 70 sampai dengan tahun 1972/73, telah berhasil meningkat - kan dari tahun ketahun jumlah tenaga kerja yang dilatih, sehingga dari tahun 1969/70 sampai tahun 1972/73 tidak kurang dari 18.000 tenaga kerja industri, 5.400 tenaga kerja pertanian dan 5.000 tenaga management telah mendapatkan latihan-latihan yang produktif.

Dalam pada itu, sejak dimulainya kegiatan Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (BUTSI) dari tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1972/73 sebanyak 648 tenaga sarjana telah disebarkan kedesa, desa sebagai pelopor pembangunan masyarakat desa.

Dalam rangka pembinaan tenaga kerja, maka organi- sasi-organisasi karyawan diperkembangkan lebih kearah

53

Page 70: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

kepentingan karyawan dari pada perwakilan kegiatan politik, dengan tetap didasarkan pada landasan Undang-undang No. 18 tahun 1956 mengenai Berlakunya Dasar-dasar untuk Berorgani- sasi dan Berunding serta Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja. Selanjutnya sejak tahun 1969 telah dipersiapkan pembangunan Pusat Pembinaan Tenaga Kerja (Human Resources Deve- lopment Centre) serta pembangunan kompleks Yayasan Te- naga Kerja Indonesia yang akan merupakan pencerminan usaha untuk membina kerja-sama antara para peserta peng- hasil produksi, baik buruh, pengusaha maupun Pemerintah sendiri. Pusat-pusat pembinaan ini dimaksudkan untuk dijadi- kan tempat penelitian/pendidikan tenaga kerja, pertemuan-pertemuan dan seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kerja-sama antara berbagai pihak penghasil produksi sebagai - mana dimaksud diatas, baik yang bersifat bi-partite pada tingkat perusahaan maupun tri-partite pada tingkat daerah/ regional dan nasional.

Dalam rangka pelaksanaan Repelita I, pada tahun 1969, telah dilakukan survey pengupahan didalam bidang-bidang pertanian (tradisionil), industri kecil serta ,,pekerja bebas” dengan tujuan untuk merumuskan berbagai kebijaksanaan dibi-dang pengupahan. Sebelum survey tersebut, belum tersedia data-data tentang pengupahan di Indonesia. Demikian pula, pembentukan Dewan Penelitian Pengupahan Nasional pada tahun 1971, serta Dewan Penelitian Daerah didaerah-daerah yang banyak usaha-usaha industri, dimaksudkan untuk membantu Pemerintah merumuskan kebijaksanaan pengupah- an, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya, telah dilakukan perubahan dan perbaikan daftar Kebutuhan Fisik Minimurn (sebagai perubahan terhadap daftar KFM yang pernah disusun pada akhir tahun 1965) sejalan dengan bertambah bavknya kehidupan sosial-ekonomi sejak dilak-sanakannya Repelita I.

54

Page 71: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Dana Jaminan Sosial (sebagai suatu badan dilingkungan Departemen Tenaga Kerja) telah meletakkan sendi-sendi dasar dari adanya jaminan sosial, jaminan kecelakaan dan jaminan hari tua melalui suatu pertanggungan sosial (so - cial insurance). Penguatan kerangka hukum dibdidang per-tanggungan sosial ini telah diberikan untuk jaminan terhadap kecelakaan kerja dalam undang-undang tentang Kecelakaan (Undang-undang No. 2 tahun 1971).

Suatu kemajuan telah dicapai dalam pengaturan perlindung- an terhadap keselamatan tenaga kerja, yakni dengan adanya Undang-undang No. 1 tahun 1970 (Undang-undang tentang Keselamatan Kerja) yang membebankan secara langsung ke-wajiban-kewajiban untuk pencegahan kecelakaan (jaminan keselamatan kerja) pada tempat-tempat kerja maupun para pekerjanya. Selanjutnya, sejak dimulainya Repelita I hingga tahun 1972 telah dilakukan survey terhadap 4.500 tenaga kerja pada 50 perusahaan, dengan tujuan menelaah hygiene perusahaan dan keselamatan kerja (hyperkes), dan demikian pula survey terhadap 2.000 tenaga kerja mengenai akibat dari debu organik dan tumbuh-tumbuhan. Telah diadakan pula pendidikan 45 orang dokter perusahaan serta 35 orang pe- rawat perusahaan, sedangkan Pusat Laboratorium Hygiene Perusahaan telah dapat diselesaikan pembangunannya pada tahun 1972/73.

Dibidang kesehatan, kegiatan-kegiatan pembangunan dalam rangka pelaksanaan Repelita I terutama ditujukan untuk pen-didikan kesehatan masyarakat, pengembangan sarana-sarana kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pemulihan dan peningkatan kesehatan, pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, pendidikan dan latihan (tenaga-tenaga kesehatan), peningkatan penelitian dam survey (kesehatan), peningkatan hygiene dan sanitasi dan penyempurnaan sarana fisik pemerin -tahan.

Kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat terutama ditujukan untuk mempersiapkan usaha-usaha pendidikan kesehat -

55

Page 72: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

an masyarakat yang intensif dimasa datang. Dalam rangka ini, maka antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dapat di -selesaikan pembentukan unit-unit pendidikan kesehatan ma- syarakat dipropinsi-propinsi. Dalam jangka waktu tersebut di - atas, telah pula dilakukan up-grading 80 orang petugas pendi - dikan kesehatan masyarakat tingkat nasional serta upgrading 186 orang petugas pendidikan kesehatan masyarakat tingkat propinsi. Disamping itu dilakukan pula pendidikan spesialis pendidukan kesehatan masyarakat. Untuk mendapatkan suatu metode pendidikan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia, telah diadakan percobaan pada 17 buah Puskesmas.

Dalam hal sarana kesehatan, antara tahun 1968 hingga ta- hun 1972 nampak berbagai perkembangan. Dalam tahun 1968 terdapat 5.580 BKIA yang kemudian meningkat dalam tahun 1972 menjadi 6.330 buah. Disamping itu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah diselesaikan pembangunan 128 dapur susu dan 365 tempat persalinan. Balai pengobatan yang dalam tahun 1968 berjumlah 6.500 telah meningkat menjadi 7.629 buah pada tahun 1972. Pusat-pusat kesehatan masyara- kat (Puskesmas) dari jumlahnya sebanyak 207 dalam tahun 1967 telah meningkat menjadi 2.020 buah dalam tahun 1972.

Sementara itu antara tahun 1969 hingga tahun 1972, dari 480 buah rumah sakit umum Kabupaten, 51 buah diantaranya telah diberikan bantuan rehabilitasi. Disamping itu telah pula diberikan rehabilitasi terhadap 9 buah rumah sakit vertikal (langsung dibiayai oleh Pemerintah Pusat), rehabilitasi 18 buah dari 27 buah rumah sakiit jiwa, rehabilitasi 2 buah rumah sakit kusta serta rehabilitasi rumah-rumah sakit paru-paru.

Masih dalam rangka pengembangan sarana kesehatan, an- tara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah direhabilitir sebuah laboratorium pusat, 13 buah laboratorium propinsi, 70 buah laboratorium kabupaten, 370 laboratonium Puskesmas, perluas- an pabrik farmasi Depkes, rehabilitasi Depot Farmasi Pusat, rehabilitasi Lembaga Farmasi Nasional, rehabilitasi 17 buah

56

Page 73: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Depot Farmasi Propinsi, pembangunan unit penelitian obat -obatan diempat propinsi serta pembangunan 4 buah unit produksi obat-obatan propinsi.

Dalam hal pemberantasan penyakit menular, usaha pembe-rantasan terutama ditujukan terhadap penyakit cacar, kolera, pes, tbc paru-paru dan frambusia. Catatan-catatan menunjuk- kan bahwa jumlah penderita cacar adalah terus menurun, ke - cuali 6 buah propinsi yang masih terdapat, penyakit cacar, 10 buah propinsi lainnya telah dapat dipandang bebas dari penya- kit cacar. Akan tetapi dalam hal penyakit kolera, terdapat ke-nyataan bahwa jumlah penderita pada tahun 1971 adalah 10 kali lebih banyak daripada penderita dalam tahun 1969. Oleh karena itu maka pemberantasan penyakit kolera akan tetap merupakan tugas yang harus diprioritaskan dalam tahun- tahun mendatang. Mengenai penyakit malaria terlihat menu-runnya kasus penyakit pada daerah-daerah yang mendapat penyemprotan, sementara dilain pihak terdapat kecende- rungan menaiknya kasus penyakit malaria pada daerah- daerah yang tidak mendapatkan penyemprotan. Sedangkan da-lam pemberantasan penyakit pes usaha terutama dipusatkan didaerah-daerah yang berjangkitnya penyakit pes, yakni di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian un-tuk usaha pemberantasan penyakit TBC sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah digiatkan kembali vaksinasi BCG pada anak-anak umur 0 - 14 tahun. Dalam rangka ini telah diberikan vaksinasi terhadap 17.905.180 orang anak. Guna memberantas penyakit frambusia, sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 se-jumlah 32.045.218 orang telah dipeniksa dan 105.716 orang telah diobati.

Dalam lapangan pemulihan dan peningkatan kesehatan, telah dilakukan kegiatan-kegiatan peningkatan gizi, peningkatan kesehatan jiwa, peningkatan kesehatan gigi dan peningkatan kesehatan mata. Usaha dalam lapangan ini antara lain dilakukan melalui penelitian gizi, pembentukan unit-unit pengem- bangan gizi, seminar-seminar dan upgrading. Dalam hal

Page 74: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

peningkatan kesehatan jiwa telah direhabilitir tempat-tempat perawatan para penderita sakit jiwa. Peningkatan kesehatan gigi terutama diprioritaskan kepada rehabilitasi balai-balai pengobatan gigi, memperkembangkan unit-unit kesehatan gigi sekolah, pendidikan mengenai kesehatan gigi pada ibu-ibu ha- mil dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk meningkatkan kese- hatan mata, telah diberikan red palm oil kepada anak-anak pra sekolah dibeberapa daerah, penanggulangan penyakit tracho- ma, pendidikan tenaga-tenaga kesehatan untuk perawatan pe- nyakit mata, penyebaran dokter-dokter ahli mata kedaerah- daerah dan lain sebagainyia.

Guna meningkatkan penyediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilaksa- nakan pembangunan dan rehabilitasi pabrik farmasi pusat, rehabilitasi pabrik-pabrik farmasi didaerah-daerah, pengem- bangan pabrik assembling farmasi nasional, menyediakan perlengkapan-perlengkapan khusus rumah-rumah sakit, X ray, mesin tablet dan peralatannya, bahan baku obat-obatan, obat- obat jadi dan anti biotica serta berbagai usaha lainnya.

Dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan, pen- didikan tenaga-tenaga para medis juga telah dilaksanalcan, di -samping peningkatan mutu dan ketrampilan tenaga-tenaga yang telah ada.

Untuk peningkatan hygiene dan sanitasi, terutama telah di-lakukan usaha-usaha peningkatan hygiene air minum, khusus- nya dipedesaan. Sejak tahun 1969 hmgga tahun 1972 telah dipasang sebanyak 1.585 buah pompa air yang mencakup 158.500 orang penduduk. Demikian pula telah dikerjakan sis - tim pemipaan air (desa) sebanyak 57 buah yang mencakup 145.000 orang penduduk.

Disamping seluruh kegiatan-kegiatan tersebut, dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 berbagai peneli - tian dibidang kesehatan telah dilakukan, yang dimanfaatkan untuk penyusunan rencana pelaksanaan tahunan. Juga terus

57

Page 75: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

58

Page 76: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

dilakukan usaha-usaha untuk penyempurnaan sarana fisik dan administrasi kesehatan.

Dibidang keluarga berencana, berbagai usaha telah dilaku- kan, baik pada tahun tahun menjelang dimulainya Repelita I maupun dalam pelaksanaan Repelita I itu sendiri. Usaha-usaha ini meliputi kegiatan-kegiatan penerangan/motivasi, pendidikan dan latihan, penyediaan logistik dan sarana fisik, pelayanan medis serta penelitian dan evaluasi.

Penerangan keluarga berencana telah dilakukan melalui se-luruh sarana-sarana penerangan, baik sarana-sarana penerang- an yang tergolong sebagai ,,alat-alat penerangan modern” maupun sarana-sarana penerangan „tradisionil”. Untuk itu maka surat-surat kabar, radio (RRI dan radio swasta), tele- visi maupun keseniam rakyat seperti wayang, dagelan, ludruk dan lain-lainnya telah dimanfaatkan secara seksama. Disam- ping itu, pengalaman menunjukkan bahwa setelah secara umum masyarakat diberikan, pengertian terhadap keluarga berencana, segera diperlukan pula penerangan secara langsung (wawan muka). Kegiatan ini dilakukan terutama oleh para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Oleh karena peranan para PLKB ini ternyata cukup effektif maka sejak ta - hun 1971/72 telah dibina 1.930 tenaga PLKB, kemudian me-ningkat menjadi 3.774 dalam tahun 1972/73.

Setelah seseorang timbul kemauannya untuk melaksanakan keluarga berencana maka diperlukan tersedianya klinik-klinik yang dapat melayani mereka yang akan melaksanakan keluar- ga berencana. Jumlah klinik-klinik keluarga berencana yang dalam tahun 1967 berjumlah 116 buah, dalam tahun 1972/73 telah meningkat menjadi 2.084 buah. Disamping pelayanan pada klinik-klinik keluarga berencana, diberikan pula ,,pelayan- an khusus” bagi mereka yang baru saja melahirkan dan ingin melaksanakan keluarga berencana (hospital post partum). Kecuali itu kepada mereka yang melahirkan diluar rumah sakit atau klinik bersalin juga diberikan layanan khusus bagi mereka yang segera setelah melahirkan ingin melaksanakan keluarga berencana (field post partum program).

Page 77: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

59

Page 78: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut, telah dilakukan pula pendidikan dan latihan terhadap para petugas pelaksana pro- gram keluarga berencana. Kecuali itu, sedang dipersiapkan pula proyek pendidikan kependudukan yang ditujukan untuk kegiatan-kegiatan baik didalam maupun diluar sekolah.

Sementara itu usaha untuk menyediakan sarana logistik yang cukup dan teratur merupakan pula bagian kegiatan pelaksanaan program keluarga berencana. Khususnya selalu mendapat perhatian saksama mengenai penyediaan alat-alat kontrasepsi dalam jumlah, pada tempat dan waktu yang diper-lukan.

Usaha-usaha pengumpulan data terus digiatkan, begitu pula kegiatan dibidang pencatatan dan pelaporan. Berhasilnya kegi -atan dilapangan ini akan bermanfaat besar dalam penyusunan rencana operasionil tahunan serta penentuan pola-pola kebijak-sanaan.

Dalam pada itu nampak perkembangan jumlah akseptor baru dalam masa antara tahun 1967 hingga tahun 1072. Apabila dalam tahun 1967 jumlah akseptor baru adalah 6.456 orang, maka dalam tahun 1971/72 jumlah akseptor baru telah mening- kat menjadi 519.330 orang.

Sementara atu berbagai data mengenai ciri-ciri khas akseptor baru, khususnya atas dasar penelitian keadaan pada tahun 1972/73 menunjukkan beberapa hal penting. Pertama-tama data-data ini menunjukkan bahwa prosentase penggunaan ber-bagai macam alat kontrasepsi antara berbagai daerah tidaklah sama. Penemuan ini penting untuk dapat menyuusun suatu pola penyediaan logistik alat kontrasepsi antara berbagai daerah di -masa depan. Juga terdapat data yang menunjukkan bahwa bagian terbesar dari para akseptor baru adalah mereka dari ke -lompok umur 25 - 29 tahun. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan program keluarga berencana di Indonesia telah menjangkau bagian penduduk yang relatif berumur muda, atau golongan penduduk yang masih "subur" untuk melahirkan. Dipihak lain

60

Page 79: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

ternyata pula bahwa jumlah anak yang hidup yang dimiliki para akseptor baru rata-rata (median) sebesar 3,60. Ini ber - arti bahwa para akseptor baru di Indonesia, masih memiliki jumlah anak yang relatif besar. Dalam tahun-tahun menda- tang, usaha harus lebih diarahkan kepada pencapaian golongan penduduk yang belum mempunyai jumlah anak yang cukup besar. Ternyata pula bahwa 56,79% dari akseptor baru (tahun 1972/73) adalah terdiri dari rnereka yang suaminya adalah petani. Hal ini merupakan petunjuk, bahwa kegiatan keluarga berencana tidak hanya dapat diperkenalkan, bahkan telah mulai dilaksanakan oleh kalangan petani yang merupakan bagian ter-besar dari penduduk Indonesia. Kecuali itu juga ternyata bahwa pada tahun yang sama, 59% dari akseptor baru adalah buta huruf dan golongan yang berpendidikan tidak tamat Sekolah Dasar. Dengan data ini ternyatalah bahwasanya pelaksanaan keluarga berencana juga dapat ditenima bahkan dilaksanakan oleh golongan penduduk yang berpendidikan minim. Sementara itu ternyata pula bahwa terdapat suatu perkembangan dalam cara para akseptor baru mendapatkan pengetahuannya tentang keluarga berencana. Kalau dalam tahun 1971/72 lebih dari 50% para akseptor baru mendapatkan pengetahuan tentang ke- luarga berencana dari para petugas kesehatan, maka dalam tahun 1972/73 nampak peranan yang makin meningkat dari para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam memberikan petunjuk dan dorongan untuk menjadi akseptor baru. Bahan-bahan informasi ini menjadi petunjuk yang akan banyak membantu perumusan kebijaksanaan dan rencana pe-laksanaan keluarga berencana pada tahun-tahun yang akan datang.

Dibidang agama telah dilakukan berbagai kegiatan rehabili -tasi/pembangunan tempat-tempat peribadatan, penerbitan ki- tab-kitab suci, pembangunan balai-balai nikah dan balai pena-sehat perkawinan, kegiatan penerangan dan bimbingan agama, bimbingan terhadap aliran-aliran kepercayaan, bantuan kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta, peningkatan kesejahtera- an perjalanan haji, pembinaan perguruan tinggi agama, pening-

61

Page 80: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

katan mutu pendidikan agama, peningkatan mutu madrasah- madrasah (negeri), pembinaan madrasah-madrasah swasta serta beberapa kegiatan pembangunan lainnya.

Dalam rangka rehabilitasi/pembangunan tempat-tempat per -ibadatan telah diberikan bantuan kepada tempat-tempat per- ibadatan yang sejak dulu merupakan tanggung jawab peme- rintah, disamping bantuan untuk rehabilitasi 44 buah rumah ibadat. Demikian juga pembangunan mesjid Istiqlal terus dilanjutkan.

Dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dibangun 56 buah balai nikah yang tersebar diberbagai kota-kota Kabupaten dan Kotamadya. Dalam jangka waktu yang sama telah dicetak 347.100 buah kitab Al Qur'an, 41.571 buah kitab Bijbel Protestan, 14.716 Bijbel Katholik dan 29.812 kitab suci Hindhu dan Budha.

Kegiatan da'wah diberikan prioritas kepada masyarakat bekas basis G30S/PKI, para transmigran, masyarakat suku terasing serta kalangan masyarakat khusus lainnya. Dalam rangka ini telah pula disediakan berbagai peralatan penerangan.

Dalam hal bimbingan terhadap kepercayaan-kepercayaan, tercatat masih ada isekitar 100 aliran kepercayaan yang masih aktif, disamping 57 aliran kepercayaan lainnya yang tidak aktif.

Bantuan untuk lembaga-lembaga keagamaan swasta ter - utama diwujudkan dalam kegiatan musyawarah antara ummat beragama, musabaqoh tilawatil Qur'an, kegiatan-kegiatan da' - wah, musyawarah alim ulama serta kegiatan dialog antara para pemuka agama-agama diberbagai daerah di Indonesia.

Untuk pembinaan pendidikan tinggi agama, sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilaksanakan pembangunan gedung- gedung IAIN pada 13 tempat diberbagai daerah. Demikian pula untuk peningkatan mutu pendidikan agama dalam jangka waktu yang sama telah direhabilitir/dibangun 39 buah gedung PGA Negeri serta latihan jabatan bagi guru-guru lulusan UGA yang diikuti oleh 4.930 orang peserta.

62

Page 81: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Bagi madrasah-madrasah negeri sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilakukan kegiatan-kegiatan berupa pelaksana- an proyek percontohan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), di -samping rehabilitasi 59 gedung-gedung MIN diberbagai pro- pinsi. Telah dibagikan pula buku ketrampilan prakarya seba - nyak 495.762 buah kepada madrasah-madrasah tersebut.

Sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah diberikan pula bantuan kepada madrasah-madrasah swasta, meliputi 18.022 madrasah tingkat dasar, 653 buah Madrasah tingkat menengah pertama dan 261 buah madrasah tingkat menengah atas.

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut telah dilakukan pula kegiatan-kegiatan penelitian dan survey keagamaan, pendidikan dan latihan, serta kegiatan penyempurnaan sarana fisik dan administrasi pemerintahan.

Dibidang kesejahteraan sosial, sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilakukan berbagai usaha pembangunan antara lain pembinaan, kesejahteraan sosial desa, pembinaan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, pembinaan kesejahteraan anak dan taruna, pembangunan masyarakat suku terasing, pembinaan/ bantuan kesejahteraan pejuang dan pahlawan nasional, reha- bilitasi penderita cacat, rehabilitasi tuna karya, rehabilitasi kor- ban alam dan kegiatan-kegiatan pendidikan/latihan.

Kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial desa terutama di-lakukan melalui Lembaga-lembaga Sosial Desa (LSD). Disam- ping kursus-kursus, juga diberikan perangsang berupa peralatan pertukangan dan usaha-usaha lainnya. Pada akhir tahun 1971 telah tercatat 39.205 buah LSD. Sejak tahun 1971 pembinaan LSD telah dialihkan dari Departemen Sosial kepada Departemen Dalam Negeri, sebagai salah satu langkah pelaksanaan peng-integrasian berbagai usaha pembangunan desa.

Untuk pembinaan kesejahteraan keluarga dan masyarakat sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah diberikan bantuan peralatan kerja kepada keluarga-keluarga yang berpenghasilan amat rendah (sebagai usaha percobaan), pembangunan 6 buah

63

Page 82: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

gedung serba guna untuk pembinaan kesejahteraan keluarga dan pembangunan sebuah Panti Wredha yakni tempat penam-pungan orang-orang lanjut usia.

Pembinaan kesejahteraan anak dan taruna dilakukan melalui penampungan anak-anak yang terlantar pada panti-panti asuhan.

Disamping itu untuk mengembangkan bakat dan kreativitas anak-anak remaja diusahakan pembangunan Karang Taruna, yang dalam tahun 1973 telah tercatat sebanyak 333 buah. Ke- cuali itu dalam rangka pembinaan generasi muda telah diadakan Konperensi Nasional tentang Anak dan Pemuda dalam Peren-canaan Pembangunan Nasional pada tahun 1969, loka karya perundang-undangan yang menyangkut anak dan pemuda pada tahun 1970, penelitian pedesaan guna menciptakan lapangan kerja bagi para pemuda didaerah pedesaan pada tahun 1971, Seminar Nasional Pembinaan generasi muda Indonesia pada tahun 1972 serta pembentukan team studi yang mempelajari masalah kenakalan anak-anak remaja dan usaha-usaha penang-gulangannya.

Terhadap masyarakat suku terasing dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dapat dilakukan usaha pemasyarakatan terhadap 6.135 kepala keluarga dari suku-suku terasing diberbagai daerah di Indonesia.

Dalam rangka pembinaan kesejahteraan pejuang dan pah- lawan nasional, antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah diusahakan memperbaiki makam-makam pahlawan, penulisan riwayat hidup 60 orang pahlawan nasional, bantuan terhadap keluarga para pahlawan serta berbagai kegiatan lainnya.

Untuk usaha penyelenggaraan bantuan rehabilitasi penderita cacat, dalam jangka waktu antara tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilaksanakan perbaikan dan penyediaan perlengkap- an terhadap Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (Solo), memperbaiki dan memperluas serta memperlengkapi Pusat Pe-nyantunan dan Pendidikan Kegunaan Tunanetra (Pemalang

64

Page 83: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

dan Temanggung) dan pembangunan asrama serta persediaan perlengkapan untuk 60 penderita cacat mental (Cibadak).

Terhadap para tuna karya telah dilakukan pula usaha penam-pungan dan penyaluran kelapangan-kelapangan pekerjaan yang memungkinkan. Demikian pula terhadap korban bencana alam, sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dilakukan penam-pungan dan telah disalurkan 2.608 kepala keluarga kedaerah-daerah penampungan baru.

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut. telah dilakukan pula kegiatan-kegiatan pendidikan dan latihan tenaga-tenaga pekerja sosial, penelitian dan survey serta pengembangan sarana fisik dan administrasi pemerintahan.

Dibidang transmigrasi, dengan Keputusan Presiden no. 1 ta - hun 1973 telah ditetapkan bahwa pulau-pulau Jawa, Madura, Bali dan Lombok adalah sebagai Daerah Asal Transmigrasi, se-dangkan dengan Keputusan Presiden No. 2 tahun 1973 propinsi- propinsi Jambi, Bengkudu, Lampung, Sumatera Selatan, Kali -mantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Daerah Transmigrasi.

Penempatan transmigrasi didaerah baru diarahkan kepada terbentuknya pusat-pusat pembangunan yang saling berhubung-an satu sama lain sebagai wilayah-wilayah pembangunan. Pe-nentuan target penempatannya didasarkan atas kondisi daerah penempatan yang memungkinkan, kemampuan aparat pelak- sana serta tersedianya pembiayaan. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan transmigrasi tersebut, telah berhasil dilaksanakan pe-mindahan 3.373 kepala keluarga (KK) pada tahun 1968/69, 3.933 KK pada tahun, 1969/70, 4.438 KK pada tahun 1970/71, 4.171 KK pada tahun 1971/72 dan hingga akhir Desember 1972 sejumlah 7.052 KK dalam rangka realisasi rencana tahun 1972/ 73. Direncanakan bahwa dalam tahun 1973/74 sejumlah 14.675 KK yang terdiri dari 73.375 jiwa akan dapat dipindahkan pula dalam rangka kegiatan pelaksanaan program transmigrasi ter -sebut.

65

310383-(5).

Page 84: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Dibidang koperasi, maka sasaran usaha dalam tahun pertama Repelita I (1969/70) adalah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap peranan koperasi dengan mengutamakan penyuluhan, pendidikan dan bimbingan usaha koperasi. Per -kembangan koperasi dalam tahun 1969 hingga tahun 1972 di -tujukan antara lain melalui kenaikan jumlah koperasi yang pada tahun 1968 berjumlah 8.889 buah, pada semester pertama tahun 1972/73 telah mencapai jumlah 17.595 buah. Jumlah ang -gota koperasi primer yang pada tahun 1968 adalah 1.509.406 orang pada tahun 1972 telah menjadi 2.849.018 orang.

Dalam pada itu sejak tahun 1971/72 telah pula disediakan jaminan kredit untuk koperasi. Dengan demikian persyaratan dari bank dapat diperlunak dengan. jaminan yang disediakan melalui Lembaga Jaminan Kredit Koperasi tersebut. Dalam ta- hun 1971/72 disediakan dana untuk jaminan kredit koperasi sebesar Rp. 100.000.000,-, kemudian dalam tahun 1972/73 se - besar Rp. 840.084.000,- sedangkan dalam tahun 1973/74 di -rencanakan penyediaan dana sebesar Rp. 2.500.000.000,-.

Dibidang perumahan sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dibangun 134 unit contoh perumahan kota, masing-masing 58 unit di Jakarta, 32 unit di Krawang dan 44 di Bandung. Da- lam tahun 1973/74 usaha ini diperluas lagi dengan pembangunan 284 buah rumah di Jakarta, 44 buah di Krawang, 160 buah di Bandung, 128 buah di Semarang, 40 buah di Klaten, 40 buah di Yogyakarta, 136 buah -di Surabeya dan 40 buah di Jember. Con-toh-contoh perumahan kota ini kemudian telah dikembangkan oleh berbagai usaha swasta dan berbagai organisasii kemasya-rakatan lainnya.

Dalam pada itu juga telah dikembangkan contoh perumahan desa yang sehat dan kuat. Dalam rangka ini telah dibangun 24 unit contoh perumahan desa yang tersebar pada 8 buah pro -pinsi.

Kegiatan penyuluhan pembangunan perumahan kota dan desa yang-telah dilakukan sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 me liputi usaha-usaha penyebaran poster-poster tentang pengguna- an bahan-bahan lokal, pameran teknis dan kursus kader penyu-

66

Page 85: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

luhan perumahan, bimbingan teknik pemugaran dan pemba-ngunan perumahan desa serta mendirikan Pusat Penerangan Bangunan diberba .gai daerah.

Juga telah dilakukan berbagai penelitian untuk pengembang-an bahan-bahan bangunn lokal baik berupa penelitian labo- ratoris, pembuatan mesun-mesin prototype, pilot plant tras/ka- pur, pilot plant pengolahan particle board dan beberapa pene- litian lainnya.

Dalam lapangan perencanaan kota dan daerah sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah diselesaikan rencana induk untuk 5 buah ibu-kota propinsi, rencana garis besar untuk 45 kota dan rencana khusus untuk beberapa kota.

Dibidang penyediaan air minum, dari target Repelita I untuk tambahan produksi air minum sebesar 8.000 liter per detik (lt/dt), hingga akhir Desember 1972 telah dapat dilaksanakan penambahan sebesar 5.291 1/2 lt/dt. Penambahan produksi air minum ini tersebar diberbagai kota/daerah. Peningkatan ter-sebut belum termasuk peningkatan produksi air minum yang dilaksanakan oleh daerah-daerah, seperti misalnya Medan 300 lt/dt, Pakan Baru 100 lt/dt dan Tanjung Pinang 50 lt/dt.

Disamping pelaksanaan peningkatan produksi air minum ter- sebut telah dilakukan pula berbagai survey dan persiapan untuk pengembangan produksi air minum dalam Repelita II yang akan datang.

Sementara itu Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Teknik Penyehatan Air Minum telah dapat diselesaikan.

Kecuali itu sejak tahun 1969 hingga tahun 1972 telah dise -lesaikan percontohan assainering/riolering di Pangkal Pinang, Denpasar dan Semarang. Telah dapat pula diselesaikan Ran-cangan Peraturan Pemerintah tentang Tehnik Penyehatan Air Buangan. Dalam rangka penyediaan masalah assainering telah selesai dibangun sebuah model pembakaran sampah dan satu model pembuangan air kotor.

Dibidang penyempurnaan administrasi dan aparatur peme-rintah, usaha pokok adalah untuk kembali mendudukkan fungsi

Page 86: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

67

Page 87: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

lembaga-lembaga negara sesuai dengan semangat dan ketentuan UUD 1945. Dengan telah diselesaikannya pemiliham umum pada tahun 1971 kemudian dapat dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai hasil dari pemi- lihan umum tersebut.

Dengan Keppres No. 38 tahun 1968 dilakukan pengangkatan Hakim-hakim Agung untuk Mahkamah Agung. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung dikukuhkan kembali berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1967. Sejak tahun 1969 Badan Pemerithsa Keuangan telah mutan secara terus menerus meme-riksa pertanggungan jawaban keuangan negara yang dilaku- kan oleh Pemerintah.

Usaha penting lain dibidang ini adalah penyempurnaan su - paya administrasi pemerintah lebih berorientasi atau mampu melaksanakan tugas pembangunan. Dalam rangka merealisir tujuan pembamgunan diperlukan suatu administrasi dan apa- ratur pemerintah yang serasi untuk itu. Peranan pemerintah yang didasarkan atas azas serba negara pada waktu lampau menjadi peranan pemerintah sebagai pemimpin dan pendorong pembangunan.

Untuk memungkinkan hal-hal tersebut telah dilakukan ber- bagai penyempurnaan pada aparatur pemerintah tingkat pusat dan daerah serta hubungan antara pusat dan daerah. Keduduk - an, tugas pokok, fungsi, wewenang, dan tata kerja dari pada berbagai departemen/lembaga non departemental diperjelas dan dipertegas. Kecuali itu telah pula dilakukan penyempurnaan -penyempurnaan yang cukup penting mengenai tata hubungan kerja yang menyangkut koordinasir institusionil dan keserasian prosedur-prasedur pelaksanaan program pembangunan yang memperoleh prioritas. Hal ini misalnya mengenai tata penye-lenggaraan ekspor, impor dan administrasi devisa. Demikian pula dibidang peningkatan produksi pangan, program keluarga berencana dan lain-lain. Memang harus diakui bahwa masih banyak kelemahan-kelemahan dibidang ini yang memerlukan kesungguhan untuk selalu memperbaiki dan menyempurna-kannya.

68

Page 88: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Berbagai kebijaksanaan ketentuan dan program kerja yang telah diputuskan mengalami berbagai kesulitan dalam follow up.

Mengenai tata hubungan kerja dan keserasian prosedur-pro- sedur juga secara terus-menerus dilaksanakan yaitu dibidang pelaksanaan penyediaan anggaran belanja dan pendapatan ne-gara. Sekarang juga sedang diadakan suatu penelahaan untuk penyempurnaan dibidang penanaman modal.

Sasaran Iain penyempurnaan administrasi dan aparatur pe-merintah ialah mengenai penyempurnaan dibidang kepegawaian. Pelaksanaan usaha penyempurnaan kepegawaian ialah usaha perubahan orientasi kearah sikap dan sifat pelayanan terhadap masyarakat, penentuan kebutuhan (formasi), masalah kompo-sisi dan masalah pengadaan (reqruitment), pembinaan karier dan cara penidaian kerja, peningkatan mutu melalui penyem-purnaan pendidikan dan latihan, penyempurnaan sistim peng -gajian yang lebih berorientasi pada prestasi, masalah pensiun dan perbaikan administrasi kepegawaian serta perundang-undangannya. Segala yang disebut itu ialah dalam rangka sistim karier bagi kepegawaian negara yang dihubungkan de -ngan sistim jasa.

Dalam usaha untuk membina dan menjamin adanya pegawai -pegawai yang berkemampuan tinggi, bersih, berwibawa serta setia kepada falsafah Pancasila dan UUD-45, Pemerintah dan Haluan Negara, telah dibentuk Korps Pegawai Republik Indo-nesia (KORPRI) dengan Keppres No. 82 tahun 1971.

Formasi kepegawaian dalam perkembangannya, menunjuk- kan garnbaran yang lebih baik. Yaitu adanya kenaikan prosen-tase yang lebih besar pegawai pada golongan II, III dan IV. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan mutu kepegawaian.

Berbagai perbaikan telah dilakukan dibidang gaji yaitu de -ngan cara bertahap memberikan kenaikan penghasilan kepada pegawai negeri.

Bersamaan dengan lebih terdapatnya stabilitas dalam harga-harga, hal ini juga merupakan suatu kenaikan terhadap nilai

Page 89: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

riil gaji. Kecuali dilakukan kenaikan gaji juga dilakukan per -

69

Page 90: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

baikan dalam sistim penyediaan gaji. Yaitu dengan usaha untuk lebih mengkaitkan gaji dengan pekerjaan atau jabatan pegawai.

Demikian pula dilakukan perbaikan penerimaan pensiun. Hal ini didasarkan atas Undang-undang No. 11 tahun,1969.

Kebijaksanaan dan kegiatan lain mengenai penyempurnaan administrasi dan aparatur pemerintah adalah dibidang perusa-haan-perusahaan negara. Sejak tahun 1967 dengan Instruksi Presiden No. 17 tahun 1967 telah diambil langkah-langkah per -siapan untuk menertibkan dan menyederhanakan perusahaan-perusahaan negara kearah 3 hentuk perusahaan negara ialah Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan.

Pada pokoknya diusahakan agar perusahaan-perusahaan ne- gara tidak lagi menjadi beban pemerintah dan guna meningkat -kan effisiensi harus diberikan otonomi operasionil yang lebih besar. Banyak perusahaan diusahakan, untuk dialihkan bentuk-nya menjadm persero yang tunduk kepada KUHD (seperti yang telah diubah dan ditambah).

Berbagai kegiatan juga ditujukan untuk menyempurnakan cara-cara pengawasan sehingga lebih effektif. Pengawasan di-tujukan untuk meningkatkan terselenggaranya tujuan-tujuan dari berbagai program usaha, dan juga untuk menghindari ke-bocoran dan penyelewengan. Penertiban-penertiban dalam rang- ka screening kepegawaian tetap dilaksanakan dan penertiban kepegawaian dibidang tertentu seperti pada Departennen Aga- ma dan Keuangan telah dilakukan.

Berbagai perbaikan yang cukup penting ialah dilakukan me-ngenai sistim pembiayaan pembangunan. Prinsip anggaran se -imbang tetapp dipegang, hal ini merupakan suatu dasar pen- ting karerna dengan demikian kegiatan usaha yang akan dilak -sanalkan didasarkan atas kemampuan yang dapat dimobilisi., disamping usaha untuk melakukan kegiatan secara lebih disi-plin. Penyusunan anggaran belanja diusahakan mencerminkan pola kebijaksanaan, prioritas dan program dari rencana pemba-ngunan untuk tahun-tahun tertentu. Perubahan penting ini di -

Page 91: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

70

Page 92: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

maksudkan supaya perencanaan penyediaan biaya lebih terarah kepada pelaksanaan suatu program usaha dan bahkan bagi masing-masing program perlu diperinci lagi kepada penyediaan biaya untuk setiap proyek. Oleh karena itu secara terus mene- rus juga diusahakan peningkatan kemampuan dalam merenca- nakan proyek-proyek sebagai bagian yang lebih konkrit dari- pada suatu program. Untuk itulah proyek-proyek harus disusun melalui Daftar Usulan Proyek (DUP) yang kemudian dirumus-kan secara konkrit dalam Daftar )sian Proyek (DIP). DIP-DIP dimaksudkan sebagai program kerja yang jedas untuk mencapai hasil usaha tertentu dalam jangka waktu setahun dengan me- muat aspek penyelesaian fisik maupun pembiayaannya dari se- suatu proyek. Berbagai petunjuk tentang hal ini secara lebih terperinci dikemukakan dalam Keputusan bersama Menteri Negara/Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan tertanggal 5 Juli 1972. Dimaksudkan puda untuk melakukan tata cara pe- nyusunan anggaran seperti tersebut diatas juga untuk anggaran rutin. Pengusulan anggaran rutin mulai tahun 1973/74 diaju - kan melalui Daftar Usulan Kegiatan (DUK) yang kemudian setelah konkrit dan disetujui dicantumkan dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK).

Mengenai prosedur pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara telah dilakukan penyempurnaan tahun demi ta-hun. Keputusan Presiden No. 33 tahun 1969 disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 24 tahun 1970, dan kemudian disempurnakan lagi dengan Keputusan Presiden No. 14 tahun 1971. Dan untuk tahun 1972/73 dengan Keputusan Presiden No. 28 tahun 1972.

Didalam prosedur tersebut juga telah diberikan ketentuan- ketentuan tentang sistim laporan dan pengawasan keuangan negara. Pengawasan dimaksudkan supaya dapat dihindari pem-borosan dan penyelewengan tetapi juga diarahkan agar tujuan pembiayaan sampai pada sasaran pada waktunya.

Dibidang pembinaan tertib hukum dalam jangka waktu an- tara tahun 1966 sampai tahun 1972 oleh Pemerintah telah di-selesaikan sejumlah 12 (dua belas) Undang-undang dan 9

71

Page 93: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

(sembilan) Rancangan Undang-undang serta 3 (tiga) Ran- cangan Kitab Undang-undang. Diantara Undang-undang tersebut secara langsung ditujukan pada sasaran pelak- sanaan kembali pada Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekwen perlu dicatat secara khusus, yaitu Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasa- an Kehakiman (UU. No. 14 tahun 1970), sedangkan Undang-undang tentang Pemnllihan Umum Anggota-anggata Badan Per-musyawaratan/Perwakilan Rakyat (UU. No. 15 tahun 1969) dan Undang-undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD adalah merupakan usaha-usaha utama pelaksanaan Ketetapan-ketetapan MPRS. Selanjutnya, dalam rangka penin- jauan kembali secara selektif hukum yang menghambat atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat perlu dicatat secara khusus yaitu Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU. No. 3 tahun 1971) dan Undang-undang tentang Perubahan dan Penambahan atas Ketentuan pasal 54 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (UU. No. 4 tahun 1971) yang mengatur jumlah suara yang dapat dimiliki persero dalam suatu Perseroan Ter -batas. Demikian pula penyelesaian rancangan pembentukan ko-difikasi-kodifikasi hukum nasional yang meliputi KUH Pidana, KUH Perdata, KUH Dagang merupakan suatu peningkatan usaha yang sangat menentukan pembinaan hukum. Dalam hu-bungan ini kerangka pelaksanaannya juga telah disiapkan yaitu dalam bentuk Rancangan-rancangan Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

Usaha untuk lebih meningkatkan kelancaran penyelesaian pe-meriksaan akte-akte Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perkumpulan telah pula dilakukan sebagai usaha penyempur- naan prosedure penanaman modal asing maupun modal dalam negeri. Selanjutnya penelitian serta pembahasan aspek-aspek hukum internasional dari masalah-masalah landas kontinen, ekstradiksi dan pembajakan udara merapakan gerak-langkah penyesualan hukum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sedemikian pesatnya sehingga telah me-

Page 94: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

72

Page 95: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

nimbulkan masalah-masalah khusus dalam bidang hukum internasional.

Dalam rangka pelaksanaan tertib hukum, Kejaksaan telah meningkatkan kecepatan proses penyelesaian perkara-perkara pada tingkat kejaksaan sehingga salah satu sasaran pemba-ngunan dibidang pembinaan tertib hukum diharapkan dapat terjamin pencapaiannya. Disamping itu, peningkatan penang-gulangan kejahatan khususnya masalah korupsi, penyelun-dupan serta pemberantasan kejahatan narkotik telah diusaha-kan sejalan dengan berbagai usaha untuk merehabilitir/mem-bangun sarana-sarana phisik dan mobilitas yang memungkin -kan peningkatan effektifitas kerja dibidang kejaksaan.

Suatu sasaran-utama lainnya dalam pembinaan tertib hukum ialah peningkatan terselenggaranya peradilan yang cepat dan tertib sehingga penyelesaian perkara tidak berlarut-larut. Baik Mahkamah Agung maupun Pengadilan-pengadilan Tinggi serta Pengadilan-pengadilan Negeri diseluruh Indonesia telah mening-katkan effisiensi kerja sebagai badan-badan peradilan dalam meningkatkan prosentase jumlah perkara yang diputuskan (di -selesaikan) terhadap jumlah perkara yang dihadapi (tunggak- an perkara maupun perkara yang baru masuk). Peningkatan effisiensi kerja badan-badan peradilan ini ditunjang oleh pening -katan pembangunan/rehabilitasi prasarana phisik terhadap 13 kantor Pengadilan Tinggi dan 89 kantor Pengadilan Negeri serta dengan peningkatan fasilitas mobilitas terutama untuk gugus- gugus tugas (task-forces) Pengadilan Negeri.

Dibidang Keimigrasian telah dilakukan modernisasi dari alat-alat komunikasi, perlengkapan registrasi dan statistik orang asing sehingga tugas operasionil pengawasan lalu-lintas dari dan ke luar negeri dapat ditangani dengan cepat, cermat dan tertib, kendatipun lalu-lintas internasional baik dari orang asing maupun dari orang Indonesia sendiri terus meningkat.

Sasaran dari Pemasyarakatan/Reklasering untuk memberi- kan pendidikan serta keakhlian praktis kepada nara pidana, sebagai suatu persiapan bagi mereka untuk kembali kemasya-

73

Page 96: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

pelaksanaan Repelita I, yaitu dari 1.560 jam siaran dalam tahun 1968 menjadi kurang-lebih 2.000 jam siaran dalam ta- hun 1972. Peningkatan penerangan televisi ini telah sangat ditunjang oleh pembangunan Studio TV Training Center ( telah dimulai sejak tahun 1968 dan dapat diselesaikan dalam tahun 1970) yang dalam masa dua tahun itu telah menghasilkan hampir 150 tenaga teknisi TV.

Sejak akhir tahun 1969 konsepsi pembinaan pers yang se-belumnya dititik beratikan kepada bantuan (subsidi) materil secara langsung, dirobah menjadi bantuan yang lebih bersifat pemberian jasa-jasa. Perobahan tersebut pada umumnya telah mendorong kearah perkembangan dan penyehatan perusahaan pers yang lebih baik dalam arti pelaksanaan prinsip cots ac -counting, persaingan wajar dibidang harga dan pelayanan ke- pada pembaca dan peningkatan kwantitas dan kwalitas iklan serta penambahan pendapatan dari iklan sebagai akibatnya. Sementara itu, sampai akhir Maret 1974, Pemerintah masih memberikan bantuan kepada pers terutama yang terbit di daerah-daerah yaitu berupa ongkos pengangkutan dan ongkos pemotongan kertas koran.

Selanjutnya dalam tahun 1973/74 dipersiapkan suatu survey tentang pembinaan pers di daerah-daerah, terutama dengan memanfaatkan bantuan tehnik luar negeri, yaitu dengan meng-utamakan kepada kemungkinan peningkatan pemberian jasa- jasa dalam bentuk pembinaan redaksionil (editorial mana- gement), pembinaan usaha (business management) dan pem- binaan grafika/percetakan pers.

Selama pelaksanaan Repelita I kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan statistik telah dilakukan terut!ama untuk menunjang proses pembangunan maupun untuk, memberikan dasar bagi usaha-usaha pembangunan dimasa yang akan da- tang. Dari survey mengenai tenaga-kerja penelitian dan pengembangan tahun 1971/72 atas 100 lembaga penelitian dan pengembangan dalam lingkungan Departemen dan Lembaga non-Departemen (tidak termasuk lembaga-lembaga/balai-ba- lai dilingkungan Departemen HANKAM, unit-unit penelitian

Page 97: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

76

Page 98: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

di Perguruan Tinggi dan beberapa Perusahaan Pemerintah seperti P.N. Timah dan sebagainya) tercatat sejumlah 857 te- naga penelitian, 1260 tenaga tehnisi, 48 ahli perpustakaan dan 29 orang tenaga dibidang keahlian lainnya.

Selanjutnya antara tahun 1969/70 sampai dengan 1972/73 telah diadakan penelitian diberbagai bidang. Disektor pertanian telah ditemukan jenis padi unggul PELITA I/1 dan PE- LITA 1/2 serta adaptasi dari 10 jenis kapas terhadap penga- ruh daripada pemupukannya. Dalam pada itu telah diselidiki pula kwalitas bahan bangunan, konstruksi perumahan rakyat, produksi bahan bangunan dan kegiatan penyuluhannya.

Di bidang pencegahan pemusnahan tanaman dan hewan di Indonesia telah dilakukan inventarisasi dan penelitian yang meliputi 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan. Proyek ,,genepool” mengadakan penelitian mengenai pemanfaatan tanaman non-ekonomis menjadi tanaman ekonomis, khususnya kacang-ka-cangan, dan mencegah gejala kemusnahan dari jenis buah- buahan dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Selanjutnya penelitian mikro-biologi dilakukan terhadap penyuburan-kembali tanah dan penelitian ekologi untuk mencegah akibat negatif eksploi -tasi hutan.

Dibidang kesehatan telah dilakukan penelitian berbagai pe -nyakit menular, demikian pula terhadap gizi dan makanan, serta terhadap kemungkinan penggunaan kornea kera untuk transplantasi.

Dibidang pendidikan telah diteliti pembaruan kurikulum dan metode mengajar disekolah dasar dan lanjutan.

Penelitian dibidang tenaga atom terutama diarahkan pada penggunaan radio isotop dalam bidang kedokteran, hidrologi, pertanian dan industri, sedangkan survey mineral radioaktip telah memberikan indikasi-indikasi adanya uranium di Kali -mantan Barat.

Dibidang geologi dan pertambangan, antara lain telah dila-kukan penelitian mengenai pelapukan kimia batuan dan pela-

77

Page 99: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

pukan endosit, studi orogentik, macam dan prestasi tata air, produktifitas pertambangan timah, bauksit dan nikel yang ke-mudian dilanjutkan dengan suatu ,experimental mine”, pengo- lahan biji mangaan dan metode flotasi dan pemisahan mag- netik untuk mengekstraksi nikel.

Survey dasar sumber alam dan pemetaan-nasional telah me-nyelesaikan pemetaan daerah Kalimantan Barat dan dari dae- rah seluas 6.500.000 ha sebanyak 80% diharapkan selesai pada akhir tahun 1974. Pemetaan daerah Lampung dan Sumatera Selatan seluas 6.500.000 ha diharapkan selesai pada akhir Re- pelita I, sedangkan pemetaan diaerah Jambi dan Riau seluas 6.350.000 ha diharapkan selesai pada akhir tahun 1974/75.

Inventarisasi lingkungan dan sumber alam untuk disusun menjadi atlas sumber kemakmuran/land system classification didaerah Lampung dan Sumatera Selatan seluas 22.400 km2 diharapkan selesai pada akhir tahun 1973/74.

Survey/penelitian/inventarisasi situasi dan kondisi jaring- jaring titik tinggi di Pulau Jawa telah dilakukan pula, demiki - an pula penentuan titik Laplace di Aceh sebagai reference pe-metaan daerah Indonesia.

Telah dimulai pula proyek Remote Sensing dengan tujuan inventarisasi sumber alam didarat dan laut dengan penerapan- nya dipulau Bali sebagai test site.

Daerah aliran sungai-sungai Ogan, Komering dan Tulang Bawang seluas 2.250.000 ha telah dijadikan proyek percontohan yang dimulai dalam tahun 1971/72 serta direncanakan untuk dikerjakan terus-menerus meliputi seluruh wilayah Indonesia sehingga terdapat informasi lengkap geografi Indonesia. Selan-jutnya, telah diadakan pula observasi sumber-sumber kekayaan alam dengan memanfaatkan satelit. Pembangunan Stasiun Bumi Satelit Cuaca yang pertama di Indonesia yaitu di Jakarta telah selesai dan sedang dilaksanakan pula pembangunan stasiun bumi yang kedua di Biak dan penyempurnaan sistim komunikasi dari stasiun-stasiun bumi tersebut ke stasiun-stasiun pemakai.

78

Page 100: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

Dalam tahun 1970/71 telah berhasil dibuat beberapa macam campound dan dalam tahun 1971/72 tela.h disempurnakan hasil penelntiasn Mobile Dial Telephone. Selanjutnya penelitian telah dilakukan pada peningkatan kapasitas absorbsi dan pengem-bangan alat-alat pengukuran, serta penelitian teknologi makan- an untuk tujuan pengeringan, pembuatan minyak ikan dan sebagainya.

Pengembangan statistik disesuaikan sepenuhnya dengan prioritas-prioritas dalam Repelita I dan persiapan dalam rangka penyusunan Repelita II. Sensus Penduduk yang telah diadakan pada tahun 1971 telah memperoleh data struktur yang bertalian dengan penduduk, data pokok mengenai kondisi perumahan penduduk dan rangka pikiran untuk landasan survey-survey lanjutan dan yang berhubungan dengan produksi, sedangkan di Pusat kegiatannya ialah, pengolahan pokok yaitu perkiraan produksi bahan makanan dan ramalan produksi padi/beras berdasarkan data dari daerah.

Karena perhitungan Pendapatan Nasional dan kebutuhan daerah mengenai perhitungan pendapatan regional sangat men-desak, maka dalam proyek peningkatan Statistik Padi/Beras termasuk pula pengumpulan dan penyusunan data untuk per -hitungan pendapatan nasional dan regional tersebut. Untuk itu telah diselesaikan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dan Produk Domestik Regional Perkapita dari 11 pro pinsi

Peningkatan data statistik juga dilakukan terhadap bidang-bidang biaya hidup, harga-harga, upah, industri besar dan se - dang, perdagangan luar negeri dan antar-pulau. Akhirnya pe -ningkatan ketrampilan statistik telah diusahakan ditingkat Pusat maupun Daerah untuk memperoleh tenaga-tenaga yang terdidik dan terlatih dibidang statistik. Sejalan dengan penata- ran (upgrading) tenaga-tenaga telah diadakan pula perbaikan terhadap sistim peralatan pengolahan, yaitu pengalihan peng-olahan data secara manual berangsur-angsur menjadi secara komputer sepenuhnya.

Page 101: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewMenginjak tahun pertama Repelita I 1969/70, penerimaan luar negeri adalah sebesar Rp. 65,7 milyar yamg dipakai untuk membiayai

79